• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN KKG DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU SEKOLAH DASAR : Analisis Kualitatif terhadap Kegiatan KKG Gugus I Syahdan Hamis Kecamatan Tempuling Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELAKSANAAN KKG DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU SEKOLAH DASAR : Analisis Kualitatif terhadap Kegiatan KKG Gugus I Syahdan Hamis Kecamatan Tempuling Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau."

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN KKG

DALAM UPAYA MENINGKATKAN

KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU SEKOLAH DASAR

(Analisis Kualitatif terhadap Kegiatan KKG Gugus I Syahdan Hamis Kecamatan Tempuling Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pengembangan Kurikulum

OLEH:

M.SIDDIK SULAIMAN

NIM. 019622

^fcNWO,,.

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

DISETUJUl DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Ishak Abdulhak

NIP. 130609582

Pembimbing II

(3)

Mengetahui:

Ketua Program Studi Pengembangan Kurikulum

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan sesungguhnya saya menyatakan bahwa, tesis yang berjudul: "Pelaksanaan KKG Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Profesional Guru Sekolah Dasar" (Analisis kualitatif terhadap kegiatan KKG di Gugus I Syahdan Hamis Kecamatan Tempuling Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau), beserta seluruh isinya merupakan karya tulis saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan dan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku.. Saya bersedia menanggung resiko yang dijatuhkan kepada saya, apabila ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya tulis saya ini.

Bandung, 27 Januari 2004 Yang men/buat pernyataan,

(5)

ABSTRAK

Tesis dengan judul "Pelaksanaan KKG dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Profesional Guru Sekolah Dasar (Studi Kualititatif pada Gugus I Syahdan Hamis kecamatan Tempuling Kabupeten Indragiri Hilir Riau)" ini dilatarbelakangi oleh pemikiran tentang pentingnya peningkatan kemampuan kompetensi guru khususnya guru Sekolah Dasar melalui wadah Gugus Serkolah.

Penelitian ini berrujuan untuk menggambarkan dan menganalisis pelaksanaan KKG sebagai wadah pembinaan kemampuan professional guru yang paling mendasar dan tentunya percepatan dalam menggulirkan ilmu pengetahuan dan teknologi sampai ke Sekolah Dasar uimanapun adanya akan cepat terealisasikan.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan "naturalistik fenomologis" yang diadopsi dari Bogdan dan Biklen (1982). Pendekatan seperti ini

secara operasional menempatkan peneliti sebagai instrumen utama untuk mendatangi secara langsung sumber data. Data dikumpulkan dengan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Data dipaparkan dalam bentuk kata-kata dan dianalisis memlaui analisis induktif dengan mengungkapkan makna dari keadaan yang diamati.

Penelitian ini berupaya untuk menggambarkan apa adanya mengenai pelaksanaan KKG dalam upaya meningkatkan kemampuan profesional guru Sekolah Dasar. Kegiatan KKG ini diawali dengan adanya komitmen "ingin maju bersama" dari seluruh sekolah yang ada dalam Gugus Sekolah Dasar dengan semboyan "Dari guru, untuk guru dan untuk Siswa Komitmen tersebut pada prinsipnya tidak bertentangan, dan bahkan sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam UU Nomor: 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional dan Kepmendiknas Nomor: 0487/U/1982 tentang Sekolah Dasar, serta Keputusan Dirjen Dikdasmen Nomor: 079/C/Kep/I/1993 tentang Sistem Pembinaan Profesional.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR ii

UCAPAN TER1MA KASIH iv

DAFTAR ISI vii

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR TABEL xi

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan dan Pembatasan Masalah 8

C. Pertanyaan Penelitian 10

D. Definisi Operasional 11

E. Tujuan Penelitian 13

G. Manfaat Penelitian 13

BAB II : PROFESI KEGURUAN DAN PEMBINAAN KEMAMPUAN

PROFESIONAL GURU

A. Peranan Guru Sebagai Pendidik Profesional 15 1. Peran guru sebagai tenaga kependidikan 16 2. Peran gum dalam proses belajar mengajar 27

B. Profesi Keguruan 39

1. Pengertian profesi, profesional dan profesionalisasi 40

2. Tuntutan Profesionalisme 44

3. Profesionalisme dan pengembangan guru 45

4. Kompetensi professional guru 47

C. Pembinaan Kemampuan Profesional Guru 57

1. Konsep pembinaan 57

2. Komponen sistem pembinaan 62

3. Upaya pembinaan melalui gugus sekolah 65

D. Penelitian YangRelevan 71

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian 74

B. Objek Penelitian 78

C. Teknik Pengumpulan Data 79

(7)

1. Observasi 80

2. Wawancara 82

3. Dokumentasi 83

D. Teknik Analisis Data 84

1. Reduksi data 85

2. Penyajian data 85

3. Pengambilan kesimpulan dan verifikasi data 85

E. Tahap Pelaksanaan Penelitian 86

1. Tahap orientasi 86

2. Tahap eksplorasi 88

3. Tahap Membercheck 88

BAB IV : DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian 90

1. Lokasi pelaksanaan kegiatan KKG 90

2. Pengorganisasian Gugus I Syahdan Hamis 92

a. Kondisi Kelompok Kerja Pengawas Sekolah 94 b. Kondisi Kelompok Kerja Kepala Sekolah 96

c. Kondisi Kelompok Kerja Guru 98

B. Deskripsi Hasil Penelitian 107

1. Program Pelaksanaan Kegiatan KKG 108 2. Keterlibatan Dukungan Sarana dan prasarana 120 3. Upaya Pembinaan Profesionalisme Tenaga Keguruan 122 4. Faktoryang menghambat dan mendukung 129

C. Pembahasan Hasil Penelitian 133

1. Penyusunan Program 133

2. Materi Kegiatan KKG 134

3. Pembinaan Profesional 136

BAB V : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan 151

B. Rekomendasi 156

DAFTAR PUSTAKA 159

LAMPIRAN 163

(8)

DAFTAR GAMBAR

[image:8.595.118.494.159.670.2]

Halaman

Gambar 1 : Paradigma Penelitian 9

[image:8.595.137.471.297.562.2]

Gambar 2: Kerangka Perencanaan dan Implementasi Pengajaran 30 Gambar 3 : Diagram Model Dinamis Pengembangan Pembinaan 64 Gambar 4 : Peta Lokasi Gugus I Syahdan Hamis Kecamatan Tempuling 91 Gambar 5 : Struktur Organisasi Gugus I Syahdan Hamis 93

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 : Keadaa Personil Pengawas TK/SD Gugus I Syahdan Hamis 94 Tabel 2 : Keadaan Kepala SD dan MI Gugus I Syalidan Hamis 97

Tabel 3 : Keadaan Personil SDN 032 (SD Inti) 99

Tabel 4 : Keadaan Personil SDN 002 (SD Imbas) 101

Tabel 5 : Keadaan Personil SDN 006 (SD Imbas) 102

Tabel 6 : Keadaan Personil SDN 019 (SD Imbas) 103

Tabel 7 : Keadaan Personil SDN 033 (SD Imbas) 104

Tabel 8 : Keadaan Personil SDN 036 (SD Imbas) 105

Tabel 9 : Keadaan Personil MIS Darussalam (Imbas) 106

Tabel 10 : Materi Kegiatan KKG 2000/2001 113

Tabel 11 : Materi Kegiatan KKG 2001/2002 114

Tabel 12 : Jumlah Siswa Gugus I Syahdan Hamis 119

(10)
(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Otonomi daerah yang pelaksanaannya dimulai 1 Januari 2001, membawa berbagai konsekuensi terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Salah satu diantaranya adalah perubahan peranan pemerintah pusat dalam hal penentuan isi pendidikan (kurikulum) di sekolah. Dimasa lalu isi atau muatan kurikulum di jenjang pendidikan dasar dan menengah sepenuhnya ditentukan oleh pusat. Akibatnya, seringkali isi atau muatan pengajaran yang diberikan di sekolah tidak sesuai dengan kondisi sekolah yang ada di berbagai daerah. Dengan akan digulirkannya kurikulum berbasis kompetensi ini diharapkan pembelajaran yang dilakukan oleh guru di sekolah menjadi sesuai dengan kondisi dan situasi setiap

daerah.

Pada setiap implementasi suatu program pembaharuan pendidikan pada level kelas, guru memegang peranan penting dan menentukan. Begitu juga dengan implementasi kurikulum berbasis kompetensi, keberhasilannya sangat tergantung pada kemauan dan kemampuan guru untuk melaksanakannya.

Suatu kenyataan yang sulit dibantah adalah bahwa banyak pembaharuan pendidikan pada level kelas yang berjalan tertarih-tatih justeru karena ke-engganan gurunya untuk melaksanakan pembaharuan. Studi yang dilakukan oleh Zamroni dkk., (1993) terhadap para guru SD, SLTP dan SLTA di Pulau Jawa menunjukkan bahwa para guru diberbagai jenjang pendidikan tersebut umumnya memiliki perilaku yang enggan untuk melaksanakan pembaharuan. Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Muljani A. Nurhadi dkk. (tt) dalam rangka Penyusunan Proposal Persiapan Primary Educational Quality Improvement

(12)

Project (PEQIP) ternyata inovasi pembelajaran melalui program CBSA belum

menunjukkan hasil yang menggembirakan, dan masih sangat ditentukan oleh siruasi dan kondisi setempat, bukan karena sistem yang dikembangkan. Kenyataan seperti ini memberikan harapan yang pesimistik terhadap keberhasilan perubahan kurikulum yang direncanakan.

Dalam mengkaji persoalan ke-engganan guru untuk melaksanakan pembaharuan, pada hakekatnya adalah mengkaji persepsi dan perasaan guru mengenai pengalaman individualnya tentang inovasi yang diimplementasikan (Hall & Rutherford, dalam Hall, 1980). Menurut Heck, dkk. (1981) inovasi sifatnya sangat pribadi, dan karenanya implementasi atau adopsi inovasi sangat ditentukan oleh kepedulian dan keahlian atau keterampilan yang dibutuhkan oleh

inovasi tersebut.

Keberhasilan membentuk perilaku inovatif di kalangan guru dengan berlandaskan pembinaan terhadap sikap, perasaan, dan persepsi guru tentang inovasi atau kepedulian guru terhadap inovasi, telah teruji melalui riset yang dilakukan oleh The Research and Development Centre for Teacher Education yang ada di The University of Texas melalui model yang diberinya nama Concern-Based Adoption Model (CBAM). Dengan model ini, perhatian guru terhadap inovasi pendidikan dapat ditingkatkan, para guru akan senantiasa berusaha memperbaharui pola-pola pembelajarannya, dan akan selalu mencari alternatif baru yang paling efektif bagi penyelenggaraan pembelajarannya (Zigarmi & Goldstein, 1979).

Di Indonesia perilaku inovatif di kalangan guru yang berlandaskan

pembinaan terhadap sikap, perasaan, dan persepsi guru tentang inovasi atau

(13)

sebagaimana di ungkapkan oleh Zainal Aqib (2002:116) bahwa PKG pada dasarnya merupakan "Pusat Kegiatan Guru", sekaligus sebagai bengkel kerja, pusat pertemuan, sarana diskusi, dan pertukaran pengalaman serta kiat pembelajaran. Pusat Kegiatan Guru (PKG) termasuk komponen gugus sekolah, di dalamnya adalah gum SD, Guru Pemandu, Tutor Inti, KKPS (Kelompok Kerja Pengawas Sekolah), KKKS (Kelompok Kerja Kepala Sekolah), KKG (Kelompok Kerja Guru), SD Inti dan SD Imbas.

Pusat Kegiatan Guru, seyogianya menyediakan bahan-bahan perbaikan pengajaran, seperti model-model program pengajaran (desain pengajaran), model alat peraga, buku-buku sumber, kurikulum, karya-karya guru, serta bahan-bahan lainnya yang dipandang sesuai bagi upaya perbaikan pembelajaran. Lebih lanjut sebagaimana yang diungkapkan oleh Zainal Aqib (2002:118) bahwa, kegiatan pelatihan dalam setiap pertemuan PKG, sebaiknya diarahkan pada kegiatan praktis yang benar-benar dibutuhkan guru di sekolah.

Kegiatan tersebut dapat berbentuk: (1) Pengembangan materi pembelajaran, (2) Pengembangan pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah (Konstruktivitas), (3) Pembuatan alat bantu pengajaran, (4) Pengembangan cara penilaian formatif untuk perbaikan proses belajar mengajar, (5) Diskusi tentang masalah-masalah yang ditemukan di kelas dan masalah lain yang sesuai dengan tujuan program, (6) Pelaporan, (7) Biaya dan alat, serta (8) Tindak lanjut.

(14)

(pendidikan dalam jabatan dan pelatihan dalam jabatan). Studi yang pernah dilakukan mengungkapkan bahwa pelatihan dalam pra-jabatan mampu meningkatkan kemampuan para guru. Tetapi itu saja tidak cukup, karena itu perlu ada sarana yang memungkinkan terjadinya kolaborasi antara para guru untuk berbagi pengalaman. Cara inipun masih harus diikuti dengan penguatan pada tingkat sekolah oleh kepala sekolah.

Kaitannya dengan sistem pembinaan profesional guru ini, apabila sistem gugus ini dikelola dengan baik akan dapat memberikan hasil yang baik pula. Pengalaman Primary Education Quality Improvement Project, (PEQIP) yairu proyek peningkatan mutu Sekolah Dasar di enam propinsi (Aceh, Sumatera Barat, Yogyakarta, Bah, Nusa Tenggra Timur, dan Sulawesi Utara) menunjukkan bahwa sistem ini mampu meningkatkan kemampuan dan motivasi mengajar guru yang diikuti oleh makin meningkatnya mutu pendidikan pada tataran sekolah (Supriadi,

1998).

Sejalan dengan arah dan kebijakan pembangunan pendidikan nasional menurut GBHN 1999-2004 berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun

2000 tentang Program Pembangunan Naional (Propenas) Tahun 2000-2004 serta kebijakan umum Mendiknas dalam Rapat Kerja Naional tahunan diantaranya

mengungkapkan:

(1) Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indoneia.

(2) Meningkatkan profesionalisme guru TK dan SD dan tenaga kependidikan lainnya melalui gugus sekolah dasar yaitu, pemantapan Kelompok Kerja Guru (KKG), Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS), dan Kelompok Kerja Penilik/Pengawas Sekolah (KKPS), dan berbagai bentuk diklat.

(3) Melakukan pembaharuan sistem pendidikan termasuk pembaharuan kurikulum yang berlaku secara nasional dan lokal sesuai dengan kepentingan setempat, serta diversifikasi jenis pendidikan secara

(15)

Dengan demikian, maka kegiatan guru melalui KKG di Sanggar PKG yang merupakan tempat pertemuan para guru untuk merumuskan berbagai permasalahan yang dihadapi dan bagaimana cara mengatasi melalui pengalaman dan pemikiran mereka secara mandiri, maka kegiatan KKG berupaya untuk memecahkan permasalahan dan menyempumakan pelaksanaan proses belajar

mengajar.

Prinsip kegiatan KKG menganut prinsip musyawarah dalam arti kegiatan tersebut dilaksanakan "Dari Guru, Oleh Guru, Untuk Guru dan Siswa", (semboyan PKG, oleh Zamroni, 2000:79). Dengan demikian kegiatan ini cukup urgen untuk mengembangkan kemampuan para guru dalam melaksanakan tugasnya secara profesional.

Berangkat dari apa yang diuraikan di atas, pengalaman dan temuan lapangan yang selama ini dirasakan bahwa :

1. Dalam hal mengembangkan kemampuan proses pembelajaran, bahwa (1)

Masih adanya guru-guru yang belum memahami arti pentingnya kurikulum (suplemen kurikulum 1999) dalam kontek dokumen kurikulum sebagai panduan pembelajaran, (2) Masih adanya guru-guru yang mempersiapkan materi pembelajaran yang dtuangkan dalam satuan pelajaran mempedomani kepada buku paket/teks (c) Dampak yang terjadi bahwa masih adanya siswa kelas III, IV, V, dan VI yang belum bisa membaca dan belum mampu

menerima konsep pelajaran yang ada sebagaimana yang diharapkan.

(16)

pendidikan Diploma-2 (D2) melalui jalur pendidikan UT (Universitas Terbuka),

3. Masih ditemui sebagian guru yang kurang perduli dengan inovasi pendidikan dalam rangka pengembangan profesionalnya.

Untuk itu, barangkali perlu adanya pemantapan dalam perubahan pembinaan terhadap kemampuan profesional guru Sekolah Dasar yang dilakukan oleh Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, dan Kepala Dinas Pendidikan serta masukan-masukan masyarakat yang belum optimal dan masih memerlukan pemahaman serta pendalaman yang serius, antara lain dengan merubah:

(1) Persepsi Kepala Sekolah yang mengganggap guru sudah cukup profesional dalam melaksanakan tugasnya dan yang penting guru hadir ke sekolah. (2) Kepala Sekolah belum mampu menyusun program pembinaan

(3) Masih ada "mismatch" antara kebutuhan pembinaan yang dituangkan oleh Kepala Sekolah dan yang dituangkan oleh Pengawas

(4) Frekuensi pelaksanaan pembinaan kemampuan profesional yang dilakukan pengawas sangat terbatas dan selalu dalam pertemuan kelompok.

Melihat fenomena di atas, tampak masih rendahnya kemampuan guru dalam mengembangkan kurikulum di level kelas sebagai salah satu tugas yang menjadi tanggungjawabnya. Untuk itu perlu usaha-usaha yang sistematis dalam rangka meningkatkan kemampuan guru, salah satunya adalah melalui wadah PKG yang secara terorganisir dapat dikembangkan melalui kegiatan KKG Sekolah

Dasar.

Dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan profesional guru, perlu

memperhatikan dua hal pokok: Pertama, melalui wadah PKG pengembangan

(17)

peningkatan kualitas dalam pembelajaran di kelas, sehingga: (1) Proses belajar mengajar menunjukkan aktifitas tinggi, (2) Kehadiran siswa stabil 100%, (3) Daya serap terhadap pelajaran dan prestasi belajar siswa meningkat, (4) Suasana belajar mengajai menyenangkan dan mengaktifkan siswa, (5) Prosentase mengulang kelas rendah atau 0%, (6) Keterampilan membaca permulaan tuntas di kelas I. Kedua, sikap-sikap yang perlu dirumbuh kembangkan melalui pengembangan profesional guru dalam mengembangkan kurikulum antara lain: (1) Terbuka terhadap adanya pembaharuan, (2) Mau menanggapi dan menghargai pendapat orang lain, (3) Tidak mudah putus asa, (4) Memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya sehari-sehari, (5) MemiUki rasa percaya diri, (6) Mau bekerjasama diantara rekan guru.

Kegiatan KKG sebagai salah satu wadah pembinaan profesional guru Sekolah Dasar, menghendaki adanya motivasi atau dorongan. Hal ini dapat datang dari guru itu sendiri dan dapat pula berasal dari luar guru tersebut.

1. Dorongan yang datang dari luar diri guru:

(a) Guru harus yakin bahwa KKG dapat berfungsi meningkatkan kemampuan profesi guru, (b) Guru harus bangga menjadi anggota KKG, (c) Guru harus mampunyai perasaan memiliki, perasaan ikut serta bertanggungjawab terhadap terselenggaranya KKG, (d) Guru harus dapat bekerjasama, saling asah, asih, dan asuh, serta solider terhadap sesama anggota KKG.

2. Dorongan yang datang dari dalam diri guru:

(18)

yang terkait harus mengakui dan menghargai keikutsertaan pari

KKG hams mendapat dukungan Komite Sekolah, dan masyarakat, (d) KKG

harus mendapat perhatian dan pembinaan dari aparat/instansi yang terakait, (e)

Guru akan memperoleh angka kredit untuk kenaikan pangkat.

B. Rumusan dan Pembatasan Masalah

Era globalisasi menuntut perbaikan kualitas dari semua segi, termasuk kualitas mengajar guru. Kualitas mengajar guru terasa lebih penting mengingat kedudukannya sebagai pengemban tugas untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Tuntutan terhadap profesionalitas mengajar guru memerlukan usaha dan kerja keras dari semua pihak, temasuk dari usaha guru itu sendiri. Salah satu usaha yang dilakukan oleh guru itu sendiri adalah dalam bentuk kegiatan KKG. Penelitian ini diaralikan untuk mengungkap secara empirik tentang pelaksanaan KKG sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan profesional guru Sekolah

Dasar.

Dengan demikian aspek-aspek yang mempengaruhi pelaksanaan KKG meliputi: (1) Raw Input, yang terdiri dari pengalaman mengajar guru, komitmen terhadap tugas, penguasaan kompetensi; (2) Instrumental Input, terdiri dari aspek kebijakan Dinas Pendidikan Kabupaten/Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan,

Pengawas TK/SD, Kepala Sekolah, Pengurus KKG, Program KKG, Sarana dan Prasarana, serta Biaya; (3) Environmental Input, meliputi aspek lingkungan sekolah, lingkungan keluarga guru, lingkungan masyarakat.

(19)

program belajar, (c) pengelolaan kelas, (d) mengembangkan media, (e) menerapkan landasan pendidikan, (f) pengembangan interaksi belajar mengajar, (g) pengembangan metode mengajar, (h) memahami penyelenggaraan adminsitrasi sekolah, (i) memahami dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan.

•PENGALAMAN MENGAJAR "KCMTMEN TERHADAP TUGAS •PENGUASAAN KOMPETENSI

4

INSTRUMB4TAL INPUT "KEBJAKAN PEMDAtDKNAS, PENGAWAS, KEPALASEKOLAH) •PENGURUSKKG •PROGRAM KKG •SARANA PRASARANA •EtAYAKKG

^>

PELAKSANAAN KEGIATAN KKG

-Ch

ENVIRCNvCNrrAL INPUT * LINGKUNGAN SEKOLAH * UNGKUNGAN KELUARGAGURU * UNGKUNGAN MASYARAKAT

}

PEMUHAN KOMPETENSI (P3G.1980)

* Penguasaan bahan

•PenegWaan

program

* Penggunaanmecia •Penguasaan

landasan kependkfkan • Pengelolaan interaksi

O u Ti P U T PEMNGKATAN KEMAMPUAN PR0FE90NAL GURU

)

* Penguasaan metode mengajar

* Meratai prestasi belajarsiswa untuk tepentingan pengajaran program bimbingan(BP) •Meroahani penyelenggaraan adfflutistiasi sekolah •Memahamdan manaisffKan nasfl penefiban pentfidkan FROaUKlTVITAS MENGAJAR KREATIV1TAS MENGAJAR Gambar 1

(20)

Melihat betapa banyaknya variabel yang turut memberikam pe^Skn^^

terhadap pelaksanaan KKG serta persoalan keterbatasan waktu, biaya, serw&mi&---=ss

dalam pelaksanaan penelitian ini, maka penulis mencoba untuk membatasi

penelitian ini dengan mengkaji beberapa faktor. diantaranya: (1) Program

Pelaksanaan Kegiatan KKG, (2) Sarana dan Prasarana Kegiatan KKG, (3) Pembinaan yang dilakukan oleh pembina dalam Kegiatan KKG, (4) Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat dalam kegiatan KKG sebagaimana yang tergambar pada gambar di atas.

Dengan demikian, maka fokus kajian dalam penelitian ini dapat diaimuskan dalam judul penelitian, yaitu: "Pelaksanaan KKG dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Profesional Guru Sekolah Dasar di Gugus I Syahdan

Hamis Kecamatan Tempuling Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau".

C. Pertanyaan Penelitian

Agar lebih memahami dan mengarah kepada sasaran yang diinginkan, dalam penelitian ini mengangkat tentang pelaksanaan KKG dalam upaya meningkatkan kemampuan profesional guru dengan pendekatan kualitatif.

Formulasi masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan menjadi sub pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana program pelaksanaan kegiatan KKG dalam meningkatkan kemampuan profesional guru di Gugus I Syahdan Hamis Kecamatan Tempuling yang selama ini dilakukan?

(21)

3. Bagaimana upaya pembina KKG dalam meningkatkan kemampuan profesional guru di Gugus I Syalidan Hamis Kecamatan Tempuling?

4. Faktor-faktor apa yang menghambat dan yang memberikan dukungan terhadap pelaksanaan kegiatan KKG di Gugus I Syahdan Hamis Kecamatan Tempuling?

D. Definisi Operasional 1. Program

Program dimaknakan sebagai suatu rencana, rancangan atau kerangka kegiatan yang akan dilaksanakan. Dalam konteks ini adalah suatu kegiatan KKG dalam upaya meningkatkan kemampuan profesional guru Sekolah Dasar. Artinya bagaimanakah sebuah program kegiatan KKG itu disusun secara sistematis dengan beberapa kemungkinan penyesuaiannya pada situasi yang sebenarnya, sehingga program dapat berfungsi untuk mengefektifkan pelaksanaan kegiatan untuk mencapai suatu rujuan yang telah disepakati bersama.

2. Sarana dan Prasarana Kegiatan KKG

(22)

12

3. Pembina dalam Kegiatan KKG

Untuk melihat seberapa jauh ke-efektifan kegiatan KKG tidak terlepas dari sejauhmana peran dan fungsi pembina dalam hal ini adalah Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kecamatan, Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah untuk melakukan pembinaan terhadap kegiatan KKG. Disadari bahwa yang dimaksudkan pembinaan, adalah: (1) Proses pemeliharaan, mengacu kepada aktifitas untuk menjaga kualitas sesuatu yang telah ada agar tidak mengalami kepunahan, kerusakan, dan tetap baik atau lestari. (2) Proses perbaikan, mengacu kepada aktifitas konstruktif yang bertujuan membenruk kuahtas sesuatu menjadi baik atau lebih baik sesuai dengan harapan yang semestinya. (3) Proses pengembangan, merujuk kepada aktifitas peningkatan kuahtas sesuatu agar mencapai bentuk kuahtas yang lebih baik atau lebih inemuaskan. Dengan demikian, pembinaan merupakan aktivitas peningkatan kualitas yang multi dimensional, yang bersifat pelestarian, perbaikan, pembaharuan serta pengembangan progresif.

4. Faktor yang menghambat dan mendukung dalam kegiatan KKG.

Dalam pelaksanaan kegiatan, baik kegiatan yang bersifat formal maupun non formal terdapat beberapa faktor yang menghambat dan faktor-faktor yang memberikan dukungan terhadap kegiatan; begitupun halnya dengan pelaksanaan KKG di Gugus I Syahdan Hamis Kecamatan Tempuling. Faktor-faktor tersebut

dapat bersumber dari proses pembinaan yang dilakukan oleh pembina, faktor nara

(23)

13

E. Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengungkap tentang pelaksanaan kegiatan KKG dalam meningkatkan kemampuan profesional guru, pada Gugus I Syalidan Hamis Kecamatan Tempuling.

Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan program KKG dalam upaya meningkatkan kemampuan profesional guru di Gugus I Syahdan Hamis Kecamatan Tempuling yang

selama ini dilakukan.

2. Mengetahui dukungan sarana dan prasarana yang tersedia terhadap pelaksanaan KKG di Gugus I Syahdan Hamis Kecamatan Tempuling.

3. Menemukan upaya pembina KKG dalam pelaksanaan KKG untuk meningkatkan kemapuan profesional guru di Gugus I Syahdan Hamis Kecamatan Tempuling.

4. Menemukan faktor-faktor yang menghambat dan yang memberikan dukungan dalam pelaksanaan kegiatan KKG di Gugus I Syahdan Hamis Kecamatan Tempuling.

F. Manfaat Penelitian

Secara teoritis penelitian ini menemukan prinsip-prinsip yang berkaitan

dengan peningkatan kualitas pelaksanaan KKG. Prinsip-prinsip dimaksud

bertujuan terhadap pengembangan program, pendayagunaan sarana dan prasarana, meningkatkan kualitas pembinaan serta kuantitas faktor pendukung serta penghambat.

(24)

14

kemampuan profesionalnya dalam melaksanakan tugas. Secara spesifik penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi:

1. Penyelenggara atau Pengurus KKG, agar dapat melakukan inovasi dalam penyelenggaraan KKG.

2. Guru-guru (Anggota KKG dalam Gugus Sekolah Dasar), diharapkan memperoleh motivasi dan hasil penelitian ini dapat pula dijadikan sebagai

evaluasi diri.

(25)
(26)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi, dalam pengertian luas mengacu pada pengertian yang menyangkut proses, prinsip dan prosedur yang dipergunakan untuk mendekati masalah dan mencari jawabannya. Oleh karena itu, metodologi penelitian yang diungkapkan dalam bab ini berkaitan dengan proses, prinsip dan prosedur penelitian.

A. Metode Penelitian

Dalam bab ini disajikan uraian tentang hal-hal yang berkaitan dengan

pelaksanaan penelitian dalam rangka penjaringan date guna penyelesaian tesis ini,

yaitu metode penelitian, objek penelitian, tehnik pengumpulan data, teknik

analisisdata, tahap pelaksanan penelitian, dan keabsahan hasil penelitian.

Penelitian yang berjudul Pelaksanaan KKG dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Profesional Guru Sekolah Dasar, sebagaimana dirumuskan dalam bab pendahuluan, bermaksud ingin "memotret" keadaan dari keseluruhan proses

pelaksanaan yang terjadi dalam upaya peningkatan kemampuan profesional gura

Sekolah Dasar.

Dengan demikian, penelitian ini tidak bertujuan mencari hubungan antara variabel melalui studi korelasi atau mencari faktor-faktor penyebab dari fakta

sosial yang ada, namun memfokuskan pada mencari pemahaman perilaku manusia

yang terlibat dalam suatu proses berdasarkan kerangka acuan mereka sendiri.

Dengan demikian, penelitian ini menyentuh kealamiahan sumber data yang

bersifat menyeluruh, dan berkenaan dengan hal tersebut, Lexy J. Moleong (2001:

9) mengingatkan bahwa: "Penelitian dalam pandangan fenomenologis berasaha

(27)

75

memahami arti peristiwa dan kaitannya terhadap orang-orang dalam situasi-situasi

tertentu".

Mencermati ungkapan di atas dan untuk mencapai tujuan penelitian, maka

pendekatan penelitian yang dipandang relevan adalah pendekatan kualitatif,

sebagaimana dikemukakan oleh Nasution (1996:5), bahwa: "Penelitian kualitatif

pada hakekaktanya adalah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya

berinteraksi dengan mereka, berasaha memahami bahasa dan tafsiran mereka

tentang dunia sekitarnya".

Sejalan dengan ungkapan di atas, Nana Sudjana dan R.Ibrahim (1989:195)

mengungkapkan lima ciri pokok penehtian kualitatif, yaitu: (1) penehtian

kualitatif menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data langsung, (2)

penelitian kualitatif sifatnya deskriftif analitik, (3) tekanan penehtian kualitatif

ada pada proses bukan pada hasil, (4) penelitian kualitatif sifatnya induktif, dan

(5) penelitian kualitatif mengutamakanmakna.

Bogdan dan Biklen (1982:3) menyebutnya dengan sebutan "naturalistik

fenomologis", sesuai dengan karakteristik masalah yang dikaji. Lebih lanjut

Bogdan dan Biklen (1982:27-29), secara operasional mengemukakan lima

karakteristik utama dari penelitian kualitatif, sebagaimana yang terdapat pada

halaman berikut:

1. Peneliti sendiri sebagai instrumen utama untuk mendatangi secara langsung sumber data

2. Mengimplikasikan data yang dikumpulkan dalam penelitian ini lebih cenderung dalambentuk kata-katadaripadaangka.

3. Menjelaskan bahwa hasil penelitian lebih menekankan kepada proses,

tidak semata-mata pada hasil.

4. Melalui analisis induktif peneliti mengungkapkan makna dari keadaan yang diamati, dan

5. Mengungkapkan makna sebagai hal yang esensial dari pendekatan

(28)

Menyimak karakteristik metoda kualitatif di atas, menytolfajpp

sangat berperannya kedududukan penehti dalam implementasinya, Mia^a^^^^

diungkapkan oleh Nasution (1996:9-11) bahwa metoda naturalistik, mempunyai

ciri-ciri sebagai berikut:

a. sumber data adalah situasi yang wajar "Natural Setting" berdasarkan observasi situasiyang wajar sebagaimana adanya,

b. peneliti berperan sebagai instrumen penelitian yang utama (Key

instrument), peneliti mengadakan sendiri pengamatan atau wawancara

langsung.

c. sangat deskriptif, yang dituangkan dalam bentuk laporan dan uraian,

d. mementingkan proses maupun produk,

e. mencari makna dibelakang kelakukan atau perbuatan sehingga dapat memahami masalah dan situasi,

f. mengutamakan data langsung (first hand), peneliti sendiri yang terjun

kelapangan mengadakan observasi atau wawancara.

g. triangulasi, data atau informasi dari satu pihak dicek kebenarannya dari

sumber lain,

h. menonjolkan rincian kontekstual, penehtian mengumpulkan dan

mencatat data dengan sangat rinci,

i. subjek yangditeliti dipandang berkedudukan sama dengan peneliti,

j. mengutamakan perspektif emic, yakni mementingkan pandangan dan

penafsiran responden sesuai dengan pendiriannya,

k. Verifikasi, antara lain melalui kasus yang bertentangan atau negatif

untuk memperoleh hasil yang dapat lebih dipercaya,

1.

sampling yang purpositif, yakni tidak menggunakan sampel yang

banyaktetapi sampelnya sedikit dipilihmenumt tujuan,

m. menggunakan "audit traiV, untuk mengetahui apakah laporan

penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan,

n. partisipasi tanpa mengganggu, artinya observasi dilakukan secara

wajar{natural) sehingga tidak mengganggu kewajaran situasi, dan

o. mengadakan analisis sejak awal penelitian".

Karena sifat penelitian naturalistik yang bertujuan mengamati fenomena

yang ada secara "seadanya" bukan untuk melakukan pengukuran secara

terkontrol. Penelitian dilakukan dengan menceburkan diri secara langsung di

lapangan, berorientasi pada penemuan, eksplorasi (menjelajah), perluasan dan

menggambarkan secara holistik (menyeluh). Dengan demikian, penelitian ini

(29)

77

dengan data sebagai insider tidak menjaga jarak yang berperan sebagai outsider.

Peneliti kualitatif hams mendasarkan diri pada asumsi bahwa realitas mempakan

dinamika. Tugas peneliti menjaring data secara luas, mendalam, sehingga dapat

digeneralisasi sebagai suatu kesimpulan yang absah.

Dengan berperannya fungsi peneliti sebagai instrumen langsung, maka

seorang peneliti kualitatif dituntut memiliki beberapa kompetensi dan keterampila

tertentu. Pertama, peneliti dituntut memiliki wawasan pengetahuan yang luas dan

ketajaman analisis serta interpretasi terhadap realitas. Hal tersebut mempakan

sutau tuntutan karena peneliti dalam prosesnya dituntut mengembangkan dan

mengisi atau memberi makna suatu teori. Kedua, peneliti dituntut pula memiliki

sensitifitas dan kreatifitas yang tinggi, karena dalam penehtian kualitatif seorang

peneliti perlu mengembangkan metoda atau teknik penelitian pada saat

melaksanakan penelitiannya, disamping penehti perlu memformulasi suatu teori.

Ketiga, dalam penehtian kualitatif penehti dituntut memiliki sikap korektif dan

keterbukaan yang tinggi.

Dalam kaitan ini, peneliti bukan bertugas menguji suatu teori yang ada,

tetapi

berupaya menemukan atau mengembangkan suatu teori.

Sedang

keterbukaan dituntut karena dalam penelitian kualitatif kemampuan

pengungkapan subjek penehtian mempakan kunci keberhasilan penelitian.

Semakin terbuka hubungan peneliti dan subjek (responden) semakin banyak dan

kaya

(ktWinformasi

yang

terjaring

yang

memungkinkan

mengarahkan

(30)

78

B. Objek Penelitian

Dalam Penelitian ini peneliti menjadikan Pengurus KKG, Gum, Kepala Sekolah, Pengawas TK/SD serta Masyarakat yang berada dan tergabung dalam

lingkungan Gugus I Syahdan Hamis Kecamatan Tempuling sebagai objek

penelitian. Atas dasar permasalahan penelitian, maka sumber date yang dikaji ini

diuraikan berdasarkan atas pernyataan fokus penelitian sebagai berikut:

1. Subjekuntuk mengungkapkan tentang program KKG dalam meningkatkan

kemampuan professional guru, yaitu:

a. Studi dokumentasi tenatang program-program kerja KKG yang dibuat dan disepakati bersama peserta KKG

b. Wawancara tentang program-program yang mungkin tidak tertulis dengan peserta KKG dan pengelola atau pengurus KKG.

2. Subjek data untuk mengungkap tentang dukungan sarana dan prasarana dalam memperlancarkegiatan KKG:

a. Observasi terhadap jenis-jenis sarana dan prasarana yang dimiliki oleh setiap sekolah yang berada di gugus I Syahdan Hamis kecamatan Tempuling untuk mendukung praktek peningkatan kompetensi gum sebagai peserta KKG

b. Wawancara dengan kepala sekolah tentang ketersediaan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh setiap sekolah yang berada di gugus I Syahdan Hamis kecamatan Tempuling untuk mendukung praktek peningkatan kompetensi gura sebagai peserta KKG.

c. Analisis dokumentasi mengenai keadaan dan ketersediaan sarana dan

prasarana setiap sekolah yang berada di gugus I Syahdan Hamis

(31)

^ * s

3. Subjek untuk mengungkapkan tentang keterlibatan perftbisa^aalam ^ t

kegiatan KKG, didapat melalui wawancara yang mencakW%tdnteBg> ^ 1/

bagaimana keterlibatan kepala sekolah, pengawas sekolah dan kepafo"- J

Cabang Dinas Pendidikan kecamatan Tempuling dan juga instansi terkait

dalam kegiatan KKG.

4. Subjek untuk mengungkapkan tentang faktor-faktor yang menghambat dan

yang memberikan dukungan terhadap pelaksanaan KKG melalui

wawancara dengan pengurus KKG dan peserta KKG mengenai pandangan

merekatentang faktor-faktor tersebut.

Penentuan sumber data ini, tentu saja berdasarkan atas beberapa kriteria

yang perlu dipertimbangkan, antara lain: (1) Subjek sudah lama dan intensif

menyatu dalam kegiatan atau bidang yang menjadi kajian dalam penelitian ini,

meliputi: pengawas TK/SD, kepala sekolah dan guru, (2) Subjek masih aktif atau

terlibat penuh dengan kegiatan atau bidang tersebut, meliputi: pengawas TK/SD,

kepala sekolah dan guru, (3) Subjek memiliki waktu yang cukup untuk dimintai

informasi, yaitu: (a) pengawas TK/SD, (b) kepala sekolah dan (c) gura {Spraley

dalam Sanafiah Faisal, 1982).

C. Teknik Pengumpulan Data

Keberhasilan suatu penehtian teratama penehtian dengan pendekatan

kualitatif ini, tergantung pada beberapa faktor. Paling tidak ditentukan oleh faktor

kejelasan tujuan dan permasalahan penehtian, ketepatan peniilihan metodologi,

ketelitian dan kelengkapan date serta kemampuan interpretesi atau pemahaman

peneliti terhadap date itu sendiri. Dalam penehtian kualiatitetif ini dipergunakan

beberapa teknik pengumpulap date, yaitu: teknik observasi, wawancara dan

dokumentasi. Untuk memperjelas makna yang terkandung dari pengertian

(32)

80

1. Observasi

Dalam penelitian kualitatif, salah satu teknik yang digunakan untuk

mengamati secara langsung perilaku responden di lapangan adalah dengan teknik

observasi. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Satori (1998:153) bahwa

observasi dalam penelitian naturalistik memungkinkan peneliti mendapatkan

informasi dalam kaitannya dengan kontek (hal-hal yang berkaitan dengan situasi

disekitarnya) sehingga peneliti memperoleh data dari informasi yang

dikumpulkan.

Sudah jelas, bahwa seluruh unsur yang terkait dengan penelitian seperti

kondisi lingkungan gugus, sarana prasarana, iklim dan proses interaksi, aktifitas

gum pada kegiatan KKG, aktifitas gum di dalam kelas, serta dampak dari

kegiatan KKG terhadap aktifitas siswa di dalam kelas.

Sehubungan dengan hal tersebut,. Nasution, (1988:61) mengungkapkan

terdapat lima tingkat partisipasi penehti sebagai pengamat (observer) dalam suatu

penelitian, yaitu: (1) partisipasi nihil (non participation), pada teknik ini interaksi

sosial dengan para responden sama sekali tidak terjadi (2) partisipasi pasif (pasif

participation), dimana peneliti berperan sebagai penonton tanpa melibatkan diri

secara langsung dan intensif dalam peristiwa/situasi yang menjadi objek

penelitian, (3) partisifasi sedang (moderate participation), yang ditandai dengan

terdapatnya intensitas peran serta penehti pada tingkat sedang dalam kehidupan

dan situasi responden. (4) partisipasi aktif (active participation), (5) partisipasi

penuh (completeparticipation), dimana penehti melibatkan diri sepenuhnya dalam

situasi objek penelitian.

Sehubungan dengan penelitian ini, tentunya partisipasi yang akan

(33)

81

menghimpun data sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi dilapangan.

Dalam proses pengumpulan data yang dilakukan, peneliti mengadakan observasi

dengan teknik ikut serta dalam forum KKG di Gugus 1 Syahdan Hamis sesuai

dengan tujuan yang akan diteliti.

Patton (1996:59-60) dalam Nasution (1986) mengemukakan manfaat

teknik pengamatan sbb: (1) dengan berada dilapangan penehti lebih mampu

konteks data dalam keseluruhan situasi (holistic). (2) pengalaman langsung

memungkinkan penehti menggunakan pendekatan induktif, sehingga membuka

kemungkinan melakukan penemuan atau discovery. (3) peneliti dapat melihat

hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain karena telah dianggap "biasa" dan

karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara. (4) peneliti dapat

menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden

karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi. (5) peneliti dapat menemukan hal-hal

diluar persepsi responden sehingga gambaran yang didapat lebih komprehensip.

(6) dilapangan penehti tidak hanya dapat mengadakan pengamatan, akan tetapi

juga memperoleh kesan-kesan secara pribadi. Observasi atau pengamatan dapat

diklasifikasi atas pengamatan melalui cara berperan serta dan tidak berperan serta.

Pengamatan berperan serta melakukan dua peranan sekahgus, yaitu sebagai

pengamat dan sekahgus menjadi anggota resmi dari kelompok yang diamatinya

(Nasution, 1996:126-127). Lebih lanjut Nasution (1996:61) menjelaskan tingkatan

partisipasi dalam kegiatan observasi/pengamaten terdiri dari berbagai tingkatan.

Dari tingkatan rendah sampai tingkatan tinggi, yakni dari partisipasi nihil, hingga

(34)

82

2. Wawancara

Wawancara dalam penelitian kulitatif merupakan teknik pengumpulan data

yang terpenting. Wawancara sebagai bentuk komunikasi vertikal dan proses

interaksi antar peneliti dengan sumber data berfungsi sangat efektif dalam proses

pengumpulan data dalam penelitian kualitatif. Selain itu, wawancara juga dapat

difungsikan sebagai alat pembantu utama dari teknik observasi. Kontjaraningrat,

(1990:129) mengemukakan: "...wawancara dalam suatu penehtian bertujuan

mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat

serta pendirian-pendirian mereka itu, mempakan suatu pembantu utama dari

metode observasi".

Dalam penelitian naturalistik ini, kite ingin mengetahui bagaimana

pendapat responden tentang dunia kenyataan. Melalui dokumentasi dan observasi

saja tidak memadai untuk mendapatkan data dalam melakukan penelitian.

Mengamati kegiatan dan kelakuan orang saja tidak dapat mengungkapkan apa

yang diamati atau dirasakan orang lain, persoalan ini yang pada gihrannya

meminta studi observasi tersebut hams dilengkapi oleh studi wawancara. Tujuan

wawancara untuk mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dan hati orang

lain, bagaimana pandangan tentang dunia yaitu hal-hal yang tidak dapat diketahui

melalui observasi. Nasution (1996:71) mengemukakan bahwa "penelitian

naturahstik berasaha mengetahui bagaimana responden memandang dunia dari

segi perspektifhya, menumt pikiran dan perasaannya yaitu informasi "emic".

Namun demikian tidak selalu mudah dalam memperoleh keterangan emic yang

murni, sebab itu setiap pertanyaan penehti cenderung mengarahkan dan dengan

(35)

83

akan bersifat "ethic" yakni ditinjau dari pandangan peneliti dengan demikian data

yang dieproleh atau data yang diinginkan akan beralih dari data emic ke data

ethic. Atas dasar pertimbangan tersebut, maka dalam penelitian ini akan

digunakan wawancara tak berstruktur dan selanjutnya beralih menjadi lebih

berstraktur.

Hal ini dilakukan peneliti dengan memperhatikan pendapat Nasution

(1996:72) yang menerangkan bahwa:

Pada awal penelitian, peneliti itu sendiri 'tidak tahu apa yang tidak

dftetahuinya', karena itu ia tidak dapat menyediakan pertanyaan yang

relevan, oleh karenanya wawancara dilakukan tak berstraktur artinya

responden mendapat kebebasan dan kesempatan untuk mengeluarkan

buah pikiran, pandangan dan perasaannya tanpa diatur ketat oleh penehti.

Akan tetapi kemudian, setelah penehti memperoleh sejumlah keterangan,

ia dapat mengadakan wawancara yang lebih berstruktur yang disusun

berdasarkan apa yang telah disampaikan oleh responden.

3. Dokumentasi

Dalam

penelitian

kualitatif studi

dokumentasi juga tidak

dapat

ditinggalkan karena sangat membantu melengkapi data dan pengecekan kebenaran

data atau informasi yang diperoleh peneliti melalui observasi dan wawancara.

Teknik pengumpulan date dengan studi dokumentasi ini, berintikan pada kegiatan

pengamatan terhadap dokumen-dokumen tertulis yang ada hubungannya dengan

fokus atau permasalahan penehtian.

Dokumentasi yang dimaksudkan dalam

penehtian kualitatif pada

umumnya adalah teknik yang dilakukan melalui penelaahan dan anahsis serta interpretasi terhadap dokumen yang bempa sumber date non-manusiawi,

misalnya: catatan pribadi, laporan, ketetapan dan peraturan-peraturan dokumen

pemerintah, korespondensi, agenda, ateupun catatan lain menyangkut bukti

(36)

84

Sehubungan dengan studi dokumentasi ini, Sartono Kartodirdjo, seperti yang djkutip oleh Satori (1989: 143) mensyaratkan perlunya melihat: (1) apakah dokumen itu outentik atau palsu, (2) apakah isinya diterima sebagai kenyataan, dan (3) apakah data itu cocok untuk menambah tentang gejala yang diteliti.

Adapun dokumen yang diteliti dan atau yang diamati dalam penelitian ini

antara lain:

a. Pedoman penyelenggaraan kegiatan KKG yang dikeluarkan oleh Depdikbud dan atau Dinas Pendidikan Provinsi/Kab/Kota.

b. Program kegiatan KKG, berapa materi yang dibahas dalam pelaksanaan dalam waktu yang telah disepakati,

c. Buku catatan pembinaan (catatan pengawas TK/SD, Kepala Sekolali dan pembina lainnya).

d. Pembinaan gum SD yang dilakukan bidang Pendidikan Dasar, Seksi Pendidikan Dasar, Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah.

e.. Bahan tertulis yang berkaitan dengan produk kualitas gura sebagai manajer pembelajaran

f. Hasil belajar siswa.

g. Photo-photo proses pembinaan yang terdapat dalam wadah KKG, KKKS, dan KKPS saat pelaksanaan kegiatan KKG.

D. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, pelaksanaan anahsis date ddakukan sepanjang

penelitian itu dan secara terus menems mulai dari tahap pengumpulan date sampai akhir. Date yang diperoleh dalam penelitian ini tidak akan memberikan makna yang berarti apabila tidak dianahsis lebih lanjut. Dengan demikian perlu adanya

upaya penganlisisan data dengan tehnik analisis kualitatif secara induktif, yaitu dengan cara membandingkan antara data yang terkumpul dari lapangan dengan teori yang ada.

Dalam kaiten ini Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman (dalam

(37)

1. Reduksi data

Kegiatan reduksi data merapakan langkah awal dalam menganwisi&^a^yj^

suatu penelitian. Kegiatan reduksi data ini bertujuan untuk memudahkan seorang"

peneliti dalam memahami data yang terkumpul dari lapangan. Kegiatan reduksi data ini dilakukan dengan pembuatan rangkuman terhadap aspek-aspek permasalahan yang diteliti agar mudah untuk melakukan analisis data yang lebih lanjut. Adapun aspek-aspek permasalahan yang direduksi dalam penelitian ini meliputi pembinaan kemampuan profesional gura yang dilakukan oleh pengawas TK/SD melalui wadah Kelompok Kerja Gura (KKG)..

2. Penyajian data

Merapakan analisis terhadap penyajian data yang dilakukan secara jelas dan singkat. Hal ini diamaksudkan untuk mempermudah peneliti dalam memahami dan kemudian menafsirkan dan pada gilirannya mengambil suatu

kesimpulan.

3. Pengambilan kesimpulan dan verifikasi data

Bahwa menganlisis date dalam upaya mengambil suatu kesimpulan, merapakan intisari dari hasil penelitian. Sedangkan verifikasi adalah suatu upaya untuk mempelajari kembali date-date yang sudah dikumpulkan dengan meminta pertimbangan dari berbagai pihak yang relevan dengan penehtian ini.

(38)

86

Pedoman pengumpul datayang dikembangkan, bempa pedoman observasi

dan pedoman wawancara yang tentunya tidak dirinci karena sifatnya lebih terbuka

(open ended).

Disamping kedua tehnik pengumpul data di atas, dilakukan pula studi

dokumentasi terhadap program/silabus kegiatan Kelompok Kerja Gura (KKG)

yang dilaksanakan. Sementara itu, prosedur pengumpulan data dilakukan dengan

dua cara, yaitu: komunikasi langsung melalui wawancara dan observasi serta

komunikasi tidak langsung melalui studi dokumentasi.

E. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, prosedur pengumpulan data tidak memiliki

pola yang pasti, sebab desain serta fokus penehtian dapat mengalami perubahan

yang bersifat "emergent", akan tetapi untuk memudahkan dalam pengumpulan

data, maka peneliti menggunakan prosedur yang dikemukakan oleh Nasution

(1996:33), yaitu: (1) Tahap Orientasi, (2) Tahap Exsplorasi dan (3) Tahap

Member Check. Untuk lebih jelasnya, maka akan diuraikan secara rinci tentang

apa yang dimaksud dengan tahap orientasi, tahap exsplorasi, dan tahap

membercheck.

1. Tahap Orientasi

Pada tahap orientasi ini, penulis melakukan studi kelayakan dan evaluasi

lapangan, yaitu suatu langkah yang bertujuan untuk menentukan permasalahan

yang terjadi di lapangan. Tahap orientasi ini belum sampai pada tahap

penyingkapan atau pengumpulan data yang sebenamya, tetapi bam mempakan

tahap mengenai dan menilai lingkungan secara umum. Penehti berasaha

(39)

87

umum geografi, demografi kependudukan, gambaran proses penelitian serta

segenap unsur lingkungan sosial, fisik atau kultural yang berkaitan dengan

masalah yang hendak ditulis. Dalam kaitan kepentingan dalam penelitian ini, yang*

perlu dilakukan adalah:

(a) Peneliti mengadakan konsultasi dengan tokoh-tokoh pendidikan tertenttt.

tentang keadaan pendidikan dan permasalahannya, khususnya yang terjadi

diwilayah kerjanya. (b) Setelah semua informasi yang mendukung data mentah

terkumpul, peneliti menyusun rancangan peneliti sambil berkonsultesi dengan

pembimbing. Kemudian menentukan perlengkapan penelitian dan tenaga bantuan

yang dianggap proporsional, (c) Mempakan langkah untuk melakukan komunikasi

personal dengan pihak-pihak yang akan menjadi tujuan penelitian dalam hal ini

adalah guru-guru Sekolah Dasar, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah yang

ada di Gugus I Syahdan Hamis Kecamatan Tempuling Kabupaten Indragiri Hilir

Provinsi Riau yang akan dijadikan responden, (d) Melakukan pra-survey dengan

mengamati berbagai program peningkatan kemampuan profesional guru yang

dilaksanakan di Gugus I Syahdan Hamis Kecamatan Tempuling Kabupaten

Indragiri Hilir Provinsi Riau dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, (e)

Mengumpulkan dan mengkaji dokumen tertuhs berapa pedoman penyelenggaraan

kegiatan KKG Sekolah Dasar di Gugus I Syahdan Hamis Kecamatan Tempuling

Kabupaten mdragiri Hilir Provinsi Riau, (f) Menyiapkan perlengkapan penelitian,

seperti pedoman penelitian, dokumentasi observasi, pedoman wawancara serta

alat bantu lainnya seperti perekam (tape Recorder) dan Camera, (g) Menguras

perizinan untuk mengadakan penelitian, (h) Wawancara dengan pengurus KKG

Gugus I Syahdan Hamis Kecamatan Tempuling Kabupaten mdragiri Hilir

(40)

88

2. Tahap Eksplorasi

Tahap eksplorasi ini merapakan tahap melakukan penggalian atau pengumpulan data yang sebenamya. Dalam rangakain ini wawancara dengan responden dan observasi dilakukan secara terarah dan terfokus, spesifik, dan interaktif. Untuk memperoleh data yang diharapkan, peneliti menyediakan

pedoman wawancara, pedoman observasi dan pedoman dokumentasi.

Pedoman observasi disusun sebagai guide line yang mebuat

indikator-indikator

pokok masalah

yang diteliti

berfungsi

membimbing

peneliti

menghampiri permasalahan sekahgus mengontrolnya. Pedoman wawancara dibuat dalam bentuk pokok-pokok pertanyaan terstruktur dan terklasifikasi, namun memberikan kemungkinan jawaban terbuka dan bebas. Sedangkan

kegiatan studi dokumentasi berisikan kategori dokumen yang harus didata

(dikumpulkan, dianalaisis dan diinterpretasikan). 3. Tahap Member Check

Tahap member check merupakan langkah pengecekan ulang data yang

diperoleh peneliti dari responden. Langkah ini dilakukan guna menguji

konsistensi informasi yang telah diberikan responden dalam rangka memperoleh tingkat kredibilitas hasil penelitian. Dalam rangka member check ini peneliti melakukan beberapa kegiatan, yaitu: (a) Setiap selesai melakukan observasi dan

wawancara, penelit menkonfirmasikannya dengan responden untuk memperoleh

kadar konsistensi jawaban yang diberikan, (b) Setelah dilakukan pengolahan hasil

(41)

89

(42)
(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab ini menyajikan beberapa kesimpulan dan rekomendasi yang dihimpun dari deskripsi dan temuan penelitian sebagaimana telah dipaparkan pada Bab IV, tentang pelaksanaan KKG dalam upaya meningkatkan kemampuan profesional gura Sekolah Dasar melalui Gugus Sekolah Dasar, dapat diambil beberapa kesimpulan, diantaranya:

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada permasalahan dan tujuan penehtian dengan hasil dan pembahasannya, disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Program KKG yang dilaksanakan dan dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan profesional gura di Gugus I Syahdan Hamis Kecamatan Tempuling, mencakup berbagai pendalaman materi tentang mata pelajaran yang dilaksanakan di sekolah, seperti: (a) Pendalaman Evaluasi Belajar (analisis tes, pencapaian target kurikulum, dan pemberian nilai rapor, (b) Pendalaman Mate Pelajaran Bahasa Indonesia (pembahasan tentang GBPP/Suplemen kurikulum 1999; program dan lokasi waktu, anahsis materi pelajaran; pengembangan bagan bahasa Indonesia; persiapan/satuan pelajaran bahasa Indonesia; majalah dinding dalam bahasa Indonesia, (c) Pendalaman Mata Pelajaran IPS (pembahasan tentang GBPP/Suplemen kurikulum 1999; program dan lokasi waktu, analisis materi pelajaran; persiapan/satuan pelajaran IPS; evaluasi mata pelajaran IPS, (d) Materi Mata Pelajaran Muatan Lokal (materi mate pelajaran Arab Melayu, Budaya Daerah, Industri Rumah Tangga), (e) Pembahasan tentang administrasi kdas.

(44)

152

2. Dukungan sarana dan prasarana dalam memperlancar kegiatan KKG, meliputi.

(a) Ruang khusus untuk kegiatan KKG yang terletak di SDN 032 (SD Inti)

dan dapat menampung sejumlah 100 orang, (b) Jalan penghubung antar

sekolah yang ada dalam lingkup Gugus I Syahdan Hamis dapat ditempuh

dengan jalan darat, yaitu: SDN 002, SDN 006, SDN 019, SDN 032, dan MIS

Darussalam. Sedangkan SDN 033 dan SDN 036 hanya dapat ditempuh dengan

menggunakan transportasi perahu, (c) Ketersediaan peralaten yang dibutuhkan

untuk kegiatan KKG berupa:

buku-buku yang berhubungan dengan

administrasi KKG, pealatan praktek mengajar berupa KIT IPA, alat peraga buat guru dan lain sebagainya.

3. Upaya pembina KKG dalam meningkatkan kemampuan profesional gura di

Gugus I Syahdan Hamis Kecamatan Tempuling berupa: Program pembinaan

melaui kegiatan KKG untuk meningkatkan kemampuan profesional gura di

Gugus I Syahdan Hamis, disusun untuk memenuhi kebutuhan guru di

lapangan, dengan demikian Kepala Sekolah dan Pengurus KKG secara

bersama-sama menyusun program caturwulan/semester untuk kepentingan

proses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu. Teknis pembinaan oleh

Kepala Sekolah dan Pengawas TK/SD lebih banyak berbentuk rapat dinas,

sehingga pembinaan yang dilakukan terhadap guru kurang optimal. Meskipun

materi pembinaan kemampuan profesional gura melaui wadah KKG

mengarah kepada apa yang diinginkan oleh gura sebagai tenaga guru yang

terjun langsung di kelas. Hanya saja, tidak diikuti oleh pengawasan yang

terprogram, sehingga terjadi proses apa adanya yang dilakukan oleh guru.

(45)

J~*r

meningkatkan kemampuan profesional gura, diantaranya: Guratbadai,

telah berasaha untuk memperbaiki kinerja dengan berupaya mei\giiiuw*§|pr ^ /!

secara aktif, hanya saja keengganan utnuk membuat persiapan ~

secara baik dan terarah masih belum dilakukan. Hal ini disebabkan oleh sistem

gura kelas yang pekerjaan mereka cukup menumpuk untuk sejumlah mata pelajaran. Kebanyakan gurukemampuan gura dalam proses belajar mengajar Kemampuan profesional gura. Perkembangan dan pertumbuhan kemampuan profesional gura dalam proses pembelajaran bukan hanya akibat dari proses pembinaan profesional melalui wadah KKG, KKKS, dan KKPS, tetepi juga disebabkan oleh faktor komitmen gura terhadap tugas, tanggungjawab guru, kesadaran akan pengembangan profesi yang muncul dari dalam diri individu gura yang haras tumbuh. Evaluasi pembelajaran sifatnya masih merekayasa bagaimana siswa berprilaku, keseharian siswa dalam kehidupan sosial di masyarakat. Artinya, komopnen yang sifatnya menunjang keberhasilan proses pembelajaran sering terabaikan. Pada tataran implementasi program pembinaan yang dikembangkan selama ini kurang memberikan pengalaman berarti bagi guru, teratoma bagi peningkatan kemampuan dan keterampilan pengelolaan proses belajar dan mengajar. Hai ini disebabkan: (1) Materi pembinaan yang diprogramkan sudah dimiliki gura sebelumnya, (2) Peran gugus hanya bersifat informatif; (3) Strategi pembinaan kurang bervariasi, (4) Kegiatan evaluasi ateu tindak lanjut program pembinaan tidak dilaksanakan. (a) Pembinaan yang dilakukan oleh Kepala Cabang Dinas Pendidikan. Hal ini

terpotret dengan adanya kegiatan pertemuan awal tahunan, antara kepala sekolah dan Pengawas TK/SD dalam rangka menyusun program kegiatan

(46)

'I-154

tahunan "RENTRA", (Rencana Strategi) sesuai dengan petunjuk yang sudah diprogramkan oleh pihak Dinas Pendidikan, sebagai salah satu kebijakan yang ditetapkan. Meskipun pada kondisi nyatanya belum mencapai tujuan yang telah ditetapkan, namun Kelompok Kerja Kepala Sekolah bersama dengan Penguras KKG menuyusun program pelakasanaan kegiatan dalam waktu tertentu sebagaimana telah diuraikan

di atas.

(b) Pembinaan yang dilakukan oleh Pengawas TK/SD. Secara umum lebih kepada pembinaan yang bersifat kolektif melalui pertemuan rapat-rapat umum dan pembinaannya juga masih mengarah kepada pembinaan proses administrasi secara luas. Khususnya untuk melihat langsung apa yang dikerjakan oleh gura di kelas, terlihat belum dilaksanakan secara optimal. Dengan demikian, masih ditemukan pelaksanaan proses pembelajaran

yang belum menyentuh tentang bagaimana upaya mengimplementasikan

kurikulum, bagaimana mengoperasionalkan program pengajaran yang baik

dan benar, bagaimana melakukan dan atau melaksanakan evaluasi, dan

lain sebagainya.

(c) Pembinaan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah. Dalam rangka menunjang

pelaksanaan KKG, Kepala Sekolah selalu memberikan anjuran agar para

gum dapat ikut serta dan hadir secara terus menems. Melalui pengurus

KKG kepala-kepala sekolah yang tergabung dalam Kelompok Kerja

Kepala Sekolah (KKKS) mengaharapkan untuk dapat menertibkan absensi

kehadiran setiap pertemuan, untuk dapat dijadikan bahan monitoring dan

(47)

155

kepada gura untuk menggali secara mendalam tentang apa yang haras

dimiliki oleh gura guna menujang pembelajaran di tingkat kelas.

(d) Keterlibatan instansi terkait. Dalam menunjang kegiatan peningkatan kualitas gum, pemerintah kecamatan sangat tertarik dengan program KKG dalam mempercepat aras informasi dalam dunia pendidikan yang serba cepat berabah. Kaitan dengan hal ini, pemerintah kecamatan akan mencoba menyampaikan program-program pendidikan dalam

pertemuan-pertemuan, dan barangkali nantinya akan diupayakan bagaimana mencari

solusi untuk menunjang kegiatan KKG agar lebih baik dan terarah. Sedangkan Dinas Kesehatan melalui Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) telah memberikan perhatian dan bantuan berupa pemberian obat-obaten dan bersedia melayani dan turut serta dalam kegiatan yang sifatnya ada hubungannya dengan kesehatan.

4. Faktor yang menghambat dan memberikan dukungan terhadap pelaksanaan kegiatan KKG di Gugus I Syahdan Hamis Kecamatan Tempuling meliputi: (a) Keberadaan dan kemampuan para pembina, baik kepala Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan, Pengawas TK/SD maupun Kepala Sekolah yang

belum

sepenuhnya

melakukan

pengawasan

dan

pembinaan

terhadap

pelaksanaan KKG. (b) Faktor nara sumber dalam hal ini para: Tutorial, Gum Pemandu Bidang Studi yang jumlah personoil masih sangat kurang) dan itu sangat memberikan pengaruh. (c) Faktor yang belum optimal dalam

menungjang kegiatan KKG adalah berupa implementasi dari temuan dan ateu

hasil materi pelatihan yang diterima oleh gura di forum KKG.Hal ini masih

terlihat belum dioperasionalkannya secara baik oleh para gum, dan mereka

(48)

156

terlihat mereka sulit untuk membuka diri untuk inovasi dalam dunia

pendidikan.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan penelitian sebagaimana dikemukakan tersebut, maka rekomendasi yang dapat disampaikan adalah:

1. Intern Gugus Sekolah Dasar

Untuk mengoptimalkan peran dan fungsi gugus dalam upaya meningkatkan

kemampuan profesional gura Sekolah Dasar:

a. Penggunaan waktu didalam pelaksaaan program KKG disesuaikan dengan materi yang dikembangkan.

b. Maieri pembinaan lebih terarah dan menyentuh pada kebutuhan riil gura dalam menjalankan aktifitasnyasebagai pendidik dan pengajar.

c. Untuk menghindari adanya kejeriuhan gura dalam mengikuti kegiatan pembinaan, maka seyogyanya strategi pembinaan dilakukan secara bervariasi. Kegiatan dengan metode ceramah hendaknya dikurangi dan diganti dengan metode-metode yang mengoptimalkan keterhbatan peserta,

pemecahan

masalah

(problema

solving),

curah

pendapat,

demonstrasi/simulasi atau menggunakan metode pembicaraan individual.

2. Pihak Dinas Pendidikan

Fokus perhatian yang sungguh-sungguh dari pengambil keputusan, khususnya

pihak Dinas

Pendidikan

Tingkat

kabupaten

dan kecamatan

dalam

mengembangkan proses pembinaan terhadap profesional

gum sangat

diperlukan. Karena tanpa kesungguhan, dan keseriusan rasanya tidak akan

(49)

157

Dengan demikian perlu adanya: (a) Pembinaan atau pelatihan secara terencana dan berkesinambungan bagi penguras KKG, KKKS, KKPStentang tugas dan tanggungjawab masing-masing dalam meningkatkan kemampuan profesional gum. (b) Memberikan alokasi dana khusus untuk kegiatan KKG yang bersumber dari APBD maupun swadaya sekolah. (c) Perlu adanya penyederhanaan terhadap administrasi yang harus dipersiapkan atau dikerjakan oleh gura Sekolah Dasar, sehingga kegiatan gura lebih terfokus kepada peningkatan kualitas mutu Proses Belajar Mengajar di kelas. (d) Perlu adanya petugas khusus yang menangani bidang Tata Usaha di Sekolah Dasarsehingga Kepala Sekolah memiliki banyak waktu untuk melaksanakan pembinaan terhadap kemampuan profesional gura. (e) Ruang lingkup sasaran pembinaan Pengawas TK/SD agar ditinjau kembali disesuaikan dengan karakteristik wilayah dinas sehingga fungsi pembinaan di era otonomi daerah

saat ini dapat meningkatkan kemampuan secara lebih optimal. 3. Para Pengawas TK/SD dan Kepala Sekolah

Kunci keberhasilan sebuah pembinaan dan pengembangan profesional gura di

lapangan melalui wadah KKG, tentunya didasarkan atas priorites kebutuhan

(50)

4. Para Gura

Sebagi seorang pemegang amanah yang paling sentral dalam

_

tujuan pembelajaran, gum berupaya mengembangkan diri sendiri sel akan memunculkan pembahan yang mendasar dalam proses pembelajaran. Perubahan yang mendasarkan ini akan berdampak kepada perubahan yang lebih baik, karena dapat bercermin dari kelemahan yang telah berjalan selama ini. Dorongan perubahan ini tentunya diawah dengan adanya kesadaran akan pentingnya sebuah inovasi.

5. Peneliti Berikutnya.

Barangkali peneliti selanjutnya akan setuju dengan pelaksanaan KKG sebagai

(51)
(52)

159

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Dj. (1994). Pedoman Pembinaan Profesional Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud. Dirjen Pendasmen.

Abdulhak, I. (1995). Media Pendidikan Suatu Pengantar. IKIP Bandung: Pusat Pelayanan dan Pengembangan Media Pendidikan.

Aqib,

Z. (2002). Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Jakarta : Insan

Cendikia.

Abdullah, S. (2003). Guru di Indonesia. Pendidikan, Pelatihan dan Perjuangan

SejakZaman Kolonial Hingga Era Reformasi. Jakarta: Depdiknas.

Bodgan, R.C. dan Steven J. Taylor. (1975). Introduction to Qualitative Research

Method, London : John Willey & Sons.

Casteter, (1981). The PersonalFunction in EducationalAdministration. New York : Macmillian Publishing Co. Inc.

Danim, S. (2002). InovasiPendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme

Tenaga Kependidikan. Pustaka Setia: Bandung.

Depdikbud. (1994). Pedoman Pembinanan Profesional Guru Sekolah Dasar. Depdikbud. Dirjen Dikdasmen.

Darmodiaharji, D. (1981). Peranan IKIP Dalam Pengembangan dan Pembinaan

Sekolah Sebagai Kebudayaan. Dimuatdalam: AnalisisPendidikan. Tahun

II/No.3/1981, Depdikbud: Jakarta.

Faisal, S. (1982). MetodologiPenelitian Pendidikan. Surabaya: UsahaNasional.

Hamalik, O. (1991). Pendidikan Guru Konsep dan Strategi. Bandung

: Mandar

Maju.

Jeffreys, dan M.VC. (1972). TheAims ofEducation. Pisman and Sons: Canada.

Kartamiharja, S. (2001). Strategi Pendidikan Nasional Dalam Era Globalisasi dan

Otonomi Daerah. Jakarta: UHAMKA PRESS.

Lindgren, dan Hendry Clay. (1967). Educational Psychology in The Classroom.

John Wiley & Son: New York.

Makmun, S.A. (2000). PsikologiKependidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya

(53)

160

Mc Gee, Reec. (1980). Sociology. Renehart and Winston Co:Chicago.

Mulyasya E. (2002). Manajemen Berbasis Sekolah Konsep, Strategi dan

Implementasi. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Natawidjaja R. (1994). Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi. Bandung :

FIP IKIP.

Nasution, S. (1982). DidaktikAsas-asasMengajar. Bandung: CV. Jammars. Nasution, S. (1988). MetodologiPenelitianKualitatif.Bandung: Tarsito

Puspitawati, P. (2003). Studi tentang pelaksanaan MGMP dalam upaya

meningkatkan kemampuan profesional guru. Tesis pada IKIP Bandung:

tidak diterbitkan.

Purwadarminta W.J.S. (1982). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka:

Jakarta.

Peraturan Pemerintah No.38 tahun 1992 tentang Tenaga Kependidikan. Depdikbud.

Rusyan, T. (1990). Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung : Yayasan Karya Sarjana Mandiri.

Rusmana, S. (2002) Implementasi Sistem Pmbinanan Kemampuan Profesional Guru Sekolah DasarDalamProses BelajarMengajar. (Tidak diterbitkan).

Ruth-Strong. (1958). Guidance and Counseling and Teachers. In Journal of The National Assocation of Women Dean and Counselors. Jakarta: No.XXII

Oktober 1958.

Sumantri - Mulyani. (1988). Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Depdikbud. Sauusi, A. (1990). Studi Pengembangan Model Pendidikan Profesional Tenaga

Kependidikan. P2T IKIP Bandung.

(1991). Studi Pengembangan Model Pendidikan Profesional

Tenaga Kependidikan. Bandung: IKIP (tidak diterbitkan).

Sudrajat, A. (1997). Upaya Pengembangan Kemampuan Profesional Tenaga

Kependidikan pada Lembaga Pendidikan

dan

Latihan

Pegawai

Departemen Penerangan Daerah Bandung. (tidakditerbitkan).

(54)

161

Satori, D. (1993). Pedoman Pembinaan Profesional Guru. Pusbangkurandik Balitbang Depdikbud RI.

Soelaeman. M.I. (1985). Menjadi Guru. Diponegoro: Bandung.

Syah, M. (1995). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : Rosdakarya

Syaodih, N. (2000). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Sudjana, N dan Ibrahim, R. (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung

: Sinar Baru.

Sutisna, O. (1987). M. Surya (1995). Profesi Guru.fModul). Jakarta: Universitas

Terbuka.

Syamsudin. (1990). Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung: Angkasa. Siagian-Sondang P. (1997). Pengembangan Sumber Daya Insani. Jakarta :

Gunung Agung.

Satori, D, Tangyong, AF. dap Wahyudi. (1986). CBSA Bagaimana Membina

Guru SecaraProfesional. Jakarta: Balitbang Dikbud, Pusat Pengembangan

Kurikulum.

Proyek Peningkatan Mutu SMU Jakarta. (1999) Panduan Manajemen Sekolah. Depdikbud Dirjen Dikdasmen/Dikpenmenum. Jakarta: Depdikbud.

Taba-Hilda (1962). Curriculum Development; Theoryand Practice. New Yprk : Hartcourt, Brace and World.

UsmanAJ. (2001). Menjadi Guru Profesional. Remaja RosdakaryaBandung. Undang-Undang RI No. 25/2000 tentang Propenas.

Wijaya,C. et.el. (1994). Kemampuan DasarGuru Dalam ProsesBelajarMengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya

Zamroni, (2000). Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarte : Bayu Indra

Grafika

(55)

Zigarmi, P., & Goldstein, M. (1979^. A. Mapping Technique for The

Ethnografic Data. Procedures for Adopting Educational

Program. Papaer Presented at the Annual Meeting of

Gambar

Gambar 1 : Paradigma Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

(Plato).. KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PROFESIONAL DI SEKOLAH DASAR GUGUS YUDHISTIRA KECAMATAN SELOGIRI KABUPATEN WONOGIRI. Sekolah Pascasarjana Universitas

Berbagai kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh guru pemandu dalam kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) di gugus Cengkeh Kecamatan Kandangan dalam rangka

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kinerja kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) pada Gugus Cengkeh UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kandangan. Jenis penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (a)standar kinerja KKG Gugus Imam Bonjol, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga, (b) program – program peningkatan

pengelolaan KKG Ahmad Yani Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang sebagai sarana kegiatan dalam rangka meningkatkan mutu profesionalitas guru di lingkungan Gugus

Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1) mengetahui realitas kompetensi profesional guru PAI SD di Kecamatan Duampanua Kabupaten Pinrang, 2) Mengetahui peranan

Dari kegiatan pengabdian pada masyarakat ini dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan pemahaman guru SD di KKG Gugus 1 Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala

Kelompok Kerja Guru (KKG) dalam penelitian ini dibatasi pada guru Pendidikan Agama Islam pada Kelompok Kerja Guru (KKG) di Gugus Sekolah Dasar Negeri Kecamatan