KATAPENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang memberikan kekuatan dan Rahmat-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Dalam proses penulisannya iill banyak menghadapi kendala dan · keterbatasan, namun berkat bimbingan Pembimbing dan motivasi dari orang tua serta rekan-rekan mahasiswa Pascasarjana akhirnya penulisan tesis ini dapat diselesaikan.
Bapak Prof. Dr. Muhammad Badiran, .M.Pd dan Bapak Prof. Dr. Hanm Sitompul, M.Pd, Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah banyak memberikan pengarahan serta bimbingan dalam penyusunan tesis ini.
Bapak Prof. Drs. Syawal Gultom, M.Pd., Rektor Universitas Negeri Medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti perkuliahan di Program Pascasru:jana Unimed dan Bapak Prof. Dr. Belferik Manulang, Direktur Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang telah memberikan bantuan administrasi di Program Pascasru:jana Unimed.
Bapak Prof. Dr. Muhammad Badiran M.Pd., Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan dan Bapak Dr. Sabat Siagian, M.Pd., Sekretaris ·Program Studi Teknologi Pendidikan atas segala motivasi dan bantuannya.
Bapakllbu dosen Program Studi Teknologi Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang telah memberikan berbagai ilmu pengetahuan selama penulis mengikuti perkuliahan dan tak terlupakan juga rekan mahasiswa Pascasarjana Unimed Program Studi Teknologi Pendidikan.
Almarhum Ayahanda dan lbunda yang telah membimbing selama ini dan selalu memberi motivasi selama mengikuti perkuliahan dan penulisan tesis. Secara khusus kepada suamiku tercinta Badrun Panggabean SEdan anak-anakku tercinta yang selalu memberikan curahan kasih sayang.
Semoga hasil penelitian ini dapat bennanfaat bagi pendidikan di masa
kini
dan yang akan datang.
iv
~edan, ~ei2009
Penulis,
ABSTRACT
Nalil Khairiah. Reg. No 045020252 The Correlation Between Attitude of Towards Cadre Model and Interpersonal Communication Ability and Political Participation of Women of PKS Kota
Medan. Thesis. Postgraduate Program, State University of Medan,
2009.
The objectives of this research were: (1) the correlation between attitude of towards cadre model with political participation of women of PKS Kota Medan, (2) the correlation between interpersonal communication ability with political participation of women of PKS Kota Medan, and (3) the correlation between attitude towards cadre model and interpersonal communication ability together with political participation of women of PKS Kota Medan
The population of this research are all the women members of PKS Kota Medan covering 14 sub districts with the total amount l 00 people. The sample of this research are 60 person taken by using proportional random sampling technique based on Harry King's Nomogram. The instrument used to get data is Likert scale's model questioner. Requirements test was done to know the normality, linearity and independent of the two variables. Technique of analyzing data that used are simple correlation and regression and multiple correlation and regression at degree of freedom a = 0.05
ABSTRAK
Nalil Khairiah. NIM. 045020252 Hubungan Antara Sikap Terbadap Model Pengkaderan Dan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Dengan Partisipasi Politik Perempuan Di Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan. Tesis: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan. 2009.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan mendeskripsikan: (1) hubungan antara sikap terhadap model pengkaderan dengan partisipasi politik perempuan PKS Kota Medan, (2) hubungan antara kemampuan komunikasi interpersonal dengan partisipasi politik perempuan PKS Kota Medan, dan (3) hubungan antara sikap terhadap model pengkaderan dan kemampuan komunikasi interpersonal secara bersama-sama dengan partisipasi politik perempuan PKS Kota Medan.
Populasi penelitian adalah seluruh anggota kader perempuan di wilayah DPD PKS Kota Medan me lip uti 14 Kecamatan dengan jumlah populasi 100 orang. Sampel penelitian berjumlah 60 dengan teknik proporsional random sampling dengan mengacu kepada Nomogram Herry King untuk menentukan ukuran sampel. Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data penelitian adalah angket dengan modell skala Likert. Uji persyaratan dilakukan untuk menguji normalitas, linearitas, dan independensi antar variabel bebas. Teknik analisis data digunakan korelasi dan regresi sederhana dan korelasi dan regresi ganda pada taraf signifikansi a.= 0,05.
Temuan penelitian menunjukkan terdapat: (1) hubungan yang signifikan antara sikap terhadap model pengkaderiui dengan partisipasi politik perenipuan dengan angka korelasi sebesar 0,540 dan koefisien determinannya sebesar 0,291 dengan persamaan garis regresinya
Y=
42,71+
0,54X1 (2) hubungan yang signifikanantara kemampuan komunikasi interpersonal dengan partisipasi politik perempuan dengan angka korelasi sebesar 0,570 dan koefisien determinannya sebesar 0,324 dengan persamaan garis regresinya
Y=
25,79+
0,51Xz (3) hubungan yang signifikan antara sikap terhadap model pengkaderan dan kemampuan.komunikasi intepersonal secara bersama-sama dengan partisipasi politik perempuan dengan angka korelasi sebesar 0,755 dan koefisien determinannya sebesar 0,570 dengan persamaan garis regresinyaY=
3,37+
0,506X•+
0,484X2. Di saniping i~juga ditemukan sumbanganrelatif dari variabel sikap terhadap model pengkaderan ierhadap partisipasi politik perempuan sebesar 47,3% dan sumbangan relatif dari variabel kemampuan komunikasi interpersonal terhadap partisipasi politik perempuan sebesar 52, 7%. Sedangkan sumbangan efektif dari variabel silmp terhadap model pengkaderan terhadap variabel partisipasi politik perempuan sebesar 28,7% dan sumbangan efektif dari variabel kemampuan komunikasi interpersonal terhadap variabel partisipasi politik perempuan sebesar 32%. Berdasarkan temuan penelitian ini maka implikasinya kepada partai PKS Kota Medan adalah mengembangkan model pengkaderan tarbiyah dan pemagangan yang efektif dalam membentuk kader partai.
DAFTARISI
Halaman
Abstract ... .
Abstrak...
iiKata Pengantar... iii
Daftar lsi... v
Daftar
Tabel... viiDaftar
Gambar...
ix
Daftar Lampiran... ... x
BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah... 9
C. Pembatasan Masalah... 10
D. Perumusan Masalah... 11
E. Tujuan Penelitian... 11
F. Manfaat Penelitian... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teoretis ... 14
1. Hak,ikat Partisipasi Politik Perempuan... . . . .. 14
2. Haldkat Sikap Terhadap Model Pengkaderan... 25
3. Hakikat Komunikasi Interpersonal... 38
B. Hasil Penelitian Yang Relevan... ... 44
C. Kerangka Pemikiran... ... ... ... ... ...
45
D. Pengajuan Hipotesis... 49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN . A. Tempat dan Waktu Penelitian ... ;... 51
B. Populasi dan Sampel Penelitian... 51
C. Metode Penelitian... .. 53
D. Variabel Dan Defmisi Operasional Variabel... 54
E. Teknik Dan lnstrumen Pengumpulan Data Penelitian...
56
F. Uji Cona lnstrumen... ... ... 61
G. Analisis Validitas Dan Reliabilitas Instrumen... ... .... 62
H. Teknik Analisis Data... 64
I. Hipotesis Statistik.. . .. . .. .. .. . . .. .. . .. . . .. . . .. . .. . . .. . . . .. .. . . . .... 69
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data... 70
B. Uji Kecendenmgan Variabel Penelitian... 74
C. Pengujian Persyaratan Analisis... 76
D. Pengujian Hipotesis ... :... 81
· E. Pembahasan... ... 87
F. Keterbatasan Penelitian... 95
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN·SARAN A. Simpulan... 96
B. Implikasi. ... ·... 97
C. Saran-Saran... 101
DAFT AR,. PUST AKA... 102
Lampiran~Larilpiran ... :... 106
DAFTARTABEL
Tabel Halaman
Wakil Perempuan di DPRD Kota Medan Tahun 2004 4
2 Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik 25
3 Distribusi Populasi Setiap Kecamatan (DPC) 52
4 Proporsi Sampel di Tiap DPC 53
5 Kisi-Kisi Instrumen Silmp Terhadap Modell Pengkaderan 58
6 Kisi-Kisi Kuesioner Kemampuan Komunikasi Interpersonal 59
7 Kisi-Kisi Kuesioner Partisipasi Politik Perempuan 61
8 Distribusi Frekuensi Data Sikap Terhadap Model Pengkaderan 70
9 Distribusi Data V ariabel Kemampuan Komunikasi Interpersonal 72
10 Distribusi Data V ariabel Partisipasi Politik Perempuan 73
11 Tingkat Kecenderungan V ariabel Sikap Terhadap Model
Pengkaderan (X1) · 74
12 Tingkat Kecenderungan V ariabel Kemampuan Komunikasi
Interpersonal (Xz) 75
13 Tingkat Kecenderungan Variabel Partisipasi Politik
Perempuan (Y) 75
14 Rangkuman Analisis Uji Normalitas
77
15 Rangkuman Anava Uji Linearitas Antara X1 Dengan Y 78 16 Rangkuman Anava Uji Linearitas Antara X2 Dengan Y 79 17 Rangkuman Uji Independensi Antara Variabel
Xt
Dengan X2 80 18 Rangkuman Hasil Analisis Korelasix,
Dengan Y Dan UjiKeberartiannya 81
19 Rangkuman Hasil Analisis Korelasi X2 Dengan Y Dan Uji
Keberartiannya 83
[image:7.516.103.456.97.615.2]20 Rangk.uman Hasil Analisis Korelasi Dan Uji Keberartian Variabel
XI dan x2 Dengan y 84
21 Matrik Korelasi Antar V ariabel 85
22 Rangkuman Analisis Regresi Ganda 85
23 Rangkuman Sumbangan RelatifDan Sumbangan Efektif
Masing-Masing V ariabel 86
24 Rangkuman Analisis Korelasi Parsial 86
DAFTAR GAMBAR
Gam bar
1
2
3
4
Model Konstelasi Masalah Antara V ariabel Bebas Dengan Variabel Terikat
Histogram Variabel Sikap Terhadap Model Pengkaderan Histogram V ariabel Kemampuan Komunikasi Interpersonal Histogram V ariabel Partisipasi Politik Perempuan
ix
Halaman
55
71 72
DAFT AR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Angket Sikap Terhadap Model Pengkaderan
106
2
Angket Kemampuan Komunikasi Interpersonal110
3
Angket Partisipasi Politik Perempuan114
4
Uji Coba Instrumen Angket Sikap TerhadfW Model Pengkaderan117
5 Uji Coba Instrumen Angket Kemampuan Komunikasi
Intepersonal
122
6
Uji Coba Instrumen Angket Partisipasi Politik Perempuan127
7
Data Penelitian132
8 Perhitungan Statistik Deskriptif
134
9
UjiKecenderungan141
10
Uji Normalitas145
11
Uji Linearitas149
12
Uji Independensi Antar Variabel Bebas158
13
Perhitungan Korelasi Sederhana160
14
Perhitungan Korelasi Ganda163
15
Perhitungan Korelasi Parsial .165
16
Analisis Regresi Sederhana168
17
Analisis Regresi Gan<:U!.174
18
Sumbangan Relatif (SR) Dan Sumbangan Efektif (SE)181
19
Tabel-Tabel Penolong Analisis Data184
[image:10.519.61.459.45.638.2]A. Latar Belakang Masalah
BABI
PENDAHULUAN
Kaderisasi di organisasi manapWl merupakan urat nadi bagi sebuah organisasi. Kaderisasi adalah proses penyiapan sumber ditya manusia (SDM) agar kelak mereka menjadi pemimpin yang mampu membangun peran dan fungsi organisasi secara lebih baik. Mengutip Koiruddin (2004:113), dalam pengkaderan ada dua persoalan yang penting. Pertama, bagaimana usaha-usaha yang dilakukan , oleh organisasi Wltuk peningkatan kemampuan baik keterampilan maupWl pengetahuan. Kedua, adalah kemampuan Wltuk menyediakan sumber daya manusia (SDM) organisasi dan terutama dikhususkan pada anggota yang masih berusia muda.
Pemanfaatan merupakan salah satu kawasan teknologi pendidikan. Pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber untuk belajar, lebih lanjut dijelaskan oleh Seells dan Richey (1994:49-50) bahwa kawasan pemanfaatan adalah studi dan praktek tentang pelembagaan yang dapat terlibat dalam permasalahan perumusan kebijakan, prilaku politik, pengembangan organisasi, etika dan prinsip-prinsip ekonomi. mencakup juga penelitian tentang perilaku
wlitik.
Namun penelitian di bidang ini masih sangat sedikit Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti masalah ini mengingat kehadiran partai politik pasca tumbangnya Orde Baru memberikan ruang yang lapang bagi masyarakat untuk berkompetisi memperebutkan kursi di lembaga legislatif. lsu-isu demokrasi dan pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia (HAM) mencuat. Salah satunya adalah pengakuan hak-hak politik perempuan. Pengakuan hak-hak perempuan secara komprehensiftelah dicapai ketika perserikatan bangsa-bangsa (PBB) mengadopsiConvention on The Elimination of All Forms of Discrimination Againts Woman
(CEDA W) di Wina tahun 1979. Bahkan Indonesia telah meratifikasi konvensi tersebut melalui UU No. 7 tahun 1984. Sesuai dengan UUD 1945 pasal 27 yang menjamin persamaan hak antara laki-laki dan perempuan. (Pusat Kajian Wanita dan Gender Universitas Indonesia, 2004).
· Di bidang politik, konvensi tersebut mengatumya dalam 7 bab, yang antara lain memuat ketentuan: (I) jaminan ·persamaan hak untuk memilih dan dipilih, (2) jaminan untuk berpartisipasi dalam perumusan kebijakan pemerintah dan implementasi memegang jabatan dalam pemerintahan dan melaksanakan segala fungsi pemerintahan di semua tingkat, (3) berpartisipasi dalam organisasi-organisasi dan perkumpulan, dan
(4) berpartisipasi dalam perkumpulan non pemerintahan yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat dan politik negara.
Sebelumnya, dengan UU no. 68 tahun 1956 pemerintah Indonesia telah pula meratifikasi konvensi PBB tentang hak-hak politik perempuan yang memuat aturan tentang: (1) wanita mempunyai hak untuk memberikan suaranya dalam semua pemilihan dengan syarat-syarat yang sama dengan pria tanpa suatu diskriminasi, (2) wanita akan dapat dipilih untuk pemilihan dalam semua badan-badan pilihan umum yang didirikan oleh badan nasional dengan syarat-syarat yang sama dengan pria tanpa suatu
diskriminasi, (2) wanita akan mempunyai hak untuk menjabat jabatan umum dan menjalankan semua tugas-tugas umum yang ditetapkan oleh hukum nasional dengan sy~rat-syarat sama dengan pria tanpa suatu diskriminasi.
Semua aturan ini memperlihatkan bahwa tidak didapat satu peraturanpun yang mendiskriminasikan perempuan untuk · berpartisipasi di bidang politik maupun dalam kehidupan publik lainnya. Bahkan pada pemilihan umum tahun 2004 lalu keikutsertaan perempuan untuk dicalonkan dalam bidang legislatif diatur dalam UU no 31 pasal 65 tahun 2002 yang mengharuskan setiap partai politik peserta pemilu harus memberikan kuota 30% bagi anggota perempuan untuk dipilih.
Namun hasilnya memperlihatkan belum ada kemajuan yang signifikan. Ada asumsi yang menunjukkan bahwa partisipasi politik perempuan hanya sebagai kewajiban, dan perempuan lebih banyak digunakan sebagai alat untuk memobilisasi suara. Dari Tabel I berikut tampak basil perolehan kursi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Medan yang diraih oleh perempuan.
Tabell Wakil Perempuan di DPRD Kota Medan Tahun 2004
No Partai Politik Perempuan Laki-Laki Total
1 Golongan Karya
-
6 62 PDIP l 5 6
3 ppp
-
4 44 Demokrat 1 5 6
5 PDS I 4 5
6 PAN
-
5 57 PKS l 8 9
8 PBR l 2 3
9 Patriot Pancasila
-
1 1Jumlah
.
5 40 45Somber: KPU Proptnst Sumatera Utara Tahun 2004
Rendahnya ketetwakilan perempuan dalam legislatif seperti terlihat pada Tabel 1 di atas, di samping sistem politik yang tidak kondusif, juga disebabkan pengetahuan perempuan tentang hak-hak politik masih sangat rendah. Hal politik disini mencakup hak memilih dan dipilih, hak mengeluarkan pendapat, hak berorganisasi dan hak berdemonstrasi.
Dari basil penelitian PSW-USU, (Manaf dkk:2001) menunjukkan bahwa 225 responden yang terdiri dari mahasiswi, perempuan karir, dan ibu rumah tangga tercatat hanya 35,3% di kalangan mahasiswa yang mengetahui hak-hak politiknya, 20% di kalangan perempuan karir dan 12% di kalangan ibu rumah tangga.
Rendahnya partisipasi politik juga terlihat dari hasil pengamatan yang ditulis dalam. buku Kiprah Politik Perempuan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tahun 1999 menggambarkan bahwa minat kader muslimah masih rendah. Hal ini disebabkan kurangnya wawasan .. politik, bel urn dimilikinya persepsi yang utuh ten tang pemberdayaan peran politik muslimah, ~e~ka masih gamang melakukan ~ivitas
politik, komunikasi dan koordinasi sistem partai yang belum efektif dan rendahnya dukungan sistem politik yang mampu menunjang aktivitas politik perempuan muslimah.
Sayangnya, akses d,!lll kontrol perempuan terhadap hak politik yang masih rendahnya juga tidak terlepas dari adanya anggapan dari perempuan bahwa politik itu urusan laki-Iaki sehingga perempuan tidak tertarik pada politik. Selain itu rendahnya akses informasi ' serta tiadanya pendidikan politik yang diterima menyebabkan perempuan tidak bisa dan kesulitan mengekspresikan aspirasinya. Padahal kebijakan publik yang diputuskan dalam lembaga politik senatiasi terkait dengan kehidupan perempuan. Untuk itu penyadaran gender perempuan akan memperoleh "kekuatan" yang tumbuh dari dalam dan menjadi dasar untuk mengembangkan kemampuan perempuan untuk mengontrol sumber daya, menentukan apa yang dibutuhkan, dan dapat men gambit keputusan. Selain itu perempuan perlu mendapatkan pendidikan yang politik yang materinya berisi pemahaman politik secara praktis, hak-hak perempuan seperti hak pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan hak politik, serta isu-isu gender dalam politik sedikitnya akan menyadarkan perempuan akan haknya.
Uraian di atas merupakan suatu perubahan yang terjadi dalam lingkungan negara kita yang sangat bersifat fundamental, di mana laki-laki dan perempuan sebagai warga negara dalam pembangunan memiliki kedudukan yang sama. Dorongan dan penerimaan masyarakat terhadap partisipasi politik perempuan akan membuka peluang terhadap perluasan partisipasi politik.
Menghadapi perubahan dan paradigm tentang tuntutan peningkatan partisipasi politik perempuan yang sebenarnya, maka partai politik ini perlu melakukan
pengembangan organisasi dengan cara meningkatkan pengetahuan politik kepada kader-kader perempuannya melalui pengkader-kaderan. Dengan pengkader-kaderan diharapkan pengetahuan dan keterampilan politik kader perempuan dapat teruji dengan partisipasi politik kader perempuannya.
Penerimaan partisipasi polftik perempuan tentunya memerlukan perubahan pola berpikir dan bertindak. PKS sebagai suatu organisasi dapat dipandang sebagai organisme yang selalu berinteraksi dengan lingkungannya bahkan berfungsi sebagai wadah pendidikan politik bagi masyarakat. Oleh karena itu sangat diperlukan sebuah model pengkaderan yang dapat mendorong bahkan dapat meningkatkan partipasi politik anggota perempuannya.
Jika pengkaderan yang dilakukan partai hanya terbatas pada transformasi nilai-nilai ideologis/keagamaan semata dan belum menunjukkan kepada usaha meningkatkan pengetahuan maupun keterampilan politik bagi perempuan secara praktis, maka kader perempuan akan tetap menganggap partisipasi politik tidak penting. Dengan demikian pengkaderan hanyalah berfungsi untuk merekrut anggota sebanyak-banyaknya. Jika hal ini terus berlangsung dalam pengkaderan maka akan dapat membentuk sikap yang negatifterhadap pengkaderan dan berimplikasi dengan rendahnya partisipasi politik.
Menurut Azwar (1988) sikap berkaitan dengan suatu situasi di mana seseorang berada pada keadaan untuk menentukan penerimaan atau penolakan kemauan serta suka dan tidak suka, penilaian dan reaksi m~nyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap objek, orang, situasi dan mungkin aspek-aspek lain dunia, termasuk ide abstrak dan kebijaksanaan sosial.
Sikap positifterhadap pengkaderan akan menimbulkan penilaian dan reaksi yang menyenangkan sehingga kader akan memiliki kecenderungan tinggi terhadap partisipasi politik. Sebaiknya sikap negatif terhadap pengkaderan akan menimbulkan penilaian dan reaksi tidak menyenangkan sehingga kader akan memiliki kecenderungan rendah dalam partipasi politik.
Pada dasarnya sikap yang terbentuk dalam pengkaderan akan memberi petunjuk bagaimana model pengka4eran yang berlangsung dalam pengkaderan. Apakah ada perbedaan isi maupun waktu dalam proses pembinaan atau memang terdapat perbedaan minat dalam membahas kejadian-kejadian. politik antara kader laki-laki dan kader perempuan.
Sebuah kondisi sistem organisme yang sudah stabil pada gilirannya dapat melahirkan sikap (attitude), yakni keadaan kesiapan yang disimpulkan oleh organisme untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan kualitas keadaan yang dipelajari dan diarahkan oleh motif pada tujuan tertentu. Pengetahuan politik didapatkan dari partai politik dengan tujuan dapat berpartisipasi, apakah dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah, apakah aktif sebagai anggota partai politik, apakah memiliki jabatan dalam parpol hingga dicalonkan dalam legislatif. Dari sikap inilah lahir nilai, sebagai tujuan-tujuan umum yang mencakup pola-pola perilaku yang diatur. Karena itu Newcomb dalam Mulyana (2004) menegaskan bahwa salah satu fungsi sikap adalah memberi ungkapan yang positif terhadap nilai-nilai sentral yang dikehendaki oleh seseorang, dalam hal ini adalah kader dengan nilai sentral ideologi partai. Oleh sebab itu
nilai sentral ideologi partai sebaiknya harus mendukung terhadap partisipasi politik
perempuan.
Sebagai calon pemimpin rakyat, kader diharapkan mampu melakukan
komunikasi interpersonal. Sebab kemampuan komunikasi . interpersonal dapat
memperkokoh organisasi dan menunjang kader dalam partisipasi politik. Kemampuan
komunikasi interpersonal adalah kemampuan untuk melakukan interaksi secara timbal
balik. Dalam komunikasi ini membutuhkan pemahaman perasaan, empati dan mampu untuk melakukan interaksi secara timbal balik. Dalam konteks penelitian ini, komunikasi
interpersonal yang berlangsung dilakukan secara vertikal dan horizontal. Komunikasi
interpersonal vertikal yaitu hubungan antara kader dengan organisasinya, komunikasi
interpersonal yang membentuk koordinasi antara pimpinan dan anggota sehingga tujuan partai atau kinerja partai bisa diraih secara optimal. Selain itu, dalam pengkaderan kemampuan komunikasi interpersonal akan memudahkan bagi instruktur (pembina) untuk mengetahui kapasitas kader akan menyesuaikan model pengkaderannya. Saling
memahami, terciptanya keterbukaan dan pengertian akan membentuk hubungan yang
harmonis bagi pimpinan dengan anggota dan anggota dengan anggota. Cara ini akan
dapat meminimalkan konflik internal bahkan dapat membuat organisasi menjadi lebih
kuat.·
Secara horizontal yaitu hubungan kader dengan massanya (konstituen). Kader
adalah orang yang dianggap mampu untuk mengakomodir berbagai tuntutan atau
aspirasi rakyat. Bagaimana mereka dapat mengakomodir tuntutan itu tentunya kader
harus mampu memahami dan berempati terhadap masalah-masalah yang dihadapi
mereka sehingga rakyat memiliki kepercayaan dengan cara akan memilih mereka dalam pemilu legislatif.
Beberapa pertimbangan yang melatar belakangi penelitian ini memilih PKS sebagai objek antara lain: partai ini melakukan pembinaan (pengkaderan) yang sistematis serta berkesinambungan bagi anggota-anggotanya, selain itu perolehan suara pada pemilu legislatif 5 April 2004 pada tingkat nasional mengalami kenaikan sekitar 5000/o. Partai ini juga berhasil memenangkan di daerah pemilihan Jakarta, demikian juga untuk Kota Medan. Seperti yang tercantum pada Tabel l di atas, PKS mendapatkan 9 kursi untuk DPRD Kota Medan. Meningkatkan sangat sigitifikan. dibandingkan dengan pemilu tahun 1999 yang hanya memperoleh I kursi.
Partai ini di samping secara kuantitatif mengalami perluasan dukungan dari masyarakat dan dari sisi kualitatif PKS memberikan wacana baru tentang perilaku budaya politik yang santun ketika berkampanye, berani, peduli dengan nasib orang-orang yang terpinggirkan, juga memiliki sikap kritis terhadap pemerintah.
Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang: Hubungan Antara Sikap Terhadap Model Pengkaderan Dan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Dengan Partisipasi Politik Perempuan di Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan.
B. ldentifikasi Masalah
Sebagai partai politik, model pengkaderan yang dilakukan PKS tidak hanya berfungsi untuk peningkatan kualitas sumber daya anggotanya. Tetapi lebih dari itu dapat memberikan kesempatan (peluang), akses kontrol dan peran politik bagi kader
perempuan. Sehingga dari pengkaderan dapat menumbuhkan sikap yang sangat positif bagi kader perempuan dan dapat meningkatkan partisipasi politik mereka. Namun kenyataannya partisipasi politik perempuan di partai ini yang masih rendah ditemukan adanya beberapa masalah yang dapat peneliti identifikasi sebagai berikut: (I) bagaimanakah partisipasi politik perempuan di PKS?, (2) apakah model pengkaderan dapat menumbuhkan partisipasi politik perempuan?, (3) bagaimana pengkaderan dilaksanakan? (4) bagaimana sikap kader perempuan terhadap model pengkaderan, (5) apakah komunikasi yang berlangsung dalam pengkaderan sudah efektif? (6) apakah kader memiliki. kemampuan komunikilSi interpersonal? (7) apakah komunikasi interpersonal dalam pengkaderan berlangsung dengan baik? (8) apakah kader senang dengan model pengkaderan? (9) apakah ada hubungan antara sikap pengkaderan dan partisipasi politik perempuan, (10) apakah ada hubungan antara kemampuan komunikasi interpersonal dengan partisipasi politik perempuan? dan (II) hubungan sikap terhadap model pengkaderan dan kemampuan komunikasi · interpersonal dengan partisipasi politik?
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang diuraikan di atas maka penelitian ini dibatasi pada tigas variabel yakni dua variabel bebas yaitu sikap terhadap model pengkaderan dan kemampuan komunikasi interpersonal serta satu variabel terikat yaitu partisipasi politik perempuan. Variabel sikap terhadap model pengkaderan dibatasi pada kecenderungan kader untuk.berperilaku (positif, negatif, dan netral) yang diukur dengan
struktur sikap (kognisi, afeksi dan konasi) yang meliputi aspek akidah, ibadah, akhlak,
wawasan keorganisasian dan kepartaian.
Sedangkan variabel kemampuan komunikasi interpersonal dibatasi pada masalah
kemampuan berinteraksi yang meliputi: kemampuan berempati, memiliki perspektif
sosial dalam berkomunikasi, peka dalam berkomunikasi, memiliki pengetahuan situasi
dan kondisi serta kemampuan memonitor diri dan mampu mengatasi kecemasan dalam
berinteraksi.
Selanjutnya, variabel partisipasi politik perempuan dibatasi pada segala kegiatan
baik di partai politik maupun usaha-usaha untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah.
D. Perumusan Masalab
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1) Apakah terdapat hubungan positif dan signifikan sikap terhadap model
pengkaderan dengan partisipasi politik perempuan PKS Kota Medan?
2) Apakah terdapat hubungan positif dan signifikan kemampuan komunikitsi
interpersonal dengan partisipasi politik perempuan PKS Kota Medan?
3) Apakah terdapat hubungan positif dan signifikan antam sikap terhadap model
pengkaderan dan kemampuan komunikasi interpersonal .secara bersama-sama dengan partisipasi politik perempuan PKS Kota Medan?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1) Hubungan positif dan signifikan sikap terhadap model pengkaderan dengan partisipasi politik perempuan PKS kota Medan.
2) Hubungan positif dan signifikan kemampuan komunikasi interpersonal dengan partisipasi politik perempuan PKS Koi:a Medan.
3) Hubungan positif dan signifikan sikap terhadap model pengkaderan dan kemampuan komunikasi interpersonal secara bersama-sama dengan partisipasi politik perempuan PKS Kota Medan.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis dan secara praktis. Manfaat teoretis dari penelitian adalah:
1) Meningkatkan wawasan dan pengetahuan dalam pengembangan pelatihan dan model pengkaderan.
2) Menambah inventarisasi penelitian pada kawasan pemanfaatan teknologi pendidikan di bidang implementasi dan kebijakan serta pendidikan politik yang berlangsung dalam masyarakat.
3) Menambah pengetahuan dalam i>engembangan organisasi belajar dan komunikasi organisasi khususnya yang berkaitan dengan organisasi belajar dan komunikasi organisasi pada lembaga pendidikan dan pelatihan non formal. Manfaat secara praktis adalah:
1) Pengembangan pendidikan politik bagi perempuan sehingga terwujud keadilan dan kesetaraan gender di bidang politik.
2) Memberi konstribusi bagi partai-partai politik khususnya partai PKS Kota Medan dalam pengkaderan perempuan sehingga dapat lebih meningkatkan kesadaran hak-hak politik perempuan. Di samping itu pengembangan model pengkaderan yang dapat menstimuli partisipasi politik khususnya partisipasi politik perempuan.
BABV
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan dari deskripsi data, analisis hipotesis dan pembahasan, maka simpulan penelitian adalah:
Pertama, terdapat kecenderungan yang_ ~g pada variabel sikap terhadap ~odel
pengkaderan, sedangkan variabel kemampt!Ail komunikasi interpersonal dan variabel partisipasi politik perempuan cenderung kurang.
Kedua, terdapat hubungan positif dan signiftkan antara sikap terhadap model
pengkaderan dengan partisipasi politik perempuan. Artinya semakin tinggi dan positif sikap terhadap model pengkaderan maka semakin tinggi dan positif pula partisipasi politik perempuan di DPD PKS Kota Medan dengan memberikan sumbangan yang efektif sebeSar 28, 7%. Hal ini diartikan bahwa variasi yang terjadi pada variabel sikap terhadap model pengkaderan sebesar 28,7% dapat diprediksi dalam meningkatkan partisipasi politik perempuan.
Ketiga, terdapat hubungan positif dan signifikan antara kemampuan komunikasi
interpersonal dengan partisipasi politik perempuan. Artinya semakin tinggi dan positif kemampuan komunikasi intepersonal maka semakin tinggi dan positif pula partisipasi politik perempuan dengan memberikan sumbangan yang efektif sebesar 32%. Hal ini dapat diartikan bahwa variasi yang terjadi pada variabel kemampuan komunikasi interpersonal sebesar 32% dapat diprediksi dalam meningkatkan partisipasi politik perempuan.
Keempat, terdapat hubungan positif dan signifikan secara bersama-sama antara
silcap terhadap model pengkaderan dail · kemampuan komunikasi interpersonal dengan partisipasi politik perempuan. Artinya semakin tinggi dan positif sikap terhadap model pengkaderan dan partisipasi politik perempuan maka semakin tinggi dan positif pula partisipasi politik perempuan dengan memberikan sumbangan efektif sebesar 60, 7%. Hal ini bermakna bahwa 60,7% dari variasi yang terjadi partisipasi politik perempuan dapat diprediksi oleh kedua variabel bebas tersebut. Dengan kata lain, sikap terhadap model pengkaderan dan kemampuan komunikasi interpersonal secara bersama-sama dapat meningkatkan partisipasi politik perempuan.
B.Implikasi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sikap terhadap model pengkaderan dan kemampuan komunikasi interpersonal mempunyai hubungan positif dan signifikan baik sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama dengan partisipasi politik perempuan. Adanya hubungan tersebut berimplikasi sebagai berikut:
Pertama, basil uji kecenderungan terlihat bahwa masih kurang dan lemahnya· sikap
terhadap model pengkaderan yaitu 75% berada pada kategori sedang. Hal ini memberikan penjelasan dan penegasan bahwa sikap terhadap model pengkaderan adalah salah satu elemen penting yang harus dimiliki kader-kader partai khususnya perempuan untuk meningkatkan partisipasi politiknya. Karena melalui sikap terhadap model pengkaderan yang tinggi maka kebijakan-kebijakan yang diputuskan oleh partai tentunya akan mendapat dukungan dari para kader karena para kader telah menyikap model pengkaderan dengan baik. Dengan demikian konsekuensinya apabila sikap terhadap model pengkaderan
yang kurang baik atau tidak baik sama sekali maka tentu pula kebijakan yang diambil oleb
partai akan kurang efektif atau kurang didukung oleb kader. Demikian pula sebaliknya
apabila kader memiliki sikap yang tinggi terhadap pola pengkaderan yang dilakukan partai
maka tentunya program-program partai khususnya yang berkaitan peningkatan partisipasi
politik perempuan akan efektif. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan sikap terhadap model pengkaderan agar partisipasi politik perempuan dapat meningkat dapat dilakukan
oleb partai PKS Kota Medan yaitu: (I) pembinaan secara intensifkepada kader perempuan
melalui model model tarbiyah (pembinaan) dan model pemagangan, dan (2) melaksanakan
fit and profertes terhadap calon-calon kader. Upaya pembinaan kader baik dengan model
pengkaderan maupun pemagangan yang dilakukan oleb pimpinan partai terutama pimpinan
cabang, karena pimpinan cabang adalah struktur yang dekat kader-kader partai secara
geografis. Konsekuensinya pimpinan cabang juga barus proaktif untuk terus
berkesinambungan memantau perkembangan liqo-/iqo yang dilakukan para kader dalam
wilayabnya serta memberi kesempatan bagi para kader untuk direkrut dalam struktur
organisasi dan dilibatkan dalam berbagai kegiatan baik itu kegiatan sosial maupun kegiatan
politik (kampanye) sebingga timbul rasa simpati dan empati terhadap partai. Selain itu ·
pimpinan cabang juga melaksanakan fit and profertes terbadap calon-calon kader yang·
diarigkat atau diberikan kedudukan dalam struktur organisasi.
Kedua, basil · uji kecenderungan terlibat babwa masib kurang dan lemahnya
kemampuan komunikasi interpersonal yaitu 53,33% berada pada kategori kurang.
Kurangnya komunikasi interpersonal yang dibuktikan dengan basil uji kecenderungan
tersebut memberikan implikasi kemampuan komunikasi interpersonal kader perempuan
masih lemah. Akibatnya secara internal solidaritas dan konsolidasi organisasi akan renggang sehingga PKS sebagai sebuah organisasi keutuhannya akan terancam. Oleh sebab itu, baik pimpinan cabang atau daerah hendaknya mengambil kebijakan dengan rutin melakukan pelatihan komunikasi interpersonal yang baik. Walaupun selama ini dalam pembinaan, PKS sudah mengenal dan melakukan komunikasi interpersonal seperti yang dilakukan dalam manajemen tarbiyah, yaitu taanif, tafahum dan takaful. Namun demikian menurut peneliti masih terjadi dalam ruang liqo (tarbiyah) yang terbatas hanya beberapa orang saja. Sementara sebagian kader perempuan apalagi untuk meningkatkan partisipasi politik mereka, dituntut untuk memiliki kemampuan komunikasi interpersonal yang dilakukan hendaklah mencakup lebih luas lagi yang mencakup interaksi dengan masyarakat seperti yang dikemukakan oleh Hardjana (2003). Melalui pelatihan komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh pimpinan cabang maupun daerah Kota Medan, diharapkan kemampuan komunikasi interpersonal kader dan pimpinan akan meningkat Masalah-masalah bagaimana memonitor diri, manajemen interaksi, keluwesan berprilakudan kecemasan komunikasi teotu akan teratasi. Setelah kemampuan komunikasi interpersonal yang ditingkatkan melalui pelatihan komunikasi interpersonal tercapai maka untuk memotivasi partisipasi politik kader perempuan adalah dengan pendidikan politik. Pendidikan politik, bisa saja dilakukan dengan rutin melakukan bedah buku politik ataupun dengan mengirimkan utusan jika ada seminar, mengadakan seminar, dan kader dilibatkan dalam kampanye. Selain itu untuk meminimalkan kesenjangan antara laki-laki dan perempuan dalam kedudukan atau jabatan di partai, keterlibatan perempuan tidak hanya dikumpulkan dalam satu departemen, misalnya departemen kewanitaan tetapi juga terlibat
dalam departemen lainnya. Karena dengan hanya mengumpulkan perempuan dalam satu departemen maka domestifikasi perempuan tetap terjadi dalam partai PKS.
Ketiga, adanya hubungan positif dan signifikan sikap terhadap model pengkaderan
dan kemampuan komunikasi interpersonal secara bersama-sama terhadap partisipasi politik perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa sikap terhadap model pengkaderan dan kemampuan komunikasi interpersonal merupakan hal yang urgen di dalam meningkatkan partisipasi politik perempuan, seperti . halnya dalam penelitian ini apabila sikap terhadap model pengkaderan dan kemampuan komunikasi interpersonal tidak berjalan efektif atau
rendah maka tentunya partisipasi politik perempuan juga rendah. Sebaliknya apabila sikap terhadap model pengkaderan dan kemampuan komunikasi interpersonal efektif atau tinggi maka tentunya partisipasi politik perempuan akan semakin tinggi pula.
Konsekuensi keterkaitan sikap terhadap model pengkaderan dan kemampuan komunikasi interpersOnal secara bersama-sama dengan partisipasi politik perempuan, maka pimpinan partai selalu melakukan komunikasi yang baik dengan kader-kader partai dan dengan pihak stakeholder lainnya. Pimpinan partai dapat mengasah kemampuan kepemimpinan dan komunikasi di lingkungan partai melalui program-program pengkaderan yang jelas dan terarah tujuannya. Di lain pihak juga kader-kader selalu meningkatkan kemampuannya dengan meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonalnya melalui mengikuti kegiatan pengkaderan yang dilaksnaakan partai maupun dengan menambah wawasan dan pengetahuan dengan membaca buku-buku dan yang tak kalah pentingnya selalu berinteraksi dengan masyarakat di sekitarnya. Oleh karena itu perlu meningkatkan (I) sikap terhadap model pengkaderan melalui pembinaan secara intensif kepada kader
perempuan melalui model model tarbiyah (pembinaan) dan model pemagangan, kemudian
juga melaksanakan fit and profertes terhadap calon-calon kader, dan (2) kemampuan
interpersonal melalui mengintensifkan komunikasi interpersonal dengan cara taaruj.
tafahum dan takaful.
C. Saran
Saran-saran yang dapat disampaikan adalah :
I. Kepada pimpinan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Medan untuk memberikan
kesempatan kepada seluruh kader-kader partai mengikuti sistem pengkaderan yang
dilaksanakan partai. Demikian juga hendaknya pimpinan partai PKS Kota Medan
mengembangkan model pengkaderan tarbiyah dan pemagangan yang efektif dalam
membentuk kader-kader partai.
2. Dalam rangka meningkatkan partisipasi po.litik perempuan, maka hendaknya kader
perempuan diberdayakan potensinya dalam berbagai kegiatan yang dilaksanakan
partai maupun diberdayakan dalam mengikuti kompetisi pemilihan calon legislatif
maupun untuk menduduki jabatan dalam struktur organisasi partai.
3. Kepada peneliti lain bahwa penelitian ini perlu ditindak lanjuti khususnya yang
berkaitan dengan variabel-variabel berbeda yang turut memberikan sumbangan
terhadap partisipasi politik perempuan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. 1999. Psikologi Sosial. Cetakan Kedua. Jakarta: Rineka Cipta
Almond, G.A dan Verba, S. 1984. Budaya Politik: Tingkah Laku Politik dan Demokrasi di
Lima Negara. Terjemahan. Cetakan I. Jakarta: Bina Aksara
Amirin, T .M. 1990. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Arikunto, S. 1999. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidilcan. Jakarta: Rineka Cipta
. 2002. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta - - - - ·
Budiardjo, M. 2002. Dasar-Dasar llmu Politilc, Cetakan ke-22. Jakarta: Gramedia
- - - · 1982. Partisipasi dan Partai Politik Sebuah Bunga Rampai. Jakarta: Gramedia
Chamim, A.l. dkk, 2003. Civic Education: Pendidilcan Kewarganegaraan Menuju
Kehidupan Yang Demokratis Dan Berkeadaban. Yogyakarta: Majelis Pendidikan
Tinggi, Penelitian dan Pengembangan Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Damanik, A.S. 2002. Fenomena Partai Keadilan Transformasi 20 Tahun Geralcan
Tarbiyah di Indonesia. Jakarta: Teraju
Dahar, R.W. 1991. Teori-Teori Belajar. Cetakan Kedua: Jakarta: Erlangga
Danim, S. 2003. Menjadi Komunitas Pembelajaran Kepemimpinan Transformasional
Dalam Komunitas Organisasi Pembelajaran. Jakarta: Burni Aksara
Dewey, J. 2004. Experience and Education. Pendidikan Berbasis Pengalaman. Terjemahan. Cetakan I. Jakarta: Teraju
Fatah, U. 2003. Kiprah Politik Perempuan PK Sejahtera. Jakarta: Bidang Kewanitaan Dewan Pimpinan Pusat Partai Keadilan Sejahtera
Fakih, M. 200 l. Sesat Pilcir .Teori Pembangunan Dan Globalisasi. Cetakan Pertama. Y ogyakarta: Insist Press dan Pustaka Pelaj~
Gagne, R.M. 1997. Conditioning of Learning. New York: Holt, Rinehart and Winston Gerungan, W.A. 1988. Psikologi Sosial. Cetakan Keduabelas. Bandung; Eresco
Gunawan, A.W. 2004. Born to be a Genius. Cetakan Kedua Jakarta: Gramedia
Haryanto, 1982. Sistem Politik Indonesia Suatu Pengantar. Cetakan Pertama. Y ogyakarta: Liberti
Hawwa, S. tanpa tahun. Membina Angkatan Mujahid. Buku l. Penerjemah Abu Ridha. Jakarta: Al-lslahy
Haynes, J. 2000. Demokrasi dan Masyarakat Sipil di Dunia Ketiga. Penerjemah P. Sumitro. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Hardjana, M.A. 2003. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Kanisius
Holmer, B. dan Ratna, S. 1997. Perempuan Kerja Dan Perubahan Sosial. Cetakan Pertama Jakarta: Pustaka Utama Grafiti
Huntington, S.P dan Nelson, J. 1994. Partisipasi Politik di Negara Berkembang. Jakarta: Rineka Cipta
Ihromi, T.O. 2000. Penghapusan Diskriminasi Terhadap Wanita. Cetakan Pertama. Bandung: Alumni
_ _ _ _ . 1995. K.ajian Wanita Dalam Pembangunan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia lzzat, R.H. 1997. Wanita dan Politik Pandangan Islam. Bandung: Remaja Rosda Karya Joyce, W dan Shower. 1995. Models ofTeaching. Fourth Edition. Boston: Allyn and Bacon
Publishing Inc.
Khilmiyah, A. dkk 2005. Metode Pengajaran Pendidikarz Kewarganegaraan. Cetakan Pertama. Y ogyakarta: Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian dan Pengembangan Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Koiruddin, 2004. Partai Politik dan Agenda Transisi Demokrasi. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Komarudin. 2000. K.amus Istilah Karya Tulis llmiah. jakarta:Bumi Aksara
Kompas. 10 Pebruarii 2003. Partisipasi Politik Perempuan Dan Kontrol Terhadap Korupsi. Jakarta: Kompas
Manaf, A.S., Risnawati dan Emiyanti, S. 2002. Profil Statistik dan Indikator Gender di Sumatera Utara. BPS. Kantor Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan
Mas'oed, M. 1985. Perbandingan Sistem Politik. Yogyakarta: Gajah Mada Universiy Press
Maududi, A. 2000. Islamic Way Life. Edisi Indonesia Ditetjemahkan oleh Fikri. Jakarta: Darul Falah
Muhammad, A. 1995. Komunilcasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara
Mujiman, H. 2006. Manajemen Pelatihim Berbasis Be/ajar Mandiri. Cetakan Pertama.
Y ogyakarta: Pustaka Pelajar ·
Mulyana, R. 2004. Mengartikulasilcan Pendidilcan Nilai. Bandung: Alfabeta
Mumiati, A.N.P. 2004. Getar Gender. Magelang: Indonesia Tera
Naisbitt, J. dan Aburdene, P. 1990. Megatrend 2000. Sepeluh Arah Baru Untuk Tahun
1990-an. Cetakan Pertama. Terjemahan. Jakarta: Binarupa Aksara
Nasiwan. 2004. Model Pendidilcan Politik. Studi Kasus PKS DPD Sleman Yogyalcarta.
Cakrawala Pendidikan. Jumal. Tahun XXIV No. 3. November 2005. Yogyakarta: LPM Universitas Negeri Yogyakarta
Nasution, N dan Suryanto, A. 1991. Evaluasi Pengajaran. Jakarta: PPUT
Nazir, M. 1999. Metoda Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Pudjijogyanti, C. 1988. Konsep Diri Dalam Pendidikan. Cetakan III. Jakarta: Arcan
Pusat Kajian Wanita dan Gender Universitas Indonesia. 2004. Hak Asasi Perempuan:
Instrumen Hukum Untuk Mewujudkan Keadilan Gender. Edisi I. Jakarta: Yayasan
Obor
Rahz, H. M. (editor). 2000. Perempuan Yang Menuntun: Sebuah Perjalanan Inspirasi dan •
Kreasi. Cetakan I. Bandung: Ashoka Indonesia
Rivai, Veitzhal. 2003. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Cetakan I. Jakarta: Raja
Grafindo Persada · · ·
Rodee, C. C., dkk. 1988. Pengantar Ilmu Poliiik. Terjemahan. Cetakan I. Jakarta: Rajawali
Saifuddin, A. 1988. Sikap Manusia: Teori Dan Pengukurannya. Yogyakarta: Liberty
Scot, B. 1990. Keterampilan Berlwmunikasi. Terjemahan. Jakarta: Binarupa Aksara
Seels, B. dan Richey, R.C. 1994. Tekno/ogi Pembelajaran: Definisi dan Kawasannya.
Jakarta: Universitas Negeri Jakarta
Siddik, M. dkk. 2002. Tarbiyah Menjawab Tantangan: Rejlelcsi 10 Tahun Pembaharuan
Tarbiyah di Indonesia. Jakarta: Rabbani Press
Sudijono, A. 1987. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Pralctiknya. Cetakan Pertama Jakarta: Bumi Aksara
Supratiknya, A. 1995. Komunikasi Antar Pribadi. Tinjauan Psikologi. Yogyakarta: Kanis ius
Surbakti, R. 1999. Memahami Ilmu Politik. Cetakan IV. Jakarta: Grasindo
Suryanto, I. 1993. Peranan Sosialisasi Po/itik Terhadap Partisipasi Politik Perempuan.
Dalam T.O Ihromi. 1995. Kajian Wanita Dalam Pembangunan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Tim Departemen Kaderisasi DPP PK Sejahtera. 2004. Manajemen Tarbiyah Anggota
Pemula. Cetakan Keempat. Bandung: DPP PK Sejahtera dan Syaamil Cipta Media
Thoha, M. 200 l. Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Cetakan Keduabelas. Jakarta: Raja Grafindo
Wahyudi, I. 1996. Sistem Pengkaderan Muhammadiyah. Yogyakarta: Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Weiner, M. 1986. Modernisasi Dinamika Pertumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press
Wibawa, B. 2004. Organisasi Be/ajar: Konsep Tipologi dan Kompetensi. Dalam Mozaik
Teknologi Pendidikan. Edisi Pertama. Jakarta: Kencana
Yusuf, A.M. 2006. Peran Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Politik
Perempuan. Http/WW/Ideaindo.or.id. Download 26-6-2006
Zubaedi. 2005. Pendidikan Berbasis Masyarakat. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar