Rifahana Yoga Juanda, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mood-Understand_Recall-Digest-Expand-Review (Murder) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
MOOD-UNDERSTAND-RECALL-DIGEST-EXPAND-REVIEW (MURDER)
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP
(STUDI KUASI EKSPERIMEN DI SMP NUSANTARA RAYA BANDUNG)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh
RIFAHANA YOGA JUANDA
1102589
SEKOLAH PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
Rifahana Yoga Juanda, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mood-Understand_Recall-Digest-Expand-Review (Murder) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP
Oleh
RIFAHANA YOGA JUANDA
S.Pd. UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG, 2009
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) Program Studi Pendidikan Matematika
© Rifahana Yoga Juanda 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Rifahana Yoga Juanda, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mood-Understand_Recall-Digest-Expand-Review (Murder) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
LEMBAR PENGESAHAN
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Mood-Understand-Recall-Digest-Expand-Review (MURDER)
untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP
Oleh:
Rifahana Yoga Juanda, S.Pd 1102589
Disetujui dan Disahkan oleh:
Pembimbing I,
Dr. Dadang Juandi, M.Si
Pembimbing II,
Dr. Tatang Mulyana, M.Pd
Mengetahui
Ketua Jurusan/ Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Rifahana Yoga Juanda, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mood-Understand_Recall-Digest-Expand-Review (Murder) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Mood-Understand-Recall-Digest-Expand-Review untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menelaah peningkatan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah matematis siswa yang belajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mood-Understand-Recall-Digest-Expand-Review
(MURDER) dan siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional, baik
secara keseluruhan maupun berdasarkan kategori Pengetahuan Awal Matematis (PAM) siswa (tinggi, sedang, dan rendah), dan mengetahui sikap siswa setelah belajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe MURDER. Desain penelitian ini adalah quasi eksperiment terdiri dari kelas eksperimen yang belajar dengan pembelajaran kooperatif tipe MURDER dan kelompok kontrol yang belajar dengan pembelajaran konvensional. Penelitian ini dilakukan pada kelas VIII SMP Nusantara Raya Bandung dengan sampel dipilih dua kelas secara acak dari empat kelas. Instrumen yang digunakan adalah tes Pengetahuan Awal Matematis (PAM); tes pretes dan postes pada kemampuan berpikir kritis maupun pemecahan masalah matematis; dan angket sikap. Analisis data dilakukan terhadap pretest, rataan gain dua kelas sampel berdasarkan keseluruhan maupun PAM, dan angket siswa. Analisis data pretes menggunakan uji Mann-Whitney, sedangkan rataan gain menggunakan Anova dua jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kritis maupun pemecahan masalah matematis siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol, sedangkan tidak terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan antara kedua kelas sampel berdasarkan kategori pengetahuan awal matematika siswa dan sikap siswa setelah belajar dengan pembelajaran kooperatif tipe MURDER mendapatkan sikap positif.
Kata kunci: Pembelajaran kooperatif, Mood-Understand-Recall-Digest-Expand-Review, kemampuan berpikir kritis matematis dan kemampuan
Rifahana Yoga Juanda, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mood-Understand_Recall-Digest-Expand-Review (Murder) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Application of Cooperative Learning Model Type of Mood-Understand-Recall-Digest-Expand-Review to Enhance Critical Thinking and Problem
Solving Mathematical Junior High School Students.
This study aims to examine the enhancement of critical thinking skills and mathematical problem solving of students with learning Cooperative Learning Model Type of Mood - Understand - Recall - Digest - Expand -Review ( MURDER ) and the students who studied with conventional learning , both overall and by category Knowledge Mathematically early ( PAM ) students ( high , medium , and low ) , and the attitude of students after studying the Cooperative Learning Model MURDER type . The study design was a quasi experiment consists of classroom learning experiments with MURDER type of cooperative learning and group learning control with conventional learning . The research was conducted at the eighth grade junior Nusantara Raya Bandung with two classes of samples selected at random from the four classes . The instrument used was Early Mathematical Knowledge test ( PAM ) ; tests pretest and posttest on critical thinking skills and mathematical problem solving , and attitude questionnaires . Data analysis was conducted on the pretest , the average gain of two classes based on the entire sample and PAM , and student questionnaires . Pretest data analysis using the Mann - Whitney test , while the average gain using ANOVA two lanes . The results showed that an increase in the ability to think critically and grade students' mathematical problem solving experiment better than the control class , whereas there was no significant difference in improvement between the two classes of samples based on the category knowledge and attitudes of students beginning math students after studying the type of cooperative learning MURDER get attitude positive.
Rifahana Yoga Juanda, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mood-Understand_Recall-Digest-Expand-Review (Murder) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... i
LEMBAR PERNYATAAN ... ii
ABSTRAK ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR TABEL ... DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 10
E. Definisi Operasional ... 11
BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 13
B. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 16
C. Pembelajaran Kooperatif ... 18
D. Model Pembelajaran Kooperatif tipe MURDER ... 20
E. Sikap Terhadap Pembelajaran Matematika ... 27
F. Penelitian yang Relevan ... 29
G. Hipotesis Penelitian ... 30
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 32
B. Populasi dan Sampel ... 32
C. Variabel Penelitian ... 33
D. Instrumen Penelitian ... 33
1. Tes Pengetahuan Awal Matematis (PAM) ... 34
2. Tes Kemampuan Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah Matematis ... 35
a. Analisis Validitas Tes. ... 36
b. Analisis Reliabilitas Tes ... 39
c. Analisis Tingkat Kesukaran ... 41
d. Analisis Daya Pembeda... 42
3. Instrumen Non Tes ... 44
a. Lembar Observasi Kegiatan Siswa dan Guru... 44
Rifahana Yoga Juanda, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mood-Understand_Recall-Digest-Expand-Review (Murder) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Teknik Analisis Data ... 45
a. Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah Matematis ... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 49
1. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 49
a. Analisis Skor Pretes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 51
b. Analisis Skor N-gain Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Berdasarkan Pembelajaran ... 52
c. Analisis Skor N-gain Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Berdasarkan PAM ... 54
2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 58
a. Analisis Skor Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 59
b. Analisis Skor N-gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Berdasarkan Pembelajaran ... 60
c. Analisis Skor N-gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Berdasarkan PAM ... 62
3. Hasil Penelitian Tentang Skala Sikap ... 66
a. Sikap Siswa Terhadap Matematika dan Pembelajaran Matematika ... 66
b. Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran Kooperatif Tipe MURDER ... 66
c. Sikap Siswa Terhadap soal Berpikir Kritis Matematis ... 68
d. Sikap Siswa Terhadap soal Pemecahan Masalah Matematis ... 69
4. Aktivitas Guru dan Siswa Selama Proses Pembelajaran... 70
B. Pembahasan ... 72
1. Model Pembelajaran ... 72
2. Pengetahuan Awal Matematis ... 76
3. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 76
4. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 78
5. Sikap (Pendapat) Siswa Terhadap Pembelajaran Kooperatif Tipe MURDER ... 79
6. Aktivitas Guru Selama Proses Pembelajaran ... 80
7. Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran ... 80
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 82
B. Saran ... 83
Rifahana Yoga Juanda, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mood-Understand_Recall-Digest-Expand-Review (Murder) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
4.1 Persentase Aktivitas Guru ... 71 4.2 Persentase Aktivitas Siswa ... 71 4.3 Beberapa Contoh Hasil Postes siswa ... 78
Rifahana Yoga Juanda, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mood-Understand_Recall-Digest-Expand-Review (Murder) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Tahap-Tahap Model Pembelajaran Kooperatif ... 20
3.1 Kriteria Pengelompokan siswa berdasarkan PAM ... 34
3.2 Distribusi siswa berdasarkan ketegori PAM ... 34
3.3 Indikator Materi dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa ... 35
3.4 Indikator Materi dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ... 35
3.5 Klasifikasi Koefisien Validitas ... 38
3.6 Validitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 38
3.7 Validitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 38
3.8 Klasifikasi Derajat Reliabilitas ... 40
3.9 Reliabilitas Tes pada Kemampuan Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah Matematis ... 40
3.10 Klasifikasi Tingkat Kesukaran ... 41
3.11 Tingkat Kesukaran Tes pada Kemampuan Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah Matematis ... 41
3.12 Klasifikasi Daya Pembeda... 42
3.13 Daya Pembeda Tes pada Kemampuan Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah Matematis ... 43
3.14 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 43
3.15 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 44
3.16 Klasifikasi Gain Ternormalisasi ... 46
4.1 Statistik Deskriptif Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 50
4.2 Hasil Pengujian Normalisasi Skor Pretes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 51
4.3 Hasil Uji Mann Whitney Skor Pretes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 52
4.4 Rataan dan Klasifikasi N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis Matematis 52 4.5 Hasil Pengujian Normalitas Skor N-gain Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 53
4.6 Hasil Uji Mann Whitney Skor N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 54
4.7 Hasil Pengujian Normalitas Skor N-gain Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Berdasarkan PAM ... 55
4.8 Hasil Pengujian Homogenitas Varians Skor N-gain Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Berdasarkan PAM ... 55
4.9 Data Hasil Uji Anova Dua Jalur Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 56
Rifahana Yoga Juanda, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mood-Understand_Recall-Digest-Expand-Review (Murder) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.11 Statistik Deskriptif Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 58 4.12 Hasil Pengujian Normalisasi Skor Pretes Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis ... 59 4.13 Hasil Uji Mann Whitney Skor Pretes Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis ... 60 4.14 Rataan dan Klasifikasi N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis ... 60 4.15 Hasil Pengujian Normalitas Skor N-gain Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis ... 61 4.16 Hasil Uji Mann Whitney Skor N-Gain Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis ... 62 4.17 Hasil Pengujian Normalitas Skor N-gain Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Berdasarkan PAM ... 63 4.18 Hasil Pengujian Homogenitas Varians Skor N-gain Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis Berdasarkan PAM ... 64 4.19 Data Hasil Uji Anova Dua Jalur Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis ... 65 4.20 Data Hasil Uji Scheffe Rataan Skor N-gain Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Berdasarkan PAM ... 65 4.21 Distribusi Sikap Siswa Terhadap Matematika ... 67 4.22 Distribusi Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran Kooperatif tipe
MURDER ... 67
Rifahana Yoga Juanda, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mood-Understand_Recall-Digest-Expand-Review (Murder) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
A. INSTRUMEN PENELITIAN
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan Lembar Kerja Siswa ... 89 2. Soal Tes PAM ... 119 3. Kisi-kisi dan Soal Kemampuan Berpikir Kritis dan Pemecahan
Masalah Matematis dan kunci Jawaban ... 120 4. Kisi-kisi dan Angket skala sikap siswa ... 124 5. Format Lembar Observasi aktivitas Guru dan Siswapada Model
Pembelajaran Kooperatif tipe MURDER... 127 6. Tabel Rubrik Skoring Kemampuan Berpikir Kritis dan Pemecahan
Masalah Matematis ... 129
B. ANALISIS HASIL UJI COBA
1. Analisis Data Uji Coba tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 133 2. Analisis Data Uji Coba tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis ... 136
C. ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS
1. Data Hasil Tes PAM, pretes, postes dan N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis Matematis kelas Eksperimen ... 140 2. Data Hasil Tes PAM, pretes, postes dan N-Gain Kemampuan Berpikir
Kritis Matematis kelas Kontrol ... 141 3. Pengolahan Data dan Uji Statistik Pretes dan N-Gain Kemampuan
Berpikir Kritis Matematis Siswa ... 142
D. ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS
1. Data Hasil Tes PAM, pretes, postes dan N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis kelas Eksperimen ... 152 2. Data Hasil Tes PAM, pretes, postes dan N-Gain Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis kelas Kontrol ... 153 3. Pengolahan Data dan Uji Statistik Pretes dan N-Gain Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis ... 154
E. DATA SKALA SIKAP DAN HASIL OBSERVASI
Rifahana Yoga Juanda, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mood-Understand_Recall-Digest-Expand-Review (Murder) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Data Observasi Aktivitas Siswa ... 167
F. DATA PENUNJANG PENELITIAN 1. Surat Keputusan Penelitian ... 169
2. Surat Izin Pelaksanaan Penelitian ... 171
3. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 172
Rifahana Yoga Juanda, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mood-Understand_Recall-Digest-Expand-Review (Murder) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang harus dikuasai oleh
siswa, sebagai syarat keberhasilan belajar mulai dari tingkatan Sekolah Dasar,
Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas. Buktinya, untuk
menentukan siswa dapat melanjutkan sekolah kejenjang selanjutnya diadakan
Ujian Nasional (UN). Melihat sistem pendidikan di negara Indonesia saat ini yang
menentukan keberhasilan siswa oleh 60 % nilai evaluasi akhir berupa UN dan
40% nilai sekolah (terdiri dari 60% nilai US dan 40% nilai raport), artinya mata
pelajaran yang di Ujian Nasional mempunyai pengaruh dalam penentuan
keberhasilan belajar siswa. Oleh sebab itu, kemampuan siswa untuk menguasai
mata pelajaran yang diujiankan harus tinggi, termasuk didalamnya mata pelajaran
matematika.
Dalam pelaksanaan pembelajaran matematika di kelas banyak hal yang
menjadi hambatan pendidik untuk dapat mensosialisasikan pentingnya
matematika dalam kehidupan sehari-hari, hal tersebut dilatarbelakangi oleh
rendahnya minat siswa untuk mempelajari matematika, kurangnya kemampuan
siswa menjawab soal-soal ujian dan menanggapi soal tersebut dan mengaitkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga hal tersebut menjadi pekerjaan rumah bagi
para pendidik untuk mencari solusi dan dapat mengatasi masalah tersebut.
Tercantum dalam buku yang berjudul „Principles and Standard for School
Mathematics‟ NCTM tahun 2000 menyatakan bahwalima kemampuan matematis
yang seharusnya dimiliki siswa yaitu (1) belajar untuk berkomunikasi
(mathematical communication); (2) belajar untuk bernalar (mathematical
reasoning); (3) belajar untuk memecahkan masalah (mathematical problem
solving); (4) belajar untuk mengaitkan ide (mathematical connection); (5) belajar
2
Rifahana Yoga Juanda, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mood-Understand_Recall-Digest-Expand-Review (Murder) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pentingnya siswa mempelajari dan menguasi mata pelajaran matematika
tercantum juga dalam tujuan pembelajaran matematika Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan pada BSNP (2006) adalah:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma secara akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan berpikir kritis pada pola dan sikap, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi merancang model matematika, menyelesaikan dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan, simbol, Tabel dan diagram untuk memperjelas keadaan suatu masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika, rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika.
Menurut Baig dan Halai (2006), ketika siswa diberikan pertanyaan masalah
matematika siswa menjawab dengan tanpa menyertakan alasan dari jawabannya,
dikarenakan siswa tidak mengerti maksud dari pertanyaannya dan siswa tidak
mengetahui bagaimana cara untuk menyelesaikannya. Hal tersebut didukung pula
oleh Meel (2007) dalam artikelnya yang menyatakan bahwa siswa menengah
pertama yang sering menjawab pertanyaan guru dengan jawaban yang “dumb”
sehingga menjadi bahan candaan kawannya yang menjadikan suasana
pembelajaran gaduh dan tidak kondusif.
Penulis menemukan fakta tersebut saat melakukan pembelajaran di kelas
dan diperkuat pula ketika mengadakan wawancara dengan beberapa guru yang
mengajar di SMP kota Bandung. Dari hasil penelitian tersebut dapat memberikan
kesimpulan awal bahwa hal tersebut terjadi karena: (1) Siswa belum mampu
mefokuskan pertanyaan, mengidentifikasi, merumuskan dan mempertimbangkan
jawaban yang mungkin, sehingga pertanyaan yang diberikan guru dijawab dengan
jawaban yang melantur; (2) Siswa belum mampu memberikan alasan pada
jawaban yang diberikan, sehingga siswa menjawab soal dengan tanpa
3
Rifahana Yoga Juanda, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mood-Understand_Recall-Digest-Expand-Review (Murder) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kesimpulan dari jawaban yang disampaikan; (4) Siswa belum mampu menjawab
soal sesuai konteks, menerjemahkan situasi ke dalam bahasa matematika; (5)
Siswa belum mampu melakukan tinjauan kembali atas jawaban keputusan atau
kesimpulan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dari faktor-faktor tersebut, bahwa kemampuan berpikir kritis siswa dalam
menanggapi masalah yang berkaitan dengan matematika masih rendah, hal
tersebut didukung oleh hasil penelitian Suryadi (2005) yang menemukan bahwa
siswa kelas dua SMP di kota dan kabupaten Bandung mengalami kesulitan dalam
kemampuan mengajukan argumentasi, menerapkan konsep yang relevan, serta
menemukan pola bentuk umum (kemampuan induksi). Dari hasil penelitian
Kartini (2011) pula menyatakan bahwa kemampuan siswa SMP di Pekanbaru
dalam menjawab soal-soal yang tidak rutin masih rendah. Kesulitan siswa
menyelesaikan soal pembuktian, evaluasi, generalisasi atau konjektur, dan sulit
menemukan hubungan antara satu konsep dengan konsep yang lainnya. Sehingga
ketika siswa berhadapan dengan soal yang yang tidak rutin, siswa nampak kesal
karena soal-soal seperti itu belum pernah diberikan di kelas. Siswa hanya
mengerjakan soal-soal rutin yang cara penyelesaiannya telah diberikan oleh guru
di kelas, hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan berpikir kritis matematis
siswa masih rendah.
Dari temuan-temuan tersebut dapat dipahami bahwa kemampuan berpikir
kritis siswa memang tidak dibiasakan untuk diajarkan sejak sekolah dasar,
sehingga tampak dengan jelas ketika siswa beranjak ke tingkat SMP, SMA hingga
perguruan tinggi kemampuan kemampuan berpikir kritis menjadi masalah
terhadap siswa itu sendiri. Hal ini akan menjadi sebuah kekhawatiran yang sangat
besar jika kemampuan berpikir kritis tidak diajarkan sejak sekolah dasar, karena
akan berdampak pada jenjang pendidikan selanjutnya.
Menyelesaikan masalah matematika dalam bentuk soal-soal non-rutin
merupakan bagian dari kemampuan pemecahan masalah siswa. Kemampuan
4
Rifahana Yoga Juanda, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mood-Understand_Recall-Digest-Expand-Review (Murder) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berbagai permasalahan dalam kehidupan yang semakin kompleks, bukan hanya
pada masalah dalam matematika itu sendiri tetapi juga masalah-masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kemampuan seseorang untuk memecahkan
masalah matematis perlu terus dilatih sehingga seseorang itu mampu
menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapinya.
Agar siswa menjadi orang-orang terdidik di masa depan diperlukan sistem
pendidikan yang berorientasi pada pemecahan masalah, kemampuan berpikir
kritis, kreatif, sistematis dan logis. Hal ini seiring dengan tujuan dari pembelajaran
matematika (Depdiknas, 2006). Pada penelitan ini peneliti sangat tertarik untuk
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah
matematik siswa pada Sekolah Menengah Pertama, khususnya di kota Bandung.
Pentingnya pemecahan masalah ditegaskan juga dalam National Council of
Teachers of Mathematics (NCTM) tahun 2000, menyatakan bahwa pemecahan
masalah merupakan bagian integral dalam pembelajaran matematika, sehingga hal
tersebut tidak boleh dilepaskan dari pembelajaran matematika. Pemecahan
masalah tidak hanya diperlukan dalam matematika saja, dalam bidang studi lain
juga dibutuhkan kemampuan pemecahan masalah.
Menurut Polya (dalam Hasbullah, 2000), pemecahan masalah adalah suatu
usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan, mencapai suatu tujuan yang tidak
dengan segera dapat dicapai. Kemudian Polya lebih lanjut mengemukakan bahwa
di dalam matematika terdapat dua macam masalah, yaitu masalah untuk
menemukan dan masalah untuk membuktikan. Semakin berbeda jenis masalah
yang dihadapi oleh siswa dan semakin besar keinginannya untuk memikirkan
pemecahannya, maka siswa tersebut akan semakin besar kesempatannya untuk
mampu menghadapi soal-soal kehidupan nyata (Slavin, 1991). Siswa pun akan
lebih mampu mentransfer keterampilan dan pengetahuan mereka pada situasi yang
baru. Hal tersebut merupakan salah satu indikasi bahwa pemecahan masalah dapat
5
Rifahana Yoga Juanda, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mood-Understand_Recall-Digest-Expand-Review (Murder) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berlaku
sekarang lebih fokus dalam pembelajaran matematika hendaknya menggunakan
pendekatan pemecahan masalah. Masalah tersebut mencakup masalah tertutup
dengan solusi tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah
dengan berbagai cara penyelesaian (Depdiknas, 2006). Dari fakta yang ditemukan
sebagai dasar pemasalahan penelitian ini kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa masih rendah.
Hasil penelitian yang dilakukan Ahmad (2005) menemukan siswa kelas VIII
SMP masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah-masalah yang
berhubungan dengan kemampuan pemecahan masalah matematik. Selanjutnya
menurut Anriani (2011) terhadap siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) dikota
Bandung, secara umum hasil kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
SMP belum memuaskan sekitar 30% - 50% dari skor ideal.
Dari uraian tersebut terdapat faktor-faktor yang mengindikasikan bahwa
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa rendah, diantaranya adalah : (1)
siswa belum mampu memahami masalah yang diberikan, sehingga dalam
memberikan jawaban tidak sesuai dengan masalah, (2) kurangnya pengetahuan
strategi menyelesaikan masalah, (3) ketidakmampuan siswa untuk
menerjemahkan masalah ke dalam bentuk matematika. Ketiga hal tersebut seiring
dengan kesulitan yang di alami siswa di Singapura Kaur Joseph (2009). Menurut
McGinn dan Boote (dalam Joseph, 2009) faktor utama yang mempengaruhi
persepsi seseorang dalam kesulitan memecahkan masalah, yaitu: (1) kategorisasi,
kemampuan untuk mengkategorikan permasalahan; (2) tujuan interpretasi,
mencari tahu bagaimana solusi dari suatu permasalahan; (3) sumber daya yang
relevan; (4) kompleksitas, penggunaan sejumlah operasi dalam suatu solusi.
Dalam penelitian ini akan mengetahui gambaran sikap siswa terhadap
pelajaran matematika. Menurut NCTM (2000), sikap siswa dalam menghadapi
matematika dan keyakinannya mengenai matematika seringkali mempengaruhi
6
Rifahana Yoga Juanda, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mood-Understand_Recall-Digest-Expand-Review (Murder) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menyertakan sikap dan keyakinan merupakan bagian dari lima tujuan pengajaran,
yaitu belajar memaknai nilai-nilai matematika dan memiliki percaya diri
mengenai kemampuan diri sendiri. Oleh karena itu sikap dan keyakinan siswa
perlu dipupuk, dimonitor, dan akses terus dalam kegiatan pembelajaran. Sikap
merefleksikan bagaimana bertindak atau berhubungan dengan matematika.
Sikap positif siswa terhadap matematika maupun pembelajaran matematika,
merupakan hal yang penting untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini
sejalan dengan pendapat Herman (2003), dari hasil tes yang dilakukan TIMSS
umumnya mereka yang bersikap positif terhadap matematika adalah negara yang
nilai kemampuan matematiknya lebih tinggi. Di setiap negara siswa yang
memiliki konsep diri tinggi dalam matematika berkolerasi dengan rata-rata
kemampuan yang tinggi pula, kecuali di negara-negara Asia Pasifik (Singapura,
Hong Kong, Korea, Taiwan, dan Jepang) siswa yang memiliki konsep diri yang
kuat dengan prestasi yang tinggi menunjukkan persentase yang kecil. Dapat
disimpulkan bahwa bahwa sikap dan motivasi siswa terhadap matematika
berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika.
Menurut Wahyu (2009), bahwa dari hasil wawancara dengan beberapa
siswa, ternyata siswa menyenangi matematika hanya pada permulaan siswa
berkenalan dengan materi yang sederhana, makin tinggi tingkatan sekolahnya dan
makin sukar materi yang dipelajarinya, akan semakin berkurang sikap positif
siswa terhadap matematika. Menurut Lasmanawati (2011) untuk menumbuhkan
sikap positif siswa terhadap matematika, perlu diperhatikan agar penyampaian
materi matematika menyenangkan, mudah dipahami, tidak monoton, tidak
menakutkan, dan tunjukkan bahwa matematika banyak kegunaannya. Matematika
di sekolah sering disebut sebagai suatu hal yang membosankan dan dianggap sulit
bagi siswa, sebagai contoh ketika peneliti melakukan observasi awal kepada siswa
kemudian ditanya “apakah anda menyukai matematika?” siswa menyatakan
7
Rifahana Yoga Juanda, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mood-Understand_Recall-Digest-Expand-Review (Murder) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
demikian merupakan gambaran awal yang menjadi cerminan dalam proses
pembelajaran siswa di kelas.
Sejalan yang disampaikan oleh Dahlan (2007) yang menyatakan bahwa
ketika siswa berhadapan dengan pelajaran matematika, siswa merasa takut,
tegang, gelisah dan ingin menghindar dari pelajaran tersebut. Keadaan tersebut
merupakan ciri siswa yang mengalam kecemasan matematika, dan berimplikasi
pada sikap siswa terhadap matematika. Menurut Gozali (2007), kenyataan yang
terjadi di lapangan menunjukkan bahwa matematika sering dianggap sebagai mata
pelajaran yang menakutkan dan sulit untuk dikuasai. Hal ini mengakibatkan
banyak siswa yang tidak mampu melihat betapa banyak manfaat yang dapat
diperoleh jika mampu menguasai matematika.
Selanjutnya secara umum dari yang telah dipaparkan, maka harus ada
sebuah alternatif untuk dapat meningkatkan kemampuan-kemampuan tersebut dan
sikap siswa agar tujuan pembelajaran di kelas dapat tercapai.Untuk menumbuhkan
kemampuan berpikir kritis matematik siswa diperlukan model pembelajaran yang
lebih menekankan pada konflik verbal sehingga dapat memberikan stimulus pada
siswa untuk menyampaikan gagasannya dalam menyelesaikan masalah. Pada
faktor yang berkaitan pemfokusan pada pertanyaan yang diberikan, kemampuan
memberikan alasan untuk setiap jawaban yang diberikan harus adanya kegiatan
siswa pada proses pembelajaran yang lebih mengarahkan pada pemahaman dan
pemberian tanda pada materi yang belum dikuasai. Dengan demikian siswa lebih
mengetahui sendiri materi yang belum dipahaminya, sehingga dalam
penyelesaiannya bertanya soal yang tidak dimengerti tidak melantur begitu pula
saat memberikan jawaban dengan alasan yang relevan dengan pertanyaan.
Penggunaan model pembelajaran kooperatif learning dapat dijadikan sebuah
alat yang dapat merangkum dari seluruh kebutuhan tahapan yang dapat
meningkatkan kemampuan-kemampuan tersebut. Suasana pembelajaran pun harus
didesain sedemikian rupa agar sikap siswa dalam proses pembelajaran mengarah
8
Rifahana Yoga Juanda, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mood-Understand_Recall-Digest-Expand-Review (Murder) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
untuk siswa melakukan konflik kognitif dalam dirinya, dirasa peneliti dapat
memberikan alternatif awal untuk peningkatan kemampuan yang diharapkan.
Dalam pembelajaran kooperatif, para siswa terlibat konflik-konflik verbal
yang berkenaan dengan pendapat anggota-anggota kelompoknya. Para siswa akan
terbiasa merasa senang meskipun ada konflik-konflik verbal itu, karena mereka
menyadari konflik semacam itu akan dapat meningkatkan pemahamannya
terhadap materi yang dihadapi atau didiskusikan Suherman (2001). Belajar
kooperatif (cooperative learning) adalah konsep yang lebih luas, yang meliputi
semua jenis kerja kelompok, termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh
guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum, belajar kooperatif dianggap lebih
diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaannya serta
menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu murid
dalam menyelesaikan permasalahan yang dimaksud.
Pembelajaran Kooperatif cukup menyajikan banyak tipe dan teknik,
diantaranya terdapat model pembelajaran kooperatif tipe
Mood-Understand-Recall-Digest-Expand-Review (MURDER) dari rangkaian model pembelajaran
tersebut terdapat langkah-langkah yang mendukung pada peningkatan
kemampuan yang diharapkan peneliti. Model pembelajaran tersebut didasarkan
atas teori psikologi kognitif yang diutarakan oleh Wittrock, Craik dan Lockhart
(dalam Hendriana, 2002) yang menekankan kegiatan memproses informasi secara
luas dan proses berpikir yang mendalam sehingga mampu memberikan penjelasan
tentang informasi tersebut, baik secara verbal maupun non-verbal.
Kooperatif tersebut menekankan pentingnya kemampuan berbahasa atau
keterampilan verbal siswa dalam mengulang dan merekonstruksi informasi dan
ide suatu materi pembelajaran, untuk dipahami dan dijadikan sebagai miliknya
yang kemudian mampu kembali dikomunikasikan dengan baik secara verbal.
Pentingnya kemampuan berpikir dan memproses informasi secara mendalam pada
9
Rifahana Yoga Juanda, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mood-Understand_Recall-Digest-Expand-Review (Murder) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Selain model pembelajaran kooperatif tipe
Mood-Understand-Recall-Digest-Expand-Review (MURDER) yang diterapkan pada siswa untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah serta gambaran
sikap siswa terhadap pelajaran matematika, terdapat hal lain yang harus
diperhatikan dalam pembelajaran, yaitu PAM (Pengetahuan Awal Matematis).
Pada penelitian ini peneliti mengkategorikan PAM siswa yaitu tinggi (T), sedang
(S), dan rendah (R).
Pengkategorian PAM dianggap penting karena dalam proses pembelajaran
agar pembelajaran tersebut akan lebih bermakna, sehingga diharapkan siswa
dengan kemampuan rendah nantinya juga akan meningkat kemampuan berpikir
kritis dan pemecahan masalah matematisnya dengan diberikan model
pembelajaran kooperatif tipe MURDER. Selain itu, pengkategorian PAM siswa
digunakan agar dapat mengetahui perlakuan guru dalam pembelajaran terhadap
siswa pada setiap kategori, sehingga dapat diketahui apa harus ada perbedaan
perlakuan terhadap siswa pada setip kategori atau tidak.
Dari uraian tersebut akan dilakukan studi yang lebih dalam tentang
kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah matematik dengan judul
“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Mood-Understand-Recall-Digest-Expand-Review (MURDER) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP”.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang masalah di atas dan agar lebih terpusat
permasalahan yang akan dibahas maka dapat dibuat suatu rumusanmasalah yang
akan dikaji dalam penelitian ini yaitu :
1. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang
belajar dengan pembelajaran kooperatif tipe MURDER lebih baik daripada
10
Rifahana Yoga Juanda, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mood-Understand_Recall-Digest-Expand-Review (Murder) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis
matematis siswa yang ditinjau dari pengetahuan awal matematis (tinggi,
sedang dan rendah) untuk siswa yang belajar dengan pembelajaran
kooperatif tipe MURDER dan siswa yang belajar dengan pembelajaran
konvensional?
3. Apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
belajar dengan pembelajaran kooperatif tipe MURDER lebih baik daripada
siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional?
4. Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa ditinjau dari pengetahuan awal matematis (tinggi, sedang dan rendah)
untuk siswa yang belajar dengan pembelajaran kooperatif tipe MURDER
dan siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional?
5. Bagaimana sikap siswa terhadap matematika setelah belajar dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe MURDER?
C. TUJUAN PENELITIAN
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran
mengenai peningkatan model pembelajaran kooperatif tipe MURDER terhadap
kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah matematis siswa SMP. Secara
khusus penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menelaah peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang
belajar dengan pembelajaran kooperatif tipe MURDER dan siswa yang
belajar dengan pembelajaran konvensional;
2. Mengkaji perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis
siswa ditinjau dari pengetahuan awal matematis (tinggi, sedang dan rendah)
pada siswa yang belajar dengan pembelajaran kooperatif tipe MURDER dan
11
Rifahana Yoga Juanda, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mood-Understand_Recall-Digest-Expand-Review (Murder) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Menelaah pemecahan masalah matematis siswa yang belajar dengan
pembelajaran kooperatif dengan MURDER dan siswa yang belajar dengan
pembelajaran konvensional;
4. Mengkaji perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa ditinjau dari pengetahuan awal matematis (tinggi, sedang
dan rendah) pada siswa yang belajar dengan pembelajaran kooperatif tipe
MURDER dan siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional;
5. Mengetahui sikap siswa terhadap matematika setelah belajar dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe MURDER.
D. MANFAAT PENELITIAN
Dengan tercapainya tujuan penelitian dan diperoleh hasil yang baik,
diharapkan penelitian ini memberikan manfaat pada pihak terkait, antara lain:
1. Bagi siswa: dengan mengikuti pembelajaran matematika menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe MURDER ini diharapkan siswa dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah
matematis siswa, serta memperoleh pengalaman yang baru dalam belajar
dan juga dapat menjadikan siswa bersikap positif terhadap matematika.
2. Bagi sekolah : hasil penelitian ini dijadikan referensi untuk mengembangkan
atau menerapkan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran
kooperatif tipe MURDER pada mata pelajaran yang lain.
3. Bagi guru: sebagai informasi dan memberikan kesempatan bagi guru untuk
dapat mengenal serta mengembangkan pembelajaran dengan MURDER
dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan
masalah matematis siswa sebagai salah satu metode alternatif dalam
melaksanakan pembelajaran kepada siswa.
4. Bagi peneliti, dapat dijadikan sebagai acuan/referensi untuk penelitian lain
12
Rifahana Yoga Juanda, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mood-Understand_Recall-Digest-Expand-Review (Murder) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
E. DEFINISI OPERASIONAL
Berikut ini dikemukakan beberapa definisi konsep dan operasional, agar
mempunyai kesepakatan pemahaman tentang istilah yang digunakan dalam
penelitian ini.
1. Kemampuan berpikir kritis matematis, dalam penelitian ini menggunakan
indikator sebagai berikut: (1) Focus, siswa mampu mefokuskan pertanyaan,
mengidentifikasi, merumuskan dan mempertimbangkan jawaban yang
mungkin; (2) Reason, siswa mampu memberikan alasan pada jawaban yang
diberikan; (3) Inference, siswa mampu membuat kesimpulan; (4) Situation,
siswa mampu menjawab soal sesuai konteks, menerjemahkan situasi ke
dalam bahasa matematika; (5) Clarify, siswa mampu membuat klasifikasi
atau membedakan konsep dengan jelas tanpa menimbulkan ambiguitas; (6)
Overview, siswa mampu melakukan tinjauan kembali atas jawaban
keputusan atau kesimpulan yang telah ditetapkan sebelumnya
2. Kemampuan pemecahan masalah matematis, dalam penelitian ini, indikator
yang digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah meliputi
kegiatan: Memahami masalah; Menyusun rencana/memilih strategi;
Melaksanakan strategi dan mendapat hasil; dan Memeriksa proses dan hasil.
3. Model pembelajaran tipe Mood-Understand-Recall-Digest-Expand-Review
(MURDER), adalah pembelajaran kooperatif yang mengelompokkan siswa
menjadi kelompok kecil yang kemudian guru mengarahkan setiap kelompok
dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: Mood, Menciptakan
suasana hati yang positif untuk belajar; Understand, siswa memberi
perhatian khusus pada bahan pelajaran yang tidak dimengerti; Recall, siswa
membahas ulang pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya; Digest, siswa
menelaah kembali pelajaran yang masih kurang dimengerti; Expand, siswa
memikirkan cara lain yang lebih mudah dimengerti; Review, siswa
13
Rifahana Yoga Juanda, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mood-Understand_Recall-Digest-Expand-Review (Murder) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Pembelajaran konvensional yang dimaksudkan dalam penelitian ini,
merupakan pembelajaran yang bersifat informatif, di mana guru memberi
dan menjelaskan materi pelajaran, siswa mendengarkan dan mencatat
penjelasan yang disampaikan guru, siswa belajar sendiri-sendiri, kemudian
siswa mengerjakan latihan, dan siswa dipersilahkan untuk bertanya apabila
tidak mengerti, maka dapat dikatakan bahwa siswa adalah individu yang
pasif pada saat proses pembelajaran berlangsung.
5. Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah matematis
siswa dinyatakan dalam skor gain ternormalisasi. Rumus gain
ternormalisasi adalah sebagai berikut:
Gain ternormalisasi (g) =
(Hake, 1999)
6. Pengetahuan awal matematika: Pengelompokan siswa didasarkan pada tes
tentang pengetahuan matematika siswa pada materi-materi prasyarat dan
materi yang sudah dipelajari sebelumnya; pengelompokan tersebut dibagi
tiga kelompok kategori, yakni kelompok tinggi, sedang dan rendah.
7. Sikap siswa yang dimaksud pada penelitian ini adalah sikap siswa terhadap
pembelajaran matematika setelah belajar dengan model pembelajaran
Rifahana Yoga Juanda, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mood-Understand_Recall-Digest-Expand-Review (Murder) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu desain kuasi
eksperimen. Pada kuasi eksperimen ini subjek tidak dikelompokkan secara acak
tetapi peneliti menerima keadaan subjek seadanya (Ruseffendi, 1998). hal ini
dilakukan dengan pertimbangan bahwa, kelas yang ada telah terbentuk
sebelumnya, sehingga jika dilakukan lagi pengelompokkan secara acak maka akan
menyebabkan kekacauan jadwal pelajaran yang telah ada di sekolah.
Penelitian ini terdiri dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Pada kelompok eksperimen diberikan pembelajaran dengan Model Pembelajaran
Tipe Mood-Understand-Recall-Digest-Expand-Review (MURDER) dan kelompok
kontrol memperoleh pembelajaran konvensional. Adapun Jenis desain eksperimen
yang digunakan pada penelitian ini yaitu kelompok kontrol tidak ekivalen (the
nonequivalent control group design) (Ruseffendi, 2005) sebagai berikut:
O X O - - -
O O
Keterangan :
O : Pretes dan postes kemampuan berpikir kritis dan kemampuan
pemecahan masalah Pretes atau postes.
X : Perlakuan pembelajaran melalui Model Pembelajaran Tipe
Mood-Understand-Recall-Digest-Expand-Review (MURDER)
- - - - : Subjek tidak dikelompokkan secara acak
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Nusantara
Raya, dengan sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII.3 dan kelas VIII.1
Tahun Pelajaran 2012-2013. Sampel terdiri dari 2 kelas kemudian dari kedua
33
Rifahana Yoga Juanda, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mood-Understand_Recall-Digest-Expand-Review (Murder) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
eksperimen terdiri dari 32 orang siswa yang mendapat pembelajaran tipe
MURDER, sedangkan kelas VIII.1 sebagai kelas kontrol yang terdiri dari 32 orang
siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.
Pertimbangan dalam pemilihan subyek penelitian tersebut diantaranya; (1)
Sekolah yang hendak dilakukan penelitian merupakan sekolah yang memiliki
input siswa yang variatif berdasarkan pretasi; (2) Letaknya berdekatan dan mudah
dijangkau; (3) Memiliki prosedur administratif yang relatif mudah; (4) Memiliki
ketersediaan sarana dan prasarana yang relatif lengkap.
Pertimbangan-pertimbangan tersebut dimaksudkan agar penelitian dapat dilaksanakan secara
efektif dan efisien.
C. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah terdiri dari tiga variabel, yaitu:
variabel bebas yaitu yang pembelajaran matematika dengan model pembelajaran
tipe Mood-Understand-Recall-Digest-Expand-Review(MURDER); variabel terikat
yaitu kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa; dan variabel kontrol yaitu kategori pengetahuan awal matematis siswa
(tinggi, sedang rendah).
D. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data dan informasi mengenai hal-hal yang ingin dikaji
dalam penelitian ini, maka dibuatlah seperangkat instrumen. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian berupa tes dan non-tes. Instrumen dalam bentuk tes
terdiri dari seperangkat soal tes untuk mengukur pengetahuan awal matematis
siswa, dan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah matematis siswa,
sedangkan instrumen dalam bentuk non tes yaitu skala tanggapan/pendapat siswa
tentang pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
MURDER, dan lembar observasi. Berikut ini merupakan uraian dari
34
Rifahana Yoga Juanda, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mood-Understand_Recall-Digest-Expand-Review (Murder) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Tes Pengetahuan Awal Matematis (PAM)
Pengetahuan awal matematis siswa adalah pengetahuan yang dimiliki
siswa sebelum pembelajaran berlangsung. Pengetahuan awal matematis siswa
diperoleh melalui seperangkat soal tes pilihan ganda (PG) yang sebagian diambil
dari soal UN 2012 dan soal tersebut merupakan soal prasyarat pada materi yang
akan digunakan pada penelitin. Pemberian tes pengetahuan awal matematis siswa
bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum pembelajaran dan untuk
mengetahui kesetaraan antara kelompok keterampilan proses dan kelompok
konvensional. Ini dilakukan agar sebelum diberikan perlakuan kedua kelompok
pada masing-masing sampel penelitian dalam kondisi awal yang sama dan
digunakan juga untuk penempatan siswa berdasarkan kemampuan matematisnya.
Sedangkan penskoran terhadap jawaban siswa untuk tiap butir soal dilakukan
dengan aturan untuk setiap jawaban benar diberi skor 1, dan untuk setiap jawaban
salah atau tidak menjawab diberi skor 0.
Berdasarkan skor pengetahuan awal matematika yang diperoleh, siswa
dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu siswa kelompok tinggi, sedang dan
rendah berdasarkan kriteria berikut:
Tabel 3.1
Kriteria Pengelompokan Siswa Berdasarkan PAM
Interval Skor PAM Kriteria
xi≥ 80 Tinggi
55< xi< 80 Sedang
xi≤ 55 Rendah
Selanjutnya, dari data yang diperoleh pada hasil tes PAM pada kedua kelas
(eksperiment dan kontrol) dibuat tabel yang menyajikan banyaknya siswa yang
berada pada kategori tinggi, sedang, dan rendah.
Tabel 3.2
Distribusi Siswa Berdasarkan Kategori PAM
Kelompok Pembelajaran Total
Eksperiment Kontrol
Tinggi 8 9 17
Sedang 14 15 29
35
Rifahana Yoga Juanda, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mood-Understand_Recall-Digest-Expand-Review (Murder) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Tes Kemampuan Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah Matematis
Instrumen untuk mengukur kemampuan berpikir kritis matematis siswa
terdiri dari 9 butir soal yang berbentuk uraian. Penyusunan soal tes diawali dengan
penyusunan kisi-kisi soal yang dilanjutkan dengan menyusun soal beserta
alternatif kunci jawaban masing-masing butir soal. Secara lengkap, kisi-kisi dan
instrumen tes kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah dapat dilihat
pada tabel berikut
Tabel 3.3
Indikator Materi dan kemampuan Berpikir Kritis Matematis siswa
No Indikator Materi
dan kemampuan Berpikir Kritis
1.a Siswa dapat memberikan alasan yang tepat terhadap jawaban
yang diberikan dalam menentukan unsur bangun prisma dan
limas (Reason)
1.b Siswa dapat mengidentifikasi jawaban yang mungkin dalam menentukan unsur bangun prisma dan limas (Focus)
2. Siswa dapat membut kesimpulan dalam menentukan
perbandingan volume prisma dengan ukuran volume yang sudah ditentukan (Inference)
3. Siswa dapat menghitung panjang rusuk sesuai dengan konteks
matematika (Situation)
4. Siswa dapat menentukan perbandingan volume limas dengan pisma dengan jelas tanpa menimbulkan ambiguitas (Clarify) 5. Siswa dapat menentukan volume bangun prisma kemudian
melakukan tinjauan kembali atas jawaban yang telah ditetapkan sebelumnya. (Overview)
Tabel 3.4
Indikator Materi dan kemampuan Pemecahan Masalah Matematis siswa
No Indikator Materi
dan kemampuan Pemecahan Masalah
1. Siswa dapat memahami masalah dalam menghitung luas permukaan prisma
2. Siswa dapat menyusun rencana dalam menentukan unsur dari bangun limas
3. Siswa dapat menghitung volume prisma dengan melaksanakan
strategi sehingga mendapatkan hasil
36
Rifahana Yoga Juanda, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mood-Understand_Recall-Digest-Expand-Review (Murder) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kriteria pemberian skor untuk soal tes kemampuan berpikir kritis dan
pemecahan masalah matematis siswa berpedoman pada Holistic Scoring Rubrics
yang di modifikasi selengkapnya dapat dilihat terlampir A.6.
Sebelum tes kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah matematis
siswa digunakan dilakukan uji coba dengan tujuan untuk mengetahui apakah soal
tersebut memenuhi persyaratan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya
pembeda. Soal tes kemampuan berpikir kritis matematis ini diujicobakan pada
siswa kelas VIII salah satu SMP Negeri di kota Bandung yang sudah mempelajari
materi yang diujicobakan. Tahapan yang dilakukan pada uji coba tes kemampuan
berpikir kritis dan pemecahan masalah matematis sebagai berikut:
a. Analisis Validitas Tes
Suatu soal memiliki validitas jika soal tersebut mengukur apa yang
seharusnya di ukur melalui butir item tersebut, serta memberikan gambaran
tentang data secara benar sesuai dengan kenyataan atau keadaan sesungguhnya.
Validitas sebuah tes diketahui dari hasil pemikiran dan hasil pengamatan. Hal
yang pertama akan diperoleh validitas logis (logical validity) atau juga dikenal
dengan validitas teoritik, dan hal kedua diperoleh validitas empiris (empirical
validity).
Sebelum soal tes kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah
matematis diuji coba secara empiris, pada soal tes dilakukan pengujian validitas
logis atau teoritik yakni validitas isi dan muka yang bertujuan untuk menentukan
kesesuaian antara soal dengan materi yang akan diteliti dan kesesuaian soal
dengan tujuan yang ingin diukur berdasarkan kisi-kisi soal yang telah dibuat.
1) Validitas logis (logical validity)
Validitas logis atau validitas teoritik untuk sebuah instrumen evaluasi
menunjuk pada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid
berdasarkan teori dan ketentuan yang ada. Pertimbangan terhadap soal tes
kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah matematis siswa yang
berkenaan dengan validitas isi (content validity) dan validitas muka (face validity)
37
Rifahana Yoga Juanda, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mood-Understand_Recall-Digest-Expand-Review (Murder) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pendidikan Matematika UPI, dan Guru bidang Study Matematika SMP yang
kemudian hasilnya dikonsultasikan dengan dosen pembimbing.
Validitas muka disebut pula validitas bentuk soal (pertanyaan, pernyataan,
suruhan) atau validitas tampilan, yaitu keabsahan susunan kalimat atau kata-kata
dalam soal sehingga jelas pengertiannya atau tidak menimbulkan tafsiran lain
(Suherman, 2003), termasuk juga kejelasan gambar dalam soal. Validitas isi
berarti ketepatan alat tersebut ditinjau dari segi materi yang diajukan, yaitu materi
(bahan) yang dipakai sebagai tes tersebut merupakan sampel yang representatif
dari pengetahuan yang harus dikuasai, termasuk kesesuaian antara indikator dan
butir soal, kesesuaian soal dengan tingkat kemampuan siswa, dan kesesuaian
materi dan tujuan yang ingin dicapai.
Selanjutnya soal-soal yang valid menurut validitas muka dan validitas isi
ini diujicobakan kepada siswa kelas VIII yang sudah mempelajari materi yang
akan diteliti. Kemudian data yang diperoleh dari ujicoba tes kemampuan berpikir
kritis dan pemecahan masalah matematis siswa dianalisis untuk mengetahui
validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran tes tersebut dengan
menggunakan program Anates V4 for Windows. Seluruh perhitungan
menggunakan program tersebut dapat dilihat pada Lampiran B.
2) Validitas empiris (empirical validity)
Validitas empirik adalah validitas yang ditinjau dengan kriteria tertentu.
Kriteria ini digunakan untuk menentukan tinggi rendahnya koefisien validitas alat
evaluasi yang dibuat melalui perhitungan korelasi produk momen dengan
menggunakan angka kasar (raw score) (Arikunto, 2007) yaitu sebagai berikut:
xy
2 2 2 2
N XY ( X)( Y) r
N X ( X) N Y ( Y)
Keterangan :
rxy : Koefisien Validitas N : Jumlah subyek X : Skor tiap butir soal Y : Skor total
38
Rifahana Yoga Juanda, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mood-Understand_Recall-Digest-Expand-Review (Murder) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP
[image:32.595.115.513.103.751.2]Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.5
Klasifikasi Koefisien Validitas
Koefisien Validitas Klasifikasi Validitas
00
,
1
80
,
0
r
xy
Sangat Tinggi80
,
0
60
,
0
r
xy
Tinggi60
,
0
40
,
0
r
xy
Sedang40
,
0
20
,
0
r
xy
Rendah20
,
0
00
,
0
r
xy
Sangat Rendah00
,
0
xy
r
Tidak ValidSumber : Guilford (Suherman, 2001: 136)
Untuk lebih meyakinkan harga koefisien korelasi rxy dibandingkan pada
tabel harga kritik r product moment, dengan mengambil taraf signifikan α = 0,05
dengan derajat kebebasan (dk)n222220 maka diperoleh harga
444 , 0 tabel
r sehingga didapat kemungkinan interpretasi, jika rhitung rtabel maka
korelasi tidak signifikan. Jika rhitung > rtabel, maka korelasi signifikan. Hasil uji
coba instrumen tes kemampuan berpikir kritis matematis yang telah dilakukan
dirangkum pada tabel berikut.
Tabel 3.6
Validitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis No
Urut No
Soal rxy
Tingkat Validitas
Interpretasi Signifikansi
rtabel(0,05) = 0,444
1 1a 0,604 Tinggi Signifikan
2 1b 0,522 Sedang Signifikan
3 2 0,791 Tinggi Sangat Signifikan
4 3 0,713 Tinggi Sangat Signifikan
5 4 0,814 Sangat Tinggi Sangat Signifikan
6 5 0,749 Tinggi Sangat Signifikan
Tabel 3.7
Validitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis No
Urut No
Soal rxy
Tingkat Validitas
Interpretasi Signifikansi
rtabel(0,05) = 0,444
1 6 0,897 Sangat Tinggi Sangat Signifikan
2 7 0,780 Tinggi Signifikan
39
Rifahana Yoga Juanda, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mood-Understand_Recall-Digest-Expand-Review (Murder) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan Tabel 3.8 validitas untuk kemampuan berpikir kritis
matematis siswa dapat disimpulkan bahwa soal no 4 memiliki validitas sangat
tinggi; untuk soal no 1a, 2, 3, 4, dan 5 memiliki validitas tinggi; dan soal no 2
memiliki validitas sedang. Sedangkan berdasarkan tabel 3.9 validitas untuk
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dapat disimpulkan bahwa soal
no 6, 8, dan 9 memiliki validitas sangat tinggi; dan untuk soal no 7 memiliki
validitas tinggi. Dari semua soal yang diujicobakan diinterpretasikan merupakan
soal yang signifikan, sehingga soal yang diujicobakan tidak perlu dilakukan revisi
sehingga siap untuk dijadikan instrument pada penelitian. Untuk hasil perhitungan
validitas empiris tersebut dengan menggunakan Anates V4 for Windows
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B.
b. Analisis Reliabilitas Tes
Suatu alat evaluasi dikatakan reliabel atau ajeg jika hasil evaluasi tersebut
relatif tetap apabila digunakan untuk subjek yang sama. Relatif yang dimaksud
adalah tidak harus sama, tetapi jika ada perubahan, perubahan yang terjadi tidak
terlalu berarti (tidak signifikan), dan dapat diabaikan. Rumus yang digunakan
untuk mencari koefisien reliabilitas dalam penelitian ini adalah rumus Alpha
(Suherman, 2001:163) yaitu :
2 i
11 2
t
S n
r =
1-n -1 S
Keterangan:
11
r = Koefisien Reliabilitas
n = Banyak butir soal (item)
2 i
s
= Jumlah varians skor tiap soal (item)2 t
s
= Varians skor total40
Rifahana Yoga Juanda, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mood-Understand_Recall-Digest-Expand-Review (Murder) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP
[image:34.595.110.511.129.625.2]Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.8
Klasifikasi Derajat Reliabilitas
Reliabilitas Klasifikasi
0,80 <
r
11 1,00 Sangat tinggi0,60 <
r
11 0,80 Tinggi0,40 <
r
11 0,60 Sedang0,20 <
r
11 0,40 Rendahr
11 0,20 Sangat rendahSumber : Guilford (Suherman, 2001: 156)
Untuk mengetahui instrumen yang digunakan reliabel atau tidak maka
hasil rhitung harus dibandingkan dengan rtabel, dengan kriteria pengujian jika hitung
r
(r11) > rtabel maka soal reliabel, sedangkan jika
r
hitung (r11) rtabel maka soal tidakreliabel.
Maka untuk α = 0,05 dengan derajat kebebasan (dk)n222220
diperoleh harga rtabel = 0,444. Hasil penghitungan reliabilitas dari uji coba
instrumen pada kemampuan berpikir kritis matematis diperoleh r11 = 0,900.
Karena r11 (0,900) > rtabel (0,444) artinya instrumen soal terklasifikasi reliabel
dengan kategori sangat tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen tes
yang digunakan dinyatakan reliabel dengan kategori reliabilitas sangat tinggi.
Sedangkan hasil penghitungan reliabilitas dari uji coba instrumen pada
kemampuan pemecahan masalah matematis diperoleh r11 = 0,790. Karena r11
(0,790) > rtabel (0,444) artinya instrumen soal terklasifikasi reliabel dengan
kategori tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen tes yang digunakan
dinyatakan reliabel dengan kategori reliabilitas tinggi. Berikut ini merupakan
rekapitulasi hasil perhitungan reliabilitas pada kedua kemampuan.
Tabel 3.9 Reliabilitas Tes
Kemampuan Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah Matematis
Kemampuan
r
11 rtabel Kriteria Klasifikasi [image:34.595.113.510.678.737.2]41
Rifahana Yoga Juanda, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mood-Understand_Recall-Digest-Expand-Review (Murder) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pemecahan Masalah Matematis 0,790 0,444 Reliabel Tinggi
Hasil perhitungan uji realibilitas tersebut menggunakan Anates V4 for
windows selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B.
c. Analisis Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu sukar dan tidak terlalu
mudah. Bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal disebut
tingkat kesukaran. Penentuan tingkat kesukaran pada masing-masing butir soal
dihitung dengan menggunakan rumus:
max
B TK
S
Keterangan:
TK = Tingkat Kesukaran
B= Jumlah nilai yang didapat seluruh siswa pada b