STUDI DESKRIPTIF LEVEL BERPIKIR GEOMETRI VAN HIELE SISWA DI SMP NEGERI PERCONTOHAN DI LEMBANG
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh
Lisnasari
1102327
DEPARTEMEN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Studi Deskriptif Level Berpikir
Geometri Van Hiele Siswa SMP Negeri Percontohan di Lembang” ini sepenuhnya karya
saya sendiri.Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain
dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak
sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan
ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila
kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini,
atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Oktober 2015
Yang membuat pernyataan,
Lisnasari, 2015
STUDI DESKRIPTIF LEVEL BERPIKIR GEOMETRI VAN HIELE SISWA DI SMP NEGERI PERCONTOHAN DI LEMBANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
v ABSTRAK
Geometri sekolah mempunyai peluang besar untuk dipahami oleh siswa dibandingkan dengan cabang ilmu matematika yang lainnya. Hal ini dikarenakan pengenalan konsep dasar geometri sudah dikenal oleh siswa sejak usia dini, seperti mengenal bangun-bangun geometri. Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar geeometri, khususnya pada tingkat SMP. Oleh karena itu diperlukan penelitian terhadap level berpikir geometri siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) level berpikir geometri siswa di SMP Negeri percontohan di Lembang, dan (2) menelaah apakah pembelajaran geometri yang berlangsung di sekolah menerapkan tahapan pembelajaran Van Hiele atau tidak. Metode dalam penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan subjek penelitian adalah siswa kelas IX dari dua sekolah menengah pertama di Lembang. Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari: (1) instrumen tes, yaitu tes level berpikir geometri Van Hiele pada materi bangun datar. Hasil dari tes ini dianalisis dengan kategori level berpikir sebagai berikut: level 0 adalah tahap pengenalan; level 1 adalah tahap analisis; level 2 adalah tahap pengurutan; level 3 adalah tahap deduksi formal; dan level 4 adalah tahap akurasi. (2) Instrumen non tes, yaitu berupa wawancara terhadap guru dan murid. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa: (1) secara keseluruhan siswa SMP telah memasuki tahap berpikir geometri Van Hiele. Sebagian besar siswa berada pada tahap pengenalan (level 0) yaitu 81,16%, sedangkan sisanya telah memasuki tahap analisis (level 1) sebesar 17,39% dan tahap pengurutan (level 2) sebesar 1,45%. (2) Pembelajaran geometri di sekolah kurang memperhatikan tahapan pembelajaran geometri Van Hiele.
Lisnasari, 2015
STUDI DESKRIPTIF LEVEL BERPIKIR GEOMETRI VAN HIELE SISWA DI SMP NEGERI PERCONTOHAN DI LEMBANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
vi ABSTRACT
Student has a big opportunity to understand geometry because the basic concept has early familiar, such as know the geometry’s objects. However, some of the research were show that many student difficult to learn geometry, specifically for junior high school. Because of that, it necessary to research about the geometry level thinking. The goal of the research are to know: (1) student geometry level thinking at the model of junior high school in Lembang, and (2) observe the lesson geometry at school by use the phase of Van Hiele geometry learning. The method is descriptive study with the subject are the student from IX class of two junior high school in Lembang. The instrument is: (1) test instrument, is Van Hiele geometry level test. The result will be analysis by categories of Van Hiele: level 0 is visualization; level 1 is analysis; level 2 is informal deduction; level 3 is deduction; and level 4 is rigor. (2) Non-test instrument, is interview to the teacher and student. Base of the research, the conclusion are: (1) by and large the student has include the Van Hiele geometry level. Student at level 0 is 81, 16%, at level 1 is 17,3% and at level 2 is 1,45%. (2) School did’nt use the phase of Van Hiele geometry learning.
Lisnasari, 2015
STUDI DESKRIPTIF LEVEL BERPIKIR GEOMETRI VAN HIELE SISWA DI SMP NEGERI PERCONTOHAN DI LEMBANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
vii DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
ABSTRAK ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah ... 1
B. RumusanMasalah ... 5
C. TujuanPenelitian ... 5
D. ManfaatPenelitian ... 6
E. DefinisiOperasional... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. GeometriSekolah ... 7
B. Level BerpikirGeometri Van Hiele ... 8
C. KarakteristikBerpikirGeometri Van Hiele ... 11
D. TahapPembelajaran Van Hiele ... 12
E. KerangkaBerpikir ... 13
F. Penelitian yang Relevan ... 15
BAB III METODE PENELITIAN A. MetodePenelitian... 17
B. SubjekdanLokasiPenelitian ... 18
C. InstrumenPenelitian... 19
D. TeknikPengumpulan Data ... 20
Lisnasari, 2015
STUDI DESKRIPTIF LEVEL BERPIKIR GEOMETRI VAN HIELE SISWA DI SMP NEGERI PERCONTOHAN DI LEMBANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
viii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. GambaranUmumSubjekPenelitian ... 23
B. HasilSiswaPadaTes Level BerpikirGeometri Van Hiele ... 23
C. GambaranUmumPembelajaranGeometriSekolah ... 25
D. Pembahasan ... 28
BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan ... 41
B. Saran ... 41
DAFTAR PUSTAKA ... 42
Lisnasari, 2015
STUDI DESKRIPTIF LEVEL BERPIKIR GEOMETRI VAN HIELE SISWA DI SMP NEGERI PERCONTOHAN DI LEMBANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 MateriGeometri SMP KTSP ... 7
Tabel 2.2 MateriGeometri SMP Kurtilas ... 8
Table 4.1 SubjekPenelitian... 23
Tabel 4.2 HasilSiswapadaTes Level BerpikirGeometri Van Hiele ... 24
Lisnasari, 2015
STUDI DESKRIPTIF LEVEL BERPIKIR GEOMETRI VAN HIELE SISWA DI SMP NEGERI PERCONTOHAN DI LEMBANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Bagan KerangkaBerpikir ... 15
Gambar 3.1.TriangulasiTeknik ... 21
Gambar 4.1 SegitigadanSegiempat ... 29
Gambar 4.2 Jajargenjang ... 29
Gambar 4.3 Persegipanjang ... 30
Gambar 4.4 Diagram Level BerpikirGeometri Van HieleSiswa SMP ... 33
Gambar 4.5 Bagian LKS 2 ... 36
1
Lisnasari, 2015
STUDI DESKRIPTIF LEVEL BERPIKIR GEOMETRI VAN HIELE SISWA DI SMP NEGERI PERCONTOHAN DI LEMBANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Geometri merupakan salah satu cabang matematika yang diajarkan mulai
dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi.Ruseffendi (dalam Mulyana, 2003,
hlm. 1) menyebutkan manfaat pengajaran geometri di sekolah, yakni untuk
meningkatkan kemampuan berpiki logis dan kemampuan membuat generalisasi
yang benar. Selanjutnya menurut Sabandar (dalam Mulyana, 2003, hlm. 1-2),
tujuan pengajaran geometri disekolah adalah sebagai berikut:
Pengajaran geometri di sekolah diharapkan akan memberikan suatu sikap dan kebiasaan sistematik bagi siswa untuk bisa memberikan gambaran tentang hubungan-hubungan di antara bangun-bangun geometri serta penggolongan-penggolongan di antara bangun-bangun tersebut. Karena itu perlu disediakan kesempatan serta peralatan yang memadai agar siswa bisa mengobservasi, mengeksplorasi, mencoba, serta menemukan prinsip-prinsip geometri lewat aktivitas informal untuk kemudian meneruskannya apa yang mereka pelajari. Dibandingkan dengan beberapa bidang lain yang ada dalam kurikulum matematika, geometri membuka peluang lebih banyak lagi bagi siswa untuk melakukan eksplorasi, observasi, serta penemuan dalam tiap tingkatan belajar, terutama jika tersedia kegiatan serta tugas-tugas yang menantang.
Pembelajaran geometri di sekolah mempunyai peluang besar bagi siswa
untuk melakukan eksplorasi dan observasi. Hal ini dikarenakan dalam pengenalan
konsep geometri diperlukan gambar-gambar atau alat peraga yang memudahkan
siswa untuk melakukan observasi dan eksplorasi. Jika siswa diminta untuk
mengobservasi suatu bangun, tentu saja siswa tersebut setidaknya pernah melihat
terlebih dahulu bangun tersebut secara nyata atau ada alat peraga yang disediakan
oleh guru.Siswa secara aktif dirangsang mengeksplorasi objek-objek, (misalnya
memutar, melipat, mengukur) untuk mendapatkan hubungan prinsip dari
2
Lisnasari, 2015
STUDI DESKRIPTIF LEVEL BERPIKIR GEOMETRI VAN HIELE SISWA DI SMP NEGERI PERCONTOHAN DI LEMBANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bangun persegipanjang dan jajargenjang, siswa mengetahui bahwa terdapat
kesamaan sifat pada dua bangun tersebut, yakni memiliki dua pasang sisi yang
sejajar dan sudut-sudut yang berhadapan sama besar.
Berdasarkan KTSP, geometri pada jenjang SMP mendapatkan porsi yang
besar dari keseluruhan isi kurikulum jika dibandingkan dengan beberapa materi
yang lain. Abdussakir (2010) menyatakan bahwa geometri menempati posisi
khusus dalam kurikulum matematika di sekolah. Hal ini mengindikasikan bahwa
geometri merupakan salah satu komponen penting pada kurikulum matematika di
sekolah, sehingga hasil belajar siswa pada pembelajaran geometri akan
berpengaruh besar terhadap hasil belajar matematika di sekolah secara
keseluruhan.
Geometri sekolah mempunyai peluang besar untuk dapat dipahami oleh
siswa dibandingkan dengan cabang ilmu matematika yang lainnya. Hal ini
dikarenakan pengenalan konsep dasar geometri sudah dikenal oleh siswa sejak
usia dini, seperti mengenal bangun-bangun geometri. Oleh karena itu, siswa
seharusnya memiliki kemampuan yang baik dalam belajar geometri.Namun pada
kenyataannya hasil belajar siswa khususnya pada materi geometri masih
tergolong rendah.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang
mengalami kesulitan dalam belajar geometri, khususnya pada tingkat
SMP.Sudarman (dalam Ruslianto, 2014, hlm 1) menyatakan bahwa banyak siswa
SMP tidak mengerti konsep dasar geometri. Sejalan dengan hal tersebut,
penelitian Sunardi (dalam Nopriana, 2013, hlm. 2) menyatakan bahwa dari 433
siswa kelas tiga SMP yang diteliti terdapat 86,91% menyatakan bahwa persegi
bukan merupakan persegi panjang, 64,33% menyatakan bahwa belah ketupat
bukan merupakan jajar genjang, dan 36,34% menyatakan bahwa pada persegi,
dua sisi yang berhadapan saling tegak lurus.
Kesulitan siswa dalam belajar gemetri juga di alami oleh siswa SMP
Negeri di Lembang.Berdasarkan hasil wawancara, kemampuan siswa dalam
3
Lisnasari, 2015
STUDI DESKRIPTIF LEVEL BERPIKIR GEOMETRI VAN HIELE SISWA DI SMP NEGERI PERCONTOHAN DI LEMBANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
geometri tidak tertanam kuat dalam diri siswa, sehingga siswa tidak memahami
hubungan antar bangun geometri, seperti persegi merupakan bentuk khusus dari
persegi panjang.
Berdasarkan paparan di atas, dapat dikatakan bahwa kemampuan siswa
SMP dalam mempelajari geometri masih rendah.Praktisi pendidikan meyakini
bahwa guru telah berusaha secara maksimal untuk membelajarkan geometri
kepada siswa(Nurhayana, 2013, hlm. 2)..Hanya saja, guru belum menemukan
model pembelajaran yang tepat dalam membelajarkan geomerti di
kelas(Nurhayana, 2013, hlm. 2).Oleh karena itu, diperlukan model pembelajaran
yang tepat dalam pembelajaran geometri di sekolah. Salah satu model tersebut
adalah pembelajaran berbasis model Van Hiele.
Abdussakir (2010) menyatakan bahwa dalam pembelajaran gemetri
seharusnya memperhatikan tahap-tahap berpikir siswa.Hal ini sesuai dengan teori
Van Hiele bahwa pembelajaran matematika khususnya geometri harus sesuai
dengan tahap-tahap perkembangan kognitif siswa.
Teori Van Hiele (dalam Crowley, 1987, hlm.1) menyatakan bahwa siswa
akan melalui lima level berpikir dalam mempelajari dan memahami geometri,
yaitu level 0 (visualisasi), level 1 (analisis), level 2 (deduksi informal), level 3
(deduksi formal), dan level 4 (rigor). Masing-masing level berpikir tersebut
memiliki kriteria tertentu, sehingga menyebabkan siswa berbeda dalam
memahami dan menyelesaikan permasalahan geometri.
Level 0 (tahap pengenalan) merupakan tahap awal dari tahap berpikir Van
Hiele. Pada tahap ini siswa dapat mengenali dan mengidentifikasi bentuk
geometri berdasarkan apa yang dilihatnya, bukan berdasarkan sifatnya. Misalnya
seorang siswa sudah mengenal bangun persegi dengan baik apabila ia sudah bisa
menunjukkan atau memilih bangun persegi dari sekumpulan bangun-bangun
geometri lainnya.
Level 1 disebut tahap analisis. Siswa yang memasuki tahap ini telah
mengenal adanya sifat-sifat pada bangun geometri yang dilihatnya. Misalnya,
4
Lisnasari, 2015
STUDI DESKRIPTIF LEVEL BERPIKIR GEOMETRI VAN HIELE SISWA DI SMP NEGERI PERCONTOHAN DI LEMBANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
adalah sama panjang dan panjang kedua diagonalnya sama panjang. Namun
dalam tahap ini siswa belum mampu mengetahui hubungan antara bangun
geometri yang satu dengan yang lainnya, misalnya persegi juga adalah
persegipanjang.
Level 2 disebut tahap pengurutan dalam tahap berpikir Van Hiele.Pada
tahap ini siswa sudah dapat melihat hubungan sifat-sifat pada suatu bangun
geometri dan sifat-sifat antara beberapa bangun geometri.Siswa juga dapat
membuat definisi abstrak, menemukan sifat-sifat dari berbagai bangun dengan
menggunakan deduksi informal, dan dapat mengelompokkan bangun-bangun
geometri.Sebagai contoh, pada tingkat ini siswa sudah bisa memahami bahwa
setiap persegi adalah juga persegipanjang karena persegi juga memiliki ciri-ciri
persegi panjang.
Level berikutnya adalah level 3 yang merupakan tahap deduksi formal
berpikir Van Hiele.Pada tahap ini siswa sudah mampu menarik kesimpulan secara
deduktif, yaitu penarikan kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum menuju
hal-hal yang bersifat khusus.Misalnya, siswa dapat mengambil kesimpulan bahwa
jumlah sudut-sudut dalam segitiga adalah 180° dengan menggunakan prinsip
kesejajaran.
Level tertinggi dari tahap berpikir Van Hiele adalah level 4 yaitu tahap
akurasi.Siswa sudah mulai menyadari betapa pentingnya ketepatan dari
prinsip-prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian. Misalnya, ia mengetahui
aksioma-aksioma atau postulat-postulat dari geometri Euclid (Ruslianto, 2014,
hlm. 4).
Siswa SMP diharapkan berada pada level 2 atau tahap pengurutan berpikir
geometri. Hal ini berdasarkan penelitian Usiskin (1982) yang menyatakan bahwa
jika siswa tidak mencapai tahap pengurutan berpikir gemetri di SMP, maka siswa
akan kesulitan dalam pembelajaran geometri di SMA. Berbeda dengan hasil
penelitian Nopriana (2013) yang menyebutkan bahwa tingkat berpikir siswa SMP
sebagian besar mencapai level 0 (tahap pengenalan) dan masih terdapat siswa
5
Lisnasari, 2015
STUDI DESKRIPTIF LEVEL BERPIKIR GEOMETRI VAN HIELE SISWA DI SMP NEGERI PERCONTOHAN DI LEMBANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan hal tersebut penelitian Ruslianto (2014) menyatakan bahwa siswa SMP di
Bandung berada pada level 0 (tahap pengenalan) dan pra-0 (belum memasuki
tahap berpikir geeometri).
Hasil analisis Nurhayana (2013, hlm. 7) menyebutkan bahwa
pembelajaran berbasis model Van Hiele memberikan karakteristik pembelajaran
yang memang mengkhusus untuk pembelajaran geometri. Pembelajaran berbasis
model Van Hiele menekankan pada taraf berpikir anak. Artinya siswa dilatih
untuk mengenal geometri secara bertahap, seperti mengenal bangun geometri
terlebih dahulu kemudian sifat-sifat dari bangun geometri tersebut dan
seterusnya.Namun yang menjadi pertanyaannya saat ini adalah apakah praktisi
pendidikan sudah menerapkan teori Van Hiele dalam materi geometri sekolah?
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu diadakan suatu penelitian untuk
mengetahui tahap berpikir geometri siswa SMP berdasarkan teori Van Hiele.
Selain itu, untuk menunjukkan apakah pembelajaran geometri di sekolah
memperhatikan teori Van Hiele, perlu juga dilakukan suatu penelitian terhadap
tahap pembelajaran geometri berdasarkan model pembelajaran Van Hiele.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk menyusun suatu
penelitian yang berjudul “Studi Deskriptif Level Berpikir Geometri Van Hiele Siswa SMP Negeri Percontohan di Lembang.”
B. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana level berpikir geometri siswa SMP di Kecamatan Lembang?
6
Lisnasari, 2015
STUDI DESKRIPTIF LEVEL BERPIKIR GEOMETRI VAN HIELE SISWA DI SMP NEGERI PERCONTOHAN DI LEMBANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan level berpikir geometri siswa SMP di Kecamatan
Lembang.
2. Mendeskripsikan pembelajaran geometri yang berlangsung di sekolah.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris,
memberikan masukan dalam rangka penyusunan teori, konsep-konsep
maupun bahan ajar geometri, terutama untuk menambah pengetahuan tentang
tahap-tahap berpikir geometri siswa SMP berdasarkan pada teori Van Hiele.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan informasi bagi guru dan caln guru tentang tahap berpikir
geometri siswa berdasarkan level berpikir geometri Van Hiele.
b. Membantu guru dan caln guru untuk memperhatikan tahap berpikir
geometri siswa, sehingga dapat merancang pembelajaran yang sesuai
dengan tahap berpikir siswa tersebut.
E. Definisi Operasional
1. Level berpikir geometri: Level berpikir geometri merupakan tingkatan
berpikir yang dilalui seseorang dalam mempelajari geometri. Tingkatan
tersebut di antaranya: pengenalan, analisis, pengurutan, deduksi, dan
akurasi.
2. Tahapan pembelajaran geometri Van Hiele: Tahapan pembelajaran
geometri Van Hiele merupakan tahapan-tahapan pembelajaran geometri
yang menuntun siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir
geometri mereka. Tahapan tersebut antara lain: tahap informasi, tahap
orientasi terarah, tahap eksplisitasi, tahap orientasi bebas, dan tahap
17
Lisnasari, 2015
STUDI DESKRIPTIF LEVEL BERPIKIR GEOMETRI VAN HIELE SISWA DI SMP NEGERI PERCONTOHAN DI LEMBANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dijelaskan tentang metode penelitian, subjek dan lokasi
penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
studi deskriptif yang menggunakan pendekatan kualitatif. Tan (dalam Taufan,
2013, hlm. 47) menyatakan bahwa penelitian deskriptif bertujuan
menggambarkan secara tepat sifat-sifat individu, keadaan, gejala atau kelompok
tertentu. Selanjutnya Nazir (dalam Taufan, 2013, hlm. 47) mengemukakan
pendapatnya berkaitan dengan metode kualitatif yang bersifat deskriptif sebagai
berikut.
Metode deskriptif adalah suatu metode dengan meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran maupun sistem peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat deskripsi, membuat gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Penelitian ini bersifat studi cross sectional karena dilaksanakan dalam
jangka waktu yang relatif pendek. Tujuannya adalah untuk mengetahui level
berpikir geometri siswa SMP di dua sekolah pada waktu yang bersamaan.
Hal-hal yang akan dideskripsikan dalam penelitian ini berupa hasil siswa
pada tes level berpikir geometri Van Hiele. Selanjutnya dideskripsikan pula
18
Lisnasari, 2015
STUDI DESKRIPTIF LEVEL BERPIKIR GEOMETRI VAN HIELE SISWA DI SMP NEGERI PERCONTOHAN DI LEMBANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Adapun tahapan-tahapan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan awal
a. Observasi ke sekolah
Observasi lokasi penelitian dilakukan untuk memperoleh informasi
dari pihak sekolah mengenai perjanjian penelitian, mengetahui
guru pengampu matematika, jumlah siswa dan kemampuan siswa.
b. Mempersiapkan instrumen penelitian
Sebagai alat pengumpul data, peneliti mempersiapkan instrumen
penelitian yang terdiri dari Tes Level Bepikir Geometri Van Hiele
(LBGVH) yang dikembangkan oleh Usiskin (1982) dan telah
diterjemahkan oleh Mulyana serta pedoman wawancara.
c. Kegiatan inti
1) Memberikan tes level berpikir Geometri Van Hiele.
2) Mendeskripsikan proses pembelajaran materi geometri yang
berlangsung di dalam kelas.
3) Melakukan wawancara.
d. Kegiatan akhir
Setelah melakukan penelitian, data yang diperoleh dianalisis
dengan analisis kualitatif. Data hasil tes dikaitkan dengan
wawancara beberapa subjek penelitian dan dianalisis bagaimana
level berpikir geometrinya.. Adapun hasil observasi pembelajaran
yang berlangsung di sekolah dideskripsikan dan dilihat apakah
pembelajarannya memperhatikan tahapan pembelajaran Van Hiele
atau tidak serta mengambil kesimpulan, selanjutnya menyusun
laporan berdasarkan hasil penelitian.
B. Subjek dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di dua sekolah menengah pertama negeri yang
merupakan sekolah percontohan di Lembang, yaitu SMPN 1 Lembang dan SMPN
19
Lisnasari, 2015
STUDI DESKRIPTIF LEVEL BERPIKIR GEOMETRI VAN HIELE SISWA DI SMP NEGERI PERCONTOHAN DI LEMBANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pilihan 1 dan sekolah pilihan 2 berdasarkan batas masuk nem tertinggi siswa.
Adapun karakteristik dari kedua sekolah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Karakteristik SMPN 1 Lembang
SMPN 1 Lembang berada dikawasana pegunungan yang tepatnya di
Jalan Raya Lembang No. 357. Seklah ini terdiri dari Sembilan rombel pada
masing-masing tingkatan kelas VII, VIII, dan IX. Sekolah dengan akreditas
A ini merupakan sekolah pilihan pertama dengan batas nem masuk paling
tinggi di antara sekolah-sekolah lainnya di Lembang. SMPN 1 Lembang
pernah menjadi sekolah percontohan untuk lesson study yang diadakan oleh
UPI dan juga menjadi sekolah percontohan pada Seminar Internasional
WALLS yang diadakan di UPI pada tahun 2014 lalu. SMPN 1 Lembang
juga dijadikan percontohan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung
Barat, yaitu sebagai salah satu sekolah percontohan yang menggunakan
Kurikulum 2013.
2. Karakteristik SMPN 3 Lembang
SMPN 3 Lembang beralamat di Jalan Raya Lembang N. 29.
Sekolah ini telah terakreditas A dan menjadi sekolah pilihan kedua
berdasarkan batas nem masuk. SMPN 3 Lembang terdiri dari sembilan
rombel pada masing-masing tingkatan kelasnya. Sekolah ini mengadakan
kegiatan budaya baca yang dengan budaya tersesbut diharapkan siswa dapat
menambah banyak wawasannya. Sekolah ini menjadi salah satu sekolah di
Lembang yang memiliki tiga jurusan di mana siswa-siswinya dapat memilih
kegiatan pengembangan diri, yaitu terdiri dari jurusan pertanian,
keterampilan, dan kerumah tanggaan.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang utama dalam penelitian kualitatif ini adalah
20
Lisnasari, 2015
STUDI DESKRIPTIF LEVEL BERPIKIR GEOMETRI VAN HIELE SISWA DI SMP NEGERI PERCONTOHAN DI LEMBANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
informasi dan mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian untuk
menganalisi level berpikir geometri siswa SMP. Dalam penelitian ini, peneliti
terjun langsung ke lapangan.
Untuk mendapatkan data dan fakta yang diperlukan dalam penelitian ini
maka disusunlah instrumen penelitian sebagai berikut.
1. Tes Level Berpikir Geometri Van Hiele
Penelitian ini mengadopsi instrumen Van Hiele Geometry Test
(VHGT) yang dikembangkan oleh Usiskin (1982) dan telah diterjemahkan
oleh Mulyana. Masing-masing pertanyaan dibangun untuk mengukur level
berpikir geometri siswa berdasarkan teori Van Hiele. Instrumen berupa
soal pilihan ganda sebanyak 15 butir soal.
2. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara adalah serangkaian pertanyaan terurut yang
diajukan secara langsung kepada responden melalui lisan. Pedoman
wawancara yang disusun dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara
siswa dan guru. Pedoman wawancara siswa digunakan untuk mengetahui
lebih mendalam tahap berpikir geometri siswa, sedangkan pedoman
wawancara guru digunakan untuk mengetahui lebih lanjut pelaksanaan
pembelajaran geometri yang dilakukan oleh guru di lapangan serta bahan
ajar yang digunakannya.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
teknik triangulasi. Menurut Sugiyono (2013, hlm. 330) triangulasi teknik berarti
peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk
mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi,
wawancara, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Hal
21
Lisnasari, 2015
STUDI DESKRIPTIF LEVEL BERPIKIR GEOMETRI VAN HIELE SISWA DI SMP NEGERI PERCONTOHAN DI LEMBANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.1. Triangulasi Teknik
E. Teknik Analisis Data
Teknik yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini
adalah analisis data model Miles and Huberman. Menurut Miles and Huberman
(dalam Sugiyono, 2013, hlm. 337), aktivitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas,
sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction,
data display, dan conclusion drawing/verification. Berikut penjelasan dari ketiga
aktivitas tersebut:
a. Data Reduction (Reduksi Data)
Mereduksi data berarti merangkum. Memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, serta
membuang yang tidak perlu. Data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya dan mencari data tersebut apabila diperlukan
(Sugiyono, 2013, hlm. 338).
b. Data Display (Penyajian Data)
Setelah mereduksi data, langkah yang selanjutnya adalah penyajian
data. Penyajian data akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut
(Miles and Huberman dalam Sugiyono, 2013, hlm. 341). Dalam penelitian
kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
dan hubungan antar kategori. Penyajian data yang paling sering digunakan Observasi
Wawancara
Dokumentasi
Sumber
22
Lisnasari, 2015
STUDI DESKRIPTIF LEVEL BERPIKIR GEOMETRI VAN HIELE SISWA DI SMP NEGERI PERCONTOHAN DI LEMBANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam penelitian kualitatif adalah penyajian data dalam bentuk teks naratif
(Sugiyono, 2013, hlm. 341).
c. Conclusion Drawing/Verification
Langkah terakhir dalam analisis data menggunakan model Miles and
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Sugiyono (2013, hlm.
345) mengungkapkan bahwa kesimpulan dalam penelitian kualitatif
diharapkan merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.
Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya
masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat
berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.
Data yang terkumpul berupa lembar jawaban siswa siswa pada tes level
berpikir geometri Van Hiele dianalisis dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
berpikir geometri siswa. Data yang berupa hasil observasi selama proses
pembelajaran dianalisis dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana aktivitas
pembelajaran geometri yang dilakukan oleh guru dan siswa, serta bagaimana
interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Sedangkan data yang
berupa hasil wawancara digunakan sebagai pelengkap dari hasil jawaban siswa
Lisnasari, 2015
STUDI DESKRIPTIF LEVEL BERPIKIR GEOMETRI VAN HIELE SISWA DI SMP NEGERI PERCONTOHAN DI LEMBANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
41 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian, dan pembahasan yang
telah dikemukakan pada bab sebelumnya, diperoleh kesimpulan seagai beriku:
1. Secara keseluruhan siswa SMP telah memasuki tahap berpikir geometri Van
Hiele. Sebagian besar siswa berada pada tahap pengenalan (level 0) yaitu
81,16%. Sedangkan sisanya telah memasuki tahap analisis (level 1) sebesar
17,39% dan tahap pengurutan (level 2) sebesar 1,45%.
2. Hasil observasi dan wawancara terhadap beberapa guru menunjukkan bahwa
mereka mengajar geometri kurang memperhatikan tahap berpikir siswa.
Sedangkan berdasarkan karakteristik tingkat berpikir van Hiele adalah bahwa
kecepatan untuk berpindah dari suatu tingkat ke tingkat berikutnya lebih banyak dipengaruhi oleh aktivitas dalam pembelajaran. Oleh karena itu guru memegang peran penting dalam mendorong kecepatan melalui suatu tingkatan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, diajukan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Perlu kiranya menjadi perhatian bagi guru dan calon guru untuk memberikan
pengalaman belajar geometri yang sesuai dengan tahap berpikir siswa.
2. Bagi para pembaca atau peneliti yang berminat disarankan untuk melakukan
42
Lisnasari, 2015
STUDI DESKRIPTIF LEVEL BERPIKIR GEOMETRI VAN HIELE SISWA DI SMP NEGERI PERCONTOHAN DI LEMBANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Abdussakir. (2010). Pembelajaran Geometri Sesuai Teori Van Hiele. Jurnal
Pendidikan dan Keagamaan, VII (2). [Online]. Tersedia di:
https://abdussakir.wordpress.com/2011/02/09/pembelajaran-geometri-sesuai-teori-van-hiele-lengkap/. Diakses 7 Maret 2015.
BSNP. (2006). Buku Panduan Penyusunan KTSP, Jakarta: BSNP.
BSNP. (2006). Standar Isi: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMP/MTs,
Jakarta: BSNP.
Burger dan Shaughnessy. (1986). Characterizing the Van Hiele Levels of
Development in Geometry. [Online]. Tersedia di:
http://www.math.byu.edu/~peterson/B&S%20Van%20Hiele.pdf. Diakses 7
Maret 2015.
Crowley. (1987). The Van Hiele Model of the Development of Geometric Thought.
[Online]. Tersedia di:
http://www.cns-eoc.colostate.edu/docs/math/mathactivities/june2007/The%20van%20Hiele%
20Model%20of%20the%20Development%20of%20Geometric%20Thought.p
df. Diakses 7 Februari 2015.
Fauzi. (2012). Profil Keterampilan Dasar Geometri Siswa Kelas VII dalam
Memahami Konsep Geometri pada Pokok Bahasan Bangun Datar Segiempat.
Skripsi: IAIN Sunan Ampel: Tidak diterbitkan.
Khoiriyah, dkk. (2011). Analisis Tingkat Berpikir Siswa Berdasarkan Teori Van
Hiele pada Materi Dimensi Tiga Ditinjau dari Gaya KognitifField Dependent
dan Field Independent. Jurnal Pendidikan Matematika Solusi, I (1), hlm.
18-30.
Makmun. (2007). Psikologi Kependidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Martadiputra. (tanpa tahun). Populasi dan Sampel. [Online]. Tersedia di:
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/196412
051990031-43
Lisnasari, 2015
STUDI DESKRIPTIF LEVEL BERPIKIR GEOMETRI VAN HIELE SISWA DI SMP NEGERI PERCONTOHAN DI LEMBANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAMBANG_AVIP_PRIATNA_M/MENENTUKAN_UKURAN_SAMPEL.
pdf. Diakses 30 Maret 2015.
Moleong. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Mulyana. (2010). Kapita Selekta Matematika 1. Bandung: FPMIPA UPI.
Mulyana. (2003). Masalah Ketidaktepatan Istilah dan Simbul dalam Geometri SLTP
Kelas 1. [Online]. Tersedia di:
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/195401
211979031-ENDANG_MULYANA/MAKALAH/Psikologi_geometri.pdf.
Diakses 28 Januari 2015.
Nenobahan. (2014). Sejarah Perkembangan Geometri. [Online]. Tersedia di:
http://www.academia.edu/7379142/Makalah_Sejarah_Matematika. Diakses 3
November 2015.
Noto, Muchamad Subali. (2014). Tingkatan Berpikir Geometri Van Hiele. Jurnal
Logika, XI (2), hlm. 56-67.
Nurhayana, dkk. (2013). Pengaruh Pembelajaran Berbasis Model Van Hiele Terhadap
Pemahaman Konsep Geometri ditinjau dari Kemampuan Visualisasi Spasial
pada Siswa Kelas V di Gugus II Kecamatan Buleleng. E-journal Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Dasar, III,
tanpa hlm. [Online]. Tersedia di:
http://pasca.undiksha.ac.id/e-journal/index.php/jurnal_pendas/article/view/539
Diakses 11 Maret 2015.
Ruslianto, Achmad. (2014). Desain Didaktis Jenis-jenis Segitiga untuk Meningkatkan
Level Berpikir Geometri Siswa Sekolah Menengah Pertama. Skripsi UPI:
Tidak diterbitkan.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suherman dan Sukjaya. (1990). Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: K’Vijaya Kusumah.
Suherman. (2010). Belajar dan Pembelajaran Matematika (Modul Perkuliahan).
44
Lisnasari, 2015
STUDI DESKRIPTIF LEVEL BERPIKIR GEOMETRI VAN HIELE SISWA DI SMP NEGERI PERCONTOHAN DI LEMBANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Susanta. (1996). Geometri yang Baru dan Berkembang. Yogyakarta: UGM.
Taufan, Johandri. (2013). Kebijakan-kebijakan Kepala Sekolah dalam
Menyelenggarakan Pendidikan Inklusif di Sekolah X Kota Jambi. Skripsi UPI: