• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI KESANTUNAN BERBAHASA SISWA PAD TUTURAN MENOLAK DALAM BERKOMUNIKASI DENGAN GURU.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI KESANTUNAN BERBAHASA SISWA PAD TUTURAN MENOLAK DALAM BERKOMUNIKASI DENGAN GURU."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK... i

Kata Pengantar ... ii

Ucapaan Terima kasih ... iii

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

1.5. Definisi Variabel …... 6

1.6. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Tindak Tutur... 9

2.2. Tindak Tutur Penolakan... 14

2.3. Strategi Penolakan ... 15

2.4. Teori Kesantunan ... 18

2.4.1. Strategi Langsung Tanpa Basa-basi (Bald on Record Strategy)………… 20

2.4.2. Strategi Kesantunan Positif (Positive Politeness Strategy) ... 21

2.4.3. Strategi Kesantunan Negatif (Negative Politeness Strategy) ... 23

2.4.4. Strategi Tidak langsung (Off Record Strategy) ... 24

2.5. Kesantunan dan Konteks ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

3.1. Desain Penelitian ... 28

3.2. Data Penelitian dan Sumber data ... 29

3.2.1. Data Penelitian ... 29

3.2.1.1. Data Tuturan ... 29

3.2.1.2. Data Triangulasi ... 30

3.2.2. Sumber Data Penelitian... 30

3.3. Instrumen Penelitian ... 32

3.4. Teknik pengumpulan Data ... 32

3.5. Teknik Analisis Data ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37

4.1. Realisasi Tuturan Penolakan Siswa Ketika Berkomunikasi dengan Guru... 37

4.1.1. Penolakan Tidak Langsung ... 38

4.1.2. Penolakan Langsung ... 55

4.2. Strategi Penolakan Siswa Terhadap Guru ... 61

(2)

4.2.2. Strategi Menyalahkan dan Mengkritik (MM) ... 65

4.2.3. Strategi Lainnya (L)... 68

4.2.4. Strategi Langsung Mengatakan Tidak (LMT) ... 72

4.2.5. Strategi Menunda Jawaban (MJ)... 74

4.2.6. Strategi Menerima Tanpa Kepastian (MTK) ... 75

4.2.7. Strategi Mempertanyakan Keabsahan Permintaan (MKP)... 77

4.2.8. Strategi Ragu-ragu dan Kurang Semangat (RKS) ... 78

4.2.9. Strategi Menyandarkan Alasan pada Pihak ketiga (MAPK) ... 80

4.2.10. Strategi Menawarkan Alternatif (MA)... 81

4.2.11. Strategi Meminta (M) ... 83

4.2.12. Kesantunan dalam Penggunaan Strategi Penolakan oleh Siswa ... 84

4.3. Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Strategi Penolakan ... 89

4.3.1. Partisipan ... 89

4.3.2.1. Mitra Tutur ... 90

4.3.2.2. Penutur... 94

4.3.2. Faktor Situasi ... 97

4.3.3.Tuturan Stimulus... 99

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 109

5.1. Kesimpulan ... 109

5.2. Saran ... 113

DAFTAR PUSTAKA ... 114

LAMPIRAN-LAMPIRAN A. Lampiran 1 Analisis Strategi Penolakan ... 117

B. Lampiran 2 Transkripsi Rekaman ... 122

C. Lampiran 3 Transkripsi Wawancara ... 137

D. Lampiran 4 Instrumen Penelitian ... 140

(3)

DAFTAR TABEL Tabel 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11 4.12 4.13 4.14 4.15 4.16 4.17 4.18 4.19 4.20 4.21 4.22 4.23 4.24 4.25 4.26 4.27 4.28 4.29 4.30 4.31 4.32 4.33 4.34 4.35 4.36

Data Tuturan Penolakan Tidak Langsung percakapan (1)... Data Tuturan Penolakan Tidak Langsung percakapan (2)... Data Tuturan Penolakan Tidak Langsung percakapan (3)... Data Tuturan Penolakan Tidak Langsung percakapan (4)... Data Tuturan Penolakan Tidak Langsung percakapan (5)... Data Tuturan Penolakan Tidak Langsung percakapan (6)... Data Tuturan Penolakan Tidak Langsung percakapan (7)... Data Tuturan Penolakan Tidak Langsung percakapan (8)... Data Tuturan Penolakan Tidak Langsung percakapan (9)... Data Tuturan Penolakan Tidak Langsung percakapan (10)... Data Tuturan Penolakan Tidak Langsung percakapan (11)... Data Tuturan Penolakan Tidak Langsung percakapan (12)... Data Tuturan Penolakan Tidak Langsung percakapan (13)... Data Tuturan Penolakan Tidak Langsung percakapan (14)... Data Tuturan Penolakan Tidak Langsung percakapan (15)... Data Tuturan Penolakan Secara Langsung... Distribusi Penggunaan Strategi Penolakan Pada Tuturan ... Data Tuturan Penolakan Dengan Strategi Memberikan Alasan dan Penjelasan (MAP)... Data Tuturan Penolakan Strategi Menyalahkan dan Mengkritik...

Data Tuturan Penolakan Strategi Lainnya...………..

[image:3.595.94.507.141.708.2]
(4)

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini berisi pendahuluan yang membahas latar belakang penelitian.

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, peneliti melakukan pembatasan

masalah dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan penelitian. Tujuan penelitian ini

dimaksudkan sebagai jawaban permasalahan yang telah dirumuskan sehingga

diperoleh manfaat dari penelitian. Definisi variabel di bab ini dimaksudkan untuk

memaparkan istilah-istilah yang akan dibahas pada pembahasan selanjutnya.

Adapun sistematika penulisan yang ada dalam bab ini dimaksudkan untuk

memberikan gambaran isi keseluruhan bagian dalam tesis ini.

1.1. Latar Belakang Masalah

Strategi kesantunan dalam komunikasi digunakan untuk lebih menghargai

orang lain maupun diri sendiri, karena tujuan dari sebuah komunikasi bukan

hanya bertukar pesan melainkan menjalin hubungan sosial. Dalam komunikasi

sehari-hari, para pelaku komunikasi tidak selalu menyampaikan tuturan dengan

cara yang santun. Hal tersebut akan berpotensi menyakiti perasaan mitra tutur.

Dalam sebuah komunikasi ada penutur dan ada mitra tutur. Keduanya

berperan sebagai pembicara dan pendengar secara bergantian. Ketika penutur

berbicara maka mitranya akan mendengarkan dan sebaliknya. Penutur atau mitra

tutur akan memberikan respons atas tuturan yang diungkapkan oleh salah satunya.

(5)

kepada mitra tutur, respons yang diungkapkan dapat berupa penerimaan atau

penolakan.

Masyarakat sekarang ini tengah asyik dengan perubahan zaman yang kian

melunturkan tradisi ketimuran yang terbatasi norma. Hal tersebut juga berdampak

pada nilai-nilai budaya kesantunan berbahasa di kalangan generasi muda.

Khususnya kalangan generasi muda yang masih berstatus pelajar. Pergaulan

pelajar atau siswa di sekolah menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

perilaku berkomunikasi. Di sekolah, siswa datang dari suku, agama, dan latar

belakang sosial yang berbeda. latar belakang budaya tersebut sedikit banyak dapat

mempengaruhi perilaku berbahasa.

Sekolah yang merupakan lembaga pendidikan, selayaknya membentuk

siswanya bersantun bahasa. Namun dari hasil observasi awal, seringkali dijumpai

siswa yang kurang memperhatikan kesantunan berbahasa ketika berkomunikasi,

bahkan ketika berkomunikasi dengan guru sekalipun. Hal ini terjadi

berulang-ulang walaupun siswa secara sadar mengetahui adanya hirarki yang jelas antara

guru dengan siswa. Inilah fenomena kebahasaan yang digunakan oleh siswa

dalam berinteraksi dengan guru di lingkungan sekolah, khususnya dalam pola

interaksi penolakan.

Idealnya, apa yang diperintahkan oleh guru siswa akan melaksanakannya.

Dari hasil obeservasi yang peneliti lakukan, penolakan yang siswa lakukan

terhadap perintah dan permintaan serta tawaran guru yang hendaknya diikuti oleh

siswa terasa semakin frontal dan siswa berani mengatakan tegas penolakannya

(6)

Tentunya, hal ini harus dikaji ulang sehingga moral anak bangsa pada generasi

muda dapat dibenahi. Setidaknya, setelah diketahui fenomena kebahasaan siswa

sebagai generasi muda dapat membuka jalan bagaimana seharusnya pendidikan

kesantunan diterapkan di sekolah.

Penelitian mengenai penggunaan strategi penolakan sudah pernah

dilakukan oleh banyak peneliti. Aziz (2002) menemukan bahwa ada perbedaan

realisasi kesantunan berbahasa yang sangat kentara di antara para responden yang

berbeda generasi, dan usia merupakan variabel yang paling menentukan realisasi

kesantunan berbahasa mereka.

Pardede (2011) mengkaji bahwa usia dan gender merupakan faktor

penentu utama keanekaragaman bahasa. Penelitiannya membahas bagaimana usia

dan gender mempengaruhi pola kesantunan berbahasa di kalangan mahasiswa

Indonesia. Hasilnya memperlihatkan bahwa penutur berusia muda lebih

cenderung menggunakan ungkapan yang lugas dan terang-terangan dengan

menggunakan strategi penolakan langsung ketika menolak permintaan mitra

tuturyang lebih muda dan sebaya. Akan tetapi ketika menolak permintaan dari

mitra tutur yang lebih tua, para penutur yang berusia muda cenderung

menggunakan strategi tak langsung. Kalaupun menggunakan strategi penolakan

langsung, disertai basa-basi, dan permohonan maaf sebagai pelembut.

Oktoprimasakti (2006) mengkaji strategi penolakan di kalangan orang

Indonesia. Penelitiannya menunjukan bahwa orang Indonesia lebih banyak

(7)

Penelitian ini berupaya melihat fenomena bahasa dari sudut pandang

bagaimana strategi berbahasa yang digunakan oleh siswa pada tuturan menolak

kepada guru yang memiliki beda usia jauh serta status sosial yang berbeda dengan

siswa yang idealnya harus dituruti dalam konteks interaksi di kelas.

Dari gejala-gejala yang disebutkan di atas, penelitian ini mengemukakan

fenomena kebahasaan yang terjadi di kalangan siswa di sebuah sekolah kejuruan

swasta di Tanjungsari. Penggunaan strategi tuturan penolakan dalam peristiwa

tuturan yang terjadi di dalam kelas menarik untuk dikaji. Untuk itu, penelitian ini

difokuskan untuk meneliti realisasi dan strategi tuturan penolakan serta faktor

yang menjadi latar belakang terbentuknya tuturan tersebut di kalangan siswa.

1.2. Rumusan Masalah

Tuturan penolakan yang menjadi objek vital dalam penelitian ini dapat

dituturkan secara langsung ataupun tidak langsung, baik secara verbal maupun

non verbal. Yang dikaji dalam penelitian ini adalah respons penolakan yang

diungkapkan secara verbal. Secara khusus, penelitian ini akan mengkaji interaksi

komunikasi antara siswa dengan guru khususnya ketika siswa menggunakan

tuturan penolakan atas apa yang diminta atau diperintahkan dan semacamnya oleh

guru.

Adapun penelitian ini berfokus pada realisasi tuturan penolakan, strategi

tuturan penolakan dan faktor yang mempengaruhi pemilihan strategi tuturan

menolak yang digunakan penutur dalam hal ini adalah siswa ketika berkomunikasi

(8)

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah penelitian di atas,

permasalahan yang akan diteliti dielaborasi ke dalam pertanyaan-pertanyaan

penelitian di bawah ini:

1. Bagaimana realisasi tuturan penolakan yang dilakukan siswa kepada guru

ketika berkomunikasi di kelas?

2. Bagaimana strategi penolakan yang dilakukan siswa kepada guru ketika

berkomunikasi di kelas?

3. Faktor apa yang melatarbelakangi penggunaan strategi penolakan oleh siswa

tersebut?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pertanyaan-pertanyaan

penelitian diatas, tujuan dari penelitian ini adalah:

1. untuk mengidentifikasi realisasi tuturan penolakan yang dilakukan siswa

ketika berkomunikasi di kelas.

2. untuk mendapatkan pola strategi penolakan yang dilakukan siswa terhadap

guru ketika berkomunikasi di kelas.

3. untuk menganalisis faktor yang melatarbelakangi penggunaan strategi

penolakan oleh siswa tersebut.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat-manfaat yang dapat diambil

(9)

1. Secara teoritis diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam

khasanah kebahasaan khususnya dalam ranah studi pragmatik serta dapat

menjadi acuan bagi penelitian-penelitian sejenis yang lain secara mendalam.

2. Secara praktis diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan

wawasan bagaimana guru dapat menyikapi siswa sebagai generasi muda dari

segi berbahasa sehingga moral generasi muda anak bangsa dapat dibenahi.

Setidaknya, setelah diketahui fenomena kebahasaan siswa sebagai generasi

muda dapat membuka jalan bagaimana seharusnya pendidikan kesantunan

diterapkan di sekolah.

1.5. Definisi Variabel

Dalam penelitian ini, variabel yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

1. Tuturan penolakan;

2. Strategi Penolakan

3. Latar Belakang Tuturan

Variabel-variabel yang disebutkan di atas merupakan inti permasalahan

dari penelitian ini. Untuk itu di bawah ini merupakan definisi istilah yang

disebutkan di atas:

1. Tuturan penolakan

Menurut Kartomihardjo (1989/1990) menolak adalah menyatakan dengan

verbal atau nonverbal untuk tidak menerima atau tidak menyetujui suatu

ajakan, tawaran, atau permintaan. Menurut Aziz, tindak tutur menolak

dipandang sebagai sebuah tuturan yang merupakan reaksi dari seorang mitra

(10)

baik itu berupa perintah biasa (commands), permintaan (requests), undangan

(invitations), atau larangan (prohibitions) (2002). Tuturan penolakan dalam

penelitian ini adalah tuturan yang digunakan oleh siswa atas tawaran, ajakan,

permintaan, dan perintah yang dituturkan guru sebagai mitra tutur di kelas.

Tuturan yang berupa kata, frase, atau kalimat penolakan

2. Strategi Penolakan

Staregi penolakan merupakan cara untuk menolak. Strategi penolakan disini

adalah strategi yang digunakan oleh guru ketika menolak permintaan

siswanya untuk melakukan atau mendapatkan sesuatu. Strategi ini berupa

formulasi ujaran. Ujaran yang digunakan adalah ujaran berbahasa Indonesia.

Penolakan dapat disampaikan dengan cara-cara seperti yang pernah

dikemukakan oleh Aziz

3. Latar belakang penggunaan strategi tuturan

Faktor penyebab digunakannya strategi penolakan oleh siswa. Faktor ini

dilihat berdasarkan jarak sosial antara penutur dan mitra tutur, besarnya

perbedaan kekuasaan dan dominasi di antara keduanya, dan tingkat imposisi

sebuah permintaan. (Brown dan Levinson, 1987)

1.6 Sistematika Penulisan

Tulisan ini terdiri atas lima bab yang memuat masing-masing paparan

mengenai pelaporan penelitian. Bab I Pendahuluan memuat latar belakang

penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi

variabel, dan sistematika penulisan. Bab II Kajian Teori memuat teori tentang

(11)

memuat teori kesantunan Brown dan Levinson (1987), serta kesantunan dan

konteks.

Bab III Metode Penelitian memuat desain penelitian, data dan sumber data

penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis

data. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan memuat realisasi tuturan

penolakan siswa ketika berkomunikasi dengan guru, strategi penolakan siswa

terhadap guru, serta fektor yang mempengaruhi penggunaan strategi penolakan.

(12)

Siti Afni Afiyani, 2012

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini dikemukakan secara berturut-turut tentang desain

penelitian, sumber data dan data penelitian, teknik pengumpula data, dan prosedur

dan teknik analisis data. Secara rinci, kelima hal tersebut dikemukakan seperti

berikut:

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan paradigma kualitatif dengan pendekatan

fenomenologi. Penelitian ini dimaksudkan untuk menghasilkan deskripsi analitis

mengenai realisasi tuturan penolakan yang digunakan oleh siswa kepada guru. Hal

ini dilakukan karena ada hal hal yang tidak didapatkan melalui pendekatan

rasionalistis (Alwasilah, 2011: 59), yaitu bagaimana strategi penolakan digunakan

oleh siswa pada peristiwa tutur tertentu.

Menurut Hegel (dalam Moustakas 1994: 26), fenomenologi mengacu pada

pengalaman sebagaimana yang muncul pada kesadaran. Fenomenologi adalah

studi tentang pengalaman yang disadari (conscious experience). Jadi peneliti yang

menggunakan paradigma fenomenologi meneliti pengalaman yang disadari dari

responden penelitiannya bukan meneliti sesuatu yang di luar responden

penelitiannya atau sesuatu di luar pengalaman sadar responden penelitiannya.

Dengan ini,penelitian mengungkap fenomena kebahasaan yang terjadi di kalangan

(13)

3.2. Data dan Sumber Data Penelitian

Pada bagian ini dibahas mengenai data dan sumber data penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini.

3.2.1. Data Penelitian

Data yang dimaksud adalah fenomena lingual khusus yang berkaitan

langsung dengan ihwal penggunaan strategi tuturan penolakan yang digunakan

oleh siswa dalam interaksi antara siswa dengan guru di dalam kelas.

Data merupakan bahan jadi penelitian (Sudaryanto,1995:9). Dalam

analisis, data diolah untuk memberikan gambaran yang jelas dari hasil penelitian.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bentuk tuturan, strategi tuturan

penolakan yang digunakan oleh siswa terhadap permintaan, perintah, gagasan

serta penawaran yang diterbitkan guru nya di kelas, serta hal yang

melatarbelakangi digunakannya strategi tuturan penolakan itu. Untuk itu

penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data tuturan dan data triangulasi.

3.2.1.1. Data Tuturan

Data tuturan dalam penelitian ini adalah korpus utama yang akan dianalisis

untuk mendapatkan pola tuturan dan strategi penolakan. Data tuturan yang

dimaksudkan dalam hal ini adalah tuturan penolakan yang digunakan siswa ketika

merespon permintaan ataupun tuturan lain yang berpotensi memunculkan jawaban

berupa penolakan dari siswa. Data primer dalam penelitian ini merupakan data

verbal.

Tentu saja data tuturan juga perlu disertai dengan konteks tuturan. Adapun

(14)

Siti Afni Afiyani, 2012

memunculkan tuturan penolakan dari siswa ketika berkomunikasi. Maka dari itu,

konteks yang dilihat di sini adalah komponen yang menjadi latar belakang sebuah

tuturan penolakan.

3.2.1.2. Data Triangulasi

Data triangulasi didapatkan guna mengajegkan interpretasi untuk

menguatkan interpretasi dalam mengungkap faktor penggunaan strategi penolakan

oleh siswa. Untuk itu, keterangan siswa mengenai latar belakang serta fungsi dan

alasan digunakannya strategi tuturan penolakan kepada guru, serta opini atau

pendapat guru sebagai mitra tutur siswa guna mendapatkan keterangan mengenai

latar belakang hubungan guru sebagai mitra tutur dan siswa sebagai penutur atas

strategi yang dipilih siswa ketika menuturkan penolakan diperlukan sebagai data

pendukung. Karena pola kesantunan berbahasa ini tidak hanya dapat dilihat dari

formulasi dan realisasi tuturan saja, latar belakang serta fungsi yang tidak

terbahasakan juga perlu dikaji sehingga pola kesantunan dapat terungkap.

3.2.2. Sumber Data Penelitian

Lincoln dan Guba (1985) dalam Alwasilah (2011:36) mengungkapkan

bahwa peneliti kualitatif taat pada ayat paradigma kualitatif yang salah satunya

adalah natural settings. Penelitian ini menggunakan kelas sebagai latar tempat

untuk memperoleh data tuturan.

Kelas merupakan wadah wacana tutur yang dianggap bersifat ilmiah

selama kegiatan belajar berlangsung. Yang dimaksud dengan kelas dalam

penelitian ini, tidak hanya terbatas pada ruangan kelas secara fisik, tetapi sebagai

(15)

Secara umum, data penelitian diperoleh di salah satu sekolah kejuruan

swasta di daerah Tanjungsari. Hal ini dilakukan karena peneliti adalah staf

pengajar di sekolah tersebut sehingga lebih memahami kultur sekolahnya. Selain

itu, menurut keterangan beberapa staf pengajar, siswa di sekolah tersebut

dipandang sebagai siswa yang memiliki tingkat pemahaman sosial yang kurang

karena dianggap cenderung mengedepankan sisi emosi mereka.

Dua kelas yang dipilih dinilai memiliki beraneka karakter siswa menurut

kebanyakan guru yang mengajar. Dua kelas dipilih dari program studi yang

berbeda. Penelitian ini menggunakan satu kelas jurusan pemasaran dan satu kelas

jurusan teknik komputer. Keduanya merupakan tingkat pertama atau kelas X

jenjang sekolah kejuruan.

Sumber data penelitian ini adalah interaksi antara guru dan siswa baik

secara formal maupun tidak formal di kelas.:

(1) Data tuturan diperoleh dari siswa kelas X jurusan pemasaran dan siswa kelas

X jurusan teknik komputer jaringan. Masing-masing kelas terdiri atas 44

siswa dan 43 siswa dengan bantuan guru Bahasa Indonesia, guru

Kewirausahaan, guru wali kelas, dan guru Olah raga.

(2) Data triangulasi diperoleh dari lima orang siswa untuk mendapatkan

konfirmasi mengenai penggunaan strategi dan seorang guru guna

mendapatkan keterangan mengenai fenomena kesantunan berbahasa di

kalangan siswa. Guru dan siswa yang dijadikan responden adalah yang

terlibat langsung dalam proses kegiatan belajar ketika percakapan yang

(16)

Siti Afni Afiyani, 2012 3.3. Instrumen Penelitian

Peneliti merupakan instrumen utama dalam penelitian ini, sesuai dengan

prinsip penelitian kualitatif yang diungkap oleh Lincoln dan Guba (1985) dalam

Alwasilah (2011:36) bahwa peneliti merupakan instrumen pengumpul data

primer. Sebagai instrumen utama, peneliti mengumpulkan, mereduksi,

menganalisis, menafsirkan data, dan menyusunnya sebagai laporan hasil

penelitian. Untuk menjaring data yang diperlukan, alat bantu ICD (IC Recorder)

dan format lain seperti pedoman observasi, panduan wawancara, serta format

analisis data terklarifikasi digunakan untuk mendapatkan data penelitian ini.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan salah satu tahapan penting dalam kegiatan

penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti memposisikan diri sebagai human

instrumen. Dilakukan beberapa teknik untuk mengumpulkan data. Adapun teknik

yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian ini adalah:

1. Teknik observasi, teknik rekam dan catat

Teknik observasi yang dilakukan adalah secara terus menerus dan observasi

yang berulang. Hal ini dilakukan selain untuk menemukan hal-hal yang konsisten,

juga dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi kriteria reliabilitas data (Basrowi,

2008:233). Melalui teknik ini peneliti menyaksikan sendiri pemahaman yang tidak

terucapkan (Awasilah, 2011:110), yakni etika siswa memberikan respon

penolakan secara non verbal yang tidak dapat terbahasakan.

Teknik observasi merupakan cara yang penting bagi peneliti untuk

(17)

antara siswa dengan guru di dalam kelas dan merekam tindak tuturan yang terjadi

antara siswa dengan guru ketika berkomunikasi di dalam kelas. Sehingga ketika

mengumpulkan data, digunakan teknik observasi, teknik rekam dan teknik catat

secara bersamaan dan berulang.

Ketika melakukan observasi pada awal penelitian, peneliti mendapatkan

pola percakapan yang sangat kaku dan terkesan seperti dibuat-buat. Bahkan dua

orang guru yang dimintai izin supaya peneliti dapat ikut terlibat secara pasif di

dalam kelas dalam proses belajar-mengajar, keberatan seluruh proses

pembelajarannya direkam. Untuk itu peneliti hanya dapat merekam proses sesi

diskusi dalam proses belajar mengajar.

2. Teknik Wawancara

Model wawancara yang dilakukan adalah wawancara tak terstruktur tetapi

berfokus. Di dalam wawancara ini pertanyaan yang diajukan tidak terstruktur akan

tetapi berfokus pada satu pokok permasalahan yang telah ditentukan. Hal ini

dilakukan untuk mendapatkan informasi lebih detail keterangan para siswa untuk

mengungkap latar belakang realisasi serta strategi penolakan yang mereka

gunakan.

3.5.Teknik Analisis Data

Fokus penelitian ini adalah strategi menolak yang dilakukan oleh siswa,

maka data tuturan penolakan yang digunakan oleh guru tidak disertakan sebagai

data. Pada tahap ini, peneliti melakukan analisis terhadap data tuturan dan data

(18)

Siti Afni Afiyani, 2012

Analisis data ditampilkan dengan landasan teori yang dipaparkan pada

Bab II. Data tuturan penolakan dibagi menjadi dua kategori, yaitu penolakan

langsung dan penolakan tidak langsung. Adapun strategi penolakan berdasarkan

data yang dipeoleh diadaptasi dari strategi penolakan yang dikemukakan oleh

Aziz (2002), dan Oktoprimasakti (2006). Lalu dengan menggunakan triangulasi

diperoleh faktor yang melatarbelakangi digunakannya strategi tindak tuturan

penolakan tersebut.

Langkah-langkah analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

disesuaikan dengan jenis data sebagai berikut:

1. Data tuturan

Data yang berupa tuturan, setelah ditranskripsi menjadi naskah

percakapan, kemudian dikategorisasi menurut jenis tindak tutur. Dari jenis tindak

tutur tersebut, akan diketahui bentuk tuturan penolakan yang digunakan siswa

apakah bentuk langsung atau tidak langsung.

Pada tuturan jika terdapat negator terhadap tuturan yang berupa stimulan,

data kemudian dikategorikan sebagai bentuk tuturan penolakan langsung. Jika

tidak terdapat negator tetapi jika dipahami maknanya menuturkan penolakan, data

dikategorikan sebagai bentuk penolakan tidak langsung. Lalu data dimaknai dari

makna ilokusi yang terkandung dalam tuturan tersebut, kemudian diperoleh cara

atau strategi menolak yang digunakan siswa. Dari strategi yang digunakan serta

menghubungkannya dengan konteks atau situasi tutur yang tergambar ketika

observasi, peneliti memperoleh gambaran mengenai latar belakang penggunaan

(19)

2. Data Triangulasi

Data triangulasi diinterpretasi sehingga konteks dan maksud tuturan

penolakan dapat dipahami dengan mensinergiskannya dengan keterangan para

siswa dan guru. Secara detail penganalisisan data dilakukan untuk mendapatkan

tujuan penelitian sebagai berikut:

1. untuk mendapatkan realisasi penolakan yang dilakukan siswa terhadap guru,

data tuturan dikategorisasi menurut tindak tutur Searle (1975), Aziz (2003),

dan Wijana (1996). Secara umum bentuk penolakan diklasifikasi menjadi dua

macam, yaitu bentuk langsung dan tidak langsung. Digunakan analisis ilokusi

(Searle, 1975) karena di dalam ilokusi terdapat daya ujaran (maksud dan

fungsi tuturan) untuk mengidentifikasi strategi tuturan penolakan siswa

terhadap guru.

2. untuk mendapatkan pola strategi penolakan yang digunakan siswa, penulis

mengadaptasi startegi penolakan yang dikemukakan oleh Aziz (2000) dan

Oktoprimasakti (2006) yang paparannya telah disampaikan pada bab II.

Adapun strategi yang relevan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

langsung mengatakan tidak (LMT), ragu-ragu dan kurang semangat (RKS),

menawarkan alternatif (MA), menunda jawaban (MJ), menyandarkan alasan

pada pihak ketiga (MAPK), memberikan alasan dan penjelasan (MAP),

menyalahkan dan mengkritik (MM), menerima tanpa kepastian (MTK),

mempertanyakan keabsahan permintaan (MKP), meminta (M), dan

(20)

Siti Afni Afiyani, 2012

Oktoprimasakti (2006) adalah pertikel yang digunakan untuk

mengekspresikan kekecewaan, protes atau keterkejutan.

Masing-masing tuturan dianalisis berdasarkan pada head act atau ungkapan

pembawa maksud (UPM), dan supporting atau bagian pendukung sebagai

penjelas maksud tuturan (PMT). PMT ini dipahami sebagai tuturan tambahan

yang muncul sebelum dan sesudah tuturan. Dengan cara seperti itu, diketahui

pola strategi tuturan penolakan yang digunakan. Karena dalam satu tuturan

penolakan, didapatkan beberapa strategi digunakan sekaligus.

Setelah diklasifikasi, strategi penolakan tersebut kemudian disandingkan

dengan strategi kesantunan yang diungkapkan oleh Brown dan Levinson

(1987). Sehingga didapatkan pola strategi kesantunan yang digunakan oleh

siswa ketika menolak. Strategi kesantunan tersebut meliputi strategi langsung

tanpa basa-basi (bald on record strategy), strategi kesantunan positif (positive

politeness strategy), strategi kesantunan negatif (negative politeness

strategy), strategi tidak langsung (off record).

3. untuk menganalisis latar belakang penggunaan strategi berbahasa pada

tuturan menolak yang digunakan siswa pada interaksi dikelas, data yang

diperoleh dari hasil wawancara yaitu berupa keterangan, pendapat serta

pengakuan yang didapat dari responden dianalisis dengan teori Brown dan

Levinson tentang faktor yang mempengaruhi pemilihan strategi tuturan

(1987:71) seperti jarak sosial, besarnya perbedaan kekuasaan dan tingkat

imposisi (Brown dan Levinson, 1987) dan disandingkan dengan teori Aziz

(21)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Penelitian ini mengkaji realisasi dan strategi penolakan siswa terhadap

permintaan guru dalam interaksi di kelas. Temuan serta pembahasan penelitian

yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya melahirkan kesimpulan yang pada

akhirnya menjadi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian ini.

5.1. Kesimpulan

Bagian kesimpulan ini terdiri atas realisasi penolakan yang digunakan oleh

siswa sebagai respons atas permintaan dan penawaran guru ketika berkomunikasi

di kelas, streategi yang digunakan, serta faktor yang mempengaruhi digunakannya

strategi tuturan penolakan oleh siswa. Berdasarkan analisis data yang disajikan di

bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Tuturan penolakan yang digunakan siswa kepada guru ketika berkomunikasi

direalisasikan secara langsung dan tidak langsung. Sebanyak 88,75% tuturan

penolakan yang digunakan siswa terhadap guru direalisasikan secara tidak

langsung, dan 11,25% lainnya direalisasikan secara langsung.

Secara langsung, realisasi tuturan penolakan yang dituturkan siswa adalah

dengan cara langsung, tanpa basa-basi mengatakan tidak, ngga dan

sejenisnya. Siswa juga menggunakan bentuk halus dari kata tidak seperti

nggak mau, nggak bisa, dan tidak bisa. Pengungkapan penolakan secara

langsung dengan mengatakan tidak juga diikuti beberapa tuturan lain untuk

(22)

mengungkapkan penolakannya, siswa memilih untuk menggunakan alasan,

melibatkan orang pihak ketiga, menyalahkan mitra tutur, meminta maaf,

meragukan dan mempertanyakan isi permintaan, menunda jawaban,

mengajukan pilihan dan meminta, menunjukkan ketidakpastian, dan

menggunakan ekspresi protes, terkejut

Secara keseluruhan tuturan penolakan secara tidak langsung itu pada intinya

menyampaikan penolakan. Jawaban dipandang sebagai ungkapan penolakan

secara langsung apabila terdapat terdapat kata tidak atau yang sejenisnya. Dan

respons dianggap sebagai ungkapan penolakan secara tidak langsung apabila

pada jawaban tersebut tidak terdapat kata tidak atau sejenisnya.

2. Strategi penolakan yang ditemukan pada penelitian ini adalah strategi

menggunakan alasan dan penjelasan (MAP) sebanyak 23,85%), strategi

menyalahkan dan mengkritik (MM) sebanyak 12,84%, strategi langsung

mengatakan tidak (LMT) sebanyak 8,26%, strategi menunja jawaban (MJ)

sebanyak 8,26%, strategi menerima tanpa kepastian (MTK) sebanyak 7,34%,

strategi mempertanyakan keabsahan permintaan (MKP) sebanyak 7,34%, ,

strategi ragu-ragu dan kurang semangat (RKS) sebanyak 6,42%, strategi

menyandarkan alasan pada pihak ketiga (MAPK) sebanyak 6,42%, strategi

menawarkan alternatif (MA) sebanyak 4,59%, strategi meminta (M) sebanyak

3,67%, dan penggunaan ekspresi yang menunjukan keberatan, protes,

keterkejutan serta penggunaan ungkapan melempar tanggung jawab yang

dikategorikan sebagai strategi lain sebanyak 11,01%. Masing-masing strategi

(23)

Pada beberapa tuturan, siswa tidak hanya menggunaka satu strategi saja,

tetapi dua strategi atau lebih dan terdapat penggunaan ungkapan permintaan

maaf. Adapun strategi penolakan siswa menurut Brown dan Levinson (1987)

adalah strategi langsung mengatakan tidak (LMT), menggunakan ekspresi

kecewa, terkejut, dan protes (L) sebagai strategi bald-on record, strategi

kesantunan positif meliputi strategi menunda jawaban (MJ), strategi

menerima tanpa kepastian (MTK), strategi menawarkan alternatif (MA),dan

strategi meminta (M); Strategi kesantunan negatif yang memuat penggunaan

ungkapan permintaan maaf sebagai pengantar maksud tuturan; dan strategi

off-record yang meliputi strategi menggunakan alasan dan penjelasan (MAP),

strategi menyalahkan dan mengkritik (MM), strategi mempertanyakan

keabsahan permintaan (MKP), strategi ragu-ragu dan kurang semangat

(RKS), dan strategi menyandarkan alasan pada pihak ketiga (MAPK)

3. Dalam pemilihan strategi penolakan, siswa sangat dipengaruhi oleh

faktor-faktor di bawah ini:

a. Partisipan

(1) Keakraban. Semakin akrab siswa dengan guru maka semakin

langsung strategi tuturan,

(2) Faktor mitra tutur. Siswa lebih berani menggunakan strategi bald-on

record jika mitra tutur atau guru yang dihadapinya dianggap tidak

begitu berpengaruh kepada siswa (powerless), dan sebaliknya siswa

akan menggunakan strategi kesantuann negatif jika berhadapan

(24)

berpengaruh pada formulasi tuturan yang dihasilkan. Ketika siswa

merasa terancam oleh perintah atau permintaan guru, semakin spontan

siswa menggunakan strategi langsung tanpa basa-basi.

b. Situasi. Tingkat pembebanan permintaan ditinjau dari sisi muatan

permintaan yang dibebankan kepada siswa

c. Faktor Stimulus. Formulasi ujaran direktif guru sebagai pembebanan

permintaan yang diajukan kepada siswa.

Secara umum penelitian ini menemukan bahwa masih adanya strategi

kesantuanan dari tuturan penolakan yang diungkapkan oleh siswa dari segi pola

tuturan. Terlihat dari bentuk tuturan tidak langsung yang mendominasi realisasi

tuturan penolakan yang digunakan. Selain itu adanya pola kombinasi beberapa

strategi dalam satu tuturan penolakan. Sehingga, ketika siswa menggunakan

tuturan penolakan bald on record sekalipun kesantunan masih dapat terlihat

dengan digunakannya strategi lain sebagai penyerta pada tuturan penolakan yang

dinyatakan secara baldly.

Hanya saja bahasa serta cara pengungkapan penolakan dirasa masih tidak

santun. Fenomena kesantunan berbahasa yang terjadi di sekolah kejuruan swasta

di Tanjungsari menunjukan bahwa pada saat tertentu siswa telah menanggalkan

nilai kesantunan sebagai akibat dari pergeseran nilai di tengah masyarakat. Siswa

telah berani menyatakan keberatannya dengan menolak secara langsung perintah,

permintaan serta tawaran yang diajukan oleh guru di sekolah tanpa rasa segan atau

setidaknya menggunakan permintaan maaf atas ketidakmampuannya memenuhi

(25)

5.3. Saran

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, peneliti memberikan saran

serta rekomendasi sebagai berikut:

1. Penelitian ini menemukan adanya pola strategi penolakan siswa yang

bervariasi bergantung pada faktor yang melatarbelakangi pemilihan

strategi tersebut. Salah satunya adalah keterlibatan guru sebagai penyebab

pemilihan strategi kesantunan yang terkesan frontal. Sehingga untuk

pendidik atau guru, hendaknya mampu memilih pola tuturan direktif agar

siswa memberikan respons positif ataupun jika harus menolak, siswa akan

menggunakan strategi kesantunan yang off record.

2. Penelitian ini hanya meneliti realisasi, strategi, dan faktor yang

mempengaruhi digunakannya strategi penolakan oleh siswa secara

keseluruhan kepada guru. Adapun variabel lain seperti jender, latar

belakang siswa serta ragam bahasa tidak diangkat dalam penelitian ini.

Sangat direkomendasikan untuk penelitian selanjutnya untuk meneliti

variabel-variabel tersebut agar hasil penelitian menjadi lebih signifikan

untuk mengungkap fenomena kebahasaan yang terjadi di kalangan

generasi muda, khususnya dalam realisasi tuturan penolakan yang

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A. Chaedar. 2011. Pokoknya Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya

Austin, J.L. 1962. How To Do Things With Words. Oxford: Clarendon Press.

Aziz, E. Aminudin. 1996. The Language of Refusals in Sundanese Community: a Workplace Case. MA Thesis yang tidak diterbitkan. Australia: Departement of Linguistics, Monash University.

Aziz, E. A. 2000. Usia, Jenis Kelamin, dan Masalah Kesantunan dalam Berbahasa Indonesia. Dalam A. Chaedar Alwasilah & Khalid A. Harras (eds). Prosiding Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA) III. Bandung: Andira.

Aziz, E. A. 2002. Usia dan relasi Kesantunan Berbahasa: Sebuah Studi Pragmatik pada Para Penutur Bahasa Indonesia. Disajikan dalam Pelba 16. Diselenggarakan oleh Pusat Kajian Bahasa dan Budaya Unika Atmajaya, Jakarta.

Aziz, E. A. 2008. Horison Baru Teori Kesantunan Berbahasa: Membingkai yang Terserak, Menggugat yang Semu, Menuju Universalisme yang Hakiki. Pidato Pengukuhan Drs. E. Aminudin Aziz, M.A., Ph. D sebagai Guru Besar dalam Bidang Linguistik pada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia, 21 Oktober 2008. Bandung.

Aziz, E. Aminudin. 2012. Realisasi Tindak Tutur Menolak dalam Masyarakat Indonesia: Kajian dari Perspektif Kesantunan Bahasa. http://aminudin.staf.upi.edu/2012/02/17/realisasi-tindak-tutur-menolak-dalam-masyarakat-indonesia-kajian-dari-perspektif-kesantunan-bahasa/ diakses pada tanggal 17 April 2012 pukul 13.50.

Basrowi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Brown, P & S.C. Levinson. 1987. Politeness: Some Universals In Language Usage. Cambridge: Cambridge University Press.

Djajasudarma, T. Fatimah. 1991. Wacana ke Arah Pemahaman Teks. Bandung: Program Pascasarjana UNPAD.

(27)

Goffman, E. 1967. Interaction Ritual. Garden City, NY: Doubleday.

Kartomihardjo, Soeseno. 1988. Bahasa Cermin Kehidupan Masyarakat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi

Meldawati. 2011. Analisis Bentuk Tindak Tutur (Speech Act)

Berdasarkan Konteks. Blog diakses pada 18 Nopember 2011 jam 10.20 dari http://meldawatifirman.wordpress.com/2011/01/15/analisis-bentuk-tindak-tutur-speech-act-berdasarkan-konteks/

Moleong. J.L. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Moustakas, Clark. 1994. Phenomenological Research Methods. California: SAGE Publications

Nadar, FX. 2009. Pragmatik & Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Nadar, Franciscus Xaverius. 2006. Penolakan dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia (Kajian Pragmatik tentang Realisasi Strategi Kesopanan Berbahasa). Disertasi tidak dipublikasikan..

Nasution, Khairina. 2008. Tindak Tutur dan Kesantunan dalam Bahasa Mandailing. Dalam Jurnal Ilmiah Ilmu Bahasa, 1 :77-89. Universitas Sumatera Utara.

Nazir, Mohammad. 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia,

Poedjosoedarmo, Soepomo. 1985. ‘Komponen Tutur’. Dalam Perkembangan

Linguistik di Indonesia. Penyunting Soenjono Dardjowidjojo. Jakarta: Arcan.

Rahardi, Kunjana, 2005. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga

Rustono. 1999. Pokok-Pokok Pragmatik. Semarang: IKIP Semarang Press.

Sauri, Sofyan. (2002). Pengembangan Strategi Pendidikan berbahasa Santun di Sekolah. Disertasi belum terbit. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Searle, John. R. (1969). Speech Act: An Essay on the Philosophy of Language. New York: Cambridge University Press.

(28)

Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran pragmatik. Bandung: Angkasa.

Wijana, Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset.

Yanti, Yusrita. 2001. Tindak Tutur Maaf di Dalam Bahasa Indonesia di Kalangan Penutur Minang Kabau. Jurnal Ilmiah Masyarakat Linguistik Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor

Gambar

Tabel  4.1 Data Tuturan Penolakan Tidak Langsung percakapan (1)................

Referensi

Dokumen terkait

Setelah melakukan analisis terhadap hasil simulasi dan hasil pengukuran antena monopole array, maka diperoleh material radiator antena monopole terbuat dari stainless steel

Medical Center ITS (MC ITS) merupakan klinik yang dimiliki oleh Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Medical Center ITS melayani pasien dari civitas akademik ITS dan

untuk mengembangkan produk atau komoditas unggulan dari daerah yang.. memiliki potensi sumberdaya alam yang memiliki

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa kesulitan siswa dalam menjawab soal pemahaman matematis yaitu: 1) Kurangnya pemahaman siswa pada

Selain itu nilai probabilitas t 0,923 (prob t > 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa variabel kehadiran anak 0-14 tahun secara statistik berpengaruh tidak signifikan

Secara teoretis infrastruktur pelayanan air bersih merupakan variabel yang berperan penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi,;semakin baik akses pemenuhan kebutuhan air

Adapun tujuan khususnya adalah untuk: (1) menggambarkan karakteristik keluarga, dukungan sosial, akses informasi, keberfungsian keluarga AGIL dan kese- jahteraan keluarga;

Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui