• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN SINEKTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI SASTRA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI MADRASAH ALIYAH KABUPATEN LEBAK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN SINEKTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI SASTRA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI MADRASAH ALIYAH KABUPATEN LEBAK."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

PENGESAHAN PERNYATAAN ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Pertanyaan Penelitian ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 10

E. Manfaat Penelitian ... 12

F. Definisi Operasional ... 14

BAB II MODEL SINEKTIK DALAM PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA DI MADRASAH ALIYAH ... 16

A. Konsep Model Pembelajaran ... 16

1. Pengertian Model Pembelajaran ... 16

2. Pengembangan Model Pembelajaran ... 23

3. Peran Guru dalam Pengembangan Model Pembelajaran ... 27

(2)

2. Strategi Model Pembelajaran Sinektik ... 39

3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Sinektik ... 43

4. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Sinektik .... 47

C. Pembelajaran Apresiasi Sastra ... 48

1. Pembelajaran Apresiasi Puisi ... 49

2. Unsur-unsur Pembangun Puisi ... 52

3. Tingkatan Apresiasi Sastra ... 58

D. Madrasah Aliyah ... 59

1. Tujuan Madrasah Aliyah ... ... 61

2. Kurikulum Bahasa Indonesia di Madrasah Aliyah ... 62

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 72

A. Metode dan Langkah-langkah Penelitian ... 72

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 76

1. Populasi ... .76

2. Teknik Sampling... 77

C. Instrumen dan Teknik Penelitian... 78

1. Studi Pendahuluan ... 78

2. Tahap Pengembangan Model Pembelajaran... 81

3. Tahap Uji Coba Model Pembelajaran ... 81

D. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 83

(3)

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 85

A. Hasil Studi Pendahuluan ... 85

1. Proses Pembelajaran Apresiasi Sastra Saat ini di Madrasah Aliyah ... 86

2. Kajian Literatur tentang Pembelajaran Apresiasi Sastra ... 102

B. Pengembangan Model Pembelajaran Sinektik ... 108

1. Uji Coba Terbatas ... 109

2. Uji Coba Luas ... 127

3. Evaluasi dan Refleksi Hasil Uji Coba Luas ... 136

C. Model Pembelajaran Sinektik Hasil Pengembangan ... 139

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 144

1. Hasil Belajar Uji Coba Terbatas ... 144

2. Hasil Belajar Uji Coba Luas ... 148

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 156

A. Simpulan ... 156

B. Rekomendasi ... 161

DAFTAR PUSTAKA ... 164

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 167

(4)

DAFTAR TABEL TABEL

1.1 DATA NILAI UN BAHASA INDONESIA MA

KABUPATEN LEBAK ... 6

2.1 MODEL-MODEL PENGAJARAN MEMPROSES INFORMASI ... 18

2.2 STRUKTUR STRATEGI PERTAMA; MEMBUAT SESUATU YANG BARU ... 40

2.3 STRUKTUR STRATEGI KEDUA; MEMBUAT SESUATU YANG ASING MENJADI FAMILIAR ... 42

2.4 MUATAN KURIKULUM MADRASAH ALIYAH (KELAS X) ... 63

2.5 MUATAN KURIKULUM MADRASAH ALIYAH (KELAS XI DAN XII PROGRAM IPA) ... 64

2.6 MUATAN KURIKULUM MADRASAH ALIYAH (KELAS XI DAN XII PROGRAM IPS) ... 65

2.7 CAKUPAN KELOMPOK MATA PELAJARAN ... 66

2.8 SK DAN KD KELAS X SEMESTER 1 ... 68

3.1 POPULASI PENELITIAN ... 76

3.2 SAMPEL PENELITIAN ... 78

(5)

APRESIASI SASTRA ... 88

4.3 KEADAAN MEDIA PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA .... 89

4.4 MANAJEMEN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA... 89

4.5 DESAIN DAN STRATEGI PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA... 93

4.6 KETERSEDIAAN SARANA PRASARANA PENDUKUNG PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA ... 99

4.7 PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA... 100

4.8 PENILAIAN HASIL PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA... 101

4.9 HASIL BELAJAR SISWA UJI COBA TERBATAS ... 145

4.10 TABEL HASIL BELAJAR SISWA UJI COBA TERBATAS ... 146

4.11 HASIL BELAJAR SISWA PADA UJI COBA LUAS ... 149

(6)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan hakikatnya merupakan proses pengembangan kemandirian peserta didik sesuai dengan pertumbuhan fisik, psikis, dan emosinya dalam suatu lingkungan interaksi dengan orang dewasa, seperti dengan guru di sekolah, dengan orang tua di rumah, bahkan dengan lingkungan masyarakat. Dalam interaksi tersebut terjadilah sosialisasi nilai, norma, dan komunikasi berupa transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian siswa menjadi manusia dewasa yang mandiri.

Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Sejalan dengan hal tersebut, Sudjana (1991:1) menyatakan bahwa pendidikan merupakan suatu upaya manusia untuk memanusiakan manusia. Hal ini berarti proses pendidikan yang dilaksanakan harus berorientasi dan bermuara pada pencapaian tujuan untuk menanamkan nilai-nilai dan moral positif pada manusia dalam rangka menjalani kehidupannya.

(7)

menyenangkan, dan bermakna. Dengan demikian peserta didik dapat mengkonstruksikan diri serta dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Hal ini sejalan dengan pendapat Rusman (2008:247), bahwa untuk mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan dan efektif, guru harus memiliki kompetensi merancang pembelajaran dengan baik, memilih materi yang tepat, serta dapat memilih dan mengembangkan strategi atau metode pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat terlibat secara optimal dalam kegiatan pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa untuk menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Kondisi pembelajaran yang tercipta harus berisikan interaksi belajar yang aktif antara siswa dengan siswa dan antara guru dengan siswa, yang didukung oleh berbagai komponen pembelajaran. Komponen-komponen yang dimaksud di antaranya pendidik dan peserta didik sebagai subjek belajar, kurikulum, tujuan yang ingin dicapai, metode dan teknik pembelajaran, alat dan sarana pembelajaran, perangkat evaluasi, serta lingkungan.

(8)

Sanjaya (2008:10) mengungkapkan bahwa kurikulum dalam sistem pendidikan merupakan komponen yang sangat penting, yang di dalamnya bukan hanya memuat tujuan dan arah pendidikan saja akan tetapi menyangkut juga pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa serta bagaimana mengorganisasi pengalaman itu sendiri. Karena pentingnya peran kurikulum dalam sistem pendidikan, maka dalam proses pembelajaran secara mutlak guru harus memahami kurikulum. Pemahaman terhadap kurikulum ini meliputi perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

Dalam mengimplementasikan kurikulum, guru dituntut untuk menguasai teknik mendesain kondisi belajar. Hal ini penting agar dapat tercipta kondisi dan lingkungan belajar yang kondusif serta relevan dengan landasan dan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Selain itu, guru juga harus memiliki wawasan dan keterampilan yang mantap tentang metode pembelajaran yang akan digunakan. Sejalan dengan hal ini, Ahmadi (1990:1) mengemukakan bahwa guru perlu memiliki pengetahuan dan kemampuan merencanakan (mendesaian) kegiatan pembelajaran, atau lebih tepat lagi sebagai seni memberikan pengalaman belajar.

(9)

kemampuan apresiasi (penghayatan) dan kemampuan ekspresi (menampilkan) sebuah karya sastra. Sastra itu sendiri meliputi tiga jenis, yaitu prosa, puisi, dan drama.

Beckner & Joe D. Cornett (1972) mengelompokkan mata pelajaran bahasa dan sastra ke dalam kajian kurikulum humanistik sebagai "pendidikan yang baik yang memberikan konsep dasar sejak masa Renaissance yang didalamnya terdiri atas sastra , teologi atau studi tentang ketuhanan, yang bersumber dari ilmu alam yang bertujuan untuk mengembangkan dan melayani moral sifat manusia sebagai warga negara atau sebagai hamba Tuhan. Pengembangan tersebut bertujuan pula untuk mengembangkan pemahaman atas nilai-nilai kekal seperti keadilan, kebebasan, kebaikan, keindahan, dan kebenaran dan membantu manusia mencapai kesadaran diri dan meningkatkan sensibilitasnya. Selain itu pembelajaran sastra dapat juga bertujuan untuk melayani moral sifat manusia dalam kegiatan sebagai warga negara atau hamba publik, dalam proses pembangunan kebijakan dan pengetahuan yang dapat membedakan manusia dengan hewan yang lebih rendah.

Berdasarkan uraian di atas pembelajaran sastra memiliki makna yang sangat penting bagi siswa untuk dapat memberikan pembelajaran yang cukup bijak dari pengalaman manusia. Pembelajaran dari pengalaman manusia dalam pengertian ini merupakan suatu hikmah manusia yang telah belajar dari proses sejarah dan pengalaman dari filosofi dan agamanya dalam arti luas.

(10)

tersampaikan secara utuh yang pada akhirnya tujuan pembelajaran sastra tidak akan tercapai dengan baik. Oleh sebab itu perlu dibangun suatu interaksi belajar dengan menggunakan model yang memungkinkan dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi kemampuan bersastra berdasarkan penghayatan dan pengalaman hidupnya.

Dalam pembelajaran sastra saat ini, banyak guru yang tidak memahami hakikat pembelajaran sastra itu sendiri. Pembelajaran yang dilakukan hanya terfokus pada pembeljaran sastra secara teoritis, sehingga minat siswa terhadap sastra sangat rendah. Padahal pembelajaran sastra seharusnya menitikberatkan pada aktivitas belajar siswa, baik dalam apresiasi maupun ekspresi sastra. Selain itu, dengan pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP) saat ini, guru diberikan keleluasaan untuk mendesain kurikulum termasuk di dalamnya keleluasaan dalam penentuan model pembelajaran yang dianggap cocok.

Sejalan dengan pendapat Rusyana (1982:2) bahwa tujuan pembelajaran sastra itu terdiri atasi dua hal, yakni tujuan memperoleh pengalaman apresiasi

sastra, dan pengalaman ekspresi sastra. Kenyataan pada pelaksanaan

(11)

Data prestasi Ujian Nasional (UN) mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia siswa Madrasah Aliyah (MA) di kabupaten Lebak selama tiga tahun terakhir sebagai berikut.

Tabel 1.1

DATA NILAI UJIAN NASIONAL (UN)

MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI MADRASAH ALIYAH SE-KABUPETEN LEBAK

NO TAHUN PELAJARAN RATA-RATA NILAI

1 2006/2007 6,72

2 2007/2008 6,52

3 2008/2009 6.24

Sumber : KKM MAN Rangkasbitung Kab. lebak

(12)

Untuk mendapatkan alternatif pemecahan masalah pembelajaran sastra tersebut, penulis sebagai praktisi dalam bidang bahasa dan sastra Indonesia yang juga saat ini sedang mempelajari bidang pengembangan kurikulum, tertarik untuk mengembangkan sebuah model pembelajaran apresiasi sastra khususnya untuk meningkatkan kemampuan mencipta puisi. Model ini penulis anggap dapat mengarahkan siswa pada situasi belajar kreatif dan menyenangkan. Model tersebut adalah Model Sinektik.

Model pembelajaran sinektik pertama kali diperkenalkan dan diujicobakan oleh William Gordon untuk meningkatkan kinerja perusahaan melalui pengembangan pribadi yang terintegrasi dengan kepribadian yang kompeten, Yusuf (1993:69). Model sinektik ini berorientasi pada pengembangan pribadi dan keunikan individu, diutamakan penekanannya pada proses membantu individu dalam membentuk dan mengorganisasikan realita yang unik. Kelebihan lain dari model ini adalah lebih banyak memperhatikan kehidupan emosional siswa.

(13)

Analogi tersebut telah lama digunakan sebagai salah satu alat bantu bagi proses penyusunan karya sastra secara kreatif. Sinektik merupakan suatu metode atau proses yang menggunakan metafora dan analogi untuk menghasilkan gagasan kreatif atau wawasan segar ke dalam permasalahan. Guna menghentikan kebiasaan lama serta gagasan usang dan untuk memperkenalkan suasana rileks ke dalam proses penggalian ide, maka proses sinektik mencoba membuat yang “asing” menjadi “akrab” dan juga sebaliknya.

Ketertarikan penulis pada model sinektik, karena model ini dirancang untuk meningkatkan kreativitas siswa dengan melibatkan kemampuan analogi dan metafora, yang mengajak siswa untuk berfikir sederhana dalam suasana yang menyenangkan guna mendorong pemantapan pengembangan kemampuan siswa, dalam hal ini kompetensi menulis puisi.

Bertolak dari masalah keleluasaan dalam menggunakan model pembelajaran dan rendahnya kualitas pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, terutama sastra, penulis tertarik untuk mengkaji pengembangan sebuah model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran apresiasi sastra terutama untuk meningkatkan kemampuan mencipta puisi. Hasil kajian ini penulis tuangkan dalam bentuk karya ilmiah (tesis) yang berjudul Pengembangan Model Pembelajaran Sinektik untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Sastra

pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Madrasah Aliyah Kabupaten

(14)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penggambaran latar belakang masalah yang diuraikan dalam bagian pendahuluan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Sinektik bagaimanakah yang dapat meningkatkan

kemampuan apresiasi sastra pada mata pelajaran bahasa Indonesia di

madrasah aliyah di kabupaten Lebak.

C. Pertanyaan Penelitian

Sesuai rumusan masalah yang telah ditentukan, permasalahan dalam penelitian ini diperjelas melalui pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1) Bagaimana kondisi pembelajaran apresiasi sastra saat ini pada Madrasah Aliyah di Kabupaten Lebak? Pertanyaan ini diturunkan menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut:

a. Bagaimana motivasi guru dan siswa dalam pembelajaran apresiasi sastra saat ini pada Madrasah Aliyah di Kabupaten Lebak?

b. Bagaimana desain, implementasi, dan evaluasi pembelajaran apresiasi sastra saat ini pada Madrasah Aliyah di Kabupaten Lebak?

c. Bagaimana sarana prasarana pendukung pembelajaran apresiasi sastra saat ini pada Madrasah Aliyah di Kabupaten Lebak?

(15)

a. Bagaimana perencanaan pembelajaran yang dapat dikembangkan dengan model sinektik untuk meningkatkan kemampuan apresiasi sastra pada Madrasah Aliyah di Kabupaten Lebak?

b. Bagaimana implementasi perencanaan pembelajaran dengan model sinektik dalam meningkatkan kemampuan apresiasi sastra pada Madrasah Aliyah di Kabupaten Lebak?

c. Bagaimana evaluasi pembelajaran yang dapat dikembangkan dengan model sinektik dalam meningkatkan kemampuan apresiasi sastra pada Madrasah Aliyah di Kabupaten Lebak?

3) Bagaimana efektivitas implementasi model pembelajaran sinektik terhadap peningkatan kemampuan apresiasi sastra pada Madrasah Aliyah di Kabupaten Lebak? Pertanyaan ini diturunkan menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut:

a. Bagaimana efektivitas model sinektik dalam pencapaian tujuan pembelajaran apresiasi sastra pada Madrasah Aliyah di Kabupaten Lebak?

b. Bagaimana efektivitas model sinektik dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran apresiasi sastra pada Madrasah Aliyah di Kabupaten Lebak?

D. Tujuan Penelitian

(16)

1) Memperoleh gambaran mengenai kondisi pembelajaran apresiasi sastra saat ini pada Madrasah Aliyah di kabupaten Lebak. Dengan fokus pada hal-hal sebagai berikut:

a. Ingin memperoleh gambaran mengenai motivasi guru dan siswa dalam pembelajaran apresiasi sastra saat ini pada Madrasah aliyah di Kabupaten Lebak.

b. Ingin memperoleh gambaran mengenai implementasi pembelajaran apresiasi sastra saat ini pada Madrasah Aliyah di Kabupaten Lebak. c. Ingin memperoleh gambaran mengenai sarana prasarana pendukung

pembelajaran apresiasi sastra saat ini pada Madrasah Aliyah di Kabupaten Lebak.

2) Memperoleh gambaran mengenai model Sinektik yang bagaimana yang cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran apresiasi sastra pada Madarasah Aliyah di kabupaten Lebak, dengan fokus pada hal-hal sebagai berikut: a. Ingin memperoleh gambaran mengenai perencanaan pembelajaran yang

dapat dikembangkan dengan model sinektik untuk meningkatkan kemampuan apresia sastra pada Madrasah Aliyah di Kabupaten Lebak. b. Ingin memperoleh gambaran mengenai perencanaan pembelajaran

dengan model sinektik untuk meningkatkan kemampuan apresiasi sastra pada Madrasah Aliyah di Kabupaten Lebak.

(17)

3) Memperoleh gambaran mengenai efektivitas implementasi model pembelajaran sinektik terhadap peningkatan kemampuan apresiasi sastra pada Madrasah Aliyah di kabupaten Lebak, dengan fokus pada:

a. Ingin memperoleh gambaran mengenai efektivitas model pembelajaran sinektik dalam pencapaian tujuan pembelajaran apresiasi sastra pada Madrasah Aliyah di Kabupaten Lebak.

b. Ingin memperoleh gambaran mengenai efektivitas model pembelajaran sinektik dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran apresiasi sastra pada Madrasah Aliyah di Kabupaten Lebak.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian pengembangan model Sinektik ini utamanya adalah untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran apresiasi sastra, dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan siswa Madrasah Aliyah di Kabupaten Lebak dalam apresiasi sastra. Secara lengkap, manfaat penelitian ini daapat dikelompokan menjadi lima bagian yaitu :

1. Bagi Siswa

(18)

2. Bagi guru

Dengan dilaksanakannya pengembangan model Sinektik, diharapkan model ini menjadi bahan masukan serta membuka wawasan baru bagi guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia pada Madrasah Aliyah di kabupaten Lebak atau peneliti khususnya. Dengan demikian guru dapat berinovasi dengan berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah dan siswa itu sendiri, dengan tujuan utama bahwa kegiatan pembelajaran ini dapat dilaksanakan dengan baik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan secara optimal.

3. Bagi Sekolah (Kepala Sekolah)

Sebagai bahan masukan untuk lebih memperhatikan peran guru sebagai pengembang kurikulum di sekolah, sehingga akan lebih meningkatkan upaya memotivasi guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik secara profesional.

4. Bagi Dinas Terkait

Bagi Dinas Pendidikan, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan mutu dan profesionalisme guru, khususnya guru bahasa dan sastra Indonesia.

5. Bagi Penelitian Selanjutnya

(19)

F. Definisi Operasional

Agar lebih mudah dalam memahami variabel-variabel dalm penelitian ini dan untuk menghindari multi tafsir, penulis akan memaparkan definisi operasional sebagai berikut :

1) Pengembangan model pembelajaran adalah suatu usaha untuk meneliti

penerapan atau implementasi sebuah model atau metode pembelajaran terhadap mata pelajaran tertentu dengan tujuan untuk mengetahui keakuratan sebuah model pembelajaran.

2) Sinektik adalah teori tentang pernyataan persoalan dan pemecahan berdasarkan pemikiran kreatif dengan menerapkan analogi dan metafora yang dikembangkan berdasarkan asumsi psikologi kreatif dan keunikan individu. Strategi yang dimunculkan dalam pembelajaran dengan model ini adalah menciptakan sesuatu yang baru dan memperkenalkan keanehan produk baru. Dalam pelaksanaannya, model ini melibatkan penggunaan metafora atau analogi melalui perbandingan sebuah objek gagasan dengan objek gagasan lain.

3) Apresiasi sastra merupakan kegiatan menikmati cipta sastra dengan sungguh-sungguh hingga timbul pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra. Pengertian dan penghargaan yang dimaksud, timbul atas dasar kesadaran dan pemahaman nilai-nilai yang terdapat pada karya sastra.

(20)

dengan melihat nilai yang diperoleh oleh seorang siswa dalam mengapresiasi sastra.

(21)

72 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Langkah-langkah Penelitian

Menurut Syamsudin dan Damaianti (2007:14) Metode penelitian merupakan cara pemecahan masalah penelitian yang dilaksanakan secara terencana dan cermat dengan maksud mendapatkan fakta dan simpulan agar dapat memahami, menjelaskan, meramalkan, dan mengendalikan keadaan.

Penelitian ini bertujuan ingin menghasilkan produk berupa model pembelajaran sinektik yang dapat diterapkan dalam pembelajaran apresiasi sastra pada mata pelajaran bahasa Indonesia di Madrasah Aliyah. Berdasarkan karakteristik penelitian yang dilakukan, maka penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and Development) yang merupakan metode penelitian yang dianggap paling efektif untuk mengembangkan suatu produk pendidikan yang dapat diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

Research and Development (R&D) adalah suatu proses atau

(22)

Hal ini sejalan dengan pendapat Borg & Gall (1989) bahwa “Educational research and development (R&D) is a process used to develop and validate educational product”. Penelitian dan pengembangan pendidikan merupakan suatu proses yang digunakan untuk pengembangan dan validasi produk pendidikan. Produk pendidikan yang dihasilkan dalam hal ini tidak berupa objek fisik saja seperti buku teks tetapi dapat pula berupa prosedur dan proses pendidikan, seperti metode atau model pembelajaran.

Menurut Borg and Gall (1989), langkah-langkah penelitian yang dilakukan dalam Research and Development (R&D) adalah sebagai berikut :

1. Research and information collecting (penelitian dan pengumpulan data),

merupakan studi pendahuluan meliputi review, studi literatur, observasi kelas, ketersediaan sarana dan prasarana belajar.

2. Planing (perencanaan) yaitu langkah untuk merencanakan yang akan

dilakukan berkaitan dengan penetapan tujuan, menentukan urutan pembelajaran, dan uji kelayakan.

3. Develop preliminary form of product (mengembangkan bentuk model awal).

Pada tahap ini dilakukan penyiapan materi ajar, sumber dan media yang digunakan, serta alat evaluasi yang akan digunakan. Dengan kata lain bahwa pada tahap ini merupakan mencari bentuk model pembelajaran senektik yang akan digunakan.

4. Preliminary field testing ( uji coba model awal). Pada langkah ini merupakan

(23)

5. Main product revision (revisi product), setelah uji coba terbatas dilakukan

pada langkah sebelumnya, langkah ini mencoba merevisi kekurangan-kekurangan pada uji coba awal yang diperoleh dari data observasi, wawancara, angket, dan hasil belajar siswa.

6. Main field testing (uji coba utama). Berdasarkan hasil revisi dan dilakukan

perbaikan-perbaikan pada langkah sebelumnya, langkah ini menguji cobakan kepada sampel yang lebih luas dengan melibatkan beberapa sekolah subjek dengan tujuan untuk mengetahui keakuratan produk.

7. Operational product revision (revisi produk). Untuk menghasilkan hasil yang

maksimal, langkah ini merupakan tahap revisi untuk memperoleh model yang ideal. Pada tahap ini peneliti berdiskusi dengan kolaborator terutama berkaitan dengan model pembelajaran sinektik.

8. Operasional field testing (uji coba). Draft akhir yang benar-benar siap untuk

disebarluaskan diperlukan masukan, saran, dan langkah-langkah ideal melalui angket, observasi, dan wawancara.

9. Final product revision (revisi produk terakhir), beradasarkan uji coba terbatas

dan uji coba luas, untuk lebih meyakinkan bahwa model yang akan dikembangkan benar-benar telah sempurna.

10. Dissemmination and distribution (penyebaran dan distribusi). Langkah ini

merupakan langkah terakhir dari penelitian dan pengembangan.

(24)

1) Studi pendahuluan

Studi pendahuluan dilakukan melalui kegiatan pengkajian atau studi pustaka, survey lapangan dengan cara mengamati produk atau kegiatan yang ada dan sedang berlangsung, sampai pada penyusunan draft produk.

2) Melakukan pengembangan

Pada tahapan ini, dilakukan pengembangan produk melalui program kegiatan baru (dilakukan dengan uji coba terbatas dan uji coba lebih luas). Dalam uji coba terbatas, pada penelitian ini dilakukan terhadap satu madrasah yang ada di kabupaten Lebak, yaitu di Madrasah Aliyah Mathla’ul Anwar Gunungkencana. Sementara uji coba luas dilakukan penelitian terhadap tiga madrasah dengan memenuhi jenjang kriteria rendah, sedang, dan tinggi yang penentuannya berdasarkan persepsi dan asumsi masyarakat di kabupaten Lebak.

3) Menguji Coba Model Pembelajaran

Dalam tahapan ini dilakukan pengukuran terhadap efektivitas produk atau kegiatan yang baru tersebut. Kegiatan dilakukan melalui pre tes – treatmen model – post test.

(25)

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi yang dijadikan subjek penelitian ini adalah seluruh Madrasah Aliyah (MA) yang berada di wilayah Kabupaten Lebak Provinsi Banten sebanyak 45 madrasah yang terdiri dari dua Madrasah Aliyah berstatus negeri dan 43 yang berstatus swasta. Sementara responden yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain Kepala Sekolah, dewan guru, dan peserta didik. Secara jelas jumlah populasi dalam penelitian ini, dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

NO KKM MAN Rangkasbitung NO KKM MAN Bayah 1 MAN Rangkasbitung 1 MAN Bayah

2 MA Wasfal Rangkasbitung 2 MA Mathla’ul Anwar Cikeusik 3 MA Al-Hidayah Bani Karim 3 MA Jamiyatul Mubtadi Cibayawak 4 MA Hidayah Islamiyah 4 MA Cisampih

5 MA Al-idrus Kalanganyar 5 MA Mathla’ul Anwar Cijaku 6 MA Al-Mizan Rangkasbitung 6 MA Nurul Hidayah Malingping 7 MA Darrusa’adah Cimarga 7 MA Al-Islah Malingping 8 MA Al’Itihad Warunggunung 8 MA Al-Mujtahidin Banjarsari

9 MA Sultan Hasanudin Lw.Damar 9 MA Darul ’Ulum Panggarangan

10 MA Faturrobany Rangkasbitung 10 MA Darul Kutub Bayah 11 MA Riyadul Jannah Maja 11 MA Darul Fikri Malingping 12 MA Darunna’im Kalanganyar 12 MA Mathla’ul Anwar Binuangen 13 MA Manahijussadat Cibadak

14 MA Sajira

15 MA Al-Islah cirinten 16 MA Nurul Falah Cibadak 17 MA Mujtahidin Kumpay 18 MA Al-Amin Curugbitung 19 MA Al-Ghuraf Cibadak 20 MA Alkhoiriyah Cikulur

(26)

25 MA Wasfal Cileles

26 MA Wasilatul Husna Sobang 27 MA Al-Muawanah Cileles 28 MA Bani Fadil Citeras

29 MA Miftahul Huda Curugbitung 30 MA Fatahillah Cileles

31 MA Nurul Ihya Cimarga 32 MA Tafrizul Ahkam Cikiray 33 MA Nurul Arfah Cikulur 34 MA Al-Madani Cimarga

Sumber: Seksi Mapenda Kemenag Kab. Lebak

2. Teknik Sampling

Penentuan sampel dalam penelitian ini penulis berasumsi dari pendapat Arikunto ( 2006 : 131-132), bahwa sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Untuk sekedar ancer - ancer apabila subyeknya kurang dari seratus, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, dan jika subyeknya besar dapat diambil antara 10 - 15% atau 20 - 25% atau lebih.

Dalam menentukan sampel, penulis menggunakan Probability sampling dengan teknik simple random sampling. Penggunaan teknik ini dengan asumsi bahwa anggota populasi yang ada memiliki karakteristik yang sama (homogen), sehingga seluruh anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sebagai sampel.

(27)

dalam KKM MAN Rangkasbitung) dan MA Al-Mujtahidin Banjarsari (mewakili madrasah yang tergabung di KKM MAN Bayah). Dari keempat MA tersebut, dalam penelitian ini penulis hanya akan menggunakan kelas X (sepuluh). Hal ini karena fokus penelitian pada pengembangan model pembelajaran sinektik dalam meningkatkan kemampuan apresiasi sastra, yang berdasarkan kurikulum, pokok bahasan dimaksud berada di kelas X. Secara rinci, sampel penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.2 Sampel Penelitian

NO NAMA MADRASAH KLS JUMLAH SISWA JML TOTAL SISWA

L P

1 MAN Rangkasbitung Xa 10 20 30

2 MA Mathla’ul Anwar Gunungkencana X 16 15 31

3 MA Al-Mujtahidin Banjarsari X 10 14 24

4 MA Al-Khoiriyah Cikulur X 14 17 31 Jumlah 50 66 116 Sumber: KKM MAN Rangkasbitung & KKM MAN Bayah

C. Instrumen dan Teknik Penelitian

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, penulis

menggunakan beberapa teknik penelitian dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :

1. Studi Pendahuluan

Pada tahap ini penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Observasi

(28)

gejala-gejala subyek yang diselidiki, baik pengamatan itu dilakukan di dalam situasi sebenarnya maupun dilakukan di dalam situasi buatan yang khusus diadakan.

Dengan memperhatikan definisi tersebut, penulis menggunakan teknik observasi ini dengan cara melakukan kegiatan pengamatan proses pembelajaran apresiasi sastra yang saat ini berlangsung di Madrasah Aliyah yang dijadikan sebagai sampel penelitian. Fokus pengamatan yang penulis lakukan terutama pada aspek motivasi guru dan siswa terhadap pembelajaran apresiasi sastra, implementasi pembelajaran apresiasi sastra, serta kondisi sarana prasarana pendukung pembelajaran apresiasi sastra saat ini. Hasil pengamatan tersebut dicatat oleh penulis secara sistematis.

b. Wawancara

Wawancara atau interview merupakan salah satu teknik pengumpulan data (informasi) yang dilakukan oleh peneliti terhadap obyek yang sedang diteliti. Teknik wawancara sebagai salah satu teknik dalam pengumpulan data ini, penulis gunakan untuk melengkapi teknik pengumpulan data yang lain, yang bertujuan untuk mengetahui kondisi proses pembelajaran sastra yang biasa digunakan oleh guru dan dampak proses pembelajaran sastra tersebut yang dirasakan oleh siswa. Oleh karena itu penulis akan menggunakan teknik ini kepada sejumlah guru dan siswa, demi melengkapi informasi/data yang diperlukan.

c. Studi dokumentasi

(29)

dalam proses penelitian ini, sehingga penelitian yang dilakukan dapat dipertanggungjawakan secara ilmiah. Selain itu, teknik ini juga digunakan untuk menganalisis dokumen-dokumen pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran apresiasi sastra saat ini, termasuk dokumen yang memuat tentang data hasil belajar atau prestasi siswa.

Kegiatan lain yang digunakan dalam studi dokumentasi ini adalah foto, untuk merekam peristiwa-peristiwa penting dengan cara mendokumentasikan berbagai aspek kegiatan di kelas yang meliputi seluruh aktivitas guru dan siswa dengan tujuan untuk memperjelas atau memperkuat data dari hasil observasi dan dapat juga membantu data-data lainnya yang sangat penting.

d. Kuesioner

Kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Teknik ini digunakan mengingat banyaknya responden yang akan dijadikan obyek penelitian, sehingga tidak mungkin ditanya orang - perorang secara langsung. Dari angket ini diharapkan pengumpulan data yang pokok akan terlaksana dengan efisien.

(30)

yang pada tahap selanjutnya akan diuji cobakan dalam kegiatan pembelajaran apresiasi sastra, terutama mencipta puisi.

3. Tahap Pengembangan Model Pembelajaran

Pada tahap pengembangan, dilakukan dua langkah uji coba yaitu uji coba terbatas dan uji coba luas. Pada uji coba terbatas bertujuan membuat draft model dan sekaligus merevisi hasil uji coba untuk menghasilkan draft final. Pada uji coba terbatas, peneliti melakukan penelitian di MA Mathla’ul Anwar Gunungkencana dan melakukan uji coba luas di tiga madrasah dengan kriteria baik, sedang, dan rendah. Pemilihan tiga MA tersebut berdasarkan opini masyarakat yang berada di wilayah kabupaten Lebak, sehingga peneliti mendapatkan gambaran yang jelas, MA manakah yang masuk dalam kriteria dimaksud. Madrasah tersebut yaitu MAN Rangkasbitung (baik), MAS Al-Khoiriyah Cikulur (sedang), dan MAS Al-Mujtahidin Banjarsari (rendah).

Yang penting juga harus diperhatikan pada tahap pengembangan ini yaitu yang berkaitan dengan draft perencanaan pembelajaran model sinektik, model implementasinya, serta model evaluasi pembelajaran yang dilakukan.

4. Tahap Uji Coba Model Pembelajaran

(31)

menggambarkan kemampuan siswa dalam apresiasi sastra dalam hal ini kompetensi mencipta puisi. Hasil postes ini yang merupakan data penelitian, akan diolah pada tahap penelitian selanjutnya.

[image:31.595.108.514.239.557.2]

Secara skematik tahapan penelitian yang dilakukan berdasarkan gambar berikut ini seperti yang dikembangkan oleh Sukmadinata (2004 : 207).

Gambar 2

Langkah-Langkah Penelitian

Berdasarkan skema yang dijelaskankan pada gambar di atas, studi pendahuluan merupakan studi awal untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran apresiasi sastra yang dikembangkan pada saat ini, hal ini dilakukan sebagai dasar penyusunan draft awal model pembelajara Sinektik. Pengembangan merupakan tahap uji coba terhadap draft yang telah disusun, baik draft perencanaan, implementasi, maupun draft evaluasi. Tahap pengujian merupakan upaya untuk mengukur dan mengetahui efektivitas model berdasarkan uji coba yang telah dilakukan, dapat dilihat dari pencapaian dan peningkatan hasil belajar siswa.

Studi Pendahuluan Pengembangan Pengujian

(32)

D. Pengembangan Instrumen Penelitian

Agar proses penelitian dapat berjalan dengan baik dan terarah sesuai dengan tujuan yang diinginkan, maka disusun panduan penelitian berupa instrumen. Penyusunan instrumen pun berdasarkan kisi-kisi yang dibuat, kemudian dirumuskan berupa butir-butir pertanyaan yang akan dijawab oleh responden. Kisi-kisi yang dibuat sebagai panduan umum dalam mengembangkan instrument penelitian setidaknya mencakup tiga tahapan penelitian yang telah ditentukan. Tiga tahapan dimaksud yaitu, kisi-kisi yang berkaitan dengan penyusunan instrumen untuk studi pendahuluan, yang berkaitan dengan uji coba terbatas, dan berkaitan dengan uji coba luas. Hal ini dirancang agar pada saat digunakan, intrumen tersebut dapat mengungkap informasi dan data penelitian yang diinginkan. Kisi-kisi dan intrumen secara lengkap penulis gambarkan di bagian lampiran.

E. Teknik Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul berdasarkan pada tujuan penelitian yang telah ditetapkan, kemudian dilakukan analisis dan diinterpretasi. Data yang telah diperoleh dikelompokan menjadi dua yaitu : data kualitatif dan data kuantitatif.

(33)

Data kuantitatif, diperoleh dari hasil penilaian terhadap hasil belajar siswa

pada uji coba terbatas dan uji coba lebih luas. Data kuantitatif ini akan dianalisis secara statistik menggunakan uji-t dengan menggunakan program SPSS versi 16. Uji-t ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa sekaligus untuk mengukur efektivitas model pembelajaran sinektik dalam pembelajaran apresiasi sastra baik sebelum maupun sesudah dilakukannya proses pembelajaran.

(34)

156 BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh selama melaksanakan penelitian dan pengembangan model pembelajaran sinektik untuk meningkatkan kompetensi dalam mencipta puisi pada Madrasah Aliyah di Kabupaten Lebak Propinsi Banten dirumuskan simpulan penelitian meliputi hal-hal sebagai berikut: (1) Kondisi model; (2) hasil pengembangan model; dan (3) efektivitas model.

1. Kondisi Pembelajaran sebelum Dilakukan Model

Secara umum kondisi pembelajaran sebelum dilakukan pengembangan model pembelajaran sinektik terutama pada pokok bahasan mencipta puisi jika dilihat dalam kerangka teknologi pembelajaran adalah sebagai berikut :

Perencanaan yang dilakukan guru sebelum memulai pembelajaran kurang memaksimalkan komponen – komponen yang diperlukan dalam perencanaan seperti analisis kurikulum, karakteristik siswa, strategi pembelajaran, dan evaluasi. Guru terjebak pada rutinitas sehingga perencanaan hanya dilakukan seadanya. Dalam hal pengembangan media pembelajaran guru hanya memaksimalkan penggunaan buku sumber saja.

Pengelolaan pembelajaran terbatas pada waktu. yang telah ditetapkan oleh pihak madrasah, sehingga guru kurang leluasa untuk menetapkan alokasi waktu belajar yang sesuai dengan indikator kemampuan yang diharapkan.

(35)

langsung memulai pembelajaran dengan ceramah mengenai materi yang akan disampaikan, sehingga pembelajaran cenderung pada pencapaian ranah kognitif saja.

Penilaian dilakukan oleh guru pada siswa secara individual. Dalam pelaksanaan penilaian pembelajaran masih ada sebagian kecil guru yang tidak sesuai dengan prosedur dan teknik yang disarankan dalam kurikulum yang digunakan. Namun secara umum guru telah melaksanakan proses penilaian dengan baik, dengan menggunakan alat evaluasi yang disesuaikan dengan kompetensi dasar dan indikator pencapaian.

2. Hasil Pengembangan Model

Pengembangan model sinektik dalam penelitian ini pada dasarnya dilakukan pada tahap awal prosedur sinektik itu sendiri, yaitu pada tahap

input substantif, di mana pada tahap ini selain siswa diberikan deskripsi

suatu kondisi atau keadaan tertentu, juga dibantu dengan visual melalui gambar-gambar mengenai situasi yang dipakai sebagai bahan input substantif tersebut. Penambahan tampilan gambar-gambar ini terbukti dapat membantu siswa lebih memahami kondisi sebuah kejadian yang ditampilkan. Dengan demikian siswa akan lebih mudah untuk melakukan tahap analogi langsung, di mana siswa berusaha menjadi bagian dari kejadian yang ditampilkan.

(36)

Secara umum, pengembangan model pembelajaran sinektik dapat meningkatkan kompetensi siswa dan efektivitas pembelajaran pada pokok bahasan apresiasi sastra khususnya mencipta puisi. Selain itu model pembelajaran yang dikembangkan dapat memberikan pemahaman pada siswa tentang sensibilitas terhadap sebuah kejadian yang dialami.

Secara khusus, pengembangan model pembelajaran sinektik bermanfaat untuk membangun kesadaran pada diri siswa tentang sesuatu masalah sehingga dia sadar bagaimana bertingkah laku ketika menjadi bagian dari masalah tersebut. Karena dilaksanakan dalam suasana kebebasan intelektual dan kesamaan martabat antara siswa, model sinektik dapat mengembangkan berpikir kreatif dan imajinatif baik pada diri siswa maupun pada guru.

Secara ringkas, desain dan pelaksanaan pembelajaran mencipta puisi dengan menggunakan prosedur sinektik, sebagai berikut:

• Mengawali kegiatan pembelajaran, guru mengucapkan salam. Kemudian

melakukan apersepsi yakni mengulas secara singkat materi yang telah diajarkan pada pertemuan sebelumnya.

• Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai

pada kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan, yaitu siswa mampu mengidentifikasi puisi baru berdasarkan bait, irama, dan rima serta mampu menulis puisi baru dengan memerhatikan bait, irama, dan rima.

• Mengawali langkah model sinektik, guru menyediakan informasi tentang

(37)

ambil dari surat kabar yang ditugaskan kepada murid pada akhir pertemuan yang lalu.

• Guru meminta siswa mengusulkan analogi-analogi langsung dan meminta

siswa mendeskripsikannya lebih jauh (analogi langsung)

• Guru meminta siswa “menjadi” bagian dari analogi langsung yang telah

mereka pilih tersebut (analogi personal).

• Siswa mengambil deskripsi-deskripsi dari tahap kedua dan ketiga,

mengusulkan beberapa analogi konflik padat, dan memilih salah satunya (konflik padat)

• Siswa membuat dan memilih analogi langsung yang lain, yang didasarkan

pada analogi konflik padat (analogi langsung)

• Guru meminta siswa kembali pada tugas atau masalah awal dan

menggunakan analogi terakhir dan atau seluruh pengalaman sinektiknya untuk bahan dasar mencipta puisi (memeriksa kembali tugas awal)

• Siswa diminta menulis puisi baru dengan memperhatikan bait, irama, dan

rima berdasarkan proses sinektik yang telah dilaluinya.

• Setelah siswa selesai melaksanakan tugas menulis puisi, guru meminta siswa

untuk mengumpulkan hasil kerjanya.

• Kegiatan pembelajaran selesai, guru memberi kesempatan kepada siswa

untuk bertanya tentang kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan.

• Setelah selesai tanya jawab, guru bersama siswa melakukan refleksi dan

membuat kesimpulan singkat mengenai langkah-langkah pembelajaran yang telah dilaksanakan.

(38)

Pada tahap penilaian, dilakukan pretes dan postes. Pretes dilakukan untuk mengetahui kompetensi siswa dalam mencipta puisi sebelum mendapatkan pembelajaran model sinektik, juga sebagai tolok ukur perkembangan hasil belajar pada setiap siklus dalam uji coba model. Postes dilakukan untuk mengukur kemampuan siswa dalam mencipta puisi setelah mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan model sinektik.

Penilaian dilakukan secara individual terhadap hasil karya puisi siswa. Berdasarkan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator ketercapaian pembelajaran yang telah ditetapkan pada desain, unsur-unsur yang dinilai terfokus pada unsur bait, irama, dan rima. Ketiga unsur ini termasuk ke dalam struktur fisik puisi.

3. Efektivitas Model

Evaluasi terhadap efektivitas model yang diukur dengan cara melihat tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran sebelum diterapkan model dan setelah diterapkan model. Evaluasi pembelajaran dilakukan dengan instrument tes pada awal dan akhir pembelajaran (pretes dan postes).

Selama dilaksanakan uji coba model pembelajaran menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa secara signifikan. Hal ini dilihat dengan membandingkan hasil tes awal dan tes akhir yang dilaksanakan selama pembelajaran. Melalui prosedur sinektik, siswa mampu mengembangkan imajinasi kreatifnya sehingga kompeten dalam mencipta puisi.

(39)

dengan peningkatan hasil belajar, antusiasme siswa dalam mengikuti proses pembelajaran juga meningkat. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model sinektik cukup maksimal. Kedudukan guru dalam pembelajaran juga cukup efektif, karena berperan sebagai fasilitator. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran sinektik lebih unggul dibandingkan dengan model pembelajaran yang selama ini digunakan, serta dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran.

2. REKOMENDASI

Pada penelitian yang berkenaan dengan pengembangan model pembelajaran sinektik untuk meningkatkan kompetansi siswa dalam mencipta puisi ini, penulis memberikan rekomendasi kepada pihak – pihak terkait di antaranya : (1) rekomendasi untuk guru, (2) rekomendasi untuk lembaga lendidikan (Kepala sekolah/madrasah), (3) rekomendasi untuk dinas terkait, dan (4) rekomendasi untuk peneliti selanjutnya.

1. Rekomendasi untuk Guru

Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran apresiasi sastra di Madrasah Aliyah khususnya pada pokok bahasan mencipta puisi, perlu kiranya guru berperan secara optimal dalam mengembangkan kompetensi siswa.

(40)

kondisi demikian guru dapat mengoptimalkan berbagai kekuatan dan potensi siswa serta suasana sekitar siswa.

Disarankan guru lebih mengembangkan diri dalam usaha peningkatan profesionalismenya sebagai pendidik melalui berbagai pendekatan pembelajaran yang dianggap layak dan sesuai dengan kebutuhan siswa, seperti halnya model pembelajaran sinektik ini.

Guru harus senantiasa memegang prinsip bahwa pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan kompetensi siswa pada aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor (keterampilan). Hal ini untuk menghindari agar guru tidak terjebak dalam kebiasaan lama yang hanya menekankan pada aspek kognitif saja.

Disarankan guru terus mencoba mengimplementasikan model pembelajaran sinektik ini dengan mengembangkan strategi – strategi yang tepat dengan pengembangan media yang disesuaikan dengan kebutuhan, serta memperbaiki segala kelemahan, sampai akhirnya kemampuan menerapkan model dapat dikuasai secara sempurna.

2. Rekomendasi untuk Lembaga Pendidikan (Kepala sekolah/madrasah)

Bagi kepala sekolah/madrasah sebagai pengelola lembaga pendidikan harus bisa mengarahkan guru untuk meningkatkan profesionalisme guru terutama pada peningkatan mutu pendidikan melalui penerapan model pembelajaran yang inovatif seperti model pembelajara sinektik ini.

3. Rekomendasi untuk Dinas Terkait

(41)

Dinas terkait dalam hal ini Dinas Pendidikan harus selalu berupaya meningkatkan kemampuan dan profesionalisme guru dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran.

4. Untuk Peneliti Selanjutnya

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Aftarudin, Pesu. 1983. Pengantar Apresiasi Puisi. Bandung: Angkasa.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Badrun, Ahmad. 1989. Teori Puisi. Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi Depdikbud RI.

Becker, Weldon dan Joe DC. 1972. The Scondary School Curriculum Content And

Structure. Texas Tech University: Intext Educational Publisher.

Depag RI. 2004. Sejarah Madrasah Pertumbuhan, Dinamika, dan Perkembangannya di

Indonesia. Jakarta: Dirjen Bagais.

Depag RI. 2004. Madrasah Aliyah Kejuruan Arah dan Prospek Pengembangan. Jakarta: Dirjen Bagais.

Depag RI. 2007. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam.

Depag RI. 2007. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005. Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam.

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 SMA Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan

Penilaian Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Dirjen

Dikdasmen.

Depdiknas. 1996. Kamus besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka.

Effendi, S. 1973. Bimbingan Apresiasi Puisi. Ende: Nusa Indah.

Gall, Meredith and Borg, Walter. 1989. Models Educational Research An Introduction

Seventh Edition. London: Longman Inc.

(43)

Holmes, VL. And Moulton MR., 2001. Writing Simple Poems Pattern Poetry for

Language Acquisition. USA: Cambridge University Press.

Ismail, Taufiq. 2003. Rabun sastra. ( http://mgmpbismp.co.cc/-sastra-dan-otonomi-pembelajaran-sastra/).

Jauhari, Mahmud. 2008. Problematika Pengajaran Sastra. ( http://artikelbahasa-sastra.blogspot.com)

Joyce and Weil. 2009. Models Of Teaching Model-Model Pengajaran (terjemahan). Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Longstreet and Shane. 1992. Curriculum for a New Millenium. USA: Allyn & Bacon.

Mahfuddin, Azis. 2008. Konsep Kurikulum dan Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Bandung: PPs UPI.

McNeil, John D. 1996. Contemporary Curriculum In Thought and Action Sixth Edition. Los Angeles: Jhon Wiley & Son Inc.

Miller and Seller. 1985. Curriculum Perspectives and Practice. London: Longman.

Muhaimin, dkk.. 2007. Pengembangan Model KTSP pada Sekolah & Madrasah. Malang: Rajawali Pers.

Nurgiyantoro, Burhan. 1988. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.

Oliva, Feter F. 1991. Depeloving The Curriculum Third Edition. United States: Harper Collins Publisher.

Richard, Jack. 2001. Curriculum Development in Language Teaching. United States: Cambridge University Press.

(44)

Rusyana, Yus. 1990. Penyelenggaraan Pengajaran Apresiasi Sastra di SMA yang

Sesuai dengan hakikat dan tujuannya dalam Mimbar Pendidikan Bahasa dan

seni. Bandung: FPBS IKIP Bandung.

Rusyana, Yus. 1992. Metode Pengajaran Sastra. Bandung: Gunung Larang

Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan

KTSP. Jakarta: Kencana Prenada.

Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada

Syamsudin dan Vismaia S. Damaianti. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Sudjana, Nana dan Wari Suwariyah. 1991. Model-Model Mengajar CBSA. Bandung: Sinar Baru.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2004. Pengembangan Kurikulum : Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2008. Penelitian dalam Pendidikan dan Pembelajaran. Bandung: PPS UPI.

Tarigan, HG. 1984. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.

Tirtawirya, Putu Arya. 1983. Apresiasi Puisi dan Prosa. Ende: Nusa indah.

Usman, M. Uzer. 1995. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Waluyo, Herman. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.

Gambar

TABEL  1.1 DATA NILAI UN BAHASA INDONESIA MA
TABEL HASIL BELAJAR SISWA UJI COBA TERBATAS ............ 146
Tabel 1.1 DATA NILAI UJIAN NASIONAL (UN)
Tabel 3.1 Populasi Penelitian
+3

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model pembelajaran arias dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas V SD

menulis pada mata pelajaran bahasa Sunda. c) Menghasilkan penilaian model PAKEM dalam pembelajaran.. menulis pada mata pelajaran bahasa Sunda. Keunggulan model PAKEM dalam

Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi model pembelajaran modeling untuk meningkatkan kemampuan psikomotorik siswa pada mata pelajaran Fiqih

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

Fokus penelitian skripsi ini adalah: (1) Bagaimana implementasi strategi pembelajaran aktif melalui metode diskusi pada mata pelajaran fiqih di Madrasah Aliyah

Kegiatan validasi dilakukan melalui dua tahap yakni (1) tahap review oleh ahli isi bidang studi atau mata pelajaran, ahli desain dan ahli media pembelajaran, (2) uji

v PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN MODELING THE WAY UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS III SD NEGERI 3 PURWODADI KABUPATEN

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1 Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fikih di Kelas XI Madraasah Aliyah