PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN
PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH viii
DAFTAR ISI x
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Identifikasi Masalah 13
C. Rumusan dan Pertanyaan Penelitian 14
D. Defenisi Operasional 15
E. Tujuan Penelitian 19
F. Manfaat Penelitian 19
G. Karangka Berpikir 20
BAB II : LANDASAN TEORETIK
A. Hakikat Partisipatif Andragogis 24
B. Hakikat Pembelajaran 52
C. Hakikat Hasil Belajar 92
D. Hakikat Pendidikan Kesetaraan Program Paket C 105
E. Penelitian Yang Relevan 113
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian\ 116
Iskandar Polapa, 2012
Pengembangan Model Pembelajaran Partisipatif Andragogis Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
C. Prosedur Penelitian 119
D. Lokasi dan Sukjek Penelitian 122
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 123
F. Teknik Analisis Data 129
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Objektif 135
B. Pengembangan Model Pembelajaran 144
C. Kajian Efektivitas Model Pembelajaran 170
D. Pembahasan Hasil Penelitian 200
BAB V : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan 226
B. Rekomendasi 227
DAFTAR PUSTAKA 228
Iskandar Polapa, 2012
Pengembangan Model Pembelajaran Partisipatif Andragogis Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
DAFTAR BAGAN
No Judul Halaman
1.1 Kerangka Berpikir 22
2.1 Keadaan Sekarang, Keadaan Yang Diinginkan dan Masalah 73
3.1 Langkah-langkah Kegiatan Penelitian 122
3.2 Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif 131
4.1 Kondisi Objektif Pembelajaran di SKB Kota Gorontalo 143
4.2 Pengembangan Model Pembelajaran Partisipatif Andragogis
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Warga Belajar
150
4.3 Pengembangan Model Pembelajaran Partisipatif Andragogis
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Warga Belajar (Setelah di
Validasi dan Siap Diuji Coba)
169
4.4 Model Pembelajaran Partisipatif Andragogis Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Warga Belajar (Hasil UJi Coba)
189
4.5 Proses Pendidikan Pendidikan Menurut CREEMERS dan
SHEERENS
Iskandar Polapa, 2012
Pengembangan Model Pembelajaran Partisipatif Andragogis Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
2.1 Perubahan Peran Tutor 49
2.2 Tuntutan Pembelajaran dan Peran Tutor 50
2.3 Komponen Pendidikan Kesetaraan 110
4.1 Mekanisme Pelaksanaan Model Pembelajaran Partisipatif
Andragogi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Warga
Belajar
190
4.2 Hasil Uji t Hasil Post-test Uji Coba Tahap I dan II
Kelompok Eksperimen (KE) dan Kelompok Kontrol (KK)
193
4.3 Hasil Uji t Aspek Sikap Uji Coba Tahap I dan II
Kelompok Eksperimen (KE) dan Kelompok Kontrol (KK)
197
4.4 Hasil Uji t Aspek Keterampilan Uji Coba Tahap I dan II
Kelompok Eksperimen (KE) dan Kelompok Kontrol (KK)
Iskandar Polapa, 2012
Pengembangan Model Pembelajaran Partisipatif Andragogis Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
2.1 Hubungan Fungsional Antara Komponen Proses, dan
Tujuan Pendidikan Nonformal
80
4.1 Hasil Posttest Kelompok Kontrol dan Kelompok
Eksperimen Tahap I dan II
196
4.2 Skor Sikap Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen
Tahap I dan II
198
4.3 Skor Keterampilan Kelompok Kontrol dan Kelompok
Eksperimen Tahap I dan II
200
Iskandar Polapa, 2012
Pengembangan Model Pembelajaran Partisipatif Andragogis Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran Halaman
1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian 237
2 Pedoman Wawancara dengan Penyelenggara Program 238
3 Pedoman Wawancara dengan Tutor 240
4 Pedoman Wawancara Untuk Warga Belajar 242
5 Pedoman Observasi 244
6 Pedoman Dokumentasi 245
7 Pedoman Wawancara (Validasi) 246
8 Pedoman Wawancara (Uji Coba Model) 247
9 Pedoman Observasi (Uji Coba Model) 249
10 Pedoman Dokumentasi (Uji Coba Model) 250
11 Kriteria Keberhasilan Pengembangan Model 251
12 Instrumen Soal Pre-tes dan Post-tes 252
13 Struktur Organisasi SKB 261
14 Komponen Yang Dikembangkan dalam Model
Pembelajaran
262
15 Format Kegiatan Pengembangan Model 263
16 Format Kegiatan Pengembangan Model (setelah Validasi) 267
17 Format Yang digunakan pada Uji Coba Tahap I 271
18 Format Yang digunakan pada Uji Coba Tahap II 282
19 Panduan Kerja 293
20 Dokumen Penelitian 298
Iskandar Polapa, 2012
Pengembangan Model Pembelajaran Partisipatif Andragogis Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
PANITIA PENGUJI DISERTASI
Promotor Merangkap Ketua/Penguji
Prof. Dr. H. Ishak Abdulhak, M.Pd.
Ko. Promotor Merangkap Sekretaris/Penguji
Prof. Dr. H. Enceng Mulyana, M.Pd.
Anggota/Penguji
Dr. H. Ayi Olim, M.Pd
Penguji
Prof. Dr. H. Tuhpawana S. Senjaya, M.Si
Iskandar Polapa, 2012
Pengembangan Model Pembelajaran Partisipatif Andragogis Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan pendidikan nasional masih menghadapi berbagai tantangan
yang semakin luas dan kompleks, hal ini sejalan dengan makin pesatnya
perubahan kebudayaan yang berimplikasi terhadap kemajuan pada berbagai
bidang yang dipengaruhi oleh globalisasi maupun dinamika internal dalam negeri
(Ghai,1997). Beberapa hal yang terkait langsung dengan kepentingan pelaksanaan
pembangunan pendidikan antara lain : 1) ancaman perubahan karakter bangsa
yang dikhawatirkan semakin menjauh dari nilai-nilai luhur budaya bangsa
Indonesia; 2) tuntutan sumber daya manusia yang semakin tinggi dan bervariasi,
meskipun hal ini dapat meningkatkan persaingan pasar tenaga kerja, namun di sisi
lain merupakan peluang sekaligus tantangan bagi upaya pelaksanaan pendidikan
yang semakin kreatif dan inovatif (Ayiro,2010).
Sementara tantangan semakin berat, persoalan pembangunan pendidikan
masih banyak yang harus diselesaikan. Diperlukan kerja keras, kerja cerdas, dan
kerja kreatif untuk mengatasi masalah sekaligus memanfaatkan peluang
(Bharadwaj, 2010). Pembangunan pendidikan tidak saja harus menuntaskan
program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun, melainkan juga mendorong
lulusan pendidikan dasar agar dapat melanjutkan pendidikan pada jenjang
berikutnya (EfSD, 2009). Selain itu, peningkatan mutu pendidikan akan menjadi
tugas yang berkesinambungan secara intensif dan kreatif. Ditekankan dalam
2
improving all aspects of the quality of education and ensuring excellence of all so
that recognized and measurable learning outcomes are achieved by all, especially
in literacy, numeracy and essential life skills (Unesco, 2000).
Pendidikan non-formal dengan penekanan pada planned learning goals
planned learning opportunities sebagai kebalikan dari penggunaan pengalaman
tidak berbasis kesadaran dan semata-mata mempersiapkan seseorang pada saat
dihadapkan pada situasi mendesak (Eraut, 2000) merupakan jalur pendidikan di
luar jalur pendidikan formal yang bertujuan untuk melayani kebutuhan pendidikan
masyarakat dalam rangka meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan
nilai yang dilaksanakan secara berjenjang dan berstruktur dengan sistem yang
luwes, fungsional dan mengembangkan kecakapan hidup untuk belajar sepanjang
hayat. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tantang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 26 ayat 1 mengamanatkan bahwa pendidikan nonformal berfungsi
sebagai pengganti, penambah, dan pelengkap pendidikan formal dalam rangka
mendukung pendidikan sepanjang hayat dan pemerataan pendidikan (Hoppers,
2007). Selanjutnya dalam pasal 26 ayat 2 dinyatakan bahwa pendidikan
nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan
pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional. Oleh karena itu,
penyelenggaraan pendidikan nonformal perlu dikembangkan sejalan dengan
tuntutan perkembangan kebutuhan masyarakat dan untuk meningkatkan mutu
sumber daya manusia (Henschke & Cooper, 2004).
Masyarakat yang sedang mengikuti pendidikan nonformal harus dibekali berbagai
pengetahuan, sikap dan keterampilan sehingga mereka memiliki kemampuan
3
lingkungannya. Hal ini sejalan dengan pendapat yang oleh Abdulhak (1990:1)
bahwa : Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha untuk mengembangkan
potensi sumber daya manusia sehingga lebih fungsional dalam menjawab segala
rangsangan yang datang pada dirinya. Usaha ini dinyatakan dalam kegiatan proses
belajar yang diikuti oleh setiap orang yang membutuhkannya.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan belajar masyarakat, maka pelayanan
yang optimal terhadap masyarakat sebagai warga belajar (Fisher & Spiegel,
1995). Pelayanan yang dimaksud di atas adalah pelayanan pada proses
pembelajaran dalam rangka mengembangkan potensi warga belajar melalui
penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta
pengembangan sikap dan kepribadian professional (Heron, 1999). Pelayanan
dapat diwujudkan melalui pembelajaran yang efektif agar warga belajar dapat
mengembangkan potensinya pada segi pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Program pendidikan kesetaraan menempati posisi strategis untuk mengatasi
sekurang-kurangnya tiga tantangan penting, yakni:
1) membantu penuntasan program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun melalui penyelenggaraan program pendidikan kesetaraan Paket A dan B; 2) memberikan dorongan dan bantuan kepada lulusan pendidikan dasar yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah dan memfasilitasi siswa putus sekolah di pendidikan menengah untuk mengikuti program kesetaraan Paket C; 3) memberikan muatan pendidikan kecakapan hidup dengan keterampilan praktis yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja, serta kemampuan merintis dan mengembangkan usaha mandiri (enterpreneurship) untuk mengatasi persoalan ekonomi (...).
Belajar adalah berubah. Berubah dalam arti usaha mengubah tingkah laku
(Roschelle, 1999). Jadi belajar akan membawa sesuatu suatu perubahan pada
individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan
4
keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian diri.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa belajar sebagai rangkaian dari kegiatan
jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju perkembangan pribadi seutuhnya yang
menyangkut unsur cipta, rasa, karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
(Sardiman, 2010 : 21).
Secara psikologis, belajar adalah proses perubahan tingkah laku dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya yang merupakan hasil interaksi dengan
lingkungannya. “Belajar ialah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang
yang dilakukan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya”( Slameto. 2003 : 2). (http://fuddinbatavia.com/?p=336)
Melihat pada pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan dan dialami langsung oleh seseorang
yang dapat menimbulkan terjadinya perubahan baik pengetahuan, pengalaman,
keterampilan maupun sikap dan tingkah laku termasuk perubahan yang berbentuk
kecakapan dan kebiasaan.
Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Program Pendidikan Kesetaraan (Direktorat
Pendidikan Kesetaraan, 2010) menjelaskan bahwa tujuan khusus pendidikan
kesetaraan adalah :
1) meningkatkan pengetahuan warga belajar untuk mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan dunia kerja,
2) meningkatkan kemampuan sikap dan perilaku warga belajar sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, ekonomi dan alam sekitarnya, 3) meningkatkan pengetahuan keterampilan dan kemampuan warga belajar
5
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa proses pembelajaran pada
warga belajar khususnya mereka yang sedang mengikuti program kesetaraan
hendaknya dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dalam
kenyataan pendidikan kesetaraan terjebak oleh pola pembelajaran kejutan
(Botkin), padahal seharusnya lebih banyak berpola pada pada prinsip dan
karakteristik pendidikan orang dewasa. Gagne dan Briggs (1979:52) menyatakan
bahwa hasil belajar merupakan kemampuan internal (capability) yang meliputi
pengetahuan dan keterampilan yang menjadikan seseorang memiliki kemampuan
untuk melakukan sesuatu. Senada dengan hal tersebut, Dick dan Reiser (1989:11)
mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan prestasi yang diperoleh oleh
warga belajar sebagai hasil kegiatan pembelajaran, yang nampak dalam bentuk
pengetahuan, keterampilan dan sikap. Sumarno, pengertian hasilbelajar.
http://blog.elearning.unesa.ac.id/alim-sumarno/pengertian-hasil-belajar (diakses
26 Pebruari 2012)
Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh warga belajar setelah
kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Hasil belajar warga belajar dapat dilihat
pada perubahan tingkah laku, pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan
warga belajar sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya (Azizan, 2012).
Namun, fakta menunjukkan bahwa kemampuan yang dimiliki warga belajar
program kesetaraan Paket C belum menunjukkan perubahan yang signifikan, baik
pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan yang merupakan hasil belajar.
Hasil belajar yang di peroleh melalui proses pembelajaran belum mampu
6
lain bahwa warga belajar memiliki daya serap yang masih rendah setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran.
Jika dilihat dari segi kognitif, hasil belajar yang diperoleh belum
menunjukkan kemampuan untuk mengingat, memahami dan mengaplikasikan
materi-materi yang telah dibelajarkan. Kesulitan dan tantangan untuk
mengembalikan seseorang sebagai pembelajar sangat tergantung pada pandangan
tentang belajar dan lingkungan sosial budaya. Adalah kenyataan banyak sekali
urusan dalam kehidupan yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan di luar
sekolah akan tetapi komunitas tertentu memiliki kesulitan untuk melakukan
emansipasi memiliki kesulitan untuk keluar dari berbagai tenanan dan kemiskinan
absolut (Niehoff, 1977). Sementara ...Education and training are the keys to
improving the life opportunities of our people and enabling them. Dalam
kenyataan tantangan yang dihadapi yaitu:
... The main challenges facing recurrent education are the need to increase the number and quality of classes under the post-literacy program so that gains in literacy are sustained, the need to improve conditions for monitors and teachers and provide better professional development opportunities, and improving coordination between recurrent education program to reach their full potential (Horta, 2011).
Di samping itu, kemampuan untuk memahami antara bagian yang satu
dengan lainnya, memadukan konsep serta memberi pertimbangan terhadap
nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu masih sangat rendah. Hal ini ditunjukkan dengan
adanya tingkat kelulusan warga belajar program Paket C baik secara nasional
maupun di tingkat daerah.
Jumlah peserta Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan (UNPK) Paket C
7
355.228 orang. Untuk tahun 2006 jumlah peserta UNPK berjumlah 321.343 orang
termasuk diantaranya 130.764 orang (44%) berasal dari mereka yang tidak UN
formal dengan prosentase kelulusan 70%. http://www.putussekolah.
com/2011/04/lulusan-paket-c-memiliki-hak-eligibilitas/
Ella Yulaelawaty (Direktur Kesetaraan Direktorat Jenderal Pendidikan Luar
Sekolah Departemen Pendidikan Nasional) dalam jumpa pers di Gerai Informasi
Media (GIM) Depdiknas, Jl Jenderal Sudirman, Senin (2/10/2006) mengatakan
bahwa 332.149 atau 86,34 persen dari 384.698 peserta ujian kesetaraan paket A, B
dan C periode dua dinyatakan lulus. Dengan tingkat kegagalan Paket C IPS
sebesar 2,5%, Paket B sebesar 5%, dan Paket C IPA 4%. Peserta ujian terdiri dari,
9178 dari Paket A, lulus 8068 peserta atau 87,91 persen; 210.169 peserta Paket B,
lulus 194674 orang atau 92,63 persen yang terdiri dari peserta Paket B reguler dan
gagal UN SMP/MTs; 23682 peserta Paket C IPA, lulus 17.008 atau 71,82 persen,
terdiri dari peserta program Paket C reguler dan peserta yang gagal UN SMA/MA
IPA; 141.669 peserta Paket C IPS, lulus 112.399 peserta atau 79,34 persen, terdiri
dari peserta program Paket C reguler dan peserta yang gagal UN SMA/MA
IPS/SMK. http://news.detik.
com/read/2006/10/03/014735/687476/10/8634-peserta-ujian-kesetaraan-paket-a-b-c-tahap-ii-lulus.
Di Yogyakarta, dari 4.512 siswa di DIY yang mengikuti UN Kejar Paket C
tahun 2006, peserta yang lulus hanya 3.080 siswa atau hanya 68 persen saja.
http://pls-pkbm.blogspot.com/2009/02/lulusan-paket-c-memiliki-hak.html.
Peserta UNPK tahun 2009 di Pontianak Selatan dan Tenggara dengan
persentase kelulusan 84,9 persen. Sedangkan di Kecamatan Pontianak Kota
8
persen (seluruhnya jurusan IPS). Hanya di Kecamatan Pontianak Timur yang ada
jurusan IPA, dengan persentase kelulusan 50 persen. Untuk IPS di kecamatan
tersebut sebesar 84,1%.
http://www.bpplsp-reg5.go.id/berita-90-id-kelulusan-ujian-paket.html.
Di Kota Gorontalo tahun 2011, dari 1090 orang peserta Ujian Nasional
yang dinyatakan lulus hanya 719 orang atau hanya mencapai 65,96%. Ini berarti
masih ada 371 orang yang tidak lulus ujian nasioanl atau 34,04%.
Selanjutnya jika dilihat dari segi afektif, kemampuan merespon stimulan,
kerelaan partisipasi (Knowles, 2005) dalam kegiatan maupun kemampuan
mengapresiasi suatu kejadian tertentu belum menunjukkan adanya perubahan ke
arah lebih baik. Demikian pula dengan aspek keterampilan yang dimiliki oleh
warga belajar belum menunjukkan kemampuan berkreasi atas dasar prakarsa
sendiri. Rendahnya partisipasi memiliki kaitan dengan sistem pendidikan sendiri
yang tidak berpihak pada peserta didik (Knowles, 2005), yang berimplikasi pada
tanggungjawab dan sustainabilitas pendidikan.
Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kota Gorontalo merupakan salah satu
lembaga atau satuan pendidikan nonformal yang melaksanakan berbagai program
terkait dengan penyelenggaraan pendidikan nonformal diharapkan menjadi solusi
dalam upaya mengembangkan potensi warga belajar melalui proses pembelajaran
agar memiliki hasil belajar yang lebih baik. Namun fakta menunjukkan bahwa
warga belajar yang sedang mengikuti program kesetaraan di SKB Kota Gorontalo
belum memiliki kemampuan terhadap penguasaan matei pelajaran yang telah
diajarkan oleh tutor. Hal ini dibuktikan dengan adanya hasil penilaian terhadap
9
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang dipersyaratkan bagi
keberhasilan suatu proses pembelajaran.
Penilaian hasil belajar yang dilakukan pada warga belajar masih di bawah
standar KKM yakni 82,86% warga belajar yang belum mampu mencapai KKM
pada setiap kompetensi dasar (KD) dalam pelaksanaan ulangan harian maupun
pada standar kompetensi (SK) mata pelajaran setiap ujian semester. Ini berarti
hanya 6 orang dari 35 orang, jumlah warga belajar mampu mencapai KKM pada
setiap KD dalam pelaksanaan ulangan harian maupun pada SK mata pelajaran
pada setiap ujian semester. Hal ini menunjukkan bahwa dalam proses
pembelajaran yang dilaksanakan di SKB Kota Gorontalo terdapat masalah yang
harus segera diatasi. Permasalahan terkait dengan proses pembelajaran yang
dilaksanakan untuk meningkatkan hasil belajar warga belajar. Gintings (2008:4)
mengatakan bahwa proses belajar berkaitan dengan proses kognitif aktual yang
harus dilalui oleh warga belajar dalam rangka mencapai keberhasilan belajar.
Selanjutnya ditambahkan pula bahwa sebelum menyelenggarakan kegiatan belajar
dan pembelajaran, ada empat pertanyaan mendasar yang diajukan kepada
pendidik yaitu : (1) apa yang akan diajarkan ? (2) siapa yang akan belajar? (3)
bagaimana mereka belajar ? dan (4) bagaimana saya harus menyelenggarakan
pembelajaran ?. Di samping itu, Knirk dan Gustafon (1986:15) dalam Sagala
(2007:64) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses yang
sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan dan evaluasi.
Kesulitan untuk mencapai kualitas pembelajaran tidak terlepas dari
pandangan terhadap belajar sendiri baik dari peserta belajar maupun dari tutor
10
lebih menekankan pada tranfering, yang mengandalkan pada kemampuan
mendengar dan melihat yang berimplikasi pada kemampuan mengingat dan
konsep ini secara bertahap sudah mulai ditinggalkan. Pembelajaran yang
diharapkan lebih menekankan pada kemampuan mengkonstruksi mencari dan
menemukan, mengungkap, pembelajaran berbasis pengalaman dan memiliki
kemampuan Cognitive Apprenticeship, seperti dinyatakan Albert Bandura's
(1997) theory of modeling, which posits that in order for modeling to be
successful, the learner must be attentive, must have access to and retain the
information presented, must be motivated to learn, and must be able to accurately
reproduce the desired skill (untuk keberhasilan pembelajaran dibutuhkan
perhatian penuh dari peserta belajar, kemampuan mengakses dan memanfaatkan
informasi, motivasi yang tinggi untuk belajar dan secara akurat menghasilkan
keterampilan yang diharapkan)
Proses pembelajaran yang baik adalah proses pembelajaran yang
memungkinkan warga belajar aktif melibatkan diri secara keseluruhan proses
baik secara mental maupun fisik. Oleh karena itu rancangan pembelajaran
hendaknya memberikan peluang bagi warga belajar untuk mencari, mengolah, dan
menemukan sendiri pengetahuan agar warga belajar dapat mengembangkan
keterampilan dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dalam proses
pembelajaran, tutor hendaknya melibatkan warga belajar baik secara pisik fisik
maupun mental.
Sagala, (2007:63) menyatakan bahwa pembelajaran mempunyai dua
11
...(1) dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental warga belajar secara maksimal, bukan hanya menuntut warga belajar sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi menghendaki aktivitas warga belajar dalam proses berpikir. (2) dalam proses pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir warga belajar, yang pada gilirannya kemampuan berpikir itu dapat membantu warga belajar untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa dalam proses pembelajaran,
partisipasi aktif warga belajar menjadi keharusan dalam rangka pencapaian tujuan
pembelajaran itu sendiri. Partisipasi aktif warga belajar ini bukan hanya dalam
pembelajaran tetapi diharapkan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian kegiatan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudjana
(1993:117) bahwa kegiatan belajar partisipatif mengandung arti ikut sertanya
warga belajar di dalam program pembelajaran. Keikutsertaan warga belajar itu
diwujudkan dalam tiga tahapan yaitu perencanaan program (program planning),
pelaksanaan (program implementation), dan penilaian (program evaluation)
kegiatan pembelajaran.
Beradasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan beberapa tutor
dan warga belajar di SKB Kota Gorontalo bahwa pembelajaran dilaksanakan
dengan menggunakan metode ceramah yang diselingi dengan satu atau dua
pertanyaan. Hal ini berakibat pada timbulnya kemalasan warga belajar untuk
mengikuti pembelajaran. Mereka tidak termotivasi untuk belajar sehingga
keadaan ini berdampak pada hasil belajar yang dicapai oleh warga belajar tidak
mencapai KKM. Tidak tercapainya KKM standar kompetensi maupun
kompetensi dasar dari suatu mata pelajaran membuktikan bahwa masih rendahnya
12
Rendahnya hasil belajar warga belajar program Paket C di SKB Kota
Gorontalo lebih disebabkan oleh faktor : 1) faktor dari dalam diri warga belajar
dan 2) faktor dari luar diri warga belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat yang
menyatakan bahwa faktor yang berasal dari dalam diri siswa dan faktor dari luar
diri siswa dapat mempengaruhi hasil belajar siswa itu sendiri. (Sudjana, 1989 :
39). Faktor yang berasal dari dalam diri warga belajar adalah kemampuan yang
dimiliki oleh siswa itu sendiri untuk melakukan perubahan dalam dirinya. Clark
(1981 : 21) menyatakan bahwa 70% hasil belajar siswa di sekolah dipengaruhi
oleh kemampuan internal siswa itu sendiri dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan.
http://www.sarjanaku.com/2011/03/pengertian-definisi-hasil-belajar.html diakses
20 Maret 2012)
Dari pendapat ini, maka pembelajaran dalam pendidikan nonformal
hendaknya menggunakan pendekatan yang dapat mendorong warga belajar untuk:
1) ingin terus belajar, dan bukan sebaliknya, walaupun diakui dalam beberapa hal ada yang bisa menghalangi proses pembelajaran. Jelas ada banyak motivasi yang menggerakkan orang dewasa untuk terus belajar, 2) termotivasi untuk belajar dari beberapa sumber: pencarian kenikmatan atau harga diri, pencarian jawaban dan pemenuhan kebutuhan yang dirasakan, 3) berorientasi masalah yakni mereka mencari pengetahuan untuk menjawab masalah yang nyata dalam hidup mereka, 4) belajar mandiri yakni mereka ingin ikut berpartisipasi tentang bagaimana dan apa yang mereka pelajari, 5) Memiliki rasa takut untuk gagal dalam konteks pembelajaran.
Faktor lain yang juga mempengaruhi hasil belajar warga belajar adalah
faktor dari luar diri warga belajar yakni faktor lingkungan yang terkait dengan
baik tidaknya kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh tutor.
(Sudjana, 2002 : 39). Hasil belajar warga belajar dipengaruhi oleh kamampuan
warga belajar dan kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran yang dimaksud
13
Berdasarkan pendapat di atas, maka hasil belajar warga belajar dipengaruhi
oleh dua faktor dari dalam individu warga belajar berupa kemampuan yang
berasal dari dalam diri dan faktor dari luar diri warga belajar yakni faktor
lingkungan yang terkait dengan kualitas proses pembelajaran. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan prestasi yang diperoleh warga
belajar karena adanya usaha atau pikiran sehingga menimbulkan perubahan
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang nampak pada berbagai aspek
kehidupan warga belajar.
B. Identifikasi Masalah
Masalah pokok dalam pembelajaran yang selama ini dilaksanakan di SKB
Kota Gorontalo adalah hasil pembelajaran warga belajar yang belum mencapai
KKM (hasil belajar warga belajar yang masih rendah). Dari masalah pokok ini
dapatlah dipahami bahwa proses pembelajaran yang dilaksanakan belum optimal
sehingga belum mampu meningkatkan hasil belajar warga belajar. Hal ini dapat
dilihat dari belum adanya perubahan yang terjadi pada warga belajar baik
pengetahuan, sikap maupun keterampilan setelah mengikuti proses pembelajaran.
Proses pembelajaran yang diharapkan adalah proses pembelajaran yang terjadi
dalam suasana dimana warga belajar tdak merasa tegang, adanya suasana yang
saling menghormati dan saling menghargai baik antara tutor dan warga belajar
maupun antar warga belajar, saling membelajarkan, adanya kerja sama sehingga
tercipta iklim belajar yang diinginkan oleh warga belajar.
Permasalahan lain yang dihadapi oleh warga belajar dalam pembelajaran
14
belum diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam hal mengidentifikasi minat
dan kebutuhan belajarnya sehingga materi pembelajaran tidak sesuai dengan apa
yang diinginkan oleh warga belajar. Demikian pula dalam hal perumusan tujuan
dan penyusunan perencanaan pembelajaran, masih cenderung dilakukan oleh tutor
sendiri sehingga warga belajar belum memperoleh kesempatan untuk
berpartisipasi menentukan apa yang menjadi tujuan serta bagaimana cara
belajarnya. Hal ini berakibat pada rendahnya motivasi warga belajar untuk belajar
sehingga tidak mampu mengembangkan potensi yang mereka miliki termasuk
dalam hal meningkatkan kemampuan berpikir untuk mengatasi masalah yang
mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Acuan yang benar: the programs
have all evolved in the closest collaboration with the villagers served and
compatibly with their cistom and social organizations (Niehoff, 1977)
Demikian pula dalam hal pelaksanaan evaluasi. Warga belajar belum
mendapatkan kesempatan untuk melakukan evaluasi diri terhadap hasil
belajarnya sehingga warga belajar tidak mengetahui perubahan dalam dirinya
terkait dengan pengetahuan, sikap maupun keterampilan sebagai hasil
pembelajaran. Pelaksanaan evaluasi masih cenderung dilakukan oleh tutor dan
hanya bertujuan untuk mengukur tingkat ketercapain kriteria ketuntasan minimal
yang sudah ditentukan sebelumnya oleh tutor.
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, terdapat kecenderungan belum
adanya model pembelajaran partisipatif andragogis untuk meningkatkan hasil
belajar watrga belajar.
15
Dari masalah yang dikemukakan di atas, maka dalam hal ini peneliti
merumuskan masalah yang akan diteliti secara umum yaitu “Bagaimana
Penerapan Model Pembelajaran Partisipatif Andragogis menjadi model
pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar warga belajar pada pendidikan
kesetaraan Paket C di Kota Gorontalo ?”
Rumusan masalah umum tersebut diuraikan dalam bentuk rumusan masalah
khusus sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran kondisi obyektif proses kegiatan pembelajaran
Pendidikan Kesetaraan program Paket C yang dilaksanakan oleh SKB Kota
Gorontalo?
2. Bagaimana pengembangan model pembelajaran partisipatif andragogis
untuk meningkatkan hasil belajar warga belajar Pendidikan Kesetaraan
program Paket C yang dilaksanakan oleh SKB Kota Gorontalo?
3. Bagaimana implementasi model pembelajaran partisipatif andragogis
untuk meningkatkan hasil belajar warga belajar Pendidikan Kesetaraan
program Paket C yang dilaksanakan oleh SKB Kota Gorontalo?
4. Bagaimana efektivitas model pembelajaran partisipatif andragogis untuk
meningkatkan hasil belajar warga belajar Pendidikan Kesetaraan program
Paket C yang dilaksanakan oleh SKB Kota Gorontalo?
D. Definisi Operasional
Istilah-istilah yang digunakan dalam judul penelitian ini secara operasional
dapat dijelaskan sebagai berikut:
16
Pengembangan adalah menjadikan sesuatu menjadi lebih sempurna
(Poerwadarminta, 1976:415). Model adalah pola dari sesuatu yang akan dibuat
(kamus besar bahasa Indonesia, 1976:534). Sukmadinata (2004;209)
berpandangan bahwa model pembelajaran adalah suatu desain yang
menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang
memungkinkan warga belajar berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau
perkembangan pada diri warga belajar.
Dalam penelitian ini yang dimaksudkan dengan pengembangan model
adalah menjadikan pola yang sudah ada dalam hal ini pembelajaran partisipatif
yang dilaksanakan oleh SKB menjadi lebih sempurna atau lebih efektif.
2. Pembelajaran Partisipatif Andragogis
Pembelajaran partisipatif andragogis dapat diartikan sebagai upaya sumber
belajar untuk mengikutsertakan warga belajar dalam pembelajaran yang
merupakan seni dan ilmu dalam membantu warga belajar (orang dewasa) untuk
belajar. Keikutsertaan warga belajar itu diwujudkan dalam tiga tahapan yaitu
perencanaan program (program planning), pelaksanaan (program
implementation), dan penilaian (program evaluation) kegiatan pembelajaran
(Sudjana, 1993:117; Knowles, 2005).
Dalam pembelajaran partisipatif andragogis setiap sumber belajar dituntut
untuk mampu mengikutsertakan warga belajar dalam pembelajaran sehingga
mereka benar-benar terlibat dalam kegiatan belajar dan dapat berpartisipasi aktif
dalam setiap langkah pembelajaran (Srinivasan ; Sujana, 1993:50). Di samping
itu, tutor juga harus mampu membantu warga belajar dalam hal: a) menciptakan
17
struktur kerjasama, b) menemukan kebutuhan belajar, c) merumuskan tujuan dan
materi yang dapat memenuhi kebutuhan belajar, d) merancang pola belajar dalam
sejumlah pengalaman belajar untuk warga belajar, e) melaksanakan kegiatan
belajar dengan menggunakan metode, teknik dan sarana belajar yang tepat, dan f)
menilai kegiatan belajar serta mendiagnosis kembali kebutuhan belajar. (Knowles,
1986:117).
Pembelajaran partisipatif andragogis dalam penelitian ini adalah upaya tutor
untuk mengikutsertakan, membantu dan memberikan kesempatan yang
seluas-luasnya kepada warga belajar untuk: a) mengidentifikasi dan menemukan
kebutuhan belajar, b) merumuskan tujuan dan materi yang dapat memenuhi
kebutuhan belajar, c) merancang pola belajar dalam sejumlah pengalaman belajar
untuk warga belajar, d) melaksanakan kegiatan belajar dengan menggunakan
metode, teknik dan sarana belajar yang tepat, dan e) menilai kegiatan belajar serta
mendiagnosis kembali kebutuhan belajar.
4. Hasil Belajar
Gagne dan Briggs (1979:52) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan
kemampuan internal (capability) yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan
sikap yang telah menjadi milik pribadi seseorang dan memungkinkan orang itu
melakukan sesuatu. Dick dan Reiser (1989:11) mengemukakan bahwa hasil
belajar merupakan prestasi yang diperoleh oleh warga belajar sebagai hasil
kegiatan pembelajaran, yang nampak dalam bentuk pengetahuan, keterampilan
dan sikap.
Senada dengan hal tersebut Sukmadinata, (2003:102) menyatakan bahwa
18
perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir, maupun
keterampilan motorik. Sudjana (2000:28) menyatakan bahwa pada dasarnya
kegiatan pembelajaran dapat memberikan pada hasil belajar bagi warga belajar.
Hasil belajar dalam penelitian ini adalah perubahan perilaku warga belajar
yang dapat diamati baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap
sebagai hasil proses pembelajaran yang memungkinkan warga belajar memiliki
kemampuan untuk melakukan sesuatu.
5. Pendidikan Kesetaraan Program Paket C
Pendidikan kesetaraan meliputi program Kejar Paket A setara SD ( 6
tahun) , Paket B setara SMP ( 3 tahun ), dan Paket C setara SMA ( 3 tahun ).
Program ini semula ditujukan bagi peserta didik yang berasal dari masyarakat
yang kurang beruntung, tidak pernah sekolah, putus sekolah dan putus lanjut, serta
usia produktif yang ingin meningkatkan pengetahuan dan kecakapan hidup.
Definisi mengenai setara adalah sepadan dalam civil effect, ukuran,
pengaruh, fungsi dan kedudukan. Sebagaimana yang tercantum dalam UU No 20 /
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 26 Ayat (6) bahwa " Hasil
pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan
formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk
oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional
pendidikan."
http://www.suaramerdeka.com/harian/0607/04/opi03.htm
Pendidikan kesetaraan program paket C dalam penelitian ini adalah jalur
pendidikan nonformal yang diikuti oleh masyarakat lulusan SMP/sederajat atau
19
lulusan sama dengan sekolah lulusan yang sama dengan sekolah formal. Warga
belajar yang lulus ujian kesetaraan Paket C mempunyai hak eligibilitas yang sama
dan setara dengan pemegang ijazah SMA/MA untuk dapat mendaftar pada satuan
pendidikan yang lebih tinggi. Status kelulusan Paket C mempunyai hak eligibilitas
yang setara dengan pendidikan formal dalam memasuki lapangan kerja
E. Tujuan Penelitian
1. 1. Tujuan Umum
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menemukan model
pembelajaran partisipatif andragogi untuk meningkatkan hasil belajar warga
belajar pada pendidikan kesetaraan Program Paket C di SKB Kota Gorontalo?.
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan kondisi obyektif proses kegiatan pembelajaran Pendidikan
Kesetaraan program Paket C yang dilaksanakan oleh SKB Kota Gorontalo.
b. Mengembangkan model pembelajaran partisipatif andragogis untuk
meningkatkan hasil belajar warga belajar Pendidikan Kesetaraan program
Paket C yang dilaksanakan oleh SKB Kota Gorontalo.
c. Mengimplementasikan model pembelajaran partisipatif andragogis untuk
meningkatkan hasil belajar warga belajar Pendidikan Kesetaraan program
Paket C yang dilaksanakan oleh SKB Kota Gorontalo.
d. Mengkaji efektifitas model pembelajaran partisipatif andragogis untuk
meningkatkan hasil belajar warga belajar Pendidikan Kesetaraan
20
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara
teoretis maupun secara praktis.
Secara teoretis temuan dalam penelitian ini merupakan masukan bagi
praktisi PLS dalam bentuk formula untuk mengalihkan pembelajaran klasik
menjadi pembelajaran partisipatif dan anstisipatif dari Botkin
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat
sebagai berikut: pertama, Sebagai bahan kajian bagi pihak-pihak yang
berkepentingan dalam rangka pembinaan usaha peningkatan mutu pendidikan
nonformal. Kedua, memberikan masukan kepada lembaga pembina program dan
satuan pendidikan nonformal dalam hal peningkatan hasil belajar warga belajar
melalui pengelolaan kegiatan pembelajaran. Ketiga, menunjang tiga program
unggulan Provinsi Gorontalo di bidang pengembangan sumber daya manusia,
pertanian, serta perikanan dan kelautan. Keempat, memberikan masukan kepada
tenaga pendidik untuk melibatkan warga belajar mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi dalam setiap kegiatan pembelajaran.
Kelima, Memberikan arah bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian lanjutan.
G. Kerangka Berpikir
Untuk meningkatkan hasil belajar warga belajar dapat dilakukan melalui
suatu proses pembelajaran yang dapat menjadikan terjadinya perubahan perilaku
dalam diri warga belajar baik dalam bentuk pengetahuan, sikap maupun
keterampilan. Proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan tujuan untuk
21
ditujukan bagi warga belajar pendidikan kesetaraan program Paket C yang
kegiatannya masih perlu didukung oleh pengembangan model pembelajaran
partisipatif andragogis.
Melalui pengembangan model ini diharapkan proses pembelajaran yang
dilaksanakan oleh tutor dapat meningkatkan hasil belajar warga belajar sehingga
terjadi perubahan perilaku yang dapat diamati baik dalam bentuk pengetahuan,
sikap maupun keterampilan. Hal ini dilakukan agar warga belajar benar-benar
memiliki kemampuan internal (capability) yang memungkinkan mereka mampu
melakukan sesuatu.
Dalam pengembangan model ini memperhatikan prinsip heutagogy dan
humanagogy serta perubahan peran dan fungsi tutor dalam upaya membelajarkan
orang dewasa (andragogi) yang lebih menekankan pada kegiatan membimbing
dan membantu orang dewasa untuk menemukan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap dalam rangka memecahkan masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.
23
Berdasarkan pada pola pikir di atas disertasi ini dikembangkan sebagai
berikut :
Bab I terdiri dari : Latar belakang masalah, identifikasi masalah,
rumusan dan pertanayaan penelitian, defenisi operasional, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, dan kerangka berpikir
Bab II terdiri dari : Hakikat andragogi, hakikat pembelajaran, hakikat
hasil belajar, hakikat pendidikankesetaraan program paket C, dan penelitian
yang relevan.
Bab III terdiri dari : Pendekatan penelitian, metode penelitian, prosedur
penelitian, lokasi dan subjek penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan
data, dan teknis analisis data
Bab IV terdiri dari : Deskripsi kondisi objektif, pengembangan model
pembelajaran, kajian efektivitas model pembelajaran, dan pembahasan hasil
penelitian.
116
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan dua pendekatan secara bersama,
bergantian dan saling membantu, yaitu pendekatan kualitatif (qualitative
approach) dan pendekatan kuantitatif (quantitative approach). Hal ini sejalan
dengan pendapat Bryman (Syamsudin dan Damaianti, 2007:141) yang
menyebutkan bahwa cara penggabungan penelitian kuantitatif dan kualitatif
dapat dilakukan dengan maksud untuk 1) logika triangulasi, temuan-temuan
dari satu jenis studi dapat dicek pada temuan-temuan yang diperoleh dari jenis
studi yang lain, 2) penelitian kualitatif membantu penelitian kuantitatif, 3)
penelitian kuantitatif membantu penelitian kualitatif, 4) penelitian kualitatif
dan kuantitatif digabungkan untuk memberikan gambaran umum.
Taylor & Bogdan (Moleong, 2008:4) menjelaskan bahwa pendekatan
kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif,
ucapan atau tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari orang-orang (subjek)
itu sendiri, dilakukan dalam situasi wajar (natural setting), data yang
dikumpulkan umumnya bersifat kualitatif, berdasarkan pada filsafat
fenomenologis yang mempergunakan penghayatan dan berusaha memahami
serta menafsirkan dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti. Dalam
penelitian ini yakni pada tahap studi pendahuluan dan penyusunan
117
Pendekatan kuantitatif merupakan penelitian dengan karakteristik
penalaran logis dan deduktif, berbasis pengetahuan, hubungan sebab akibat,
menguji teori, melakukan uji analisis statistik dan objektif. Pada penelitian ini
pendekatan kuantitatif digunakan pada tahap uji coba (Danim, 2002:34)
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian dan Pengembangan
(research and development). Research and Development (R&D) adalah
penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji
efektivitasnya. Produk tersebut dapat berupa model pembelajaran, model
pemberdayaan, dan lain-lain. Untuk dapat menghasilkan produk tertentu
digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji
efektivitas produk tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat luas, maka
diperlukan penelitian untuk menguji efektivitasnya.
Gall and Borg (2003:569) mendefinisikan bahwa penelitian dan
pengembangan dalam pendidikan adalah
Educational research and development (R &D) is a process used to develop and validate educational products. Goal of educational research is not to develop products, but rather to discover new knowledge (through basic research) or to answer specific questions about practical problems (through applied research).
Penelitian dan pengembangan dalam pendidikan adalah suatu proses
untuk mengembangkan dan memvalidasi produk. Tujuan penelitian dan
118
lebih dari itu untuk menemukan pengetahuan baru (melalui penelitian dasar)
atau untuk menjawab pertanyaan khusus mengenai masalah-masalah praktis
(melalui penelitian terapan). Selanjutnya dikatakan bahwa :
Research and development is an industry-based development model in which the findings of research are uswd to design new products and procedures, which than are systematically field-tested, evaluated and refined until they meet specified criteria effectiveness, quality, or smiliar standards.
Penelitian dan pengembangan adalah penelitian yang digunakan untuk
merancang produk dan prosedur baru yang harus diuji lapangan secara
sistematik, dievaluasi, diperbaiki sampai menemukan kriteria efektivitas
tertentu.
Gall dan Borg (2003:570) mengemukakan bahwa model penelitian dan
pengembangan dapat memberikan manfaat bagi perbaikan pendidikan sebab
dalam R&D terdapat hubungan erat antara evaluasi program secara sistematis
dengan pengembangan program.
Menurut Borg dan Gall (2003:572) yang dimaksud dengan produk
pendidikan tidak hanya objek- objek material seperti buku teks dan film untuk
pengajaran, tetapi juga termasuk bangunan, prosedur, dan proses seperti
metode mengajar dan organisasi pengajaran. Tujuan akhir dari R&D dibidang
pendidikan adalah lahirnya produk baru atau perbaikan terhadap produk lama
untuk meningkatkan unjuk kerja pendidikan, Hal ini berarti bahwa melalui
hasil R&D diharapkan proses pendidikan menjadi lebih efektif dan/atau lebih
119
Sukmadinata (2005:57) menjelaskan ada tiga langkah R&D, yaitu
1) studi pendahuluan, mengkaji teori dan mengamati produk atau kegiatan
yang ada, 2) melakukan pengembangan produk atau program kegiatan baru, 3)
menguji atau memvalidasi produk atau program kegiatan yang baru.
Produk pendidikan yang akan dikembangkan dan divalidasi di SKB
Kota Gorontalo sebagai lokasi penelitian melalui pendekatan R&D dalam
penelitian ini adalah model pembelajaran partisipatif andragogi untuk
meningkatkan hasil belajar warga belajar. Tujuan utama adanya
pengembangan model pembelajaran partisipatif andragogi ini diharapkan
program pembelajaran di SKB Kota Gorontalo dapat meningkatkan hasil
belajar warga belajar.
C. Prosedur Penelitian
Dalam pelaksanaan R&D, terdapat 10 tahapan yang harus dilakukan
yaitu : 1) research and information collecting, includes review of literature,
class room observation, and preparation of report of state the art (penelitian
pengumpulan informasi, termasuk didalamnya merujuk sumber atau literatur
yang sesuai, observasi lapangan dan persiapan laporan), 2) planning, includes
defining skills, stating objectives determining course sequence, and small scale
feasibility testing. (Perencanaan, termasuk pendefinisian keahlian/kecakapan,
penentuan urutan dan tes kelayakan dalam skala kecil), 3) develop preliminary
form of product, includes preparation of instructional materials, handbooks,
and evalution devices. (Mengembangkan produk awal, termasuk materi
120
conducted in from 1 to 3 scholls, using 6 to 12 subjects, interview,
observational, and questionnaire data cloocted and analyzed (uji coba
pengembangan produk awal, diambil satu sampai tiga lembaga pendidikan,
enam hingga 12 peserta didik. Kegiatan ini meliputi wawancara, pengamatan,
pengumpulan data pertanyaan dan dianalisa), 5) main product revision-
Revision of product as suggested by the preliminary field test results.
(melakukan revisi dari model awal berdasarkan saran-saran dan hasil temuan
pengujian lapangan model awal), 6) main field testing. (Pengujian lapangan
utama, yaitu melakukan uji coba lapangan terhadap model yang sudah
direvisi), 7) operational product revision), (Revisi produk operasional,
maksudnya melakukan revisi terhadap hasil pengujian pada langkah
sebelumnya), 8) operasional field testing. (Pengujian lapangan operasional,
maksudnya melakukan uji coba kembali), 9) final product revision. (Revisi
produk akhir, maksudnya melakukan kembali revisi berdasarkan hasil langkah
sebelumnya), 10) dissemination and distribution. (diseminasi dan distribusi,
maksudnya penyebarluasan dan penerapan). (Borg and Gall, 2003; 775)
Secara operasional, langkah-langkah penelitian tersebut di atas
dilakukan dalam beberapa tahap kegiatan meliputi: a) melakukan studi
pendahuluan, tahap ini merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
pengumpulan data sebagai dasar penyusunan dan pembuatan model
konseptual. Kegiatannya berupa kajian kepustakaan, melihat laporan
penyelenggaraan program pendidikan yang diselenggarakan oleh SKB Kota
121
pembelajaran yang diselenggarakan oleh tutor di SKB Kota Gorontalo
sehingga menemukan model di lapangan secara empirik (kondisi objektif), b)
mengembangkan desain penelitian berdasarkan kerangka pemikiran pada
langkah awal, c) mengembangkan instrumen penelitian, d) mengembangkan
model konseptual pembelajaran partisipatif andragogi. Kegiatan yang
dilakukan dalam mengembangkan model konseptual ini meliputi mengolah
dan mendeskripsikan temuan studi pendahuluan, menelaah berbagai laporan
penyelenggaraan pembelajaran untuk dijadikan sebagai rujukan dalam
penyusunan model konseptual, mengkaji berbagai teori dan konsep yang akan
dijadikan acuan dalam pengembangan model. Hasil kajian teori dapat menjadi
kerangka berpikir peneliti, menyusun draf model konseptual berdasarkan
kajian empirik dan konsep, membicarakan dengan praktisi melalui diskusi
terbatas tentang model konseptual yang akan dikembangkan, dan merevisi
draf model konseptual berdasarkan masukan dari praktisi, e) melakukan
validasi model konseptual kepada teman sejawat, praktisi dan pakar bidang
pendidikan nonformal, f) merevisi model konseptual berdasarkan masukan
dari praktisi, pakar bidang pendidikan nonformal, dan teman sejawat, g)
melakukan uji coba model konseptual di lapangan yang ditujukan untuk
menghasilkan model pembelajaran partisipatif andragogi untuk
meningkatkan hasil belajar warga belajar. Kegiatan yang dilakukan meliputi
melakukan uji coba model, h) Melakukan evaluasi hasil uji coba, i)
122
temuan, melakukan revisi dan formulasi model, dan j) menyusun laporan
penelitian sebagai akhir kegiatan penelitian,
123
Bagan 3.1
Langkah-Langkah Kegiatan Penelitian
D. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada SKB Kota Gorontalo. Dasar
pertimbangan menjadikan SKB Kota Gorontalo sebagai lokasi penelitian
adalah sebagai berikut :
1.SKB Kota Gorontalo menyelenggarakan kegiatan pembelajaran bagi warga
belajar program Kesetaraan Paket C
2.Warga belajar pada SKB Kota Gorontalo tergolong aktif dan konsisten
mengikuti kegiatan pembelajaran
3.Warga belajar pada SKB Kota Gorontalo pada umumnya peserta didik
putus sekolah yang kemudian melanjutkan studi di SKB dan berekonomi
lemah.
4.Adanya kesediaan Pimpinan SKB Kota Gorontalo bersama tutor untuk
dijadikan sebagai lokasi penelitian
5.Memiliki sarana dan prasarana serta fasilitas yang cukup memadai untuk
pelaksanaan proses pemebelajaran sehingga dapat menunjang pelaksanaan
kegiatan penelitian.
Dengan mempertimbangkan bahwa fokus penelitian ini adalah
pengembangan model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar warga
belajar maka sumber utama sebagai subjek dalam penelitian ini adalah Kepala
SKB, tutor dan warga belajar dengan fokus penelitian pada program
124
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif teknik pengumpulan data dapat
dilaksanakan dengan cara observasi, wawancara, dokumentasi, dan peralatan
yang dapat memotret situasi seperti kamera. (Danim, 2002:121). Selain itu,
Margono (2007:158) mengemukakan bahwa teknik pengumpulan data dapat
dilakukan dengan teknik observasi, teknik komunikasi, dan teknik pengukuran.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maka teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Teknik Observasi
Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan sistematis terhadap
gejala-gejala yang diteliti. Observasi ini ditekankan untuk membuat makna
atas peristiwa atau kejadian dari situasi yang tampak dan memungkinkan untuk
direfleksikan dari peristiwa-peristiwa tersebut. Kegiatan observasi dilakukan
baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Observasi langsung
dilakukan dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan terhadap objek
ditempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa sehingga kegiatan observasi
berada bersama objek yang diamati. Observasi tidak langsung adalah
pengamatan yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya suatu peristiwa
yang akan diselidiki seperti melihat foto-foto dari objek penelitian dan
dokumentasi lainnya yang relevan.
Penelitian ini menggunakan cara observasi non eksperimental, sistemik
125
mengumpulkan datanya menggunakan pedoman observasi yang disusun secara
sistematis. Dalam hal ini peneliti tidak melibatkan diri dalam situasi dan
kondisi subjek yang sedang diteliti. Observasi akan menjaring data tentang
dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pembelajaran pada pendidikan
kesetaraan paket C.
2. Teknik Wawancara
Wawancara merupakan kegiatan tanya jawab antara dua orang atau
lebih antara pewawancara dengan responden. Wawancara merupakan proses
dengan maksud untuk merekonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan
organisasi, motivasi, perasaan dan sebagainya yang dilakukan dua pihak
pewancara (interviewer) dan yang diwawancarai (interviewee).
Pedoman wawancara dikembangkan untuk mengumpulkan informasi
dalam studi pendahuluan yang terkait dengan penyelenggaraan program paket
C terutama yang berhubungan dengan proses pembelajaran dan kompetensi
akademik peserta didik. Pedoman wawancara untuk menggali informasi
tersebut adalah pedoman wawancara terbuka yang disusun untuk memberikan
keleluasaan kepada sumber informasi (data) dalam memberikan jawaban yang
lebih terbuka sesuai dengan pendapat masing-masing. Jawaban yang diperoleh
dari setiap butir pertanyaan dideskripsikan secara kualitatif. Sedangkan
wawancara untuk mengumpulkan informasi pelengkap dan menjadi faktor
pendukung atau kendala dalam proses uji coba dan implementasi model yang
dikembangkan, peneliti sendiri bertindak sebagai instrumennya dan jawaban
126
Kuesioner adalah suatu alat pengumpul informasi dengan cara
menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula
oleh responden. Kuesioner seperti halnya wawancara dimaksudkan untuk
memperoleh informasi tentang diri respon atau informasi tentang orang lain.
3. Teknik Pengukuran
Teknik pengukuran yang digunakan untuk mengumpulkan data antara
lain adalah tes. Tes adalah seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan
kepada seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat
dijadikan dasar bagi penetapan skor angka.
Untuk menunjang pengumpulan data maka diperlukan peralatan yang
berupa audio visual yang dapat membantu melihat situasi dan memberikan
gambaran yang nyata seperti melalui pemotretan. Pemotretan dapat
memberikan informasi faktual dan spesifik yang dapat digunakan dalam
kaitannya dengan sumber lain.
Instrumen penelitian pendekatan kualitatif adalah peneliti sendiri yang
didukung oleh seperangkat alat bantu yang dapat merekam apa yang terjadi di
lapangan, meliputi :
a. Untuk teknik observasi instrumennya menggunakan pedoman observasi
b. Untuk teknik wawancara instrumennya menggunakan pedoman wawancara
c. Untuk teknik tes menggunakan tes tertulis dengan instrumennya daftar
pertanyaan yang sudah disediakan aternatif jawabannya (tes objektif
127
Secara garis besar langkah-langkah teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini, dikelompokkan ke dalam tiga tahap pokok, yaitu 1) studi
pendahuluan, 2) pengembangan model, dan 3) kajian efektivitas.
1) Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan dimaksudkan untuk mendapatkan data tentang
gambaran umum yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan proses
pembelajaran di SKB serta berbagai faktor yang mempengaruhinya. Teknik
pengumpulan data yang digunakan di studi pendahuluan ini adalah a)
wawancara, b) observasi, dan c) mempelajari dokumen-dokumen.
Kegiatan wawancara dilakukan dengan, tutor dan warga belajar. Teknik
wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan data tentang (1) Standar
kompetensi mata pelajaran (2) alokasi waktu pembelajaran, (3) pelaksanaan
kegiatan perencanaan pembelajaran, (4) pelaksanaan kegiatan pembelajaran,
(5) pelaksanaan evaluasi, (6) aktivitas warga belajar dalam kegiatan
pembelajaran, (7) program pascabelajar, (8) penggalian sumber dana, (9)
masalah yang ditemui dan upaya pemecahannya baik warga belajar, maupun
tutor, (10) bagaimana pemanfaatan sumber belajar, dan (11) keterlibatan warga
belajar dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan penilain pembelajaran.
Kegiatan observasi digunakan peneliti untuk mengamati secara langsung
tentang (a) kondisi sarana dan prasarana pembelajaran di SKB, (b) aktivitas di
SKB baik yang dilakukan tutor maupun warga belajar, (c) kegiatan proses
128
Kegiatan mempelajari dokumen dilakukan untuk memperoleh data
pendukung hasil wawancara dan observasi seperti data daftar nama tutor SKB
dan warga belajar, kelengkapan administrasi tutor, daftar nilai warga belajar,
absensi warga belajar, serta dokumen lainnya yang terkait dengan aktivitas
pembelajaran di SKB.
2) Pengembangan Model
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam pengembangan model
adalah a) wawancara, dan b) mempelajari dokumentasi. Wawancara dilakukan
dengan pakar, praktisi dan teman sejawat. Dokumentasi yang dipelajari adalah
data yang terhimpun ketika studi pendahuluan dilakukan.
3) Kajian Efektivitas Model
Kajian efektivitas dilakukan melalui uji coba model dan uji efektivitas
model. Pada tahap kajian efektivitas model ini teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah a) wawancara, b) observasi, c) mempelajari dokumen, d) tes.
Wawancara dilakukan dengan tutor SKB, dan peserta didik.
Wawancara dengan tutor SKB, dalam upaya memperoleh informasi
mengenai (1) fasilitas yang tersedia yang dapat digunakan pada uji coba
model, (2) dukungan yang dapat diberikan pada saat uji coba model, (3)
program yang akan disajikan pada saat uji coba model, (4) tanggapan terhadap
model pembelajaran partisipatif andragogi, (5) kemudahan dan kesulitan yang
dihadapi dalam melakukan uji model, dan (6) tanggapan terhadap hasil belajar
warga belajar. Wawancara dengan warga belajar dilakukan dalam upaya
129
partisipatif andragogi, (b) kemudahan dan kesulitan yang dihadapi dalam
proses uji model, dan (c) tanggapan terhadap hasil belajar
Observasi dilakukan untuk mengamati seluruh aktivitas terkait dengan
uji coba model mulai dari tahap perencanaan sampai tahap pengembangan.
Mempelajari dokumentasi dilakukan untuk mempelajari dokumen yang
dihasilkan dari kegiatan uji coba model mulai dari tahap perencanaan sampai
tahap pengembangan.
Tes dilakukan dalam bentuk post-test yang diberikan pada akhir
kegiatan pembelajaran untuk mengetahui kemampuan akhir warga belajar
setelah mengikuti pembelajaran.
Oleh karena dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah wawancara, observasi, dokumentasi dan tes akhir maka
peneliti menyiapkan kisi-kisi instumennya beserta pedoman wawancara,
observasi, dokumentasi dan kisi-kisi test disertai uraian pertanyaannya.
sebagaimana lampiran 1 sampai dengan lampiran 13.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
penggabungan antara analisis deskriptif dan kuantitatif. Untuk analisis
deskrptif didasari atas pertimbangan bahwa secara harfiah penelitian deskriptif
adalah penelitian yang bermaksud untuk 1) membuat pencandraan (deskripsi)
mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Penelitian deskriptif biasa juga
130
mendetail yang mencandra gejala yang ada. 2) mengidentifikasi
masalah-masalah atau untuk mendapatkan justifikasi keadaan dan praktek-praktek yang
sedang berlangsung, membuat komparasi dan evaluasi, 3) untuk mengetahui
apa yang dikerjakan oleh orang-orang lain dalam menangani masalah atau
situasi yang sama agar dapat belajar dari mereka untuk kepentingan pembuatan
rencana dan pengambilan keputusan di masa depan (Suryabrata, 2003:41).
Digunakannya analisis deskriptif dalam penelitian ini mengingat
bahwa penelitian ini dilakukan untuk a) mencari informasi faktual yang
mendetail mengenai kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di SKB selama
ini maupun model yang dikembangkan, b) untuk mengidentifikasi
masalah-masalah atau untuk mendapatkan justifikasi keadaan dan praktek-praktek yang
sedang berlangsung baik mengenai kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan
di SKB selama ini maupun model yang dikembangkan, c) untuk membuat
komparasi dan evaluasi mengenai kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di
SKB selama ini dan model yang dikembangkan, dan d) untuk mengetahui apa
yang dikerjakan oleh tutor dan warga belajar dalam menangani kegiatan
pembelajaran baik itu mengenai pembelajaran yang dilaksanakan di SKB
selama ini maupun model yang dikembangkan yakni model pembelajaran
partisipatif andragogi untuk kepentingan pembuatan model pembelajaran yang
direkomendasikan.
Aplikasi teknik analisis data dalam penelitian ini dikelompokkan atas
tiga tahap, yakni studi pendahuluan, pengembangan model dan kajian
131
1) Tahap Studi Pendahuluan
Pada tahap studi pendahuluan digunakan teknik analisis data
kualititatif. Huberman dan Miles (Bungin, 2003;63) mengatakan bahwa
analisis data dan pengumpulan data kualitatif memperlihatkan sifat interaktif,
sebagai suatu sistem dan merupakan siklus. Pengumpulan data ditempatkan
sebagai bagian komponen yang merupakan bagian integral dari kegiatan
analisis data sebagaimana gambar berikut.
Bagan 3.2.
Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif sumber, Bungin, 2003
Berdasarkan gambar di atas dapat dipahami bahwa analisis data terdiri
dari a) reduksi data, yaitu data yang dikumpulkan dipisahkan sedemikian rupa
mulai dari editing, koding dan tabulasi termasuk di dalamnya kegiatan
mengikhtisarkan hasil pengumpulan data selengkap mungkin dan
memilah-milahnya kedalam satuan konsep tertentu, kategori tertentu atau tema tertentu,
b) display data, adalah seperangkat hasil reduksi data diorganisasikan kedalam
suatu bentuk tertentu sehingga terlihat sosoknya lebih utuh. Hal ini dapat
berbentuk sketsa, sinopsis, matriks, atau chart, c) pengambilan keputusan dan
Data collection
Data Dispaly
Data Reduction
132
verifikasi, yaitu pemaparan kesimpulan yang diperoleh dari display data, dan
tahap berikutnya adalah teknik triangulasi data, yaitu pengumpulan dan
pemeriksaan kebenaran data yang diperoleh dari pihak lain (pihak ketiga).
2) Tahap Pengembangan Model
Pada tahap pengembangan model dilakukan analisis kualitatif
deskriptif, dimana berdasarkan hasil studi pendahuluan dan kajian teoretik
peneliti menyusun model pembelajaran partisipatif andragogi. Model yang
disusun ini kemudian divalidasi oleh pakar, praktisi, dan teman sejawat serta
dikonsultasikan dengan dosen pembimbing.
3) Tahap Kajian Efektivitas Model
Pada tahap kajian efektivitas model ini menggunakan analisis
deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan terhadap instrumen
observasi, wawancara dan dokumentasi sedangkan analisis kuantitatif
digunakan terhadap tes hasil belajar.
Analisa data kuantitatif dalam penelitian ini menggunakan model eksperimen
”RANDOMIZED POSTTEST-ONLY CONTROL GROUP DESIGN” (Desain
kelompok kontrol Pasca test beracak) yang bagannya sebagai berikut :
KELOMPOK PERLAKUAN PASCATEST
A (KE) X 0
B (KK) 0
(Diadaptasi dari, Sukmadinata;2005; 206)
Keterangan :