• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Penatalaksanaa Fisioterapi pada Kondisi Hernia Nucleus Pulposus (HNP) pada L5-S1 di RSUD Salatiga.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HASIL DAN PEMBAHASAN Penatalaksanaa Fisioterapi pada Kondisi Hernia Nucleus Pulposus (HNP) pada L5-S1 di RSUD Salatiga."

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Permasalahan yang timbul pada pasien atas nama Ny. Netty Indrayati

usia 56 tahun dengan kondisi Hernia Nucleus Pulposus (HNP) pada L5-S1

yaitu Terdapat nyeri menjalar dari pinggang hingga tungkai dan adanya

penurunan kekuatan otot. Setelah mendapatkan tindakan fisioterapi dengan

modalitas TENS, Activation Deep Muscle Exercise, dan isotonic resistive

exercise selama 6x terapi didapatkan hasil sebagai berikut :

1. Adanya penurunan derajat nyeri yang dibuktikan dengan grafik

[image:1.595.157.513.442.680.2]

pengukuran nyeri dengan menggunakan skala VDS:

Grafik 4.1 Derajat Nyeri

1 2 3 4 5 6 7

T1 T3 T6

Nyeri Diam

Nyeri Tekan

Nyeri Gerak

(2)
[image:2.595.154.513.172.395.2]

2. Peningkatan nilai kekuatan otot

Grafik 4.2 Nilai Kekuatan Otot

3. Peningkatan aktivitas fungsional.

Grafik 4.3 Penilaian Oswestry Disability Index 0 1 2 3 4 5

T1 T3 T6

[image:2.595.155.513.463.698.2]
(3)

B. Pembahasan 1. Penurunan Nyeri

Pada grafik 4.1 menunjukkan adanya penurunan skala nyeri, pada

nyeri diam T1: 2 dan T6: 1, nyeri tekan T1: 4 dan T6: 2, sedangkan untuk

nyeri gerak T1: 5 dan T6: 2. Pada penggunaan TENS didapatkan

penurunan tingkat nyeri. Penurunan tingkat nyeri didapat karena TENS

konvensional menghasilkan efek analgesia terutama melalui mekanisme

segmental yaitu dengan jalan mengaktivasi serabut A-β yang selanjutnya

akan menginhibisi neuron nosiseptif di kornu dorsalis medulla spinalis.

Ini mengacu pada teori gerbang control (Gate Control Theory) yang

menyatakan bahwa gerbang terdiri dari sel internunsial yang bersifat

inhibisi yang dikenal sebagai substansia gelatinosa dan yang terletak di

kornu posterior dan sel T yang merelai informasi dari pusat yang lebih

tinggi. Tingkat aktivasi sel T ditentukan oleh keseimbangan asupan dari

serabut berdiameter besar A-α dn A-β serta serabut berdiameter kecil A-δ

dan serabut tipe C. Asupan dari serabut berdiameter kecil akan

mengaktivasi sel T yang akan dirasakan sebagai keluhan nyeri. Jika

serabut berdiameter besar teraktivasi, akan mengaktifkan sel T namun

pada saat yang bersamaan impuls tersebut juga mengaktifkan substansia

gelatinosa yang berdampak pada penurunan asupan terhadap sel T yang

berasal dari serabut berdiameter kecil dengan kata lain asupan impuls

(4)

tranmisi impuls nyeri sehingga nyeri dirasakan berkurang atau

menghilang (Parjoto, 2006).

2. Peningkatan Nilai Kekuatan Otot

Pada grafik 4.2 menunjukkan adanya peningkatan nilai kekuatan

otot ekstensor hip, ekstensor knee, dan ekstensor ankle. Pada ektensor hip

T1: 3 dan T6: 4, ekstensor knee T1: 3 dan T6: 4, ekstensor ankle T1: 3

dan T6: 4. Peningkatan nilai kekuatan otot ini di dapatkan karena adanya

adaptasi dari latihan yang diberikan pada suatu otot akan merangsang

kemampuan maksimal otot untuk berkontraksi yang mana akan

meningkatkan kemampuan maksimal otot untuk berkontraksi dimana

akan meningkatkan muscle fiber (Kisner dan Colby, 2006). Peningkatan

muscle fiber disebabkan karena peningkatan volume protein kontraktil

myofibril actin dan myosin (Schoenfeld, 2010). Meningkatnya jumlah

actin dan myosin filament yang ada, menghasilkan lebih banyak jumlah

jembatan silang myosin, menciptakan ketegangan yang lebih atau

kekuatan pada otot (Williams dan Wilkins, 2008).

3. Peningkatan Aktivitas Fungsional

Pada grafik 4.3 menunjukkan adanya penurunan derajat

ketidakmampuan. Pada Perawatan diri T1: 2 dan T6: 1, mengangkat T1: 2

dan T6: 1, berjalan T1: 2 dan T6: 1, duduk T1: 3 dan T6: 2, Berdiri T1: 3

dan T6: 2, Bepergian T1: 5 dan T6: 2. Untuk kehidupan sosial tidak ada

perubahan yaitu T1: 3 dan T6: 3 sedangkan untuk intensitas nyeri dan

(5)

berkurangnya nyeri dan adanya peningkatan nilai kekuatan otot maka

Gambar

Grafik 4.1 Derajat Nyeri
Grafik 4.2 Nilai Kekuatan Otot

Referensi

Dokumen terkait

suatu bangsa bisa dilihat dari prestasi olahraga yang dicapai oleh negara tersebut.. Tentunya hal ini membutuhkan pengorbanan dan perjuangan semua pihak

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN. UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Dari uji Chi-Square , diperoleh hasil sebagai berikut: (1) faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi responden terhadap lingkungan sekitar kawasan industri adalah

Diajukan sebagai Syarat Mencapai Gelar Sarjana Teknik. Program

pergeseran nilai-nilai yang dianut masyarakat, maka pemerintah berupaya untuk meningkatkan kualitas dan menunjukan hasil yang menggembirakan, bahkan masih banyak kegagalan

Semakin rendah total gula sisa maka pada perlakuan aerasi yang dihentikan pada jam ke-6 semakin tinggi kadar etanol yang dihasilkan, sedangkan pada perlakuan aerasi penuh

Burton dalam Hamalik (2004:26) yang temasuk dalam salah satu prinsip belajar, yaitu: “Proses belajar terutama terdiri dari berbuat hal-hal yang harus dipelajari di

Tabel 4.30 Karakteristik Marshall pada Kadar Aspal Penetrasi 60/70 Optimum