DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK... i
Kata Pengantar ... ii
Ucapaan Terima kasih ... iii
Daftar Isi ... vi
Daftar Tabel ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 4
1.3. Tujuan Penelitian ... 5
1.4. Manfaat Penelitian ... 5
1.5. Definisi Variabel …... 6
1.6. Sistematika Penulisan ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1. Tindak Tutur... 9
2.2. Tindak Tutur Penolakan... 14
2.3. Strategi Penolakan ... 15
2.4. Teori Kesantunan ... 18
2.4.1. Strategi Langsung Tanpa Basa-basi (Bald on Record Strategy)………… 20
2.4.2. Strategi Kesantunan Positif (Positive Politeness Strategy) ... 21
2.4.3. Strategi Kesantunan Negatif (Negative Politeness Strategy) ... 23
2.4.4. Strategi Tidak langsung (Off Record Strategy) ... 24
2.5. Kesantunan dan Konteks ... 25
BAB III METODE PENELITIAN ... 28
3.1. Desain Penelitian ... 28
3.2. Data Penelitian dan Sumber data ... 29
3.2.1. Data Penelitian ... 29
3.2.1.1. Data Tuturan ... 29
3.2.1.2. Data Triangulasi ... 30
3.2.2. Sumber Data Penelitian... 30
3.3. Instrumen Penelitian ... 32
3.4. Teknik pengumpulan Data ... 32
3.5. Teknik Analisis Data ... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37
4.1. Realisasi Tuturan Penolakan Siswa Ketika Berkomunikasi dengan Guru... 37
4.1.1. Penolakan Tidak Langsung ... 38
4.1.2. Penolakan Langsung ... 55
4.2. Strategi Penolakan Siswa Terhadap Guru ... 61
4.2.2. Strategi Menyalahkan dan Mengkritik (MM) ... 65
4.2.3. Strategi Lainnya (L)... 68
4.2.4. Strategi Langsung Mengatakan Tidak (LMT) ... 72
4.2.5. Strategi Menunda Jawaban (MJ)... 74
4.2.6. Strategi Menerima Tanpa Kepastian (MTK) ... 75
4.2.7. Strategi Mempertanyakan Keabsahan Permintaan (MKP)... 77
4.2.8. Strategi Ragu-ragu dan Kurang Semangat (RKS) ... 78
4.2.9. Strategi Menyandarkan Alasan pada Pihak ketiga (MAPK) ... 80
4.2.10. Strategi Menawarkan Alternatif (MA)... 81
4.2.11. Strategi Meminta (M) ... 83
4.2.12. Kesantunan dalam Penggunaan Strategi Penolakan oleh Siswa ... 84
4.3. Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Strategi Penolakan ... 89
4.3.1. Partisipan ... 89
4.3.2.1. Mitra Tutur ... 90
4.3.2.2. Penutur... 94
4.3.2. Faktor Situasi ... 97
4.3.3.Tuturan Stimulus... 99
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 109
5.1. Kesimpulan ... 109
5.2. Saran ... 113
DAFTAR PUSTAKA ... 114
LAMPIRAN-LAMPIRAN A. Lampiran 1 Analisis Strategi Penolakan ... 117
B. Lampiran 2 Transkripsi Rekaman ... 122
C. Lampiran 3 Transkripsi Wawancara ... 137
D. Lampiran 4 Instrumen Penelitian ... 140
DAFTAR TABEL Tabel 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11 4.12 4.13 4.14 4.15 4.16 4.17 4.18 4.19 4.20 4.21 4.22 4.23 4.24 4.25 4.26 4.27 4.28 4.29 4.30 4.31 4.32 4.33 4.34 4.35 4.36
Data Tuturan Penolakan Tidak Langsung percakapan (1)... Data Tuturan Penolakan Tidak Langsung percakapan (2)... Data Tuturan Penolakan Tidak Langsung percakapan (3)... Data Tuturan Penolakan Tidak Langsung percakapan (4)... Data Tuturan Penolakan Tidak Langsung percakapan (5)... Data Tuturan Penolakan Tidak Langsung percakapan (6)... Data Tuturan Penolakan Tidak Langsung percakapan (7)... Data Tuturan Penolakan Tidak Langsung percakapan (8)... Data Tuturan Penolakan Tidak Langsung percakapan (9)... Data Tuturan Penolakan Tidak Langsung percakapan (10)... Data Tuturan Penolakan Tidak Langsung percakapan (11)... Data Tuturan Penolakan Tidak Langsung percakapan (12)... Data Tuturan Penolakan Tidak Langsung percakapan (13)... Data Tuturan Penolakan Tidak Langsung percakapan (14)... Data Tuturan Penolakan Tidak Langsung percakapan (15)... Data Tuturan Penolakan Secara Langsung... Distribusi Penggunaan Strategi Penolakan Pada Tuturan ... Data Tuturan Penolakan Dengan Strategi Memberikan Alasan dan Penjelasan (MAP)... Data Tuturan Penolakan Strategi Menyalahkan dan Mengkritik...
Data Tuturan Penolakan Strategi Lainnya...………..
[image:3.595.94.507.141.708.2]BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini berisi pendahuluan yang membahas latar belakang penelitian.
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, peneliti melakukan pembatasan
masalah dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan penelitian. Tujuan penelitian ini
dimaksudkan sebagai jawaban permasalahan yang telah dirumuskan sehingga
diperoleh manfaat dari penelitian. Definisi variabel di bab ini dimaksudkan untuk
memaparkan istilah-istilah yang akan dibahas pada pembahasan selanjutnya.
Adapun sistematika penulisan yang ada dalam bab ini dimaksudkan untuk
memberikan gambaran isi keseluruhan bagian dalam tesis ini.
1.1. Latar Belakang Masalah
Strategi kesantunan dalam komunikasi digunakan untuk lebih menghargai
orang lain maupun diri sendiri, karena tujuan dari sebuah komunikasi bukan
hanya bertukar pesan melainkan menjalin hubungan sosial. Dalam komunikasi
sehari-hari, para pelaku komunikasi tidak selalu menyampaikan tuturan dengan
cara yang santun. Hal tersebut akan berpotensi menyakiti perasaan mitra tutur.
Dalam sebuah komunikasi ada penutur dan ada mitra tutur. Keduanya
berperan sebagai pembicara dan pendengar secara bergantian. Ketika penutur
berbicara maka mitranya akan mendengarkan dan sebaliknya. Penutur atau mitra
tutur akan memberikan respons atas tuturan yang diungkapkan oleh salah satunya.
kepada mitra tutur, respons yang diungkapkan dapat berupa penerimaan atau
penolakan.
Masyarakat sekarang ini tengah asyik dengan perubahan zaman yang kian
melunturkan tradisi ketimuran yang terbatasi norma. Hal tersebut juga berdampak
pada nilai-nilai budaya kesantunan berbahasa di kalangan generasi muda.
Khususnya kalangan generasi muda yang masih berstatus pelajar. Pergaulan
pelajar atau siswa di sekolah menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
perilaku berkomunikasi. Di sekolah, siswa datang dari suku, agama, dan latar
belakang sosial yang berbeda. latar belakang budaya tersebut sedikit banyak dapat
mempengaruhi perilaku berbahasa.
Sekolah yang merupakan lembaga pendidikan, selayaknya membentuk
siswanya bersantun bahasa. Namun dari hasil observasi awal, seringkali dijumpai
siswa yang kurang memperhatikan kesantunan berbahasa ketika berkomunikasi,
bahkan ketika berkomunikasi dengan guru sekalipun. Hal ini terjadi
berulang-ulang walaupun siswa secara sadar mengetahui adanya hirarki yang jelas antara
guru dengan siswa. Inilah fenomena kebahasaan yang digunakan oleh siswa
dalam berinteraksi dengan guru di lingkungan sekolah, khususnya dalam pola
interaksi penolakan.
Idealnya, apa yang diperintahkan oleh guru siswa akan melaksanakannya.
Dari hasil obeservasi yang peneliti lakukan, penolakan yang siswa lakukan
terhadap perintah dan permintaan serta tawaran guru yang hendaknya diikuti oleh
siswa terasa semakin frontal dan siswa berani mengatakan tegas penolakannya
Tentunya, hal ini harus dikaji ulang sehingga moral anak bangsa pada generasi
muda dapat dibenahi. Setidaknya, setelah diketahui fenomena kebahasaan siswa
sebagai generasi muda dapat membuka jalan bagaimana seharusnya pendidikan
kesantunan diterapkan di sekolah.
Penelitian mengenai penggunaan strategi penolakan sudah pernah
dilakukan oleh banyak peneliti. Aziz (2002) menemukan bahwa ada perbedaan
realisasi kesantunan berbahasa yang sangat kentara di antara para responden yang
berbeda generasi, dan usia merupakan variabel yang paling menentukan realisasi
kesantunan berbahasa mereka.
Pardede (2011) mengkaji bahwa usia dan gender merupakan faktor
penentu utama keanekaragaman bahasa. Penelitiannya membahas bagaimana usia
dan gender mempengaruhi pola kesantunan berbahasa di kalangan mahasiswa
Indonesia. Hasilnya memperlihatkan bahwa penutur berusia muda lebih
cenderung menggunakan ungkapan yang lugas dan terang-terangan dengan
menggunakan strategi penolakan langsung ketika menolak permintaan mitra
tuturyang lebih muda dan sebaya. Akan tetapi ketika menolak permintaan dari
mitra tutur yang lebih tua, para penutur yang berusia muda cenderung
menggunakan strategi tak langsung. Kalaupun menggunakan strategi penolakan
langsung, disertai basa-basi, dan permohonan maaf sebagai pelembut.
Oktoprimasakti (2006) mengkaji strategi penolakan di kalangan orang
Indonesia. Penelitiannya menunjukan bahwa orang Indonesia lebih banyak
Penelitian ini berupaya melihat fenomena bahasa dari sudut pandang
bagaimana strategi berbahasa yang digunakan oleh siswa pada tuturan menolak
kepada guru yang memiliki beda usia jauh serta status sosial yang berbeda dengan
siswa yang idealnya harus dituruti dalam konteks interaksi di kelas.
Dari gejala-gejala yang disebutkan di atas, penelitian ini mengemukakan
fenomena kebahasaan yang terjadi di kalangan siswa di sebuah sekolah kejuruan
swasta di Tanjungsari. Penggunaan strategi tuturan penolakan dalam peristiwa
tuturan yang terjadi di dalam kelas menarik untuk dikaji. Untuk itu, penelitian ini
difokuskan untuk meneliti realisasi dan strategi tuturan penolakan serta faktor
yang menjadi latar belakang terbentuknya tuturan tersebut di kalangan siswa.
1.2. Rumusan Masalah
Tuturan penolakan yang menjadi objek vital dalam penelitian ini dapat
dituturkan secara langsung ataupun tidak langsung, baik secara verbal maupun
non verbal. Yang dikaji dalam penelitian ini adalah respons penolakan yang
diungkapkan secara verbal. Secara khusus, penelitian ini akan mengkaji interaksi
komunikasi antara siswa dengan guru khususnya ketika siswa menggunakan
tuturan penolakan atas apa yang diminta atau diperintahkan dan semacamnya oleh
guru.
Adapun penelitian ini berfokus pada realisasi tuturan penolakan, strategi
tuturan penolakan dan faktor yang mempengaruhi pemilihan strategi tuturan
menolak yang digunakan penutur dalam hal ini adalah siswa ketika berkomunikasi
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah penelitian di atas,
permasalahan yang akan diteliti dielaborasi ke dalam pertanyaan-pertanyaan
penelitian di bawah ini:
1. Bagaimana realisasi tuturan penolakan yang dilakukan siswa kepada guru
ketika berkomunikasi di kelas?
2. Bagaimana strategi penolakan yang dilakukan siswa kepada guru ketika
berkomunikasi di kelas?
3. Faktor apa yang melatarbelakangi penggunaan strategi penolakan oleh siswa
tersebut?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pertanyaan-pertanyaan
penelitian diatas, tujuan dari penelitian ini adalah:
1. untuk mengidentifikasi realisasi tuturan penolakan yang dilakukan siswa
ketika berkomunikasi di kelas.
2. untuk mendapatkan pola strategi penolakan yang dilakukan siswa terhadap
guru ketika berkomunikasi di kelas.
3. untuk menganalisis faktor yang melatarbelakangi penggunaan strategi
penolakan oleh siswa tersebut.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat-manfaat yang dapat diambil
1. Secara teoritis diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam
khasanah kebahasaan khususnya dalam ranah studi pragmatik serta dapat
menjadi acuan bagi penelitian-penelitian sejenis yang lain secara mendalam.
2. Secara praktis diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan
wawasan bagaimana guru dapat menyikapi siswa sebagai generasi muda dari
segi berbahasa sehingga moral generasi muda anak bangsa dapat dibenahi.
Setidaknya, setelah diketahui fenomena kebahasaan siswa sebagai generasi
muda dapat membuka jalan bagaimana seharusnya pendidikan kesantunan
diterapkan di sekolah.
1.5. Definisi Variabel
Dalam penelitian ini, variabel yang akan diteliti adalah sebagai berikut:
1. Tuturan penolakan;
2. Strategi Penolakan
3. Latar Belakang Tuturan
Variabel-variabel yang disebutkan di atas merupakan inti permasalahan
dari penelitian ini. Untuk itu di bawah ini merupakan definisi istilah yang
disebutkan di atas:
1. Tuturan penolakan
Menurut Kartomihardjo (1989/1990) menolak adalah menyatakan dengan
verbal atau nonverbal untuk tidak menerima atau tidak menyetujui suatu
ajakan, tawaran, atau permintaan. Menurut Aziz, tindak tutur menolak
dipandang sebagai sebuah tuturan yang merupakan reaksi dari seorang mitra
baik itu berupa perintah biasa (commands), permintaan (requests), undangan
(invitations), atau larangan (prohibitions) (2002). Tuturan penolakan dalam
penelitian ini adalah tuturan yang digunakan oleh siswa atas tawaran, ajakan,
permintaan, dan perintah yang dituturkan guru sebagai mitra tutur di kelas.
Tuturan yang berupa kata, frase, atau kalimat penolakan
2. Strategi Penolakan
Staregi penolakan merupakan cara untuk menolak. Strategi penolakan disini
adalah strategi yang digunakan oleh guru ketika menolak permintaan
siswanya untuk melakukan atau mendapatkan sesuatu. Strategi ini berupa
formulasi ujaran. Ujaran yang digunakan adalah ujaran berbahasa Indonesia.
Penolakan dapat disampaikan dengan cara-cara seperti yang pernah
dikemukakan oleh Aziz
3. Latar belakang penggunaan strategi tuturan
Faktor penyebab digunakannya strategi penolakan oleh siswa. Faktor ini
dilihat berdasarkan jarak sosial antara penutur dan mitra tutur, besarnya
perbedaan kekuasaan dan dominasi di antara keduanya, dan tingkat imposisi
sebuah permintaan. (Brown dan Levinson, 1987)
1.6 Sistematika Penulisan
Tulisan ini terdiri atas lima bab yang memuat masing-masing paparan
mengenai pelaporan penelitian. Bab I Pendahuluan memuat latar belakang
penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi
variabel, dan sistematika penulisan. Bab II Kajian Teori memuat teori tentang
memuat teori kesantunan Brown dan Levinson (1987), serta kesantunan dan
konteks.
Bab III Metode Penelitian memuat desain penelitian, data dan sumber data
penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis
data. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan memuat realisasi tuturan
penolakan siswa ketika berkomunikasi dengan guru, strategi penolakan siswa
terhadap guru, serta fektor yang mempengaruhi penggunaan strategi penolakan.
Siti Afni Afiyani, 2012
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini dikemukakan secara berturut-turut tentang desain
penelitian, sumber data dan data penelitian, teknik pengumpula data, dan prosedur
dan teknik analisis data. Secara rinci, kelima hal tersebut dikemukakan seperti
berikut:
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan paradigma kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi. Penelitian ini dimaksudkan untuk menghasilkan deskripsi analitis
mengenai realisasi tuturan penolakan yang digunakan oleh siswa kepada guru. Hal
ini dilakukan karena ada hal hal yang tidak didapatkan melalui pendekatan
rasionalistis (Alwasilah, 2011: 59), yaitu bagaimana strategi penolakan digunakan
oleh siswa pada peristiwa tutur tertentu.
Menurut Hegel (dalam Moustakas 1994: 26), fenomenologi mengacu pada
pengalaman sebagaimana yang muncul pada kesadaran. Fenomenologi adalah
studi tentang pengalaman yang disadari (conscious experience). Jadi peneliti yang
menggunakan paradigma fenomenologi meneliti pengalaman yang disadari dari
responden penelitiannya bukan meneliti sesuatu yang di luar responden
penelitiannya atau sesuatu di luar pengalaman sadar responden penelitiannya.
Dengan ini,penelitian mengungkap fenomena kebahasaan yang terjadi di kalangan
3.2. Data dan Sumber Data Penelitian
Pada bagian ini dibahas mengenai data dan sumber data penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini.
3.2.1. Data Penelitian
Data yang dimaksud adalah fenomena lingual khusus yang berkaitan
langsung dengan ihwal penggunaan strategi tuturan penolakan yang digunakan
oleh siswa dalam interaksi antara siswa dengan guru di dalam kelas.
Data merupakan bahan jadi penelitian (Sudaryanto,1995:9). Dalam
analisis, data diolah untuk memberikan gambaran yang jelas dari hasil penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bentuk tuturan, strategi tuturan
penolakan yang digunakan oleh siswa terhadap permintaan, perintah, gagasan
serta penawaran yang diterbitkan guru nya di kelas, serta hal yang
melatarbelakangi digunakannya strategi tuturan penolakan itu. Untuk itu
penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data tuturan dan data triangulasi.
3.2.1.1. Data Tuturan
Data tuturan dalam penelitian ini adalah korpus utama yang akan dianalisis
untuk mendapatkan pola tuturan dan strategi penolakan. Data tuturan yang
dimaksudkan dalam hal ini adalah tuturan penolakan yang digunakan siswa ketika
merespon permintaan ataupun tuturan lain yang berpotensi memunculkan jawaban
berupa penolakan dari siswa. Data primer dalam penelitian ini merupakan data
verbal.
Tentu saja data tuturan juga perlu disertai dengan konteks tuturan. Adapun
Siti Afni Afiyani, 2012
memunculkan tuturan penolakan dari siswa ketika berkomunikasi. Maka dari itu,
konteks yang dilihat di sini adalah komponen yang menjadi latar belakang sebuah
tuturan penolakan.
3.2.1.2. Data Triangulasi
Data triangulasi didapatkan guna mengajegkan interpretasi untuk
menguatkan interpretasi dalam mengungkap faktor penggunaan strategi penolakan
oleh siswa. Untuk itu, keterangan siswa mengenai latar belakang serta fungsi dan
alasan digunakannya strategi tuturan penolakan kepada guru, serta opini atau
pendapat guru sebagai mitra tutur siswa guna mendapatkan keterangan mengenai
latar belakang hubungan guru sebagai mitra tutur dan siswa sebagai penutur atas
strategi yang dipilih siswa ketika menuturkan penolakan diperlukan sebagai data
pendukung. Karena pola kesantunan berbahasa ini tidak hanya dapat dilihat dari
formulasi dan realisasi tuturan saja, latar belakang serta fungsi yang tidak
terbahasakan juga perlu dikaji sehingga pola kesantunan dapat terungkap.
3.2.2. Sumber Data Penelitian
Lincoln dan Guba (1985) dalam Alwasilah (2011:36) mengungkapkan
bahwa peneliti kualitatif taat pada ayat paradigma kualitatif yang salah satunya
adalah natural settings. Penelitian ini menggunakan kelas sebagai latar tempat
untuk memperoleh data tuturan.
Kelas merupakan wadah wacana tutur yang dianggap bersifat ilmiah
selama kegiatan belajar berlangsung. Yang dimaksud dengan kelas dalam
penelitian ini, tidak hanya terbatas pada ruangan kelas secara fisik, tetapi sebagai
Secara umum, data penelitian diperoleh di salah satu sekolah kejuruan
swasta di daerah Tanjungsari. Hal ini dilakukan karena peneliti adalah staf
pengajar di sekolah tersebut sehingga lebih memahami kultur sekolahnya. Selain
itu, menurut keterangan beberapa staf pengajar, siswa di sekolah tersebut
dipandang sebagai siswa yang memiliki tingkat pemahaman sosial yang kurang
karena dianggap cenderung mengedepankan sisi emosi mereka.
Dua kelas yang dipilih dinilai memiliki beraneka karakter siswa menurut
kebanyakan guru yang mengajar. Dua kelas dipilih dari program studi yang
berbeda. Penelitian ini menggunakan satu kelas jurusan pemasaran dan satu kelas
jurusan teknik komputer. Keduanya merupakan tingkat pertama atau kelas X
jenjang sekolah kejuruan.
Sumber data penelitian ini adalah interaksi antara guru dan siswa baik
secara formal maupun tidak formal di kelas.:
(1) Data tuturan diperoleh dari siswa kelas X jurusan pemasaran dan siswa kelas
X jurusan teknik komputer jaringan. Masing-masing kelas terdiri atas 44
siswa dan 43 siswa dengan bantuan guru Bahasa Indonesia, guru
Kewirausahaan, guru wali kelas, dan guru Olah raga.
(2) Data triangulasi diperoleh dari lima orang siswa untuk mendapatkan
konfirmasi mengenai penggunaan strategi dan seorang guru guna
mendapatkan keterangan mengenai fenomena kesantunan berbahasa di
kalangan siswa. Guru dan siswa yang dijadikan responden adalah yang
terlibat langsung dalam proses kegiatan belajar ketika percakapan yang
Siti Afni Afiyani, 2012 3.3. Instrumen Penelitian
Peneliti merupakan instrumen utama dalam penelitian ini, sesuai dengan
prinsip penelitian kualitatif yang diungkap oleh Lincoln dan Guba (1985) dalam
Alwasilah (2011:36) bahwa peneliti merupakan instrumen pengumpul data
primer. Sebagai instrumen utama, peneliti mengumpulkan, mereduksi,
menganalisis, menafsirkan data, dan menyusunnya sebagai laporan hasil
penelitian. Untuk menjaring data yang diperlukan, alat bantu ICD (IC Recorder)
dan format lain seperti pedoman observasi, panduan wawancara, serta format
analisis data terklarifikasi digunakan untuk mendapatkan data penelitian ini.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan salah satu tahapan penting dalam kegiatan
penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti memposisikan diri sebagai human
instrumen. Dilakukan beberapa teknik untuk mengumpulkan data. Adapun teknik
yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian ini adalah:
1. Teknik observasi, teknik rekam dan catat
Teknik observasi yang dilakukan adalah secara terus menerus dan observasi
yang berulang. Hal ini dilakukan selain untuk menemukan hal-hal yang konsisten,
juga dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi kriteria reliabilitas data (Basrowi,
2008:233). Melalui teknik ini peneliti menyaksikan sendiri pemahaman yang tidak
terucapkan (Awasilah, 2011:110), yakni etika siswa memberikan respon
penolakan secara non verbal yang tidak dapat terbahasakan.
Teknik observasi merupakan cara yang penting bagi peneliti untuk
antara siswa dengan guru di dalam kelas dan merekam tindak tuturan yang terjadi
antara siswa dengan guru ketika berkomunikasi di dalam kelas. Sehingga ketika
mengumpulkan data, digunakan teknik observasi, teknik rekam dan teknik catat
secara bersamaan dan berulang.
Ketika melakukan observasi pada awal penelitian, peneliti mendapatkan
pola percakapan yang sangat kaku dan terkesan seperti dibuat-buat. Bahkan dua
orang guru yang dimintai izin supaya peneliti dapat ikut terlibat secara pasif di
dalam kelas dalam proses belajar-mengajar, keberatan seluruh proses
pembelajarannya direkam. Untuk itu peneliti hanya dapat merekam proses sesi
diskusi dalam proses belajar mengajar.
2. Teknik Wawancara
Model wawancara yang dilakukan adalah wawancara tak terstruktur tetapi
berfokus. Di dalam wawancara ini pertanyaan yang diajukan tidak terstruktur akan
tetapi berfokus pada satu pokok permasalahan yang telah ditentukan. Hal ini
dilakukan untuk mendapatkan informasi lebih detail keterangan para siswa untuk
mengungkap latar belakang realisasi serta strategi penolakan yang mereka
gunakan.
3.5.Teknik Analisis Data
Fokus penelitian ini adalah strategi menolak yang dilakukan oleh siswa,
maka data tuturan penolakan yang digunakan oleh guru tidak disertakan sebagai
data. Pada tahap ini, peneliti melakukan analisis terhadap data tuturan dan data
Siti Afni Afiyani, 2012
Analisis data ditampilkan dengan landasan teori yang dipaparkan pada
Bab II. Data tuturan penolakan dibagi menjadi dua kategori, yaitu penolakan
langsung dan penolakan tidak langsung. Adapun strategi penolakan berdasarkan
data yang dipeoleh diadaptasi dari strategi penolakan yang dikemukakan oleh
Aziz (2002), dan Oktoprimasakti (2006). Lalu dengan menggunakan triangulasi
diperoleh faktor yang melatarbelakangi digunakannya strategi tindak tuturan
penolakan tersebut.
Langkah-langkah analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
disesuaikan dengan jenis data sebagai berikut:
1. Data tuturan
Data yang berupa tuturan, setelah ditranskripsi menjadi naskah
percakapan, kemudian dikategorisasi menurut jenis tindak tutur. Dari jenis tindak
tutur tersebut, akan diketahui bentuk tuturan penolakan yang digunakan siswa
apakah bentuk langsung atau tidak langsung.
Pada tuturan jika terdapat negator terhadap tuturan yang berupa stimulan,
data kemudian dikategorikan sebagai bentuk tuturan penolakan langsung. Jika
tidak terdapat negator tetapi jika dipahami maknanya menuturkan penolakan, data
dikategorikan sebagai bentuk penolakan tidak langsung. Lalu data dimaknai dari
makna ilokusi yang terkandung dalam tuturan tersebut, kemudian diperoleh cara
atau strategi menolak yang digunakan siswa. Dari strategi yang digunakan serta
menghubungkannya dengan konteks atau situasi tutur yang tergambar ketika
observasi, peneliti memperoleh gambaran mengenai latar belakang penggunaan
2. Data Triangulasi
Data triangulasi diinterpretasi sehingga konteks dan maksud tuturan
penolakan dapat dipahami dengan mensinergiskannya dengan keterangan para
siswa dan guru. Secara detail penganalisisan data dilakukan untuk mendapatkan
tujuan penelitian sebagai berikut:
1. untuk mendapatkan realisasi penolakan yang dilakukan siswa terhadap guru,
data tuturan dikategorisasi menurut tindak tutur Searle (1975), Aziz (2003),
dan Wijana (1996). Secara umum bentuk penolakan diklasifikasi menjadi dua
macam, yaitu bentuk langsung dan tidak langsung. Digunakan analisis ilokusi
(Searle, 1975) karena di dalam ilokusi terdapat daya ujaran (maksud dan
fungsi tuturan) untuk mengidentifikasi strategi tuturan penolakan siswa
terhadap guru.
2. untuk mendapatkan pola strategi penolakan yang digunakan siswa, penulis
mengadaptasi startegi penolakan yang dikemukakan oleh Aziz (2000) dan
Oktoprimasakti (2006) yang paparannya telah disampaikan pada bab II.
Adapun strategi yang relevan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
langsung mengatakan tidak (LMT), ragu-ragu dan kurang semangat (RKS),
menawarkan alternatif (MA), menunda jawaban (MJ), menyandarkan alasan
pada pihak ketiga (MAPK), memberikan alasan dan penjelasan (MAP),
menyalahkan dan mengkritik (MM), menerima tanpa kepastian (MTK),
mempertanyakan keabsahan permintaan (MKP), meminta (M), dan
Siti Afni Afiyani, 2012
Oktoprimasakti (2006) adalah pertikel yang digunakan untuk
mengekspresikan kekecewaan, protes atau keterkejutan.
Masing-masing tuturan dianalisis berdasarkan pada head act atau ungkapan
pembawa maksud (UPM), dan supporting atau bagian pendukung sebagai
penjelas maksud tuturan (PMT). PMT ini dipahami sebagai tuturan tambahan
yang muncul sebelum dan sesudah tuturan. Dengan cara seperti itu, diketahui
pola strategi tuturan penolakan yang digunakan. Karena dalam satu tuturan
penolakan, didapatkan beberapa strategi digunakan sekaligus.
Setelah diklasifikasi, strategi penolakan tersebut kemudian disandingkan
dengan strategi kesantunan yang diungkapkan oleh Brown dan Levinson
(1987). Sehingga didapatkan pola strategi kesantunan yang digunakan oleh
siswa ketika menolak. Strategi kesantunan tersebut meliputi strategi langsung
tanpa basa-basi (bald on record strategy), strategi kesantunan positif (positive
politeness strategy), strategi kesantunan negatif (negative politeness
strategy), strategi tidak langsung (off record).
3. untuk menganalisis latar belakang penggunaan strategi berbahasa pada
tuturan menolak yang digunakan siswa pada interaksi dikelas, data yang
diperoleh dari hasil wawancara yaitu berupa keterangan, pendapat serta
pengakuan yang didapat dari responden dianalisis dengan teori Brown dan
Levinson tentang faktor yang mempengaruhi pemilihan strategi tuturan
(1987:71) seperti jarak sosial, besarnya perbedaan kekuasaan dan tingkat
imposisi (Brown dan Levinson, 1987) dan disandingkan dengan teori Aziz
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Penelitian ini mengkaji realisasi dan strategi penolakan siswa terhadap
permintaan guru dalam interaksi di kelas. Temuan serta pembahasan penelitian
yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya melahirkan kesimpulan yang pada
akhirnya menjadi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian ini.
5.1. Kesimpulan
Bagian kesimpulan ini terdiri atas realisasi penolakan yang digunakan oleh
siswa sebagai respons atas permintaan dan penawaran guru ketika berkomunikasi
di kelas, streategi yang digunakan, serta faktor yang mempengaruhi digunakannya
strategi tuturan penolakan oleh siswa. Berdasarkan analisis data yang disajikan di
bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Tuturan penolakan yang digunakan siswa kepada guru ketika berkomunikasi
direalisasikan secara langsung dan tidak langsung. Sebanyak 88,75% tuturan
penolakan yang digunakan siswa terhadap guru direalisasikan secara tidak
langsung, dan 11,25% lainnya direalisasikan secara langsung.
Secara langsung, realisasi tuturan penolakan yang dituturkan siswa adalah
dengan cara langsung, tanpa basa-basi mengatakan tidak, ngga dan
sejenisnya. Siswa juga menggunakan bentuk halus dari kata tidak seperti
nggak mau, nggak bisa, dan tidak bisa. Pengungkapan penolakan secara
langsung dengan mengatakan tidak juga diikuti beberapa tuturan lain untuk
mengungkapkan penolakannya, siswa memilih untuk menggunakan alasan,
melibatkan orang pihak ketiga, menyalahkan mitra tutur, meminta maaf,
meragukan dan mempertanyakan isi permintaan, menunda jawaban,
mengajukan pilihan dan meminta, menunjukkan ketidakpastian, dan
menggunakan ekspresi protes, terkejut
Secara keseluruhan tuturan penolakan secara tidak langsung itu pada intinya
menyampaikan penolakan. Jawaban dipandang sebagai ungkapan penolakan
secara langsung apabila terdapat terdapat kata tidak atau yang sejenisnya. Dan
respons dianggap sebagai ungkapan penolakan secara tidak langsung apabila
pada jawaban tersebut tidak terdapat kata tidak atau sejenisnya.
2. Strategi penolakan yang ditemukan pada penelitian ini adalah strategi
menggunakan alasan dan penjelasan (MAP) sebanyak 23,85%), strategi
menyalahkan dan mengkritik (MM) sebanyak 12,84%, strategi langsung
mengatakan tidak (LMT) sebanyak 8,26%, strategi menunja jawaban (MJ)
sebanyak 8,26%, strategi menerima tanpa kepastian (MTK) sebanyak 7,34%,
strategi mempertanyakan keabsahan permintaan (MKP) sebanyak 7,34%, ,
strategi ragu-ragu dan kurang semangat (RKS) sebanyak 6,42%, strategi
menyandarkan alasan pada pihak ketiga (MAPK) sebanyak 6,42%, strategi
menawarkan alternatif (MA) sebanyak 4,59%, strategi meminta (M) sebanyak
3,67%, dan penggunaan ekspresi yang menunjukan keberatan, protes,
keterkejutan serta penggunaan ungkapan melempar tanggung jawab yang
dikategorikan sebagai strategi lain sebanyak 11,01%. Masing-masing strategi
Pada beberapa tuturan, siswa tidak hanya menggunaka satu strategi saja,
tetapi dua strategi atau lebih dan terdapat penggunaan ungkapan permintaan
maaf. Adapun strategi penolakan siswa menurut Brown dan Levinson (1987)
adalah strategi langsung mengatakan tidak (LMT), menggunakan ekspresi
kecewa, terkejut, dan protes (L) sebagai strategi bald-on record, strategi
kesantunan positif meliputi strategi menunda jawaban (MJ), strategi
menerima tanpa kepastian (MTK), strategi menawarkan alternatif (MA),dan
strategi meminta (M); Strategi kesantunan negatif yang memuat penggunaan
ungkapan permintaan maaf sebagai pengantar maksud tuturan; dan strategi
off-record yang meliputi strategi menggunakan alasan dan penjelasan (MAP),
strategi menyalahkan dan mengkritik (MM), strategi mempertanyakan
keabsahan permintaan (MKP), strategi ragu-ragu dan kurang semangat
(RKS), dan strategi menyandarkan alasan pada pihak ketiga (MAPK)
3. Dalam pemilihan strategi penolakan, siswa sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor di bawah ini:
a. Partisipan
(1) Keakraban. Semakin akrab siswa dengan guru maka semakin
langsung strategi tuturan,
(2) Faktor mitra tutur. Siswa lebih berani menggunakan strategi bald-on
record jika mitra tutur atau guru yang dihadapinya dianggap tidak
begitu berpengaruh kepada siswa (powerless), dan sebaliknya siswa
akan menggunakan strategi kesantuann negatif jika berhadapan
berpengaruh pada formulasi tuturan yang dihasilkan. Ketika siswa
merasa terancam oleh perintah atau permintaan guru, semakin spontan
siswa menggunakan strategi langsung tanpa basa-basi.
b. Situasi. Tingkat pembebanan permintaan ditinjau dari sisi muatan
permintaan yang dibebankan kepada siswa
c. Faktor Stimulus. Formulasi ujaran direktif guru sebagai pembebanan
permintaan yang diajukan kepada siswa.
Secara umum penelitian ini menemukan bahwa masih adanya strategi
kesantuanan dari tuturan penolakan yang diungkapkan oleh siswa dari segi pola
tuturan. Terlihat dari bentuk tuturan tidak langsung yang mendominasi realisasi
tuturan penolakan yang digunakan. Selain itu adanya pola kombinasi beberapa
strategi dalam satu tuturan penolakan. Sehingga, ketika siswa menggunakan
tuturan penolakan bald on record sekalipun kesantunan masih dapat terlihat
dengan digunakannya strategi lain sebagai penyerta pada tuturan penolakan yang
dinyatakan secara baldly.
Hanya saja bahasa serta cara pengungkapan penolakan dirasa masih tidak
santun. Fenomena kesantunan berbahasa yang terjadi di sekolah kejuruan swasta
di Tanjungsari menunjukan bahwa pada saat tertentu siswa telah menanggalkan
nilai kesantunan sebagai akibat dari pergeseran nilai di tengah masyarakat. Siswa
telah berani menyatakan keberatannya dengan menolak secara langsung perintah,
permintaan serta tawaran yang diajukan oleh guru di sekolah tanpa rasa segan atau
setidaknya menggunakan permintaan maaf atas ketidakmampuannya memenuhi
5.3. Saran
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, peneliti memberikan saran
serta rekomendasi sebagai berikut:
1. Penelitian ini menemukan adanya pola strategi penolakan siswa yang
bervariasi bergantung pada faktor yang melatarbelakangi pemilihan
strategi tersebut. Salah satunya adalah keterlibatan guru sebagai penyebab
pemilihan strategi kesantunan yang terkesan frontal. Sehingga untuk
pendidik atau guru, hendaknya mampu memilih pola tuturan direktif agar
siswa memberikan respons positif ataupun jika harus menolak, siswa akan
menggunakan strategi kesantunan yang off record.
2. Penelitian ini hanya meneliti realisasi, strategi, dan faktor yang
mempengaruhi digunakannya strategi penolakan oleh siswa secara
keseluruhan kepada guru. Adapun variabel lain seperti jender, latar
belakang siswa serta ragam bahasa tidak diangkat dalam penelitian ini.
Sangat direkomendasikan untuk penelitian selanjutnya untuk meneliti
variabel-variabel tersebut agar hasil penelitian menjadi lebih signifikan
untuk mengungkap fenomena kebahasaan yang terjadi di kalangan
generasi muda, khususnya dalam realisasi tuturan penolakan yang
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, A. Chaedar. 2011. Pokoknya Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya
Austin, J.L. 1962. How To Do Things With Words. Oxford: Clarendon Press.
Aziz, E. Aminudin. 1996. The Language of Refusals in Sundanese Community: a Workplace Case. MA Thesis yang tidak diterbitkan. Australia: Departement of Linguistics, Monash University.
Aziz, E. A. 2000. Usia, Jenis Kelamin, dan Masalah Kesantunan dalam Berbahasa Indonesia. Dalam A. Chaedar Alwasilah & Khalid A. Harras (eds). Prosiding Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA) III. Bandung: Andira.
Aziz, E. A. 2002. Usia dan relasi Kesantunan Berbahasa: Sebuah Studi Pragmatik pada Para Penutur Bahasa Indonesia. Disajikan dalam Pelba 16. Diselenggarakan oleh Pusat Kajian Bahasa dan Budaya Unika Atmajaya, Jakarta.
Aziz, E. A. 2008. Horison Baru Teori Kesantunan Berbahasa: Membingkai yang Terserak, Menggugat yang Semu, Menuju Universalisme yang Hakiki. Pidato Pengukuhan Drs. E. Aminudin Aziz, M.A., Ph. D sebagai Guru Besar dalam Bidang Linguistik pada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia, 21 Oktober 2008. Bandung.
Aziz, E. Aminudin. 2012. Realisasi Tindak Tutur Menolak dalam Masyarakat Indonesia: Kajian dari Perspektif Kesantunan Bahasa. http://aminudin.staf.upi.edu/2012/02/17/realisasi-tindak-tutur-menolak-dalam-masyarakat-indonesia-kajian-dari-perspektif-kesantunan-bahasa/ diakses pada tanggal 17 April 2012 pukul 13.50.
Basrowi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Brown, P & S.C. Levinson. 1987. Politeness: Some Universals In Language Usage. Cambridge: Cambridge University Press.
Djajasudarma, T. Fatimah. 1991. Wacana ke Arah Pemahaman Teks. Bandung: Program Pascasarjana UNPAD.
Goffman, E. 1967. Interaction Ritual. Garden City, NY: Doubleday.
Kartomihardjo, Soeseno. 1988. Bahasa Cermin Kehidupan Masyarakat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Meldawati. 2011. Analisis Bentuk Tindak Tutur (Speech Act)
Berdasarkan Konteks. Blog diakses pada 18 Nopember 2011 jam 10.20 dari http://meldawatifirman.wordpress.com/2011/01/15/analisis-bentuk-tindak-tutur-speech-act-berdasarkan-konteks/
Moleong. J.L. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Moustakas, Clark. 1994. Phenomenological Research Methods. California: SAGE Publications
Nadar, FX. 2009. Pragmatik & Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Nadar, Franciscus Xaverius. 2006. Penolakan dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia (Kajian Pragmatik tentang Realisasi Strategi Kesopanan Berbahasa). Disertasi tidak dipublikasikan..
Nasution, Khairina. 2008. Tindak Tutur dan Kesantunan dalam Bahasa Mandailing. Dalam Jurnal Ilmiah Ilmu Bahasa, 1 :77-89. Universitas Sumatera Utara.
Nazir, Mohammad. 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia,
Poedjosoedarmo, Soepomo. 1985. ‘Komponen Tutur’. Dalam Perkembangan
Linguistik di Indonesia. Penyunting Soenjono Dardjowidjojo. Jakarta: Arcan.
Rahardi, Kunjana, 2005. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga
Rustono. 1999. Pokok-Pokok Pragmatik. Semarang: IKIP Semarang Press.
Sauri, Sofyan. (2002). Pengembangan Strategi Pendidikan berbahasa Santun di Sekolah. Disertasi belum terbit. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Searle, John. R. (1969). Speech Act: An Essay on the Philosophy of Language. New York: Cambridge University Press.
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran pragmatik. Bandung: Angkasa.
Wijana, Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset.
Yanti, Yusrita. 2001. Tindak Tutur Maaf di Dalam Bahasa Indonesia di Kalangan Penutur Minang Kabau. Jurnal Ilmiah Masyarakat Linguistik Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor