• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT KESIAPAN GURU DALAM MELAKSANAKAN MODEL PEMBELAJARAN E-LEARNING DI SMKN 2 TASIKMALAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TINGKAT KESIAPAN GURU DALAM MELAKSANAKAN MODEL PEMBELAJARAN E-LEARNING DI SMKN 2 TASIKMALAYA."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. (1982). Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Bandung : Angkasa.

Alma, B. (2009). Guru Profesional Menguasai Metode dan Terampil Mengajar. Bandung : Alfabeta.

Arief (2008). Kajian Teori Kesiapan Mengajar.

[Online].Tersedia:http://ariefotomotif.wetpaint.com/page/KAJIAN+TEORI+ KESIAPAN+MENGAJAR [10 Februari 2011].

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :PT Rineka Cipta.

Asep (2005). Mengenal E-learning.

[Online]. Tersedia : http://www.asep-hs.web.ugm.ac.id [28 Januari 2012].

Barie (2012). Kemampuan Menguasai Materi Dalam Mengajar.

[Online]. Tersedia : http://aabariefly.blogspot.com/2012/01/kemampuan-penguasaan-materi-dalam.html. [25 Juli 2012].

Effendi, E.dan Zhuang, H.(2005). E-learning Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Guaza, A. (2008). Standar Nasional Pendidikan (SNP). Jakarta : Asa Mandiri.

Iqbal. (2011). Desain Instruksional Meningkatkan Efektivitas Pembelajaran Berbasis

TIK. [Online]. : Tersedia :

http://psb-psma.org/content/blog/3728-desain-instruksional-meningkatkan-efektivitas-pembelajaran-berbasis-tik [18 Juli 2012]

Malik, H. (2011). Dasar Hukum Pendidikan Indonesia.

[Online].Tersedia : http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/20/dasar-hukum-pendidikan-di-indonesia/ [15 Februari 2012].

Marfuatun (2007). Variasi Proses Pembelajaran Melalui Penerapan E-Learning. [Online].

Tersedia:http://www.google.co.id/search?q=e-learning+berdasarkan+The+Australian+National+Training+Authority+&ie=ut f-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a

(2)

Masyhuri. dan Zainudin, M. (2009). Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan

Aplikasi. Bandung : PT Refika Aditama.

Munir. (2010). Kurikulum Berbasis Teknologi dan Komunikasi. Bandung :Alfabeta.

Ngadio. (2007). Pembelajaran E-learning dalam meningkatkan mutu pendidikan. [Online].

Tersedia: http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=Pembelajaran+E-learning+dalam+meningkatkan+mutu+pendidikan&source=web&cd=2&ved= 0CCgQFjAB&url=http%3A%2F%2Fngadiyo.files.wordpress.com%2F2008%

2F03%2F187_30203614_e-learning_ngadiyo.pdf&ei=AMdfT92VNs7irAersuXTDQ&usg=AFQjCNGR8 JexzJrkcM5Nz9MAdcLwN3vbog&cad=rja [28 Januari 2012].

Pustekom, dan Kemendikbud. (2012). “Petunjuk Pelaksanaan Pembuatan RPP Terintegrasi TIK di Portal Rumah Belajar”. [Online].

Tersedia:http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=rpp%20terintegrasi%20t ik&source=web&cd=2&ved=0CEcQFjAB&url=http%3A%2F%2Fbelajar.ke mdiknas.go.id%2Fpanduan%2Fpanduan_buat_rpp.pdf&ei=ig8pUK6UAY_qr QeqsoGgBA&usg=AFQjCNGlhNw7wDvgWB7fUzFQ8frTHORPBw&cad=r ja [25 Juli 2012]

Rahmanto . (2008). “Kesiapan Pembelajaran Berbasis E-Learning di SMK Kota

Yogyakarta Jurusan Teknik Komputer dan Jaringan

.

Yogyakarta : Universitas

Negeri Yogyakarta

Sugiyono. (2010). Motode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :Alfabeta.

Surakhman. W. (1998). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung : Tarsito.

Sutrisno. (2010). E-learning di Sekolah dan KTSP.

[Online}. Tersedia: http://www.balinter.net/news_330_Penerapan_E-Learning_Di_Sekolah_Dan_KTSPhtml. [26 Agustus 2012]

Taufiqurrochman (2011). E-learning dalam PBA.

(3)

Wikipedia.(2012). Pembelajaran Elektronik.

[Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran_elektronik . [28 Januari 2012]

Yuniawati P. (2010). Model E-learning Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Dan

Hasil Belajar Matematika Di SD Pedesaan. Bandung.: Universitas Pasundan.

Yusri, M. (2011). Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Dalam Sisitem Pembelajaran. [Online]. Tersedia : http://yusrikeren85.blogspot.com/2011/11/faktor-faktor-yang-berpengaruh-terhadap.html. [15 Februari 2012]

Zulkarnain. (2009). Teknik Penyusunan Bahan Ajar.

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di era

globalisasi ini sangat pesat. Pengaruhnya meluas dihampir seluruh aspek

kehidupan manusia baik di bidang sosial, politik, ekonomi, pendidikan, dan

sebagainya. Perkembangan TIK ini tentu tak lepas dari peran manusia sebagai

pengembangnya, sekaligus pengguna produk yang dihasilkan. Untuk itu,

peningkatan kualitas sumberdaya manusia sangat penting dilakukan mengingat

semakin pesatnya perkembangan TIK.

Pada dasarnya, perkembangan TIK sendiri dimulai dari dunia pendidikan.

Karena melalui proses pembelajaran yang ada dalam dunia pendidikan,

peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat dilakukan. Proses pembelajaran

yang diselenggarakan dengan pelibatan input pendidikan seperti: guru, peserta

didik, kurikulum, media pembelajaran, sarana dan prasarana pendidikan serta

input pendidikan lainnya merupakan titik awal dari perkembangan pola pikir

manusia dalam mengkaji ilmu pengetahuan. Pada akhirnya, perkembangan ilmu

pengetahuan sebagai hasil pembelajaran tersebut mampu untuk menghasilkan

teknologi.

Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK),

membuat kualitas pendidikan harus ikut ditingkatka, sehingga akan menghasilkan

(5)

meningkatkan kualitas output pendidikan yaitu dengan memodifikasi kegiatan

belajar mengajar sehingga kegiatan belajar peserta didik dapat berjalan dengan

optimal. Perkembangan TIK ikut berperan dalam meningkatkan efektifitas dalam

pembelajaran yaitu dengan berkembangnya pembelajaran berbasis teknilogi

informasi yang sering disebut dengan electronic learning (e-learning).

Semakin berkembangnya TIK membuat kegiatan pembelajaran e-learning

banyak dikembangkan. Pembelajaran berbasis e-learning dapat digunakan dalam

pendidikan jarak jauh atau pendidikan konvensional. Dengan adanya model

pembelajaran e-learning ini akan mempermudah peserta didik dalam mengikuti

kegiatan belajar karena dengan adanya e-learning peserta didik dapat belajar

dimana saja dan kapan saja. Misalnya e-learning dengan menggunakan CD-ROM

(multimedia), peserta didik dapat membuka kembali pelajaran yang telah

diberikan di rumah serta dengan kondisi suasana belajar yang sesuai dengan

keinginan peserta didik sehingga kegiatan belajar dapat lebih santai dan efektif.

Begitu juga e-leraning berbasis web, peserta didik dapat mengakses web yang

telah disediakan dan guru dapat menyediakan materi pelajaran bagi peserta didik

sehingga peserta didik dapat mengakses dimana saja dan kapan saja materi

pelajaran yang ingin dipelajari sehingga kegiatan belajar dapat berjalan dimana

saja dan kapan saja serta kegiatan belajar peserta didik tidak terpatok hanya di

sekolah saja.

Model pembalajaran e-learning dapat berjalan dengan efektif jika

ditunjang oleh administrator yang kreatif, sarana prasarana yang memadai seperti

(6)

dan laptop sebagai penunjang kegiatan pembelajaran yang disediakan oleh pihak

sekolah maupun pribadi. Selain itu, dibutuhkan juga kesiapan dari guru dan

peserta didik yang nantinya akan menggunakan e-learning tersebut. Jika

persyaratan dalam pelaksanaan model pembelajaran e-learning tersebut dapat

dipenuhi dan berjalan dengan lancar maka kegiatan pembelajaran berbasis

e-learning tersebut dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Oleh sebab itu,

administrator yang kretif, kesiapan sarana prasarana yang memadai, kesiapan

guru, serta kesiapan peserta didik merupakan hal yang harus diperhatikan ketika

akan menerapkan model pembalajaran e-learning.

Dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam pendidikan

(e-learning), SMKN 2 Kota Tasikmalaya merupakan salah satu sekolah yang saat

ini sedang menggunakan model pembelajaran e-learning. E-learning di SMKN 2

Tasikmalaya pada saat ini masih dijadikan sebagai komplemen dalam

pembelajaran dimana peserta didik dapat mengambil (men dowenload) seluruh

materi pelajaran dan contoh soal ujian dalam web e-learning yang telah

disediakan. Dengan menggunakan model pembelajaran ini diharapkan akan

meningkatkan pengetahuan peserta didik dan membuat peserta didik mudah dalam

menguasai materi pelajaran yang diberikan oleh guru bersangkutan karena materi

yang diberikan oleh guru dapat di download kapan saja dan dapat dilakukan

secara berulang ulang. Selain itu, dengan adanya model pembelajaran berbasis

TIK (e-learning) ini guru lebih mudah dalam memperbarui bahan ajar dan lebih

(7)

Banyaknya manfaat yang ditawarkan dengan adanya model pembelajaran

e-learning ternyata dalam pelaksanaannya tidak seperti apa yang diharapkan.

Dengan sudah adanya fasilitas pendukung e-learning seperti komputer, jaringan

internet, serta sudah adanya web e-learning yang telah disediakan oleh pihak

sekolah ternyata tidak membuat model pembelajaran ini dapat berjalan dengan

lancar. Masih adanya beberapa guru yang belum mengerti mengenai pembelajaran

berbasis e-learning merupakan kendala yang muncul, karena mau tidak mau

ketika akan menerapkan suatu model pembelajaran guru harus mengerti mengenai

model pembelajaran yang akan digunakan. Selain itu, pengelolaan web e-learning

SMKN 2 Tasikmalaya belum dapat dioptimalkan oleh beberapa guru. Sudah

adanya web e-learning yang disediakan oleh pihak sekolah ternyata tidak semua

guru siap dalam mengelolanya. Padahal pengelolaan e-learning merupakan kunci

dari keberhasilan pembelajaran berbasis e-learning. Contonya saja ketika peserta

didik ingin mengunduh materi pelajaran yang ada di web e-learning ternyata

materi yang ingin diunduh tidak ada, maka ini akan menghambat kegiatan belajar

peserta didik yang disebabkan pengelolaan e-learning yang belum optimal.

Kesiapan guru dalam melaksanakan model pembelajaran e-learning ini

merupakan hal yang wajib diperhatikan sebelum kegiatan pembelajaran berbasis

e-learning diterapkan di sekolah. Kesiapan guru sangat diperlukan karena gurulah

yang nantinya akan menggunakan model pembelajaran ini, serta gurulah yang

akan mengelola pembelajaran e-learning sebelum pembelajaran ini diperkenalkan

(8)

ini maka penerapan model pembelajaran e-learning akan lebih mudah dalam

pelaksanaannya.

Kesiapan guru merupakan syarat yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan

model pembelajaran e-learning, karena pembelajaran yang berkualitas tidak lepas

dari peran guru sebagai ujung tombak pendidikan. Guru merupakan agen

perubahan yang dituntut untuk selalu meningkatkan kualitas output yang

dihasilkan guna mencapai tujuan pendidikan. Perkembangan teknologi informasi

dan komunikasi terutama dalam dunia pendidikan mengharuskan guru melakukan

penyesuaian dan peningkatan kemampuan yang dimilikinya. Kemampuan guru

dalam mengikuti perkembangan teknologi menjadi hal yang wajib, karena pada

kegiatan belajar mengajar dituntut kemampuan guru dalam merancang model

pembelajaran yang dapat menarik minat peserta didik yang nantinya akan

membuat kegiatan belajar mengajar menjadi efektif dan efisien. Maka dari itu,

faktor kesiapan guru merupakan faktor yang penting dalam kegiatan

pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti kesiapan guru

SMKN 2 Kota Tasikmalaya dalam melaksanakan model pembelajaran e-learning.

Karena di dalam model pembelajaran e-learning, kesiapan guru merupakan salah

satu syarat penting yang harus disiapkan sehingga model pembelajaran e-learning

dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Berdasarkan pernyataan tersebut,

peneliti ingin mengambil judul.

“Tingkat Kesiapan Guru Dalam Melaksanakan Model Pembelajaran

(9)

I.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka dapat

diidentifikasi beberapa masalah diantaranya adalah :

1. Masih adanya guru yang belum mengerti mengenai model pembelajaran

e-learning.

2. Masih adanya guru yang belum siap dalam mengelola model pembelajaran

e-learning.

I.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.3.1 Pembatasan Masalah

Karena adanya keterbatasan baik waktu, pengetahuan, dan dana maka

masalah yang akan diteliti akan dibatasi sebagai berikut :

1. Model pembelajaran e-learning yang digunakan adalah e-learning berbasis

web dengan aplikasi yang digunakan adalah moodle..

2. Kesiapan guru dalam pengelolaan e-learning dibatasi hanya dalam

(10)

1.3.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, inti yang menjadi

kajian dalam penelitian ini adalah mengenai tingkat kesiapan guru SMKN 2 Kota

Tasikmalaya dalam melaksanakan model pembelajaran e-learning. Maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

“Bagaimanakah tingkat kesiapan guru dalam melaksanakan model pembelajaran

e-Learning di SMKN 2 Tasikmalaya?

I.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulis mengadakan penelitian ini adalah untuk mendapatkan

gambaran mengenai tingkat kesiapan guru SMKN 2 Kota Tasikmalaya dalam

melaksanakan model pembelajaran e-learning.

I.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan umpan balik tentang bagaimana tingkat kesiapan guru di

SMKN 2 Kota Tasikmalaya dalam menjalankan model pembelajaran

e-learning.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi SMKN 2 Kota Tasikmalaya dalam

mengembangkan model pembelajaran e-learning.

3. Sebagai salah satu langkah untuk dapat memotivasi peneliti dalam

pengembangan dan penggunaan model pembelajaran e-learning dengan

(11)

I.6 SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah:

BAB I Pendahuluan. Pada bab ini berisikan mengenai latar belakang

masalah, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan sistematika pennulisan.

BAB II Kajian Pustaka. Pada bab ini berisikan teori-teori yang dipakai

pada pembahasan dan analisis masalah. Teori-teori yang diambil dapat diambil

dari berbagai literatur yang berkaitan dengan pembahasan masalah.

BAB III Metode Penelitian Pada bab ini berisikan metode penelitian

yang akan digunakan untuk mendukung dalam pengolahan data yang

dikumpulkan selama melakukan penelitian.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Pada bab ini berisikan

mengenai hasil dari pengolahan data serta pembahasannya, yang akan digunakan

sebagai jawaban terhadap masalah yang akan timbul dalam penelitian ini.

BAB V Kesimpulan dan Saran. Bab ini membahas kesimpulan dari hasil

penelitian yang dilakukan serta berisikan saran-saran yang membangun untuk

(12)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan

sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti.

Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

sebagai berikut :

1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang dan pada masalah-masalah aktual.

2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisa (karena itu metode ini sering pula disebut metode analitik).

Hasil dari kesimpulan metode penelitian deskriptif yang dilakukian adalah

untuk menggambarkan tingkat kesiapan guru dalam melaksanakan model

pembelajaran e-learning di SMKN 2 Kota Tasikmalaya.

3.2 Variabel dan Paradigma Penelitian

3.2.1 Variabel Penelitian

Menurut Arikunto S. (2002), “Variabel adalah hal-hal yang menjadi objek

penelitian, dalam suatu kegiatan penelitian yang menunjukan variasi baik secara

kuantitatif maupun kualitatif”. Variabel dalam suatu penelitian dapat diartikan

sebagai suatu objek penelitian atau apa saja yang menjadi pusat perhatian suatu

penelitian. Pada penelitian ini variabel yang digunakan adalah variabel tunggal

yaitu tingkat kesiapan guru dalam melaksanakan model pembelajaran e-learning

(13)

3.2.2 Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian merupakan alur berpikir mengenai objek penelitian

dalam sebuah proses penelitian.

Masukan

Keterangan : = Ruang Lingkup Penelitian

= Alur Penelitian

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi dalam suatu penelitian merupakan keseluruhan objek yang dapat

dijadikan sumber penelitian, berbentuk benda-benda, manusia ataupun

peristiwa-peristiwa yang terjadi sebagai objek atau sasaran penelitian sesuai dengan lingkup

penelitian.

Kesiapan Guru dalam melaksanakan model pembelajaran e-learning

Aspek Yang diungkap

 Pembuatan desain intruksional

 Penguasaan TIK

 Penguasaan materi pembelajaran Guru

SMKN 2 Tasikmalay

Temuan Penelitian

Pengolahan data

(14)

Adapun popolasi yang berkenaan dengan penelitian ini adalah guru SMKN

2 Kota Tasikmalaya yang berjumlah 170 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti. Pada penelitian

Tingkat Kesiapan Guru SMKN 2 Tasikmalaya dalam melaksanakan model

pembelajaran e-learning ini peneliti akan menggunakan teknik sampel random.

Menurut Arikunto S (2002 : 111) “Teknik sampel random ini didalam

pengambilan sampelnya, peneliti mencampur subjek-subjek di dalam populasi

sehingga semua subjek dianggap sama”. Sedangkan untuk banyaknya persentase

jumlah sampel yang akan digunakan menurut Arikunto S (2002 : 112) “Jika

jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.”.

Berdasarkan pendapat tersebut maka persentase yang diambil adalah 20 % dari

populasi guru yaitu sebanyak 34 orang guru SMKN 2 Kota Tasikmalaya.

3.4. Data dan Sumber Data Penelitian

3.4.1. Data Penelitian

Menurut pendapat Arikunto S (2002:161) disebutkan bahwa “Data adalah

hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta ataupun angka” Data diperlukan

sebagai bahan yang akan diolah dan dianalisis sebagai bagian dari analisis

penelitian.

Data diperlukan untuk menjawab masalah penelitian atau menguji hipotesa

yang dirumuskan. Adapun data yang diperlukan pada penelitian ini adalah data

(15)

1. Kesiapan guru dalam melaksanakan model pembelajaran e-learning yang

didapat melalui kuisioneir (angket) kepada guru SMKN 2 Kota

Tasikmalaya.

2. Bahan-bahan pustaka untuk mengkaji beberapa teori umum yang relevan

dengan permasalahan penelitian.

Dengan data yang diperoleh tersebut maka dapat disusun bahan informasi

yang nantinya digunakan untuk memecahkan atau menyelesaikan permasalahan

yang diteliti.

3.4.2 Sumber Data Penelitian

Sumber data adalah subjek dari data yang akan diperoleh. Karena dalam

penelitian ini menggunakan kuesioner dalam pengumpulan datanya, maka sumber

data disebut responden (orang yang merespon atau menjawab pertanyaan/

pernyataan peneliti). Adapun yang menjadi sumber data pada penelitian ini adalah

guru SMK Negeri 2 Tasikmalaya.

3.5 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

3.5.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara yang dapat digunakan

oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengumpulan data berupa angket.

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk dapat

(16)

kesiapan guru dalam melaksanakan model pembelajaran e-learning. Angket

dibuat berdasarkan kisi-kisi instrument penelitian yang telah ditetapkan. Setelah

angket dibuat kemudian dilakukan uji coba untuk mengetahui validitas dan

reliabilitas angket tersebut. Pada penelitian ini angket ditujukan kepada guru

SMKN 2 Kota Tasikmalaya.

3.5.2 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah segala peralatan yang digunakan untuk

memperoleh, mengelola, dan menginterpretasikan informasi dari para responden.

Instrumen penelitian yang digunakan sebagai alat pengumpul data dalam

penelitian ini adalah angket. Angket yang digunakan berupa daftar pernyataan

yang berkaitan kesiapan guru dalam melaksanakan model pembelajaran

e-learning di SMKN 2 Kota Tasikmalaya.

Angket yang dipilih adalah angket tertutup, dimana jawaban yang

diberikan responden sudah disediakan oleh peneliti sehingga responden tinggal

memilih jawaban yang tersedia. Skor yang diberikan pada setiap jawaban

pernyataan dilakukan dengan menggunakan skala likert. Skala likert memberikan

suatu nilai skala untuk setiap alternatif jawaban yang berjumlah empat kategori.

Untuk setiap pernyataan dalam angket penelitian disediakan empat alternatif

jawaban yang terdiri dari Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju, dan Sangat Tidak

(17)

Adapun pemberian skor untuk setiap jawaban menurut Sugiyono.(2010 : 94)

[image:17.595.114.515.185.546.2]

adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1. Alternatif Jawaban

Alternatif Jawaban Bobot (Skor) Sangat Tidak Setuju (STS) 4

Tidak Setuju (TS) 3

Setuju (S) 2

Sangat Setuju (SS) 1

.

3.6 Uji Coba Instrumen Penelitian

Uji coba instrument penelitian bertujuan untuk menguji validitas dan

reliabilitas agar dapat memberikan gambaran atau hasil yang dapat dipercaya

untuk memperoleh data yang dapat dipertanggung jawabkan.

3.6.1 Uji Validitas Angket

Jika Instrumen dikatakan valid berarti menunjukan alat ukur yang

digunakan untuk mendapatkan data ini valid sehingga artinya instrument itu dapat

digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk menguji tingkat

validitas maka digunakan rumus pearson product moment. Adapun

(18)

1) Menghitung harga korelasi setiap butir dengan rumus pearson product

moment.

 

 

2 2 2 2

) )( ( i i i i i i i hitung Y Y n X X n Y X Y X n r            Keterangan :

r hitung = Koefisien korelasi

n = Jumlah Responden

ΣX = Jumlah skor item

ΣY = jumlah skor total (seluruh item)

2) Menghitung harga thitung

2 1 2 r n r t    Dimana :

t = Nilai thitung

r = Koefisien korelasi hasil rhitung

n = Jumlah responden

3) Mencari dengan menggunakan uji taraf signifikansi untuk (�) = 0,05

dan dk=(n-2)

4) Membuat keputusan dengan membandingkan thitung dengan ttabel

thitung > ttabel = item soal dinyatakan valid

(19)

Setelah data hasil uji coba angket diperoleh, berikut ini diberikan contoh

perhitungan uji validitas untuk item angket no 1 :

n = 15 ΣY =1516

ΣX = 46 Σ(Y)2 = 155040

Σ(X)2

= 148 (ΣY)2 = 2298256

(ΣX)2

= 2116 ΣXY = 4722



15.148 2116 15.155040 2298256

) 1516 )( 46 ( 4722 . 15     i hitung

r = 0,649

Selanjutunya adalah menghitung harga t

0736 , 3 649 , 0 1 2 15 649 , 0 2     t

Setelah didapat t hitung item no satu, maka nilai tersebut dibandingkan

dengan nilai pada t tabel. Harga ttabel pada tingkat kepercayaan 95 % dengan

derajat kebebasan dk = n-2 = 15-2=13, didapat ttabel =1,771. Ternyata thitung > ttabel ,

dapat dinyatakan bahwa item no satu valid dan dapat digunakan sebagai instrumen

penelitian.

Selanjutnya no item yang lainnya dihitung dengan menggunakan cara yang

sama pada perhitungan sebelumnya. Hasil perhitungan menunjukan dari 34 item

(20)

3.6.2 Uji Reliabilitas Angket

Reliabilitas alat ukur adalah ketepatan atau keajegan alat ukur tersebut

dalam mengukur apa yang diukurnya, artinya kapanpun alat ukur tersebut

digunakan akan memberikan hasil ukur yang sama. Untuk menguji reliabilitas alat

ukur dalam penelitian ini digunakan rumus Alpha.

Langkah-langkah pengujian reliabilitas instrumen sebagai berikut ini.

a. Menghitung varians skor tiap-tiap item dengan rumus :

N N X X S i i i

  2 2 2 ) ( Dimana : 2 i

S = varians skor tiap-tiap item

2

Xi = jumlah kuadrat item Xi

2

)

(

Xi = jumlah item Xi dikuadratkan

N = jumlah responden

b. Menghitung harga varians total dengan rumus:

 

N N Y Y S t t

  2 2 2 Dimana : 2 t

S = varians total

2 Y

 = jumlah kuadrat jawaban responden dari setiap itemnya

( 2

Y

 ) = jumlah kuadrat skor seluruh responden dari setiap itemnya

(21)

c. Masukkan nilai alpha dengan rumus:

r11=

 





t i

S

S

k

k

1

1

Keterangan :

r11 = Koefisien reliabilitas

k = Jumlah item pertanyaan

Hasil perhitungan menyatakan besarnya r11 > rtabel, dengan demikian maka

semua data yang dianalisis dengan metode Alpha adalah Reliabel.

Selanjutnya nilai r11 di atas dikonsultasikan dengan pedoman kriteria

penafsiran

0,800 – 1,000 Sangat tinggi

0,600 – 0 ,799 Tinggi

0,400 – 0,599 Cukup

0,200 – 0,399 Rendah

< 0,200 Sangat rendah

Dengan mengambil contoh item no satu, berikut contoh perhitungan uji

coba reliabilitas sebagai berikut :

n = 15

(22)

Dengan cara yang sama harga varians seluruh item dihitung.

Selanjutnya menghitung harga varians total

n = 15

ΣY = 1269

Σ(Y)2 = 109467 (ΣY)2 = 1610361 64 , 140 15 15 1610361 09467 1    t S

Kemudian dilanjutkan dengan menghitung reliabilitas menggunakan rumus

Alpha

k = 29

ΣSi = 14,124

St = 140,64

r11=

0

,

935

64

,

140

124

,

14

1

1

29

29

1

1





 





 





t i

S

S

k

k

selanjutnya niai r11 di konsultsikan dengan pedoman kriteria penafsiran.

Setelah dikonsultasikan ternyata nilai r11 = 0,935 berada pada indeks

(23)

3.7 Teknik Analisis Data

Arikunto (2002:278) mengatakan setelah data terkumpul dari hasil

pengumpulan data, perlu segera digarap oleh staf peneliti. Dalam arti lain analisis

data bisa disebut juga pengolahan data. Secara garis besar teknik analisa data

meliputi langkah-langkah sebagai berikut :

1. Persiapan, kegiatan yang dilakukan adalah :

a. Mengecek kelengkapan data angket yang berisi soal, lembar jawaban

dan lembar isian dokumentasi.

b. Menyebarkan angket kepada responden.

c. Mengecek jumlah angket yang kembali dari responden.

d. Mengecek kelengkapan angket yang telah kembali dari responden.

2. Tabulasi

Tabulasi data adalah pengelompokan data sesuai kebutuhan pengolahan

data. Bentuknya berupa nomor, alternatif jawaban, frekuensi jawaban, dan

presentase.

3. Analisis

Hasil tabulasi kembali dianalisis dan ditafsirkan sesuai sistematika data

yang diperlukan. Dalam menganalisis data, teknik yang digunakan adalah

presentase (%) yaitu dengan melihat perbandingan frekuensi dari tiap item

(24)

Rumus pengolahan data

% 100

x N fo

P

Keterangan :

P = Prosentase jawaban

Fo = Frekuensi jawaban

N = jumlah jawaban responden

3.8 Penarikan Kesimpulan

Hasil penafsiran dari setiap item kemudian dikelompokan berdasarkan

data yang diperlukan untuk memberikan jawaban terhadap perumusan masalah

penelitian yang diajukan. Kegiatan ini merupakan usaha penarikan kesimpulan

dalam penelitian, sehingga dapat diperoleh gambaran dari keseluruhan data

yang diperoleh dalam penelitian yang dilakukan.

Untuk menafsirkan setiap data jawaban selanjutnya digunakan kriteria dari

perhitungan presentase sebagai berikut :

0 % : ditafsirkan tidak seorangpun

1-30% : ditafsirkan sebagian kecil

31-49% : ditafsirkan hampir setengahnya

50% : ditafsirkan setengahnya

51-80% : ditafsirkan sebagian besar

81-99% : ditafsirkan hampir seluruhnya

100% : ditafsirkan seluruhnya

(25)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan deskripsi dan pembahasan hasil penelitian yang telah

dilakukan terhadap tingkat kesiapan guru dalam melaksanakan model

pembelajaran e-learning terdapat aspek yang harus dimiliki oleh guru

diantaranaya adalah guru harus mampu dalam mebuat desain instruksional dengan

indikator analisis, desain, pengembangan, pelaksanaan, dan evaluasi. Selain

mampu dalam membuat desain instruksional guru juga harus dapat menguasai

TIK yaitu dengan indikator pemanfaatan internet sebagai sumber belajar.

Kemampuan membuat desain instruksional dan penguasaan TIK yang dimiliki

guru belumlah cukup jika tidak ditunjang dengan penguasaan materi pembelajaran

oleh guru tersebut sehingga penguasaan materi ini sama pentingnya untuk

dikuasai oleh guru. Penguasaan materi ini dapat dilihat dari kemampuan guru

dalam menyesuaikan materi dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Apabila semua aspek dan indikator yang telah disebutkan diatas dapat dipenuhi

maka kegiatan belajar dengan menggunakan e-leraning dapat berjalan dengan

baik.

Berdasarkan persentase dari hasil penelitian dari tiga aspek yang dibahas

diantaranya pembuatan desain instruksional, penguasaan TIK, dan penguasaan

materi pembelajaran didapat persentase nilai sebesar 73% guru yang siap dengan

(26)

ditafsirkan bahwa sebagian besar guru SMKN 2 Tasimalaya siap dalam

melaksanakan model pembelajaran e-learning. Sedangkan 27% guru lainnya

belum siap atau dapat ditafsirkan sebagian kecil guru belum siap dalam

melaksanakan model pembelajaran e-learning.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, maka penulis

memberikan masukan berupa saran antara lain :

1. Masih adanya guru yang belun siap dengan model pembelajaran

e-learning ini maka disarankan untuk diadakan lagi pelatihan untuk guru

yang belum siap dengan model pembelajaran ini sehingga diharapkan

kesiapan guru dalam melaksanakan model pembelajaran e-learning dapat

100%.

2. Model pembelajaran e-learning dapat berjalan baik jika guru dan peserta

didik siap dalam melaksanakan model pembelajaran ini, jadi dalam

pelaksanaannya ketika menerapkan model pembelajaran ini maka harus

diperhatikan juga kesiapan peserta didik sehingga kegiatan belajar

mengajar dapat berjalan dengan baik.

3. Untuk lebih meningkatkan efektifitas pembelajaran e-learning maka

peneliti merekomendasikan untuk adanya penelitian lebih lanjut mengenai

(27)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ...iii

UCAPAN TERIMA KASIH ...iv

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR GAMBAR ...ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

1.3.1 Pembatasan Masalah ... 6

1.3.2 Perumusan Masalah ... 7

1.4 Tujuan Penelitian ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

1.6 Sistematika Penulisan ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

2.1 Guru ... 9

2.2 E-learning ... 11

2.2.1 Pengertian E-learning ... 11

2.2.2 Karakteristik Pembelajaran E-Learning ... 12

2.2.3 Fungsi Pembelajaran Berbasis E-Learning ... 14

2.2.4 Manfaat Pembelajaran Berbasis E-Learning ... 15

2.2.5 Model Pembelajaran Berbasis E-Learning ... 17

2.3 Kesiapan ... 19

2.3.1 Pengertian Kesiapan ... 19

2.3.2 Kesiapan Mengajar ... 20

2.3.3 Kesiapan Guru Pada Pembelajaran E-learning ... 24

2.4 Anggapan Dasar ... 31

(28)

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

3.1 Metode Penelitian ... 33

3.2 Variabel dan Paradigma Penelitian ... 33

3.2.1 Variabel Penelitian ... 33

3.2.2 Paradigma Penelitian... 34

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian... 34

3.3.1 Populasi Penelitian ... 34

3.3.2 Sampel Penelitian ... 35

3.4 Data dan Sumber Data Penelitian ... 35

3.4.1 Data Penelitian ... 35

3.4.2 Sumber Data Penelitian ... 36

3.5 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 36

3.5.1 Teknik Pengumpulan Data ... 36

3.5.2 Instrumen Penelitian ... 37

3.6 Uji Coba Instrumen Penelitian ... 38

3.6.1 Uji Validitas Angket ... 38

3.6.2 Uji Reliabilitas Angket... 41

3.7 Teknik Analisis Data ... 44

3.8 Penarikan Kesimpulan ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

4.1 Deskripsi Data ... 46

4.2Analisa Data Penelitian ... 46

4.2.1 Pembuatan Desain Instruksional ... 47

4.2.2 Penguasaan TIK... 56

4.2.3 Penguasaan Materi Pembelajaran ... 59

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 61

4.3.1 Pembuatan Desain Instruksional ... 62

4.3.2 Penguasaan TIK... 64

4.3.3 Penguasaan Materi Pembelajaran ... 65

BAB V Kesimpulan dan Saran ... 67

5.1 Kesimpulan ... 67

5.2 Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69

Gambar

Tabel 3.1. Alternatif Jawaban

Referensi

Dokumen terkait

BEP atau impas adalah dimana suatu usaha memperoleh laba dan tidak memperoleh rugi, dengan kata lain suatu usaha dikatakan impas jika jumlah pendapatan sama dengan jumlah biaya,

Desain didaktis jenis – jenis segitiga untuk meningkatkan level berpikir geometri Siswa sekolah menengah pertama.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Rahayu, Sri Lestari, 2005, Kajian Ekonomi dan Keuangan, Edisi Khusus November 2005, Analisis Peranan Perusahaan Modal Ventura Dalam Mengembangkan UKM di

Dengan dilakukan Rancang Bangun Aplikasi Prediksi Semester Kelulusan Mahasiswa Dengan Metode Multiple Regression diharapkan dapat mengatasi permasalahan tersebut dengan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : (a) Pengolahan tanah dan mulsa jerami menghasilkan interaksi pada komponen pertumbuhan dan yang terbaik pada

Perhatikan uraian berikut ini. Pada bentuk aljabar, suku-suku yang dapat dijumlahkan dan dikurangkan hanyalah suku-suku sejenis saja. Suku-suku sejenis adalah suku-suku dengan

 Keluarga besar Kos Cantik Pak Mastor terutama keluarga Oneng (Mama, Mbk Nu dan Mbk La) dan yang paling special untuk Arum, Mbk Rahma, Ihda, tidak

tidak mempunyai mekanisme untuk mengumpulkan umpan balik dari pemakai.. 12.mempunyai