• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENERAPAN ISO 9001: 2000 DAN ORGANISASI PEMBELAJAR DENGAN KINERJA STAF: Studi di Lembaga P2PNFI Regional I Jayagiri dan P2PNFI Regional II Semarang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN PENERAPAN ISO 9001: 2000 DAN ORGANISASI PEMBELAJAR DENGAN KINERJA STAF: Studi di Lembaga P2PNFI Regional I Jayagiri dan P2PNFI Regional II Semarang."

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Hal.

LEMBAR PERSETUJUAN ... ABSTRAK ... ABSTRACT ... KATA PENGANTAR …………... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ...

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... C. Tujuan Penelitian ... D. Penjelasan Istilah... ... E. Sistematika Penulisan...

BAB II. KAJIAN TEORITIS

A. Konsep ISO 9001 ... B. Konsep Organisasi Pembelajar ... C. Belajar Sepanjang Hayat ... D. Organisasi Pembelajar dalam Perspektif Pembelajaran

Sepanjang Hayat ... E. Organisasi Pembelajar Sebagai Implementasi Pendidikan

Luar Sekolah ... F. Konsep Kinerja ...

(2)

G. Penelitian yang Relevan ... H. Kerangka Berfikir ... I. Hipotesa Penelitian ...

III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Populasi Penelitian... B. Defenisi Operasional dan Variabel Penelitian... C. Instrumen Penelitian ... D. Proses Pengembangan Instrumen ... E. Teknik Pengumpulan Data ... F. Prosedur Pengumpulan Data ... G. Teknik Analisis Data ...

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Umum Lembaga P2PNFI ... B. Deskripsi Analisis Data ... C. Deskripsi dan Analisis Data Hubungan Antar Variabel ... D. Pembahasan ...

BAB V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan ...……….. B. Rekomendasi …...………

DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN-LAMPIRAN …... RIWAYAT HIDUP ...

(3)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal.

2.1. 3.1 4.1. 4.2. 4.3. 4.4. 4.5. 4.6. 4.7. 4.8. 4.9. 4.10

Hubungan Prinsip Manajemen Mutu Dengan ISO

9001:2000... Pedoman Untuk memberikan Interpretasi Koefisien

Korelasi ... Distribusi Frekwensi Skor Penerapan ISO 9001:2000 di P2PNFI Regional I Jayagiri ... Distribusi Frekwensi Skor Penerapan ISO 9001:2000 di Lembaga di P2PNFI Regional II Semarang ... Distribusi Frekwensi Tingkat Penerapan ISO 9001:2000 Indikator 1 s.d 8 di Lembaga P2PNFI Regional I Jayagiri .. Distribusi Frekwensi Tingkat Penerapan ISO 9001:2000 Indikator 1 s.d 8 Di Lembaga P2 PNFI Regional II

Semarang ... Distribusi Frekwensi Skor Organisasi Pembelajar di

Lembaga P2PNFI Regional I Jayagiri ... Distribusi Frekwensi Skor Organisasi Pembelajar di

Lembaga P2PNFI Regional II Semarang ... Distribusi Frekwensi Organisasi Pembelajar Indikator 1 s.d 5 d Lembaga P2PNFI Regional I Jayagiri ... Distribusi Frekwensi Organisasi Pembelajar Indikator 1 s.d 5 d Lembaga P2PNFI Regional II Semarang ... Distribusi Frekwensi Skor Kinerja Staf di Lembaga

P2PNFI Regional I Jayagiri ... Distribusi Frekwensi Skor Kinerja Staf di Lembaga

P2PNFI Regional II Semarang ...

[image:3.595.112.512.177.707.2]
(4)

4.11. 4.12. 4.13. 4.14. 4.15 4.16. 4.17. 4.18.

Korelasi Parsial Variabel Penerapan ISO 9001:2000 Dengan Kinerja Staff Dengan Pengontrolan terhadap Variabel Organisasi Pembelajar di Lembaga P2PNFI Regional I Jayagiri ... Korelasi Parsial Variabel Organisasi Pembelajar Dengan Kinerja Staf Dengan Pengontrolan terhadap Variabel Penerapan ISO 9001:2000 di Lembaga P2PNFI Regional I Jayagiri ...

Korelasi parsial Variabel Penerapan ISO 9001:2000 dengan Variabel Organisasi Pembelajar dengan

Pengontrolan Terhadap Variabel Kinerja Staf di Lembaga P2PNFI Regional I Jayagiri ... Korelasi Parsial Variabel Penerapan ISO 9001:2000 Dengan Kinerja Staff Dengan Pengontrolan Terhadap Variabel Organisasi Pembelajar di Lembaga P2PNFI Regional II Semarang ... Korelasi Parsial Variabel Organisasi Pembelajar Dengan Kinerja Staf Dengan Pengontrolan Terhadap Variabel Penerapan ISO 9001:2000 di Lembaga P2PNFI Regional II Semarang ... Korelasi Parsial Variabel Penerapan ISO 9001:2000 dengan Variabel Organisasi Pembelajar dengan

Pengontrolan Terhadap Variabel Kinerja Staf di Lembaga P2PNFI Regional II Semarang ... Komparasi Nilai Kinerja Sebelum ISO dengan Sesudah ISO Di Lembaga P2PNFI Regional I Jayagiri ... Komparasi Nilai Kinerja Sebelum ISO dengan Sesudah ISO Di Lembaga P2PNFI Regional II Semarang ...

(5)
[image:5.595.112.514.202.633.2]

DAFTAR GAMBAR

Gambar Nama Gambar Hal.

2.1. 2.2. 2.3. 2.4. 4.1.

Bagan organisasi yang berorientasi pelanggan... Skema Pendekatan Proses Dalam ISO 9001: 2000 ... The Damn Cycle ... Paradigma Penelitian ... Model Penelitian ...

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Hal.

1 2 3.1. 3.2. 3.3. 3.4. 3.5. 3.6. 3.7. 3.8. 3.9. 3.10. 3.11. 3.12. 3.13 3.14. 4.1. 4.2.

Lampiran 1. Ijin Melaksanakan Penelitian di P2PNFI

Regional I Jayagiri ... Lampiran 2. Ijin Melaksanakan Penelitian di P2PNFI

Regional II Semarang ……….. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Variabel Penerapan ISO 9001: 2000 ... Kisi-Kisi Instrumen Variabel Organisasi Pembelajar ... Kisi-Kisi Instrumen Variabel Peningkatan Kinerja ... Kuesioner Penerapan ISO 9001:2000 ... Kuesioner Organisasi Pembelajar ... Kuesioner Kinerja ... Data Ujicoba Intrumen Penerapan ISO 9001:2000 ... Data Ujicoba Instrumen Organisasi Pembelajar ... Data Ujicoba Instrumen Kinerja .Sebelum ISO... Data Ujicoba Instrumen Kinerja Staf Sesudah ISO ... Validitas Dan Reliabilitas Ujicoba Variabel ISO ………... Validitas Dan Reliabilitas Ujicoba Variabel Organisasi Pembelajar ……….. Validitas Dan Reliabilitas Ujicoba Variabel Kinerja Sebelum ISO ... Validitas Dan Reliabilitas Ujicoba Varibel Kinerja Sesudah ISO ……….. Data Penerapan ISO 9001:2000 Di P2PNFI Regional

Jayagiri ... Data Organisasi Pembelajar Responden Di P2PNFI Regional I Jayagiri ...

(7)

4.3.

4.4.

4.5.

4.6.

4.7.

4.8.

4.9.

4.10.

4.11 4.12.

Data Kinerja Sebelum ISO 9001:2000 Responden Di P2PNFI Regional I Jayagiri ... Data Kinerja Sesudah ISO 9001:2000 Responden Di P2PNFI Regional I Jayagiri ... Analisa Data Peningkatan Kinerja Staf di PPNFI Regional I Jayagiri ... Data Penerapan ISO 9001:2000 Responden Di P2PNFI Regional II Semarang ... Data Penelitian Organisasi Pembelajar Di P2PNFI Regional II Semarang ... Data Penelitian Kinerja Sebelum ISO 9001:2000 Di P2PNFI Regional II Semarang ... Data Penelitian Kinerja Sesudah ISO Di P2PNFI Regional II Semarang ... Analisa Data Peningkatan Kinerja di P2PNFI Regional II Semarang ... Hasil Analisa Data Penelitian di P2PNFI Regional I Jayagiri. Hasil Analisa Data Penelitian di P2PNFI Regional II

Semarang...

274

278

282

284

300

308

312

316 318

(8)

BAB I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Republik Indonesia sebagai negara yang merdeka, berdaulat dan

bebas dari penjajahan memiliki tujuan seperti yang tertulis pada pembukaan

Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu:

mencerdaskan kehidupan bangsa. UUD 1945 mengamanatkan mengenai pentingnya

pendidikan bagi seluruh warga negara sebagaimana diatur dalam Pasal 28C Ayat (1)

bahwa setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan

dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu

pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya dan

demi kesejahteraan umat manusia, dan Pasal 31. menjelaskan tanggung jawab pemerintah dalam menyelenggarakan pendidikan, bahwa:

(1) Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan;

(2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya;

(3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa;

(4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional; serta

(5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia (Majelis Permusyawaratan Rakyat/ Sekretariat Jenderal, Naskah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, 2008: 24).

Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) selaku penanggung jawab

(9)

Nasional. Renstra merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN). Tahun 2005, Presiden mengeluarkan Peraturan

Presiden Nomor 7 tentang RPJMN Tahun 2004–2009 yang mengamanatkan tiga

misi pembangunan nasional, yaitu: (1) Mewujudkan negara Indonesia yang aman

dan damai; (2) Mewujudkan bangsa Indonesia yang adil dan demokratis; (3)

Mewujudkan bangsa Indonesia yang sejahtera. Untuk mewujudkannya, bangsa

kita harus menjadi bangsa yang berkualitas, sehingga setiap warga negara mampu

meningkatkan kualitas hidup, produktivitas dan daya saing terhadap bangsa lain

di era global.

Misi pembangunan nasional pada butir yang ketiga tersebut dijadikan

pegangan oleh Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) sebagai pedoman

bagi semua tingkatan pengelola pendidikan, mulai dari pemerintah pusat,

pemerintah daerah, satuan pendidikan, dan masyarakat dalam merencanakan dan

melaksanakan program pembangunan pendidikan nasional serta mengevaluasi

hasilnya. Depdiknas selaku pemegang amanah pelaksanaan sistem pendidikan

nasional memiliki kewajiban untuk mewujudkan misi pembangunan tersebut.

Perspektif pembangunan pendidikan tidak hanya ditujukan untuk

mengembangkan aspek intelektual saja melainkan juga watak, moral, sosial dan

fisik peserta didik, atau dengan kata lain menciptakan manusia Indonesia

seutuhnya.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

(10)

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pemerintah dituntut untuk mewujudkan fungsi dan tujuan tersebut, oleh

karena itu sebagai penyelenggara pendidikan berhak mengarahkan, membimbing,

membantu, dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Undang-undang dan peraturan tersebut sesuai

dengan prinsip-prinsip dalam penyelenggaraan pendidikan nasional yang tercakup

dalam Rencana Strategis Depdiknas (2005: 4-5), yaitu:

1. Demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa;

2. Satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna, diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat;

3. Memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran;

4. Mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat; dan

5. Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.

Berdasarkan hal tersebut, maka ditetapkanlah tujuan pembangunan

pendidikan nasional jangka menengah yang tertuang dalam Renstra Depdiknas

(2005: 5-6 ) sebagai berikut: (1) Meningkatkan iman, takwa, akhlak mulia; (2)

Meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi; (3) Meningkatkan

sensitifitas dan kemampuan ekspresi estetis; (4) Meningkatkan kualitas jasmani;

(11)

jenjang pendidikan bagi semua warga negara secara adil, tidak diskriminatif, dan

demokratis tanpa membedakan tempat tinggal, status sosial-ekonomi, jenis

kelamin, agama, kelompok etnis, dan kelainan fisik, emosi, mental serta

intelektual; (6) Menuntaskan program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun

secara efisien, bermutu, dan relevan sebagai landasan yang kokoh bagi

pengembangan kualitas manusia Indonesia; (7) Menurunkan secara signifikan

jumlah penduduk buta aksara; (8) Memperluas akses pendidikan nonformal bagi

penduduk laki-laki maupun perempuan yang belum sekolah, tidak pernah sekolah,

buta aksara, putus sekolah dalam dan antar jenjang serta penduduk lainnya yang

ingin meningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan; (9)

Meningkatkan daya saing bangsa dengan menghasilkan lulusan yang mandiri,

bermutu, terampil, ahli dan profesional, mampu belajar sepanjang hayat, serta

memiliki kecakapan hidup yang dapat membantu dirinya dalam menghadapi

berbagai tantangan dan perubahan; (10) Meningkatkan kualitas pendidikan

dengan tersedianya standar pendidikan nasional dan standar pelayanan minimal

(SPM), serta meningkatkan kualifikasi minimun dan sertifikasi bagi tenaga

pendidik dan tenaga kependidikan lainnya; (11) Meningkatkan relevansi

pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan melalui peningkatan

hasil penelitian, pengembangan dan penciptaan ilmu pengetahuan dan teknologi

oleh perguruan tinggi serta penyebarluasan dan penerapannya pada masyarakat;

(12) Menata sistem pengaturan dan pengelolaan pendidikan yang semakin efisien,

produktif, dan demokratis dalam suatu tata kelola yang baik dan akuntabel; (13)

(12)

peningkatan pelaksanaan manajemen berbasis sekolah, peran serta masyarakat

dalam pembangunan pendidikan, serta efektivitas pelaksanaan otonomi dan

desentralisasi pendidikan termasuk otonomi keilmuan; dan (14) Mempercepat

pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme untuk mewujudkan Depdiknas

yang bersih dan berwibawa.

Tujuan pembangunan pendidikan jangka menengah di atas, merupakan

suatu yang ideal, jika dapat tercapai maka warga Negara Indonesia akan menjadi

warga Negara Indonesia yang seutuhnya, berfungsi sebagai subyek yang memiliki

kapasitas untuk mengaktualisasikan potensi dan dimensi kemanusiaan secara

optimal. Dimensi kemanusiaan itu mencakup tiga hal paling mendasar, yaitu (1)

afektif yang tercermin pada kualitas keimanan, ketakwaan, akhlak mulia termasuk

budi pekerti luhur serta kepribadian unggul, dan kompetensi estetis; (2) kognitif

yang tercermin pada kapasitas pikir dan daya intelektualitas untuk menggali dan

mengembangkan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi; dan (3)

psikomotorik yang tercermin pada kemampuan mengembangkan keterampilan

teknis, kecakapan praktis, dan kompetensi kinestetis.

Pendidikan merupakan proses sistematis untuk meningkatkan martabat

manusia secara holistik, yang memungkinkan ketiga dimensi kemanusiaan paling

elementer di atas dapat berkembang secara optimal. Dengan demikian, pendidikan

seyogyanya menjadi wahana strategis bagi upaya mengembangkan segenap

potensi individu, sehingga cita-cita membangun manusia Indonesia seutuhnya

dapat tercapai. Pencapaian manusia Indonesia seutuhnya diperjelas dengan

(13)

Sistem Pendidikan Nasional, Departemen Pendidikan Nasional berkewajiban

untuk mencapai Visi Pendidikan Nasional sebagai berikut: “...Terwujudnya

sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk

memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia

yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang

selalu berubah”. (Renstra Depdiknas, 2005: 7). Departemen Pendidikan Nasional

memiliki tanggung jawab untuk mewujudkan visi dengan menjabarkan visi

tersebut yang lebih konkrit bahwa pendidikan yang diharapkan pada tahun 2025

nanti akan menghasilkan: “ ... Insan Indonesia cerdas dan kompetitif (Insan Kamil

/ Insan Paripurna), maksudnya adalah insan yang cerdas secara komprehensif,

yang meliputi cerdas spiritual, cerdas emosional, cerdas sosial, cerdas intelektual,

dan cerdas kinestetis “. (Renstra Depdiknas, 2005: 7).

Renstra Depdiknas Tahun 2005-2009 dalam rangka komitmen global

diarahkan guna mempercepat sasaran Konvensi Hak-Hak Anak (Convention on

The Rights of the Child) yang menyatakan: ”Setiap negara di dunia melindungi

dan melaksanakan hak-hak anak tentang pendidikan dengan mewujudkan wajib

belajar pendidikan dasar bagi semua secara bebas” (Artikel 28) dan konvensi

mengenai hak azasi manusia (HAM) yang menyatakan: “Setiap orang berhak atas

pendidikan. Pendidikan harus bebas biaya, setidaknya pada pendidikan dasar

(Dikdas). Pendidikan dasar harus bersifat wajib. Pendidikan teknik dan profesi

harus tersedia secara umum dan pendidikan yang lebih tinggi harus sama-sama

dapat dimasuki semua orang berdasarkan kemampuan” (Deklarasi HAM, Artikel

(14)

dalam Kerangka Aksi Dakar mengenai Pendidikan Untuk Semua (PUS) atau

Education for All (EFA).

Upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam memenuhi komitmen

internasional di bidang pendidikan, adalah dengan melakukan perbaikan indikator

kinerja Pendidikan Untuk Semua (PUS), dengan menekankan pada peran

masyarakat dan pemerintah dalam pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan.

Namun, upaya inovatif sangat diperlukan untuk mempercepat kemajuan,

khususnya untuk menjamin penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun

terutama bagi siswa yang berasal dari keluarga miskin yang belum memperoleh

kesempatan belajar, serta penuntasan buta aksara sebagai salah satu indikator

penting dalam meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia.

Penjabaran visi pendidikan yang dimaksud di atas lebih konkrit lagi

dirumuskan dalam bentuk misi pendidikan nasional, khususnya misi yang

pertama yaitu : “ ...Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan

memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia“. (Renstra

Depdiknas, 2005-2009; 10). Pemerintah berusaha untuk menjalankan misi

perluasan akses ini, program yang dilakukan adalah menyelenggarakan

pendidikan formal, dan nonformal, yang bertujuan untuk memberikan layanan

pendidikan seluas-luasnya bagi masyarakat. Pendidikan formal diperuntukkan

bagi masyarakat yang dapat mengakses pendidikan, sedangkan pendidikan non

formal ditujukan kepada masyarakat yang tidak terlayani dan tidak dapat

mengakses pendidikan non formal. Program-program pendidikan non formal yang

(15)

keaksaraan, (2) pendidikan kesetaraan, (3) kursus-kursus, (4) pelatihan, (5)

pendidikan anak usia dini ( UU. No. 20 Tahun 2003: Pasal 26 ayat 3)

Program pendidikan non formal yang diselenggarakan harus dapat

meningkatkan daya saing agar masyarakat yang tidak dapat mengakses

pendidikan tersebut dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Tuntutan

meningkatkan daya saing bagi penyelenggara pendidikan non formal ini sesuai

dengan tujuan pendidikan nasional butir 6 yaitu: “ ...Meningkatkan daya saing

bangsa dengan menghasilkan lulusan yang mandiri, bermutu, terampil, ahli dan

profesional, mampu belajar sepanjang hayat, serta memiliki kecakapan hidup

yang dapat membantu dirinya dalam menghadapi berbagai tantangan dan

perubahan“.

Tuntutan daya saing ini, berimplikasi kepada penyelenggara program

pendidikan non formal, agar program pendidikan yang dilaksanakan memiliki

standar mutu yang telah ditentukan. Program pendidikan yang bermutu dapat

diperoleh melalui proses penelitian dan pengembangan, proses ini dapat

dilakukan secara internal oleh penyelenggara pendidikan atau masyarakat ataupun

secara eksternal dari lembaga yang ditunjuk pemerintah untuk melakukan

penelitian dan pengembangan mutu pendidikan non formal yaitu Balai

Pengembangan Pendidikan Nonformal-Informal (BPPNFI). Balai Pengembangan

Pendidikan Nonformal-Informal (BPPNFI), merupakan lembaga yang dibentuk

oleh Departemen Pendidikan nasional bertugas dan bertanggung jawab untuk

(16)

Tahun 2007 BPPPNFI berdasarkan Surat Keputusan menteri Pendidikan

Nasional Republik Indonesia berubah menjadi Pusat Pengembangan Pendidikan

Non Formal dan Informal (P2-PNFI) Regional I Jayagiri. BPPNFI Regional II

Semarang berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik

Indonesia Nomor : 08/2008 tanggal 31 Maret 2008 berubah menjadi P2PNFI

Regional II Semarang. P2PNFI mempunyai tugas melaksanakan perumusan

kebijakan teknis, pengkajian dan pengembangan model pendidikan nonformal

dan informal serta fasilitasi pengembangan sumber daya di bidang pendidikan

nonformal dan informal di wilayah kerjanya.

P2PNFI juga bertugas untuk melaksanakan visi pendidikan nasional

khususnya butir ke dua dan ketiga yaitu: “ ... peningkatan mutu, relevansi, dan

daya saing keluaran pendidikan, dan peningkatan tata kelola, akuntabilitas, dan

citra publik pengelolaan pendidikan. Wujud dari pelaksanaan visi tersebut maka,

maka P2PNFI harus memiliki sertifikasi standart mutu pelayanan, yang dimaksud

disini adalah ISO 9001.

ISO 9001:2000 merupakan Quality Management Systems Requirements

atau kualitas manajemen layanan ditujukan untuk digunakan di organisasi

manapun yang merancang, membangun, memproduksi, memasang dan / atau

melayani produk apapun atau memberikan bentuk jasa apapun. Definisi dari

Standar ISO 9001 untuk sistem manajemen kualitas (Quality Management

System, QMS) adalah: "struktur organisasi, tanggungjawab, prosedur-prosedur,

proses-proses, dan sumber-sumber daya untuk penerapan manajemen kualitas"

(17)

System) merupakan sekumpulan prosedur terdokumentasi dan praktek-praktek

standar untuk manajemen sistem yang bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu

proses dan produk (barang dan/ atau jasa) terhadap kebutuhan atau persyaratan

tertentu. Kebutuhan atau persyaratan itu ditentukan atau dispesifikasikan oleh

pelanggan dan organisasi.

ISO 9001: 2000 disusun berlandaskan pada delapan prinsip manajemen

kualitas yang dapat digunakan sebagai suatu kerangka kerja yang akan

membimbing organisasi menuju peningkatan kinerja, prinsip-prinsip tersebut

adalah : Prinsip 1 : Fokus Pelanggan; Prinsip 2 : Kepemimpinan; Prinsip 3 :

Keterlibatan Orang; Prinsip 4 : Pendekatan Proses; Prinsip 5 : Pendekatan Sistem

Terhadap Manajemen; Prinsip 6 : Peningkatan Terus Menerus; Prinsip 7 :

Pendekatan Faktual Dalam Pembuatan Keputusan; Prinsip 8: Hubungan Pemasok

Yang Saling Menguntungkan (Gaspersz, 2006 : 75).

Standar ini memberikan sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi oleh

sebuah organisasi apabila mereka hendak memperoleh kepuasan pelanggan

sebagai hasil dari barang dan jasa yang secara konsisten memenuhi permintaan

pelanggan tersebut. ISO 9001: 2000 bukan merupakan standar produk, karena

tidak menyatakan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh produk

(barang dan/atau jasa). Tidak ada kriteria penerimaan produk dalam ISO 9001:

2000, sehingga kita tidak dapat menginspeksi suatu produk terhadap

standar-standar produk. ISO 9001: 2000 hanya merupakan standar-standar sistem manajemen

kualitas oleh karenanya lembaga hanya boleh menyatakan bahwa sistem

(18)

produk berstandar internasional dan diharapkan bahwa produk yang dihasilkan

dari suatu sistem manajemen kualitas internasional akan berkualitas baik

(standar). Jasa layanan P2PNFI yang dimaksud dalam ISO 9001 adalah jasa/

layanan yang diberikan kepada para peserta belajar, bimbingan dan kepada

lembaga-lembaga pemakai produk berupa model pembelajaran, pelatihan dan

lulusan kursus yang dibina oleh P2PNFI.

Berubah atau melakukan perubahan dalam prosesnya terjadi suatu aktivitas

yang disebut belajar (learning). Aktivitas belajar ini ada yang disadari atau tidak

disadari. Apa yang dipelajari adalah segala sesuatu yang terjadi dalam perubahan

itu sendiri baik yang terjadi karena dorongan lingkungan maupun karena

diinginkan. Dalam suatu lembaga dalam hal ini P2PNFI, perubahan itu bisa

terjadi karena adanya faktor tuntutan dari para konsumen setianya ataupun karena

faktor lingkungan yang terus melakukan perubahan agar dapat memenuhi

tuntutan tugas dan fungsi dari didirikannya lembaga tersebut. Oleh karenanya

semua lembaga harus selalu belajar atau belajar terus menerus (continuing

education) sepanjang lembaga itu ingin mempertahankan keberadaannya. Suatu

lembaga yang belajar disebut dengan Learning Organization (organisasi

pembelajar). Hal ini terjadi karena selain sebagai tempat yang menghasilkan

karya-karya unggulan (pilot project), model pembelajaran dan media

pembelajaran, para staf, tenaga fungsional (pamong) juga dituntut untuk

menghasilkan modul-modul pembelajaran. Modul ini juga digunakan oleh

lembaga penyelenggara pendidikan luar sekolah lain sebagai media dalam

(19)

untuk berlatih bagi para mahasiswa pendidikan luar sekolah, serta staf dari

lembaga penyelenggara pendidikan luar sekolah lainnya. Oleh sebab itu P2PNFI

Regional I dan Regional II sebagai suatu lembaga rujukan utuk melakukan

pembelajaran secara terus menerus di bidang manajemen dengan menerapkan

ISO 9001:2000.

P2PFNI adalah salah satu contoh lembaga yang melakukan transformasi

dari lembaga klasik yang bertujuan mengembangkan kegiatan belajar masyarakat

menjadi balai terdepan dan unggul dalam inovasi program-program Pendidikan

Luar Sekolah dan Pemuda. Perubahan ini tentu saja tidak mudah untuk dilakukan,

terutama dalam memberikan pengalaman dan layanan dalam kualitas yang tinggi

dalam kegiatannya. Bentuk perubahan manajemen layanan ini dipilih oleh

P2PNFI karena lembaga ini perlu untuk memperhatikan trend tuntutan yang

akan terjadi di masa depan yaitu produk yang memenuhi kepuasan pelanggan.

Untuk itu lembaga perlu menyiapkan organisasinya dalam menghadapi tantangan

tersebut. Upaya-upaya yang dilakukan ditataran pucuk pimpinan manajemen

diimbangi dengan melakukan pembelajaran atau organisasi pembelajar dari para

pamong belajar dan staf struktural P2PNFI sehingga terjadi proses belajar

berkelanjutan (continuing education), belajar sepanjang hayat (lifelong

education). Organisasi pembelajar oleh Peter Senge (1990: 3) diartikan sebagai :

(20)

Proses organisasi pembelajar dapat terjadi jika dalam lembaga tersebut

orang-orangnya terus meningkatkan kapasitas dirinya untuk menghasilkan

sesuatu yang benar-benar dipilih atau diinginkan, di mana sesuatu yang baru dan

cara berfikir ekspansi adalah alamiah datang dari orang-orang tersebut, bebas

menentukan aspirasinya secara kolektif, dan orang-orang secara berkelanjutan

belajar untuk melihat seluruhnya secara bersama-sama. Kewajiban lembaga

adalah mencari cara atau menciptakan suasana untuk melakukannya. Cara atau

pendekatan ini dalam pendidikan non formal disebut sebagai belajar secara terus

menerus atau belajar sepanjang hayat (lifelong learning).

Belajar sepanjang hayat dijelaskan dalam, General Conference of UNESCO

(Cross, KP, 1981:249) meliputi tiga hal yaitu: “... restructuring at the existing

system of education, the full development of all education potential out side the

formal system, and the development of self directed learner, ... “. Dari

penjelasan UNESCO ini belajar sepanjang hayat terjadi untuk memperbaiki

sistem pendidikan yang ada, mengembangkan seluruh potensi pendidikan diluar

sistem pendidikan formal dan mengembangkan kemampuan untuk belajar sendiri.

Tujuan utama pendidikan sepanjang hayat ini adalah untuk belajar mendalami

keterampilan dasar, dan motivasi untuk mempelajari berbagai macam aspek

kehidupanya.

Belajar sepanjang hayat dalam tempat kerja merupakan tuntutan dasar bagi

setiap individu atau orang dewasa agar dapat mengembangkan diri untuk

memenuhi standar sumberdaya manusia yang ditentukan dan dibutuhkan oleh

(21)

atau staf di tempat kerja merupakan tuntutan dari penerapan ISO yang difokuskan

untuk memenuhi kepuasan layanan bagi pelanggan. Selain itu masyarakat juga

semakin haus dengan pendidikan, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Oleh karena itu lembaga harus terus menerus belajar dan berbenah diri, agar selalu

terjadi transformasi dari lembaga yang klasik menjadi lembaga yang dapat

memenuhi tuntutan pasarnya (costumer driven).

Penerapan ISO 9001 sebagai pedoman layanan P2PNFI merupakan hal

baru, sehingga menuntut seluruh unsur yang ada dalam lembaga tersebut, agar

selalu melakukan learning organization (organisasi pembelajar) untuk

mewujudkan visi dan misi lembaga. Sebagai organisasi pembelajar P2PNFI

dituntut untuk menciptakan suasana kerja atau lingkungan kerja yang dapat

meningkatkan iklim pembelajar, dan peningkatan kemampuan personal seluruh

staff. Organisasi pembelajar oleh Anita (Longworth N, 2003:19) dinyatakan

sebagai berikut: “... a continous process of learning and re-learning throughout

every operation business... “. Seluruh staf dan pamong harus selalu belajar dan

belajar terus-menerus melalui setiap pekerjaan yang dihadapi sehari-hari.

Staf atau pengelola lembaga serta pamong dituntut untuk melaksanakan

klausul-klausul dan menerapkannya didalam pekerjaan sehari-hari serta menjadi

organisasi pembelajar. organisasi pembelajar dijelaskan oleh Senge (1990:3)

meliputi 5 (lima) hal, yaitu : (1) Personel mastery (kemampuan menilai kekuatan

diri), (2) Shared vision (kemampuan berbagi visi), (3) System thinking (cara

berfikir systemik), (4) Mental model (mentalitas yang baik), (5) Team learning

(22)

Kelima disiplin pembelajaran ini merupakan sesuatu yang ada dalam tiap

individu. Bagaimana setiap individu menerima perubahan, merespon perubahan

cara kerja menggunakan ISO 9001 dengan baik dan berupaya melakukan

pekerjaan sebaik-baiknya dengan menggunakan prosedur kerja yang baru,

melakukan pembelajaran agar dapat menguasai prosedur kerja baru. Namun

karena perubahan ini ada - terjadi di dalam konteks kelembagaan maka

pembelajaran ini tidak lagi menjadi kewajiban individu-individu melainkan

menjadi pembelajaran bersama di dalam organisasi. Sistem kerja berdasarkan

ISO merupakan system kerja secara kelompok (group). Hasil kerja seseorang

merupakan bagian dari kerja kelompok (working group). Setiap individu harus

berupaya untuk bisa menilai kemampuan dirinya sebagai bagian dari kemampuan

kelompok, bisa berbagi visi untuk mencapai tujuan kelompok, memiliki

mentalitas yang baik, memiliki kemampuan belajar dalam kelompok serta

memiliki cara berfikir secara system.

Perubahan manajemen kerja yang lama menjadi manajemen berlandaskan

kualitas layanan memerlukan suatu upaya yang cukup besar agar dapat melakukan

dengan pola kerja baru, sehingga menjadi terinternalisasi pada diri tiap individu,

dan menjadikan cara kerja individu menjadi cara kerja kelompok merupakan hasil

dari organisasi pembelajar. Pemilihan cara kerja berlandaskan ISO merupakan

suatu upaya untuk memperbaiki cara kerja dengan melakukan pembelajaran

secara terus menerus, sesuai dengan visi Direktorat Jenderal Pendidikan

Nonformal dan Informal yaitu: “...Terwujudnya manusia Indonesia pembelajar

(23)

Pembelajaran secara terus-menerus yang dilakukan oleh setiap individu

dapat membentuk profesionalisme atau tingkat kompetensi dalam melaksanakan

tugas pokok dan fungsi pelayanan pendidikan (kinerja). Kemampuan atau

kompetensi ini merupakan pilar profesi seperti yang dikatakan oleh Kamil M.,

(2007:119) yang menyebutkan ada beberapa karakteristik profesional seseorang

yang memiliki kompetensi kuat yaitu:

1. Mampu melakukan suatu pekerjaan tertentu secara rasional,

2. Menguasasi perangkat pengetahuan tentang seluk beluk apa yang menjadi tugas pekerjaannya,

3. Menguasasi perangkat keterampilan tentang cara bagaimana dan dengan apa harus melakukan tugas pekerjaannya,

4. Memahami basic standart tentang ketentuan kelayakan normatif minimal

kondisi dan proses yang dapat ditoleransikan dan kriteria keberhasilan yang diterima dari apa yang dilakukannya,

5. Memiliki motivasi dan aspirasi unggulan dalam melakukan tugas dan pekerjaannya,

6. Memiliki kewenangan yang memancarkan atas penguasaan perangkat kompetensinya yang dalam batas tertentu dapat didemonstrasikan.

Perolehan kemampuan tersebut diatas, dilakukan melalui suatu proses

pembelajaran yang terus-menerus dalam sebuah organisasi berlandaskan pada

ISO, organisasi pembelajar dalam kehidupan sebuah organisasi bertujuan untuk

membangun atau membentuk performa seluruh individu yang terlibat dalam

organisasi tersebut. Performa atau kinerja seluruh individu dalam organisasi akan

selalu mengalami perubahan kearah peningkatan layanan yang bermutu yaitu

dengan menerapkan ISO dalam keseluruhan pelaksanaan tugas-tugas organisasi,

dan dampaknya pada setiap individu tersebut dituntut untuk melakukan

pembelajaran secara terus-menerus.

Lembaga P2PNFI telah menjalankan manajemen kerja berdasarkan ISO

(24)

terjadi suatu proses kerja yang baik berdasarkan ISO 9001:2000 karena telah

terjadi suatu proses organisasi pembelajar atau belajar berkesinambungan sebagai

upaya mewujudkan komitmen terhadap keputusan lembaga dalam penerapan ISO

9001:2000 sebagai tolok ukur kualitas layanannya kepada masyarakat. Untuk itu

perlu dilakukan suatu penelitian di kedua lembaga P2PNFI sebagai suatu lembaga

pusat pengembang program pendidikan non formal dan informal yang

menggunakan manajemen ISO 9001:2000. Apakah di lembaga ini ISO 9001:2000

sudah dapat diimplementasikan dengan baik dan bagaimana organisasi pembelajar

yang terjadi di kedua lembaga. Bila penerapan ISO 9001:2000 dan organisasi

pembelajar dapat terwujud bagaimana kinerja staf sebagai dampak dari adanya

penerapan ISO 9001:2000 dan organisasi pembelajar. Setelah lima tahun bila

tidak dilakukan suatu penelitian terhadap pelaksanaan penerapan ISO 9001:2000,

organisasi pembelajar serta kinerja staf di lembaga tersebut maka tidak akan

diperoleh informasi apakah pelaksanaan penerapan ISO 9001:2000 dapat berjalan

dengan baik, juga tidak diketahui apakah terjadi suatu pembelajaran terus menerus

(life long learning). Organisasi yang berbasis pembelajaran lebih berfokus pada

upaya melakukan pekerjaan dengan lebih baik, dan memandang pembelajaran

sebagai cara terbaik untuk meningkatkan kinerja jangka panjang.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Uraian pada latar belakang di atas, menunjukkan bahwa melakukan

perubahan dari suatu lembaga yang konvensional menjadi lembaga yang

berlandaskan kerja berdasarkan manajemen kualitas telah dilakukan oleh sebab

(25)

untuk mendukung keberhasilan penerapan ISO sebagai standar kerja tersebut,

permasalahannya adalah : Apakah penerapan ISO 9001:2000 dapat berjalan di

Lembaga P2PNFI Regional I Jayagiri dan P2PNFI Regional II Semarang dengan

baik meskipun tidak mudah untuk merubah tata cara kerja konvensional menjadi

tata cara kerja berlandaskan layanan yang bermutu. Prinsip-prinsip dalam sistem

manajemen kualitas ISO 9001 yang menjadi variabel dalam menentukan adanya

standart kualitas meliputi: Prinsip 1 : Fokus Pelanggan; Prinsip 2 :

Kepemimpinan; Prinsip 3 : Keterlibatan Orang; Prinsip 4 : Pendekatan Proses;

Prinsip 5 : Pendekatan Sistem Terhadap Manajemen; Prinsip 6 : Peningkatan

Terus Menerus; Prinsip 7 : Pendekatan Faktual Dalam Pembuatan Keputusan;

Prinsip 8 : Hubungan Pemasok Yang Saling Menguntungkan. Kedelapan prinsip

ini merupakan suatu kesatuan ISO yang akan memberi dampak kepada staf dan

tenaga fungsional bahwa kualitas layanan yang ada menjadi kurang memenuhi

standar jika mereka tidak bekerja sesuai dengan standar yang dikehendaki, untuk

itu harus melakukan pembelajaran secara terus menerus agar dapat memberikan

pelayanan yang berkualitas.

Apakah Penerapan ISO 9001:2000 dapat mendorong seluruh staf untuk

melakukan pembelajaran terus menerus sebagai upaya untuk menjawab tuntutan

kerja dalam memberikan layanan yang berkualitas kepada masyarakat belajar.

untuk melakukan organisasi pembelajaran. Pembelajaran yang dilakukan oleh

suatu lembaga meliputi lima disiplin, yaitu : personel mastery (kemampuan

menilai kekuatan diri), shared vision (kemampuan berbagi visi), system thinking

(26)

(kemampuan belajar bekerja dalam tim). Kelima disiplin ini mempengaruhi

kepada prilaku staff P2PNFI dari prilaku kerja lama menjadi prilaku kerja baru

sesuai standar ISO yang diperoleh melalui proses belajar. Organisasi yang

menerapkan standar layanan berdasarkan ISO akan mendorong seluruh

komponen di dalamnya baik secara individu, tim maupun secara organisasional

untuk terus menerus melakukan pembelajaran. Terus menerus melakukan

perbaikan dan inovasi agar tercapai suatu standar kerja yang sesuai dengan

persyaratan mutu layanan berbasis ISO.

Apakah penerapan ISO 9001:2000 dan adanya organisasi pembelajar dapat

meningkatkan kinerja staf di Lembaga P2PNFI Regional I Jayagiri dan P2PNFI

Regional II Semarang. Kinerja yang meningkat pada aspek kuantitatif dan

kualitatif.

Uraian pada latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan

tentang penerapan ISO 9001 sebagai wujud dari organisasi pembelajar untuk

memberikan layanan yang terstandar di P2PNFI peneliti akan membatasi

penelitian ini pada aspek penerapan ISO 9001:2000 pengaruhnya terhadap

organisasi pembelajar serta kinerja staff di lembaga P2PNFI. Rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan antara penerapan ISO 9001:2000 dengan kinerja staf di

Lembaga P2PNFI Regional I Jayagiri dan Regional II Semarang?

2. Apakah ada hubungan antara organisasi pembelajar dengan kinerja staf di

(27)

3. Apakah ada hubungan antara penerapan ISO 9001:2000 dan organisasi

pembelajar dengan kinerja staf di Lembaga P2PNFI Regional I Jayagiri dan

Regional II Semarang ?

4. Apakah ada peningkatan kinerja staf di Lembaga P2PNFI Regional I Jayagiri

dan Regional II Semarang ?

C. Tujuan Penelitian.

Tujuan dalam penelitian ini ada dua yaitu tujuan secara umum dan tujuan

secara khusus. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan

penerapan ISO 9001:2000 dengan organisasi pembelajar dan kinerja staf di

lembaga P2PNFI Regional I Jayagiri dan P2PNFI Regional II Semarang.

Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai

berikut:

a. Mengetahui hubungan penerapan variabel ISO 9001:2000 dengan

kinerja staf.

b. Mengetahui hubungan organisasi pembelajar dengan kinerja staf.

c. Mengetahui hubungan antara penerapan ISO 9001:2000 dan organisasi

pembelajar dengan kinerja staf.

d. Mengetahui peningkatan kinerja staf sesudah penerapan ISO 9001:2000.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi secara positif

dalam tataran teoritik maupun praksis. Dalam tataran teoritik penelitian ini dapat

memberikan tambahan wawasan tentang peningkatan mutu layanan pendidikan

melalui penerapan ISO 9001:2000 yang dipercaya dapat menjadi penggerak

(28)

sekolah. Selain itu penelitian ini akan memberi informasi tentang bentuk

penjabaran pendidikan luar sekolah di dalam lembaga penyelenggara pendidikan

nonformal khususnya belajar sepanjang hayat sebagai kajian utama yakni

terjadinya organisasi pembelajar dan perbaikan kinerja staf sebagai dampak dari

adanya kegiatan belajar terus menerus atau belajar berkesinambungan yang

dilakukan oleh di lembaga P2PNFI. Secara khusus penelitian ini bermanfaat bagi

mahasiswa Program Studi Pendidikan Luar Sekolah Sekolah Pascasarjana

Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, dalam melakukan penelitian lanjutan.

Dalam tataran praksis penelitian ini dapat berguna bagi pemangku

kepentingan yaitu lembaga-lembaga terkait bidang pendidikan nonformal

ditingkat pusat yaitu : Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal

(Ditjen PNFI) maupun ditingkat penyelenggara program yaitu lembaga-lembaga

penyelenggara pendidikan nonformal dalam pembuatan kebijakan penerapan ISO

9001:2000 sebagai acuan standar mutu layanan pendidikan dan menerapkan

organisasi pembelajar yang sesuai sebagai upaya peningkatan kualitas kinerja

staf di lembaganya.

D. Penjelasan Istilah.

Berikut ini beberapa istilah, konsep serta variabel yang digunakan yang

digunakan dalam penelitian ini :

Penerapan ISO 9001:2000 adalah kemampuan dari staf dan pamong belajar

dalam melakukan atau melaksanakan kedelapan prinsip ISO 9001:2000.

Organisasi pembelajar adalah suatu keadaan, usaha, pembelajaran yang

(29)

untuk meningkatkan kemampuan yang dilakukan secara terus menerus, dengan

cara berfikir yang baru dan luas, memiliki kemampuan menilai diri, memiliki

mental yang baik dan tangguh, mampu untuk berbagi visi, serta mampu

bekerjasama sebagai suatu tim, untuk memenuhi tuntutan perubahan agar dapat

mencapai tujuan yang ingin dicapai yaitu sesuai standar ISO 9001:2000.

Kinerja adalah suatu hasil atau kondisi atau prestasi yang diperoleh sebagai

hasil dari suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang

atas tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan tujuan yang

ingin dicapai yang telah ditetapkan sebelumnya. Peningkatan kinerja adalah suatu

kondisi adanya peningkatan aspek kinerja seseorang yang bekerja di lembaga

P2PNFI sebagai dampak dari diterapkannya ISO 9001:2000 sebagai standar

dalam bekerja dan adanya organisasi pembelajar yang dilakukan oleh staf.

Staf struktural adalah orang atau petugas yang bertugas di lembaga P2PNFI

dibidang struktural. Staf fungsional atau pamong belajar adalah orang atau

petugas yang bertugas sebagai pamong belajar di lembaga P2PNFI.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan disertasi ini disajikan dalam V (lima) bab dengan

uraian penulisan sebagai berikut:

Bab I. Pendahuluan.

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,

perumusan masalah, tujuan penelitian, penjelasan istilah dan sistematika

penulisan.

(30)

Bab II berisikan uraian teori tentang penerapan ISO 9001:2000, organisasi

pembelajar dan kinerja staf; kerangka pemikiran; serta hipotesis penelitian.

Bab III. Metode Penelitian.

Bab ini berisikan uraian tentang lokasi dan populasi penelitian, definisi

operasional variabel penelitian, instrumen penelitian, proses pengembangan

instrumen, teknik pengumpulan data, prosedur pengumpulan data serta teknik

analisis data.

Bab IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan.

Bab ini berisikan uraian tentang deskripsi data, analisis data dan

pembahasan terhadap temuan penelitian.

Bab V. Kesimpulan dan Rekomendasi.

Bab ini berisikan uraian tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan

rekomendasi yang ditujukan pada para pembuat kebijakan, kepada para pengguna

hasil penelitian dan pada peneliti selanjutnya.

Daftar Pustaka.

Pada bagian ini dicantumkan daftar pustaka yang menjadi rujukan dalam

(31)

92

BAB III.

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Populasi Penelitian.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

metode expost facto. Furchan (1982: 50) mengatakan penelitian expost facto ialah

suatu penyelidikan ilmiah yang mengamati variabel terikat sebagai hasil dari satu

atau lebih variabel bebas, di mana variabel bebas tersebut tidak dapat

dimanipulasi oleh peneliti. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pendekatan korelasional. Penggunaan teknik korelasional menurut Sudjana

(1988: 352) adalah untuk melihat hubungan satu atau lebih variabel bebas dengan

satu atau lebih variabel terikat.

Lokasi yang dijadikan tempat penelitian adalah Lembaga P2PNFI

Regional I Jayagiri dan P2PNFI Regional II Semarang. Kedua lembaga ini

dijadikan lokasi penelitian, didasarkan pada berbagai pertimbangan, yaitu:

1. Berdasarkan hasil studi pendahuluan dari beberapa lembaga P2PNFI,

P2PNFI Regional I Jayagiri dan Regional II Semarang telah menerapkan

standar layanan berdasarkan ISO 9001:2000 dan telah mendapat

sertifikat ISO 9001:2000.

2. Penerapan ISO 9001: 2000 mensyaratkan adanya delapan prinsip yang

menjadi dasar dalam pelaksanaan kinerjanya. Hal ini menyebabkan

seluruh staf harus melakukan pembelajaran secara terus menerus agar

(32)

93

3. Adanya semangat terjadinya organisasi organisasi pembelajar di lembaga

tersebut.

4. Adanya kinerja baru yang berlandaskan semangat ISO 9001:2000 dan

organisasi pembelajar.

Populasi menurut Sugiyono (2009: 389) diartikan sebagai ”wilayah

generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya. McMillan dan Schumacher (2001:169) mendefinisikan

populasi sebagai: ”A group of elements or cases, whether individuals, objects, or

events, that conform to specific criteria and to which we intend to generalize the

results of the research”. Berdasarkan defenisi-definisi tersebut dapat

disimpulkan populasi bukan hanya orang, namun kadang-kadang juga obyek,

kejadian, yang memiliki sejumlah karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek

atau obyek penelitian untuk diteliti dan disimpulkan sebagai suatu hasil

penelitian. Populasi adalah kelompok besar dan wilayah yang menjadi lingkup

penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh staff dan pamong di

P2PNFI Regional I dan II. Adapun ciri atau karakteristik populasi penelitian ini

adalah :

1. Staf dan tenaga fungsional (pamong) yang telah bekerja di P2PNFI lebih

dari 2 tahun.

2. Staf dan tenaga struktural yang tergabung dalam tim atau kelompok kerja

sebagai berikut :

(33)

94

b. Seksi Fasilitasi dan Sumberdaya.

c. Seksi Informasi.

d. Pamong Belajar

e. Sub Bagian Tata Usaha.

3. Staf fungsional (pamong) teridir dari kelompok kerja sebagai berikut :

a. Pamong Keaksaraan Fungsional,

b. Pamong Pendidikan Anak Usia Dini,

c. Pamong Kesetaraan, dan

d. Pamong Lifeskill.

Seluruh staf dan tenaga fungsional yang sesuai dengan ciri-ciri di atas akan

dijadikan responden dalam penelitian ini. Jumlah populasi penelitian di P2PNFI

Regional I Jayagiri berjumlah 90 orang, sedang populasi penelitian di P2PNFI

Regional II Semarang berjumlah 84 orang.

B. Definisi Operasional dan Variabel Penelitian.

Sebagai acuan mengenai beberapa konsep yang digunakan dalam

penelitian ini, dijelaskan beberapa definisi operasional, sebagai berikut :

1. Standar ISO 9001: 2000.

Standar ISO 9001: 2000 untuk sistem manajemen kualitas (Quality

Management System, QMS) adalah: "struktur organisasi, tanggungjawab,

prosedur-prosedur, proses-proses, dan sumber-sumber daya untuk penerapan

manajemen kualitas. Dalam penelitian ini penerapan Standar ISO 9001:2000

dimaksudkan sebagai standar Sistem manajemen kualitas yang dilaksanakan

(34)

95

Keterlibatan Orang, 4. Pendekatan Proses, 5. Pendekatan Sistem Terhadap

Manajemen, 6. Peningkatan Terus Menerus, 7. Pendekatan Faktual Dalam

Pembuatan Keputusan, 8. Hubungan Pemasok Yang Saling Menguntungkan.

Penerapan ISO 9001:2000 di ukur menurut persepsi staf terhadap kemampuan

dalam melakukan atau melaksanakan kedelapan prinsip yang dijabarkan dalam

klausul-klausul ISO 9001:2000 pada situasi pekerjaan yang sesungguhnya.

Prinsip 1 : Fokus Pada Pelanggan adalah Layanan yang diberikan oleh

P2PNFI didasarkan atas pemahaman terhadap kebutuhan, keinginan dan harapan

atas produk pembelajaran pendidikan luar sekolah pada saat ini dan masa depan "

yang dicirikan dengan adanya : (1) Komitmen manajemen, (2) mengutamakan

pelanggan, (3) kinerja sistem manajemen kualitas dengan tujuan peningkatan

kepuasan pelanggan, (4) umpan balik dari pelanggan, (5) peningkatan pelayanan

sesuai dengan kebutuhan pelanggan, (5) memenuhi kepuasan pelanggan sesuai

dengan persyaratan yang dibutuhkan oleh pelanggan, (6) Mengidentifikasi

persyaratan yang terkait dengan produk, Meninjau-ulang persyaratan yang terkait

dengan pelanggan, Melakukan komunikasi dengan pelanggan, (7) Menetapkan

proses-proses untuk memelihara hak milik pelanggan, (8) Memantau informasi

yang berkaitan dengan persepsi pelanggan agar mengetahui apakah organisasi

telah memenuhi kebutuhan pelanggan., (9) Mengambil tindakan untuk

menghilangkan penyebab ketidaksesuaian produk yang tidak ditemukan, (10)

Meningkatkan terus-menerus efektivitas dari sistem manajemen kualitas melalui

penggunaan kebijakan kualitas, tujuan-tujuan kualitas, hasil-hasil audit, analisis

(35)

96

Merencanakan audit internal untuk menentukan apakah system manajemen mutu

sudah.

Prinsip 2 : Kepemimpinan. dalam Sistem Manajemen Kualitas adalah

kemampuan untuk membawa seluruh staff lembaga P2PNFI mewujudkan visi

lembaga menjadi visi bersama yang dicirikan dengan adanya : (1) . Tanggung

jawab manajemen meliputi komitmen manajemen , fokus pelanggan, kebijakan

mutu, tanggungjawab, wewenang dan komunikasi, peninjauan ulang manajemen;

(2) Pengelolaan sumber daya meliputi penyediaan sumberdaya, dan infrastruktur;

(3) Peningkatan meliputi peningkatan terus menerus, mengidentifikasi masalah

aktual dan masalah potensial yang ada dan memverifikasi bahwa

perubahan-perubahan ke arah peningkatan terus menerus tetap berlangsung.

Prinsip 3 : Keterlibatan Orang. dalam ISO 9001 : 2000 adalah seluruh

personel di dalam lembaga P2PNFI terlibat dalam perencanaan dan penerapan

rencana serta mengendalikan rencana pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya

atau kelompoknya dicirikan dengan adanya: (1) Tanggung jawab dan wewenang

serta mengkomunikasikan kepada mereka yang terlibat dalam operasional dari

Sistem Manajemen Kualitas ISO 9001: 2000, (2) Komunikasi internal yang

efektif, (3) Lingkungan kerja yang mendukung proses kerja secara optimal, (4)

Kemampuan, kepedulian terhadap pemeliharaan catatan-catatan pendidikan,

pelatihan, keterampilan dan pengalaman kerja dari personel, (5) Menetapkan

prosedur tertulis untuk melakukan tindakan korektif dengan

persyaratan-persyaratan yang didefinisikan, (6) menetapkan prosedur tertulis untuk

(36)

97

Prinsip 4 : Pendekatan Proses. Pendekatan Proses adalah kumpulan

aktivitas yang saling berhubungan yang dilakukan melalui identifikasi,

penerapan, pengelolaan dan melakukan peningkatan yang berkesinambungan agar

input (materi, persyaratan, peralatan, intruksi) berubah menjadi output (produk,

jasa) yang sesuai dengan harapan pelanggan yang dicirikan dengan adanya: (1)

Penetapan langkah-langkah untuk implementasi sistem manajemen kualitas ISO

9001: 2000 dan kebutuhan peningkatan terus-menerus, (2) Tanggung jawab dan

wewenang, (3) Penyediaan sumber daya, (4) Realisasi produk meliputi:

perencanaan realisasi produk dan desain dan pengembangan.

Prinsip 5 Pendekatan Sistem Terhadap Manajemen. adalah

pengidentifikasian, pemahaman dan pengelolaan sistem dari proses yang saling

terkait untuk pencapaian dan peningkatan sasaran lembaga P2PNFI dengan

efektif dan efisien yang dicirikan dengan adanya : (1) Manual sistem manajemen

mutu;(2) Tanggung jawab manajemen meliputi: fokus pelanggan dan kebijakan

kualitas; (3) Pengelolaan sumber daya meliputi : penyediaan sumber daya dan

infrastruktur; (4) Realisasi produk meliputi : perencanaan realisasi produk, proses

yang terkait dengan pelanggan, desain dan pengembangan, dan pembelian; (5)

Pemantauan, analisis dan peningkatan meliputi: pengukuran dan pemantauan,

pengendalian produk nonkonformans, analisis data, peningkatan.

Prinsip 6 : Peningkatan Terus Menerus adalah suatu aktivitas peningkatan

kemampuan kerja yang dilakukan dengan pendekatan penstabilan untuk

kemudian ditingkatkan kembali dicirikan dengan adanya: (1) Menerapkan

(37)

98

dan peningkatan terus-menerus; (2) Komitmen menuju pengembangan dan

peningkatan sistem manajemen kualitas: (3) Kebijakan kualitas itu sesuai dengan

tujuan dari organisasi dan Menetapkan mekanisme untuk meninjau-ulang

kesesuaian kebijakan kualitas: (4) Laporan kepada manajemen tentang kinerja

dari sistem manajemen kualitas, termasuk kebutuhan-kebutuhan untuk

pe-ningkatan; (5) Menetapkan dan merencanakan periode waktu peninjauan-ulang

manajemen dan peninjauan berulang-ulang pada produk.; (6) Menerapkan dan

memelihara sistem manajemen mutu dan terus menerus; (7) Meningkatkan

efektivitas sistem manajemen kualitas secara terus-menerus; (8) Melakukan

peningkatan berkelanjutan terhadap efektifitas manajemen mutu dan mengambil

tindakan untuk mengurangi penyebab ketidak sesuaian

Prinsip 7 : Pendekatan faktual dalam pembuatan keputusan. adalah

keputusan dibuat berdasarkan atas fakta dan data yang dapat

dipertanggungjawabkan dicirikan dengan adanya: (1) menetapkan tujuan-tujuan

kualitas; (2) Penetapan rencana-rencana dan menerapkan proses-proses

pengukuran, pemantauan, analisis dan peningkatan yang diperlukan.

Prinsip 8: Hubungan Dengan Pemasok Yang Saling Menguntungkan.

adalah hubungan yang saling tergantung dan saling menguntungkan dalam rangka

meningkatkan kemampuan keduanya (lembaga dan pemasok) dengan cara

melakukan mengidentifikasi dan menseleksi pemasok yang baik, melibatkan

pemasok dalam mengidentifikasi kebutuhan lembaga, melibatkan pemasok dalam

mengembangkan strategi lembaga, membina kemitraan dengan pemasok, berbagi

(38)

99

dalam pengembangan lembaga, serta memastikan bahwa output dari pemasok

sesuai dengan harapan lembaga dicirikan dengan adanya pengendalian proses

pembeliannya agar menjamin produk yang dibeli sesuai dengan persyaratan

2. Organisasi pembelajar.

Organisasi pembelajar adalah suatu keadaan, usaha, pembelajaran yang

dilakukan oleh suatu organisasi atau lembaga untuk meningkatkan kemampuan

orang-orangnya yang dilakukan secara terus menerus, dengan cara berfikir yang

baru dan luas, memiliki kemampuan menilai diri, memiliki mental yang baik dan

tangguh, mampu untuk berbagi visi, serta mampu bekerjasama sebagai suatu tim,

untuk memenuhi tuntutan perubahan agar dapat mencapai tujuan yang ingin

dicapai yaitu sesuai standar ISO 9001:2000 yang menjadi tujuan bersama.

Dalam penelitian ini organisasi pembelajar ditunjukkan dengan adanya

lima disiplin pembelajaran yaitu : (1) Disiplin kemampuan personal (personal

mastery), (2) Disiplin berbagi visi (share Vision), (3) Disiplin berfikir sistemik

(system thinking), (4) Disiplin model mental (mental model) dan (5) Disiplin

pembelajaran tim (team learning). Penerapan organisasi pembelajar akan diukur

berdasarkan persepsi staf terhadap kemampuan dalam melakukan organisasi

pembelajar dalam menghadapi berbagai tantangan pada pelaksanaan tugasnya.

Disiplin kemampuan personal (personal mastery) adalah disiplin yang

mendorong sebuah organisasi untuk terus-menerus belajar bagaimana

menciptakan masa depannya, yang hanya akan terbentuk jika individu-individu

para anggota organisasi mau dan mampu terus belajar menjadikan dirinya

(39)

100

dicirikan oleh tumbuhnya keterampilan-keterampilan individual para anggota

organisasi untuk melakukan kontemplasi (refleksi) diri; keterampilan untuk

memahami akan kelebihan dan kelemahan kompetensi intelektual, emosional

maupun sosial dirinya; serta keterampilan untuk melakukan revisi atas visi

pribadinya, dan kemudian keterampilan untuk membangun kondisi kerja yang

sesuai dengan keadaan organisasinya. Kualitas disiplin personal mastery

seseorang dicirikan oleh kuatnya disiplin-disiplin berikut ini :

1. Memiliki kesadaran akan hakikat dirinya, sehingga mampu memahami

diri sendiri secara mendalam.

2. Mampu melakukan penyelarasan (alignment) antara visi pribadinya

dengan visi bersama sehingga memiliki keseimbangan antara visi pribadi

dengan pemahaman yang mendalam terhadap kondisi organisasi.

3. Memiliki kesadaran tentang posisi dan kemampuan-kemampuan dirinya

relatif di antara anggota-anggota lain dalam organisasinya, sehingga

terjadi hubungan interpersonal yang baik.

4. Konsisten untuk membangun kondisi lingkungan kerja yang kondusif

untuk suburnya proses belajar bersama.

Disiplin Berbagi Visi (shared vision) adalah : Keterampilan untuk

menyesuaikan antara visi pribadi dengan visi organisasi, serta keterampilan

berbagi visi agar mencapai tujuan pribadi yang terkandung dalam visi bersama

(40)

101

1. Visi bersama merupakan gambaran yang dibawa oleh seluruh anggota

dalam suatu organisasi, untuk kemudian diwujudkan sebagai visi

bersama.

2. Kuatnya komitmen terhadap kebenaran dan tidak mudah putus asa ketika

menghadapi tekanan maupun ketidakpastian akibat tuntutan perubahan.

3. Kuatnya keyakinan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk

menciptakan masa depan bersama, dan komitmen untuk menggunakan

semua kompetensi yang mereka miliki.

4. Memiliki tingkat pemahaman yang baik tentang masa depan (visi)

organisasi.

Disiplin berpikir sistemik (system thinking): yaitu disiplin untuk

memahami apa sebenarnya yang kita pelajari. Kemampuan untuk berfikir secara

sistemik yaitu keterampilan untuk memahami struktur hubungan antara berbagai

faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhi eksistensi organisasi,

keterampilan untuk berpikir integratif dan tuntas, keterampilan untuk berpikir

komprehensif, serta keterampilan untuk membangun organisasi yang adaptif.

Kualitas disiplin berfikir sistem dicirikan oleh hal-hal berikut ini :

1. Memiliki kemampuan untuk memahami hubungan saling pengaruh

antara faktor-faktor internal maupun eksternal organisasi secara

kontekstual.

2. Mampu menstrukturkan asumsi-asumsi, atau faktor-faktor penyebab dari

(41)

102

3. Mampu melihat setiap permasalahan secara komprehensif tentang pola

keterkaitan dan pola sebab akibat adanya perubahan faktor-faktor yang

mempengaruhinya.

4. Mampu menunjukkan apa yang telah kita miliki saat ini, dan bagaimana

kita sebaiknya meraih sasaran atau visi organisasi.

5. Mampu saling koreksi (menilai) kelebihan dan kelemahan dari

kebiasaan-kebiasaan kerjanya.

6. Kuatnya kesadaran bahwa seluruh anggota organisasi harus mengetahui

bagaimana mereka bekerja bersama dalam arena organisasi, untuk

membangun kerjasama cerdas.

7. Memiliki kebiasaan untuk berfikir secara terbuka dan positif.

Disiplin Model Mental(Mental Model).Keterampilan untuk menemukan

prinsip dan nilai-nilai bersama, serta tumbuhnya semangat berbagi nilai untuk

menumbuhkan keyakinan bersama sehingga menguatkan semangat dan

komitmen kebersamaan, merupakan disiplin yang dibutuhkan untuk membangun

disiplin model mental organisasi. Kualitas disiplin model mental seseorang atau

organisasi dicirikan oleh kuatnya disiplin-disiplin berikut ini :

1. Para anggota organisasi memiliki kesamaan atau kesadaran akan

pentingnya model mental bersama, sebagai landasan berfikir.

2. Mampu membuka atau membahas asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang

disepakati bersama.

3. Kuatnya rasa saling terbuka dan tulus dalam bekerjasama di antara

(42)

103

4. Mampu menciptakan keselarasan (alignment) antara model mental

individual dengan model mental bersama (organisasi).

5. Memiliki jati diri dan paradigma organisasi yang kuat, sehingga mampu

menghadapi tekanan atau tuntutan perubahan lingkungan yang dinamis.

6. Mampu membuat keputusan kunci didasarkan pada pemahaman bersama

atas nilai-nilai yang diyakini.

Disiplin Pembelajaran Tim (Team learning). Kemampuan untuk

membangun ikatan emosional, semangat berdialog, keterampilan bekerjasama

secara tim, kemampuan belajar dan beradaptasi, serta usaha untuk meningkatkan

partisipasi, memiliki rasa saling membutuhkan satu dengan yang lainnya untuk

dapat bertindak sesuai dengan rencana bersama. Kualitas tim pembelajar

organisasi dicirikan oleh kuatnya disiplin-disiplin berikut ini :

1. Memiliki kemampuan dan kebiasaan untuk saling pengertian dan

kemampuan untuk membangun kesepakatan bersama.

2. Mau dan mampu melaksanakan kerjasama cerdas, sehingga terjadi

proses pengkayaan wawasan dan pandangan.

3. Komunitas organisasi memiliki kemampuan yang tinggi untuk

melakukan proses dialog (berbagi nilai, berbagi visi maupun berbagi

pengetahuan) untuk membangun kecerdasan bersama.

3. Kinerja.

Kinerja adalah suatu hasil atau kondisi (prestasi) yang diperoleh sebagai

hasil dari suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang

(43)

104

ingin dicapai yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam penelitian ini kinerja

yang akan diteliti dalam penelitian ini diteliti dikelompokkan dalam dua ukuran,

yaitu: 1. Kualitas dan 2. Kuantitas. Ukuran kinerja berdasarkan kualitasnya dapat

diidenfitifikasi sebagai berikut :

1. Kualitas kerja yang mencakup : ketepatan cara kerja, ketepatan waktu,

layanan yang bermutu

2. Kemampuan komunikasi : kemampuan komunikasi yang baik dengan

sesama staf (internal) baik vertikal maupun horizontal, kemampuan

komunikasi yang baik dengan pelanggan (eksternal).

3. Keterlibatan dalam proses kerja meliputi : tanggung jawab, kerjasama,

partisipasi dan kontribusi.

4. Kemampuan dalam melakukan pekerjaan meliputi : konsistensi, dan

efektivitas dalam bekerja.

5. Pengelolaan sumber daya, yaitu: efektivitas penggunaan sumber-sumber

organisasi.

Kinerja berdasarkan ukuran kuantitasnya dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1.Proses kerja, meliputi : kehadiran, absensi.

2.Kemampuan melaksanakan pekerjaan, meliputi : kecepatan penyelesaian

pekerjaan, kecepatan menyelesaikan masalah, jumlah masalah yang dapat

diselesaikan, kemampuan dalam mengurangi jumlah kesalahan bekerja,

3.Perluasan pekerjaan, meliputi : kemampuan menangani sejumlah pekerjaan

diluar tugas pokok, kemampuan mengangani pekerjaan sesuai dengan

(44)

105

4.Output pekerjaan, meliputi : banyaknya jumlah atau hasil kerja.

Pengukuran terhadap kinerja staf dilakukan oleh staf berdasarkan persepsi

mereka terhadap kemampuan melaksanakan tugasnya secara kualitas dan

kuantitas.

Variabel penelitian menurut Sugiyono (2006:42) adalah “segala sesuatu

yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”.

Nazir (1988: 149) dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian mengatakan

variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai. Kerlinger

(1973:29) menyatakan bahwa: “a symbol to which numerals or value are

assigned”. Variabel adalah konstruk atau sifat yang akan dipelajari, yang diambil

dari suatu nilai yang berbeda. Variabel adalah bagian terpenting dari suatu

penelitian, karena variabel inilah yang menjadi titik tolak dari suatu penelitian.

Variabel dalam penelitian ini terdiri atas tiga variabel yang terdiri dari dua

variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel-variabel tersebut adalah sebagai

berikut : Variabel bebas, yakni : a. Penerapan ISO 9001: 2000 yang disimbolkan

dengan (X1); b. Organisasi pembelajar yang disimbolkan dengan (X2); Variabel

terikat adalah kinerja staff yang disimbolkan dengan (Y).

C. Instrumen Penelitian

Sugiyono (2006: 114) menyatakan bahwa melakukan penelitian pada

dasarnya adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam.

Oleh karenanya dalam melakukan penelitian harus ada alat ukur yang baik. Alat

(45)

106

penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam atau

sosial yang diamati.

Instrumen dalam penelitian ini adalah angket. Angket atau kuesioner

adalah suatu alat berisi sejumlah pertanyaan yang disajikan secara tertulis yang

disertai dengan alternatif jawaban yang diberikan kepada responden. Angket

disusun bersasarkan kisi-kisi yang dikebangkan dari landasan teori dan definisi

operasional variabel (terlampir) dikembangkan menjadi pertanyaan tertutup

dengan jawaban yang telah disediakan.

Secara operasional angket disusun dalam tiga bagian yaitu: pertama berisi

pertanyaan tentang penerapan ISO 9001: 2000, bagian kedua berisi pertanyaan

tentang organisasi pembelajar yang dilakukan, dan bagian ketiga berisi

pertanyaan tentang penilaian terhadap kinerja staff. Jawaban bagi kuesioner

variabel penerapan ISO dan organisasi pembelajar disusun dengan menggunakan

skala likert dengan empat pilihan jawaban yaitu : Ya sepenuhnya (4), Ya (3),

Tidak (2) dan Tidak sepenuhnya (1). Jawaban bagi kuesioner kinerja staf disusun

dalam bentuk rating scale dengan lima pilihan jawaban. Responden diminta

untuk memberi nilai pada setiap pertanyaan dengan memberi nilai pada jawaban

yang diberikan. Selanjutnya jawaban responden dikonversi pada kategori

sebagai berikut: Baik Sekali (5), Baik (4), Rata-rata (3), Kurang (2), dan Kurang

Sekali (1).

D. Proses Pengembangan Instrumen.

Untuk mendapatkan data yang baik dan tepat maka angket yang disusun

(46)

107

Validitas menurut Furchan (1982:281) adalah suatu keadaan yang menunjukkan

sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa yang seharusnya diukur.

Reliabilitas menurut Furchan (1982:285) adalah derajad keajegan alat tersebut

dalam mengukur apa apa saja yang diukurnya.

Uji validitas dengan melakukan uji butir dengan menggunakan rumus

Product Moment dari Pearson. Sedang reliabilitas instrumen akan diuji dengan

menggunakan rumus Alpha Cronbach’s. Rumus kedua uji tersebut adalah sbb:

1) Rumus Product Moment.

<

Gambar

Tabel
Gambar Nama Gambar
Tabel 3.1 Pedoman Untuk memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Sehubungan dengan telah dilakukannya Evaluasi Dokumen Kualifikasi terhadap paket pekerjaan: Pengadaan Gardu Listrik 400 KVA Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak

3rd International GeoAdvances Workshop, 16–17 October 2016, Istanbul, Turkey.. The findings can be concluded below: a) When the metrics were reviewed, it can be said that RASE and

perhitungan-perhitungan agar pilihan kita tepat dalam rangka usaha untuk melakukan investasi modal, sebab apabila perhitungan kita salah berarti usaha kita akan gagal

Keterampilan sosial subjek walaupun subjek tidak ahli dalam mempengaruhi orang lain tetapi dengan rasa menghormati yang baik dan rasa menghargai yang tinggi subjek bisa

Adapun tujuan dari penelitian ini, mendeskripsikan bentuk lingual, pola pembentukan, jenis pelesetan dalam tuturan panelis acara ILK Trans7, mendeskripikan

Hasil analisis SWOT kualitatif terhadap faktor internal dan eksternal untuk menganalisis kesiapan Usaha Mikro Kecil dan Menengah dalam implementasiMasyarakat Eekonomi Asean (MEA)

Sistem komputerisasi diperlukan untuk membantu sistem pencetakan invoice agar pelayanan kepada klien dapat dilakukan dengan baik dan cepat. Dengan sistem yang