PEMBUATAN FRUIT LEATHER SIRSAK-ROSELLA
HASIL PENELITIAN
Oleh :
Reny Zora Historiarsih NPM. 0633010037
Surabaya, November 2010 Telah disetujui untuk diseminarkan :
Pembimbing I Pembimbing II
NPM. 063301137
INTISARI
Buah sirsak dan bunga rosella sangat bermanfaat karena sumber vitamin A, B, C, dan fosfor, kalsium serta serat. Untuk memperoleh manfaat yang optimal dari buah-buahan tersebut, perlu diikuti dengan upaya perbaikan mutu produk olahan yang sudah ada dan diversifikasi pengolahan menjadi produk-produk olahan lain. Salah satunya yaitu pembuatan fruit leather. Kriteria yang diharapkan dari fruit leather adalah warnanya yang menarik,teksturnya yang sedikit liat dan kompak, serta memiliki plastisitas yang baik sehingga dapat digulung (tidak mudah patah). Untuk menghasilkan fruit leather dengan kriteria tersebut maka ditambahkan gum arab yang diharapkan dapat memperbaiki plastisitas dari fruit leather tersebut. Selain itu dilakukan penambahan gula sebagai aplikasi pengawetan produk.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kombinasi perlakuan terbaik antara konsentrasi gum arab dan gula yang menghasilkan fruit leather dengan sifat fisik, kimia yag baik dan disukai konsumen.Metode penelitian ini disusun secara faktorial dalam rancangan acak lengkap (RAL) dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor pertama adalah konsentrasi gum arab (0,3%, 0,6%, 0,9%) dan faktor kedua adalah konsentrasi gula (20%, 30%, 40%) dengan parameter yang diamati adalah kadar air, total asam, aktivitas air (aw), tekstur, pH, daya putus dan uj organoleptik. Selain itu
juga dilakukan pengamatan pada perlakuan terbaik dengan parameter vitamin C, serat kasar dan gula reduksi serta aktivitas air (aw) dan total kapang pada masa
penyimpanan 0, 7, 14, 21 minggu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis bahan konsentrasi gum arab 0,6% dan gula 40% menghasilkan fruit leather sirsak-rosella dengan sifat kimia dan organoleptik terbaik yaitu kadar air 14,517%, total asam 0,8179 mg/g, aw 0,64,
Alhamdulillahirobbil alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya selama pelaksanaan penyusunan skripsi dengan judul “Pembuatan Fruit Leather Sirsak-Rosella” hingga terselesaikannya pembuatan laporan skripsi ini. Skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan.
Kemudahan dan kelancaran pelaksanaan skripsi serta penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini dengan penuh rasa hormat dan rendah hati, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada :
1. Bapak Ir. Sutiyono, MT., selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri UPN “Veteran” Jatim.
2. Ibu Ir. Latifah, MS., selaku Ketua Program Studi Teknologi Pangan UPN “Veteran” Jatim.
3. Ibu Rosida, STP. MP., selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan serta memberikan saran dalam penulisan skripsi ini.
4. Ibu Ir. Latifah, MS., selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan serta memberikan saran dalam penulisan skripsi ini.
pengarahan dan bimbingan serta memberikan saran dalam penulisan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen dan Staf di Prpgram Studi Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Industri UPN “Veteran” Jatim.
7. Keluargaku Tercinta Romo dan Ibu, adikku serta Faizal Anwar atas segala dorongan, kesabaran, dukungan material dan spiritual yang diberikan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
8. Buat teman-teman seperjuangan The Lucky Seven (Ganis, Dewi, Ana, Dina, Azzami) dan semua teman-teman angkatan 2006 terimakasih atas semangat yang diberikan selama ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa di Program Studi Teknologi Pangan pada khususnya dan bagi pihak-pihak yang memerlukan pada umumnya. Skripsi ini masih jauh dari sempurna serta banyak kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat obyektif dan membangun guna kesempurnaan skripsi ini.
Penulis
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
DA FTAR LAMPIRAN ... vii
INTISARI………viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang ... 1
B. Tujuan Penelitian ... 3
C. Manfaat Peneltian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sirsak... 5
B. Bunga Rosella ... 7
C. Fruit Leather ... 9
D. Bahan Pembantu... 13
E. Pengeringan ... 17
F. Pengaruh Pengeringan ... 19
G. Analisa Keputusan... 20
H. Analisa Finansial...21
I. Landasan Teori... 25
J. Hipotesis ... 26
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 27
B. Bahan Penelitian ... 27
C. Alat Penelitian ... 27
D. Metode Penelitian ... 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Bahan Baku ... 33
3. Aktivitas air ... 38
4. Tekstur ……….. ... 40
5. pH …….. ... 43
6. Daya putus ……… 44
7. Uji organoleptik ……… 46
C. Analisis Keputusan ... 52
D. Analisis Perlakuan Terbaik ……….. 52
E. Analisis Finansial ... 54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 58
B. Saran ... 59
DAFTAR PUSTAKA ... 60 LAMPIRAN
Tabel 1. Komposisi kimia sirsak setiap 100 gram bahan ... 6
Tabel 2. Komposisi kimia rosella setiap 100 gram bahan ... 8
Tabel 3. Komposisi gula pasir tiap 100 gram bahan ... 15
Tabel 4. Karakteristik kimia gum arab ... 17
Tabel 5. Hasil analisa puree sirsak-rosella ... 33
Tabel 6. Nilai rata-rata kadar air fruit leather sirsak-rosella dengan perlakuan konsentrasi gum arab dan gula ... 34
Tabel 7. Nilai rata-rata total asam fruit leather sirsak-rosella dengan perlakuan konsentrasi gum arab dan gula ... 37
Tabel 8. Nilai rata-rata aktivitas air (aw) fruit leather sirsak-rosella dengan perlakuan konsentrasi gum arab dan gula ... 39
Tabel 9. Nilai rata-rata tekstur fruit leather sirsak-rosella dengan perlakuan konsentrasi gum arab dan gula...………...……….. 41
Tabel 10. Nilai rata-rata pH fruit leather sirsak-rosella dengan perlakuan konsentrasi gum arab dan gula...43
Tabel 11. Nilai rata-rata daya putus fruit leather sirsak-rosella dengan perlakuan konsentrasi gum arab...……… …... 45
Tabel 12. Nilai rata-rata tingkat kesukaan warna fruit leather ... .46
Tabel 13. Nilai rata-rata tingkat kesukaan rasa fruit leather... .48
Tabel 14. Nilai rata-rata tingkat kesukaan tekstur fruit leather ... .49
Tabel 15. Nilai rata-rata tingkat kesukaan aroma fruit leather ... .51
Tabel 16. Nilai rata-rata perlakuan terbaik... .52
Tabel 17. Hasil analisa fruit leather perlakuan terbaik ... .53
Tabel 18. Nilai analisa daya simpan fruit leather perlakuan terbaik ... .53
Gambar 1. Buah Sirsak (Annona muricata L)... 5
Gambar 2. Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa L.)... 7
Gambar 3. Diagram alir pembuatan fruit leather nenas dan pepaya... 12
Gambar 4. Diagram alir pembuatan fruit leather sirsak-rosella... 32
Gambar 5. Hubungan antara penambahan konsentrasi gum arab dan gula terhadap kadar air fruit leather... 35
Gambar 6. Hubungan antara penambahan konsentrasi gum arab dan gula terhadap total asam fruit leather... 38
Gambar 7. Hubungan antara penambahan konsentrasi gum arab dan gula terhadap aktivitas air (aw) fruit leather... 40
Gambar 8. Hubungan antara penambahan konsentrasi gum arab dan gula terhadap tekstur fruit leather... 42
Gambar 9. Hubungan antara penambahan konsentrasi gum arab dan gula terhadap pH fruit leather... 44
vii Lampiran 1. Prosedur Analisa
Lampiran 2. Lembar kuisioner (Uji Hedonik)
Lampiran 3. Data Pengamatan Analisa Ragam Kadar Air Lampiran 4. Data Pengamatan Analisa Ragam Total Asam Lampiran 5. Data Pengamatan Analisa Ragam Aktivitas Air (aw)
Lampiran 6. Data Pengamatan Analisa Ragam Tekstur Lampiran 7. Data Pengamatan Analisa Ragam pH
Lampiran 8. Data Pengamatan Analisa Ragam daya putus Lampiran 9. Uji Friedman Uji Organoleptik Warna Lampiran 10. Uji Friedman Uji Organoleptik Tekstur Lampiran 11. Uji Friedman Uji Organoleptik Rasa Lampiran 12. Uji Friedman Uji Organoleptik Aroma
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fruit leather merupakan bubur daging buah yang dikeringkan sampai kadar
air sekitar 20%, sehingga berbentuk lembaran tipis yang dapat digulung (Suyitno, 2005). Fruit Leather adalah salah satu makanan kudapan (snack food) yang dibuat dari buah-buahan, berbentuk lembaran tipis dengan konsistensi dan rasa yang khas tergantung dari jenis buah yang digunakan (Suyitno, 2005). Menurut Nurlaely dkk (2000), kualitas fruit leather yang baik ditentukan oleh beberapa komponen terutama kandungan serat, pektin dan asam. Ketiga komponen tersebut akan berpengaruh terhadap lembaran fruit leather yang dihasilkan .
Salah satu jenis buah yang dapat diolah menjadi fruit leather adalah buah sirsak. Buah sirsak merupakan salah satu komoditas hortikultura yang banyak mengandung serat. Menurut Kumalaningsih, dkk (2005), kandungan serat pada sirsak sebesar 3,30% serta mengandung vitamin A, B, dan C. Struktur daging buah sirsak berwarna putih berserat, lunak/ lembek, dan rasanya asam manis sehingga cocok diolah menjadi fruit leather, dimana kriteria yang diharapkan dari
fruit leather adalah warnanya menarik, teksturnya yang sedikit liat dan kompak,
serta memiliki plastisitas yang baik sehingga dapat digulung (tidak mudah patah) (Nuswamahaerni, 1993).
cukup dominan antara lain fosfor dan kalsium serta kandungan serat yang cukup tinggi.
Pada penelitian ini daging buah sirsak berwarna putih sehingga perlu ditambahkan bunga Rosella yang berwarna merah agar fruit leather yang dihasilkan lebih menarik. Rosella banyak mengandung vitamin C dan flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan. Kelopak bunga Rosella pada umumnya banyak dimanfaatkan sebagai pewarna alami untuk membuat jeli, selai, es krim, serbat, mentega, pai, tart dan makanan pencuci mulut lainnya (Anonimous, 2005).
Daging buah sirsak mempunyai rasa asam manis, begitu pula kelopak bunga juga mempunyai rasa yang asam oleh karena itu dilakukan kombinasi penambahan gula untuk mengontrol pH dan keasaman fruit leather sirsak-rosella. Selain itu gula juga dapat digunakan sebagai suatu kombinasi teknik pengawetan makanan karena sifat gula yang mengikat air maka dalam konsentrasi yang tinggi sebagian dari air yang ada menjadi tidak tersedia untuk pertumbuahan mikroorganisme dan aktivitas air (aw) dari bahan pangan berkurang (Buckle, 2007)
Masalah yang sering timbul pada fruit leather adalah plastisitasnya yang kurang baik. Untuk menghasilkan fruit leather dengan kriteria tersebut maka diperlukan bahan pengikat yang diharapkan dapat memperbaiki plastisitas dari
fruit leather tersebut. Upaya pemecahan masalah tersebut adalah dengan
penambahan bahan pengikat gum arab dan gula untuk memperbaiki keplastisitasan.
Gum arab adalah suatu eksudat dari berbagai jenis pohon Acacia, terutama
Acacia Senegal, dan diperoleh sebagai hasil menyadap getah pohon. Gum arab
emulsi dan pengikatan air serta flavor (Alinkolis,1989).
Menurut Winarno (1997), sukrosa adalah zat disakarida yang pada hidrolisa menghasilkan glukosa dan fruktosa. Gula berperan dalam pengawetan dan pembuatan aneka ragam produk makanan. Hal ini disebabkan karena gula mempunyai daya larut yang tinggi, kemampuan mengurangi kelembaban relatif dan mengikat air yang ada sehingga tidak tersedia untuk pertumbuhan mikroorganisme (Buckle et al, 2007).
Dari hasil penelitian Octavia dkk (2009) dengan perlakuan bahan pengikat CMC, gelatin, dan gum arab menunjukkan bahwa bahan pengikat CMC dengan konsentrasi 0,9% menghasilkan fruit leather waluh dan nanas dengan sifat kimia dan organoleptik terbaik. Menurut penelitian Mardianto (2009), pembuatan fruit
leather pisang –nenas (60 : 40) dengan perlakuan jenis bahan penstabil (pektin
1%, Gum Arab 1%, dan CMC 1%), serta lama pengeringan 6 jam, 7 jam dan 8 jam, menunjukkan percobaan terbaik adalah pektin 1 % dan lama pengeringan 6 jam, karena memiliki rata-rata tertinggi pada kadar air, warna dan aroma.
B. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi gula dan gum arab terhadap sifat fisik, kimia, dan organoleptik fruit leather sirsak-rosella.
C. Manfaat Penelitian
1. Meningkatkan pemanfaatan buah sirsak dan bunga rosella untuk memperpanjang masa simpannya.
2. Meningkatkan nilai ekonomis dari buah sirsak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sirsak
Sirsak, nangka belanda, atau durian belanda (Annona muricata L.) adalah
tumbuhan berguna yang berasal dari Karibia, Amerika Tengah dan Amerika
Selatan (Anonimous, 2010). Kumalaningsih, dkk. (2005) berpendapat bahwa buah
sirsak merupakan salah satu komoditas hortikultura daerah tropis seperti Indonesia
yang mempunyai potensi nilai ekonomis tinggi. Hal ini disebabkan buah sirsak
memiliki flavor dan aroma yang khas, sehingga berpotensi untuk dikembangkan
menjadi bahan baku industri makanan dan minuman. Buah sirsak dapat dilihat
pada Gambar 1.
Gambar 1. Buah sirsak (Annona muricata L.)
Daging buah sirsak berwarna putih dan memiliki biji berwarna hitam. Buah
ini sering digunakan untuk bahan baku jus minuman serta es krim (Anonimous,
2010). Rukmana (2001) menyatakan bahwa hasil utama dari tanaman sirsak
adalah buahnya. Buah sirsak biasa berukuran kecil sampai besar, berkulit licin dan
berduri dengan daging buah yang tidak bertepung, berkadar air tinggi, dan berasa
masam manis. Buah sirsak yang matang dapat dikonsumsi segar maupun diolah
lebih lanjut menjadi aneka makanan dan minuman, misalnya dodol, jelly, anggur
Buah sirsak bentuknya tidak beraturan tetapi umumnya berbentuk jorong
yang mengecil pada bagian ujungnya. Kulit buah mempunyai duri-duri pendek
dan lunak. Daging buahnya lunak/lembek, berwarna putih berserat, berbiji hitam
pipih dan banyak. Rasanya asam manis dan segar serta aromanya harum. Tanda
buah sirsak yang telah tua adalah jarak duri pada permukaan buah telah melebar
dan tangkai buahnya menguning (Rukmana, 2001).
Menurut Kumalaningsih, dkk (2005), buah sirsak terdiri atas 67,5% daging
buah yang dapat dimakan, 20% kulit, 8,5% biji dan 4% empulur. Komposisi kimia
dan gizi daging buah sirsak ditunjukkan pada tabel 1.
Tabel 1. Komposisi buah sirsak tiap 100 gr bahan
Bagian yang dapat dimakan (%)
81,70
Kandungan zat gizi yang terbanyak dalam sirsak adalah karbohidrat. Salah
satu jenis karbohidrat pada buah sirsak adalah gula pereduksi (glukosa dan
fruktosa) dengar kadar 81,9-93,6 persen dari kandungan gula total. Buah sirsak
mengandung sedikit lemak (0,3 g/100 g) sehingga sangat baik untuk kesehatan.
Rasa asam pada sirsak berasal dari asam organik nonvolatil, terutama asam malat,
adalah vitamin C, yaitu sekitar 20 mg per 100 gram daging buah. Kebutuhan
vitamin C per orang per hari (yaitu 60 mg) telah dapat dipenuhi hanya dengan
mengonsumsi 300 gram daging buah sirsak. Mineral yang cukup dominan adalah
fosfor dan kalsium, masing-masing sebesar 27 dan 14 mg per 100 g (Anonimous,
2010).
Keunggulan sirsak terletak pada kadar sodium (natrium) yang rendah (14
mg per 100 g), tetapi tinggi potasium (kalium), yaitu 278 mg per 100 g. Selain
komposisi gizi, buah sirsak juga mengandung komponen non gizi. Salah satu di
antaranya adalah mengandung banyak serat pangan (dietary fiber), yaitu mencapai
3,3 g per 100 g daging buah (Anonimous, 2010).
B. Bunga Rosella
Morton (1999) menyatakan bahwa rosella (Hibiscus sabdariffa L.) adalah
sejenis semak belukar tropis dengan gembungan kelopak atau daun pelindung
berwarna merah atau hijau yang dapat dimakan. Tanaman rosella (Hibiscus
sabdariffa L.) termasuk vamili Malvaceae dan terdapat 2 tipe utama, yaitu
Hibiscus sabdariffa var. altassima dan Hibiscus sabdariffa var. sabdariffa.
Hibiscus sabdariffa var. altassima lebih mempunyai nilai ekonomi dibandingkan
varietas kedua, karena ditanam untuk menghasilkan serat (Anonimous. 2006).
Bunga rosella dapat dilihat pada gambar 2.
Kelopak bunga rosella mempunyai rasa yang asam dan berwarna merah.
Kelopak bunga rosella adalah bagian tanaman yang paling banyak dipakai untuk
berbagai macam kegunaan, seperti pada pembuatan selai, manisan, teh dan juice
(Anonimous, 2005).
Hasil penelitian menunjukan, kelopak bunga rosella banyak mengandung
beberapa senyawa, yaitu : asam sitrat, asam malat, vitamin C, antosian, protein
dan flavonoid. Kandungan flavonoid bernama gossypetine, hibiscetine dan
sabdaretine menpunyai kerja sebagai antioksidan, yaitu aktivitas yang dapat
melawan radikal bebas. Radikal bebas adalah perusak sel tubuh yang
menyebabkan sel mengalami pertumbuhan yang tidak normal (Anonimous, 2005).
Menurut Anonimous (1981), setiap 100 gr rosella mengandung 260-280
mg vitamin C, vitamin D, B1 dan B2. kandungan lainya adalah kalsium 486 mg,
Omega 3, Magnesium, beta karotin serta asam amino esensial seperti lysine dan
agrinine. Warna bunga rosella yang merah menyala dapat dijadikan pewarna
alami pada makanan.
Tabel 2. Komposisi kimia Rosella dalam 100 gram bahan
Komposisi Kadar
Asam Askorbat (mg)
Di India barat dan tempat-tempat tropis lainnya, kelopak segar Rosella
digunakan untuk pewarna dan perasa dalam membuat anggur Rosella, jeli, sirup,
gelatin, minuman segar, pudding dan cake. Kelopak bunga Rosella yang berwarna
cantik dapat ditambahkan pada salad untuk mempercantik warnanya. Kelopak
bunga Rosella juga dapat dimasak sebagai pengganti kubis (Maryani dan Kristina,
2005).
Kelopak kering dapat dimanfaatkan untuk membuat teh, jeli, selai, es
krim, serbat, mentega, pai, tart dan makanan pencuci mulut lainnya. Pada
pembuatan jelli Rosella tidak perlu ditambahkan pektin untuk memperbaiki
tekstur karena kelopak sudah mengandung pektin sebanyak 3,19%. Bahkan di
Pakistan Rosella direkomendasikan sebagai sumber pektin untuk undustri
pengawetan buah (Anonymos, 2006).
C. Fruit Leather
Fruit leather merupakan bubur daging buah yang dikeringkan sampai
kadar air sekitar 20%, sehingga berbentuk lembaran tipis yang dapat digulung
(Suyitno, 2005). Menurut Ranken (1993), fruit leather dibuat dari campuran
bubur buah yang telah dikeringkan dan bahan tambahan lainnya (gula, glukosa,
pati, asam dan pektin) yang biasanya dikonsumsi sebagai makanan ringan.
Fruit leather merupakan produk makanan yang berbentuk lembaran tipis
yang mempunyai konsistensi dan rasa khas dari jenis buah yang digunakan. Jenis
buah yang biasa diolah menjadi fruit leather sebaiknya mempunyai kandungan
serat tinggi. Produk ini dapat dibuat dari satu jenis buah-buahan atau campuran
Kordylas (1991) menyatakan bahwa fruit leather merupakan bubur buah
atau puree yang dibuat dari mangga, jambu biji, papaya, pisang, atau pisang raja
yang dikeringkan dalam bentuk lembaran. Buah dihancurkan sampai menjadi
bubur dan melewati saringan. Bubur terseut kemudian direbus sampai beberapa
menit untuk sterilisasi dan inaktivasi enzinm, kemudian dipaparkan untuk
dikeringkan. Pengeringan dilakukan pada baki (dilapisi dengan plastik agar tidak
lengket) pada suhu udara pengering 48oC selama 6-8 jam. Manisan kering
dikelompokkan dalam makanan setengah basah. Menurut Winarno (1992),
makanan setengah basah adalah suatu makanan yang mempunyai kadar air tidak
terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah, yakni sekitar 15-20%, namun makanan ini
tahan lama karena aktivitas airnya dibawah 0,7. Pada kondisi ini bakteri tidak
dapat tumbuh.
Sampai saat ini belum ada ketentuan SII untuk kualitas fruit leather yang
baik, tetapi telah banyak dilakukan penelitian mengenai fruit leather. Fruit leather
yang baik mempunyai kadar air 10-20% nilai aw kurang dari 0,7, teksturnya
plastis, penampakan seperti kulit, terlihat mengkilat, dapat dikonsumsi secara
langsung serta mempunyai warna, aroma, dan rasa yang khas dari jenis buah yang
digunakan sebagai bahan baku (Nurlaely, 2002).
Cara membuat fruit leather (kulit buah) nenas dan pepaya menurut
Permatasari (2006) adalah sebagai berikut:
1. Sortasi
Sortasi atau pemilihan bahan baku merupakan tahap yang penting karena
mempengaruhi kualitas leather nenas yang dihasilkan, buah nenas dan
2. Pengupasan dan pencucuian
Buah nenas dikupas kulitnya, dibuang matanya beserta batangnya yang
keras, daging buah nenas diambil lalu dipotong-potong dan dilakukan
pencucian dengan air bersih. Buah papaya dikupas kulitnya, daging buah
diambil lalu dipotong-potong dan dilakukan pencucian dengan air bersih.
3. Perendaman
Perendaman dengan Na-Pirofosfat sebanyak 2%
4. Blanching
Buah nenas dan papaya diblanching menggunakan uap panas pada suhu
80-90oC selama 5 menit
5. Penghancuran
Buah nenas (70%) dan papaya (30%) tersebut dihancurkan dengan
menggunakan blender, hasil yang diperoleh dari penghancuran ini adalah
bubur buah nenas dan papaya.
6. Pencampuran
Bubur buah nenas dan papaya dicampurkan dengan konsenrasi gula 20%
dan asam sitrat sebanyak 0,5%.
7. Pembentukan lembaran
Ditempatkan di Loyang ukuran 25x20 cm yang dialasi plastic, ketebalan +
0,5 mm dan dilakukan pengeringan pada suhu 55oC.
8. Pengeringan selama 27 jam
9. Pemotongan ukuran 2x2 cm dan dikemas plastic fruit leather nenas dan
papaya.
Diagram alir pembuatan fruit leather nenas dan papaya dapat dilihat pada
Nenas dan papaya (70:30)
Sortasi
Pengupasan dan Pencucian
Perendaman dengan Na-Pirofosfat 2%
Blanching 80-90oC, 5 menit
Penghancuran
Pencampuran dengan asam sitrat 0,15%, gula 20%
Pembentukan lembaran
Pengeringan 55oC, 27 jam
Pemotongan dan Pengemasan
Fruit leather nenas dengan papaya
D. Bahan Pembantu
a. Gula
Sukrosa atau lebih dikenal sebagai gula pasir dihasilkan oleh tanaman tebu
atau bit (Bermiller, 1992). Sukrosa adalah zat disakarida yang pada hidrolisa
menghasilkan glukosa dan fruktosa. Penambahan gula memungkinkan terjadinya
proses karamelisasi, yaitu bila gula telah mencair dipanaskan terus sehingga
suhunya melampaui titik leburnya. Titik lebur gula terdapat pada suhu 160 oC. pembentukan caramel ini biasanya digunakan untuk meningkatkan cita rasa dan
warna makanan (Winarno, 1997).
Menurut Anonimous (1994) dalam Kristiani (2001), gula memperbaiki
konsistensi, membuat transfer panas selama pengeringan, memperbaiki aroma,
memperbaiki tekstur dan cita rasa. Dalam pembuatan fruit leather biasanya
menggunakan konsentrasi gula sebesar 30% (Suci, 1993). Dengan adanya pektin
dan gula yang ada dalam daging buah, penambahan gula pada tingkat keasaman
tertentu maka akan terbentuk gel sehingga fruit leather yang dihasilkan
mempunyai tekstur tertentu.
Gula berperan dalam pengawetan dan pembuatan aneka ragam produk
makanan. Hal ini disebabkan karena gula mempunyai daya larut yang tinggi,
kemampuan mengurangi kelembaban relatif dan mengikat air yang ada sehingga
tidak tersedia untuk pertumbuhan mikroorganisme. Dalam industri makanan
biasanya digunakan sukrosa dalam bentuk kristal halus atau kasar dan dalam
jumlah yang banyak digunakan dalam cairan sukrosa (Buckle et al, 2007).
Winarno (1992) menyatakan bahwa sukrosa sebagai pengawet banyak
sebagainya. Penambahan gula pada kadar yang tinggi akan dapat menyerap dan
mengikat air sehingga tidak bebas lagi digunkana oleh mikroorganisme sehingga
Aw bahan menjadi rendah.
Selai (jam) adalah bahan pangan setengah padat yang dibuat tidak kurang
dari 45% bagian berat zat penyusun sari buah dan 55% bagian berat gula.
Campuran ini dikentalkan sampai mencapai kadar zat padat terlarut tidak kurang
dari 65% (Desrosier, 2008). Sifat gula menurut Hwang (1998) antara lain
memberi cita rasa yang khas, sebagai zat pemanis, sebagai pengawet, dan
menyebabkan produk tampak berisi dan mengkilat.
Pembuatan manisan buah terutama meliputi peresapan lambat dengan sirup
sampai kadar gula di dalam jaringan cukup tinggi sehingga dapat mencegah
pertumbuhan mikrobia pembusuk. Proses pembuatan manisan dilakukan dengan
cara sedemikian rupa sehingga buah tidak lunak dan menyerupai jam atau menjadi
liat dan seperti kulit (Desrosier, 2008).
Menurut Buckle et al (2007), apabila gula ditambahkan ke dalam pangan
dalam konsentrasi yang tinggi (paling sedikit 40% padatan terlarut) sebagian dari
air yang ada menjadi tidak tersedia untuk pertumbuahan mikroorganisme dan
aktivitas air (aw) bukan merupakan faktor satu-satunya yang mengendalikan
pertumbuhan berbagai mikroorganisme karena bahan-bahan dasar yang
mengandung komponen yang berbeda-beda tetapi dengan nilai aw yang sama
dapat menunjukkan ketahanan yang berbeda-beda terhadap kerusakan karena
Tabel 3. Komposisi gula pasir tiap 100 gr bahan
Komposisi Berat Kalori (kal)
Karbohidrat (g) Kalsium (g) Fosfor (g) Besi (g) Air (g)
364 94
5 1 0,1 5,4
Sumber : Anonimous (1990) dalam Handayani (2003)
Menurut penelitian Radiyati dkk (1999) dalam pembuatan fruit leather
blending nanas dan pisang pada konsentrasi gula 20% mendapatkan warna paling
disukai, konsentrasi gula 15% menghasilkan rasa dan aroma paling disukai,
konsentrasi gula 15% menghasilkan tekstur yang paling disukai.
b. Gum Arab
Gum arab, dikenal pula sebagai gum Acacia adalah salah satu produk getah
(resin) yang dihasilkan dari penyadapan getah pada batang tumbuhan legum
(polong-polongan). Gum arab adalah suatu eksudat dari berbagai jenis pohon
Acacia, terutama Acacia Senegal, dan diperoleh sebagai hasil menyadap getah
pohon. Getah tersebut dikumpulkan lalu dikeringkan dengan udara. Hasil tahunan
tiap pohon rata-rata 0,9 - 2,0 kg. Kemungkinan besar tumbuhan ini berasal dari
oasis padang pasir di Afrika utara. Sudan merupakan penghasil 70% produksi
gum arab sedunia. (Belitz, 1999)
Belitz (1999) juga menyatakan bahwa struktur gum arab mirip dengan
polisakarida, dengan suatu rata-rata cakupan bobot molekular sebesar 260-1.160
kdal. Unit struktural utama, dengan proporsi ukuran potongan untuk Eksudat
getah A.Senegal antara lain L-Arabinose, L-Rhamnose, Galactose dan asam
mempunyai suatu rantai inti yang utama terdiri dari residu β-D-Galactopyranosyl
yang dihubungkan oleh 1-3 ikatan. Gum arab sangat larut dalam air dan kelarutan
sampai ke 50%. Viskositas kelarutan dimulai secara curam hanya pada
konsentrasi tinggi. Gum arab stabil dalam larutan asam.
Gum arab banyak dipakai dalam industri makanan dan kimia lainnya. Gum
Arab digunakan sebagai campuran minuman untuk mengurangi tekanan
permukaan (surface tension) air dan stabilizer (Anonimous, 2008). Gum Arab
larut sempurna dalam air, tetapi sangat lambat, meninggalkan sisa bagian tanaman
dalam jumlah sangat sedikit, tidak berwarna, lengket, transparan, tidak larut dalam
etanol dan dalam eter (Anonimous, 1995).
Menurut Alikonis (1989), gum arab dapat digunakan untuk bahan pengental,
pembentuk lapisan tipis, pemantap emulsi dan pengikatan air serta flavor, selain
itu juga sering digunakan sebagai bahan pengikat untuk mencegah kerapuhan
produk yang memiliki kelembaban rendah. Gum arab digunakan untuk
meningkatkan bentuk dan tekstur tanpa merubah flavor, bau dan warna (Anonymous,
1991).
Mekanisme pengikatan utama antar partikel adalah sebagai berikut:
1.kekuatan adhesi dan kohesi dalam pergerakan cairan film antar partikel secara
individual. 2. Kekuatan penghubung dalam pergerakan cairan film. Cairan
ditambahkan kedalam campuran bahan dan akan didistribusikan sebagai film
disekitar partikel. Cairan tersebut ditambahkan secukupnya untuk membentuk lapisan
dan untuk menghasilkan pergerakan film. 3. Pembentukan jembatan yang kuat
setelah pengeringan. Hal ini bisa dibentuk oleh adanya pelarutan parsial, ikatan yang
Dengan tidak adanya jembatan cair dan padat yang dibentuk oleh agen pengikatan.
(Summers, 2002 dalam Kusuma 2008).
Gum arab mempunyai daya ikat yang lebih kuat dibanding pengikat lain.
Penggunaan bahan pengikat yang terlalu banyak akan menghasilkan massa jaringan
yang terlalu basah. Sebaliknya, kekurangan bahan pengikat akan menghasilkan daya
rekat yang lemah (Parrott, 1971 dalam Indriani, 2008). Karakteristik kimia gum arab
berdasar basis kering dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Karakteristik kimia gum arab
Komponen Nilai (%)
Galaktosa Arabinosa Rhamnosa Asam glukoronik Protein
36,2 30,5 13,0 19,5 2,24 Sumber : Glicksman (1992)
E. Pengeringan
Desrosier (2008) menyatakan bahwa buah-buahan lebih banyak yang
diawetkan dengan pengeringan daripada dengan cara pengawetan pangan lain.
Pengeringan merupakan salah satu cara pengawetan pangan yang paling luas
digunakan. Dehidrasi merupkan suatu cara untuk memproduksi buah-buahan
kering dalam bentuk baru dan dengan kualitas yang lebih baik.
Pengeringan sebagai suatu metode untuk mengeluarkan atau menghilangkan
air dari suatu bahan dengan tujuan untuk menjaga bahan dari kerusakan
mikrobiologis, enzimatis dan kimiawi. Proses pengeringan merupakan proses
pertama yang bertujuan untuk mengawetkan bahan makanan. Disamping untuk
mengawetkan bahan pangan yang mudah rusak,pengeringan juga bertujuan untuk
dan penyimpanan. Dengan pengeringan bahan menjadi padat dan kering, sehingga
volume bahan menjadi lebih ringkas, mudah dan hemat ruang dalam
pengangkutan, pengemasan dan penyimpanan (Wirakartakusumah dkk, 1992).
Pengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air suatu bahan hasil
pertanian. Adanya penurunan kadar air bahan pangan akan mempunyai daya
simpan yang lebih lama, mengingat air yang terdapat dalam jumlah besar dalam
bahan pangan merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroba pembusuk
dan kegatan enzim. Pengeringan juga bertujuan untuk mempermudah penanganan,
transportasi, pengepakan produk, dan lain-lain (Susanto, 1985).
Proses pengeringan yang dilakukan dalam pembuatan leather bertujuan
untuk menurunkan kadar air dan diharapkan dapat mengawetkan karakteristik
kualitas seperti rasa dan nlai gizi. Muchtadi (1992) menyatakan bahwa tujuan
pengeringan adalah mengurangi kadar air bahan sampai batas tertentu dimana
pertumbuhan mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan
pembusukkan terhambat atau terhenti, sehingga bahan yang dikeringkan waktu
simpannya lebih lama. Selain itu pengeringan bertujuan untuk menghemat biaya
pangangkutan, karena volume bahan menjadi lebih kecil dan daya fisiologik
bahan dapat dipertahankan.
Pada pembuatan fruit leather digunakan pengeringan buatan yaitu
pengeringan menggunakan alat pengering. Dengan pengeringan buatan ini, tinggi
rendahnya suhu, kelembaban udara, kecepatan pengaliran udara dan waktu
pengeringan dapat diatur sesuai dengan komoditi yang dikeringkan. Pengawasan
yang tidak tepat dari faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan terjadinya case
hardening yaitu suatu keadaan dimana bagian permukaan bahan telah sangat
air pada permukaan bahan jauh lebih cepat daripada difusi air dan bagian dalam
ke luar (Susanto dan Saneto, 1994).
Susanto dan Saneto (1994) juga menyatakan bahwa proses pengeringan
dapat dilakukan dengan beberapa cara, hal ini tergantung sifat bahannya,
kegunaan serta nilai ekonomisnya. Beberapa keuntungan dari pemakaian
teknologi pengeringan pada sayur dan buah antara lain bahan menjadi lebih awet,
volume bahan menjadi lebih kecil sehingga mempermudah dan menghemat ruang
pengangkutan dan pengepakan, berat bahan juga menjadi berkurang sehingga
memudahkan pengangkutan, dengan demikian diharapkan biaya produksi menjadi
lebih murah. Sedangkan sisi kerugiannya antara lain terjadinya
perubahan-perubahan sifat fisis seperti: pengerutan, perubahan-perubahan warna, kekerasan, dan
sebagainya. Perubahan kualitas kimia, antara lain penurunan kandungan vitamin C
maupun terjadinya pencoklatan, demikian pula kulitas organoleptiknya.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa lama
pengeringan untuk Fruit leather jambu mete adalan selama 30 jam (Nurlaely,
2002), pada Fruit leather mangga selama 28 jam (Kristiani, 2001), sedangkan
menurut Permatasari (2005) pada pembuatan leather mete diperlukan waktu
pengeringan selama 24 jam.
F. Pengaruh Proses Pengeringan Terhadap Bahan Makanan
Desrosier (2008) menyatakan bahwa pengaruh pengeringan terhadap bahan
makanan, antara lain:
1. Selama pengeringan, bahan pangan kehilangan kadar air yang
2. Nilai gizi setelah pengeringan lebih kecil bahan segar karena pada bahan
kering terdapat vitamin-vitamin yang hilang
3. Asam askorbat dan karoten mengalami kerusakan karena proses oksidasi
4. Buah-buahan banyak mengandung karbohidrat sehingga kerusakannya
dapat terjadi peubahan warna misalnya kaamelisasi yaitu reaksi antara
asam organik dengan gula reduksi yang menyebabkan warna menjadi
kecoklatan
5. Jumlah air lebih kecil sehingga mikrobia sukar tumbuh
6. Umumnya pemanasan 212oF > 60oC, 1 menit sudah mampu
menginaktifkan enzim atau pada suhu panas lembab mendekati suhu didih
air: enzim inaktif, enzim yang paling tahan yaitu katalase, kadar air < 1%
tidak ada aktifitas enzim
7. Kemampuan bahan untuk menyerap, memantulkan menyebarkan atau
meneruskan warna akan rusak karena panas (karotenoid dan antosianin)
G. Analisa Keputusan
Analisa keputusan pada dasarnya adalah suatu prosedur yang logis dan
kuantitatif yang tidak hanya menerangkan mengenai pengambilan keputusan,
tetapi juga merupakan suatu cara untuk membuat keputusan (Siagian, 1987).
Proses pengambilan keputusan didahului dengan mengetahui permasalahan,
alternatif-alternatif yang ada serta criteria untuk mengukur atau membandingkan
setiap alternatif yang memberikan hasil atau keuntungan yang paling besar
dengan resiko yang paling kecil serta yang paling efektif. Jadi masalah yang
mempersulit suatu keputusan adalah adanya alternatif yang harus dipilih sebagai
Analisis keputusan adalah untuk memilih alternatif terbaik yang dilakukan
antara aspek kualitas, kuantitas dan aspek financial dari produk yang dihasilkan
dari kombinasi setiap perlakuan, kemudian ditentukan alternatif yang terbaik
(Mangkusubroto dan Trisnadi, 1987).
H. Analisa Finansial
Menurut Mangkusubroto dan Trisnadi (1987) analisa financial adalah data
sekunder berupa harga-harga baik baha baku maupun bahan tambahana digunakan
sebagai dasar perhitungan kelayakan financial pada produk. Analisis financial
yang dilakukan meliputi analisis nilai uang dengan metode Net Present Value
(NPV), Internal Rate of Return (IRR), Break Event Point (BEP) dan Payback
Period.
1. Break Event Point (Pujawa, 2002)
BEP adalah suatu keaaan dimana pada tingkat pemjualan tertentu,
perusahaan tidak memperoleh keruntungan ataupun menderita kerugian. BEP
dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
BEP = Fixed Cost .
Sales price / unit – variable cost / unit
= X unit
BEP = Fixed Cost .
1 – Variable cost / net sales
= Rp X
BEP = BEP .
Volume penjualan
= X produk
NPV merupakan selisish antara Present Value daripada benefit dan present
vakue daeipada biaya. Bila dalam analisa NPV lebih besar dari nol. Berarti proyek
layak untuk dilaksanakan. Sedang jika dalam perhitungan diperoleh NPV lebih
kecil dari nol, berarti proyek tudak layak untuk dilaksanakan (Susanto dan Saneto,
1994).
NPV = ∑ B1 - C1
i =1 (1 + I )t
keterangan :
B1 = Penerimaan pada tahun ke – 1
C1 = Pengeluaran pada tahun ke – 1
t = 1, 2, 3, ……. N
n = Umur ekonomi proyek
I = Sosial discount rate
3. Payback Periods (Susanto dan Saneto, 1994)
Payback Period merupakan perhitungan jangka waktu yang dibutuhkan
untuk mengembalikan modal yang ditanam pada proyek. Payback Period tersebut
harus lebih kecil dari nilai ekonomis proyek. Kriteria ini memberikan nilai bahwa
proyek akan dipilih jika mempunyai waktu payback period yang paling cepat.
PP = I . Ab
Keterangan :
I = Jumlah modal
Ab = Penerimaan bersih pertahun
Internal Rate of Return merupakan tingkat suku bunga yang menunjukkan
persamaan antara nilai penerimaan bersih sekarang dengan jumlah investasi
(modal) awal dari suatu proyek yang sedang dikerjakan. IRR merupakan nilai
discount rate i yang membuat NPV diproyek = 0. Bila IRR suatu proyek kebih
besar dari suku bunga yang berlaku maka proyek dinyatakan layak untuk
dilaksanakan.
IRR = I’ + NPV “ (Xi” – i”) NPV’ + NPV”
Keterangan :
NPV’ = NPV positif hasil percobaan nilai
NPV” = NPV negatif hasil percobaan nilai
i’ = Tingkat suku bunga sekarang
i“ = Tingkat suku bunga yang akan datang
5. Gross Benefit Cost Ratio (Kadariyah dan Gray, 1987)
Merupakan nilai perbandingan antara manfaat (pendapatan) dengan biaya
yang dikeluarkan. Kriteria ini memberikan pedoman bahwa proyek akan dipilih
apabila gross benefit cost ratio lebih besar I, dan bila proyek memiliki gross
benefit cost ratio kurang dari I tidak akan dipilih.
Benefit = Bt . (1 + I) t Cost = Ct .
(1 + I) t
Gross B / C = ∑ Bt . i =1 (1 + I )t
I. Landasan Teori
Buah sirsak merupakan bahan pangan yang mempunyai nilai nutrisi
lengkap, diantaranya Vitamin C dan mineral seperti antara lain fosfor dan kalsium
(Nuswamarhaeni, 1993). Kumalaningsih, dkk (2005) berpendapat bahwa buah
sirsak memiliki flavor dan aroma yang khas, sehingga berpotensi untuk
dikembangkan menjadi bahan baku industri makanan dan minuman. Menurut
Nuswamarhaeni (1993), daging buah sirsak berwarna putih berserat, lunak/
lembek dan rasanya asam manis.
Kelopak bunga rosella mempunyai rasa yang asam dan banyak dipakai
untuk berbagai macam kegunaan, seperti pada pembuatan selai, manisan, teh dan
juice. Bunga rosella juga mempunyai kandungan gizi yang baik, yaitu kandungan
vitamin C yang tinggi dan antioksidan dari zat warna merah antosianin bunga
rosella (Anonimous, 2005).
Fruit leather merupakan bubur daging buah yang dikeringkan sampai kadar
air sekitar 20%, sehingga berbentuk lembaran tipis yang dapat digulung (Suyitno,
2005). Masalah yang sering timbul pada fruit leather adalah plastisitasnya yang
kurang baik (mudah patah). Untuk menghasilkan fruit leather dengan kriteria
tersebut maka diperlukan bahan pengikat yang diharapkan dapat memperbaiki
plastisitas dari fruit leather. Upaya pemecahan masalah tersebut adalah dengan
penambahan bahan pengikat dengan konsentrasi yang berbeda, sehingga dapat
memperbaiki keplastisitasan (Octavia dkk, 2009).
Bahan pengikat adalah bahan yang digunakan untuk mengangkat partikel kecil
menjadi suatu jaringan yang kokoh. Bahan pengikat berfungsi untuk menaikkan
kekompakan kohesi, membentuk ikatan bersama antar partikel (Banker dan
sukrosa, gum arab, polivinil pirolidon dan derivat selulosa (misalnya mikrokristalin
selulosa) (Alderborn, 2002).
Gum arab banyak digunakan sebagai pengikat air dan senyawa lain seperti
gula (sukrosa) serta penstabil dalam makanan untuk meningkatkan bentuk dan
tekstur tanpa merubah flavor, bau dan warna (Anonimous, 2008).
Mekanisme pengikatan utama antar partikel adalah sebagai berikut: 1.kekuatan
adhesi dan kohesi dalam pergerakan cairan film antar partikel secara individual. 2.
Kekuatan penghubung dalam pergerakan cairan film. Cairan ditambahkan kedalam
campuran bahan dan akan didistribusikan sebagai film disekitar partikel. Cairan
tersebut ditambahkan secukupnya untuk membentuk lapisan dan untuk menghasilkan
pergerakan film. 3. Pembentukan jembatan yang kuat setelah pengeringan. Hal ini
bisa dibentuk oleh adanya pelarutan parsial, ikatan yang mengeras, kristalisasi
substansi yang larut. 4. Kekuatan ikatan antar partikel padat. Dengan tidak adanya
jembatan cair dan padat yang dibentuk oleh agen pengikatan. (Summers, 2002 dalam
Kusuma 2008).
Menurut Permatasari (2005) penambahan gula dimaksudkan selain sebagai
pengawet juga untuk menambah citarasa dan memperbaiki
penampakan.Pengolahan dengan menggunakan gula yang dikombinasikan dengan
pengeringan bertujuan untuk memperpanjang masa simpan, memperoleh aroma
serta rasa yang khas (Desrosier, 2008).
Kriteria yang diharapkan yaitu teksturnya plastis, penampakan seperti kulit,
terlihat mengkilat, serta mempunyai warna, aroma, dan rasa yang khas dari jenis
buah yang digunakan sebagai bahan baku (Nurlaely, 2002).
Pada pembuatan fruit leather terjadi pembentukkan gel dengan adanya asam,
bermuatan negatif. Penambahan gula akan mempengaruhi keseimbangan pektin-air
yang ada dan meniadakan kemantapan pektin. Pektin akan menggumpal dan
membentuk suatu serabut halus. Struktur ini mampu menahan cairan. Ketegaran dari
jaringan tersebut dipengaruhi oleh kadar gula dan asiditas. Makin tinggi kadar gula
maka makin berkurang air yang ditahan oleh struktur (Desrosier, 2008). Kondisi
optimum pembentukan gel antara lain pektin (0,75 – 1,5 %), gula (65-70%), asam pH
(3,2 – 3,4) (Buckle dkk, 2007).
Dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Octavia dkk (2009)
dengan perlakuan bahan pengikat CMC, gum arab dan gelatin (konsentrasi 0,3%,
0,6% dan 0,9%), menunjukkan bahwa bahan pengikat CMC dengan konsentrasi
0,9% menghasilkan fruit leather waluh dan nanas dengan sifat kimia dan
organoleptik terbaik. Menurut penelitian Mardianto (2009), pada pembuatan fruit
leather pisang –nenas (60 : 40) diperoleh perlakuan konsentrasi pektin 1 % dan
lama pengeringan 6 jam, karena memiliki rata-rata tertinggi pada kadar air, warna
dan aroma.
J. Hipotesis
Diduga perlakuan konsentrasi gula dan bahan pengikat gum arab akan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di laboraturium analisa pangan, laboraturium
teknologi pengolahan pangan dan laboraturium uji inderawi Program Studi
Teknologi Pangan, Fakultas Teknolog iIndustri UPN “Veteran” Jawa Timur pada
bulan Juli-Oktober 2010.
B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan produk antara lain: buah
sirsak dan gula pasir yang dibeli di pasar Surabaya, bunga rosella yang dibeli di
daerah Sidoarjo, dan gum arab yang dibeli di toko “Tidar Kimia” Surabaya.
Bahan-bahan yang digunakan dalam analisa antara lain: NaOH, H2SO4, KI,
Na-thiofosfat, Na2CO3, Iodium, larutan amilum, aceton, dan aquadest dibeli di
toko bahan kimia di Surabaya.
C. Alat
Alat yang digunakan adalah timbangan, cabinet drier, oven, desikator,
pnetrometer, buret, panci, kompor, water bath, alat-alat gelas dan plastik, serta
blender.
D. Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
pola faktorial dengan 2 faktor dan 3 kali ulangan. Faktor pertama adalah
konsentrasi penambahan gula. Analisis data yang digunakan adalah analisis
varians dan jika terdapat perbedaan nyata dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple
Range Test (DMRT) pada taraf 5%.
Peubah berubah terdiri dari dua faktor :
Dari bahan baku sirsak dan kelopak bunga rosella sebanyak 100 gr untuk
tiap-tiap perlakuan.
Faktor I A = Konsentrasi Gum Arab
A1 = 0,3%
A2 = 0,6%
A3 = 0,9%
Faktor II B = Konsentrasi Gula
B1 = 20% (b/b)
B2 = 30% (b/b)
B3 = 40% (b/b)
Sehingga diperoleh 9 kombinasi perlakuan antara jenis bahan pengikat dan
konsentrasi bahan pengikat. Variasi perlakuan tersebut dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Kombinasi perlakuan antara faktor A dan faktor B
B
A B1 B2 B3
A1
A2
A3
A1B1
A2B1
A3B1
A1B2
A2B2
A3B2
A1B3
A2B3
A3B3
Keterangan :
A1B1 = Bahan pengikat Gum Arab 0,3% dengan gula 20%
A1B3 = Bahan pengikat Gum Arab 0,3% dengan gula 30%
A2B1 = Bahan pengikat Gum Arab 0,6% dengan gula 20%
A2B2 = Bahan pengikat Gum Arab 0,6% dengan gula 25%
A2B3 = Bahan pengikat Gum Arab 0,6% dengan gula 30%
A3B1 = Bahan pengikat Gum Arab 0,9% dengan gula 20%
A3B2 = Bahan pengikat Gum Arab 0,9% dengan gula 25%
A3B3 = Bahan pengikat Gum Arab 0,9% dengan gula 30%
Menurut Gasperrz (1994), model matematika untuk percobaan factorial
yang terdiri dari dua faktor dengan menggunakan dasar Rancangan Acak Lengkap
(RAL) adalah :
Yijk = µ + α i + β j + ( αβ ) ij + ε i j k
Keterangan :
Yijk = Hasil atau nilai untuk faktor A level ke I, faktor B level j, ulangan k
µ = Nilai tengah umum
α i = Pengaruh faktor A pada level ke – i
β j = Pengaruh faktor B pada level ke – j
(αβ) ij = Interaksi AB pada level ke – j
ε i j k = Pengaruh galat percobaan untuk level ke -1 (a), level ke – j (B) dan
b. Peubah tetap
1. Perbandingan sirsak dan Kelopak Bunga Rosella (80:20)
2. Pengeringan dengan cabinet dryer pada suhu 60oC selama + 6 jam
c. Parameter yang diamati
1. Bahan baku (Campuran puree sirsak 80% dan rosella 20%)
a. Kadar air cara oven (Sudarmadji, 1997)
b. kadar serat kasar cara gravimetri (Sudarmadji, 1997)
c. total asam dengan metode titrasi (Sudarmadji, 1997)
d. analisis Vitamin C dengan metode titrasi yodium (Sudarmadji, 1997)
e. analisa pH (Sudarmadji, 1997)
2. Fruit leather
a. kadar air dengan metode oven (Sudarmadji, 1997)
b. analisa pH (Sudarmadji, 1997)
c. total asam dengan metode titrasi (Sudarmadji, 1997)
d. daya putus
e. aktifitas air (aw)(Sudarmadji, 1997)
f. tekstur dengan pnetrometer
g. uji organoleptik terhadap karakteristik fruit leather sirsak-rosella (warna,
rasa, tekstur, aroma) (Kartika, 1988)
3. Perlakuan terbaik
a. Vitamin C
c. Gula reduksi
d. Daya simpan ( aw dan total kapang pada 0, 7, 14, 21 hari)
d. Prosedur Penelitian
1. Sortasi
Buah sirsak dan kelopak bunga rosella dipilih yang masak.
2. Pengupasan dan pencucian
Buah sirsak diambil daging buahnya dan dipisahkan dari kulitnya, lalu
dilakukan penghancuran. Bunga rosela diambil kelopaknya, dicuci dengan air
mengalir lalu dihancurkan menggunakan blender sampai dihasilkan puree.
3. Penimbangan
Dilakukan penimbangan bubur buah sirsak dan kelopak bunga rosella
dengan perbandingan 80:20 dengan berat total 100 gram.
4. Pencampuran
Selanjutnya buah sirsak dan kelopak buah rosella dicampur dengan gula dan
bahan pengikat gum arab dengan kombinasi konsentrasi yang berbeda.
5. Setelah pencampuran, bahan di panaskan selama 3 menit dalam suhu 60oC
kemudian ditempatkan di loyang ukuran 22,56 x 15 cm yang dialasi plastik
dengan ketebalan + 0,5 mm.
6. Bahan dikeringkan pada suhu 60oC selama 6 jam. Setelah kering dengan baik, leather yang telah jadi di potong-potong untuk kemudian dikemas.
Diagram alir proses pembuatan Fruit Leather sirsak -rosella dapat dilihat
Pencucian Pencucian
Pemotongan Penghancuran
Rosela : Air
Penghancuran (5:2)
Penimbangan (80 g) Penimbangan ( 20 g)
Pencampuran I - kadar air
- kadar serat kasar - total asam - vitamin C
Gum arab 0,3%; 0,6%; 0,9% - pH
Gula 20%, 30%, 40% Pencampuran II
Pemanasan (80oC; 3 menit)
Pembentukan Lembaran (t = 2 mm )
Pengeringan (60oC; 6 jam)
Pemotongan 2x2 cm
Pengemasan (plastik PP)
Fruit Leather - kadar air - aw
- tekstur - daya putus
- pH
- total asam
- organoleptik (warna, rasa, tekstur, aroma)
Perlakuan terbaik - Vitamin C - Serat kasar - Gula reduksi
- Daya simpan (aw dan total kapang
pada 0, 7, 14, 21 hari)
Pencucian Pencucian
Pemotongan Penghancuran
Rosela : Air
Penghancuran (5:2)
Penimbangan (80 g) Penimbangan ( 20 g)
Pencampuran I - kadar air
- kadar serat kasar - total asam - vitamin C
Gum arab 0,3%; 0,6%; 0,9% - pH
Gula 20%, 30%, 40% Pencampuran II
Pemanasan (80oC; 3 menit) Pembentukan Lembaran (t = 2 mm )
Pengeringan (60oC; 6 jam) Pemotongan 2x2 cm
Pengemasan (plastik PP)
Fruit Leather - kadar air
- Aw
- tekstur - daya putus
- pH
- total asam
- organoleptik (warna, rasa, tekstur, aroma)
Perlakuan terbaik - Vitamin C - Serat kasar - Gula reduksi
- Daya simpan (Aw dan total
kapang pada 0, 7, 14, 21 hari)
Gambar 4. Diagram Alir Pembuatan Fruit Leather sirsak -rosella
Dosen Pembimbing I Dosen Penguji I
Rosida, STP. MP. Drh. Ratna Yulistiani, MP.
NIP. 957 100 044 NIP. 030 194 660
Dosen Pembimbing II Dosen Penguji II
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisa yang dilakukan pada penelitian ini dimulai dari analisa bahan awal
dan analisa produk fruit leather yang dihasilkan. Analisa dilanjutkan dengan
analisa keputusan dan finansial yang didasarkan pada segi ekonomis apabila
produk ini digunakan sebagai produk industri.
A. Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan pada pembuatan fruit leather ini adalah puree
sirsak dan rosella dengan perbandingan (80:20) meliputi kadar air, kadar serat
kasar, total asam, vitamin C dan pH. Komposisi kimia setelah dianalisa
ditunjukkan pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil analisa puree sirsak-rosella (Perbandingan 80:20)
Literatur
Parameter Hasil Analisa
Sirsak 1) Rosella 2) Kadar Air (%)
Kadar Serat Kasar (%) Total Asam (%) 1) Kumalaningsih (2005)
2) Anonimous (2006)
Hasil analisa awal terhadap puree sirsak dan rosella dalam pembuatan fruit
leather didapatkan kadar air sebesar 81,98%, serat kasar 3,297%, vitamin C
Menurut Kumalaningsih, dkk (2005), sirsak masak segar mengandung
berbagai zat gizi antara lain kadar air 81,70%, kalori 65 kal, karbohidrat 16,30%,
serat 3,3%, vitamin C 20 mg/100g. Rasa asam pada sirsak berasal dari asam
organik nonvolatil, terutama asam malat, asam sitrat, dan asam isositrat. Sedangkan
menurut Anonimous (2006), rosella mempunyai kadar air 9,2%, serat sebesar
12,0%, vitamin C 6,7 mg.
B. Hasil analisa produk fruit leather sirsak-rosella
1. Kadar air
Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa antara perlakuan
konsentrasi gum arab dan gula terdapat interaksi yang nyata (p<0,5), demikian
pada masing-masing faktor berpengaruh nyata terhadap kadar air fruit leather
sirsak-rosella yang dihasilkan.
Nilai rata-rata kadar air fruit leather sirsak-rosella dengan perlakuan
konsentrasi gum arab dan gula dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Nilai rata-rata kadar air fruit leather sirsak dan rosella dengan perlakuan konsentrasi gum arab dan gula.
Perlakuan Keterangan : Nilai rata-rata yang didampingi huruf yang berbeda menyatakan ada
Pada Tabel 6. diketahui bahwa rata-rata kadar air fruit leather sirsak dan
rosella berkisar antara 13,068% - 16,464%. Pada perlakuan penambahan
konsentrasi gum arab 0,3% dan gula 20% memberikan hasil kadar air tertinggi
(16,464%), sedangkan pada perlakuan penambahan konsentrasi gum arab 0,9%
dan gula 40% memberikan hasil kadar air fruit leather terendah (13,068%).
Pengaruh antara penambahan konsentrasi gum arab dan konsentrasi gula
terhadap kadar air fruit leather dapat dilihat pada Gambar 5.
y = 2.0542x - 23.629
Linear (gula 20%) Linear (gula 30%) Linear (gula 40%)
Gambar 5. Hubungan antara penambahan konsentrasi gum arab dan konsentrasi gula terhadap kadar air fruit leather.
Pada Gambar 5. menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi gum arab
maupun gula menyebabkan kadar air fruit leather semakin rendah. Semakin tinggi
konsentrasi gula dan gum arab maka semakin banyak jumlah air dan komponen
yang diikat. Hal ini disebabkan karena sukrosa mempunyai kemampuan untuk
menarik air dari bubur buah, air tersebut akan diuapkan pada proses pengeringan
sehingga kadar air rendah. Gugus hidroksil dari sukrosa memungkinkan terjadinya
arab juga bersifat mengikat air akan semakin menekan kandungan air dalam bahan
selama pengeringan karena gum arab mengikat jaringan agar semakin kokoh.
Menurut Radiyati (1999) kecenderungan kadar air fruit leather menurun akibat
besarnya penambahan gula diduga karena keberadaan gula akan menarik air keluar
dari puree buah sehingga bila gula yang ditambahkan makin banyak, maka semakin
banyak jumlah air yang ditarik keluar oleh gula kemudian akan segera diuapkan pada
proses pengeringan.
Gum arab mula-mula akan melapisi partikel-partikel yang tidak larut dalam
air, kemudian gum arab yang telah melapisi partikel-partikel tersebut akan
mengikat air yang ada disekitarnya (hidrofilik) (Potter, 1978)
2. Total asam
Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa antara perlakuan
konsentrasi gum arab dan gula terdapat interaksi yang nyata (p<0,5), demikian pula
masing-masing perlakuan berpengaruh nyata terhadap total asam fruit leather
sirsak-rosella yang dihasilkan.
Nilai rata-rata total asam pada perlakuan konsentrasi gula dapat dilihat pada
Tabel 7. Nilai rata-rata total asam fruit leather sirsak dan rosella dengan perlakuan konsentrasi gum arab dan gula.
Perlakuan
Keterangan : Nilai rata-rata yang didampingi huruf yang berbeda menyatakan ada perbedaan yang nyata.
Pada Tabel 7. diketahui bahwa rata-rata total asam fruit leather berkisar
antara 0,7353% – 1,2498%. Pada perlakuan penambahan konsentrasi gum arab
0,9% dan konsentrasi gula sebesar 40% menghasilkan total asam yang rendah yaitu
0,7353 mg/g sedangkan pada perlakuan penambahan konsentrasi konsentrasi gum
arab 0,3% dan konsentrasi gula sebesar 20% menghasilkan total asam yang tinggi
yaitu 1,2498 mg/g.
Pengaruh antara konsentrasi gum arab dan konsentrasi gula terhadap total
y = 0.2232x - 1.4553
Linear (gula 20%) Linear (g a 30%)ul Linear (gula 40%)
Gambar 6. Hubungan antara penambahan konsentrasi gum arab dan konsentrasi gula terhadap total asam fruit leather.
Pada Gambar 6. menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi gum arab
dan gula menyebabkan semakin rendah total asam pada fruit leather yang
dihasilkan. Hal ini disebabkan karena dengan adanya penambahan komponen lain
seperti gula dan gum arab maka pembagian total asam pada produk akan semakin
banyak sehingga dengan semakin tinggi konsentrasi gum arab dan gula maka
semakin rendah total asam pada produk.
Menurut Goutara dan Wijandi (1975), sukrosa bersifat netral dengan pH
sekitar 6,3-6,4 sehingga dengan penambahan sukrosa dapat meningkatkan pH.
Pada umumnya gum arab mempunyai rentang pH antara 4,5 – 5,5, dengan adanya
fenomena perusakan ikatan glukosidik dapat meningkatkan pH gum arab
(Anonimous, 2010).
3. Aktivitas Air (aw)
Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa antara perlakuan
masing-masing faktor berpengaruh nyata terhadap aktivitas air (aw) fruit leather
sirsak-rosella yang dihasilkan.
Nilai rata-rata aktivitas air (aw) pada perlakuan penambahan konsentrasi
gula dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Nilai rata-rata aktivitas air (aw) fruit leather sirsak dan rosella
dengan perlakuan konsentrasi gum arab dan gula.
Perlakuan Keterangan : Nilai rata-rata yang didampingi huruf yang berbeda menyatakan ada
perbedaan yang nyata.
Pada Tabel 8. diketahui bahwa rata-rata aktivitas air (aw) fruit leather sirsak
dan rosella berkisar antara 0,607-0.7. Pada perlakuan konsentrasi gum arab 0,3%
dan gula 20% memberikan hasil aw tertinggi (0,7), sedangkan pada perlakuan
penambahan konsentrasi gum arab 0,9% dan gula 40% memberikan hasil Aw fruit
leather terendah (0,607).
Pengaruh antara konsentrasi gum arab dan konsentrasi gula terhadap
y = 0.01x - 0.7078
R2 = -0.871
y = 0.0217x - 0.7022
R2 =- 0.953
y = 0.025x - 0.6844
R2 = -0.9643
0.500 0.600 0.700 0.800
gum arab 0.3% gum arab 0.6% gum arab 0.9%
A
k
ti
v
ita
s A
ir
(A
w
)
Linear (gula 20%) Linear (gula 30%) Linear (gula 40%)
Gambar 7. Hubungan antara konsentrasi gum arab dan konsentrasi gula terhadap aktivitas air (aw) fruit leather.
Pada Gambar 7. menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi gum arab
dan gula menyebabkan aw fruit leather semakin rendah. Hal ini disebabkan karena
penambahan gula dapat mengikat air sehingga tidak bebas lagi sehingga aw bahan
menjadi rendah. Demikian pula semakin tinggi konsentrasi gum arab maka aw akan
semakin rendah karena gum arab memiliki kemampuan mengikat air
mengakibatkan turunnya aw dari bahan pangan.
Menurut Buckle (2007), gula memiliki kemampuan mengikat air dan
mengurangi keseimbangan kelembaban relatif (ERH). Gum arab merupakan daya
ikat yang lebih kuat dibanding pengikat lain (Parrott, 1971).
. 4. Tekstur
Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa antara perlakuan
konsentrasi gum arab dan gula terdapat interaksi yang nyata (p<0,5), dan
masing-masing faktor berpengaruh nyata terhadap tekstur fruit leather sirsak-rosella yang
Nilai rata-rata penetrasi pada perlakuan konsentrasi gula dapat dilihat pada
Tabel 9.
Tabel 9. Nilai rata-rata penetrasi fruit leather sirsak dan rosella dengan perlakuan konsentrasi gum arab dan gula.
Perlakuan Keterangan : Nilai rata-rata yang didampingi huruf yang berbeda menyatakan ada
perbedaan yang nyata.
Pada Tabel 9. diketahui bahwa rata-rata penetrasi fruit leather sirsak dan
rosella berkisar antara 0,142 mm/g.dt – 0,206 mm/g.dt. Pada perlakuan konsentrasi
gum arab 0,3% dan gula 20% memberikan hasil penetrasi tertinggi (0,206
mm/g.dt), sedangkan pada perlakuan konsentrasi gum arab 0,9% dan gula 40%
memberikan hasil penetrasi fruit leather terendah (0,142 mm/g.dt).
Pengaruh antara konsentrasi gum arab dan konsentrasi gula terhadap tekstur
y = 0.023x - 0.2364
R2 = -0.8854
y = 0.0208x - 0.2096
R2 = -0.8825
y = 0.0155x - 0.1887
R2 = -0.9997
0.100 0.120 0.140 0.160 0.180 0.200 0.220
gula 20% gula 30% gula 40%
te
k
stu
r
Linear (gum arab 0,3%) Linear (gum arab 0,6%) Linear (gum arab 0,9%)
Gambar 8. Hubungan antara konsentrasi gum arab dan konsentrasi gula terhadap tekstur fruit leather.
Pada Gambar 7. menunjukkan bahwa semakin tinggi konsetrasi gula dan
gum arab maka menyebabkan fruit leather bertekstur keras dan liat. Hal ini
disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi gula maka kadar air semakin rendah,
selain itu dapat disebabkan karena gula yang terikat oleh bahan akan memperkeras
tekstur jaringan sel. Demikian pula dengan meningkatnya konsentrasi gum arab
dapat membantu meningkatkan kepadatan serat-serat bahan dalam membentuk gel.
Gum arab merupakan hidrokoloid dimana hidrokoloid sangat penting sebagai
pembentuk tekstur di dalam bahan makanan.
Menurut Marliyati (1992), gula mempunyai sifat pengikat dinding sel
sehingga buah menjadi keras. Semakin banyak gula maka nilai rata-rata kekerasan
menjadi lebih besar (semakin keras).
Hidrokoloid biasanya merupakan suatu zat yang larut air dan mampu
terdispersi di dalam air serta memiliki suatu fungsi thickenning dan gelling (Igoe,
gum arab disebabkan oleh panas, gel yang terbentuk teksturnya kenyal tetapi cukup
lembut.
5. pH
Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa antara perlakuan
konsentrasi gum arab dan gula terdapat interaksi yang nyata (p<0,5), dan
masing-masing faktor berpengaruh nyata terhadap pH fruit leather sirsak-rosella yang
dihasilkan.
Nilai rata-rata penetrasi pada perlakuan konsentrasi gula dapat dilihat pada
Tabel 10.
Tabel 10. Nilai rata-rata pH fruit leather sirsak dan rosella dengan perlakuan konsentrasi gum arab dan gula.
Perlakuan Keterangan : Nilai rata-rata yang didampingi huruf yang berbeda menyatakan ada
perbedaan yang nyata.
Pada Tabel 10. diketahui bahwa rata-rata pH fruit leather sirsak dan rosella
berkisar antara 3,413 - 3,497. Pada perlakuan konsentrasi gum arab 0,9% dan gula
40% memberikan hasil pH tertinggi (3,497), sedangkan pada perlakuan konsentrasi
Pengaruh antara konsentrasi gum arab dan konsentrasi gula terhadap pH
fruit leather dapat dilihat pada gambar 9.
y = 0.0217x + 3.43
R2 = 0.9826
y = 0.0283x + 3.3967
R2 = 0.9897
y = 0.0083x + 3.4067
R2 = 0.8929
3.400 3.420 3.440 3.460 3.480 3.500 3.520
gum arab 0,3% gum arab 0,6% gum arab 0,9%
pH
Linear (gula 40%) Linear (gula 30%) Linear (gula 20%)
Gambar 9. Hubungan antara konsentrasi gum arab dan konsentrasi gula terhadap pH fruit leather.
Gambar 9. menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi gula dan gum
arab maka pH fruit leather akan semakin meningkat. Hal ini disebakan karena
dengan meningkatnya penambahan sukrosa dan gum arab yang mengakibatkan
total asam semakin rendah maka pH produk meningkat.
Keasaman sangat erat hubungannya dengan total asam. Semakin tinggi total
asam pada buah maka pH buah-buahan akan semakin rendah (makin asam),
demikian juga sebaliknya (Gaman, 1992).
6. Daya putus
Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa antara perlakuan
konsentrasi gum arab dan gula tidak terdapat interaksi yang nyata (p<0,5), namun
masing-masing perlakuan berpengaruh nyata terhadap daya putus fruit leather
Nilai rata-rata daya putus pada perlakuan konsentrasi gum arab dapat dilihat
pada Tabel 11.
Tabel 11. Nilai rata-rata daya putus fruit leather sirsak dan rosella dari perlakuan konsentrasi gum arab
Konsentrasi Gum
- Semakin besar nilai daya putus maka fruit leather semakin tidak mudah putus - Nilai rata-rata yang didampingi huruf yang berbeda menyatakan ada perbedaan yang nyata.
Pada Tabel 11. diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi gum arab
menyebabkan fruit leather yang dihasilkan semakin tidak mudah putus, hal ini
disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi gum arab menyebabkan semakin
banyak molekul-molekul yang terikat satu sama lain oleh gum arab sehingga tidak
mudah putus.
Menurut Banker dan Anderson (1986), bahan pengikat berfungsi untuk
menaikkan kekompakan kohesi, membentuk ikatan bersama antar partikel.
Tabel 12. Nilai rata-rata daya putus fruit leather sirsak dan rosella dari perlakuan konsentrasi gula
Konsentrasi Gula
Pada Tabel 12. diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi gula
menyebabkan fruit leather yang dihasilkan semakin tidak mudah putus. Hal ini
disebabkan karena semakin banyak gula yang digunakan maka semakin banyak air
yang diikat sehingga stuktur fruit leather menjadi liat dan tidak mudah putus.
Menurut Winarno (2002), semakin tinggi konsentrasi gula maka
molekul-molekul berbagai senyawa dalam makanan terikat melalui ikatan hidrogen.Dengan
adanya pektin dan gula yang ada dalam daging buah, penambahan gula pada
tingkat keasaman tertentu maka akan terbentuk gel sehingga fruit leather yang
dihasilkan mempunyai tekstur tertentu (Suci, 1993).
7. Uji Organoleptik
a. Warna
Berdasarkan hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa perlakuan
konsentrasi gum arab dan gula tidak berpengaruh nyata (p<0,5) terhadap kesukaan
warna fruit leather. Hasil rata-rata kesukaan warna fruit leather dapat dilihat pada
Tabel 12.
Tabel 12. Nilai rata-rata tingkat kesukaan warna fruit leather
Perlakuan