ABSTRAK
Perkembangan dunia bisnis pada saat ini sedang melaju pesat. Hal ini disebabkan adanya persaingan bebas dan globalisasi. Salah satu strategi untuk menghadapi persaingan bebas dan globalisasi ini adalah dengan melakukan Merger. Cara ini yang dilakukan oleh salah satu perusahaan perbankan di Indonesia, yaitu Bank CIMB Niaga (Bank Lippo dan Niaga). Dengan melakukan merger, tentu saja pemilik saham berharap perusahaannya mengalami perubahan kearah yang lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari kinerja keuangan Bank CIMB Niaga. Dengan demikian, dilakukan sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan bank CIMB Niaga sebelum dan setelah merger yang dilakukan dengan menggunakan metode CAMEL (CAR, NPL, BOPO, ROA, ROE, NIM, LDR) dan data yang digunakan adalah data sekunder. Berdasarkan hasil penelitian, kinerja keuangan Bank CIMB Niaga lebih baik pada saat setelah merger dibandingkan sebelum merger.
Kata Kunci : Merger, Kinerja Keuangan, CAMEL, Data Sekunder
ABSTRACT
The development of the business world today is moving rapidly. This is due to the existence of free competition and globalization. One strategy to face free competition and globalization are the implementation of the Merger. The way this is done by one of the banks in Indonesia, Bank CIMB Niaga (Bank Lippo and Niaga). With the merger, of course shareholders expect the company to change towards the better. It can be seen from the performance of Bank CIMB Niaga. Thus, conducted a study that aims to determine the CIMB Niaga bank's financial performance before and after the merger is done by using the CAMEL (CAR, NPLs, ROA, ROA, ROE, NIM, LDR) and the data used is secondary data. Based on this research, the performance of Bank CIMB Niaga better in time after the merger than before the merger.
Keywords : Merger, Financial Performance, CAMEL, Secondary Data
3.3 Metode Pengumpulan Data ……….. 36
3.4 Metode Analisis Data ……… 37
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………...……….. 39
4.1 Hasil Penelitian ………. 39
4.1.1 Kinerja Keuangan Bank CIMB Niaga Sebelum dan Setelah Merger ………. 39
4.1.1.1 Permodalan (Capital) ………... 39
4.1.1.2 Kualitas Aktiva Produk (Aset) ………. 41
4.1.1.3 Manajemen ………... 43
4.1.1.4 Rentabilitas (Earning) ……….. 46
4.1.1.5 Likuiditas ………. 52
4.2 Pembahasan ……… 54
4.2.1 Perbandingan Kinerja Keuangan Bank CIMB Niaga Sebelum dan Setelah Merger ………. 54
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ……… 58
5.1 Simpulan ………. 58
5.2 Keterbatasan Penelitian ……….. 60
5.3 Saran ………... 60
DAFTAR PUSTAKA ……….. 62
LAMPIRAN ……… 65
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS (CURRICULUM VITAE) ……… 69
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ………. 21
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel ……….. 33
Tabel 4.10 Tabel CAR Sebelum Merger ……… 39
Tabel 4.11 Tabel CAR Setelah Merger ……….. 40
Tabel 4.20 Tabel NPL Sebelum Merger ………. 42
Tabel 4.21 Tabel NPL Setelah Merger ……… 42
Tabel 4.30 Tabel BOPO Sebelum Merger ……… 44
Tabel 4.31 Tabel BOPO Setelah Merger ……….. 44
Tabel 4.40 Tabel ROA Sebelum Merger ……….. 46
Tabel 4.41 Tabel ROA Setelah Merger ………. 47
Tabel 4.42 Tabel ROE Sebelum Merger ……… 48
Tabel 4.43 Tabel ROE Setelah Merger ………. 49
Tabel 4.44 Tabel NIM Sebelum Merger ……… 50
Tabel 4.45 Tabel NIM Setelah Merger ……….. 51
Tabel 4.50 Tabel LDR Sebelum Merger ……… 53
Tabel 4.51 Tabel LDR Setelah Merger ……….. 53
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Laporan Keuangan CIMB Niaga Tahun 2002-2004 ………. 65
Lampiran 2 Laporan Keuangan CIMB Niaga Tahun 2005-2007 ………. 66
Lampiran 3 Laporan Keuangan CIMB Niaga Tahun 2008-2010 ………. 67
Lampiran 4 Laporan Keuangan CIMB Niaga Tahun 2011-2014 ………. 68
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan dunia bisnis pada saat ini sedang melaju pesat. Hal ini disebabkan
adanya persaingan bebas dan globalisasi. Persaingan bebas dalam dunia bisnis ditandai
dengan semakin banyaknya perusahaan-perusahaan baru yang ikut masuk dalam
kompetisi, sehingga membuat perusahaan mengembangkan strategi untuk tetap dapat
mengikuti persaingan.
Kemudian muncul beberapa masalah perbankan nasional, diantaranya kualitas sumber
daya yang rendah, persaingan sengit yang diakibatkan oleh munculnya beberapa bank
baru dengan tidak merata, persaingan struktur modal dan manajemen, serta adanya
bebearapa bank yang tidak memenuhi ketentuan dalam prinsip yang telah ditetapkan.
Hal ini menyebabkan banyak bank yang bermasalah, kemudian banyak yang
melakukan valuta asing dan saham yang memiliki risiko yang tinggi dan bukan dunia
perbankan. Rendahnya pemerintah dalam melakukan pengawasan serta dekatnya
hubungan pemerintah dengan pemilik bank dapat menimbulkan masalah baru bagi dunia
perbankan di Indonesia.
Struktur perbankan di Indonesia sudah dianggap melebihi kapasitas (Overbanked),
yaitu jumlah bank yang ada telah melebihi tingkat rasio kecukupan jumlah bank per
jumlah penduduk (Cevi,2008).
Kemudian, ketika krisis ekonomi terjadi dengan penarikan besar – besaran dana
perbankan, penurunan nilai tukar yang mempengaruhi kinerja perusahaan swasta untuk
melakukan pembayaran kredit valas, maka dampaknya adalah gelombang krisis
menimpa sektor perbankan akibat macetnya kredit, hutang valas, dan menurunnya
jumlah simpanan sehingga perbankan mengalami kesulitan likuiditas serta penurunan
kinerja hingga mengalami nilai yang negatif (Cevi,2008).
Hal ini telah diprediksikan oleh Gubernur Bank Indonesia pada tahun 1992 yaitu
Adrianus Mooy, beliau mengatakan :
“ Yang di khawatirkan adalah capital inflow yang begitu positif pada saat ini dapat
saja berubah menjadi capital outflow, mengalirnya modal keluar dimungkinkan karena
dianutnya sistem rezim devisa bebas di Indonesia” (Syahrir,1995:300).
Kemudian bank Indonesia sebagai bank sentral melakukan beberapa program,
diantaranya program restrukturisasi perbankan nasional dan mengeluarkan peraturan
Single Presence Policy. Beberapa langkah restrukturisasi yang ditempuh adalah :
1. Memperlambat pendirian bank baru
2. Mendorong pelaksanaan merger antar bank – bank yang sehat maupun yang
kurang sehat
3. Mendorong nilai peningkatan kesehatan bank melalui pembinaan dan
pengawasan termasuk menyempurnakan nilai – nilai serta peraturan yang telah
ditetapkan.
Sedangkan Bank Indonesia mengeluarkan peraturan kebijakan kepemilikan tunggal
pada bulan Oktober 2006 dan mulai diimplementasikan pada tahun 2008 (pasal 8 butir 4
Peraturan Bank Indonesia No. 8/16/PBI/2006). tentang kepemilikan tunggal (Single
Presence Policy), menjelaskan pengertian kepemilikan tunggal adalah suatu kondisi
dimana suatu pihak hanya menjadi pemegang saham pengendali dalam satu bank.
Maksudnya jika ada dua bank atau lebih yang dimiliki oleh pemilik yang sama, maka
diharuskan untuk melakukan merger.
Sedangkan Benny (2008) mengemukakan, kepemilikan tunggal adalah suatu kondisi
dimana suatu pihak hanya menjadi pemegang saham pengendali pada satu bank. Bank
yang terkena dampak dari kebijakan single presence policy yaitu bank Niaga dan bank
Lippo yang dimiliki oleh Khazanah, serta bank milik pemerintah seperti Bank Mandiri,
Bank BNI46, Bank BRI, dan Bank BTN. Bank Niaga dan Bank Lippo sudah melakukan
merger terhitung tanggal 1 November 2008. Pada 1 November 2008, Khazanah sebagai
pemilik kedua Bank CIMB Niaga (dahulu Bank Niaga) dan Bank Lippo, dua entitas
bank terkemuka di Indonesia, telah bergabung menjadi Bank CIMB Niaga.
Penggabungan kedua bank tersebut merupakan opsi terbaik bagi seluruh pemangku
kepentingan (Stakeholder) yang diambil oleh pemegang saham dalam rangka mematuhi
kebijakan Bank Indonesia (BI) khususnya mengenai Kebijakan Kepemilikan Tunggal
atau Single Presence Policy.
Deputi Gubernur Bank Indonesia menyatakan, kebijakan kepemilikan tunggal adalah
kebijakan yang mengatur agar bank-bank yang dimiliki oleh perusahaan atau seseorang
yang sama diharuskan untuk merger. Tujuannya untuk meningkatkan efektivitas
pengawasan, dan mendorong konsolidasi perbankan agar bank-bank memiliki modal
yang kuat sehingga bank menjadi lebih lebih kuat,berdaya saing tinggi, mempunyai nilai,
dan berskala global. Tingginya kredit bermasalah (non performing loan) pada beberapa
bank yang kepemilikannya kebetulan dipegang sedikit pengendali saham, menjadi salah
satu pemicu kebijakan itu (Ahmad Erani Yustika, 2006). Bank yang terkena dampak dari
kebijakan single presence policy yaitu bank Niaga dan bank Lippo yang dimiliki oleh
Khazanah, serta bank milik pemerintah seperti Bank Mandiri, Bank BNI46, Bank BRI,
dan Bank BTN.
Kebijakan pemerintah dalam menstrukturisasi BUMN – BUMN yang tidak sehat
menjadi sebuah pilihan yang harus diikuti, agar BUMN tersebut dapat bersaing secara
sehat baik didalam maupun diluar negeri.
Kemudian bank Indonesia membuat beberapa strategi yang diharapkan mampu
membantu dunia perbankan di Indonesia pada saat itu. Strategi yang dikembangkan
dapat dilakukan secara internal maupun eksternal. Secara internal dilakukan dengan
memperluas perusahaan dari dalam, seperti peningkatan kapasitas produksi, menambah
produk, efisiensi biaya atau mencari pasar baru. Sedangkan strategi eksternal adalah
meningkatkan nilai perusahaan dengan menggabungkan dua atau lebih perusahaan.
Merger dan akuisisi adalah cara yang biasa dipilih perusahaan sebagai strategi eksternal
dalam mempertahankan hidupnya.
Ada kecenderungan perusahaan lebih memilih strategi merger dan akuisisi dari waktu
ke waktu (Hitt, 2002). Strategi eksternal dengan merger dan akuisisi lebih cepat
menunjukkan peningkatan dibanding strategi internal. Hal ini dianggap sesuai dengan
tuntutan persaingan yang mengharuskan perusahaan untuk menghasilkan peningkatan
dengan cepat. Perusahaan melakukan merger sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan
pasar domestik dan juga sebagai cara bertahan dalam kompetisi (Lyroudi, 2000). Merger
adalah penggabungan dua perusahaan atau lebih dengan tetap menggunakan nama salah
satu perusahaan. Sedangkan akuisisi adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan
dengan membeli sebagian saham yang dimiliki perusahaan lain, nama perusahaan
tersebut masih berdiri sendiri-sendiri.
Di Indonesia, aktivitas merger dan akuisisi mulai banyak dilakukan sejalan dengan
semakin majunya pasar modal di Indonesia. Alasan perusahaan lebih memilih merger
dan akuisisi karena dengan strategi tersebut, tujuan perusahaan akan lebih cepat tercapai
dibandingkan jika perusahaan memulai usahanya dari awal. Nilai perusahaan juga akan
meningkat setelah melakukan merger dan akuisisi dibanding jika perusahaan dijual
secara terpisah. Manfaat lain dari merger dan akuisisi adalah adanya peningkatan skill
manajerial, transfer teknologi, dan efisiensi biaya (Hitt, 2002).
Semakin banyaknya merger dan akuisisi antar perusahaan juga terjadi pada antar bank.
Bank adalah badan usaha yang kegiatannya menghimpun dan menyalurkan dana
masyarakat. Untuk menciptakan perbankan yang sehat, efisien dan mampu bersaing
dalam persaingan bebas dan globalisasi, perlu adanya peraturan yang mengatur merger
dan akuisisi antar bank. Salah satu peraturan yang mengatur merger dan akuisisi antar
bank adalah Peraturan Pemerintah RI no.28 tahun 1999. Dalam peraturan tersebut,
merger adalah penggabungan dua bank atau lebih dengan mempertahankan salah satu
bank dan membubarkan bank-bank lain tanpa likuidasi. Sedangkan akuisisi adalah
pengambilalihan kepemilikan suatu bank sehingga terjadi perubahan dalam pengendalian
bank tersebut.
Merger dan akuisisi antar bank terjadi sesuai dengan permintaan bank yang
bersangkutan, permintaan Bank Indonesia, ataupun permintaan badan khusus yang
bersifat sementara dalam rangka penyehatan perbankan. Bank Indonesia memiliki
kewenangan untuk meminta bank-bank untuk melakukan merger dan akuisisi apabila
bank tersebut menunjukan ketidaksehatan dalam laporan kinerjanya.
Aspek penilaian tingkat kesehatan bank menurut peraturan Bank Indonesia
No.6/10/PBI/2004 yaitu dilihat dari aspek permodalan, kualitas aktiva, manajemen,
rentabilitas, dan likuiditas terhadap risiko pasar. Rasio CAMEL digunakan untuk
menghitung ke-enam aspek tersebut. Capital adequacy ratio (CAR) digunakan untuk
menghitung aspek permodalan, non performing loan (NPL) menghitung kualitas asset,
aspek rentabilitas dihitung menggunakan rasio return on asset (ROA), return on equity
(ROE), net interest margin (NIM), dan biaya operasional dibandingkan dengan
pendapatan operasional (BOPO), serta aspek likuiditas dihitung menggunakan loan to
deposit ratio (LDR). Penilaian terhadap aspek manajemen dilakukan melalui penilaian
terhadap komponen-komponen manajemen umum, penerapan manajemen risiko, dan
kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada Bank Indonesia
dan atau pihak lainnya. Aspek sensitivitas dilakukan melalui penilaian terhadap
komponen - komponen modal atau cadangan yang dibentuk untuk meng-cover fluktuasi
suku bunga dibandingkan dengan potential loss sebagai akibat fluktuasi (adverse movement)
suku bunga, modal atau cadangan yang dibentuk untuk meng-cover fluktuasi nilai tukar
dibandingkan dengan potential loss sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) nilai
tukar, dan kecukupan penerapan sistem manajemen risiko pasar.
Bank Niaga dan Bank Lippo sudah melakukan merger terhitung tanggal 1 November
2008. Merger pada Bank CIMB Niaga dengan Lippo Bank diharapkan dapat membawa
peningkatan value perusahaan, sehingga Bank CIMB Niaga tetap dapat memberikan
pelayanan yang lebih optimal bagi pengusaha menengah kebawah. Keberhasilan merger
ini dapat diukur dari kinerja keuangan perusahaan tersebut. Kinerja keuangan diukur dari
rasio keuangan.
Bergabungnya Lippo Bank ke dalam Bank CIMB Niaga merupakan sebuah lompatan
besar di sektor perbankan Asia Tenggara. Bank CIMB Niaga kini menawarkan
nasabahnya layanan perbankan yang komprehensif di Indonesia dengan menggabungkan
kekuatan di bidang perbankan ritel, UKM dan korporat dan juga layanan transaksi
pembayaran. Dengan komitmennya pada integritas, ketekunan untuk menempatkan
perhatian utama kepada nasabah dan semangat untuk terus unggul, Bank CIMB Niaga
akan terus memanfaatkan seluruh daya yang dimilikinya untuk menciptakan sinergi dari
penggabungan ini. Keseluruhannya merupakan nilai-nilai inti Bank CIMB Niaga dan
merupakan kewajiban yang harus dipenuhi bagi masa depan yang sangat menjanjikan.
Penelitian ini terfokus kepada kinerja keuangan sebelum dan setelah merger, maka
judul dari penelitian ini adalah “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan CIMB
Niaga Sebelum dan Setelah Merger”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan konteks penelitian di atas, berikut diuraikan pertanyaan pokok yang akan
dicari jawabannya melalui penelitian ini, yaitu :
1. Bagaimana kinerja keuangan CIMB Niaga sebelum merger ?
2. Bagaimana kinerja keuangan CIMB Niaga setelah merger ?
3. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan sebelum dan setelah merger ?
1.3 Tujuan Penelitian
Merger dan akuisisi dikatakan berhasil jika telah membawa peningkatan pada
perusahaan yang bergabung. Dengan peningkatan tersebut diharapkan perusahaan dapat
bertahan dalam persaingan yang semakin ketat. Tujuan merger dan akuisisi adalah
mencapai pasar yang lebih luas, efisiensi biaya, peningkatan teknologi, serta
mendapatkan profit yang lebih besar.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Dapat mengetahui kinerja keuangan CIMB Niaga sebelum merger
2. Dapat mengetahui kinerja keuangan CIMB Niaga setelah merger
3. Dapat mengetahui perbedaan kinerja keuangan sebelum dan setelah merger
1.4 Manfaat Penelitian
Kegunaan atau manfaat dari penelitian ini adalah untuk :
1. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai
pengaruh merger terhadap kinerja keuangan suatu perusahaan.
2. Menjadi bahan pertimbangan bagi pemilik modal untuk menanamkan modalnya
pada suatu perusahaan khususnya di dunia perbankan.
3. Bagi pengelola, dapat memberikan informasi dalam menentukan langkah-langkah
keuangannya serta dapat melakukan pengembangan usahanya.
4. Bagi masyarakat, informasi tentang kinerja keuangan bank ini dapat menjadi
acuan yang baik dalam memilih perusahaan perbankan, agar masyarakat tidak
terjerumus oleh iklan yang ditampilkan oleh pihak – pihak tertentu.
5. Untuk perusahaan, dapat mengevaluasi seluruh tindakan-tindakan yang telah
dilakukan sebelumnya dalam melakukan kinerja terutama dalam bidang
DAFTAR PUSTAKA
Aprilia, S.N., dan Oetomo, W.H. (2015). Perbandingan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Akuisisi pada Perusahaan Manufaktur. Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen Vol 4 No 12.
Aris, R. (2012). Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Sebelum dan Setelah Merger (Studi Pada Bank CIMB Niaga).
Chrismatani, H.H., dan Prijati (2014). Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Merger dengan Menggunakan Metode CAMEL. Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen Vol 3 No 3.
Dendawijaya, dan Lukman. (2006). Manajemen Perbankan, Jakarta, Ghalia, Indonesia.
Gitman, dan Lawrence, J. (2006). Principle Of Managerial Finance, Eleventh Edition, Boston, Pearson.
Haryadi, M.R. (2016). Dampak Akuisisi Terhadap Kinerja Perusahaan. Jurnal Ekonomi Manajemen Vol 10 No 1.
Indrawan, R., dan Yuniati, T. (2015). Analisis Kinerja Keuangan PT Smartfren Telecom Tbk Sebelum dan Sesudah Akuisisi. Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen Vol 4 No 6.
Iskandar, dan Syamsu. (2008). Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Jakarta, PT Semesta Asa Bersama.
Kasmir (2008). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta, Raja Grafindo Persaja.
Kemal, dan Usman, M. (2011). Post-Merger Profitability : A Cast Of Royal Bank Of
Scotland. International Journal of Business and Social Science Vol 2 No 5.
Marzuki, A.M., dan Widyawati, N. (2013). Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Akuisisi : Studi Pada Bank CIMB Niaga Tbk. Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen Vol 1 No 2.
Puspitawaty. (2010). Penilaian Perusahaan Merjer PT. Bank Niaga Tbk dan PT. Bank Lippo Tbk Terkait Single Presence Policy.
Retnadi, Djoko, dan Hassim, A. (2010) Kinerja Perbankan Semakin Bersinar http://ekonomi.kompasiana.com/ .
Rosdiana, Eka, dan Handayani, S. (2007). Peta Persaingan 11 Bank Papan Atas. Economic Review No 209.
Santoso, Tri, Y. (2010). Pengaruh Merger dan Akuisisi Terhadap Efisiensi Perbankan di Indonesia. Vol 12 No 2.
Santoso, Budi, T., dan Triandaru, S. (2006). Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Jakarta, Salemba Empat.
Sharkas, A.M., Hassan, K., dan Lawrence, S. (2008). The Impact of Mergers and
Acquisitions on The Efficiency of The US Banking Industry: Further Evidence.
Journal of Business and Finance & Accountin, Vol.35, No.1.
Soewita dan Benny (2008). Pelaksanaan Single Presence Policy di Bank. http://www.wealthindonesia.com/mutual-fund/index.php/pelaksanaansinglepresence-policy-di-bank-bumn.html .
Sundari, R. (2014). Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Setelah Merger dan Akuisisi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Vol 3 No2.
Suudyasana, A., dan Fitria, A. (2015). Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Sebelum dan Setelah Merger.
Syaichu, M. (2006). Merger dan Akuisisi : Alternatif Meningkatkan Kesejahteraan Pemegang Saham. Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi Vol 3 No 2.
Taswan. (2006). Manajemen Perbankan Konsep, Teknik, dan Aplikasi, Yogyakarta, UPP STIM YKPN.
Yustika, dan Erani, A. (2006). Kebijakan Kepemilikan Tunggal, http://www.unisosdem.org /ekopol.php