• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PARTISIPATIF ANDRAGOGIS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PARTISIPATIF ANDRAGOGIS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR."

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN

PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH viii

DAFTAR ISI x

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah 13

C. Rumusan dan Pertanyaan Penelitian 14

D. Defenisi Operasional 15

E. Tujuan Penelitian 19

F. Manfaat Penelitian 19

G. Karangka Berpikir 20

BAB II : LANDASAN TEORETIK

A. Hakikat Partisipatif Andragogis 24

B. Hakikat Pembelajaran 52

C. Hakikat Hasil Belajar 92

D. Hakikat Pendidikan Kesetaraan Program Paket C 105

E. Penelitian Yang Relevan 113

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian\ 116

(2)

Iskandar Polapa, 2012

Pengembangan Model Pembelajaran Partisipatif Andragogis Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

C. Prosedur Penelitian 119

D. Lokasi dan Sukjek Penelitian 122

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 123

F. Teknik Analisis Data 129

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Objektif 135

B. Pengembangan Model Pembelajaran 144

C. Kajian Efektivitas Model Pembelajaran 170

D. Pembahasan Hasil Penelitian 200

BAB V : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan 226

B. Rekomendasi 227

DAFTAR PUSTAKA 228

(3)

Iskandar Polapa, 2012

Pengembangan Model Pembelajaran Partisipatif Andragogis Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

DAFTAR BAGAN

No Judul Halaman

1.1 Kerangka Berpikir 22

2.1 Keadaan Sekarang, Keadaan Yang Diinginkan dan Masalah 73

3.1 Langkah-langkah Kegiatan Penelitian 122

3.2 Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif 131

4.1 Kondisi Objektif Pembelajaran di SKB Kota Gorontalo 143

4.2 Pengembangan Model Pembelajaran Partisipatif Andragogis

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Warga Belajar

150

4.3 Pengembangan Model Pembelajaran Partisipatif Andragogis

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Warga Belajar (Setelah di

Validasi dan Siap Diuji Coba)

169

4.4 Model Pembelajaran Partisipatif Andragogis Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Warga Belajar (Hasil UJi Coba)

189

4.5 Proses Pendidikan Pendidikan Menurut CREEMERS dan

SHEERENS

(4)

Iskandar Polapa, 2012

Pengembangan Model Pembelajaran Partisipatif Andragogis Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

2.1 Perubahan Peran Tutor 49

2.2 Tuntutan Pembelajaran dan Peran Tutor 50

2.3 Komponen Pendidikan Kesetaraan 110

4.1 Mekanisme Pelaksanaan Model Pembelajaran Partisipatif

Andragogi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Warga

Belajar

190

4.2 Hasil Uji t Hasil Post-test Uji Coba Tahap I dan II

Kelompok Eksperimen (KE) dan Kelompok Kontrol (KK)

193

4.3 Hasil Uji t Aspek Sikap Uji Coba Tahap I dan II

Kelompok Eksperimen (KE) dan Kelompok Kontrol (KK)

197

4.4 Hasil Uji t Aspek Keterampilan Uji Coba Tahap I dan II

Kelompok Eksperimen (KE) dan Kelompok Kontrol (KK)

(5)

Iskandar Polapa, 2012

Pengembangan Model Pembelajaran Partisipatif Andragogis Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1 Hubungan Fungsional Antara Komponen Proses, dan

Tujuan Pendidikan Nonformal

80

4.1 Hasil Posttest Kelompok Kontrol dan Kelompok

Eksperimen Tahap I dan II

196

4.2 Skor Sikap Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen

Tahap I dan II

198

4.3 Skor Keterampilan Kelompok Kontrol dan Kelompok

Eksperimen Tahap I dan II

200

(6)

Iskandar Polapa, 2012

Pengembangan Model Pembelajaran Partisipatif Andragogis Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Halaman

1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian 237

2 Pedoman Wawancara dengan Penyelenggara Program 238

3 Pedoman Wawancara dengan Tutor 240

4 Pedoman Wawancara Untuk Warga Belajar 242

5 Pedoman Observasi 244

6 Pedoman Dokumentasi 245

7 Pedoman Wawancara (Validasi) 246

8 Pedoman Wawancara (Uji Coba Model) 247

9 Pedoman Observasi (Uji Coba Model) 249

10 Pedoman Dokumentasi (Uji Coba Model) 250

11 Kriteria Keberhasilan Pengembangan Model 251

12 Instrumen Soal Pre-tes dan Post-tes 252

13 Struktur Organisasi SKB 261

14 Komponen Yang Dikembangkan dalam Model

Pembelajaran

262

15 Format Kegiatan Pengembangan Model 263

16 Format Kegiatan Pengembangan Model (setelah Validasi) 267

17 Format Yang digunakan pada Uji Coba Tahap I 271

18 Format Yang digunakan pada Uji Coba Tahap II 282

19 Panduan Kerja 293

20 Dokumen Penelitian 298

(7)

Iskandar Polapa, 2012

Pengembangan Model Pembelajaran Partisipatif Andragogis Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PANITIA PENGUJI DISERTASI

Promotor Merangkap Ketua/Penguji

Prof. Dr. H. Ishak Abdulhak, M.Pd.

Ko. Promotor Merangkap Sekretaris/Penguji

Prof. Dr. H. Enceng Mulyana, M.Pd.

Anggota/Penguji

Dr. H. Ayi Olim, M.Pd

Penguji

Prof. Dr. H. Tuhpawana S. Senjaya, M.Si

(8)

Iskandar Polapa, 2012

Pengembangan Model Pembelajaran Partisipatif Andragogis Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan pendidikan nasional masih menghadapi berbagai tantangan

yang semakin luas dan kompleks, hal ini sejalan dengan makin pesatnya

perubahan kebudayaan yang berimplikasi terhadap kemajuan pada berbagai

bidang yang dipengaruhi oleh globalisasi maupun dinamika internal dalam negeri

(Ghai,1997). Beberapa hal yang terkait langsung dengan kepentingan pelaksanaan

pembangunan pendidikan antara lain : 1) ancaman perubahan karakter bangsa

yang dikhawatirkan semakin menjauh dari nilai-nilai luhur budaya bangsa

Indonesia; 2) tuntutan sumber daya manusia yang semakin tinggi dan bervariasi,

meskipun hal ini dapat meningkatkan persaingan pasar tenaga kerja, namun di sisi

lain merupakan peluang sekaligus tantangan bagi upaya pelaksanaan pendidikan

yang semakin kreatif dan inovatif (Ayiro,2010).

Sementara tantangan semakin berat, persoalan pembangunan pendidikan

masih banyak yang harus diselesaikan. Diperlukan kerja keras, kerja cerdas, dan

kerja kreatif untuk mengatasi masalah sekaligus memanfaatkan peluang

(Bharadwaj, 2010). Pembangunan pendidikan tidak saja harus menuntaskan

program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun, melainkan juga mendorong

lulusan pendidikan dasar agar dapat melanjutkan pendidikan pada jenjang

berikutnya (EfSD, 2009). Selain itu, peningkatan mutu pendidikan akan menjadi

tugas yang berkesinambungan secara intensif dan kreatif. Ditekankan dalam

(10)

2

improving all aspects of the quality of education and ensuring excellence of all so

that recognized and measurable learning outcomes are achieved by all, especially

in literacy, numeracy and essential life skills (Unesco, 2000).

Pendidikan non-formal dengan penekanan pada planned learning goals

planned learning opportunities sebagai kebalikan dari penggunaan pengalaman

tidak berbasis kesadaran dan semata-mata mempersiapkan seseorang pada saat

dihadapkan pada situasi mendesak (Eraut, 2000) merupakan jalur pendidikan di

luar jalur pendidikan formal yang bertujuan untuk melayani kebutuhan pendidikan

masyarakat dalam rangka meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan

nilai yang dilaksanakan secara berjenjang dan berstruktur dengan sistem yang

luwes, fungsional dan mengembangkan kecakapan hidup untuk belajar sepanjang

hayat. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tantang Sistem Pendidikan

Nasional pasal 26 ayat 1 mengamanatkan bahwa pendidikan nonformal berfungsi

sebagai pengganti, penambah, dan pelengkap pendidikan formal dalam rangka

mendukung pendidikan sepanjang hayat dan pemerataan pendidikan (Hoppers,

2007). Selanjutnya dalam pasal 26 ayat 2 dinyatakan bahwa pendidikan

nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan

pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional. Oleh karena itu,

penyelenggaraan pendidikan nonformal perlu dikembangkan sejalan dengan

tuntutan perkembangan kebutuhan masyarakat dan untuk meningkatkan mutu

sumber daya manusia (Henschke & Cooper, 2004).

Masyarakat yang sedang mengikuti pendidikan nonformal harus dibekali berbagai

pengetahuan, sikap dan keterampilan sehingga mereka memiliki kemampuan

(11)

3

lingkungannya. Hal ini sejalan dengan pendapat yang oleh Abdulhak (1990:1)

bahwa : Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha untuk mengembangkan

potensi sumber daya manusia sehingga lebih fungsional dalam menjawab segala

rangsangan yang datang pada dirinya. Usaha ini dinyatakan dalam kegiatan proses

belajar yang diikuti oleh setiap orang yang membutuhkannya.

Dalam rangka memenuhi kebutuhan belajar masyarakat, maka pelayanan

yang optimal terhadap masyarakat sebagai warga belajar (Fisher & Spiegel,

1995). Pelayanan yang dimaksud di atas adalah pelayanan pada proses

pembelajaran dalam rangka mengembangkan potensi warga belajar melalui

penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta

pengembangan sikap dan kepribadian professional (Heron, 1999). Pelayanan

dapat diwujudkan melalui pembelajaran yang efektif agar warga belajar dapat

mengembangkan potensinya pada segi pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Program pendidikan kesetaraan menempati posisi strategis untuk mengatasi

sekurang-kurangnya tiga tantangan penting, yakni:

1) membantu penuntasan program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun melalui penyelenggaraan program pendidikan kesetaraan Paket A dan B; 2) memberikan dorongan dan bantuan kepada lulusan pendidikan dasar yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah dan memfasilitasi siswa putus sekolah di pendidikan menengah untuk mengikuti program kesetaraan Paket C; 3) memberikan muatan pendidikan kecakapan hidup dengan keterampilan praktis yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja, serta kemampuan merintis dan mengembangkan usaha mandiri (enterpreneurship) untuk mengatasi persoalan ekonomi (...).

Belajar adalah berubah. Berubah dalam arti usaha mengubah tingkah laku

(Roschelle, 1999). Jadi belajar akan membawa sesuatu suatu perubahan pada

individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan

(12)

4

keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian diri.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa belajar sebagai rangkaian dari kegiatan

jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju perkembangan pribadi seutuhnya yang

menyangkut unsur cipta, rasa, karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

(Sardiman, 2010 : 21).

Secara psikologis, belajar adalah proses perubahan tingkah laku dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya yang merupakan hasil interaksi dengan

lingkungannya. “Belajar ialah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang

yang dilakukan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya”( Slameto. 2003 : 2). (http://fuddinbatavia.com/?p=336)

Melihat pada pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan dan dialami langsung oleh seseorang

yang dapat menimbulkan terjadinya perubahan baik pengetahuan, pengalaman,

keterampilan maupun sikap dan tingkah laku termasuk perubahan yang berbentuk

kecakapan dan kebiasaan.

Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Program Pendidikan Kesetaraan (Direktorat

Pendidikan Kesetaraan, 2010) menjelaskan bahwa tujuan khusus pendidikan

kesetaraan adalah :

1) meningkatkan pengetahuan warga belajar untuk mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan dunia kerja,

2) meningkatkan kemampuan sikap dan perilaku warga belajar sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, ekonomi dan alam sekitarnya, 3) meningkatkan pengetahuan keterampilan dan kemampuan warga belajar

(13)

5

Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa proses pembelajaran pada

warga belajar khususnya mereka yang sedang mengikuti program kesetaraan

hendaknya dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dalam

kenyataan pendidikan kesetaraan terjebak oleh pola pembelajaran kejutan

(Botkin), padahal seharusnya lebih banyak berpola pada pada prinsip dan

karakteristik pendidikan orang dewasa. Gagne dan Briggs (1979:52) menyatakan

bahwa hasil belajar merupakan kemampuan internal (capability) yang meliputi

pengetahuan dan keterampilan yang menjadikan seseorang memiliki kemampuan

untuk melakukan sesuatu. Senada dengan hal tersebut, Dick dan Reiser (1989:11)

mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan prestasi yang diperoleh oleh

warga belajar sebagai hasil kegiatan pembelajaran, yang nampak dalam bentuk

pengetahuan, keterampilan dan sikap. Sumarno, pengertian hasilbelajar.

http://blog.elearning.unesa.ac.id/alim-sumarno/pengertian-hasil-belajar (diakses

26 Pebruari 2012)

Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh warga belajar setelah

kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Hasil belajar warga belajar dapat dilihat

pada perubahan tingkah laku, pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan

warga belajar sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya (Azizan, 2012).

Namun, fakta menunjukkan bahwa kemampuan yang dimiliki warga belajar

program kesetaraan Paket C belum menunjukkan perubahan yang signifikan, baik

pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan yang merupakan hasil belajar.

Hasil belajar yang di peroleh melalui proses pembelajaran belum mampu

(14)

6

lain bahwa warga belajar memiliki daya serap yang masih rendah setelah

mengikuti kegiatan pembelajaran.

Jika dilihat dari segi kognitif, hasil belajar yang diperoleh belum

menunjukkan kemampuan untuk mengingat, memahami dan mengaplikasikan

materi-materi yang telah dibelajarkan. Kesulitan dan tantangan untuk

mengembalikan seseorang sebagai pembelajar sangat tergantung pada pandangan

tentang belajar dan lingkungan sosial budaya. Adalah kenyataan banyak sekali

urusan dalam kehidupan yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan di luar

sekolah akan tetapi komunitas tertentu memiliki kesulitan untuk melakukan

emansipasi memiliki kesulitan untuk keluar dari berbagai tenanan dan kemiskinan

absolut (Niehoff, 1977). Sementara ...Education and training are the keys to

improving the life opportunities of our people and enabling them. Dalam

kenyataan tantangan yang dihadapi yaitu:

... The main challenges facing recurrent education are the need to increase the number and quality of classes under the post-literacy program so that gains in literacy are sustained, the need to improve conditions for monitors and teachers and provide better professional development opportunities, and improving coordination between recurrent education program to reach their full potential (Horta, 2011).

Di samping itu, kemampuan untuk memahami antara bagian yang satu

dengan lainnya, memadukan konsep serta memberi pertimbangan terhadap

nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu masih sangat rendah. Hal ini ditunjukkan dengan

adanya tingkat kelulusan warga belajar program Paket C baik secara nasional

maupun di tingkat daerah.

Jumlah peserta Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan (UNPK) Paket C

(15)

7

355.228 orang. Untuk tahun 2006 jumlah peserta UNPK berjumlah 321.343 orang

termasuk diantaranya 130.764 orang (44%) berasal dari mereka yang tidak UN

formal dengan prosentase kelulusan 70%. http://www.putussekolah.

com/2011/04/lulusan-paket-c-memiliki-hak-eligibilitas/

Ella Yulaelawaty (Direktur Kesetaraan Direktorat Jenderal Pendidikan Luar

Sekolah Departemen Pendidikan Nasional) dalam jumpa pers di Gerai Informasi

Media (GIM) Depdiknas, Jl Jenderal Sudirman, Senin (2/10/2006) mengatakan

bahwa 332.149 atau 86,34 persen dari 384.698 peserta ujian kesetaraan paket A, B

dan C periode dua dinyatakan lulus. Dengan tingkat kegagalan Paket C IPS

sebesar 2,5%, Paket B sebesar 5%, dan Paket C IPA 4%. Peserta ujian terdiri dari,

9178 dari Paket A, lulus 8068 peserta atau 87,91 persen; 210.169 peserta Paket B,

lulus 194674 orang atau 92,63 persen yang terdiri dari peserta Paket B reguler dan

gagal UN SMP/MTs; 23682 peserta Paket C IPA, lulus 17.008 atau 71,82 persen,

terdiri dari peserta program Paket C reguler dan peserta yang gagal UN SMA/MA

IPA; 141.669 peserta Paket C IPS, lulus 112.399 peserta atau 79,34 persen, terdiri

dari peserta program Paket C reguler dan peserta yang gagal UN SMA/MA

IPS/SMK. http://news.detik.

com/read/2006/10/03/014735/687476/10/8634-peserta-ujian-kesetaraan-paket-a-b-c-tahap-ii-lulus.

Di Yogyakarta, dari 4.512 siswa di DIY yang mengikuti UN Kejar Paket C

tahun 2006, peserta yang lulus hanya 3.080 siswa atau hanya 68 persen saja.

http://pls-pkbm.blogspot.com/2009/02/lulusan-paket-c-memiliki-hak.html.

Peserta UNPK tahun 2009 di Pontianak Selatan dan Tenggara dengan

persentase kelulusan 84,9 persen. Sedangkan di Kecamatan Pontianak Kota

(16)

8

persen (seluruhnya jurusan IPS). Hanya di Kecamatan Pontianak Timur yang ada

jurusan IPA, dengan persentase kelulusan 50 persen. Untuk IPS di kecamatan

tersebut sebesar 84,1%.

http://www.bpplsp-reg5.go.id/berita-90-id-kelulusan-ujian-paket.html.

Di Kota Gorontalo tahun 2011, dari 1090 orang peserta Ujian Nasional

yang dinyatakan lulus hanya 719 orang atau hanya mencapai 65,96%. Ini berarti

masih ada 371 orang yang tidak lulus ujian nasioanl atau 34,04%.

Selanjutnya jika dilihat dari segi afektif, kemampuan merespon stimulan,

kerelaan partisipasi (Knowles, 2005) dalam kegiatan maupun kemampuan

mengapresiasi suatu kejadian tertentu belum menunjukkan adanya perubahan ke

arah lebih baik. Demikian pula dengan aspek keterampilan yang dimiliki oleh

warga belajar belum menunjukkan kemampuan berkreasi atas dasar prakarsa

sendiri. Rendahnya partisipasi memiliki kaitan dengan sistem pendidikan sendiri

yang tidak berpihak pada peserta didik (Knowles, 2005), yang berimplikasi pada

tanggungjawab dan sustainabilitas pendidikan.

Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kota Gorontalo merupakan salah satu

lembaga atau satuan pendidikan nonformal yang melaksanakan berbagai program

terkait dengan penyelenggaraan pendidikan nonformal diharapkan menjadi solusi

dalam upaya mengembangkan potensi warga belajar melalui proses pembelajaran

agar memiliki hasil belajar yang lebih baik. Namun fakta menunjukkan bahwa

warga belajar yang sedang mengikuti program kesetaraan di SKB Kota Gorontalo

belum memiliki kemampuan terhadap penguasaan matei pelajaran yang telah

diajarkan oleh tutor. Hal ini dibuktikan dengan adanya hasil penilaian terhadap

(17)

9

mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang dipersyaratkan bagi

keberhasilan suatu proses pembelajaran.

Penilaian hasil belajar yang dilakukan pada warga belajar masih di bawah

standar KKM yakni 82,86% warga belajar yang belum mampu mencapai KKM

pada setiap kompetensi dasar (KD) dalam pelaksanaan ulangan harian maupun

pada standar kompetensi (SK) mata pelajaran setiap ujian semester. Ini berarti

hanya 6 orang dari 35 orang, jumlah warga belajar mampu mencapai KKM pada

setiap KD dalam pelaksanaan ulangan harian maupun pada SK mata pelajaran

pada setiap ujian semester. Hal ini menunjukkan bahwa dalam proses

pembelajaran yang dilaksanakan di SKB Kota Gorontalo terdapat masalah yang

harus segera diatasi. Permasalahan terkait dengan proses pembelajaran yang

dilaksanakan untuk meningkatkan hasil belajar warga belajar. Gintings (2008:4)

mengatakan bahwa proses belajar berkaitan dengan proses kognitif aktual yang

harus dilalui oleh warga belajar dalam rangka mencapai keberhasilan belajar.

Selanjutnya ditambahkan pula bahwa sebelum menyelenggarakan kegiatan belajar

dan pembelajaran, ada empat pertanyaan mendasar yang diajukan kepada

pendidik yaitu : (1) apa yang akan diajarkan ? (2) siapa yang akan belajar? (3)

bagaimana mereka belajar ? dan (4) bagaimana saya harus menyelenggarakan

pembelajaran ?. Di samping itu, Knirk dan Gustafon (1986:15) dalam Sagala

(2007:64) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses yang

sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan dan evaluasi.

Kesulitan untuk mencapai kualitas pembelajaran tidak terlepas dari

pandangan terhadap belajar sendiri baik dari peserta belajar maupun dari tutor

(18)

10

lebih menekankan pada tranfering, yang mengandalkan pada kemampuan

mendengar dan melihat yang berimplikasi pada kemampuan mengingat dan

konsep ini secara bertahap sudah mulai ditinggalkan. Pembelajaran yang

diharapkan lebih menekankan pada kemampuan mengkonstruksi mencari dan

menemukan, mengungkap, pembelajaran berbasis pengalaman dan memiliki

kemampuan Cognitive Apprenticeship, seperti dinyatakan Albert Bandura's

(1997) theory of modeling, which posits that in order for modeling to be

successful, the learner must be attentive, must have access to and retain the

information presented, must be motivated to learn, and must be able to accurately

reproduce the desired skill (untuk keberhasilan pembelajaran dibutuhkan

perhatian penuh dari peserta belajar, kemampuan mengakses dan memanfaatkan

informasi, motivasi yang tinggi untuk belajar dan secara akurat menghasilkan

keterampilan yang diharapkan)

Proses pembelajaran yang baik adalah proses pembelajaran yang

memungkinkan warga belajar aktif melibatkan diri secara keseluruhan proses

baik secara mental maupun fisik. Oleh karena itu rancangan pembelajaran

hendaknya memberikan peluang bagi warga belajar untuk mencari, mengolah, dan

menemukan sendiri pengetahuan agar warga belajar dapat mengembangkan

keterampilan dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dalam proses

pembelajaran, tutor hendaknya melibatkan warga belajar baik secara pisik fisik

maupun mental.

Sagala, (2007:63) menyatakan bahwa pembelajaran mempunyai dua

(19)

11

...(1) dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental warga belajar secara maksimal, bukan hanya menuntut warga belajar sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi menghendaki aktivitas warga belajar dalam proses berpikir. (2) dalam proses pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir warga belajar, yang pada gilirannya kemampuan berpikir itu dapat membantu warga belajar untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa dalam proses pembelajaran,

partisipasi aktif warga belajar menjadi keharusan dalam rangka pencapaian tujuan

pembelajaran itu sendiri. Partisipasi aktif warga belajar ini bukan hanya dalam

pembelajaran tetapi diharapkan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan

penilaian kegiatan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudjana

(1993:117) bahwa kegiatan belajar partisipatif mengandung arti ikut sertanya

warga belajar di dalam program pembelajaran. Keikutsertaan warga belajar itu

diwujudkan dalam tiga tahapan yaitu perencanaan program (program planning),

pelaksanaan (program implementation), dan penilaian (program evaluation)

kegiatan pembelajaran.

Beradasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan beberapa tutor

dan warga belajar di SKB Kota Gorontalo bahwa pembelajaran dilaksanakan

dengan menggunakan metode ceramah yang diselingi dengan satu atau dua

pertanyaan. Hal ini berakibat pada timbulnya kemalasan warga belajar untuk

mengikuti pembelajaran. Mereka tidak termotivasi untuk belajar sehingga

keadaan ini berdampak pada hasil belajar yang dicapai oleh warga belajar tidak

mencapai KKM. Tidak tercapainya KKM standar kompetensi maupun

kompetensi dasar dari suatu mata pelajaran membuktikan bahwa masih rendahnya

(20)

12

Rendahnya hasil belajar warga belajar program Paket C di SKB Kota

Gorontalo lebih disebabkan oleh faktor : 1) faktor dari dalam diri warga belajar

dan 2) faktor dari luar diri warga belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat yang

menyatakan bahwa faktor yang berasal dari dalam diri siswa dan faktor dari luar

diri siswa dapat mempengaruhi hasil belajar siswa itu sendiri. (Sudjana, 1989 :

39). Faktor yang berasal dari dalam diri warga belajar adalah kemampuan yang

dimiliki oleh siswa itu sendiri untuk melakukan perubahan dalam dirinya. Clark

(1981 : 21) menyatakan bahwa 70% hasil belajar siswa di sekolah dipengaruhi

oleh kemampuan internal siswa itu sendiri dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan.

http://www.sarjanaku.com/2011/03/pengertian-definisi-hasil-belajar.html diakses

20 Maret 2012)

Dari pendapat ini, maka pembelajaran dalam pendidikan nonformal

hendaknya menggunakan pendekatan yang dapat mendorong warga belajar untuk:

1) ingin terus belajar, dan bukan sebaliknya, walaupun diakui dalam beberapa hal ada yang bisa menghalangi proses pembelajaran. Jelas ada banyak motivasi yang menggerakkan orang dewasa untuk terus belajar, 2) termotivasi untuk belajar dari beberapa sumber: pencarian kenikmatan atau harga diri, pencarian jawaban dan pemenuhan kebutuhan yang dirasakan, 3) berorientasi masalah yakni mereka mencari pengetahuan untuk menjawab masalah yang nyata dalam hidup mereka, 4) belajar mandiri yakni mereka ingin ikut berpartisipasi tentang bagaimana dan apa yang mereka pelajari, 5) Memiliki rasa takut untuk gagal dalam konteks pembelajaran.

Faktor lain yang juga mempengaruhi hasil belajar warga belajar adalah

faktor dari luar diri warga belajar yakni faktor lingkungan yang terkait dengan

baik tidaknya kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh tutor.

(Sudjana, 2002 : 39). Hasil belajar warga belajar dipengaruhi oleh kamampuan

warga belajar dan kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran yang dimaksud

(21)

13

Berdasarkan pendapat di atas, maka hasil belajar warga belajar dipengaruhi

oleh dua faktor dari dalam individu warga belajar berupa kemampuan yang

berasal dari dalam diri dan faktor dari luar diri warga belajar yakni faktor

lingkungan yang terkait dengan kualitas proses pembelajaran. Dengan demikian,

dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan prestasi yang diperoleh warga

belajar karena adanya usaha atau pikiran sehingga menimbulkan perubahan

pengetahuan, keterampilan dan sikap yang nampak pada berbagai aspek

kehidupan warga belajar.

B. Identifikasi Masalah

Masalah pokok dalam pembelajaran yang selama ini dilaksanakan di SKB

Kota Gorontalo adalah hasil pembelajaran warga belajar yang belum mencapai

KKM (hasil belajar warga belajar yang masih rendah). Dari masalah pokok ini

dapatlah dipahami bahwa proses pembelajaran yang dilaksanakan belum optimal

sehingga belum mampu meningkatkan hasil belajar warga belajar. Hal ini dapat

dilihat dari belum adanya perubahan yang terjadi pada warga belajar baik

pengetahuan, sikap maupun keterampilan setelah mengikuti proses pembelajaran.

Proses pembelajaran yang diharapkan adalah proses pembelajaran yang terjadi

dalam suasana dimana warga belajar tdak merasa tegang, adanya suasana yang

saling menghormati dan saling menghargai baik antara tutor dan warga belajar

maupun antar warga belajar, saling membelajarkan, adanya kerja sama sehingga

tercipta iklim belajar yang diinginkan oleh warga belajar.

Permasalahan lain yang dihadapi oleh warga belajar dalam pembelajaran

(22)

14

belum diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam hal mengidentifikasi minat

dan kebutuhan belajarnya sehingga materi pembelajaran tidak sesuai dengan apa

yang diinginkan oleh warga belajar. Demikian pula dalam hal perumusan tujuan

dan penyusunan perencanaan pembelajaran, masih cenderung dilakukan oleh tutor

sendiri sehingga warga belajar belum memperoleh kesempatan untuk

berpartisipasi menentukan apa yang menjadi tujuan serta bagaimana cara

belajarnya. Hal ini berakibat pada rendahnya motivasi warga belajar untuk belajar

sehingga tidak mampu mengembangkan potensi yang mereka miliki termasuk

dalam hal meningkatkan kemampuan berpikir untuk mengatasi masalah yang

mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Acuan yang benar: the programs

have all evolved in the closest collaboration with the villagers served and

compatibly with their cistom and social organizations (Niehoff, 1977)

Demikian pula dalam hal pelaksanaan evaluasi. Warga belajar belum

mendapatkan kesempatan untuk melakukan evaluasi diri terhadap hasil

belajarnya sehingga warga belajar tidak mengetahui perubahan dalam dirinya

terkait dengan pengetahuan, sikap maupun keterampilan sebagai hasil

pembelajaran. Pelaksanaan evaluasi masih cenderung dilakukan oleh tutor dan

hanya bertujuan untuk mengukur tingkat ketercapain kriteria ketuntasan minimal

yang sudah ditentukan sebelumnya oleh tutor.

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, terdapat kecenderungan belum

adanya model pembelajaran partisipatif andragogis untuk meningkatkan hasil

belajar watrga belajar.

(23)

15

Dari masalah yang dikemukakan di atas, maka dalam hal ini peneliti

merumuskan masalah yang akan diteliti secara umum yaitu “Bagaimana

Penerapan Model Pembelajaran Partisipatif Andragogis menjadi model

pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar warga belajar pada pendidikan

kesetaraan Paket C di Kota Gorontalo ?”

Rumusan masalah umum tersebut diuraikan dalam bentuk rumusan masalah

khusus sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran kondisi obyektif proses kegiatan pembelajaran

Pendidikan Kesetaraan program Paket C yang dilaksanakan oleh SKB Kota

Gorontalo?

2. Bagaimana pengembangan model pembelajaran partisipatif andragogis

untuk meningkatkan hasil belajar warga belajar Pendidikan Kesetaraan

program Paket C yang dilaksanakan oleh SKB Kota Gorontalo?

3. Bagaimana implementasi model pembelajaran partisipatif andragogis

untuk meningkatkan hasil belajar warga belajar Pendidikan Kesetaraan

program Paket C yang dilaksanakan oleh SKB Kota Gorontalo?

4. Bagaimana efektivitas model pembelajaran partisipatif andragogis untuk

meningkatkan hasil belajar warga belajar Pendidikan Kesetaraan program

Paket C yang dilaksanakan oleh SKB Kota Gorontalo?

D. Definisi Operasional

Istilah-istilah yang digunakan dalam judul penelitian ini secara operasional

dapat dijelaskan sebagai berikut:

(24)

16

Pengembangan adalah menjadikan sesuatu menjadi lebih sempurna

(Poerwadarminta, 1976:415). Model adalah pola dari sesuatu yang akan dibuat

(kamus besar bahasa Indonesia, 1976:534). Sukmadinata (2004;209)

berpandangan bahwa model pembelajaran adalah suatu desain yang

menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang

memungkinkan warga belajar berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau

perkembangan pada diri warga belajar.

Dalam penelitian ini yang dimaksudkan dengan pengembangan model

adalah menjadikan pola yang sudah ada dalam hal ini pembelajaran partisipatif

yang dilaksanakan oleh SKB menjadi lebih sempurna atau lebih efektif.

2. Pembelajaran Partisipatif Andragogis

Pembelajaran partisipatif andragogis dapat diartikan sebagai upaya sumber

belajar untuk mengikutsertakan warga belajar dalam pembelajaran yang

merupakan seni dan ilmu dalam membantu warga belajar (orang dewasa) untuk

belajar. Keikutsertaan warga belajar itu diwujudkan dalam tiga tahapan yaitu

perencanaan program (program planning), pelaksanaan (program

implementation), dan penilaian (program evaluation) kegiatan pembelajaran

(Sudjana, 1993:117; Knowles, 2005).

Dalam pembelajaran partisipatif andragogis setiap sumber belajar dituntut

untuk mampu mengikutsertakan warga belajar dalam pembelajaran sehingga

mereka benar-benar terlibat dalam kegiatan belajar dan dapat berpartisipasi aktif

dalam setiap langkah pembelajaran (Srinivasan ; Sujana, 1993:50). Di samping

itu, tutor juga harus mampu membantu warga belajar dalam hal: a) menciptakan

(25)

17

struktur kerjasama, b) menemukan kebutuhan belajar, c) merumuskan tujuan dan

materi yang dapat memenuhi kebutuhan belajar, d) merancang pola belajar dalam

sejumlah pengalaman belajar untuk warga belajar, e) melaksanakan kegiatan

belajar dengan menggunakan metode, teknik dan sarana belajar yang tepat, dan f)

menilai kegiatan belajar serta mendiagnosis kembali kebutuhan belajar. (Knowles,

1986:117).

Pembelajaran partisipatif andragogis dalam penelitian ini adalah upaya tutor

untuk mengikutsertakan, membantu dan memberikan kesempatan yang

seluas-luasnya kepada warga belajar untuk: a) mengidentifikasi dan menemukan

kebutuhan belajar, b) merumuskan tujuan dan materi yang dapat memenuhi

kebutuhan belajar, c) merancang pola belajar dalam sejumlah pengalaman belajar

untuk warga belajar, d) melaksanakan kegiatan belajar dengan menggunakan

metode, teknik dan sarana belajar yang tepat, dan e) menilai kegiatan belajar serta

mendiagnosis kembali kebutuhan belajar.

4. Hasil Belajar

Gagne dan Briggs (1979:52) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan

kemampuan internal (capability) yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan

sikap yang telah menjadi milik pribadi seseorang dan memungkinkan orang itu

melakukan sesuatu. Dick dan Reiser (1989:11) mengemukakan bahwa hasil

belajar merupakan prestasi yang diperoleh oleh warga belajar sebagai hasil

kegiatan pembelajaran, yang nampak dalam bentuk pengetahuan, keterampilan

dan sikap.

Senada dengan hal tersebut Sukmadinata, (2003:102) menyatakan bahwa

(26)

18

perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir, maupun

keterampilan motorik. Sudjana (2000:28) menyatakan bahwa pada dasarnya

kegiatan pembelajaran dapat memberikan pada hasil belajar bagi warga belajar.

Hasil belajar dalam penelitian ini adalah perubahan perilaku warga belajar

yang dapat diamati baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap

sebagai hasil proses pembelajaran yang memungkinkan warga belajar memiliki

kemampuan untuk melakukan sesuatu.

5. Pendidikan Kesetaraan Program Paket C

Pendidikan kesetaraan meliputi program Kejar Paket A setara SD ( 6

tahun) , Paket B setara SMP ( 3 tahun ), dan Paket C setara SMA ( 3 tahun ).

Program ini semula ditujukan bagi peserta didik yang berasal dari masyarakat

yang kurang beruntung, tidak pernah sekolah, putus sekolah dan putus lanjut, serta

usia produktif yang ingin meningkatkan pengetahuan dan kecakapan hidup.

Definisi mengenai setara adalah sepadan dalam civil effect, ukuran,

pengaruh, fungsi dan kedudukan. Sebagaimana yang tercantum dalam UU No 20 /

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 26 Ayat (6) bahwa " Hasil

pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan

formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk

oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional

pendidikan."

http://www.suaramerdeka.com/harian/0607/04/opi03.htm

Pendidikan kesetaraan program paket C dalam penelitian ini adalah jalur

pendidikan nonformal yang diikuti oleh masyarakat lulusan SMP/sederajat atau

(27)

19

lulusan sama dengan sekolah lulusan yang sama dengan sekolah formal. Warga

belajar yang lulus ujian kesetaraan Paket C mempunyai hak eligibilitas yang sama

dan setara dengan pemegang ijazah SMA/MA untuk dapat mendaftar pada satuan

pendidikan yang lebih tinggi. Status kelulusan Paket C mempunyai hak eligibilitas

yang setara dengan pendidikan formal dalam memasuki lapangan kerja

E. Tujuan Penelitian

1. 1. Tujuan Umum

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menemukan model

pembelajaran partisipatif andragogi untuk meningkatkan hasil belajar warga

belajar pada pendidikan kesetaraan Program Paket C di SKB Kota Gorontalo?.

2. Tujuan Khusus

a. Menggambarkan kondisi obyektif proses kegiatan pembelajaran Pendidikan

Kesetaraan program Paket C yang dilaksanakan oleh SKB Kota Gorontalo.

b. Mengembangkan model pembelajaran partisipatif andragogis untuk

meningkatkan hasil belajar warga belajar Pendidikan Kesetaraan program

Paket C yang dilaksanakan oleh SKB Kota Gorontalo.

c. Mengimplementasikan model pembelajaran partisipatif andragogis untuk

meningkatkan hasil belajar warga belajar Pendidikan Kesetaraan program

Paket C yang dilaksanakan oleh SKB Kota Gorontalo.

d. Mengkaji efektifitas model pembelajaran partisipatif andragogis untuk

meningkatkan hasil belajar warga belajar Pendidikan Kesetaraan

(28)

20

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara

teoretis maupun secara praktis.

Secara teoretis temuan dalam penelitian ini merupakan masukan bagi

praktisi PLS dalam bentuk formula untuk mengalihkan pembelajaran klasik

menjadi pembelajaran partisipatif dan anstisipatif dari Botkin

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat

sebagai berikut: pertama, Sebagai bahan kajian bagi pihak-pihak yang

berkepentingan dalam rangka pembinaan usaha peningkatan mutu pendidikan

nonformal. Kedua, memberikan masukan kepada lembaga pembina program dan

satuan pendidikan nonformal dalam hal peningkatan hasil belajar warga belajar

melalui pengelolaan kegiatan pembelajaran. Ketiga, menunjang tiga program

unggulan Provinsi Gorontalo di bidang pengembangan sumber daya manusia,

pertanian, serta perikanan dan kelautan. Keempat, memberikan masukan kepada

tenaga pendidik untuk melibatkan warga belajar mulai dari perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi dalam setiap kegiatan pembelajaran.

Kelima, Memberikan arah bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian lanjutan.

G. Kerangka Berpikir

Untuk meningkatkan hasil belajar warga belajar dapat dilakukan melalui

suatu proses pembelajaran yang dapat menjadikan terjadinya perubahan perilaku

dalam diri warga belajar baik dalam bentuk pengetahuan, sikap maupun

keterampilan. Proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan tujuan untuk

(29)

21

ditujukan bagi warga belajar pendidikan kesetaraan program Paket C yang

kegiatannya masih perlu didukung oleh pengembangan model pembelajaran

partisipatif andragogis.

Melalui pengembangan model ini diharapkan proses pembelajaran yang

dilaksanakan oleh tutor dapat meningkatkan hasil belajar warga belajar sehingga

terjadi perubahan perilaku yang dapat diamati baik dalam bentuk pengetahuan,

sikap maupun keterampilan. Hal ini dilakukan agar warga belajar benar-benar

memiliki kemampuan internal (capability) yang memungkinkan mereka mampu

melakukan sesuatu.

Dalam pengembangan model ini memperhatikan prinsip heutagogy dan

humanagogy serta perubahan peran dan fungsi tutor dalam upaya membelajarkan

orang dewasa (andragogi) yang lebih menekankan pada kegiatan membimbing

dan membantu orang dewasa untuk menemukan pengetahuan, keterampilan, dan

sikap dalam rangka memecahkan masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.

(30)
(31)

23

Berdasarkan pada pola pikir di atas disertasi ini dikembangkan sebagai

berikut :

Bab I terdiri dari : Latar belakang masalah, identifikasi masalah,

rumusan dan pertanayaan penelitian, defenisi operasional, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, dan kerangka berpikir

Bab II terdiri dari : Hakikat andragogi, hakikat pembelajaran, hakikat

hasil belajar, hakikat pendidikankesetaraan program paket C, dan penelitian

yang relevan.

Bab III terdiri dari : Pendekatan penelitian, metode penelitian, prosedur

penelitian, lokasi dan subjek penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan

data, dan teknis analisis data

Bab IV terdiri dari : Deskripsi kondisi objektif, pengembangan model

pembelajaran, kajian efektivitas model pembelajaran, dan pembahasan hasil

penelitian.

(32)

116

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan dua pendekatan secara bersama,

bergantian dan saling membantu, yaitu pendekatan kualitatif (qualitative

approach) dan pendekatan kuantitatif (quantitative approach). Hal ini sejalan

dengan pendapat Bryman (Syamsudin dan Damaianti, 2007:141) yang

menyebutkan bahwa cara penggabungan penelitian kuantitatif dan kualitatif

dapat dilakukan dengan maksud untuk 1) logika triangulasi, temuan-temuan

dari satu jenis studi dapat dicek pada temuan-temuan yang diperoleh dari jenis

studi yang lain, 2) penelitian kualitatif membantu penelitian kuantitatif, 3)

penelitian kuantitatif membantu penelitian kualitatif, 4) penelitian kualitatif

dan kuantitatif digabungkan untuk memberikan gambaran umum.

Taylor & Bogdan (Moleong, 2008:4) menjelaskan bahwa pendekatan

kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif,

ucapan atau tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari orang-orang (subjek)

itu sendiri, dilakukan dalam situasi wajar (natural setting), data yang

dikumpulkan umumnya bersifat kualitatif, berdasarkan pada filsafat

fenomenologis yang mempergunakan penghayatan dan berusaha memahami

serta menafsirkan dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti. Dalam

penelitian ini yakni pada tahap studi pendahuluan dan penyusunan

(33)

117

Pendekatan kuantitatif merupakan penelitian dengan karakteristik

penalaran logis dan deduktif, berbasis pengetahuan, hubungan sebab akibat,

menguji teori, melakukan uji analisis statistik dan objektif. Pada penelitian ini

pendekatan kuantitatif digunakan pada tahap uji coba (Danim, 2002:34)

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian dan Pengembangan

(research and development). Research and Development (R&D) adalah

penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji

efektivitasnya. Produk tersebut dapat berupa model pembelajaran, model

pemberdayaan, dan lain-lain. Untuk dapat menghasilkan produk tertentu

digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji

efektivitas produk tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat luas, maka

diperlukan penelitian untuk menguji efektivitasnya.

Gall and Borg (2003:569) mendefinisikan bahwa penelitian dan

pengembangan dalam pendidikan adalah

Educational research and development (R &D) is a process used to develop and validate educational products. Goal of educational research is not to develop products, but rather to discover new knowledge (through basic research) or to answer specific questions about practical problems (through applied research).

Penelitian dan pengembangan dalam pendidikan adalah suatu proses

untuk mengembangkan dan memvalidasi produk. Tujuan penelitian dan

(34)

118

lebih dari itu untuk menemukan pengetahuan baru (melalui penelitian dasar)

atau untuk menjawab pertanyaan khusus mengenai masalah-masalah praktis

(melalui penelitian terapan). Selanjutnya dikatakan bahwa :

Research and development is an industry-based development model in which the findings of research are uswd to design new products and procedures, which than are systematically field-tested, evaluated and refined until they meet specified criteria effectiveness, quality, or smiliar standards.

Penelitian dan pengembangan adalah penelitian yang digunakan untuk

merancang produk dan prosedur baru yang harus diuji lapangan secara

sistematik, dievaluasi, diperbaiki sampai menemukan kriteria efektivitas

tertentu.

Gall dan Borg (2003:570) mengemukakan bahwa model penelitian dan

pengembangan dapat memberikan manfaat bagi perbaikan pendidikan sebab

dalam R&D terdapat hubungan erat antara evaluasi program secara sistematis

dengan pengembangan program.

Menurut Borg dan Gall (2003:572) yang dimaksud dengan produk

pendidikan tidak hanya objek- objek material seperti buku teks dan film untuk

pengajaran, tetapi juga termasuk bangunan, prosedur, dan proses seperti

metode mengajar dan organisasi pengajaran. Tujuan akhir dari R&D dibidang

pendidikan adalah lahirnya produk baru atau perbaikan terhadap produk lama

untuk meningkatkan unjuk kerja pendidikan, Hal ini berarti bahwa melalui

hasil R&D diharapkan proses pendidikan menjadi lebih efektif dan/atau lebih

(35)

119

Sukmadinata (2005:57) menjelaskan ada tiga langkah R&D, yaitu

1) studi pendahuluan, mengkaji teori dan mengamati produk atau kegiatan

yang ada, 2) melakukan pengembangan produk atau program kegiatan baru, 3)

menguji atau memvalidasi produk atau program kegiatan yang baru.

Produk pendidikan yang akan dikembangkan dan divalidasi di SKB

Kota Gorontalo sebagai lokasi penelitian melalui pendekatan R&D dalam

penelitian ini adalah model pembelajaran partisipatif andragogi untuk

meningkatkan hasil belajar warga belajar. Tujuan utama adanya

pengembangan model pembelajaran partisipatif andragogi ini diharapkan

program pembelajaran di SKB Kota Gorontalo dapat meningkatkan hasil

belajar warga belajar.

C. Prosedur Penelitian

Dalam pelaksanaan R&D, terdapat 10 tahapan yang harus dilakukan

yaitu : 1) research and information collecting, includes review of literature,

class room observation, and preparation of report of state the art (penelitian

pengumpulan informasi, termasuk didalamnya merujuk sumber atau literatur

yang sesuai, observasi lapangan dan persiapan laporan), 2) planning, includes

defining skills, stating objectives determining course sequence, and small scale

feasibility testing. (Perencanaan, termasuk pendefinisian keahlian/kecakapan,

penentuan urutan dan tes kelayakan dalam skala kecil), 3) develop preliminary

form of product, includes preparation of instructional materials, handbooks,

and evalution devices. (Mengembangkan produk awal, termasuk materi

(36)

120

conducted in from 1 to 3 scholls, using 6 to 12 subjects, interview,

observational, and questionnaire data cloocted and analyzed (uji coba

pengembangan produk awal, diambil satu sampai tiga lembaga pendidikan,

enam hingga 12 peserta didik. Kegiatan ini meliputi wawancara, pengamatan,

pengumpulan data pertanyaan dan dianalisa), 5) main product revision-

Revision of product as suggested by the preliminary field test results.

(melakukan revisi dari model awal berdasarkan saran-saran dan hasil temuan

pengujian lapangan model awal), 6) main field testing. (Pengujian lapangan

utama, yaitu melakukan uji coba lapangan terhadap model yang sudah

direvisi), 7) operational product revision), (Revisi produk operasional,

maksudnya melakukan revisi terhadap hasil pengujian pada langkah

sebelumnya), 8) operasional field testing. (Pengujian lapangan operasional,

maksudnya melakukan uji coba kembali), 9) final product revision. (Revisi

produk akhir, maksudnya melakukan kembali revisi berdasarkan hasil langkah

sebelumnya), 10) dissemination and distribution. (diseminasi dan distribusi,

maksudnya penyebarluasan dan penerapan). (Borg and Gall, 2003; 775)

Secara operasional, langkah-langkah penelitian tersebut di atas

dilakukan dalam beberapa tahap kegiatan meliputi: a) melakukan studi

pendahuluan, tahap ini merupakan kegiatan yang bertujuan untuk

pengumpulan data sebagai dasar penyusunan dan pembuatan model

konseptual. Kegiatannya berupa kajian kepustakaan, melihat laporan

penyelenggaraan program pendidikan yang diselenggarakan oleh SKB Kota

(37)

121

pembelajaran yang diselenggarakan oleh tutor di SKB Kota Gorontalo

sehingga menemukan model di lapangan secara empirik (kondisi objektif), b)

mengembangkan desain penelitian berdasarkan kerangka pemikiran pada

langkah awal, c) mengembangkan instrumen penelitian, d) mengembangkan

model konseptual pembelajaran partisipatif andragogi. Kegiatan yang

dilakukan dalam mengembangkan model konseptual ini meliputi mengolah

dan mendeskripsikan temuan studi pendahuluan, menelaah berbagai laporan

penyelenggaraan pembelajaran untuk dijadikan sebagai rujukan dalam

penyusunan model konseptual, mengkaji berbagai teori dan konsep yang akan

dijadikan acuan dalam pengembangan model. Hasil kajian teori dapat menjadi

kerangka berpikir peneliti, menyusun draf model konseptual berdasarkan

kajian empirik dan konsep, membicarakan dengan praktisi melalui diskusi

terbatas tentang model konseptual yang akan dikembangkan, dan merevisi

draf model konseptual berdasarkan masukan dari praktisi, e) melakukan

validasi model konseptual kepada teman sejawat, praktisi dan pakar bidang

pendidikan nonformal, f) merevisi model konseptual berdasarkan masukan

dari praktisi, pakar bidang pendidikan nonformal, dan teman sejawat, g)

melakukan uji coba model konseptual di lapangan yang ditujukan untuk

menghasilkan model pembelajaran partisipatif andragogi untuk

meningkatkan hasil belajar warga belajar. Kegiatan yang dilakukan meliputi

melakukan uji coba model, h) Melakukan evaluasi hasil uji coba, i)

(38)

122

temuan, melakukan revisi dan formulasi model, dan j) menyusun laporan

penelitian sebagai akhir kegiatan penelitian,

(39)

123

Bagan 3.1

Langkah-Langkah Kegiatan Penelitian

D. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada SKB Kota Gorontalo. Dasar

pertimbangan menjadikan SKB Kota Gorontalo sebagai lokasi penelitian

adalah sebagai berikut :

1.SKB Kota Gorontalo menyelenggarakan kegiatan pembelajaran bagi warga

belajar program Kesetaraan Paket C

2.Warga belajar pada SKB Kota Gorontalo tergolong aktif dan konsisten

mengikuti kegiatan pembelajaran

3.Warga belajar pada SKB Kota Gorontalo pada umumnya peserta didik

putus sekolah yang kemudian melanjutkan studi di SKB dan berekonomi

lemah.

4.Adanya kesediaan Pimpinan SKB Kota Gorontalo bersama tutor untuk

dijadikan sebagai lokasi penelitian

5.Memiliki sarana dan prasarana serta fasilitas yang cukup memadai untuk

pelaksanaan proses pemebelajaran sehingga dapat menunjang pelaksanaan

kegiatan penelitian.

Dengan mempertimbangkan bahwa fokus penelitian ini adalah

pengembangan model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar warga

belajar maka sumber utama sebagai subjek dalam penelitian ini adalah Kepala

SKB, tutor dan warga belajar dengan fokus penelitian pada program

(40)

124

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif teknik pengumpulan data dapat

dilaksanakan dengan cara observasi, wawancara, dokumentasi, dan peralatan

yang dapat memotret situasi seperti kamera. (Danim, 2002:121). Selain itu,

Margono (2007:158) mengemukakan bahwa teknik pengumpulan data dapat

dilakukan dengan teknik observasi, teknik komunikasi, dan teknik pengukuran.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maka teknik pengumpulan data

dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Teknik Observasi

Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan sistematis terhadap

gejala-gejala yang diteliti. Observasi ini ditekankan untuk membuat makna

atas peristiwa atau kejadian dari situasi yang tampak dan memungkinkan untuk

direfleksikan dari peristiwa-peristiwa tersebut. Kegiatan observasi dilakukan

baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Observasi langsung

dilakukan dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan terhadap objek

ditempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa sehingga kegiatan observasi

berada bersama objek yang diamati. Observasi tidak langsung adalah

pengamatan yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya suatu peristiwa

yang akan diselidiki seperti melihat foto-foto dari objek penelitian dan

dokumentasi lainnya yang relevan.

Penelitian ini menggunakan cara observasi non eksperimental, sistemik

(41)

125

mengumpulkan datanya menggunakan pedoman observasi yang disusun secara

sistematis. Dalam hal ini peneliti tidak melibatkan diri dalam situasi dan

kondisi subjek yang sedang diteliti. Observasi akan menjaring data tentang

dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pembelajaran pada pendidikan

kesetaraan paket C.

2. Teknik Wawancara

Wawancara merupakan kegiatan tanya jawab antara dua orang atau

lebih antara pewawancara dengan responden. Wawancara merupakan proses

dengan maksud untuk merekonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan

organisasi, motivasi, perasaan dan sebagainya yang dilakukan dua pihak

pewancara (interviewer) dan yang diwawancarai (interviewee).

Pedoman wawancara dikembangkan untuk mengumpulkan informasi

dalam studi pendahuluan yang terkait dengan penyelenggaraan program paket

C terutama yang berhubungan dengan proses pembelajaran dan kompetensi

akademik peserta didik. Pedoman wawancara untuk menggali informasi

tersebut adalah pedoman wawancara terbuka yang disusun untuk memberikan

keleluasaan kepada sumber informasi (data) dalam memberikan jawaban yang

lebih terbuka sesuai dengan pendapat masing-masing. Jawaban yang diperoleh

dari setiap butir pertanyaan dideskripsikan secara kualitatif. Sedangkan

wawancara untuk mengumpulkan informasi pelengkap dan menjadi faktor

pendukung atau kendala dalam proses uji coba dan implementasi model yang

dikembangkan, peneliti sendiri bertindak sebagai instrumennya dan jawaban

(42)

126

Kuesioner adalah suatu alat pengumpul informasi dengan cara

menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula

oleh responden. Kuesioner seperti halnya wawancara dimaksudkan untuk

memperoleh informasi tentang diri respon atau informasi tentang orang lain.

3. Teknik Pengukuran

Teknik pengukuran yang digunakan untuk mengumpulkan data antara

lain adalah tes. Tes adalah seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan

kepada seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat

dijadikan dasar bagi penetapan skor angka.

Untuk menunjang pengumpulan data maka diperlukan peralatan yang

berupa audio visual yang dapat membantu melihat situasi dan memberikan

gambaran yang nyata seperti melalui pemotretan. Pemotretan dapat

memberikan informasi faktual dan spesifik yang dapat digunakan dalam

kaitannya dengan sumber lain.

Instrumen penelitian pendekatan kualitatif adalah peneliti sendiri yang

didukung oleh seperangkat alat bantu yang dapat merekam apa yang terjadi di

lapangan, meliputi :

a. Untuk teknik observasi instrumennya menggunakan pedoman observasi

b. Untuk teknik wawancara instrumennya menggunakan pedoman wawancara

c. Untuk teknik tes menggunakan tes tertulis dengan instrumennya daftar

pertanyaan yang sudah disediakan aternatif jawabannya (tes objektif

(43)

127

Secara garis besar langkah-langkah teknik pengumpulan data dalam

penelitian ini, dikelompokkan ke dalam tiga tahap pokok, yaitu 1) studi

pendahuluan, 2) pengembangan model, dan 3) kajian efektivitas.

1) Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan dimaksudkan untuk mendapatkan data tentang

gambaran umum yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan proses

pembelajaran di SKB serta berbagai faktor yang mempengaruhinya. Teknik

pengumpulan data yang digunakan di studi pendahuluan ini adalah a)

wawancara, b) observasi, dan c) mempelajari dokumen-dokumen.

Kegiatan wawancara dilakukan dengan, tutor dan warga belajar. Teknik

wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan data tentang (1) Standar

kompetensi mata pelajaran (2) alokasi waktu pembelajaran, (3) pelaksanaan

kegiatan perencanaan pembelajaran, (4) pelaksanaan kegiatan pembelajaran,

(5) pelaksanaan evaluasi, (6) aktivitas warga belajar dalam kegiatan

pembelajaran, (7) program pascabelajar, (8) penggalian sumber dana, (9)

masalah yang ditemui dan upaya pemecahannya baik warga belajar, maupun

tutor, (10) bagaimana pemanfaatan sumber belajar, dan (11) keterlibatan warga

belajar dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan penilain pembelajaran.

Kegiatan observasi digunakan peneliti untuk mengamati secara langsung

tentang (a) kondisi sarana dan prasarana pembelajaran di SKB, (b) aktivitas di

SKB baik yang dilakukan tutor maupun warga belajar, (c) kegiatan proses

(44)

128

Kegiatan mempelajari dokumen dilakukan untuk memperoleh data

pendukung hasil wawancara dan observasi seperti data daftar nama tutor SKB

dan warga belajar, kelengkapan administrasi tutor, daftar nilai warga belajar,

absensi warga belajar, serta dokumen lainnya yang terkait dengan aktivitas

pembelajaran di SKB.

2) Pengembangan Model

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam pengembangan model

adalah a) wawancara, dan b) mempelajari dokumentasi. Wawancara dilakukan

dengan pakar, praktisi dan teman sejawat. Dokumentasi yang dipelajari adalah

data yang terhimpun ketika studi pendahuluan dilakukan.

3) Kajian Efektivitas Model

Kajian efektivitas dilakukan melalui uji coba model dan uji efektivitas

model. Pada tahap kajian efektivitas model ini teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah a) wawancara, b) observasi, c) mempelajari dokumen, d) tes.

Wawancara dilakukan dengan tutor SKB, dan peserta didik.

Wawancara dengan tutor SKB, dalam upaya memperoleh informasi

mengenai (1) fasilitas yang tersedia yang dapat digunakan pada uji coba

model, (2) dukungan yang dapat diberikan pada saat uji coba model, (3)

program yang akan disajikan pada saat uji coba model, (4) tanggapan terhadap

model pembelajaran partisipatif andragogi, (5) kemudahan dan kesulitan yang

dihadapi dalam melakukan uji model, dan (6) tanggapan terhadap hasil belajar

warga belajar. Wawancara dengan warga belajar dilakukan dalam upaya

(45)

129

partisipatif andragogi, (b) kemudahan dan kesulitan yang dihadapi dalam

proses uji model, dan (c) tanggapan terhadap hasil belajar

Observasi dilakukan untuk mengamati seluruh aktivitas terkait dengan

uji coba model mulai dari tahap perencanaan sampai tahap pengembangan.

Mempelajari dokumentasi dilakukan untuk mempelajari dokumen yang

dihasilkan dari kegiatan uji coba model mulai dari tahap perencanaan sampai

tahap pengembangan.

Tes dilakukan dalam bentuk post-test yang diberikan pada akhir

kegiatan pembelajaran untuk mengetahui kemampuan akhir warga belajar

setelah mengikuti pembelajaran.

Oleh karena dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah wawancara, observasi, dokumentasi dan tes akhir maka

peneliti menyiapkan kisi-kisi instumennya beserta pedoman wawancara,

observasi, dokumentasi dan kisi-kisi test disertai uraian pertanyaannya.

sebagaimana lampiran 1 sampai dengan lampiran 13.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan

penggabungan antara analisis deskriptif dan kuantitatif. Untuk analisis

deskrptif didasari atas pertimbangan bahwa secara harfiah penelitian deskriptif

adalah penelitian yang bermaksud untuk 1) membuat pencandraan (deskripsi)

mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Penelitian deskriptif biasa juga

(46)

130

mendetail yang mencandra gejala yang ada. 2) mengidentifikasi

masalah-masalah atau untuk mendapatkan justifikasi keadaan dan praktek-praktek yang

sedang berlangsung, membuat komparasi dan evaluasi, 3) untuk mengetahui

apa yang dikerjakan oleh orang-orang lain dalam menangani masalah atau

situasi yang sama agar dapat belajar dari mereka untuk kepentingan pembuatan

rencana dan pengambilan keputusan di masa depan (Suryabrata, 2003:41).

Digunakannya analisis deskriptif dalam penelitian ini mengingat

bahwa penelitian ini dilakukan untuk a) mencari informasi faktual yang

mendetail mengenai kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di SKB selama

ini maupun model yang dikembangkan, b) untuk mengidentifikasi

masalah-masalah atau untuk mendapatkan justifikasi keadaan dan praktek-praktek yang

sedang berlangsung baik mengenai kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan

di SKB selama ini maupun model yang dikembangkan, c) untuk membuat

komparasi dan evaluasi mengenai kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di

SKB selama ini dan model yang dikembangkan, dan d) untuk mengetahui apa

yang dikerjakan oleh tutor dan warga belajar dalam menangani kegiatan

pembelajaran baik itu mengenai pembelajaran yang dilaksanakan di SKB

selama ini maupun model yang dikembangkan yakni model pembelajaran

partisipatif andragogi untuk kepentingan pembuatan model pembelajaran yang

direkomendasikan.

Aplikasi teknik analisis data dalam penelitian ini dikelompokkan atas

tiga tahap, yakni studi pendahuluan, pengembangan model dan kajian

(47)

131

1) Tahap Studi Pendahuluan

Pada tahap studi pendahuluan digunakan teknik analisis data

kualititatif. Huberman dan Miles (Bungin, 2003;63) mengatakan bahwa

analisis data dan pengumpulan data kualitatif memperlihatkan sifat interaktif,

sebagai suatu sistem dan merupakan siklus. Pengumpulan data ditempatkan

sebagai bagian komponen yang merupakan bagian integral dari kegiatan

analisis data sebagaimana gambar berikut.

Bagan 3.2.

Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif sumber, Bungin, 2003

Berdasarkan gambar di atas dapat dipahami bahwa analisis data terdiri

dari a) reduksi data, yaitu data yang dikumpulkan dipisahkan sedemikian rupa

mulai dari editing, koding dan tabulasi termasuk di dalamnya kegiatan

mengikhtisarkan hasil pengumpulan data selengkap mungkin dan

memilah-milahnya kedalam satuan konsep tertentu, kategori tertentu atau tema tertentu,

b) display data, adalah seperangkat hasil reduksi data diorganisasikan kedalam

suatu bentuk tertentu sehingga terlihat sosoknya lebih utuh. Hal ini dapat

berbentuk sketsa, sinopsis, matriks, atau chart, c) pengambilan keputusan dan

Data collection

Data Dispaly

Data Reduction

(48)

132

verifikasi, yaitu pemaparan kesimpulan yang diperoleh dari display data, dan

tahap berikutnya adalah teknik triangulasi data, yaitu pengumpulan dan

pemeriksaan kebenaran data yang diperoleh dari pihak lain (pihak ketiga).

2) Tahap Pengembangan Model

Pada tahap pengembangan model dilakukan analisis kualitatif

deskriptif, dimana berdasarkan hasil studi pendahuluan dan kajian teoretik

peneliti menyusun model pembelajaran partisipatif andragogi. Model yang

disusun ini kemudian divalidasi oleh pakar, praktisi, dan teman sejawat serta

dikonsultasikan dengan dosen pembimbing.

3) Tahap Kajian Efektivitas Model

Pada tahap kajian efektivitas model ini menggunakan analisis

deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan terhadap instrumen

observasi, wawancara dan dokumentasi sedangkan analisis kuantitatif

digunakan terhadap tes hasil belajar.

Analisa data kuantitatif dalam penelitian ini menggunakan model eksperimen

”RANDOMIZED POSTTEST-ONLY CONTROL GROUP DESIGN” (Desain

kelompok kontrol Pasca test beracak) yang bagannya sebagai berikut :

KELOMPOK PERLAKUAN PASCATEST

A (KE) X 0

B (KK) 0

(Diadaptasi dari, Sukmadinata;2005; 206)

Keterangan :

Referensi

Dokumen terkait

3.Tetap melakukan curah gagasan untuk mempertajam cara berpikir saintifik ,proses tanya jawab dapat terus berlanjut pada saat anak sedang bermain untuk menguatkan pengelompokan

didalam kelas serta siswa kurang aktif dalam proses belajar mengajar. seperti dalam bertanya dan tanya

Dari hasil yang diperoleh tersebut penulis mengamati pada umumnya guru cenderung menggunakan proses pembelajaran yang bersifat konvensional (ceramah, Tanya jawab, latihan

Temuan penelitian menunjukkan bahwa (1) pemahaman guru terhadap konsep kemamapuan berpikir kritis sangat bervariasi; (2) kemampuan berpikir kritis perlu dikembangkan

Dan terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari model pembelajaran problem solving untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar siswa pada

Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang ditinjau dari aktivitas guru dan siswa sehingga dapat meningkatkan hasil beajar matematika siswa dengan

Hasil proses belajar setelah penelitian penggunaan model pembelajaran Mnemonik untuk meningkatkan kemampuan meng- hafal dengan efektif dan menyenangkan pada pelajaran

Menurut Arikunto (2010), Penelitian Tindakan Kelas memperbaiki proses belajar mengajar dikelas yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru atau peneliti karena