• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asas Keseimbangan bagi Para Pihak dalam Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik antara PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) dan Konsumen.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Asas Keseimbangan bagi Para Pihak dalam Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik antara PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) dan Konsumen."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

ASAS KESEIMBANGAN BAGI PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN

JUAL BELI TENAGA LISTRIK ANTARA PT. PERUSAHAAN LISTRIK

NEGARA (PERSERO) DAN KONSUMEN

Hendrik Halim

0988002

ABSTRAK

Dilatarbelakangi banyaknya kasus-kasus yang berhubungan dengan ketenagalistrikan yang menimbulkan sengketa antara pengguna jasa listrik (konsumen) dengan pihak PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero). Penelitian ini dilaksanakan dalam upaya memberikan perlindungan hukum terhadap konsumen khususnya konsumen listrik. Permasalahan yang akan dilihat dalam penelitian ini adalah bagaimana upaya perlindungan hukum terhadap konsumen listrik berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK), Undang-Undang Ketenagalistrikan, serta Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik(SPJBTL).

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode pendekatan yuridis normatif yaitu pendekatan dari sudut pandang ketentuan hukum atau peraturan perundang-undangan yang berlaku, karena untuk melakukan penelitian ini mengacu pada peraturan-peraturan yang berlaku yaitu Undang-Undang Perlindungan Konsumen, Undang-Undang Ketenagalistrikan, Surat Perjanjian Jual Beli Tenga Listrik.

Setelah melaksanakan penelitian, telah didapatkan hasil bahwa perlindungan hukum terhadap konsumen listrik dalam Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik belum sepenuhnya memberikan perlindungan kepada konsumen, karena di dalam perjanjian tersebut lebih banyak menekankan kewajiban yang harus dilaksanakan konsumen daripada hak yang didapatkannya sehingga diperlukan kajian lebih mendalam mengenai klausula-klausula dalam Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik yang dapat memberikan keseimbangan hak dan kewajiban antara Konsumen dengan PT. Perusahaan Listrik Negara.

(2)

vii

Universitas Kristen Maranatha

PRINCIPLES FOR THE BALANCE OF THE PARTIES IN THE

AGREEMENT BETWEEN THE PURCHASE OF POWER PT. STATE

ELECTRIC COMPANY (PERSERO) AND CONSUMER

Hendrik Halim

0988002

ABSTRACT

Based on the number of cases relating to of electricity which gives rise to the dispute between users of electricity (consumers) with the pt .The state electricity company (limited) .This study was conducted in an effort to provide legal protection to consumer especially electricity consumers .The problems that would be seen in this research is how efforts to protect consumer laws against electricity based on the current regulation that is the act of consumer protection (UUPK) , the act of electricity , as well as an agreement of purchase electric power (SPJBTL).

The study is done by using the method approach normative juridical to from the perspective of the legal or the current regulation , due to to do this research reference to the prevailing regulations that is the act of consumer protection , the act of electricity , an agreement of purchase electric power.

After carrying out research , has obtained the result that legal protection to consumer of electricity in an agreement of purchase electric power has not been entirely providing protection to consumers , for in the agreement more stressed an obligation which should be done than the right so that consumers he got needed more in-depth study on klausula-klausula in an agreement of purchase electric power can provide balance consumers with rights and obligations between The state electricity company .

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

PERNYATAAN KEASLIAN ...ii

PERSETUJUAN PANITIA SIDANG AKHIR ...iii

PENGESAHAN PEMBIMBING ...iv

PERSETUJUAN TEAM PENGUJI SIDANG AKHIR ... v

ABSTRAK ...vi

ABSTRACT ...vii

KATA PENGANTAR ...viii

DAFTAR ISI ...x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 7

D. Kegunaan Penelitian ... 7

E. Kerangka Pemikiran ... 8

F. Metode Penelitian ... 14

G. Sistematika Penulisan ... 15

(4)

xi

Universitas Kristen Maranatha

1. Pengertian tentang perjanjian ...18

2. Teori-teori perjanjian ...27

3. Tinjauan umum tentang Perjanjian Jual Beli ...31

a. Pengertian perjanjian jual beli ...31

b. Asas-asas dan syarat perjanjian jual beli ...34

c. Subjek dan objek perjanjian jual beli ...37

d. Hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian jual beli ...39

e. Bentuk-bentuk perjanjian jual beli ...41

f. Risiko dalam perjanjian jual beli ...44

B. Kontrak Standar Dalam Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik ... 47

1. Pengertian perjanjian baku ...47

2. Klausula Eksonerasi dalam perjanjian baku ...49

3. Klausula eksonerasi dalam perjanjian jual beli listrik ...54

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM DAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN JUAL BELI TENAGA LISTRIK A. Sejarah Singkat PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) ...58

1. Perusahaan Listrik negara (Persero) sebagai Badan Usaha Milik Negara ...58

2. Otoritas dan monopoli PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero).60 B. Tinjauan Umum Sistem Kelistrikan ...62

(5)

2. Penyaluran tenaga listrik oleh PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) ...66 3. Penentuan tarif dasar listrik (TDL) ...68 a. penetapan wilayah usaha penyediaan tenaga listrik ...69 b. kerjasama dengan PT. Perusahaan Litsrik Negara

(Persero)...69 c. penyusunan rencana usaha penyediaan tenaga listrik

(“RUPTL”) ...70 d. pemberian IUPTL untuk kepentingan umum ...70 e. Penentuan tarif tenaga listrik ...71 C. Hubungan Hukum dan Asas Keseimbangan PT. Perusahaan Listrik

Negara (Persero) dengan Konsumen ...73 1. Asas keseimbangan dalam perjanjian pada umumnya ...73 2. Kontrak sebagai upaya perlindungan hukum bagi para pihak.79 3. Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (SPJBTL) ...85 4. Hak dan kewajiban para pihak ...88

4.1.Hak dan kewajiban konsumen ...88 4.2.Hak dan kewajiban PT. Perusahaan Listrik Negara

(Persero) ...90 5. Wanprestasi Para Pihak ...93 5.1.Wanprestasi oleh pihak konsumen ...93 5.2.Wanprestasi oleh pihak PT. Perusahaan Listrik Negara

(6)

xiii

Universitas Kristen Maranatha 6. Berakhirnya Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik

(SPJBTL) ...95 BAB IV PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM SURAT

PERJANJIAN JUAL BELI TENAGA LISTRIK OLEH PT.

PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (Persero) BAGI KONSUMEN A. Penerapan Asas Keseimbangan Antara PT. Perusahaan Listrik Negara

(Persero) Dengan Konsumen Listrik ... 97 1. Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik ...97 2. Asas Keseimbangan dalam Pelaksanaan Perjanjian Jual Beli Tenaga

Listrik ...98 B. Substansi Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik dan Asas Keseimbangan Bagi Para Pihak ... 102 1. Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik sebagai perjanjian baku ...102 2. Substansi Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik ...106 C. Upaya Untuk Mencapai Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Dari

Gangguan Pasokan Listik oleh PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero)... 113 1. Kasus pemadaman listrik sepihak oleh PT. Perusahaan Listrik Negara

(Persero) ...113 2. Perlindungan hukum berdasarkan hukum perjanjian dalam buku III

KUHPerdata ...114 3. Perlindungan hukum berdasarkan pertanggungjawaban perbuatan

(7)

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ... 128

B. Saran... 130

DAFTAR PUSTAKA ... 132

LAMPIRAN ... 135

(8)

Universitas Kristen Maranatha

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tingkat perkembangan ekonomi dunia dewasa ini ditandai dengan globalisasi di segala bidang yang diiringi pula oleh tingginya tingkat mobilitas penduduk, lalu lintas uang dan barang dalam arus perdagangan serta semakin pesatnya pertarungan bisnis. Di sisi lain, globalisasi membuka pasar yang lebih besar bagi setiap produk, karena pada dasarnya seluruh dunia telah menjadi pasar tunggal dunia. Selain itu, globalisasi juga telah merangsang perkembangan perekonomian dengan cepat sebab lalu lintas barang dan jasa semakin lancar terutama ditunjang oleh perkembangan di bidang komunikasi, informasi, dan transportasi.

Pertumbuhan dan perkembangan industri barang dan jasa di satu sisi membawa dampak positif, antara lain dapat disebutkan tersedianya kebutuhan dalam jumlah yang mencukupi, mutunya yang lebih baik, serta adanya alternatif pilihan bagi konsumen dalam pemenuhan kebutuhannya. Akan tetapi, di sisi lain terdapat dampak negatif, yaitu memunculkan persaingan ketat karena makin banyaknya produk dan produsen barang atau jasa yang memperebutkan pasar. Ketatnya persaingan tersebut dapat mengubah perilaku ke arah persaingan usaha tidak sehat sehingga mengakibatkan praktik curang dalam usaha untuk memenangkan persaingan yang pada akhirnya cenderung merugikan konsumen.

(9)

2

Masalah perlindungan konsumen tidak semata-mata masalah orang-perorangan, tetapi sebenarnya merupakan masalah bersama dan masalah nasional sebab pada dasarnya semua orang adalah konsumen, maka dari itu melindungi konsumen adalah melindungi semua orang. Dengan demikian, berbicara tentang perlindungan hukum kepada konsumen berarti kita berbicara tentang keadilan bagi semua orang.

Kebutuhan akan hukum yang memberikan perlindungan pada konsumen merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindarkan, hal ini dikarenakan posisi konsumen yang berada di pihak yang lemah dalam menghadapi pelaku usaha. Hal ini disebabkan tingkat kesadaran dan pengetahuan atau pendidikan konsumen masih rendah dan juga masalah peraturan perundang-undangan yang ada sekarang belum memadai dan kurang memberikan suatu kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada konsumen yang dirugikan. Perlindungan konsumen merupakan masalah kepentingan manusia, oleh karenanya menjadi harapan bagi semua bangsa di dunia untuk dapat mewujudkan hubungan berbagai dimensi yang satu sama lain mempunyai keterkaitan dan saling ketergantungan antara konsumen, pengusaha dan pemerintah.1

Meskipun demikian tidak berarti bahwa semua pihak yang bergerak dibidang usaha dan perdagangan selalu terlibat dalam manipulasi yang merugikan para konsumen dan tidak pula dimaksudkan untuk menjadikan masyarakat tidak konsumeristis. Akan tetapi, perlindungan terhadap konsumen didasarkan pada adanya sejumlah hak konsumen yang perlu dilindungi dari tindakan-tindakan

1

A.Z. Nasution, Konsumen Dan Hukum: Tinjauan Sosial Ekonomi Dan Hukum Pada

(10)

Universitas Kristen Maranatha yang mungkin merugikan yang dilakukan pihak lain. Hak-hak ini merupakan hak-hak yang sifatnya mendasar dan universal sehingga perlu mendapat jaminan dari negara atas pemenuhannya.2

Perlindungan hukum yang diberikan oleh Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen adalah perlindungan yang mengandung asas keseimbangan, artinya perlindungan tersebut bukan hanya diberikan kepada konsumen melainkan kepada pelaku usaha (produsen) dan pemerintah.

Undang-Undang Perlindungan Konsumen ini dimaksudkan sebagai upaya dalam mempersiapkan pelaku usaha dan konsumen Indonesia memasuki era perdagangan bebas dan persaingan global. Pelaku usaha dimaksud, baik sebagai produsen, pedagang maupun pengiklan yang diarahkan harus selalu cepat tanggap terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dan mengantisipasinya guna kelangsungan usahanya.3

Di Indonesia penyediaan energi listrik dikelola oleh suatu Badan Usaha Milik Negara yaitu PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero). PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) sebagai satu-satunya perusahaan jasa penyedia listrik. Sampai saat ini PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) belum mampu memberikan pelayanan yang seimbang dengan kewajiban yang dibebankan kepada pelanggan atau konsumen. Selama ini pelanggan selalu dituntut untuk memenuhi kewajiban membayar tagihan listrik tepat waktu. Jika tidak akan

2

Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen Di Indonesia, Bandung: PT Citra Aditya

Bakti, 2006, hlm. 29. 3

Johannes Gunawan, Makalah Diskusi Panel Tentang Implementasi Undang-Undang

(11)

4

dikenai sanksi baik berupa denda maupun pemutusan arus listrik. Sementara, saat ini PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) belum mampu memberikan pelayanan yang optimal kepada pelanggan.

Pemadaman listrik sepihak yang seringkali dilakukan oleh pihak PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero), salah satunya adalah ranting Fakfak, mengakibatkan kerugian bagi pelanggan listrik di Fakfak bernilai jutaan rupiah. Kondisi pelayanan PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) yang tidak bagus sudah berjalan kurang lebih 5 tahun mulai dari pemadaman listrik selama 1 jam hingga 4 hari bahkan 1 minggu. Persoalan utama adalah pemadaman bergilir yang dilakukan terkadang tanpa ada pemberitahuan, kemudian pemadaman listrik tidak merata, terkadang di wilayah lain di padamkan selama 1 jam kemudian di wilayah lain lagi berjam-jam bahkan berhari-hari, terutama di wilyah kampung terlihat PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Diskriminatif. Terlebih di kampung-kampung yang tidak mendukung kandidat bupati tertentu. Pamadaman seperti ini membuat masyarakat Fakfak merasa resah dan melakukan aksi protes seperti yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Mendopma distrik Fakfak tengah, Kabupaten Fakfak Provinsi Papua Barat, yang saat ini masih dalam proses hukum di Polres Fakfak.4

Para pelanggan PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) diwilayah Kecamatan Penarik, Bengkulu dan sekitarnya mengeluhkan atas pemadaman listrik yang dilakukan pihak PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Ranting Mukomuko. Pemadaman itu terjadi setiap hari tanpa adanya pemberitahuan.

4

(12)

Universitas Kristen Maranatha Terlebih pemadaman secara mendadak tersebut dapat menyebabkan hal-hal yang negatif diantaranya bisa merusak alat elektronik dan lainnya. 5

Masyarakat di beberapa kecamatan dan keluharan di Kota Jambi mengeluhkan tentang pelayanan PLN Jambi. Pasalnya, dalam beberapa pekan terakhir, listrik di rumah warga sering mengalami pemadaman secara mendadak. Akibat pemadaman mendadak tersebut, tidak sedikit warga yang mengalami kerugian. Di antaranya kerusakan terhadap televisi (TV), dan alat dapur seperti kulkas, magicom, lampu dan sebagainya. Selain kerusakan terhadap alat tersebut, tidak sedikit aktifitas masyarakat yang menggunakan aliran listrik juga terganggu. Seperti di beberapa perkantoran percetakan yang harus menanggung pembiayaan tambahan untuk membeli bahan bakar minyak untuk mesin genset.6

Dalam menghadapi kasus di atas ternyata pelanggan tidak mendapat pertanggungjawaban yang memuaskan dari PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) atas hak-hak yang seharusnya didapat. Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (SPJBTL) yang dibuat oleh pihak PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) yang memuat hak dan kewajiban, belum dapat terlaksana sepenuhnya. Pertama, dengan banyaknya pengaduan-pengaduan dalam kaitannya terhadap pemenuhan kewajiban-kewajiban yang termuat di dalam SPJBTL, seperti: voltase naik turun, pemadaman listrik yang dilakukan secara tiba-tiba, pelayanan terhadap pengaduan gangguan yang terlalu lama. Kedua, berkaitan dengan kerugian yang diderita

5

http://bengkuluekspress.com/keluhkan-pemadaman/diunduh hari Selasa tanggal 26 Maret 2013, Pukul 19.00 WIB.

6

(13)

6

konsumen berupa kerusakan barang-barang elektronik akibat pemadaman dan atau naik turunnya tegangan tanpa pemberitahuan atau informasi terlebih dahulu.

Pada masa sekarang ini, dimana tuntutan akan dijalankannya prinsip good corporate governance semakin kuat. PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) seharusnya dapat meningkatkan pelayanannya pada masyarakat. Prinsip-prinsip good corporate governance seperti partisipasi publik, transparansi, penegakan hukum, dan akuntabilitas publik harus dapat dipenuhi oleh PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero). Akuntabilitas publik bukan pada atasan atau pejabat publik, tetapi pada costumer (konsumen). Profesionalitas sangat dibutuhkan dalam memenuhi prinsip akuntabilitas publik. Seseorang yang memiliki akuntabilitas tinggi akan mengarahkan organisasinya untuk memberikan kepuasan maksimal kepada pelanggan dan memenuhi kebutuhan pelanggan.7

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka penulis mencoba melakukan suatu penelitian, dengan judul :

”ASAS KESEIMBANGAN BAGI PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN

JUAL BELI TENAGA LISTRIK ANTARA PT. PERUSAHAAN LISTRIK

NEGARA (PERSERO) DAN KONSUMEN”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka diberikan rumusan masalah sebagai berikut:

7

Purwanto, Agus J. 2002, Transformasi Demokrasi dan Perbaikan Pelayanan Publik, Jakarta,

(14)

Universitas Kristen Maranatha 1. Bagaimana penerapan asas keseimbangan dalam Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik yang dibuat oleh PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) dengan Konsumen?

2. Bagaimana substansi Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik yang dibuat oleh pihak PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) yang dapat memberi keseimbangan bagi para pihak?

3. Bagaimanakah upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai perlindungan hukum bagi konsumen dari adanya gangguan pasokan listrik oleh PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero)?

C. Maksud Dan Tujuan Penelitian

Adapun maksud dari tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui penerapan asas keseimbangan dalam Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik yang dibuat oleh PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) dengan Konsumen.

2. Untuk mengetahui substansi Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik yang dibuat oleh pihak PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) yang dapat memberi keseimbangan bagi para pihak.

3. Untuk mengetahui upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai perlindungan hukum bagi konsumen dari adanya gangguan pasokan listrik oleh PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero).

D. Kegunaan Penelitian

(15)

8

1. Kegunaan Teoritis

Memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum pada umumnya dan khususnya bagi perkembangan di bidang hukum perlindungan konsumen baik bagi penulis maupun masyarakat umum.

2. Kegunaan Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) untuk dapat memberikan pelayanan bagi pengguna jasa listrik (konsumen).

b. Diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang perlindungan konsumen dalam jasa pasokan listrik yang diselenggarakan oleh PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero).

E. Kerangka Pemikiran

(16)

Universitas Kristen Maranatha Teori Hukum Pembangunan Mochtar Kusumaatmadja secara cemerlang mengubah pengertian hukum sebagai alat (tool) menjadi hukum sebagai sarana (instrument) untuk membangunan masyarakat. Pokok-pokok pikiran yang melandasi konsep tersebut adalah bahwa ketertiban dan keteraturan dalam usaha pembangunan dan pembaharuan memang diinginkan, bahkan mutlak perlu, dan bahwa hukum dalam arti norma diharapkan dapat mengarahkan kegiatan manusia ke arah yang dikehendaki oleh pembangunan dan pembaharuan itu. Oleh karena itu, maka diperlukan sarana berupa peraturan hukum yang berbentuk tertulis itu harus sesuai dengan hukum yang hidup dalam masyarakat. Lebih jauh, Mochtar berpendapat bahwa pengertian hukum sebagai sarana lebih luas dari hukum sebagai alat karena:

1. Di Indonesia peranan perundang-undangan dalam proses pembaharuan hukum lebih menonjol, misalnya jika dibandingkan dengan Amerika Serikat yang menempatkan yurisprudensi (khususnya putusan the Supreme Court) pada tempat lebih penting;

2. Konsep hukum sebagai “alat” akan mengakibatkan hasil yang tidak jauh berbeda dengan penerapan “legisme” sebagaimana pernah diadakan pada zaman Hindia Belanda, dan di Indonesia ada sikap yang menunjukkan kepekaan masyarakat untuk menolak penerapan konsep seperti itu;

(17)

10

Lebih detail maka Mochtar Kusumaatmadja mengatakan, bahwa:

“Hukum merupakan suatu alat untuk memelihara ketertiban dalam masyarakat. Mengingat fungsinya sifat hukum, pada dasarnya adalah konservatif artinya, hukum bersifat memelihara dan mempertahankan yang telah tercapai. Fungsi demikian diperlukan dalam setiap masyarakat, termasuk masyarakat yang sedang membangun, karena di sini pun ada hasil-hasil yang harus dipelihara, dilindungi dan diamankan. Akan tetapi, masyarakat yang sedang membangun, yang dalam difinisi kita berarti masyarakat yang sedang berubah cepat, hukum tidak cukup memiliki memiliki fungsi demikian saja. Ia juga harus dapat membantu proses perubahan masyarakat itu. Pandangan yang kolot tentang hukum yang menitikberatkan fungsi pemeliharaan ketertiban dalam arti statis, dan menekankan sifat konservatif dari hukum, menganggap bahwa hukum tidak dapat memainkan suatu peranan yang berarti dalam proses pembaharuan.”8

Pembangunan perekonomian di bidang perindustrian dan perdagangan telah membawa manfaat bagi konsumen, yaitu semakin banyaknya pilihan barang dan jasa yang ditawarkan dengan berbagai jenis dan kualitas. Salah satu kebutuhan hidup yang tak kalah penting di era globalisasi ini adalah kebutuhan akan jasa pasokan listrik. Banyaknya penduduk yang memanfaatkan jasa pasokan listrik untuk kehidupan sehari-sehari membuat jasa pasokan listrik ini menjadi sangat penting. Hal ini mempermudah masyarakat untuk menjalankan aktivitasnya sehari-hari terutama sebagai media penerangan di malam hari.

Dalam Pasal 33 ayat 2 Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dinyatakan bahwa “ Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara” , maka di negara Indonesia, cabang produksi listrik benar-benar dikuasai negara melalui perpajangan tangan berupa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bernama Perusahaan Listrik

8

Shidarta. Karakteristik Penalaran Hukum Dalam Konteks Ke-Indonesiaan. Bandung: Utomo.

(18)

Universitas Kristen Maranatha Negara (PLN). PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) sebagai penyelenggara yang bergerak dalam bidang jasa energi, patut memperhatikan kepercayaan pengguna jasa, dimana mereka menggunakan jasa pasokan listrik karena mereka percaya bahwa PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) mampu memasok listrik untuk kegiatan sehari-hari masyarakat. Hal tersebut berhubungan erat dengan tanggung jawab PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) dalam memberikan pelayanan jasa berupa pengiriman pasokan listrik kepada konsumen, maka antara PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) dan pengguna jasa terdapat hubungan hukum. Hubungan hukum ini bersifat langsung maksudnya adalah ada perjanjian antara pelaku usaha dalam hal ini PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) dengan konsumen (pengguna jasa listrik).

Hubungan hukum antara konsumen dan PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) menimbulkan perikatan. Perikatan itu sendiri dapat bersumber kepada perjanjian dan Undang-Undang. Hubungan hukum antara konsumen dan PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) yang bersumber perjanjian dapat dilihat dari adanya Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (SPJBTL) sedangkan hubungan hukum antara konsumen dan PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) yang bersumber Undang-Undang dapat dilihat dari adanya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Undang-Undang Nomor 30 tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan.

(19)

12

hukum. Hubungan hukum ini perlu dibedakan dengan hubungan-hubungan yang terjadi dalam pergaulan hidup berdasarkan kesopanan, kepatuhan dan kesusilaan. Pengingkaran terhadap hubungan-hubungan semacam itu, tidak akan menimbulkan akibat hukum, misalnya janji untuk pergi bersama. Jadi hubungan yang berada di luar lingkungan hukum bukan merupakan perikatan.9

Perjanjian dapat menjadi sah dan mengikat bagi para pihak yang membuatnya. Seperti yang telah dijelaskan bahwa suatu perjanjian akan menimbulkan perikatan, sebab dengan melalui perjanjian pihak-pihak dapat membuat segala macam perikatan. Sesuai dengan asas kebebasan berkontrak yang tertulis dalam Buku III KUHPerdata, akan tetapi kebebasan berkontrak tersebut bukan berarti boleh membuat perjanjian secara bebas melainkan harus memenuhi ketentuan-ketentuan dalam Pasal 1320 KUHPerdata mengenai syarat-syarat sahnya suatu perjanjian. Atau dengan kata lain, Pasal 1338 KUHPerdata mengatur suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.

Konsumen menjadi objek aktifitas bisnis para pelaku usaha yang mengharapkan keuntungan secara besar-besaran melalui promosi maupun penjualan yang seringkali merugikan konsumen. Hal ini tidak dapat dipungkiri, bahwa saat ini kedudukan konsumen sangat lemah, antara lain disebabkan oleh tingkat kesadaran dan pendidikan konsumen yang relatif rendah dan semakin diperparah oleh etos-etos bisnis yang tidak benar, salah satunya seperti bisnis yang bertujuan mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan modal seminimal

9

(20)

Universitas Kristen Maranatha mungkin. Prinsip ini sangat potensial merugikan konsumen, baik langsung maupun tidak langsung.

Persoalan listrik sangat erat hubungannya dengan perlindungan konsumen. Hal ini dapat dilihat dari penjelasan umum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen yang menyebutkan bahwa Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen bukan merupakan awal dan akhir dari hukum yang mengatur tentang perlindungan konsumen, sebab sampai pada terbentuknya telah ada beberapa Undang-Undang yang materinya melindungi kepentingan konsumen, termasuk Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan. Dengan kata lain, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen sebagai lex specialis juga sebagai

umbrella act, yakni sinkronisasi dan harmonisasi antar Undang-Undang sehingga dalam mengkonsumsi listriknya, konsumen dilindungi oleh Undang-Undang. 10

Untuk menarik minat bagi pihak pengguna jasa pasokan listrik, PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) harus memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya, perlindungan bagi pengguna jasa, dan tanggung jawab terhadap konsumen sebagai upaya menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen yang didasarkan pada ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

Perhatian terhadap perlindungan konsumen sangat diperlukan mengingat setiap orang, pada suatu waktu, apakah sendiri maupun kelompok bersama orang lain, dalam keadaan apapun pasti menjadi konsumen untuk suatu produk barang

10

(21)

14

atau jasa tertentu, oleh karena itu diperlukan pemberdayaan konsumen.11 Salah satu yang harus diberdayakan dalam perlindungan konsumen adalah terhadap pengguna jasa pengiriman pasokan listrik melalui PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero).

F. Metode Penelitian

Dalam rangka penulisan skripsi ini, penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode- metode dan data sebagai berikut :12

1. Spesifikasi Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yaitu dengan cara menggambarkan dan menguraikan peraturan hukum, asas hukum dan pengertian-pengertian hukum yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dikaji.

2. Metode Pendekatan

Pada penelitian ini penulis melakukan pendekatan yuridis normatif artinya penelitian lebih menitik beratkan atau mengkaji terhadap data kepustakaan (data sekunder). Yang merupakan Peraturan Perundang-undangan yang terkait dengan objek penelitian dan ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan oleh pihak PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero).

3. Tahap Penelitian

11

Neni Sri Imayati, Hukum Ekonomi Dan Ekonomi Islam Dalam Perkembangan, Bandung:

Mandar Maju, 2002, hlm. 161-162.

(22)

Universitas Kristen Maranatha Dalam penelitian ini penulis menitik-beratkan terhadap data kepustakaan (data sekunder). Penelitian kepustakaan (library research) adalah kegiatan penelitian yang dilakukan dengan meneliti data sekunder yang terdiri dari : a. Bahan hukum Primer seperti Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumen, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikan, dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. b. Bahan hukum Sekunder seperti tulisan para ahli hukum (doktrin), Skripsi,

Tesis, dan Disertasi di bidang ilmu hukum .

c. Bahan hukum Tersier seperti : Majalah, media massa, ensiklopedia, dan kamus hukum.

4. Teknik Pengumpulan Data Studi Dokumen

Penelitian dilakukan terhadap dokumen-dokuman cetak dan elektronik yang erat kaitannya dengan masalah pasokan listrik dan perlindungan konsumen yang telah diatur dalam perundang-undangan di Indonesia. Tujuannya adalah untuk mendapatkan landasan teoritis yang berhubungan dengan permasalahan dalam penulisan skripsi ini.

5. Metode Analisis Data

Data yang diperoleh penulis dalam penelitian kemudian disusun secara sistematis yang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode

(23)

16

menggunakan rumusan matematis dan angka-angka statistik. Tetapi, berdasarkan pada usaha penemuan informasi, uraian atau pembahasan mengenai hasil penelitian yang telah dikaji.

G. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini dipaparkan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi permasalahan, maksud dan tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II HUBUNGAN HUKUM DALAM PENGADAAN PASOKAN

LISTRIK PT. PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (Persero)

Pada bab ini akan membahas mengenai asas keseimbangan dalam perjanjian pada umumnya, lalu akan mengenal tentang perjanjian jasa dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, serta ruang lingkup hukum perlindungan konsumen.

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM DAN ASAS KESEIMBANGAN

DALAM PERJANJIAN JUAL BELI TENAGA LISTRIK

Pada bab ini penulis menjelaskan tentang gambaran umum mengenai PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai perusahaan yang melakukan distribusi pasokan listrik kepada konsumen.

(24)

Universitas Kristen Maranatha

PERJANJIAN JUAL BELI TENAGA LISTRIK BAGI

KEPENTINGAN PARA PIHAK

Pada bab ini penulis mengemukakan analisis mengenai permasalahan yang diteliti yang dibahas secara deskriptif. Dalam bab ini dijelaskan tentang perlindungan hukum bagi konsumen terhadap pengguna jasa pengiriman pasokan listrik akibat pemadaman listrik, asas keseimbangan dalam Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik oleh PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) bagi konsumen.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(25)

BAB V

PENUTUP

Berdasarkan pada uraian dari bab-bab penulisan skripsi ini, maka dapat ditarik beberapa poin kesimpulan dan saran yang merupakan cakupan dari pembahasan sebelumnya.

A. Kesimpulan

(26)

Universitas Kristen Maranatha 2. Substansi Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik yang dibuat oleh pihak PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) yang dapat memberi keseimbangan bagi para pihak adalah adanya klausula yang memuat hak dan kewajiban dari masing-masing pihak. Masing-masing Pihak sedianya mampu menjalankan hak dan kewajibannya secara baik. Pihak PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) berkewajiban memberikan pelayanan secara baik yakni dengan memberikan pelayanan penyaluran listrik secara kontinyu dan pihak konsumen sendiri selaku pengguna jasa listrik hendaknya melaksanakan semua kewajiban-kewajibannya seperti pembayaran listrik tepat pada waktunya setelah menikmati aliran listrik dari PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero). Pada akhirnya konsumen hanya dapat memilih untuk menyetujui kontrak yang ditawarkan atau tidak menyetujuinya yang dikenal juga dengan istilah “take it or leave it contract

(27)

130

kewajibannya masing-masing. Dalam memberikan pelayanan pengiriman pasokan listrik perlu diupayakan perlindungan hukum yang mampu melindungi hak-hak konsumen dari kesewenangan dan kebijakan pelaku usaha yang merugikan. Diperlukannya peraturan mengenai perlindungan konsumen, karena disatu sisi konsumen selalu dalam posisi lemah sehingga diperlukan peraturan yang dapat melindungi dari kesewenang-wenangan pihak PT. Perusahaan Litsrik Negara (Persero) dalam penyaluran listrik bagi konsumen seperti pemadaman listrik secara tiba-tiba tanpa adanya pemberitahuan terhadap konsumen listrik

B. Saran

1. Perlu adanya perancangan klausula baku jual beli tenaga listrik yang dapat memberikan keseimbangan bagi para pihak khususnya bagi konsumen listrik.

2. Klausula yang dibuat secara terlebih dahulu dipelajari dan dipahami khususnya oleh pengguna jasa listrik terutama pemahaman mengenai klausula hak dan kewajiban masing-masing pihak.

(28)

Universitas Kristen Maranatha a) Akademik

Ada baiknya pemahaman mengenai berbagai macam unsur yang berhubungan dalam suatu perjanjian lebih dipelajari dan dikembangkan khususnya oleh para pelaku pendidikan jurusan hukum agar mereka mampu menjalankan segala teori yang telah dipelajari di dunia perkuliahan untuk dapat dipraktekkan secara nyata pada kehidupan sehari-hari. Seorang sarjana hukum diharapkan dapat memberikan sumbangsih yang berguna bagi kemajuan dalam bidang hukum di Indonesia, agar masyarakat mempunyai pegangan/ pedoman hukum yang lebih mumpuni sehingga masyarakat dapat menjalankan fungsinya sebagai salah satu pelaku hukum secara benar.

b) Praktisi

Sarjana Hukum khususnya di bidang hukum keperdataan diharapkan dapat memberikan sumbangsih yang berguna bagi kemajuan dalam bidang hukum di Indonesia, agar masyarakat mempunyai pegangan atau pedoman hukum yang lebih mumpuni sehingga masyarakat dapat menjalankan fungsinya sebagai salah satu pelaku hukum secara benar.

c) Masyarakat

(29)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

A.Z. Nasution, Konsumen Dan Hukum: Tinjauan Sosial Ekonomi Dan Hukum Pada Perlindungan Konsumen Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995.

Amiruddin dan Zainal Asikin. Pengantar Metode Penelitian Hukum.Jakarta:Grafiti Press, 2006.

Atiyah. The Rise and Fall of Freedom of Contract. Oxford: Clorendon Press, 1979. Herlien Budiono. Asas Keseimbangan Bagi Hukum Perjanjian Indonesia. Bandung:

Citra Aditya Bakti, 2006.

Elly Erawati dan Herlien Budiono. Penjelasan Hukum TentangKebatalan Perjanjian.

Jakarta: NLRP (National Legal Reform Program), 2010.

Mariam Darus Badrulzaman. Kerangka Dasar Hukum Perjanjian. Jakarta : Elips, 1998.

Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen Di Indonesia, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2006.

Johnny Ibrahim. Teori dan Metodologi Penelitian hukum Normatif. Surabaya: Bayumedia Publishing, 2005.

Peter Mahmud Marzuki. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana, 2010.

Ningky Sasanti Munir. Rupiah Meriah Dari Bisnis Rental Mobil. Jakarta: PPM Manajemen, 2010.

(30)

133

Universitas Kristen Maranatha Grafika, 2003.

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. Peneltian Hukum Normatif. Jakarta:Radja Grafindo Persada, 2001.

Soetandyo Wignjosoebroto. Hukum Dalam Masyarakat. Cetakan Pertama. Surabaya: Lutfansah Mediatama, 2007.

Sriro, Andrew I. Sriro’s Desk Reference Of Indonesian Law. Jakarta: Graha Aktiva, 2009.

Satjipto Raharjo. Sosiologi Hukum. Cetakan Kedua. Yogyakarta: Genta Publishing, 2010.

Sunaryati Hartono. Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia. Bandung: Binacipta, 1988.

Sunaryati Hartono.Penelitian Hukum Di Indonesia Pada Akhir Abad Ke 20.

Bandung: Alumni, 1994.

Subekti. Hukum Perjanjian. Jakarta: Intermasa, 1990.

Sudikno Mertokusumo. Mengenal Hukum. Yogyakarta: Liberty, 1999. Suryodiningrat. Perikatan – Perikatan Bersumber Perjanjian

Sutan Remy Sjahdeni.Kebebasan Berkontrak Dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank Indonesia,Jakarta, 1993.

Wiryono.Asas – asas Hukum Perdata.Jakarta:Sumur Bandung, 1979

B. Jurnal

(31)

C. Undang-Undang

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata; Kitab Undang-Undang Hukum Dagang;

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen; Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikan.

D. Internet

http://kampus.okezone.com/read/2012/02/27/367/583228/bukti-lemahnya-penegakan-hukum.

http://hukum-on.blogspot.com/2012/06/asas-hukum.html

http://gudangilmuhukum.blogspot.com/2010/08/contract-drafting.html http://setia.student.umm.ac.id/about/

http://www.smecda.com/Files/infosmecda/uu_permen/UU_2008_20_TENTANG

Referensi

Dokumen terkait

Selain untuk sarana transaksi jual-beli persenjataan airsoft, website ini juga memberikan informasi-informasi yang berguna bagi para penggemar olahraga airsoft seperti sejarah

[r]

Aplikasi website Bridal and Wedding Cake dengan menggunakan PHP dan MySQL ini dibuat melalui beberapa langkah metodologi dimulai dari menentukan konsep, mengumpulkan data, merancang

[r]

Kinerja pada umumnya adalah hasil kerja yang dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing

Sedangkan sampel diambil adalah total sampling (sampel jenuh) sehingga sampel dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah populasi, yaitu 41 orang responden menjadi

Dari hasil analisa yang dilakukan dengan memvariasikan beban yang diberikan pada lengan ayun mesin gurdi maka dapat dinyatakan bahwa beban yang diberikan pada

Model Balck Box Tyler dibagun atas dua dasar, yaitu evaluasi yang ditujukan pada tingkah laku peserta didik dan evaluasi yang harus dilakukan pada.. tingkah laku awal