PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PELAJARAN IPA MATERI JENIS-JENIS TANAH DI KELAS V
(Penelitian Tindakan Kelas di SDN 3 Cibodas kelas V Semester II Tahun Ajaran 2011/2012 Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
Erma Octaviani Sakti 0802723
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PELAJARAN IPA MATERI JENIS-JENIS TANAH DI KELAS V
(Penelitian Tindakan Kelas di SDN 3 Cibodas kelas V Semester II Tahun Ajaran 2011/2012 Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat)
Oleh
Erma Octaviani Sakti
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Erma Octaviani Sakti 2013
Universitas Pendidikan Indonesia Januari 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBAR PENGESAHAN
PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PELAJARAN IPA MATERI JENIS-JENIS TANAH DI KELAS V
(Penelitian Tindakan Kelas di SDN 3 Cibodas kelas V Semester II Tahun Ajaran 2011/2012 Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat)
Oleh,
Erma Octaviani Sakti 0802723
Disetujui dan Disahkan oleh: Pembimbing I
Drs. Rochdi Simon, M. Kes NIP. 194807061983031001
Pembimbing II
Dr. Ida Kaniawati, M. Si NIP. 196807031992032001
Diketahui:
Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PELAJARAN IPA MATERI JENIS-JENIS TANAH DI KELAS V
Oleh
Erma Octaviani Sakti 0802723
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya nilai hasil belajar siswa pelajaran IPA pada pokok bahasan jenis-jenis tanah di SDN 3 Cibodas Lembang, hal ini ditunjukan dari hasil nilai ulangan harian yang diperoleh siswa kelas V, dari 31siswa hanya 40% siswa yang dapat mencapai KKM yang ditentukan yaitu 50. Hal ini tidak sesuai dengan target yang diharapkan yaitu 80. Hal ini terjadi karena guru hanya mengunakan metode ceramah dan pemberian tugas sehingga diperoleh pembelajaran yang kurang efektif.. Untuk pemecahan masalah ini peneliti menerapkan pendekatan pembelajaran kontekstual (CTL) untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran IPA materi jenis-jenis tanah dikelas V. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran IPA materi jenis-jenis tanah dikelas V. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang mengadaptasi model Kemmis & Mc. Taggart dengan tiga siklus, setiap siklusnyaterdiri dari empat komponen yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi) dan refleksi. Hasil penelitian dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual (CTL) pada pembelajaran IPA menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa, terlihat dari hasil rata-rata yang meningkat untuk setiap siklusnya mulai dari siklus I rata-rata pretes mencapai 26.45, postes 55.32 dan N-Gain 39.30, siklus II rata-rata pretes mencapai 24.51, postes 67.41 dan N-Gain mencapai rata-rata 56.41,dan siklus III mencapai rata-rata pretes 7.09, postes 82.9 dan rata-rata N-Gain mencapai 83.23. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan pembelajaran kontekstual (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPA materi jenis-jenis tanah.. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, ada beberapa saran yang hendak disampaikan, antara lain: (1) Dalam proses kegiatan belajar mengajar guru mampu mengkondisikan kelas, (2) Dalam menyampaikan materi pembelajaran seharusnya guru mampu mengatasinya dengan memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran, dan (3) Untuk mencapai hasil belajar yang maksimal sebaiknya guru dapat mengatasinya dengan menerapkan berbagai cara melalui pendekatan, metode, dan model pembelajaran dalam memperbaiki proses pembelajaran.
ABSTRACT
APPLICATION OF CONTEXTUAL LEARNING APPROXIMATION (CTL) FOR ENHANCING STUDENT’S LEARNING RESULT IN
NATURAL SCIENCE OF SOIL’S TYPE AT GRADE V
Written by
Erma Octaviani Sakti 0802723
ABSTRACT
Background of this research was low value of student’s learning result in natural science especially on type of soil subject matter at SDN 3 Cibodas Lembang, this shown at daily test value from grade V students, only 40% from 31 students that achieved 50, which is the given KKM. These values were not met the target, that is 80. This issue happen because the teacher only use speech method and task giving with the result that less effective. To solve this problem, researcher applies contextual learning approximation (CTL) to enhance student’s learning result in natural science of soil’s type at grade V. Based on this problem, purpose of this research is to enhance student’s learning result in natural science of soil’s type at grade V. Used method in this research was Class Action Research (PTK) that adapt model of Kemmis & McTaggart that consist of 3 cycles, every cycle consist of 4 components, there are planning, action implementation, observation and reflection. The result of research that used contextual learning approximation (CTL) at science learning shown an enhancement in student’s learning result, it was seen from increasing average result in every cycle, start from cycle I average of pretest reached 26.45, posttest 55.32 and N-Gain 39.90, cycle II average of pretest reached 24.51, posttest 67.41 and N-Gain 56.41, and cycle III average of pretest reached 7.09, posttest 82.9 and N-Gain 83.23. Based on the result of this research, it can be concluded that application of contextual learning approximation (CTL) can enhance student’s learning result in natural science of soil’s type at grade V. Based on the result, there are some suggestions that need to be said, inter-alia: (1) In the process of teaching and learning activities of teachers able to condition class, (2) the teacher deliver instructional material should be able to handle it by selecting the appropriate learning method to learning materials, and (3) To achieve maximum learning outcomes teachers should be overcome by applying various ways through approaches, methods, and models of learning to improve the learning process.
DAFTAR ISI
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Definisi Operasional... 8
F. Hipotesis Tindakan... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Kontekstual (CTL) ... 11
1. Pengertian Pendekatan Kontekstual (CTL) ... 11
2. Tahapan Pembelajaran Kontekstual (CTL) ... 14
3. Karakteristik dalam Kontekstual (CTL) ... 19
4. Penerapan Kontekstual (CTL) dalam Pembelajaran IPA di SD ... 23
B. Hasil Belajar Siswa ... 24
1. Pengertian Hasil Belajar ... 24
2. Ciri-ciri Hasil Belajar ... 25
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 26
4. Penilaian Hasil Belajar ... 27
C. Pembelajaran IPA ... 29
1. Pengertian IPA ... 29
2. Hakikat IPA ... 31
3. Karakteristik IPA ... 33
4. Pembelajaran IPA... 34
5. Pembelajaran IPA di Sekolah SD ... 36
D. Jenis-jenis Tanah ... 40
1. Pengertian Tanah ... 39
2. Jenis-jenis Tanah ... 40
a. Tanah Humus ... 40
b. Tanah Pasir ... 41
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian... 43
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 50
C. Subjek Penelitian ... 50
D. Prosedur Penelitian ... 50
E. Teknik Pengumpulan Data ... 61
1. Instrumen Penelitian ... 61
2. Tekhnik Pengumpulan Data ... 64
3. Analisa Data ... 65
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 69
1. Siklus I
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ...103
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 2. Lembar kerja Siswa (LKS)
3. Kisi-kisi
C. Hasil
1.Hasil Belajar Siswa 2.Hasil Lembar Kerja Siswa 3.Hasil Observasi Guru dan Siswa 4.Angket
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Lapisan Tanah ... 40
Gambar 2.1 Tanah Humus ... 40
Gambar 2.1 Tanah Pasir ... 41
Gambar 2.1 Tanah Liat ... 42
Gambar 3.1 Model Spiral dari Kemmis dan Mc. Taggart ... 45
Gambar 3.2 Alur Penelitian ... 49
Gambar 4.1 Hasil Belajar Keseluruhan Siswa Siklus I ... 74
Gambar 4.2 Hasil Belajar Keseluruhan Siswa Siklus II ... 83
Gambar 4.3 Hasil Belajar Keseluruhan Siswa Siklus III ... 92
Gambar 4.4 Hasil Belajar Siswa Setiap Siklus ... 96
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jadwal penelitian ... 51
Tabel 3.2 Kriteria Tingkat Kemampuan Siswa ... 66
Tabel 3.3 Kriteria Peningkatan Kognitif Siswa ... 67
Tabel 4.1 Hasil Perolehan Nilai Belajar Siswa Siklus I ... 74
Tabel 4.2 Hasil Lembar Kerja Siswa Siklus I ... 75
Tabel 4.3 Hasil Observasi Guru Siklus I ... 76
Tabel 4.4 Hasil Observasi Siswa Siklus I ... 76
Tabel 4.5 Data Perolehan Siklus I ... 77
Tabel 4.6 Hasil Siklus I dan Rencana Siklus II ... 78
Tabel 4.7 Hasil Perolehan Nilai Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II ... 82
Tabel 4.8 Hasil Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 83
Tabel 4.9 Hasil Observasi Siswa Siklus II ... 84
Tabel 4.10 Data Perolehan Siklus II ... 85
Tabel 4.11 Hasil Siklus II dan Rencana Siklus III ... 86
Tabel 4.12 Hasil Perolehan Nilai Belajar Siswa Siklus I, Siklus II dan Siklus III ... 90
Tabel 4.13 Hasil Lembar Kerja Siswa Siklus III ... 92
Tabel 4.14 Hasil Data Angket Siswa ... 94
Tabel 4.15 Hasil Belajar Siswa Setiap Siklus ... 95
Tabel 4.16 Hasil Lembaran Kerja Siswa Setiap Siklus ... 97
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar dan pembelajaran merupakan dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Keterkaitan belajar dan pembelajaran dapat digambarkan dalam sebuah sistem, proses belajar dan pembelajaran memerlukan dasar ( Raw Input ) yang merupakan bahan pengalaman belajar dalam proses belajar mengajar ( Learning Teaching Process ) dengan harapan berubah menjadi keluaran ( Output ) dengan kompetensi tertentu. Proses belajar dan pembelajaran dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Lingkungan merupakan bagian yang terpenting dan terdekat yang tidak bisa terpisahkan dari kehidupan sehari-hari siswa. Oleh sebab itu lingkungan dapat dimanfaatkan dan dijadikan sarana untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam proses pembelajaran, terutama tentang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Konsep-konsep yang lebih abstrak akan lebih mudah dipahami oleh siswa jika siswa mengalaminya secara langsung.
Menurut Bube “Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah pengetahuan
tentang dunia alamiah yang diperoleh dari interaksi indera dengan dunia tersebut”.
lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya lebih menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu perserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Pembelajaran IPA sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuan manusia melalaui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasi. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, berkerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecapkapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (Depdiknas, 2006).
Menurut Zakorik bahwa dalam proses belajar akan sangat efektif apabila pengetahuan baru yang diberikan kepada siswa berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang sudah ada sebelumnya dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, siswa akan mengembangkan pemahamannya dengan baik jika mereka dapat secara mudah mengaitkan antara sesuatu yang mereka kenal dengan pengetahuan dan pemahaman yang baru atau yang belum dikenal. Konteks diperlukan bukan hanya untuk menarik perhatian siswa, tetapi juga memberikan pertautan antara koherensi terhadap pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, dan sikap (Nurhadi dkk, 2003: 26-28). Pembelajaran
kontekstual mengakui bahwa “belajar” merupakan sesuatu yang kompleks dan
multidimensional yang jauh melampaui berbagai metodologi yang hanya berorientasi pada latihan dan rangsangan/tanggapan (stimulus-response).
Pembelajaran kontekstual mengasumsikan bahwa secara alamiah, pikiran mencari konteks sesuai dengan situasi nyata lingkungan seseorang, dan itu dapat terjadi melalui pencarian hubungan yang masuk akal dan bermanfaat (Nurhadi dkk, 2003: 5).
Dengan pendekatan pembelajaran kontekstual yang berlandaskan konstruktivisme, siswa diharapkan dapat membangun pemahamannya sendiri dari pengalaman atau pengetahuan terdahulu (asimilasi). Pemahaman yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman belajar yang bermakna (akomodasi).
melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut. Dengan demikian, siswa dapat memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan yang dipelajari. Pemahaman ini diperoleh siswa karena ia dihadapkan kepada lingkungan belajar yang bebas yang merupakan unsur yang sangat esensial (Nurhadi dkk, 2003: 9-10).
Menurut Muhaimin, dkk (2001: 145), metode pembelajaran terkait dengan bagaimana (how to) membelajarkan anak didik atau bagaimana membuat anak didik dapat belajar dengan mudah dan terdorong oleh kemauan dan kemampuannya sendiri untuk mempelajari apa (what to) yang teraktualisasikan dalam kurikulum sebagai kebutuhan (needs) anak didik.
Dalam pendekatan pembelajaran kontekstual Inkuiri merupakan satu komponen penting, dengan inkuiri siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk mereka sendiri (Nurhadi dkk, 2003: 71). Sebagaimana dinyatakan juga oleh Fenton (Noehi Nasution 1994: 118), bahwasanya inkuiri memungkinkan anak didik menafsirkan masa lampau, dan menemukan masalah-masalah personal dan berbagai isu lainnya di masyarakat.
memecahkan suatu masalah, dapat merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang inovatif, dan dapat merancang pemecahan masalah secara tepat. Membantu siswa mendapatkan pemahaman yang paling lengkap dan memahami bagaimana mereka melihat diri mereka sendiri dan dunia yang sangat luas dan bagaimana mereka berhubungan dengan orang lain, membantu siswa menguji sikap mereka sendiri dan nilai-nilai yang harus mereka pelajari.
Dengan memperhatikan prinsip kontekstual, proses pembelajaran diharapkan mendorong siswa untuk menyadari dan menggunakan pemahamannya untuk mengembangkan diri dan menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari (Nurhadi dkk, 2003: 14-15).
Berdasarkan hasil penelitian pada proses pembelajaran IPA yang terjadi di SDN 3 Cibodas memperlihatkan bahwa pembelajaran hanya dilakukan berdasarkan teks yang ada di buku panduan tanpa menggunakan alat peraga atau media pembelajaran, selain itu kegiatan belajar mengajar di kelas guru kurang melibatkan siswa. Hal ini terjadi karena guru hanya menggunakan metode ceramah dan pemberian tugas serta suasana pembelajaran cenderung
teacher-centered atau berpusat pada guru sehingga siswa menjadi pasif. Hal tersebut
Jika kondisi pembelajaran demikian terus berlangsung, maka hasil belajar yang dicapai tidak maksimal seperti yang diharapkan. Oleh karena itu, sebagai guru yang professional, hendaknya dapat mengatasi masalah ini dengan menerapkan berbagai cara melalui pendekatan, metode dan model pembelajaran dalam memperbaiki proses pembelajaran.
Berdasarkan analisis evaluasi dan proses di atas, maka guru harus mampu mengatasi permasalaan tersebut. Guru harus mengadakan perbaikan pembelajaran melalui berbagai pendekatan, metode pembelajaran dan media pembelajaran yang tepat. Untuk pemecahan masalah ini dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menerapkan pendekatan kontekstual (CTL).
Berdasarkan pemecahan masalah, maka penulis memfokuskan pada
“Penerapan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual (CTL) Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pelajaran IPA Materi Jenis-jenis
Tanah Di Kelas V”
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah di atas dapat diuraikan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana perencanaan pembelajaran dengan pendekatan Kontekstual (CTL) pada pembelajaran IPA materi jenis-jenis tanah kelas V SDN 3 Cibodas Lembang ?
3. Seberapa besar peningkatan hasil belajar dengan pendekatan Kontekstual (CTL) pada pembelajaran IPA materi jenis-jenis tanah kelas V SDN 3 Cibodas Lembang ?
C. Tujuan
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk melihat sejauh mana perubahan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA materi jenis-jenis tanah di kelas V SDN 3 Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Secara khusus penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui Bagaimana perencanaan pembelajaran dengan pendekatan Kontekstual (CTL) pada pembelajaran IPA materi jenis-jenis tanah kelas V SDN 3 Cibodas Lembang.
2. Untuk mengetahui Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan Kontekstual (CTL) pada pembelajaran IPA materi jenis-jenis tanah kelas V SDN 3 Cibodas Lembang.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :
1. Bagi Siswa, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi jenis-jenis tanah dikelas V.
2. Bagi Guru, penelitian ini diharapkan dapat memperbaiki proses pembelajaran yang tepat dalam menyampaikan materi IPA.
3. Bagi Sekolah, penelitian ini diharapkan dapat memeberikan sumbangan yang baik bagi sekolah itu sendiri dalam rangka perbaikan pembelajaran IPA. 4. Bagi Peneliti, penelitian ini dapat memperluas wawasan pengetahuan
mengenai pendekatan kontekstual (CTL) guna membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar IPA. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan untuk memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran di kelas, sehingga kendala-kendala yang dihadapi baik oleh guru maupun oleh siswa diminimalkan.
E. Definisi Operasional
1. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual (CTL)
Sanjaya (2010:264) mengungkapkan, pendekatan pembelajaran kontekstual memiliki tujuh komponen, yaitu:
a. Konstruktivisme (Constructivism) b. Inkuiri (Menemukan)
c. Bertanya (Questioning)
d. Masyarakat Belajar (Learning Community) e. Pemodelan (Modelling)
f. Refleksi (Reflection)
g. Penilaian Nyata (Authentic Assesment)
Komalasari (2010), mengidentifikasi karakteristik pembelajaran kontekstual sebagai berikut:
a. Keterkaitan (Relating)
b. Pengalaman Langsung (Experiencing) c. Aplikasi (Applying).
d. Kerjasama (Cooperating) e. Pengaturan Diri
f. Penilaian Sebenarnya (Authentic Asessment)
2. Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengalami interaksi proses pembelajaran melalui evaluasi belajar IPA yang dilakukan dengan tes yang dijadwalkan.
1. Teknik Tes
Teknik tes merupakan teknik yang digunakan melaksanakan tes berupa pertanyaan yang harus dijawab, pertanyaan yang harus ditanggapi atau tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang di tes. Berdasarkan alat pelaksanaannya secara garis besar alat penilaian dengan teknik tes dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Tes Tertulis
Tes tertulis adalah suatu teknik penilaian yang menuntut jawaban secara tertulis, baik berupa pilihan maupun isian. Tes tertulis dapat berbentuk pilihan ganda, menjodohkan, benar-salah, isian singkat, atau uraian (essay).
b. Tes Lisan
Tes lisan adalah teknik penilaian hasil belajar yang pertanyaan dan jawabannya atau pernyataannya atau tanggapannya disampaikan dalam bentuk lisan dan spontan. Tes jenis ini memerlukan daftar pertanyaan dan pedoman pensekoran.
c. Tes Praktik/Perbuatan
Tes praktik/perbuatan adalah teknik penilaian hasil belajar yang menuntut peserta didik mendemontrasikan kemahirannya atau menampilkan hasil belajarnya dalam bentuk unjuk kerja.
F. Hipotesis Tindakan
“Apabila penerapan pendekatan Kontekstual (CTL) dilaksanakan, maka
diharapkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi jenis-jenis tanah di
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah Penelitian Tindakan Kelas (Class Room Action). Menurut John Elliot (1982) yang dimaksud Penelitian Tindakan Kelas adalah kajian tentang situasi social dengan maksdu untuk meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya. Menurut Carr dan Kemmis (dalam Hardjodipuro: 1997) dikatakan bahwa yang dimaksud dengan istilah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu bentuk refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan (guru, siswa atau kepala sekolah) dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran (a) praktik-praktik sosial atau pendidikan yang dilakukan dilakukan sendiri, (b) pengertian mengenai praktik-praktik ini, dan (c) situasi-situasi ( dan lembaga-lembaga ) tempat praktik-praktik tersebut dilaksanakan.
bertanggung jawab mengenai pelaksanaan tugasnya secara professional. Sedangkan menurut Kemmis dan Mc Targgart (1988) Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu bentuk refleksi diri kolektif yang dilakukan oleh perserta-persertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik-praktik itu dan terhadap situasi tempat dilakukan praktik-praktik tersebut.
Penelitian berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan proses kegiatan belajar mengajar. Dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai guru yang melakukan pembelajaran IPA, dengan menerapkan pendekatan kontekstual (CTL). Model penelitian yang diadopsi dalam penelitian ini adalah model penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut Kemmis dan Mc Taggart (dalam Rafi′uddin, 1996) penelitian tindakan dapat dipandang sebagai suatu siklus
spiral dari penyusunan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi yang selanjutnya mungkin diikuti dengan siklus spiral berikutnya. Pada hakekatnya model Kemmis dan Taggart berupa perangkat-perangkat atau untaian dengan setiap perangkat-perangkat terdiri dari empat komponen yaitu
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi yang dipandang sebagai suatu
siklus. Banyaknya siklus dalam PTK tergantung dari permasalahan-permasalahan
yang perlu dipecahkan, yang pada umumnya lebih dari satu siklus. PTK yang
dikembangkan dan dilaksanakan oleh para guru di sekolah pada umumnya
berdasar pada model ini yaitu merupakan siklus-siklus yang berulang. Untuk lebih
Gambar 3.1 Model Spiral dari Kemmis dan Mc Taggart
Perencanaan
Perencanaan Perencanaan Observasi
Tindakan
Refleksi Siklus II
Observasi
Tindakan
Tindakan
Observasi
Refleksi Siklus IHasil, temuan dan rekomendasi untuk peneliti selanjutnya
Secara mendetail Kemmis dan Taggart menjelaskan tahap-tahap penelitian tindakan kelas yang dilakukannya. Dalam pelaksanaannya ada kemungkinan peneliti telah mempunyai seperangkat rencana tindakan (yang didasarkan pada
pengalaman) sehingga dapat langsung memulai tahap tindakan. Ada juga peneliti
yang telah memiliki seperangkat data, sehingga mereka memulai kegiatan
pertamanya dengan kegiatan refleksi. Akan tetapi pada umumnya para peneliti
mulai dari fase refleksi awal untuk melakukan studi pendahuluan sebagai dasar
dalam merumuskan masalah penelitian. Selanjutnya diikuti perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Refleksi awal
Refleksi awal dimaksudkan sebagai kegiatan penjajagan yang
dimanfaatkan untuk mengumpulkan informasi tentang situasi-situasi yang relevan
dengan tema penelitian. Peneliti bersama timnya melakukan pengamatan
pendahuluan untuk mengenali dan mengetahui situasi yang sebenarnya.
Berdasarkan hasil refleksi awal dapat dilakukan pemfokusan masalah yang
selanjutnya dirumuskan menjadi masalah penelitian. Berdasar rumusan masalah
tersebut maka dapat ditetapkan tujuan penelitian. Sewaktu melaksanakan refleksi
awal, paling tidak calon peneliti sudah menelaah teori-teori yang relevan dengan
masalah-masalah yang akan diteliti. Oleh sebab itu setelah rumusan masalah
selesai dilakukan, selanjutnya perlu dirumuskan kerangka konseptual dari
2. Penyusunan perencanaan
Penyusunan perencanaan didasarkan pada hasil penjajagan refleksi awal.
Secara rinci perencanaan mencakup tindakan yang akan dilakukan untuk
memperbaiki, meningkatkan atau merubah perilaku dan sikap yang diinginkan
sebagai solusi dari permasalahan-permasalahan. Perlu disadari bahwa
perencanaan ini bersifat fleksibel dalam arti dapat berubah sesuai dengan kondisi
nyata yang ada.
3. Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan menyangkut apa yang dilakukan peneliti sebagai
upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang dilaksanakan berpedoman
pada rencana tindakan. Jenis tindakan yang dilakukan dalam PTK hendaknya
selalu didasarkan pada pertimbangan teoritik dan empirik agar hasil yang
diperoleh berupa peningkatan kinerja dan hasil program yang optimal.
4. Observasi (pengamatan)
Kegiatan observasi dalam PTK dapat disejajarkan dengan kegiatan
pengumpulan data dalam penelitian formal. Dalam kegiatan ini peneliti
mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan
terhadap siswa. Istilah observasi digunakan karena data yang dikumpulkan
melalui teknik observasi.
5. Refleksi
Pada dasarnya kegiatan refleksi merupakan kegiatan analisis, sintesis,
interpretasi terhadap semua informasi yang diperoleh saat kegiatan tindakan.
atau dampak dari tindakan. Setiap informasi yang terkumpul perlu dipelajari
kaitan yang satu dengan lainnya dan kaitannya dengan teori atau hasil penelitian
yang telah ada dan relevan. Melalui refleksi yang mendalam dapat ditarik
kesimpulan yang mantap dan tajam. Refleksi merupakan bagian yang sangat
penting dari PTK yaitu untuk memahami terhadap proses dan hasil yang terjadi,
Gambar 3.2 Alur Penelitian
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Lokasi tempat dilaksanakannya penelitian adalah SD Negeri 3 Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di kelas V SD Negeri 3 Cibodas semester II . dalam waktu 3 bulan di mulai dari bulan April hingga bulan Juni pada semester II tahun ajaran 2011/2012.
C. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 3 Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat dengan jumlah siswa 31 orang yang terdiri dari 16 orang siswa laki-laki dan 15 orang siswa perempuan. Kelas ini dipilih peneliti karena menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) materi mengenai jenis-jenis tanah diberikan di kelas V.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar dalam pelajaran IPA materi jenis-jenis tanah di kelas V SD. Sesuai dengan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK), prosedur penelitian akan ditempuh terdiri dari 3 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi/ pengamatan, dan refleksi.
1. Tahap Perencanaan
a. Mengobservasi keadaan dan minat awal siswa dalam pembelajaran IPA. b. Mengidentifikasi permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran IPA di kelas V. hal ini dilakukan dengan menganalisis kurikulum dan silabus mata pelajaran IPA.
c. Menetapkan pokok bahasan yang akan dipergunakan dalam penelitian. Hal ini dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam menyusun instrumen penelitian.
d. Merancang dan menyusun rencana pelaksanaan penelitian (RPP) yang akan dilakukan sehingga pembelajaran dapat lebih terarah untuk mencapai tujuan pembelajaran.
e. Membuat jadwal penelitian
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
No Kegiatan
Waktu Pelaksanaan Bulan
April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pelaksanaan Siklus I
2 Pelaksanaan Siklus II
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahapan ini proses penelitian tindakan merupakan kerja berulang atau (siklus), sehingga diperoleh pembelajaran dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar tentang jenis-jenis tanah di Kelas V SD. Pada setiap siklus terdapat rencana, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilakukan dengan 3 siklus dengan gambaran tiap siklusnya sebagai berikut:
a. Siklus I
1. Tahap Perencanaan
a) Pada tahap ini peneliti melakukan observasi ke sekolah yang menjadi subjek penelitian yakni SD Negeri 3 Cibodas. Dari hasil observasi terhadap situasi kelas kemudian peneliti mencoba untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang ditemui dalam pembelajaran IPA.
b) Setelah melakukan identifikasi peneliti membuat analisis masalah-masalah yang ditemui.
c) Setelah menganalisis penulis merumuskan masalah terebut dengan mengkaji kurikulum KTSP dan silabus, kemudian menganalisis buku sumber yang digunakan.
e) Menyediakan perangkat penelitian meliputi: Pokok Bahasan, Sub Pokok Bahasan, Tujuan Pembelajaran, Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), Sumber/Alat/Metode, dan Penilaian.
f) Lembar Observasi dan Lembar Kerja Siswa. 2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan awal
Berdoa sebelum memulai pembelajaran Guru mengecek kehadiran siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Guru mengkondisikan siswa dalam suasana belajar
Guru menyampaikan motivasi pelajaran dengan memberikan beberapa
pertanyaan:
1. Siapa yang punya kebun?
2. Jenis-jenis tanah apa saja yang ada dikebunmu?
Guru memberikan soal tes pretes dan siswa mengisi lembar tes pretes
Kegiatan inti
Guru memberikan kesempatan siswa untuk mengemukan
pengetahuuan tentang tanah humus
Guru menggali pengetahuan siswa mengenai tanah humus
Guru meminta beberapa siswa menuliskan ciri-ciri tanah humus
dipapan tulis
Guru memperagakan bagaimana cara mengamati tanah humus
Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok dan masing-masing
kelompok mendapatkan lembar kerja siswa dengan pendekatan kontekstual (CTL) materi tanah humus
Guru mengajak siswa keluar kelas dan mencari tanah humus
Guru membimbing siswa untuk berkerjasama dengan kelompok
masing-masing dan saling membantu dalam menemukan ciri-ciri tanah humus
Siswa berkerjasama dengan kelompok masing-masing dan saling
membantu dalam menyelesaikan soal pada LKS
Guru mengajak siswa untuk mengamati langsung tanah humus
dilingkungan sekitar
Semua siswa mengamati langsung tanah humus
Guru berkeliling untuk mengarahklan siswa dalam menyelesaikan
soal-soal pada LKS
Setiap kelompok mulai menjawab LKS dan menemukan sendiri
ciri-ciri tanah humus
Perwakilan kelompok melaporkan hasil pengamatan dan diskusi
kelompoknya didepan kelas dan kelompok lain menanggapi
Guru menanyakan kembali apa ciri-ciri tanah humus yang telah
Kegiatan penutup
Guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi pembelajaran
Guru memberikan kesempatan siswa yang tidak mengerti untuk
bertanya tentang materi yang telah dipelajarinya
Guru memberikan tes postes dan siswa mengisi soal tes postes
Guru Menilai hasil kerja siswa.
3. Observasi
Observasi ini dilakukan untuk mengamati aktivitas guru selama proses pembelajaran, mengamati interaksi selama proses pengamatan berlangsung serta mengamati aktivitas siswa terhadap proses pembelajaran.
4. Tahap Refleksi
Pada tahap refleksi, dilakukan dengan mencari alternatif perbaikan sebagai bahan evaluasi dalam perlakuan tindakan berikutnya.
b. Siklus II
Pada dasarnya kegiatan yang akan dilaksanakan pada siklus II harus melihat hasil perkembangan pada siklus I. Langkah-langkah yang dilakukan sama seperti siklus I, namun ada perbedaan dengan materi yang akan dibahas. Pada siklus II akan mempelajari materi tentang tanah pasir.
1. Tahap Perencanaan
b. Menyediakan perangkat penelitian meliputi: Pokok Bahasan, Sub Pokok Bahasan, Tujuan Pembelajaran, Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), Sumber/Alat/Metode, dan Penilaian.
c. Lembar Observasi dan Lembar Kerja Siswa. 2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan awal
Berdoa sebelum memulai pembelajaran Guru mengecek kehadiran siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Guru mengkondisikan siswa dalam suasana belajar
Guru menyampaikan motivasi pelajaran dengan memberikan beberapa
pertanyaan:
1. Siapa yang masih ingat ciri-ciri tanah humus? 2. Sebutkan apa saja ciri-ciri tanah humus? Guru memberikan lembaran soal tes pretes
Kegiatan inti
Guru memberikan kesempatan siswa untuk mengemukan
pengetahuuan tentang tanah pasir
Guru menggali pengetahuan siswa mengenai tanah pasir
Guru meminta beberapa siswa menuliskan ciri-ciri tanah pasir dipapan
Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok dan masing-masing
kelompok mendapatkan lembar kerja siswa dengan pendekatan kontekstual (CTL)
Guru menyediakan tanah pasir sebagai media pembelajaran
Setiap kelompok mengambil tanah pasir yang disediakan guru
Guru membimbing siswa untuk berkerjasama dengan kelompok
masing-masing dan saling membantu dalam menemukan ciri-ciri tanah pasir
Siswa berkerjasama dengan kelompok masing-masing dan saling
membantu dalam menyelesaikan soal pada LKS
Guru mengajak siswa untuk mengamati langsung tanah berpasir
Setiap siswa mulai mengamati tanah pasir
Guru berkeliling untuk mengarahkan siswa dalam menyelesaikan
soal-soal pada LKS
Setiap kelompok mulai menjawab LKS dan menemukan sendiri
ciri-ciri tanah pasir
Perwakilan kelompok melaporkan hasil pengamatan dan diskusi
kelompoknya didepan kelas dan kelompok lain menanggapi
Guru menanyakan kembali apa ciri-ciri tanah pasir yang telah
diamatinya Kegiatan penutup
Guru memberikan kesempatan siswa yang tidak mengerti untuk
bertanya tentang materi yang telah dipelajarinya
Guru memberikan tes postes dan siswa mengisi soal tes postes
Guru Menilai hasil kerja siswa.
3. Observasi
Observasi ini dilakukan untuk mengamati aktivitas guru selama proses pembelajaran, mengamati interaksi selama proses pengamatan berlangsung serta mengamati aktivitas siswa terhadap proses pembelajaran.
4. Tahap Refleksi
Pada tahap refleksi, dilakukan dengan mencari alternatif perbaikan sebagai bahan evaluasi dalam perlakuan tindakan berikutnya
c. Siklus III
Kegiatan yang akan dilaksanakan pada siklus III akan melihat hasil perkembangan siklus II. Langkah-langkah yang dilakukan sama seperti siklus-siklus sebelumnya, namun dengan materi pembahasan yang berbeda. Pada siklus-siklus III akan memperlajari ,materi tentang tanah liat.
1. Tahap Perencanaan
b. Menyediakan perangkat penelitian meliputi: Pokok Bahasan, Sub Pokok Bahasan, Tujuan Pembelajaran, Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), Sumber/Alat/Metode, dan Penilaian.
c. Lembar Observasi dan Lembar Kerja Siswa.
5. Tahap Pelaksanaan Kegiatan awal
Berdoa sebelum memulai pembelajaran
Guru mengecek kehadiran siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Guru mengkondisikan siswa dalam suasana belajar
Guru menyampaikan motivasi pelajaran dengan memberikan beberapa
pertanyaan:
1. Siapa yang masih ingat ciri-ciri tanah humus dan tanah pasir? 2. Sebutkan ciri-ciri tanah humus dan tanah berpasir
Guru memberikan soal pretes dan siswa mengisi soal pretes
Kegiatan inti
Guru memberikan kesempatan siswa untuk mengemukan
pengetahuuan tentang tanah liat
Guru menggali pengetahuan siswa mengenai tanah liat
Guru meminta beberapa siswa menuliskan ciri-ciri tanah liat dipapan
Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok dan masing-masing
kelompok mendapatkan lembar kerja siswa dengan pendekatan kontekstual (CTL)
Guru menyediakan tanah liat sebagai media pembelajaran
Setiap kelompok mengambil tanah liat yang disediakan guru
Guru membimbing siswa untuk berkerjasama dengan kelompok
masing-masing dan saling membantu dalam menemukan ciri-ciri tanah liat
Siswa berkerjasama dengan kelompok masing-masing dan saling
membantu dalam menyelesaikan soal pada LKS
Guru mengajak siswa untuk mengamati langsung tanah liat
Setiap siswa mulai mengamati tanah liat
Guru berkeliling untuk mengarahkan siswa dalam menyelesaikan
soal-soal pada LKS
perwakilan kelompok melaporkan hasil pengamatan dan diskusi
kelompoknya didepan kelas dan kelompok lain menanggapi
Guru menanyakan kembali apa ciri-ciri tanah liat yang telah
diamatinya Kegiatan penutup
Guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi pembelajaran
Guru memberikan kesempatan siswa yang tidak mengerti untuk
bertanya tentang materi yang telah dipelajarinya
Guru Menilai hasil kerja siswa.
3. Observasi/ Pengamatan
Kegiatan observasi dilakukan oleh observer dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat oleh peneliti.
4. Hasil
Pada tahapan ini dimana peneliti melakukan pemeriksaan terhadap semua informasi yang telah berhasil dikumpulkan pada lembar observasi.
Informasi yang telah berhasil dikumpulkan tersebut selanjutnya harus diuraikan, diuji, dan dibandingkan dengan pengalaman sebelumnya, kemudian dikaitkan dengan terori tertentu atau hasil penelitian yang relevan.
Hasil dari kegiatan ini didapatkan hipotesis baru untuk memperbaiki perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dengan hasil belajar siswa lebih meningkat.
E. Teknik Pengumpulan Data 1. Instrumen Penelitian
a. Rencan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah Rencana yang
menggambarkan Prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai
satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam
silabus (PP No 19 Tahun 2005 Pasal 20). RPP digunakan untuk memudahkan dalam pelaksanakan pembelajaran IPA materi jenis-jenis tanah di kelas V SD Negeri 3 Cibodas. (Terlampir)
b. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Kutipan Webster’s Collegiate (dalam buku arikunto: 2009). Berikut adalah contoh tes yang dilaksanakan pada siklus I materi tanah humus:
1. Apa yang dimaksud dengan tanah humus? 2. Sebutkan ciri-ciri tanah humus?
3. Tanah humus sangat baik untuk lahan? 4. Mengapa tanah humus sangat subur? c. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran kertas yang berisi informasi
dan instruksi dari guru kepada siswa agar dapat mengerjakan sendiri suatu
kegiatan belajar melalui praktek atau mengerjakan tugas dan latihan yang
berkaitan dengan materi yang diajarkan untuk mencapai tujuan pengajaran.
Pengunaan LKS bermanfaat untuk melihat aktifitas siswa dalam setiap kegiatan
Petunjuk :
Amati lingkungan sekitar kita
Cari tanah humus di lingkungan sekitar kita
Ambil tanah humus kemudian amati tanah tersebut dengan teliti
Jawab pertanyaan di bawah ini!
1. Sebutkan ciri-ciri tanah tersebut? 2. Sebutkan kegunaan tanah tersebut?
3. Apa yang diketahui oleh kelompok kalian tentang tanah tersebut? 4. Apakah tanah ini terdapat dilingkungan sekitar kita?
d. Observasi (Pengamatan)
Observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis (Arikunto: 2009). Observasi ini meliputi observasi guru dan observasi siswa. Observasi ini dilaksanakan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Lembar observasi ini terdiri dari observasi kesesuaian antara komponen-komponen RPP dengan pelakasanaan proses belajar mengajar, observasi kegiatan tingakah laku siswa pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, efektivitas waktu yang digunakan, serta keefektifan sumber belajar. (Terlampir)
e. Kuesioner (Angket)
f. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya-jawab sepihak (Arikunto: 2009). Dikatakan sepihak karena dalam wawancara ini responden tidak diberi kesempatan sama sekali untuk mengajukan pertanyaan. Wawancara ini digunakan untuk memperkuat data hasil angket. (Terlampir)
2. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan bagian yang terpenting dalam suatu
penelitian, bahkan merupakan suatu keharusan bagi seorang peneliti. Untuk memperoleh data penelitian, maka diperlukan teknik penelitian dengan menggunakan Tes, Lembar Kerja Siswa (LKS), Observasi, Kuesioner (Angket) dan wawancara.
a. Tes
Tes yang digunakan berupa tes tertulis diberikan sebagai pretes dan postes yang dilakukan diawal dan diakhir pembelajaran sebagai alat ukur hasil belajar siswa setelah pembelajaran selesai. Tes tertulis yang digunakan berbentuk soal uraian sebanyak 4 soal.
b. Lembar Kerja siswa (LKS)
c. Observasi (Pengamatan)
Observasi digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan atau ketercapaian tujuan pembelajaran pada kegiatan belajar mengajar dikelas serta mengukur sikap siswa selama proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. d. Kuesioner (Angket)
Kuesioner yang diberikan kepada siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual (CTL).
e. Wawancara
Wawancara yang diberikan untuk memperkuat data hasil kuesioner (angket)
f. Dokumentasi
Dokumentasi berupa foto-foto aktifitas guru dan siswa pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Dokumentasi dilakukan untuk pengumpulan bukti-bukti dan keterangan yang memperjelas dan memperkuat data dalam penelitian.(Terlampir)
F. Analisis Data
Data yang telah diperoleh diolah melalui tahapan-tahapan berikut ini: 1. Pengelolahan hasil tes tertulis
Untuk mengelolahan data hasil tes tertulis dilakukan langkah sebagai berikut: a. Memberikan skor atau nilai mentah terhadap setiap jawaban pretes dan
b. Mengubah skor mentah ke dalam nilai presentase, berdasarkan rumus:
(Firman, 2000)
c. Penggolongan tingkat kemampuan siswa berdasarkan kriteria berikut:
Tabel 3.2 Kriteria Tingkat Kemampuan Siswa
Arikunto (1990)
d. Menentukan nilai rata-rata keseluruhan dan nilai rata-rata yang diperoleh siswa untuk masing-masing kategori kelompok, dengan rumus berikut ini:
e. Penentuan gain ternomalisasi (N-Gain) dengan menggunakan rumus:
Hake (1998)
Skor Kriteria
81 - 100 Sangat Baik
61 - 80 Baik
41 - 60 Cukup
21 - 40 Kurang
0 - 20 Sangat Kurang
X 100%
Penafsiran nilai N-Gain berdasarkan kriteria berikut:
Tabel 3.3 Kriteria Peningkatan Kognitif Siswa
Hake (1998)
2. Pengelolahan LKS
Untuk pengelolahan data tingkat Penguasaan siswa pada lembar kerja siswa yang diberikan perkelompok digunakan rumus sebagai berikut:
3. Observasi
Untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa selama kegiatanpembelajaran, maka dilakukan pengelolahan data yang diperoleh dari lembar penilaian aktivitas guru dan siswa. Untuk mengelolah hasil observasi di gunakan rumus:
Arikunto (2009)
Keterangan: S = Skor
T = Jumlah total soal W = Jumlah jawaban tidak
N-Gain Kriteria Peningkatan
G ≥ 0,7 Tinggi 0,3 ≤ G < 0,7 Sedang
G < 0,3 Rendah
X 100%
4. Kuesioner (Angket)
Pengelolahan data angket dengan menggunakan skala Likert. Penentuan bobot skor untuk jawaban sangat setuju 5, untuk setuju 4, untuk ragu-ragu 3, untuk tidak setuju 2, dan untuk sangat tidak setuju 1. Untuk menghitung hasil angket digunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
f = frekuensi alternative jawaban benar x = skor skala Likert
n = jumlah siswa
5. Wawancara
Hasil wawancara ditranskripsikan secara naratif untuk mengetahui secara lebih jelas tanggapan siswa terhadap pembelajaran jenis-jenis tanah dengan pendekatan kontekstual serta mengetahui minat dan motivasi siswa dalam mempelajari IPA
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan melalui 3 siklus yaitu siklus I, II dan III, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Perencanaan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (CTL) pada pembelajaran IPA materi jenis-jenis tanah kelas V SDN 3 Cibodas Lembang sudah berjalan dengan baik. Hal ini terlihat dari Rencana Pelaksanaan Pemblajaran (RPP) dalam penelitian ini dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), merumuskan indikator dan tujuan pembelajaran, menuliskan materi pembelajaran, menentukan metode yang akan digunakan, perencanan prosedur pembelajaran serta membuat evaluasi untuk mengukur ketercapaian indikator dan tujuan pembelajaran. Untuk alokasi waktu yang telah ditentukan di RPP harus sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran di lapangan.
sehari-hari sehingga siswa lebih mudah mengingat dan memahami konsep-konsep jenis-jenis tanah. Selain itu pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa
3. Hasil belajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual (CTL) di SDN 3 Cibodas menjadi meningkat. Hal ini terlihat dari hasil rata-rata yang meningkat untuk setiap siklusnya mulai dari siklus I rata-rata pretes mencapai 26.45, postes 55.32 dan N-Gain 39.30, siklus II rata-rata pretes mencapai 24.51, postes 67.41 dan N-Gain mencapai rata-rata 56.41,dan siklus III mencapai rata-rata pretes 7.09, postes 82.9 dan rata-rata N-Gain mencapai 83.23. Adapun untuk peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II adalah 17.11%, dari siklus II ke siklus III adalah 26.82%.
B. Rekomendasi
Berdasarkan dari hasil analaisis dan pembahasan dalam pelaksanaan penelitian ini, maka peneliti akan menyampaikan rekomendasi untuk perbaikan pembelajaran selanjutnya. Adapun sarannya adalah sebagai berikut:
1. Dalam proses kegiatan belajar mengajar guru mampu mengkondisikan kelas pada saat pembelajaran berlangsung agar suasana pembelajaran lebih aktif dan kondusif.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. (2009). Dasar-dasar Evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto,dkk. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Komalasari. (2010) . Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama.
Rafi′udin. (1997). Rancangan Penelitian Tindakan. Makalah disajikan dalam
Lokakarya Tingkat Lanjut Penelitian Kualitatif. Angkatan ke V tahun 1996/1997. Malang: IKIP.
Rusman,M.Pd. (2008). Manajemen Kurikulum. Jakarta: Rajawali.
Sudjana, Nana. (1990). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sulistyorini, Sri. (2007). Model pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan
Penerapannya dalam KTSP. Yogyakarta. Penerbit Tiara Wacana.
Suryana, Asep. (2011). Penerapan Pendekatan Contextual teaching and lerarning
(CTL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Skripsi Sarjana PGSD UPI : Tidak Diterbitkan.
Tabag Mulyadi, Muhammad. (2011) penerapan contextual teaching and learning
dalam upaya meningkatkan minat belajar siswa pada pembelajaran IPA di sekolah dasar. Skripsi Sarjana PGSD UPI: Tidak diterbitkan
Universitas Pendidikan Indonesia. (2008). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Widiastuti. (2011) Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran IPA
untuk Meningkatkan Hasil belajar Siswa. Skripsi Sarjana PGSD UPI:
http://pgsd-pendidikan.blogspot.com/2012/03/jenis-dan-teknik-penilaian-hasil.html