Universitas Kristen Maranatha iv
ABSTRAK
EFEK ANTIMIKROBA ESKTRAK ETANOL CACING TANAH
(Lumbricus rubellus) TERHADAP Salmonella typhi
Priscilla Febriany Budiarti, 2014; Pembimbing : dr. Rita Tjokropranoto, M.Sc
Salmonella typhi adalah bakteri gram negatif penyebab demam tifoid. Banyak
serotipe yang mulai resisten terhadap berbagai bahan antimikroba yang biasa digunakan untuk terapi demam tifoid. Cacing tanah (Lumbricus rubellus) mengandung senyawa peptida antimikroba Lumbricin-1 yang berefek antimikroba terhadap bakteri gram negatif.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek antimikroba ekstrak etanol cacing tanah (Lumbricus rubellus) terhadap Salmonella typhi.
Desain penelitian bersifat eksperimental murni secara in vitro. Menggunakan
Mueller Hinton Agar, metode sumuran, perlakuan ekstrak etanol cacing tanah
(EECT) 5%, 10%, 20%, 40%, 80%, 100%, dengan mengamati diameter zona inhibisi yang terbentuk dalam satuan milimeter. Besar sampel untuk penelitian ini adalah 32 sampel, dibagi dalam 2 grup, grup perlakuan dan grup kontrol. Kontrol positif antibiotik Kloramfenikol, kontrol negatif aquadest. Data diolah menggunakan ANAVA 1 arah, dilanjutkan dengan multiple comparisons Fisher’s LSD.
Data diuji dengan ANAVA satu arah didapatkan hasil signifikan dengan
p <0,01. Hasil penelitian menunjukkan zona inhibisi terbesar terbentuk pada
EECT konsentrasi 20%, diameter 13 mm, namun masih lebih kecil daripada kontrol positif (14,1 mm), hasil ini berbeda signifikan dibandingkan kontrol positif. Zona inhibisi terkecil terbentuk pada konsentrasi 100% dan 80%, diameter 0 mm, didapatkan hasil nonsignifikan dibandingkan kontrol positif. Rerata zona inhibisi EECT dengan kontrol negatif (0 mm) berbanding signifikan pada konsentrasi 40%, 20%, 10%, 5%, kontrol positif, pada konsentrasi 100% dan 80% berbanding non signifikan.
Kesimpulan dari percobaan ini adalah ekstrak cacing tanah memiliki efek antimikroba yang kuat terhadap Salmonella typhi.
Universitas Kristen Maranatha v
ABSTRACT
ANTIMICROBIAL EFFECT OF EARTHWORM
(Lumbricus rubellus) ETHANOL EXTRACTS AGAINTS
Salmonella typhi
Priscilla Febriany Budiarti, 2014; Tutor : dr. Rita Tjokropranoto, M.Sc
Salmonella typhi is a gram negative bactery causing typhoid fever. Nowadays, many serotypes were resistant to numerous antimicrobial substances normally used. Earthworm (Lumbricus rubellus) possess antimicrobial peptide, known as Lumbricin-1 which has antimicrobial effect to hinder the growth of gram negative bacteria.
The aim of this study was to determine the antimicrobial effect of earthworm (Lumbricus rubellus) ethaol extracts (EEE) againsts Salmonella typhi.
Design of this study was true experimental design. This study used Mueller Hinton Agar with well diffusion method, ethanol extracts in 5%, 10%, 20%, 40%, 80%, 100% concentration, by observing the inhibition zone diameter in milimeter. This researched used 32 sample, divided into two groups, treatments group and control groups. Positive control used Chloramphenicol, negative control used aquadest. The data was analysed with one way ANOVA, continued with multiple
comparisons Fisher’s LSD.
The data was tested with one way ANOVA the result was significant with p < 0.01. The result of this study found that the greatest inhibition zones formed by 20% concentration of EEE, diameter zone 13 mm, smaller than positive control (14,1 mm), this result has significant difference with positive control. The smallest diameter zone is 0 mm formed by 100% and 80% concentration, this result has no significant difference with positive control. The result was significant between positive control, EEE concentration 40%, 20%, 10%, 5%, with negative control (0 mm), 100% and 80% concentration was non significant with negative control. The conclusion was earthworm (Lumbricus rubellus) ethanol extracts has an antimicrobial effect againsts Salmonella typhi.
Universitas Kristen Maranatha viii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 2
1.3 Tujuan Penelitian ... 2
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 2
1.4.1 Manfaat Ilmiah ... 2
1.4.2 Manfaat Praktis ... 3
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian ... 3
1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 3
1.5.2 Hipotesis Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1Cacing Tanah ... 5
2.1.1 Nama Lain Cacing Tanah... 5
2.1.2 Taksonomi Cacing Tanah ... 6
Universitas Kristen Maranatha ix
2.1.4 Sistem Pernapasan dan Peredaran Darah ... 8
2.1.5 Perkembangbiakan Cacing Tanah ... 8
2.1.6 Manfaat Cacing Tanah ... 9
2.2 Senyawa Antimikroba pada Cacing Tanah ... 11
2.3 Peptida ... 12
2.4 AMP (Antimicrobial Peptide) ... 12
2.4.1 Tipe Senyawa AMP ... 13
2.4.2 Klasifikasi AMP Berdasarkan Struktur ... 14
2.4.3 Mekanisme Kerja AMP ... 16
2.4.4 Selektivitas dan Toksisitas AMP ... 19
2.5 Coelomocytes Sebagai Imunitas pada Cacing Tanah ... 21
2.6 AMP (Antimicrobial Peptide) Sebagai Imunitas pada Cacing Tanah ... 22
2.6.1 AMP (Antimicrobial Peptide) pada Lumbricus rubellus ... 23
2.7 Salmonella typhi ... 25
2.7.1 Taksonomi Salmonella typhi ... 25
2.7.2 Morfologi Salmonella typhi ... 25
2.7.3 Mengidentifikasi Salmonella typhi ... 26
2.7.4 Struktur Antigen Salmonella typhi ... 28
Universitas Kristen Maranatha x
3.3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 39
3.3.2.1 Variabel Penelitian ... 39
3.3.2.2 Definisi Operasional Variabel ... 39
3.3.3 Besar Sampel Penelitian ... 39
3.3.4 Prosedur Kerja ... 40
3.3.4.1 Pembuatan Ekstraksi ... 40
3.3.4.2 Langkah-langkah Pelaksanaan Penelitian ... 41
3.4 Analisis Data ... 45
3.4.1 Hipotesis Statistik ... 45
3.4.2 Kriteria Uji ... 45
3.5 Uji Pendahuluan ... 46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47
4.1 Hasil Penelitian ... 47
4.1.1 Hasil Rerata Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Cacing Tanah (L.rubellus) ... 48
4.2 Uji Hipotesis ... 50
4.2.1 Hipotesis Penelitian ... 50
4.2.2 Hal – Hal yang Mendukung ... 50
4.2.3 Hal – Hal yang Tidak Mendukung ... 50
4.2.4 Simpulan ... 50
4.3 Hasil dan Pembahasan ... 50
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 55
5.1 Simpulan ... 55
5.2 Saran ... 55
DAFTAR PUSTAKA ... 56
LAMPIRAN ... 63
Universitas Kristen Maranatha xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kandungan Asam Amino pada Cacing Tanah ... 10
Tabel 2.2 Kandungan Gizi pada Cacing Tanah ... 10
Tabel 2.3 Sediaan dan Dosis Kloramfenikol ... 36
Tabel 3.1 Hasil Uji Pendahuluan ... 46
Tabel 4.1 Rerata Zona Inhibisi Ekstrak Etanol Cacing Tanah (Dalam mm) .. 47
Tabel 4.2 Kategori Daya Hambat Antimikroba menurut Davis dan Stout ... 48
Tabel 4.3 Tabel ANAVA ... 49
Universitas Kristen Maranatha xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Cacing Tanah Lumbricus rubellus ... 5
Gambar 2.2 Morfologi Cacing Tanah ... 6
Gambar 2.3 Klitelum Cacing Tanah ... 7
Gambar 2.4 Siklus Hidup Cacing Tanah ... 9
Gambar 2.5 Mekanisme Kerja AMP ... 8
Gambar 2.6 Mekanisme Kerja AMP ... 19
Gambar 2.7 Mekanisme Kerja Selektifitas AMP ... 20
Gambar 2.8 Coelom pada Cacing Tanah ... 21
Gambar 2.9 Prolin pada Struktur Asam Amino Lumbricin-1 ... 24
Gambar 2.10 Kultur Salmonella pada Mac Conkey Agar ... 27
Gambar 2.11 Kultur Salmonella pada Bismuth Sulfite Agar ... 27
Gambar 2.12 Struktur Kloramfenikol ... 33
Universitas Kristen Maranatha xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Analisis Statistik Data ... 63
Lampiran 2 Bagan Pembuatan Ekstrak Etanol Cacing Tanah ... 64
Lampiran 3 Prosedur Pengenceran ... 65
Lampiran 4 Foto Hasil Penelitian ... 66
Lampiran 4.1 Zona Inhibisi yang terbentuk pada Berbagai Konsentrasi Ekstrak Etanol Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) ... 66
Universitas Kristen Maranatha 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Demam tifoid adalah infeksi akut yang terjadi pada saluran cerna yang
disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Penularan dapat terjadi apabila
makanan atau minuman yang dikonsumsi terkontaminasi oleh bakteri Salmonella
typhi (Megasari, 2009).
Penularan penyakit demam tifoid sangat mudah, namun sampai saat ini belum
ditemukan vaksin yang benar-benar efektif dalam menanggulangi penyakit ini.
Hal tersebut menyebabkan demam tifoid menjadi salah satu masalah kesehatan
yang harus ditangani secara serius (Agustina, 2008).
Data WHO tahun 2003 memperkirakan terdapat sekitar 17 juta kasus demam
tifoid yang terjadi di seluruh dunia dengan insidensi 600.000 kasus kematian tiap
tahun. Di Indonesia, menurut data dari Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010,
demam tifoid termasuk 10 penyakit rawat inap dan menempati urutan ke 3 setelah
penyakit gastroenteritis dan demam berdarah dengue, yaitu sebanyak 41.081
kasus, dengan rata-rata kasus meninggal 0,67%. Kasus meninggal terjadi karena
timbulnya komplikasi, baik komplikasi intestinal (seperti perdarahan usus dan
perforasi usus) maupun ekstraintestinal (kardiovaskular: toksik miokarditis,
respirasi : pneumotifoid, muskuloskeletal : periostitis, dan lain-lain). Sedangkan,
menurut data Riset Kesehatan Dasar Provinsi Jawa Barat tahun 2007 didapatkan
prevalensi demam tifoid sebanyak 2,1%. Prevalensi demam tifoid di kota
Bandung adalah sebesar 0,8% (Pramitasari, 2013; Brusch, 2012; Riskesdas,
2007).
Biasanya untuk mengobati demam tifoid digunakan obat sintetik, yaitu
antibiotik. Namun, penggunaan yang tidak tepat guna bisa menyebabkan
resistensi terhadap antibiotik yang digunakan dan dapat menimbulkan efek
samping yang tidak diinginkan pada pemakaian jangka lama berupa depresi sum -
Universitas Kristen Maranatha 2 sebagainya. Untuk menghindari efek-efek buruk dari obat sintetik, maka dapat
dipertimbangkan penggunaan bahan alami (hewan) yang berefek antimikroba
sebagai obat-obatan dengan efek samping yang minimal, bahkan tanpa
menimbulkan efek samping. Salah satunya dengan menggunakan cacing tanah
(Indriati, Sumitri, & Widiana, 2012).
Masyarakat Indonesia sudah sangat mengenal cacing tanah, terutama
masyarakat yang tinggal di pedesaan, yang hampir setiap hari menemukannya di
kebun, sawah, atau tegalan. Sumber daya cacing tanah sangat potensial. Khasiat
sebagai obat sudah diteliti oleh banyak kalangan. Berdasarkan penelitian Daniel
Saputra, diketahui cacing tanah memiliki efek antipiretik. Cacing tanah juga telah
terbukti memiliki efek antimikroba sesuai dengan penelitian Zohra Hasyim
(Hasyim, R Husain, & Islamiyah, 2013 ; Saputra, 2007).
Cacing tanah yang digunakan sebagai bahan uji dalam penelitian ini adalah
cacing tanah Lumbricus rubellus, masyarakat lebih mengenalnya dengan sebutan
cacing Eropa. Cacing tanah Lumbricus rubellus mengandung senyawa peptida
yang berefek antimikroba yang dikenal dengan nama Lumbricin-1. Lumbricin-1
memiliki kemampuang menghambat bakteri gram negatif, gram positif, dan jamur
(Mustakim, 2014 ; Cho, Park, Yoon, & Kim, 1998).
Pengalaman empiris masyarakat, di beberapa tempat di Indonesia seperti Jawa
Barat, Jawa Timur, dan Lampung, cacing tanah sudah umum dimanfaatkan
sebagai obat tradisional untuk berbagai penyakit pada manusia, seperti diare,
stroke, hipertensi, demam tifoid. Cacing tanah juga berefek antipiretik, analgesia,
dan antikanker. (Indriati, Sumitri, & Widiana, 2012 ; Saputra, 2007 ; Kholos,
2009 ; Hisashi, et al., 1991 ; Yugi, Wilym, & Roseno, 2012 ; Cooper &
Hirabayashi, 2013).
1.2Identifikasi Masalah
Apakah ekstrak etanol cacing tanah (Lumbricus rubellus) berefek antimikroba
Universitas Kristen Maranatha 3
1.3Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui efek antimikroba ekstrak etanol cacing tanah (Lumbricus
rubellus) terhadap Salmonella typhi.
1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah
1.4.1 Manfaat Ilmiah
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca
mengenai bahan alamiah (hewan) yang berefek antimikroba terhadap Salmonella
typhi. Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian
selanjutnya.
1.4.2 Manfaat Praktis
Melalui penelitian ini, diharapkan masyarakat dalam praktek sehari-hari dapat
memanfaatkan cacing tanah (Lumbricus rubellus) yang berefek antimikroba
sebagai obat adjuvant untuk pengobatan demam tifoid.
1.5Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian
1.5.1 Kerangka Pemikiran
Cacing tanah (Lumbricus rubellus) mengandung bioaktif berupa
senyawa-senyawa peptida yang bersifat antimikroba. Senyawa antmikroba utama yang
dimiliki oleh cacing tanah dikenal dengan nama Lumbricin-1. Lumbricin-1
merupakan senyawa peptida antimikroba (Antimicrobial Peptide/AMP) yang memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri gram positif, gram
Universitas Kristen Maranatha 4
Lumbricin-1 merupakan peptida antimikroba bermuatan positif (kation),
ampifatik, dan kaya akan prolin. Peptida yang bermuatan positif diketahui
mempengaruhi sintesis makromolekul secara langsung dengan cara merusak
depolarisasi membran sel bakteri (Karimy, Hayati, Sofyan, Damayanti, &
Priyowidodo, 2013 ; Cho, Park, Yoon, & Kim, 1998).
Prinsip kerja peptida antimikroba adalah dengan membentuk ikatan ion antara
komponen selular dari bakteri yang bermuatan negatif (anion) dengan peptida
antimikroba yang bermuatan positif (kation). AMP akan masuk ke dalam
membran sel bakteri dengan cara membuat pori/melubangi membran sel bakteri
sehingga permeabilitas membran meningkat. Hal tersebut menyebabkan bakteri
kehilangan metabolit sel dan akhirnya menyebabkan kematian bakteri (Cho, Park,
Yoon, & Kim, 1998; Indriati, Sumitri, & Widiana, 2012; Karimy, Hayati, Sofyan,
Damayanti, & Priyowidodo, 2013).
1.5.2 Hipotesis Penelitian
Ekstrak etanol cacing tanah (Lumbricus rubellus) berefek antimikroba terhadap
Universitas Kristen Maranatha 55
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Ekstrak etanol cacing tanah (Lumbricus rubellus) berefek antimikroba
terhadap Salmonella typhi.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran
sebagai berikut :
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang efek antimikroba ekstrak etanol cacing tanah (Lumbricu rubellus) terhadap bakteri lainnya (bakteri
gram positif dan bakteri gram negatif lain).
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang efek ekstrak etanol cacing tanah (Lumbricu rubellus) terhadap hewan coba.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang efek antimikroba ekstrak cacing tanah (Lumbricu rubellus) yang diolah dengan pelarut lain selain
Universitas Kristen Maranatha 56
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, D. (2008, April 18). Medical Education Undergraduate Program
Journal. Dipetik Januari 18, 2014, dari Elibrary Brawijaya University:
http://elibrary.ub.ac.id/bitstream/123456789/18311/1/Identifikasi-Outer-
Membran-Protein-%28OMP%29-36kDa-pada-isolat-Salmonella-typhi-Malang-dan-Isolat-Salmonella-typhi-dari-berbagai-daerah.pdf
Andriani, J. (2013). Efek Bakterisidal Ekstrak Etanol Rimpang Temulawak
(Curcuma xantorrhiza Roxb.) terhadap Staphylococcus aureus secara in
vitro . Dipetik Juli 2014, 17
Anonim. Dipetik Juli 3, 2014, dari Kamus Besar Bahasa Indonesia:
Aminoglycoside Antibiotic Resistance Enzymes. Dipetik Juli 17, 2014, dari
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1074552103000267
Brenner, F. W., Villar, R., Angulo, F., Tauxe, R., & Swaminathan, B. (2000, Juli).
Salmonella Nomenclature . Dipetik Juli 17, 2014, dari
http://jcm.asm.org/content/38/7/2465.full
Brooks, G. B. (2004). Dalam M. A. Jewetz, Mikrobiologi Kedokteran Edisi 23
(LANGE Basic Science) (hal. 251-264). Jakarta: ECG.
Brunton, L. L., Lazo, J. S., & Parker, K. L. (2006). Dalam G. &. Gillman,
Goodman & Gillman's The Pharamcological Basis of Therapeutics
Eleventh Edition (hal. 1179-1182). New York: McGraw-Hill.
Brusch, J. L. (2012, Septembver 12). Typhoid fever. Dipetik Januari 18, 2014, dari
Emedicine Reference: http://www.emedicine.com/MED/topic2331.htm
Cho, J. H., Park, C. B., Yoon, Y. G., & Kim, S. C. (1998). Lumbricin I, a novel
Universitas Kristen Maranatha 57 cloning and molecular characterization. BBA Biochimica et Biophysica
Acta-Elsivier Journal , 68.
Condé, R., Argüello, M., Izquierdo, J., Noguez, R., Moreno, M., & Lanz, H.
(2012, September 12). Natural Antimicrobial Peptides from Eukaryotic
Organisms. Dipetik Juli 17, 2014, dari
http://www.intechopen.com/books/antimicrobial-agents/natural-antimicrobial-peptides-from-eukaryotic-organisms
Damaraasri, P. D. (2013). Efektivitas Ekstrak Etanol Rimpang Lengkuas (Alpinia
galanga L.willd) Sebagai Antimikroba Terhadap Bakteri Salmonella typhi
Secara In Vitro. Dipetik Juli 18, 2014, dari
Earthworm leukocyte populations specifically harbor lysosomal enzymes
that may respond to bacterial challenge. Springer-Verlag , 1-10.
Universitas Kristen Maranatha 58 Herdian, H. (2010). Antibiotik dari Tepung Cacing Tanah (Lumbricus rubellus)
Sebagai Pemacu Pertumbuhan (growth promotor) pada Ayam Broiler
Menggunakan Metode Enkapsulasi . Dipetik Juli 17, 2014, dari
http://km.ristek.go.id/assets/files/LIPI/1109%20D%20S%20n/1109.pdf
Hersh, D., Monack, D. M., Smith, M. R., Ghori, N., Falkow, S., & Zychilnsky, A.
(1999, Maret 2). The Salmonella invasin SipB induces macrophage
apoptosis by binding to caspase-1 . Dipetik Juli 17, 2014, dari
http://www.pnas.org/content/96/5/2396.full
Hisashi, M., Hiroyuki, S., Tomoyuki, Y., Hideaki, M., Ryuzo, I., Masao, S., et al.
(1991, Januari 24). A Novel Fibrinolytic Enzyme Extracted from The
Earthworm Lumbricus rubellus. Dipetik Juli 7, 2014, dari
http://www.l-rzyme.com/Earthworm/earthworm.pdf
Clinical Patophysiology and Drug Research:
http://iv.iiarjournals.org/content/26/3/419.figures-only
Jenssen, H., Hamill, P., & Hancock, R. E. (2006, Juli). Peptide Antimicrobial
Agents. Dipetik Januari 19, 2014, dari Clinical Microbiology Review:
http://cmr.asm.org/content/19/3/491#ref-list-1
Johnson, P. (2005, September 30). Dipetik Juli 2014, 2014, dari American Society
Universitas Kristen Maranatha 59 Kholos, James A. (2009, September 18). The Anti-Inflammatory and Antiplatelet
Effects of Boluoke (Lumbrokinase) in Cancer Patients. Dipetik Desember
22, 2014 dari
http://www.encognitive.com/files/The%20Anti-Inflammatory%20and%20Antiplatelet%20Effects%20of%20Boluoke%20%
28Lumbrokinase%29%20in%20Cancer%20Patients.pdfJoost
Kumar, V., Cotran, R. S., & Robbins, S. (2003). Dalam V. Kumar, R. S. Cotran,
& S. Robbins, Buku Ajar Patologi Robbins Edisi 7 Volume 2 (hal. 608).
Jakarta: EGC.
Kurniawan, S. (2012). Identifikasi Strain Bakteri Salmonella sp. Pada Darah,
Urin, dan Feses Penderita Demam Tipoid di Puskesmas Kedungmundu
Semarang. Dipetik Juli 17, 2014, dari
Januari 15, 2014, dari USU Institutional Repository:
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/31010
Marshall, S. H., & Arenas, G. (2003, Desember 15). Antimicrobial peptides: A
natural alternative to chemical antibiotics and a potential for applied
biotechnology. Dipetik Juli 18, 2014, dari
http://www.ejbiotechnology.info/content/vol6/issue3/full/1/
Megasari, T. (2009). Universitas Muhammadiyah Surakarta. Dipetik Januari 15,
2014, dari http://etd.eprints.ums.ac.id/6359/1/J200060043.pdf
Monika, S. (2012). UPNVJ. Dipetik Januari 15, 2014, dari Uji Efektivitas Tepung Cacing Tanah Lumbricus rubellus Dalam Menghambat Pertumbuhan
Bakteri Shigella dysentriae Secara In Vitro:
www.library.upnvj.ac.id/pdf/5FKS1KEDOKTERAN/.../BAB%20II. .
Musnelina, L., Afdhal, A. F., Gani, A., & Andayani, P. (2004). Analisis
Universitas Kristen Maranatha 60 Kloramfenikol dan Seftriakson di Rumah Sakit Fatmawati Jakarta Tahun
2001-2002. Makara Kesehatan, Vol.8, No. 2 , 59-64.
Mustakim. (2014, Januari 7). Cacing Tanah Obat Kuno Tifus. i e ik J ri 1 ,
201 , ri s ki .s . . c.i 201 01 0 c ci - h-o -k o
k- i s
Najib, M. A., Permana, H. J., & Rizqi, F. (2014, April 26). Aktivitas Antibakteri
Tepung Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) Terhadap Enterococcus
Faecalis Secara In Vitro. Dipetik Juli 17, 2014, dari Bekala Ilmiah
Mahasiswa Kesehatan Indonesia (BIMKES):
http://www.bimkes.org/aktivitas-antibakteri-tepung-cacing-tanah-lumbricus-rubellus-terhadap-enterococcus-faecalis-secara-in-vitro/
NCBI. (2007). Salmonella enterica subsp. enterica serovar Typhimurium. Dipetik
Juli 2014, 2014, dari NCBI Taxonomy Browser:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/Taxonomy/Browser/wwwtax.cgi?mode=Info&
id=90371&lvl=3&p=mapview&p=has_linkout&p=blast_url&p=genome_bl
ast&keep=1&srchmode=1&unlock&lin=s
Pálffy, R., Gardlík, R., Behuliak, M., Kadasi, L., Turna, J., & Celec, P. (2008,
November 10). On the Physiology and Pathophysiology of Antimicrobial
Peptides. Dipetik Juli 15, 2014, dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2583110/
Pelczar, J. M., & Chan, E. C. (1988). Dasar-dasar Mikrobiologi (2nd ed.).
Jakarta: UI-Press.
Peravali, J. B., Kotra, S. R., Sobha, K., Nelson, R., Rajesh, K. V., & Pulicherla, K.
K. (2013, Februari 16). Mintage Journal of Pharmaceutical and Medical
Science. Dipetik Juli 15, 2014, dari mintagejournals.com/index_htm_files/120R.pdf
Pramitasari, O. P. (2013). Jurnal Kesehatan Masyarakat 2013, Volume 2, Nomor
1. Dipetik Januari 6, 2014, dari
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm/article/viewFile/1556/1554
Prescott L.M, H. J. (2002). Laboratory Exercises in Microbiology (5 ed.). New
Universitas Kristen Maranatha 61 Putri, N. A. (2012, Maret 8). Analisis Kandungan Kalsium dan Magnesium Dalam
Cacing Tanah Secara Spektrofotometri Serapan Atom. Dipetik Februari 15,
2014, dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/31435
Reddy, K., Yedery, R. D., & Aranha, C. (2004). Antimicrobial peptides: premises
and promises. Dipetik Juli 15, 2014, dari International Journal of
Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) Terhadap Enterococcus faecalis Secara
In Vitro. Dipetik Juli 18, 2014, dari
http://issuu.com/bimkes/docs/bimkgi_-_fix_jurnal_vol_2_no_1#
Roach, S.S. (2007). Dalam S. S. Roach, Introductory Clinical Pharmacology 7th
Ed Drug Guide (hal. 100-101). New York: Williams & Wilkins.
Rusmayanti, N. L. (2013). Ekstrak Etanol Daun Kersen (Muntingia calabura)
Sebagai Antimikroba Terhadap Bakteri Salmonella typhi Secara In Vitro.
Dipetik Juli 17, 2014, dari
ftp://175.45.187.195/Titipan-Files/bahan%20wisuda%20periode%20IV/2009/Novia%20Lucy%20Rusma
yanti%20%280910710101%29/Fulltext/4.%20Bab%202.pdf
Sajuthi, D., Suradikusumah, E., & Santoso, M. A. (2007). Efek Antipiretik
Ekstrak Cacing Tanah. Jurusan Kimia FMIPA IPB .
Saputra, D. (2007). Efek Antipiretik Infusa Cacing Tanah (Lumbofebrin
Lumbricus terrestris) Terhadap Mencit Jantan Galur Swiss Webster yang
Diinduksi Vaksin Campak. Dipetik Desember 22, 2014, dari
http//repository.maranatha.edu/1831/
Seo, M.-D., Won, H.-S., Kim, J.-H., Mishig-Ochir, T., & Lee, B.-J. (2012,
Oktober 18). Antimicrobial Peptides for Therapeutic Applications : A
Review. Dipetik Juli 17, 2014, dari
Universitas Kristen Maranatha 62 Setiabudy, R. (2009). Antimikroba : Kloramfenikol. Dalam A. E. Amir Syarif,
Farmakologi dan Terapi Edisi 5 (5th ed., hal. 585-590, 700-702). Jakarta:
Balai Penerbit FKUI.
Stephenson, M. (1923). Oligochaeta. Dalam The Fauna of British India including
Ceylon and Burma (hal. 1-518). London.
Studentów, K. N. (2004). Application of Biophysical Techniques in Field of
Petide Interactions With Lipid Membranes Antimicrobial Peptides. Dipetik
Juli 19, 2014, dari Politechnika Wroclawska:
http://www.kns.b2me.pl/art-application-of-biophysical-techniques,120,0.html
Vasanthi, K., Chairman, K., & Singh, A. J. (2013). Antimicrobial activity of
earthworm. African Journal of Environmental Science and , 792.
Wang, X., Wang, X., Zhang, Y., Qu, X., & Yang, S. (2003, Agusuts). An
antimicrobial peptide of the earthworm Pheretima tschiliensis: cDNA
cloning, expression and immunolocalization. Dipetik Juli 17, 2014, dari
http://link.springer.com/article/10.1023/A%3A1024999206117
Yugi, L., Wilym, & Roseno. (2012, Januari 11). Pengontrol Ruang Hidup Cacing
Lumbricus rubellus Dengan Mikrokontroler AVR. Dipetik Juli 7, 2014, dari
http://eprints.binus.ac.id/id/eprint/6481
Yulianty, R., Rante, H., Alam, G., & Tahir, A. (2011). Skrining dan Analisis
KLT-Bioautografi Senyawa Antimikroba Beberapa Ekstrak Spons Asal Perairan
Laut Pulau Barrang Lompo, Sulawesi Selatan. Dipetik Juli 18, 2014, dari