Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBARAN PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
ABSTRAK ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 13
C. Tujuan Penelitian ... 14
D. Mantaaf Penelitian ... 15
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESI A. Kajian Teori ... 16
B. Penelitian Yang Relevan... 66
C. Kerangka Pemikiran ... 69
C. Alur Penelitian ... 73
D. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ... 75
E. Instrumen Penelitian ... 78
F. Teknik Pengolahan Data ... 82
G. Prosedur Penelitian ... 83
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 86
B. Pembahasan ... 106
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 121
B. Rekomendasi ... 122
DAFTAR PUSTAKA ... 124
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menghadapi era globalisasi saat ini diperlukan sumber daya manusia yang
memiliki kemampuan berpikir, yaitu yang mencakup kemampuan penalaran logis,
berpikir sistematis, kritis, cermat, dan kreatif, serta mampu mengkomunikasikan
gagasan tentang solidaritas. Menurut Durkheim (Johnson, 1986:183)
mengemukakan bahwa setiap masyarakat atau manusia memerlukan solidaritas. Ia
membedakan antara dua tipe utama solidaritas: solidaritas mekanik dan solidaritas
organik. Solidaritas mekanik merupakan suatu tipe solidaritas yang didasarkan
atas persamaan.
Menurut Durkheim solidaritas mekanik dijumpai pada masyarakat yang
masih sederhana yang dinamakan masyarakat segmental. Pada masyarakat seperti
ini belum terdapat pembagian kerja yang berarti : apa yang dapat dilakukan oleh
seorang anggota masyarakat biasaya dapat dilakukan pula oleh orang lain. Dengan
demikian tidak terdapat saling ketergantungan antara kelompok berbeda, karena
masing kelompok dapat memenuhi kebutuhanya sendiri dan
masing-masing kelompok pun terpisah satu dengan yang lain. Tipe solidaritas yang
didasarkan atas kepercayaan dan setiakawan ini diikat oleh apa yang, Durkheim
dinamakan conscience collective yaitu suatu sistem kepercayaan dan perasaan
kerja dalam masyarakat semakin berkembang sehingga solidaritas mekanik
berubah menjadi solidaritas organik. Pada masyarakat dengan solidaritas organik
masing-masing anggota masyarakat tidak lagi dapat memenuhi semua
kebutuhanya sendiri melainkan ditandai oleh saling ketergantungan yang besar
dengan orang atau kelompok lain. Solidaritas organik merupakan suatu sistem
terpadu yang terdiri atas bagian yang saling tergantung laksana bagian suatu
organisme biologi. Berbeda dengan solidaritas mekanik yang didasarkan pada hati
nurani kolektif maka solidaritas organik didasarkan pada hukum dan akal.
Menurut Nasution Z (2009:9) menjelaskan bahwa kata, solidaritas berati
sifat, perasaan, solider, sifat satu rasa atau perasaan setia kawan. Selanjutnya
Nasution mengatakan bahwa makna solidaritas adalah suatu ikatan primordial
masyrakat yang mempersatukan, bagaimana orang yang berbagai latar belakang
dapat hidup bersama dalam masyrakat, karena adanya rasa kebersamaan dan ingin
menyatuh. Secara harafih, solidaritas berarti kesetiakawanan atau kekompakan.
Solidaritas merupakan kesiapan untuk saling membela dan berjuang dalam
tindakan bersama.
Membahas tentang solidaritas sosial tentu tidak terlepas dari makna
gotong – royong. Hubungannya dengan gotong royong, Sajogyo (2005:28)
menyatakan bahwa, gotong-royong merupakan suatu bentuk tolong menolong
yang umumnya berlaku pada daerah-daerah pedesaan dan merupakan perilaku
yang berhubungan dengan kehidupan masyrakat kita sebagai petani. Gotong
antara sesama kelompok membentuk suatu norma saling percaya untuk
melakukan kerjasama dalam menangani permasalahan yang menjadi kepentingan
bersama. Bentuk gotong royong semacam ini merupakan salah satu bentuk
solidaritas sosial, karena salah satu sumber solidaritas adalah gotong rotong,
istilah gotong royong mengcakup pada kegiatan tolong menolong atau membantu
dalam masyarakat, antara lain membangun rumah, memperbaikai sarana umum,
mengadakan perlehatan atau hajatan, dalam menghadapi bencana alam, kematian
dan lain-lain.
Menurut Koentjaraningrat (1977:4) membagi tipe gotong royang menjadi
empat bagian yaitu:
1) Gotong royong dalam produksi pertanian
2) Gotong royong formal antara tetangga
3) Gotong royong dalam perayaan dan pesta serta, dalam bencana dan
kematian.
Guna memiliki nilai-nilai solidaritas sosial dan partisipasi masyrakat secara
sukarela dalam pembangunan di era sekarang ini perluh ditumbuhkan dari
interaksi sosial yang berlangsung karena ikatan kultur sehingga munculnya
kebersamaan komunikasi yang unsur-unsurnya meliputi: seperasaan,
sepenanggungan, dan saling butuh. Karena solidaritas sosial adalah kekuatan
persatuan internal dari suatu kelompok dan merupakan suatu keadaan hubungan
kepercayaaan yang dianut bersama serta diperkuat pengalaman emosional
bersama.
Menurut Nasution (2009:3), bahwa solidaritas sosial adalah perasaan
secara kelompok memiliki nilai-nilai yang sama atau kewajiban moral untuk
memenuhi harapan-harapan peran. Sebab itu prinsip sosial masyrakat meliputi
saling membantu, saling perduli, bisa kerjasama, saling membagi dan bekerjasama
dalam mendukung pembangunan dilingkungan masing-masing baik tenaga dan
lain sebagainya. Konsep solidaritas sosial menurut Redfied (dalam Laiya, 1983:9)
merupakan kepedulian secara bersama kelompok yang menunjukan pada suatu
keadaan hubungan antara individu dan atau kelompok yang didasarkan pada
persamaan moral, kolektif yang sama, dan kepercayaan yang dianut serta
diperkuat oleh pengalaman emosional. Sedangkan prinsip solidaritas sosial adalah
saling tolong menolong, bekerjasama, saling membagi hasil panen. Solidaritas
sosial adalah kekuatan persatuan internal dari suatu kelompok.
Selanjutnya Redfield menyatakan bahwa solidaritas sosial juga
dipengaruhi interaksi sosial berlangsung karena ikatan kultural, yang pada
dasarnya disebabkan munculnya sentimen komunitas yang terdiri dari unsur-unsur
seperti: Seperasaan yaitu karena seseorang berusaha mengidentifikasi dirinya
dengan sebanyak mungkin orang dalam kelompok tersebut, sehingga semuaanya
dapat menyebutkan dirinya sebagai kelompok kami (warga). Sepenanggungan
yaitu setiap individu sadar akan peranannya dalam kelompok dan keadaan
masyrakat sendiri sangat memungkinkan peran-nanya dalam kelompok yang
Menurut pendapat Tonnies (dalam Ibrahim 2002:51) bahwa setiap
masyrakat selalu dijumpai salah satu diantara tiga tipe solidaritas sosial, yakni:
1) Solidaritas diantara ikatan darah atau dari garis keturunan dan
kelompok-kelompok kekerabatan.
2) Solidaritas antara tempat tinggal atau lokasi, yaitu orang-orang yang
bertempat tinggal berdekatan sehingga dapat saling tolong menolong.
3) Solidaritas berdasarakan jiwa, fikiran atau rasa kepercayaan, yaitu
solidaritas berdasarkan jiwa dan cara berfikir yang sama atau ideologi
yang sama.
Pendapat tersebut kaitan dengan upaya untuk menciptakan solidaritas kerja
siswa dalam suatu kelompok, makna solidaritas pada poin b dan c, di mana
siswa-siswa tersebut bertempat tinggal atau berada pada lokasi yang berbeda, baik dalam
segi tetanga maupun antara kelurahan. Sedangkan berdasarkan jiwa dan cara
berfikir yang sama, para siswa tersebut menyadari bahwa mereka adalah
kelompok terpelajar yang sama memiliki tanggung jawab untuk memajukan
daerah dan bangsanya untuk menghadapi tanggangan masa depan
Menurut kajian Durkheim tentang solidaritas sosial adalah suatu upaya
Durkheim untuk mengkaji suatu gejala yang melanda masyrakat yaitu tentang
pembagian kerja. Durkheim melihat bahwa setiap masyarat memerloukan
soslidaritas. Ia membedakan antara dua tipe utama solidaritas, yaitu solidaritas
mekanik dan solidaritas organik. Johnson, 1981, (dalam Nasution Z 2009:12)
menyatakan bahawa perbedaan antara solidaritas mekanik dan solidaritas organik
masyarakat dusun dan masyrakat perkotaan. Dalam hal ini menggambarakan
sesuatu mengenai elemen-elemen dari kedua struktur tipe sosial itu. Menurut
solidaritas mekanik didasarkan pada suatu kesadaran kolektif bersama yang
menunjukan pada tolitalitas kepercayaan-kepercayaan dan sentimen-sentimen
bersama yang rata-rata ada pada masyrakat yang sama.
Solidaritas yang tergantung pada individu-individu yang memiliki
sifat-sifat yang sama menganut kepercayaan dan pola normalitas yang sama pula.
Karena itu indufidalitas tidak berkembang dan terus menerus dilumpuhkan akibat
dengan tekanan yang besar sekali. Berlawanan dengan solidaritas mekanik, pada
solidarias organik menurut Durkheim (dalam Johnson, 1981), muncul karena
pembagian kerja yang bertambah besar. Solidaritas itu didasarkan pada tingkat
saling ketergantungan yang tinggi. Saling ketergantungan itu bertambah sebagai
hasil dari tambah spesialisasi pembagian kerja, memungkinkan dan
meningkatakan bertambahnya perbedaan dikalangan individu.
Teori solidaritas yang dikemukakan oleh Emile Durkheim dapat
digunakan sebagai alat analisis untuk mengkaji solidaritas kerja siswa pada
pembelajaran ekonomi, dimana siswa saling memberikan informasi kepada
temannya terkait dengan materi yang mereka pelajari saat pembelajaran
berlangsung.
Berdasakan pengamatan riil di lapangan, proses pembelajaran disekolah
dewasa ini kurang meningkatakan kreaktivitas siswa, terutama dalam
metode konvesional secara mononton dalam kegiatan pembelajaran di kelas,
sehingga suasana belajar terkesan kaku dan didominasi oleh guru.
Guru dan siswa merupakan komponen utama dalam proses pembelajaran.
Guru harus dapat membimbing siswa sedemikian rupa sehingga mereka dapat
mengembangkan pengetahuannya sesuai dengan struktur pengalaman bidang studi
yang dipelajari. Disamping itu guru juga harus memahami sepenuhnya materi
yang diiajarkan, guru dituntut untuk mengetahui secara tepat dimana tingkat
pengetahuan siswa pada awal atau sebelum mengikuti pelajaran tertentu.
Selanjutnya dengan metode yang dipilih guru diharapkan dapat membantu siswa
dalam mengembangkan pengetahuannya secara efektif.
Salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru, sebagai salah satu unsur
pendidikan, agar mampu melaksanakan tugas profesionalnya adalah memahami
bagaimana peserta didik belajar dan bagaimana mengorganisasikan proses
pembelajarn yang mampu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
peserta didik, serta memahami proses belajar yang terjadi pada diri siswa, guru,
perlu menguasai hakikat dan konsep dasar belajar. Raka Joni dalam (Dimyati,
1994:111) “ mengemukakan bahwa sekolah yang melakukan pembelajaran aktif
dengan baik harus mempunyai karakteristik, yaitu pembelajaran berpusat pada
siswa, guru membimbimbing dalam terjadinya pengalaman belajar, tujuan
kegiatan tidak hanya sekedar mengajar standar akademik, pengelolaan kegiatan
pembelajaran, dan penilaian”.
Tangtangan guru dalam mengajarkan akan semakin kompleks, Siswa pada
menggairahkan. Persoalannya adalah ketika guru masih malu-malu atau kurang
sekali dalam melakukan uji coba perihal model mengajar. Setuju atau tidak setuju
model mengajar itu akan sangat menentukan dalam keberhasilan pencapaian
tujuan pembelajarn itu sendiri.
Como dan Snow dalam (Syafaruddin, 2006:3) “ menilai bahwa model
pembelajaran IPS yang diimplementasikan saat ini masih bersifat konvesional
sehingga siswa sulit memperoleh pelayanan secara optimal”. Dengan
pembelajaran seperti itu maka perbedaan individual siswa di kelas tidak dapat
terakomodasi sehingga sulit tercapai tujuan-tujuan spesifik pembelajaran terutama
bagi siswa yang berkemampuan rendah. Model pembelajaran IPS saat ini juga
lebih menekankan pada aspek kebutuhan formal dibandingkan kebutuhan riil
siswa sehingga proses pembelajaran terkesan sebagai pekerjaan administratif dan
belum mengembangkan potensi anak secara optimal.
Disisi lain Al Muhtar. S (2007:99) menjelaskan bahwa kelemahan
pembelajaran IPS yang secara umum dilaksanakan dilapanngan antara lain:
1. Proses pembelajaran pendidikan IPS kurang ditunjang dengan
pengembangan dan penggunaan media dan alat pembelajaran.
2. Proses pembelajaran pendidikan IPS lebih menekankan pada
pengembangan aspek kognitif dari pada afektif dan psikmotor.
3. Proses pembelajaran IPS kuramg mengentuh aspek nilai sosial dan
ketrampilan sosial.
4. Proses pembelajaran pendidikan IPS lebih menekankan pada
5. Proses pembelajaran pendidikan IPS lebih menepatkan siswa sebagai
penerimaan informasi dalam soal belajar satuh arah, dari pada
melibatkan siswa dalam proses berfikir.
6. Proses pembelajaran pendidikan IPS lebih menempatkan guru sebagai
sumber informasi yang dominan, di samping terbatanya penggunaan
sumber daya belajar lainnya.
7. Proses pembelajaran pendidikan IPS lebih menempatkan guru sebagai
sumber informasi yang dominan, seperti yang terdapat dalam buku,
dari pada kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan nyata.
8. Proses pembelajaran pendidikan IPS belum banyak mengakses pada
penguatan sistem nilai keimanan dan ketaqwaan.
9. Proses pembelajaran pendidikan IPS belum secara tegas mengakses
pada penggunaan IPTEK.
Dengan melihat kondisi diatas, tampaknya perlu adanya perubahan
paradigma dalam menelah proses belajar siswa dan interaksi antara siswa dan
guru. Sudah seyogianyalah kegiatan belajar mengajar juga lebih
mempertimbangkan siswa. Selain itu, alur proses belajar tidak harus berasal dari
guru ke siswa. Siswa juga bisa saling mengajar dengan sesama siswa yang
lainnya.
Dua hal penting yang merupakan bagian dari tujuan pembelajaran
ekonomi adalah pembentukan sifat yaitu pola berfikir kritis dan kreaktif. Untuk
suasana kelas perlu didesain sedemikian rupa sehingga siswa mendapatkan
komunitas yang memungkinkan mereka mencintai proses dan mencintai satu
sama lain. Suasana belajar yang penuh dengan persaingan dan pengisolasikan
akan membentuk hubungan yang negatif dan mematikan semangat siswa. Hal ini
akan menghambat pembentukan pengetahuan secara aktif. Oleh karena itu dapat
memberikan, pengajaran perlu menciptakan suasana belajar sedemikian rupa
sehingga siswa perlu bekerjasama secara gotong-royong.
Pembelajan kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang saat ini
banyak digunakan untuk mewujutkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat
pada siswa (studend oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang
ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan
orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain. Model
pembelajaran ini telah terbukti dapat dipergunakan dalam berbagai mata pelajaran
dan berbagai usia. Johnson (1994) pembelajaran kooperatif adalah
mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa
dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan
mempelajari satu sama lain dalam kelompok. Slavin (1995) menyebutkan
pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang telah dikenal sejak
lama, di mana pada saat itu guru mendorong para siswa untuk melakukan kerja
sama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman
sebaya (peerteaching). Dalam melakukan proses belajar-mengajar guru tidak lagi
mendominasi seperti lazimnya pada saat ini, sehingga siswa dituntut untuk
berbagi informasi dengan siswa yang lainnya dan saling belajar mengajar sesama
yang terdiri dari 4 atau 5 orang untuk bekerja sama dalam menguasai materi yang
diberikan guru (Slavin, 1995; Eggen & Kauchak, 1996; Suherman, 2001). Artzt &
Newman (1990:448) menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar
bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk
mencapai tujuan bersama. Jadi, setiap anggota kelompok memiliki tanggung
jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya. Kelompok belajar kooperatif
adalah kelompok yang dibentuk dengan tujuan untuk memaksimalkan belajar
antara siswa (Johnson & Johnson, 1994). Setiap anggota kelompok mempunyai
tanggung jawab terhadap (a) kontribusi mereka dalam usaha mencapai tujuan dan
(b) bantuan untuk anggota yang membutuhkan.
Belajar kooperatif mempunyai ide bahwa siswa bekerja sama untuk belajar
dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya. Sebagai tambahan,
belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok, yang hanya
dapat dicapai jika semua anggota kelompok mempelajari tujuan (penguasaan
materi) yang akan dicapai (Slavin, 1995). Johnson & Johnson (1994) menyatakan
bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa
untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu
maupun secara kelompok. Karena siswa bekerja dalam suatu tim, maka dengan
sendirinya dapat memperbaiki hubungan di antara para siswa dari berbagai latar
belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan
Zamroni (2000) mengemukakan bahwa manfaat penerapan belajar
kooperatif adalah dapat mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam
wujud input pada level individual. Di samping itu, belajar kooperatif dapat
mengembangkan solidaritas sosial di kalangan siswa. Dengan belajar kooperatif,
diharapkan kelak akan muncul generasi baru yang memiliki prestasi akademik
yang cemerlang dan memiliki solidaritas sosial yang kuat.
Melalui metode pembelajaran STAD diharapkan dapat memberikan solusi
dan suasana baru yang menarik dalam pengajaran sehingga memberikan dengan
konsep baru. Pembelajaran STAD membawah konsep pemahaman inovatif, dan
menekankan keaktifan siswa, diharapkan dapat miningkatkan hasil belajar siswa.
Siswa belajar dengan sesama siswa dalam suasana gotong-royong dan demikian
banyak kesempatan untuk memahami informasi dan menghubungkan dengan
kehidupan sehari-hari. Pembelajaran Ekonomi masih berpusat pada guru dan
siswa belum dijadikan subyek belajar. Pembelajaran cenderung lebih banyak
menempatkan siswa pada aktivitas membaca, mendengar, atau menjawab
pertanyaan guru.
Penulis tertarik untuk mengembangkan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD karena melihat fenomena yang terjadi di SMP Negeri 2 Ternate,
khusunya pada pembelajaran Ekonomi. Pembelajara ekonomi terasa kering dan
kaku karena pembelajaran yang bersifat hafalan, peserta didik hanya selalu siap
mengembangkan proses berfikir. Siswa tidak merasakan keterlibatan penalaran
dalam mempelajaran ekonomi.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD diyakinkan dapat meningkatakan
solidaritas kerja siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Ternate tersebut, karena
pembelajaran kooperatif tipe STAD didesain untuk meningkatakan rasa tanggung
jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.
Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus
siap memberikan dan mengajarakan materi tersebut pada anggota kelompoknya.
Dengan adanya penerapan metode pembelajaran STAD diharapkan siswa terlibat
lebih jauh dalam proses belajar mengajar secara efektif sehingga siswa terdorong
untuk memahami setiap materi yang diajarka guru. Dengan kata lain metode
STAD dapat meningkatakan solidaritas kerja siswa.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukan diatas maka penulis
ingin mengembangkan penelitian dengan judul “ Pengaruh Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD terhadap Peningkatan solidaritas kerja siswa”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan fenomenan yang telah dikemukakan pada latar belakang
penelitian, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah: bagaimana
pengaruh pembelajaran kooperatif dengan pendekatan tipe Student Teams
Achievement Division (STAD) terhadap peningkatan sodarilitas kerja siswa.
Berdasarkan permasahan diatas, maka pernyataan penelitian dalam
1. Apakah terdapat perbedaan peningkatan solidaritas kerja siswa yang
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD sebelum dan sesudah
diberikan perlakuan pada kelas eksperimen?
2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan solidaritas kerja siswa yang tidak
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD sebelum dan sesudah
diberikan perlakukan pada kelas kontrol?
3. Apakah terdapat perbedaan peningkatan solidaritas kerja siswa antara kelas
eksperimen yang menggunakan pembelajaran tipe STAD dan kelas kontrol
yang tidak menggunakan pembelajaran tipe STAD?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan yang
akan dicapai dalam penelitian ini adalah “ Untuk Mengetahui Pengaruh
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap solidaritas kerja Siswa Pada Mata
Pelajaran Ekonomi”. Secara khusus penelitian ini ditujukan:
1. Untuk mengetahui Apakah terdapat perbedaan peningkatan solidaritas kerja
siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD sebelum dan
sesudah diberikan perlakuan?
2. Untuk mengetahui Apakah terdapat perbedaan peningkatan solidaritas kerja
siswa yang tidak menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD sebelum
dan sesudah diberikan perlakukan pada kelas kontrol?
3. Untuk mengetahui Apakah terdapat perbedaan peningkatan solidaritas kerja
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Secara umum, penelitian ini memberikan sumbangan kepada dunia
pendidikan dalam pengajaran ilmu pengetahuan sosial (ekonomi),
utamanya sebagai upaya peningkatan kemandirian belajar siswa dengan
menggunakan metode STAD
b. Secarah khusus hasil penelitian ini dapat bermanfat sebgai pijakan untuk
mengembangkan penelitian-penelitian sejenis, serta dapat memberikan
kontribusi terhadap perkembangan pemebelajaran ekonomi
2. Manfaat Praktis
Sedangkan secara praktis penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
a. Sebagai masukan atau altenatif untuk inovasi model pembelajarn
ekonomi yang berpusat pada siswa.
b. Sebagai bahan informasi kepada guru ekonomi tentang keefektifan model
STAD dalam pembelajaran untuk meningkatakan sodarilitas kerja ssiswa.
c. Memberikan masukan pada guru ekonomi dalam menentukan metode
mengajar yang tepat, yang dapat menjadi alternatif dalam mata pelajaran
ekonomi.
d. Memberikan informasi pada guru untuk menekankan keaktifan siswa
dalam proses belajar mengajar.
e. Memberi sumbang informasi untuk meningkatakan mutu pendidikan di
BAB III
METODE PENELITIAN
A. LOKASI PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 2 Kota Ternate, sedangkan subjek
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 2 Kota Ternate sedangkan
populasi terjangkau adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negri 2 Kota Ternate.
Jumlah kelas VIII SMP Negeri 2 Kota Ternate 9 kelas Pemilihan lokasi
penelitian ini dilakukan setelah peneliti melakukan studi awal penelitian dan telah
mendapat persetujuan dari pihak sekolah untuk dilaksanakannya kegiatan
penelitian.
1. Populasi dan sampel
Populasi dalam suatu kegiatan penelitian berkenaan dengan sumber data
yang digunakan dan akan diteliti. Adapun yang dimaksud dengan populasi adalah
wilayah generalisasi terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapakan oleh peneliti untuk dipelajarai dan
kemudian ditarik kesimpulan.
Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 2
Kota Ternate sedangkan populasi terjangkau adalah seluruh siswa kelas VIII SMP
2 Ternate. Jumlah kelas VIII SMP Negeri 2 Kota Ternate 9 kelas
Sampel merupakan bagian dari populasi tersebut, berikut adalah
pengertian yang lebih terperinci, “ sampel adalah bagian dari jumlah dan
Teknis yang digunakan sampel adalah dengan rondom sampling, yaitu
mengambil dua kelas dari populasi secara tidak acak, hal ini dilakukan setelah
memperhatikan ciri-ciri relatif yang dimiliki, populasi yang ada adalah normal
dan homogen. Sehingga sampel dalam penelitian ini adalah dua kelas yaitu kelas
VIII 2 sebagai kelompok eksperimen dan kelas VIII 3 sebagai kelompok kontrol.
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk menguji coba pengaruh pembelajaran
kooperatif tipe (STAD) dan melihat peningkatan solidaritas kerja siswa. Metode
yang digunakan adalah metode eksperimen dengan menggunakan dua kelompok
yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe (STAD) dan kelompok kontrol
menggunakan pembelajaran konvensional. Data penelitian berupa data kuantitatif,
yaitu skor pre-test dan post-test solidaritas kerja siswa sebelum dan setelah
pembelajaran. Desain eksperimen yang digunakan adalah Quasy Experimental
Design dengan bentuk Nonequivalent Control Group Design dimana kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random (Sugiyono,
2010: 77). Bagan rancangannya adalah sebagai berikut :
Dalam penelitian ini kelompok pertama sebagai kelompok eksperimen
yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe stad dan kelompok
kedua sebagai kelompok kontrol yang tidak menggunakan metode pembelajaran
kooperatif tipe stad. Desain penelitian ini dapat digambarakan pada tabel 3.1
Tabel 3.1
Desain Penelitian
Kelas Pre-test Perlakuan Post-test
Eksperimen O X O
Kontrol O O
Keterangan :
X : Perlakuan pembelajaran dengan metode Kooperatif tipe (STAD)
O : Angket kemampuan solidaritas kerja siswa
Mengacu pada desain diatas, penelitian eksperimen ini mengacu pada dua
(2) kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kedua kelas tersebut
sama-sama diberi pre test dan post test, tetapi diberi perlakuan yang berbeda. Kelas
eksperimen diberi perlakuan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran Cooperative Learning Type STAD sedangkan kelas kontrol diberi
perlakuan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang biasa
digunakan (konvesional).
C. Alur Penelitian
Studi Pendahuluan
Masalah
Studi Literatur: Pembelajaran Kooperatif tipe Stad, dan solidaritas kerja siswa
Penyusunan Instrumen
1. Soal bentuk Angket 2. Pedoman Observasi
Penyusunan Rencana Pembelajaran
Kooperatif tipe STAD
Validitas, Uji coba, Revisi
Kelompok kontrol
Tes Awal (Pretes)
Kelompok eksperimen
Pembelajaran konvesional
Tes Akhir (Postes)
Pembelajaran
kooperatif tipe STAD
Oservasi terlaksanaan metode
Pengolaan dan analisis data
Pembahasan
D. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional
1 Variabel Penelitian
Penelitian ini mengunakan desain eksperimen. Dalam penelitian ini akan
melibatkan dua variabel, yaitu variabel bebas (independent variabel) dan variabel
terikat (dependent variabel). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran kooperatif tipe STAD sedangkan variabel terikat adalah peningkatan
solidaritas kerja siswa. Paradigma penelitian ini terdiri atas satu variabel
independen dan satu variabel dependen.
2 Definisi Operasional
Dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah yang diinterpretasikan untuk
memperjelas permasalahan dan pencapaian hasil sesuai yang diinginkan seperti
[image:22.595.102.529.237.759.2]pada tabel 1.3 yang ada di bawah ini, yaitu:
Tabel 3.2
Penjelasan Definisi Operasional
Variabel Dimensi Indikator
Medel Pembelajaran Tipe STAD (X)
1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
2. Menyajikan materi
3. Mengorganisasikan
1. Guru menyampaikan topik yang akan dipelajari. 2. Siswa mempersiapankan
diri menerima materi
1. Guru mengembangkan materi pembelajaran yang sesuai apa yang dipelajari siswa dalam kelompok 2.Guru memperikan
penjelasan atau alasan yang sesuai dengan materi yang diajarkan
siswa dalam kelompok
4. Membimbing kelompok bekerja dan belajar
5. Evaluasi
6. Memberikan refleksi
kelompoknya untuk memperlajari topik yang diberikan oleh guru
2.Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitas pengaturan kelompok
1. Guru membimbing siswa bekerja dan belajar dalam kelompok masing-masing
2.Guru membimbing siswa bekerja dan belajar dalam kelompok yang sudah dibagikan
1. Siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tugas yang mereka kerjakan dan mengenai keaktifan pengalaman-pengalaman mereka. 2.Guru dan siswa
berkolaborasi dalam mengevaluasi
pembelajaran siswa
1. Penghargaan yang diberikan
2.Perbaikan yang harus dilakukan.
Solidaritas kerja siswa (Y)
1. Membentuk kelompok – kelompok
1. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil 2. Siswa mempersiapkan dirinya dalam kelompok masing – masing
2. Komunikasi kelompok
3. Bekerjasama
4. Tanggung jawab Bersama
5. Mempertangungu jawab hasil kerja bersama
4. Mengemukakan
pertanyaan atau pendapat disertai kesan yang baik
5. Menjalin hubungan yang akrab dengan sesama anggota kelompok
6. Memahami aturan dalam kelompok beragam
7. Memfasilitas kegiatan kelompok secara efektif 8. Menggunakan kemampuan
yang dimilik secara efektif 9. Bekerja dengan anggota
kelompok yang heterogen
10.Tiap siswa sebagai anggota kelompok berkontribusi untuk melakukan tugas – tugas yang dilakukan dalam kelompoknya.
11.Siswa saling bertukar pendapat, berdiskusi mengklarifikasi dan mensintesis semua gagasan mereka.
12.Wakil dari kelompok mempertanggungjawab hasil kerja sama mereka di depan kelas
E. Instrumen penelitian
Instrumen digunakan untuk mengukur sejauh mana penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe stad dalam meningkatkan solidaritas kerja siswa
dalam mata pelajaran ekonomi. Menurut (Arikunto,1998:151) “instrumen
penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh penelitian dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,
dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah”.
Instumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa (pretest) dan akhir
(posstest),. Kuesioner, lembar observasi dan menjadi alat tes yang digunakan
dalam penelitian sebagai berikut:
1. Lembar Observasi
Observasi ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana model yang
dikembangkan dapat terlaksana. Keterlaksanaan model yang dikembangakan ini
dinilai oleh dua observasi yang khusus mengamati segala tingkah laku guru
selama pembelanjaran berlangsung. Sedangkan menurut Sutrisno Hadi (1986)
(dalam Sugiono, 2010:203) observasi merupakan suatu proses yang
komplekskompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan
psikologis”. Observasi ini dilaksanakan pada saat proses belajar pembelajaran
berlangsung dan bersifat sistematis karena menggunakan pedoman sebagi
instrument pengamatan dan observasi ini bersifat terstruktur.
Menurut sugiono (2010:205) observasi terstruktur adalah observasi yang telah
tempatnya. Jadi observasi terstruktur dilakukan apabila telah tahu denga pasti
tentang variabel apa yang akan diamati. Lembar observasi digunakan untuk
mengamati terlaksana model cooperative learning type STAD dengan sintak
pembelajaranya. Indikator observasi siswa diambil dari langkah-langkah model
pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu tahap persiapan, tahap penyajian materi,
tahap belajar tim/kelompok, tahap pengujian hasil belajar, dan tahap rekognisi
tim. Selain itu lembar observasi siswa digunakan untuk mengamati aktivitas siswa
secara individu didalam kelompok. Kegiatan observasi pada siswa ini dilakukan
pada kedua kelas, kelas eksperimen yaitu untuk mengetahui aktivitas siswa pada
pembelajaran dengan mengunakan kooperatif tipe STAD dan observasi kelas
kontrol untuk mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran di kelas kontrol.
Indikator untuk observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran ini diambil dari
langkah-langkah pembelajaran dikelas eksperimen dan kontrol. Bertindak sebagai
pengamat yaitu peneliti dan dibantu seorang guru ekonomi disekolah tersebut.
2. Kuesioner (angket)
Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan untuk mengukur solidaritas
kerja siswa adalah menggunakan skala likert, Skala Likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok yang
selanjutnya disebut valiabel penelitian (Akdon dan Sahlan Hadi, 2005: 118)
Solidaritas kerja siswa yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan skala Liker model Ridwan (2010), pertanyaan-pertanyaan yang
kelompok-kelompok,komunikasi kelompok, bekerjasama, tanggungjawab bersama,
mempertanggungjawab kerja bersama.
Setiapa pertanyaan yang dibuat ada yang bersifat positif dan ada pula yang
bersifat negatif. Setiap pertanyaaan dihubungkan dengan jawaban atau dukungan
sikap yang diungkapakan dengan 5 pilihan jawaban yaitu Skor 5 untuk jawaban
selalu, Skor 4 untuk jawaban Acapkali, Skor 3 untuk jawaban Kadang-kadang,
Skor 2 untuk jawaban jarang, Skor 1 untuk jawaban Tidak pernah. Skala
solidaritas kerja siswa diberikan sebelum dan sesudah pada kelas eksperimen
maupun pada kelas kontrol. Tujuannya untuk mengetahui peresentase Membentuk
kelompok-kelompok, komunikasi kelompok, bekerjasama, tanggung jawab
bersama, mempertangungjawab hasil kerja bersama terhadap solidaritas kerja
siswa pada pembelajaran ekonomi.
a. Validaritas Angket
Dalam hal ini alat evaluasi yang digunakan berupa Angket dengan Skala
Likert. Untuk menguji tingkat validitas ini digunakan rumusan Product Moment
Pearson (PPM), validaritas instrumen dihitung dengan menggunakan program
SPPS versi 17.
Berdasarkan hasil uji coba, maka dilakukan uji validitas dengan bantuan
program SPSS 17, hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
b. Reabilitas Angket
Pengujian reliabilitas Angket menggunakan rumas Alpha Croncbach dengan
batuan software SPSS versi 17 for Windows. Di bawah ini adalah hasil uji
Tabel 3.3
Reliabilitas Angket
Koefisien Reliabilitas Kategori Jumlah Soal
0,87 Sangat Tinggi 14
Dari hasil uji instrumen angket diperoleh koefisien reliabilitas skala angket
sebesar 0,87 (Cronbach’s Alpha). Insturumen penelitian dengan koefisien
reliabilitas 0,87 termasuk sangat tinggi, sehingga instrumen angket tersebut dapat
dijadikan sebagai alat ukur mengukur solidaritas kerja siswa.
Berdasarkan perolehan hasil uji validitas dan reabilitas menggunakan
Anatest di atas, nilai yang diperoleh tidak jauh berbeda dengan pengolahan data
dengan menggunakan SPSS. Dari hasil perolehan kedua alat pengolahan data
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen memiliki tingkat validitas dan
reabilitas yang memadai, sehingga dinyatakan layak digunakan sebagai alat ukur
selanjutnya.
Perhitungan gain digunakan untuk mengetahui besar peningkatan
solidaritas kerja siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, dimana
analisisnya melalui (Pretest) dan hasil (Posttest). Analisis dilakukan dengan
menggunakan rumusan gain ternormalisasi rata-rata (avarege normalized gain)
yang dikemukakan oleh Hake (1999) dianggap lebih efektif. Adapun rumus
tersebut adalah sebagai berikut :
g = Skor Posttest – Skor Pretest Skor Ideal – Skor Pretest
Keterangan :
Skor Pretest = Persentase skor pretest rata-rata Skor Posttest = Persentase skor posttest rata-rata Skor ideal = skor ideal seluruh item soal
Selanjutnya hasil gain akan dianalisis melalui kriteria tingkat gain sebagai
[image:29.595.110.512.212.494.2]berikut
Tabel 3.6 Kategori Tingkat Gain
Batasan Kategori
g > 0,7 Tinggi
0,3 < g ≤ Sedang
g ≤ 0,3 Rendah
Untuk lebih jelaskan perhitungan gain ini akan di bahas pada bab
selanjutnya.
3. Lembar Wawancara
Menurut Ruseffendi (2001: 109) wawancara adalah suatu cara
mengumpulkan data yang sering kita gunakan dalam hal kita menggingingkan
mengorek sesuatu yang bila dengan cara angket atau cara lainnya belum bisa
terungkapkan atau belum jelas. Instrumen ini digunakan dengan tujuan untuk
memperkuat data yang dipeoleh dari angket.
F. Teknik Pengolahan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulakan melalui angket, lembar observasi,
dan wawancara. Data yang berkaitan dengan solidaritas kerja siswa dikumpulkan
melalui angket.
Data yang diperoleh dari hasil angket tentang solidaritas kerja siswa, pre-test
dan post-test dianalisis secara statistik, sedangkan lembaran observasi dan
wawancara berkaitan dengan pandangan siswa terhadap pembelajaran yang
1. Data Hasil Angket Solidaritas Kerja Siswa
sikap, pendapat, dan persepsi seseorang, Setiapa pertanyaan yang dibuat ada
yang bersifat positif dan ada pula yang bersifat negatif. Setiap pertanyaaan
dihubungkan dengan jawaban atau dukungan sikap yang diungkapakan
dengan 5 pilihan jawaban yaitu Skor 5 untuk jawaban selalu, Skor 4 untuk
jawaban Acapkali, Skor 3 untuk jawaban Kadang-kadang, Skor 2 untuk
jawaban jarang, Skor 1 untuk jawaban Tidak pernah. Skala solidaritas kerja
siswa diberikan sebelum dan sesudah pada kelas eksperimen maupun pada
kelas kontrol. Tujuannya untuk mengetahui peresentase Membentuk
kelompok-kelompok, komunikasi kelompok, bekerjasama, tanggung jawab
bersama, mempertangungjawab hasil kerja bersama terhadap solidaritas kerja
siswa pada pembelajaran ekonomi.
G. Prosedur Penelitian
Penelitian eksperimen ini dilakukan dua kelompok siswa, yaitu kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok tersebut sama-sama
diberikan pre-test dan post-test, diberi perlakukan yang berbeda. Siswa
eksperimen diberi pelakukan dengan metode pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD, dan siswa kelompok kontrol diberi pembelajaran konvesional.
Penelitian ini dilaksanakan dalam 4 pertemuan dengan mengambil waktu
pada semester genap tahun ajaran 2011/2012. Setiap pertemuan menggunakan 2 X
45 Menit. Dengan perincian sebagai berikut: Dua pertemuan untuk Pre-tes dan
post-test, sedangkan sisanya sebanyak dua kali pertemuan digunakan kegiatan
Prosedur yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Mengadakan pra penelitian sebagai penjajakan awal di SMPN 2 Kota Ternate
diantaranya memohon ijin kepada kepala sekolah untuk melaksanakan
penelitian dan berdiskusi dengan guru IPS kelas VIII untuk memperoleh
gambaran mengenai peningkatan solidaritas kerja siswa dan penerapan
metode kooperatif tipe STAD
2. Melakukan studi dokumentasi dan penentuan kelas eksperimen dan kelas
kontrol dengan cara diundi.
3. Melakukan persiapan penelitian dengan menyususn materi pelajaran, uji coba
instrumen penelitian pada responden sebanyak 100 orang dan dilanjutkan
dengan menganalisis data hasil uji coba instrument.
4. Bersama guru menyampaikan penerapan metode pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD di kelas eksperimen yang akan dilaksanakan oleh guru yang
mengajar.
5. Melatih guru tersebut tentang metode pembelajaran Kooperatif Tipe STAD,
pelatihan metode tersebut kepada guru dilakukan sebelum diberikannya
pembelajaran di kelas ekperimen.
6. Melakukan pre-test pada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk
mendapatkan gambaran mengenai solidaritas kerja siswa sebelum diberikan
perlakuan.
7. Melaksanakan pembelajaran Kooperatif Tipe STAD kepada kelas eksperimen
pembelajaran dilakukan oleh guru Ekonomi SMPN 2 Kota Ternate dan
peneliti bertindak sebagai observer dan partner guru. Penelitian dilaksanakan
sesuai dengan jadwal mata pelajaran yang ditetapkan sekolah, sehingga tidak
mengganggu suasana pembelajaran di sekolah
8. Mengadakan (Postes) untuk mengetahui solidaritas kerja siswa setelah
pemberian perlakuan pada siswa kelompok eksperimen dan setelah kegiatan
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pengujian terhadap hipotesis yang dilakukan oleh
peneliti serta hasil pembahasan yang didapat, secara umum dapat disimpulkan
bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh
terhadap solidaritas kerja siswa pada kelas VIII SMP Negeri 2 Ternate. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat penggunaan pembelajaran
kooperatif tipe STAD, maka semakin efektif untuk peningkatan solidaritas kerja
siswa. Secara khusus, kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Sebelum dan sesudah dilakukan pembelajaran di kelas eksperimen
dengan menggunakan metode tipe STAD terdapat perbedaan
peningkatan solidaritas kerja siswa.
2. Sebelum dan sesudah dilakukan pembelajaran di kelas kontral
dengan menggunakan metode biasa atau konvesional terdapat
perbedaan peningkatan solidaritas kerja siswa.
3. Setelah dilakukan pembelajaran untuk kelas ekperimen dengan
menggunakan metode pembelajaran tipe STAD dengan kelas
kontrol yang menggunakan metode Biasa (konvesional) terhadap
siswa di kelas ekperimen lebih besar dibandingkan dengan
peningkatan solidaritas kerja siswa kelas kontrol.
B. Rekomendasi
Hasil penelitian memberikan petunjuk bahwa temuan-temuan yang
diperoleh setelah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
terbukti memberikan pengaruh terhadap peningkatan solidaritas kerja
siswa. Oleh karena itu, model pembelajaran kooperatif tipe ini dapat
dijadikan salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat
meningkatkan solidaritas kerja siswa. Dengan demikian ada beberapa
rekomendasi yaitu sebagai berikut:
1. Rekomendasi untuk guru
Dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD guru
harus menerapkan prinsip-prinsip dan mengoptimalkan
berbagai sumber, penentuan hasil belajar siswa dalam pelajaran
Ekonomi tidak hanya berorentasi pada solidaritas kerja siswa
akan tetapi juga mempertimbangkan prosesnya. Guru harus
memfungsikan desain pembelajaran sebagai pedoman bukan
sebagai pelengkap adminitrasi. Oleh sebab itu mencoba
melaksanakan serta memperbaiki kekurangan-kekurangan agar
mampu menerapkan model pembelajaran dengan optimal
sehingga dapat meningkatskan kualitas pelaksanaan proses
Diperlukan pengolahan kelas yang baik oleh guru dalam
mengatur kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam
pembelajaran seperti, penyajian materi, interaksi kelompok,
pengujian hasil belajar, penskoran kemajauan individual dan
penghargaan terhadap kelompok.
2. Rekomendasi untuk Kepala sekolah
Hendaknya guru dipacu agar senantiasa dapat mengembangkan
kemampuannya dalam pengelolaan proses pembelajaran serta mencoba
berbagai model pengajaran baru yang aktual termasuk didalamnya
penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan memotivasi,
mengarahkan dan menganjurkan kepada semua guru, khusunya guru
mata pelajaran Ekonomi untuk dapat menggunakan pembelajaran
kooperatif tipe STAD sebagai suatu inovasi, dengan harapan prestasi
siswa SMP Negeri 2 Ternate dapat meningkat.
3. Rekomendasi untuk peneliti yang lain
Disadari bahwa temuan dari penelitian ini belum mencapai hasil
kemampuan solidaritas kerja siswa yang maksimal. Oleh karena itu,
penelitian lanjutan berkenaan dengan penggunaan cooperative
learning tipe STAD terhadap solidaritas kerja siswa dapat dilakukan
dengan menggunakan tipe-tipe lainnya seperti jigsaw, investigasi
kelompok, NHT dan lain-lainnya, yang mungkin dapat mencapai hasil
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Akdon dan Sahlan Hadi. (2005). Aplikasi Stastistika dan Metode Penelitian
untuk Adminitrasi dan Manajemen. Bandung:Dewaruchi
Al-Muchtar, S. (2007). Strategi Pembelajaran Pendidikan IPS. Bandung:PPs UPI
Doyle Paul Johnson (1986) Teori Sosiologi, Klasik dan Moderen. Edisi 1 Jakarta
PT Gremedia.
Dimyati dan Mudjiono, (1994). Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta.
Frieda Mangunsong, 2010). dalam Menanam Empati Menumbuhkan Kecerdasan.
Goleman, Daniel (2007), Social Intelligence: Ilmu Baru tentang Hubungan Antar Manusia, PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
Hasan, Hamid. S (1996) Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta: Dirjen Dikti, Depdikbud
Hamalik, Oemar.s 2002. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Bumi Aksara
Joyce, B., Weil, M., dan Calhoun, E. (2009). Models of Teaching. Yogyakarta; Pustaka Pelajar.
Johnson, D.W, David, Jhonson, R. (1994). Leading The Cooperative School. Edina, MN:Interaction Book Company.
Johnson and Johnson (1994) Handbook of Coperative Learning Baston.
Koentjaraningrat (1977), Sistim Gotong Royong dan Jiwa Gotong Royong. Jakarta : Berita Anthropologi.
Lexy, Moleong J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosadakarya.
Lie, Anita (2002). Cooperative learning: Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang- Ruang Kelas.Jakarta: Grasindo.
Laiya Banibowo. (1983). Solidaritas Kekeluargaan Dalam Salah Satu Masyarakat Desa di Nias, Indonesia Gadjah Mada University Prees.
Muslimin Ibrahim, Dkk. Pembelajaran Kooperatif (Surabaya: Unesa University Press, 2002)
Munandar, U. (2009). Pengembangan Kreaktivitas Anak Berbakat. Jakarta: Rianeka Cipta dan Pusat Perpukuan DEPDIKNAS.
Maryani Enok (2011). Pengembangan Program Pembelajaran IPS untuk Peningkatan Ketrampilan Sosial. Alfabet, Bandung.
Nasution Z (2009). Solidaritas Sosial dan Partisipasi Masyrakat Desa Transisi (Suatu Tinjauan Sosiologi ). Malang UMM Pres.
Nasution, (2003). Metodologi Research Penelitian Ilmia. Jakarta: Bumi Aksara.
Noornia, 1997. Penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan Motode STAD (Student Teams Achievement Division) Pada Pengajaran Persen di Kelas VI SD Islam Al ma’arif 02 Singosari Malang. Tesis Tidak Diterbitkan. Malang: Pasca Sarjana Program Studa Pendidikan IKIP Malang.
Putong, Iskandar (2007), Economics, Pengantar Mikro dan Makro. Jakarta : Mitra Wacana Media.
Riduwan, Akdon. (2006). Rumus dan Data Dalam Aplikasi Statistika untuk Penelitian. Jakarta : Alfabeta.
Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001),
Soemanto, Wasty. (1998). Psikologi Pendidikan : Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan (Edisi Baru). Jakarta : PT Rineka Cipta
Suryono, dkk, (1992). Teknik Belajar Mengajar Dalam CBSA, Cet. I;Jakarta: Rineka Cipta.
Suyanto dan Nurhadi. (2000). Pokok-pokok Pembelajaran Pendidikan Ekonomi di SLTP. Jakarta: Depdiknas
Sardiman, dkk. (2004). Pengetahuan Sosial: Buku 1 Materi Pelatihan Terintegrasi. Jakarta: Dirjen Dikdasmen, Dipdiknas.
Somantri , M.N (2001). Menggaga Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Suharsimi Arikunto. (1993)). Manajemen Penelitian (Jakarta : Rineka Cipta.
Slavin, R.E. (1995). Cooperative Learning. Boston: Allya Bacon.
Slavin, R.E. (2000) Cooperative Learning Riset dan praktik, Terjemah Bandung: Nusa Media.
Slavin, R.E (2005). Cooperative Learning: theory, research and practice, London: Allymand Bacon.
Slavin, R.E (2008). Cooperative Learning. Bandung :Nusa Media.
Sthal, Rj. (1994) Cooperative Learning in Social Studies: A Hand Book for Teachers. USA: Kane Publishing Service, Inc.
Trianto. (2007). Model –model Pembelajaran Inovatif berorentasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Team Didaktik Metodik, Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM, (Cet. V; Jakarta: PT. Grafindo persada, 1995).
Wadsworth, B.J. (1994) Piaget’s Theory of cognitive and Affective Development (3rd ed.) New York: Longman.
Desertasi/Tesis
Dadang Suparda. (2004). Pembelajaran Sejarah Berbasis Pendekatan Multikultur dan Perspektif Sejarah Lokal, Nasional Global, Untuk Integrasi Bangsa (Studi Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Sekolah Menengah Umum di Kota Bandung). Desertasi. Program Studi Pendidikan IPS, Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
Widada, Wahyu. 1999. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika SMU yang Berorientasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Tesis. IKIP Surabaya, Surabaya.
Internet
Firstiawan. 2010. Macam-Macam Metode Dalam Mengajar. Diakses dari http://firstiawan.student.fkip.uns.ac.id/tag/metode-metode-mengajar-kekurangan-dan-kelebihannya/.( 27/10/2011)
Ulfa, Maria.2008. metode pembelajaran. Diakses dari
http://mariaulfah15.multiply.com/journal/item/3.(27/10/2011)
Setyawan ,Heru. Tampa tahun. Pengertian, Kelebihan, dan Kekurangan Metode Ceramah. Diakses dari
http://zonainfosemua.blogspot.com/2011/01/pengertian-kelebihan-dan-kekurangan.html(27/10/2011
http://krisna1.blog.uns.ac.id/2009/10/19/pengertian-dan-ciri-ciri-pembelajaran/
http://ipotes.wordpress.com/2008/05/11/pembelajaran-kooperatif-tipe-teams-games-tournaments-tgt/