• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA: Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV Semester II SDN6 Cikidang Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA: Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV Semester II SDN6 Cikidang Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM

PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN

CACAH UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR SISWA

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV SDN 6 Cikidang Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

1003550

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Nur Aisyah, 2014

Halaman Hak Cipta untuk Mahasiswa S1

==========================================================

PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM

PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN

CACAH UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR SISWA

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV Semester II SDN 6 Cikidang Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2013/2014)

Oleh

Nur Aisyah 1003550

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Nur Aisyah 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

NUR AISYAH 1003550

PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM

PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN

CACAH UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR SISWA

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV Semester II SDN 6 Cikidang Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2013/2014)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING :

Pembimbing I

Drs. Nana Djumhana, M.Pd. NIP. 19590508 198403 1 002

Pembimbing II

Dra. Ade Rohayati, M.Pd. NIP. 19600501 198503 2 002

Diketahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

(4)

Nur Aisyah, 2014

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR …...…..………..………... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ………... iv

ABSTRAK…….……...…...………... vi

DAFTAR ISI.…...………..………... vii

DAFTAR TABEL.…...…...………..………... x

DAFTAR GAMBAR...…...………..………... xi

DAFTAR GRAFIK ... xii

DAFTAR LAMPIRAN……...………... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..………... 1

B. Rumusan Masalah ……..……….. 7

C. Tujuan Penelitian ……….………..……….. 7

D. Manfaat Penelitian ………..………... 8

E. Hipotesis Tidakan …..………..………. 9

F. Definisi Opersional ………..………. 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Alat Peraga ...…………...………... 12

1. Pengertian Alat Peraga ...………... 12

2. Fungsi Alat Peraga ...………... 14

3. Syarat-syarat Pembuatan Alat Peraga ...………... 16

4. Jenis-jenis Alat Peraga ...………... 17

5. Prinsip-prinsip Penggunaan Media Atau Alat Peraga ... 19

6. Manfaat Alat Peraga Dalam Pembelajaran .……...………... 20

7. Beberapa Hasil Penelitian Manfaat Alat Peraga Dalam Pembelajaran Matematika ... 20

(5)

B. Hasil Belajar Matematika di Sekolah Dasar ...

1. Hasil Belajar ...

2. Matematika di Sekolah Dasar ...

C. Perkalian Bilangan Cacah ...……...……...…...

G. Pengolahan dan Analisis Data ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 50 A. Deskripsi Awal Penelitian ... 50

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 52

1. Tindakan Pembelajaran Siklus I ... 52

2. Tindakan Pembelajaran Siklus II ... 71

3. Analisis Peningkatan Hasil Belajar Siswa yang Diperoleh Dari Data Nilai Tes Siklus ... 90

C. Pembahasan Hasil Penelitian ...………... 92

(6)

Nur Aisyah, 2014

DAFTAR TABEL

1.1 Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siswa Kelas IV SDN 6 Cikidang ... 4

2.1 SKKD Mata Pelajaran Matematika Kelas IV SD/ MI Materi Perkalian... 30

3.1 Catatan Lapangan ... 46

3.2 Kriteria Persentase Aktivitas Guru dan Siswa ... 47

3.3 Aturan Penskoran Setiap Item Tes ... 48

4.1 Nilai Hasil Belajar Awal Siswa Kelas IV SDN 6 Cikidang ... 62

4.2 Hasil Obsevasi Aktivitas Guru Siklus I ... 62

4.3 Hasil Obsevasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 63

4.4 Catatan Lapangan Siklus I ... 64

4.5 Ketercapaian Indikator Kognitif Hasil Evaluasi Siklus I... 65

4.6 Hasil Belajar Matematika Siklus I ... 67

4.7 Hasil Obsevasi Aktivitas Guru Siklus II ... 83

4.8 Hasil Obsevasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 83

4.9 Catatan Lapangan Siklus II ... 84

4.10 Ketercapaian Indikator Kognitif Hasil Evaluasi Siklus II... 85

4.11 Nilai Hasil Belajar Matematika Siklus II ... 87

4.12 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Siklus I dan II ... 94

4.13 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Siklus I dan II .... 95

(7)

DAFTAR GAMBAR

2.1 Tabel Perkalian ... 32

2.2 Perkalian Tulang Napier... 27

3.1 Langkah Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis & MC. Taggart 36

4.1

Alat Peraga Fakta Dasar Perkalian Tulang Napier, Alat Peraga Perkalian Satu Angka Dengan Dua Angka, Alat Peraga Perkalian Dua Angka Dengan Satu Angka, dan Alat Peraga Perkalian Dua Angka Dengan Dua Angka ... 52

4.2

Alat Peraga Perkalian Tiga Angka Dengan Satu Angka, Alat Peraga Perkalian Tiga Angka Dengan Satu Angka, Alat Peraga Perkalian Tiga Angka Dengan Dua Angka, dan Alat Peraga Perkalian Tiga Angka Dengan Tiga Angka ... 73

(8)

Nur Aisyah, 2014

4.1 Diagram Batang Rata-Rata Nilai Tes yang Diperoleh Siswa Pada

Pra Siklus, Siklus I dan II ... 90

4.2 Diagram Batang Persentase Ketuntasan Hasil Belajar yang

Diperoleh Siswa Pada Pra Siklus, Siklus I dan II ... 91

4.3 Peningkatan Persentase Persentase Ketercapaian Indikator Aspek Kognitif Hasil Evaluasi Siswa Melalui Alat Peraga ... 92

(9)

LAMPIRAN A PERANGKAT PEMBELAJARAN

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II... 105

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II... 132

LAMPIRAN B INSTRUMEN PENELITIAN 1. Lembar Tes Individu Siklus I... 152

2. Lembar Tes Individu Siklus II... 155

3. Kunci Jawaban dan Aturan Penskoran Evaluasi Siklus I... 157

4. Kunci Jawaban dan Aturan Penskoran Evaluasi Siklus II... 159

5. Lembar Observasi Pembelajaran Siklus I Pertemuan I... 172

6. Lembar Observasi Pembelajaran Siklus I Pertemuan II... 184

7. Lembar Observasi Pembelajaran Siklus I Pertemuan II... 196

8. Catatan Lapangan Siklus I dan II ... 208

9. Lembar Wawancara Siklus I dan II ... 209

10.Rekapitulasi Nilai Pra Siklus, Siklus I dan II ... 213

11.Hasil Lembar Tes Individu Siklus I... 216

12.Hasil Lembar Tes Individu Siklus II... 222

LAMPIRAN C HASIL DOKUMENTASI

LAMPIRAN D SURAT-SURAT

(10)

Nur Aisyah, 2014

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang dewasa ini telah

berkembang cukup pesat, baik secara teori maupun praktik. Oleh sebab itu maka

konsep-konsep dasar matematika harus dikuasai para siswa sejak dini yang pada

akhirnya dapat terampil dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini

didasarkan pada KTSP 2006 di SD pada mata pelajaran Matematika, bahwa :

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia perkembangan pesat dibidang teknologi dan informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika dibidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini (Depdiknas, 2006: 18).

Konsep matematika bersifat abstrak, untuk itu seluruh segi kehidupan

manusia dari yang sederhana sampai yang paling kompleks dapat dimasuki oleh

matematika. Adanya matematika membatu manusia dalam memahami dan

menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam. Berdasarkan hal tersebut,

mata pelajaran Matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib diajarkan

di sekolah. Sebagaimana yang tercantum dalam KTSP 2006 menguraikan bahwa :

Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari SD untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif (Kementrian Pendidikan Nasional, 2011: 9).

Pembelajaran matematika di SD menurut KTSP 2006 (Depdiknas, 2006: 2)

diharapkan dapat “menumbuhkembangkan kemampuan bernalar, yaitu berpikir sistematis, logis dan kritis dalam mengkomunikasikan gagasan atau dalam

(11)

2

deduktif yang bekerja atas dasar asumsi, yaitu kebenaran suatu konsep atau

pernyataan dalam matematika merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan,

yakni materi matematika dipahami oleh penalaran dan penalaran dipahami dan

dilatihkan melalui belajar materi matematika. Menurut Karim (1997: 10), tujuan

umum diberikan pelajaran matematika pada jenjang pendidikan dasar adalah :

1. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur dan efektif.

2. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dalam mempelajarinya berbagai ilmu pengetahuan.

Proses pembelajaran matematika menitikberatkan pada kegiatan siswa

dalam bentuk penyelidikan dan penemuan, penalaran dan komunikasi serta

pemecahan masalah. Hal ini didasarkan pada tujuan pembelajaran matematika

dalam KTSP 2006 (Depdiknas, 2006: 30) bahwa :

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat melakukan manipulasi metematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memacahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang dipeoleh.

4. Mengkomunikasi gagasan dengan simbol tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan metematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Apa yang diperoleh dari hal tersebut merupakan tantangan bagi guru pada

era globaliasasi ini. Untuk itu guru harus mampu menciptakan pembelajaran yang

aktif, kreatif, inofatif dalam menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan

menyenangkan agar mencapai tujuan pembelajaran yang optimal. Namun pada

kenyataannya selama ini pembelajaran Matematika yang terjadi di SDN 6

(12)

3

Nur Aisyah, 2014

1. Guru hanya berpedoman pada buku pegangan pada pelajaran Matematika.

2. Pembelajaran yang lebih bersifat teacher-centered, guru hanya

menyampaikan Matematika sebagai produk dan siswa menghafal informasi

faktual.

3. Siswa hanya mempelajari Matematika pada domain kognitif yang terendah

yaitu dengan menghafal dan tidak dibiasakan untuk mengembangkan

potensi berpikirnya.

4. Evaluasi yang dilakukan hanya berorientasi pada produk belajar yang

berkaitan dengan domain kognitif dan tidak menilai proses. Akibatnya

pembelajaran yang dilakukan siswa menjadi tidak bermakna dan hasil

pembelajaranpun tidak memuaskan.

5. Kurang memperhatikan keterampilan prasyarat.

Keterampilan prasyarat memang sangat diperlukan dalam pembelajaran, hal

tersebut seperti yang dikemukakan oleh Gagne (Degeng, 1997: 4) bahwa setiap

mata pelajaran mempunyai prasyarat belajar (learning prerequisites). Dalam

hubungannya dengan pembelajaran Matematika maka keterampilan prasyarat

yang harus dikuasai siswa umumnya adalah hitung dasar yang meliputi:

penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Sebaik apapun konsep

Matematika yang disampaikan oleh guru pada pembelajaran Matematika namun

bila siswa tidak menguasai hitung dasar sebagai keterampilan prasyaratnya maka

hasil pembelajaran kurang memuaskan.

Di kelas IV sekolah dasar, pelajaran Matematika mencakup operasi

perkalian, peneliti membahas perkalian karena perkalian merupakan dasar dari

Matematika seperti halnya penjumlahan dan pengurangan. Jika anak belum paham

dan hanya menghafal perkalian tanpa tahu konsep sebenarnya pembelajaran itu

kurang bermakna bagi siswa. Hal tersebut harus segera diatasi, karena akan

berpengaruh pada materi yang lain seperti mengenai luas bangun datar, perkalian

pecahan, perkalian bilangan bulat, volume bangun ruang, skala, dsb.

Materi perkalian ini sebenarnya sudah dipelajari di kelas II dan III,

(13)

4

Menurut peneliti perkalian merupakan konsep Matematika yang harus dipahami

oleh siswa. Jika siswa tidak paham mengenai konsep perkalian, maka untuk

materi yang lebih mendalam siswa akan mengalami kesulitan belajar.

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, pembelajaran Matematika

operasi perkalian bilangan cacah kelas IV SDN 6 Cikidang dalam prosesnya

terbukti sebagian besar siswa kurang paham dalam pembelajaran yaitu ketika guru

bertanya tentang perkalian siswa masih melihat tabel perkalian di belakang

bukunya. Ketika dilakukan tes di dalam sumber daftar nilai latihan soal materi

operasi perkalian bilangan cacah kelas IV SDN 6 Cikidang, hasil belajar siswa

belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 65.

Nilai awal sebagai hasil belajar siswa dapat dilihat pada lampiran 8

halaman 213. Berdasarkan data tersebut dapat dibuat rekapitulasi tentang

ketuntasan hasil belajarnya, seperti terlihat pada Tabel 1.1 di bawah ini.

Tabel 1.1 Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus Siswa Kelas IV SDN 6 Cikidang

Berdasarkan hasil tes ternyata nilai rata-rata hanya 20. Dari 30 siswa, hanya

3 siswa (10%) yang tuntas belajar, sedangkan yang 27 siswa (90%) belum tuntas

dengan nilai terendah 0. Masih dijumpai banyak siswa yang ternyata mengalami

kesulitan dalam mengerjakan perkalian seperti 121 x 49 dengan cara disusun ke

bawah dan dalam pengerjaan model perkalian seperti itu digunakan istilah

“simpan” dan “hasil kali berikutnya tambah simpanannya”. Namun siswa masih kesulitan dimana meletakkan angka satuannya, masih banyak yang tertukar karena

selama ini siswa hanya mengingat tanpa memahami bagaimana caranya. Adapun

masih ada siswa yang mengerjakan dengan memakai cara menggambarkan pagar.

Bisa saja cara itu dipakai, namun bagaimana jika perkaliannya adalah ratusan? Ketuntasan Siswa ∑ Siswa %

Tuntas 3 10

Tidak Tuntas 27 90

Banyak Siswa 30

∑ Nilai Siswa 600

(14)

5

Nur Aisyah, 2014

Akan lebih lama mengerjakannya, dan akan menghabiskan lembar jawaban. Ada

juga yang menjumlahkan satu-satu, seperti 121 x 49 adalah 121 + 121 + ...

sebayak 49 kali. Konsep pemahaman siswa tentang perkaliannya saja sudah salah

seharusnya 121 x 49 adalah 49 + 49 + ... sebanyak 121 kali. Jika anak sudah tahu

konsep dan caranya, bagaimanapun cara yang siswa tempuh untuk mengerjakan

soal perkalian pasti akan tepat hasilnya.

Ketika dilakukan pengamatan, pembelajaran yang dilakukan guru ternyata

hanya menerapkan pendekatan ekspositori. Konkretnya guru menerapkan metode

ceramah dan latihan soal. Untuk penerapan konsep guru hanya menekankan pada

hafalan materi yang merujuk pada buku sumber. Dalam pelajaran Matematika di

tingkat SD, perkalian bilangan cacah adalah materi yang cukup sulit dipahami.

Siswa cenderung bingung dalam mengalikan bilangan cacah tersebut, apalagi

untuk bilangan-bilangan yang besar. Tanpa kalkulator siswa akan kesulitan dalam

menghitung perkalian tersebut. Sebenarnya di sekolah tersedia berbagai alat-alat

pembelajaran berupa kit pembelajaran yang disediakan pemerintah. Namun,

dalam pelaksanaannya penggunaan media ini sangat minim dilakukan oleh guru di

sekolah tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa peran guru dalam pembelajaran

sangat penting untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran.

Kurang aktifnya siswa saat pembelajaran matematika saat pembelajaran

berlangsung ditunjukkan siswa yang sangat tergantung pada guru, siswa belum

berani bertanya kepada guru dan belum berani menjawab apabila ditanya guru.

Siswa cenderung pasif dan menunggu bantuan dari guru dalam mengerjakan

latihan. Siswa terkadang tidak mengerjakan pekerjaan rumah (PR) karena enggan

mencoba dan malas berpikir.

Menurut Piaget (Budiamin et al, 2006: 55) pada masa sekolah dasar, anak

memasuki periode berpikir konkret pada tahap operasional konkret (7-11 tahun).

Dikatakan periode konkrit karena pada periode ini anak hanya mampu berpikir

dengan logika jika untuk memecahkan persoalan-persoalan yang sifatnya konkret

atau nyata saja. Berkaitan dengan keadaan tersebut, maka untuk mengatasinya

perlu suatu alat belajar yang memberikan suasana lebih menarik dan

(15)

6

siswa materi operasi perkalian bilangan cacah diharapkan dapat optimal. Hal yang

sama diungkapkan oleh Sobel (2004: 67) bahwa “strategi penggunaan alat peraga

dapat membuat situasi menjadi nyata bagi murid-murid sehingga membantu

memotivasi murid-murid dan mampu mengembangkan minat murid-murid

terhadap persoalan yang dihadapi”.

Menurut Engkoswara (1981: 31) memandang penggunaan alat peraga sangat

mambantu siswa dalam belajar, salah satu contohnya dikemukakan bahwa :

Memperkenalkan suatu masalah atau unit atau suatu pokok yang baru kepada anak. Sesuatu yang asing bagi anak terutama agi anak-anak yang masih dalam taraf berfikir konkret, penggunaan alat peraga sangat menolong, sehingga tanpa banyak penjelasan dari guru anak-anak dapat mengenal, menganalisa atau menafsirkan suatu masalah atau suatu keadaan yang wajar.

Terilhami oleh suatu ungkapan bijak yang menyatakan bahwa “saya

mendengar saya lupa, saya melihat lalu saya ingat, saya berbuat lalu saya

mengerti”. Peneliti berasumsi bahwa menggunakan alat bantu pembelajaran yang bersifat manipulatif dapat menjadikan siswa untuk mampu melihat dan berbuat

tidak hanya sekedar mendengar. Dalam paparan penelitian ini, peneliti ingin

memperkenalkan kepada sebuah alat bantu pembelajaran untuk melakukan

perkalian yang berupa alat peraga “Tulang Napier”. Dengan alat tersebut, anak

dapat bermain dengan angka yang dipergunakan untuk mencari hasil kali bilangan

besar dengan hasil yang akurat.

Alasan penggunaan alat peraga tulang Napier adalah alat peraga tulang

Napier sangat sederhana, menggambarkan secara konkret proses perkalian pada

bilangan cacah, melalui media tulang Napier siswa mudah mempelajari konsep

operasi hitung perkalian bilangan cacah, siswa lebih mudah memahami bilangan

cacah, menghitung perkalian lebih dari satu angka, menarik, dan mudah dalam

pembuatannya. Dengan alat peraga ini diharapkan dapat memotivasi siswa untuk

belajar dan dapat membantu kesulitan siswa dalam mempelajari perkalian

(16)

7

Nur Aisyah, 2014

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka dalam penelitian ini

peneliti mengambil judul “Penggunaan Alat Peraga Tulang Napier Dalam

Pembelajaran Operasi Perkalian Bilangan Cacah Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa” (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa

Kelas IV Semester II SDN 6 Cikidang Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung

Barat Tahun Ajaran 2013/ 2014).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah di uraikan di atas,

secara umum permasalahan yang akan di teliti adalah “apakah alat peraga tulang Napier dapat hasil belajar siswa pada materi operasi perkalian bilangan cacah di

kelas IV SDN 6 Cikidang?”

Untuk menjawab pertanyaan itu, dibuat beberapa pertanyaan penelitian yang

mengarahkan pada jawaban terhadap permasalahan utama penelitian tersebut.

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran Matematika dengan menggunakan

alat peraga tulang Napier pada mata pelajaran Matematika materi operasi

perkalian bilangan cacah di kelas IV SDN 6 Cikidang?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Matematika menggunakan alat

peraga tulang Napier pada mata pelajaran Matematika materi operasi

perkalian bilangan cacah di kelas IV SDN 6 Cikidang?

3. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan alat peraga

tulang Napier pada mata pelajaran Matematika materi operasi perkalian

bilangan cacah di kelas IV SDN 6 Cikidang?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini memiliki tujuan umum dan khusus, antara lain sebagai

berikut. Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan, maka tujuan

umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

(17)

8

operasi perkalian bilangan cacah untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas.

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini yaitu nuntuk memperoleh gambaran

tentang:

1. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran Matematika dengan

menggunakan alat peraga tulang Napier pada mata pelajaran Matematika

materi operasi perkalian bilangan cacah di kelas IV SDN 6 Cikidang.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran Matematika menggunakan

alat peraga tulang Napier pada mata pelajaran Matematika materi operasi

perkalian bilangan cacah di kelas IV SDN 6 Cikidang.

3. Untuk mengetahui bagaimana peningkatan hasil belajar siswa setelah

menggunakan alat peraga tulang Napier pada mata pelajaran Matematika

materi operasi perkalian bilangan cacah di kelas IV SDN 6 Cikidang.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat dalam

dua kerangka berikut.

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alat

peraga tulang Napier yang dapat hasil belajar siswa pada materi operasi perkalian

bilangan cacah. Sehingga dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengembangan

penelitian tindakan kelas dan dapat dijadikan upaya bersama antara sekolah, guru

dan peneliti yang lain untuk memperbaiki proses pembelajaran secara menyeluruh

khususnya yang diarahkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi

perkalian, serta sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat praktis

a. Siswa

Diharapkan hasil penelitian dapat menumbuhkan keaktifan dan

interaksi saat pembelajaran serta dapat memberikan motivasi belajar

(18)

9

Nur Aisyah, 2014

dianggap sulit dan membosankan sehingga berdampak pada

meningkatnya hasil belajar siswa dan secara tidak langsung akan

meningkatkan motivasinya untuk terus belajar Matematika. Selain itu

dengan alat peraga yang menyenangkan diharapkan siswa menjadi

senang untuk belajar.

b. Guru

Diharapkan sebagai bahan masukan dalam memilih alat peraga

yang menyenangkan sesuai dengan karakteristik siswa serta kondisi

lingkungan belajar, selain itu juga pentingnya memilih dan

menggunakan alat peraga di kelas agar pembelajaran lebih menarik

dan efisien sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Alat

peraga ini dapat dijadikan petunjuk bagi guru terutama penggunaan

alat peraga yang menyenangkan untuk memahamkan anak konsep

perkalian itu sendiri. Bukan hanya mengingat atau menghafal

perkalian, melainkan melalui alat peraga siswa dapat menemukan

konsep perkalian sendiri.

c. Sekolah

Sekolah bisa menjadi bahan masukan untuk meningkatkan

penerapan dan pengembangan penelitian kelas bagi terciptanya

pendidik yang bermutu dan profesional serta dapat memberikan

gagasan baru dalam pembelajaran untuk meningktkan hasil belajar

siswa materi operasi perkalian bilangan cacah.

d. Peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat membantu peneliti dalam mengatasi

sifat pasif siswa dan sebagai alternatif dalam memilih media belajar

yang lebih menarik dan menentukan alat peraga yang menyenangkan

(19)

10

E. Hipoteses Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir penelitian tersebut, maka hipotesis tindakan

penelitian ini adalah sebagai berikut.

“Penggunaan alat peraga tulang Napier dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika materi operasi perkalian bilangan

cacah kelas IV SDN 6 Cikidang.”

F. Definisi Operasional

Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap

judul penelitian yang dibuat. Penjelasan mengenai istilah-istilah yang terdapat

dalam judul penelitian adalah sebagai berikut ini:

1. Alat Peraga Tulang Napier

Alat peraga tulang Napier adalah suatu alat peraga Matematika yang

ditemukan oleh John Napier dan pertama kali dipublikasikan ke khalayak

ramai lewat bukunya Rabdolgiae (Metode Numerik dengan bantuan

tongkat-tongkat kecil). Karena pemakaiannya yang meluas, walhasil

tongkat-tongkat kecil yang jadi alat bantu dalam menyelesaikan soal

perkalian.

2. Operasi Perkalian Bilangan Cacah

Bilangan cacah adalah bilangan yang terdiri dari bilangan nol dan

bilangan asli. Bilangan asli itu sendiri adalah himpunan A = {1,2,3,4,...}.

Adapun bilangan cacah adalah himpunan C = {0,1,2,3,...}. Sedangkan

operasi perkalian bilangan cacah dalam matematika SD adalah penjumlahan

yang berulang.

3. Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar matematika adalah tingkat keberhasilan siswa dalam hal

(20)

11

Nur Aisyah, 2014

dan dilihat dengan skor hasil belajar setelah melalui pemberian tes sebagai

alat ukur hasil belajar matematika.

Hasil belajar yang diukur dalam penelitian ini yaitu hasil belajar ranah

kognitif yang diklasifikasikan oleh Bloom. Ranah kognitif berkaitan dengan

intelektual siswa yang mencakup tiga aspek yaitu pengetahuan yang dibatasi

oleh indikator menghafal (C1), pemahaman yang dibatasi oleh indikator

menghitung (C2), dan penerapan yang dibatasi oleh indikator

menyelesaikan (C3). Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil

(21)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian

Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang memiliki peranan yang sangat

penting dan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila

diimplementasikan dengan baik dan benar. Menurut Suhardjono (Arikunto, 2009:

58) “PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan

memperbaiki/ meningkatkan mutu praktik pembelajaran”. Kunandar (2010: 51)

menjelaskan ada beberapa alasan PTK menjadi salah satu pendekatan dalam

meningkatkan atau memperbaiki mutu pembelajaran adalah :

(1) merupakan pendekatan pemecahan masalah yang bukan sekedar trial

and error; (2) menggarap masalah-masalah faktual yang dihadapi guru

dalam pembelajaran; (3) tidak perlu meninggalkan tugas utamanya, yakni mengajar; (4) guru sebagai peneliti; (5) mengembangkan iklim akademik dan profesionalisme guru; (6) dapat segera dilaksanakan pada saat muncul kebutuhan; (7) dilaksanakan dengan tujuan perbaikan; (8) murah biayanya; (9) disain lentur atau fleksibel; (10) analisis data seketika dan tidak rumit; dan (11) manfaat jelas dan langsung.

Fokus penelitian tindakan kelas pada siswa atau proses pembelajaran di

kelas. Tujuan PTK menurut Suhardjono (Arikunto, 2009: 61) adalah

“meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran, mengatasi masalah pembelajaran, meningkatkan profesionalisme, dan menumbuhkan budaya

akademik”. Menurut (Kunandar 2010: 63) salah satu tujuan dari PTK adalah :

Untuk memecahkan permasalah nyata yang terjadi di dalam kelas yang dialami langsung dalam interaksi guru dengan siswa yang sedang belajar, meningkatkan profesionalisme guru, dan menumbuhkan budaya akademik di kalangan para guru.

Mutu pembelajaran dapat dilihat dari meningkatnya hasil belajar siswa, baik

yang bersifat akademis yang tertuang dalam nilai ulangan harian (formatif),

(22)

36

Nur Aisyah, 2014

maupun yang bersifat nonakademis, seperti motivasi, perhatian, aktivitas, minat,

dan lain sebagainya. Bentuk penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan

profesionalisme guru SD dalam meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika

di SD, serta mampu menjalin kemitraan antara peneliti dengan guru SD dalam

memecahkan masalah aktual pembelajaran Matematika di lapangan. Masalah

utama dalam penelitian ini adalah bagaimana meningkatan hasil belajar siswa

dengan menggunakan alat peraga. Penelitian tindakan kelas ini merupakan suatu

bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan

yang tepat dan dilaksanakan secara kolaboratif. Tujuan utama dalam penelitian ini

adalah perubahan, perbaikan dan peningkatan pada proses pembelajaran di kelas.

Penelitian tindakan kelas digambarkan sebagai suatu rangkaian

langkah-langkah (a spiral of steps). Secara umum pelaksanaan penelitian tindakan kelas

dapat digolongkan menjadi empat tahapan yaitu: 1). tahap perencanaan, 2) tahap

tindakan, 3) tahap observasi, 4) tahap refleksi.

B. Model Penelitian

Dalam penelitian ini, mengguanakan model penelitian tindakan yang

dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (Arikunto, 2009: 16) yang

menggambarkan adanya empat langkah dan tersaji dalam bagan berikut ini.

Refleksi 1

Perencanaan

SIKLUS I

Observasi

Pelaksanaan

Perencanaan

Pelaksanaan

SIKLUS II

Refleksi 2

Observasi

(23)

37

Gambar 3.1 Langkah Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis & Mc Taggart Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut adalah unsur untuk

membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke

langkah semula. Jadi satu siklus adalah dari tahap penyusunan rancangan sampai

dengan refleksi, yang tidak lain adalah evaluasi. Secara utuh keempat langkah di

atas terurai sebagai berikut (Arikunto, 2009: 17-21).

1. Rancangan Tindakan (Planning)

Pada tahap ini dijelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa,

dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Dalam tahap menyusun rancangan ini

ditentukan fokus peristiwa atau masalah yang perlu mendapatkan perhatian

khusus untuk diamati, kemudian dibuat berbagai instrumen yang diperlukan untuk

merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.

2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Tahap ini mengimplementasikan isi rancangan di dalam kancah, yaitu

mengenakan tindakan kelas dengan menerapkan apa yang sudah dirumuskan

dalam rancangan.

3. Pengamatan (Observing)

Pengamatan sebenarnya berjalan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.

Dalam tahap ini dicatat atau direkam semua hal yang diperlukan dan terjadi

selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Hasil catatan atau rekaman tersebut

dipakai sebagai bahan dalam analisis dan untuk keperluan refleksi.

4. Refleksi (Reflecting)

Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang

telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan

evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Refleksi mencakup analisis,

sintesis, dan penilaian hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika

ditemukan masalah maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus

(24)

38

Nur Aisyah, 2014

Pada siklus berikutnya, perencanaan direvisi dengan modifikasi dalam

bentuk kegiatan yang berbeda yang bersifat spesifik, agar terjadi perbaikan. Pada

tahap tindakan siklus kedua hal itu dilakukan. Pelaksanaannya dicatat atau

direkam untuk melihat pengaruhnya terhadap perilaku siswa.

C. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas IV SDN 6 Cikidang Kecamatan Lembang

Kabupaten Bandung Barat. Peneliti memilih sekolah ini didasarkan pada beberapa

pertimbangan antara lain:

1. Sekolah tersebut merupakan sekolah dimana peneliti melakukan Program

Latihan Profesi (PLP).

2. Kegiatan penelitian tidak mengganggu proses kegiatan belajar mengajar.

3. Perolehan rata-rata pelajaran Matematika belum cukup mamadai sehingga

peneliti perlu meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah tersebut.

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas IV

SDN 6 Cikidang Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat, tahun

akademik 2013/ 2014 dengan jumlah siswa 30 orang yang terdiri dari 13 orang

laki-laki dan 17 orang perempuan.

D. Prosedur Penelitian

Sebelum melakukan penelitian peneliti melakukan observasi ke sekolah

terutama difokuskan terhadap pembelajaran Matematika di kelas IV SD serta

melakukan wawancara dengan beberapa siswa dari kelas tersebut yang

berhubungan dengan pembelajaran Matematika selama ini. Berdasarkan hasil

observasi, peneliti mengidentifikasi prioritas masalah dari sejumlah masalah yang

dihadapi dan segera dicari pemecahannya. Hasilnya bahwa yang menjadi masalah

selama ini adalah lemahnya siswa memahami konsep pembelajaran Matematika

(25)

39

Penelitian Tindakan Kelas ini dirancang untuk dilaksanakan dalam 2 siklus.

Siklus I dirancang untuk dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan (@ 2 x 35 menit).

Siklus II dirancang untuk dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan (@ 2 x 35 menit).

Setiap siklus dijalankan dalam 4 tahap, yaitu perencanaan (Planning),

pelaksanaan (Acting), pengamatan (Observing), dan refleksi (Reflecting).

Siklus I

1. Tahap Perencanaan (Planing)

a. Melakukan analisis standar isi untuk mengetahui Standar Kompetensi

dan Kompetensi Dasar (SKKD) yang diajarkan pada siswa.

b. Menyusun RPP siklus I dengan memperhatikan indikator hasil belajar

mengenai perkalian satu angka dengan satu angka, satu angka dengan

dua angka, dan dua angka dengan dua angka.

c. Merancang alat peraga perkalian yang menunjang SKKD dalam

rangka implementasi penelitian.

d. Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS).

e. Mengembangkan instrumen tes tertulis berupa soal tes siklus I.

f. Menyiapkan instrumen non tes berupa lembar pengamatan siswa dan

guru dalam pembelajaran.

g. Mengkonsultasikan instrumen kepada dosen pembimbing.

h. Merevisi instrumen.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perencanaan pembelajaran

dan alat peraga yang telah disiapkan

b. Melakukan tes siklus I untuk mendapatkan data mengenai peningkatan

hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika tentang operasi

perkalian bilangan cacah.

c. Mencatat aktivitas belajar oleh pengamat pada lembar observasi

(26)

40

Nur Aisyah, 2014

d. Diskusi dengan pengamat untuk mengklarifikasi hasil pengamatan

pada lembar observasi.

3. Tahap Observasi/ Pengamatan

Pengamatan dilakukan bersamaan dengan tahap pelaksanaan. Peneliti

menyesuaikan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan.

Pengamat mengamati seluruh kegiatan dan mencatatnya dalam lembar

pengamatan yang telah disiapkan. Pengamatan ini mencakup prosedur

perekaman data tentang proses dan hasil implementasi tindakan yang

dilakukan serta penggunan instrumen sebelumnya yang sudah disiapkan.

4. Tahap Refleksi

Pada tahap refleksi diadakan pengakajian terhadap berbagai kejadian

yang terekam selama proses pelaksanaan tindakan. Peneliti dan pengamat

mendeskripsikan hasil pelaksanaan tindakan dan mengevaluasi seluruh

kegiatan, kekuatan dan kelemahannya sebagai dasar dalam merancang

kegiatan siklus II.

Siklus II

1. Tahap Perencanaan

a. Menginventarisir kekuatan dan kelemahan pada siklus I untuk

dijadikan bahan perbaikan pada pelaksanaan siklus II.

b. Menetapkan sub materi yang lebih komplek dari materi siklus I yaitu

perkalian tiga angka dengan satu angka, tiga angka dengan dua angka

dan tiga angka dengan tiga angka.

c. Membuat rencana pembelajaran dengan memperhatikan refleksi pada

siklus I.

d. Menyiapkan alat peraga perkalian tulang Napier dan sumber

(27)

41

e. Merancang kegiatan yang lebih variatif dalam LKS.

f. Menyiapkan instrumen tes siklus II.

g. Menyiapkan lembar pengamatan siswa dan guru dalam pembelajaran.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Melaksanakan kegiatan pembelajaran siklus II sesuai dengan RPP

yang telah disusun dengan mempertimbangkan perbaikan-perbaiakan

pada siklus I serta bobot materi yang lebih kompleks. Diharapkan

pada siklus II ini siswa sudah lebih menguasai materi operasi

perkalian bilangan cacah pada mata pelajaran Matematika di kelas IV

melalui penggunaan alat peraga tulang Napier, sehingga mereka dapat

dengan mudah melakukan kegiatan yang dirancang oleh guru.

b. Melakukan tes siklus untuk mendapatkan data hasil belajar siswa

siklus II.

c. Mencatat aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran sebagai

sumber data yang akan digunakan pada tahap refleksi.

d. Diskusi dengan pengamat untuk mengklarifikasi data hasil

pengamatan pada lembar observasi.

3. Tahap Pengamatan

Kegiatan pengamatan pada sikus II relatif sama dengan siklus I yaitu:

a. Mencatat aktivitas belajar siswa oleh pengamat melalui lembar

observasi.

b. Peneliti menyesuaikan apakah kegiatan yang dilakukan pada siklus II

ini sudah sesuai dengan yang diharapkan.

4. Tahap Refleksi

Hasil yang diperoleh pada tahap pengamatan dikumpulkan untuk

dianalisis dan dievaluasi oleh peneliti, untuk mendapatkan suatu

(28)

42

Nur Aisyah, 2014

IV SDN 6 Cikidang pada mata pelajaran Matematika tentang operasi

perkalian bilangan cacah ini dapat meningkat.

5. Membuat Kesimpulan Hasil Penelitian

Setelah semua proses selesai dilaksanakan sampai pada tahap refleksi

maka selanjutnya dapat ditarik kesimpulan yang mengacu pada hasil

penelitian dan pembahasan. Hal ini dilakukan agar dapat memberi

gambaran-gambaran tentang kelemahan dan kelebihan setiap hal-hal yang

dilakukan pada setiap siklus. Dari kesimpulan ini dapat diketahui sejauh

mana peningkatan baik proses maupun hasil pembelajaran Matematika

tentang perkalian bilangan cacah dengan menggunakan alat peraga tulang

Napier pada siswa kelas IV SDN 6 Cikidang Kecamatan Lembang

Kabupaten Bandung Barat.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen

pembelajaran dan instrumen pengumpulan data. Instrumen pembelajaran meliputi

RPP, dan lembar evaluasi. Sedangkan instrumen pengumpulan data yang

mencakup data proses berupa hasil observasi, catatan lapangan dan lembar

wawancara siswa serta data hasil belajar siswa.

1. Instrumen Pembelajaran

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dalam penelitian ini

dirancang dengan menetapkan indikator-indikator dan tujuan

pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa mengacu pada SKKD

dalam KTSP.

Dalam penelitian ini peneliti menitikberatkan pada peningkatan

hasil belajar Matematika siswa tentang perkalian bilangan cacah

(29)

43

peneliti memiliki tujuan agar siswa mengerti tentang perkalian tanpa

menggunakan alat peraga tersebut lagi.

b. Lembar Evaluasi

Lembar Evaluasi ini dibuat untuk tes siklus pada setiap

pertemuan. Lembar evaluasi bertujuan untuk mengetahui seberapa

besar kemampuan peserta didik terhadap proses pembelajaran yang

telah dilaluinya selama Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)

berlangsung. Lembar Evaluasi pada setiap siklus terdiri dari 1 paket

evaluasi di akhir pembelajaran.

2. Instrumen Pengumpulan Data

a. Data Proses

Data proses adalah data yang diambil selama proses pembelajaran

berlangsung meliputi :

1) Lembar Observasi

Lembar observasi dalam penelitian ini digunakan untuk

melihat aktivitas belajar guru dan siswa yang dilakukan oleh

pengamat tentang aktivitas pembelajaran Matematika dalam

menggunakan alat peraga tulang Napier. Lembar obeservasi

yang digunakan berbentuk lembar observasi terbuka yang harus

diisi oleh pengamat secara naratif pada kolom deskripsi yang

sesuai dengan item pertanyaan/ pernyataan. Teknik observasi

yang dilakukan adalah observasi langsung, yakni pengamat

mengamati dan mencatat objek yang diteliti (aktivitas guru dan

siswa) selama proses pembelajaran.

2) Catatan Lapangan

Catatan lapangan dituliskan oleh pengamat dalam

penelitian. Catatan lapangan ini digunakan untuk menjelaskan

(30)

44

Nur Aisyah, 2014

pembelajaran berlangsung. Temuan ini menjelaskan masalah

yang berhubungan dengan proses pembelajaran.

3) Lembar Wawancara Siswa

Lembar wawancara digunakan untuk mengetahui sejauh

mana tanggapan siswa mengenai pembelajaran yang telah

dilaksanakan. Wawancara ini dilakukan secara bebas melalui

beberapa sampel yaitu kelompok kurang, kelompok sedang dan

kelompok pandai. Wawancara bebas dilakukan terhadap siswa

setelah selesai penelitian tindakan. Wawancara ini bertujuan

memperoleh pandangan siswa tentang pelaksanaan

pembelajaran Matematika berikut segala permasalahannya.

b. Data Hasil

Data hasil adalah data yang diperoleh dari tes hasil belajar siswa

yang diberikan guru yang kemudian peneliti olah, tentunya bertujuan

untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan

menggunakan alat peraga tulang Napier tersebut. Tes diartikan sebagai

sejumlah pertanyaan yang membutuhkan jawaban. Dengan tujuan

mengukur tingkat kemampuan peserta didik berkaitan dengan konsep,

prosedur, dan aturan-aturan. Pemberian tes dalam penelitian ini

dilaksanakan pada setiap siklus dan dikerjakan secara individu untuk

mengukur hasil belajar matematika melalui skor. Penyusunan soal

pada penelitian ini menuntut siswa untuk menjelaskan perkalian

menggunakan tulang Napier.

F. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui instrumen-instrumen

penelitian yaitu instrumen lembar observasi, catatan lapangan, instrumen tes, dan

lembar wawancara siswa. Observasi dilakukan oleh dua pengamat melalui lembar

(31)

45

Matematika melalui penggunaan alat peraga serta catatan lapangan. Observasi

dilakukan oleh dua orang pengamat dimaksudkan untuk memberi masukkan

berupa temuan dalam penelitian serta sebagai bukti untuk data penelitian yang

dikumpulkan melalui instrumen lembar observasi. Data hasil belajar siswa pada

ranah kognitif dikumpulkan melalui intrumen tes berupa soal evaluasi yang

diberikan pada setiap siklus. Sedangkan wawancara dengan beberapa siswa pada

akhir pembelajaran pada setiap siklus dilakukan untuk memperoleh pandangan

siswa tentang pelaksanaan pembelajaran Matematika berikut segala

permasalahannya, sehingga dapat menjadi perbaikan untuk guru ke depannya.

G. Pengolahan dan Analisis Data

Data-data dari penelitian ini setelah dikumpulkan kemudian diolah dan

dianalisis. Pengolahan dan analisis data ini dilakukan selama berlangsungnya

penelitian sejak awal sampai akhir pelaksanaan tindakan. Jenis data yang didapat

dalam penelitian ini yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.

1. Data Kualitatif

Data kualitatif diperoleh dari lembar pengamatan aktivitas siswa dan

guru dalam pembelajaran di kelas, berupa lembar observasi. Sehingga

pengamat harus mengisi kolom deskripsi jawaban berbentuk narasi pada

kolom yang sesuai dengan item pertanyaan/ pernyataan pada lembar

observasi. Dalam penelitian ini dilibatkan dua pengamat, dengan tujuan

untuk mengurangi bias data hasil pengamatan. Pengolahan data kualitatif ini

dilakukan dengan cara merefleksikan dan mendiskusikan dengan pengamat

kemudian direncanakan perbaikan-perbaikan untuk siklus selanjutnya agar

dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam proses pembelajaran

selanjutnya. Hal ini dilakukan untuk perbaikan pembelajaran yang lebih

baik dan agar hasil belajar siswa meningkat.

Hasil wawancara siswa akan diolah dengan cara mengumpulkan

seluruh hasil wawancara, kemudian menarik kesimpulan dari hasil

(32)

46

Nur Aisyah, 2014

bersama pengamat. Pada wawancara ini, akan dipilih beberapa orang siswa

untuk diwawancarai. Siswa yang akan diwawancara tersebu akan dipilih

secara heterogen. Penarikan kesimpulan akan dilakukan dengan cara

memilih hasil wawancara yang paling mewakili keseluruhan wawancara.

Selanjutnya, hal-hal yang perlu diperbaiki akan dilakukan pada siklus

berikutnya. Data-data tersebut akan disajikan secara deskripsi dari setiap

hasil penelitian yang diperoleh. Setelah itu, akan didiskusikan secara

berkesinambungan dengan para pengamat dan dosen pembimbing dengan

tujuan untuk memperoleh perbaikan-perbaikan yang akan dilakukan pada

siklus berikutnya. Dengan cara ini diharapkan setiap siklus mengalami

peningkatan perbaikan, sehingga hasil pembelajaran akan sesuai dengan

yang diharapkan. Dari hasil analisis data kualitatif secara keseluruhan, dapat

disimpulkan apakah penggunaan alat peraga tulang Napier dilaksanakan

dengan baik dalam pembelajaran Matematika tentang operasi perkalian

bilangan cacah terhadap siswa Kelas IV SDN 6 Cikidang, Kabupaten

Bandung Barat. Berikut ini cara yang dapat dilakukan untuk menuliskan

catatan lapangan seperti pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Catatan Lapangan

Catatan Lapangan Kendala Evaluasi

2. Data Kuantitatif

Data kuantitatif ini berasal dari tes siklus untuk hasil belajar

Matematika siswa. Setelah data kuantitatif diperoleh, selanjutnya dilakukan

langkah-langkah analisis sebagai berikut :

a. Menghitung Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa

Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa pada pembelajaran

(33)

47

operasi perkalian bilangan cacah, maka data yang diperoleh adalah

data dari hasil observasi terhadap aktivitas guru dan siswa dengan

dianalisis, dideskripsikan, dan diberi skor pada setiap aktivitas. Cara

untuk menganalisis data aktivitas guru dan siswa yang diamati

digunakan teknik persentase (%), yakni banyaknya frekuensi setiap

aktivitas dibagi dengan seluruh aktivitas, dikalikan dengan 100

(Trianto, 2011: 63).

Persentase Aktivitas Guru dan Siswa = S or

S or I a x 100%

Adapun kriteria sebagai interpretasi dari kinerja guru dan siswa

terdapat dalam Tabel 3.2 berikut ini :

Tabel 3.2 Kriteria Persentase Aktivitas Guru dan Siswa

Skala Kriteria

0 % ≤ rata-rata ≤ 25% Sangat rendah

25% < rata-rata ≤ 50% Rendah

50% < rata-rata ≤ 75% Sedang

75% < rata-rata ≤ 100% Tinggi

b. Penskoran

Sebelum melakukan tes evaluasi setiap siklus kepada siswa,

maka ditentukan aturan penskoran untuk setiap item soal. Aturan

penskoran tes siklus pada soal evaluasi siklus I yang ditetapkan adalah

terdapat pada lampiran B2 halaman 155 sedangkan aturan penskoran

tes siklus pada soal evaluasi siklus II terdapat pada lampiran B4

halaman 159.

c. Menghitung Nilai Rata-rata

Tes tertulis dilakukan setiap siklus, untuk mengetahui rata-rata

hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika melalui

(34)

48

Nur Aisyah, 2014

mengetahui hasil belajar siswa. Rumus yang digunakan untuk

menghitung rata-rata kelas menurut Purwanto (2010: 102) adalah :

�̅ =∑ �

Keterangan : �̅ = Nilai rata-rata kelas

∑ �

= Total nilai yang diperoleh siswa

= Banyak siswa

d. Menghitung Presentase Ketuntasan Belajar

Ketuntasan belajar siswa ditentukan berdasarkan Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan. Persentase ketuntasan

belajar siswa secara klasikal dapat ditentukan dengan rumus :

=∑ ≥ × %

Keterangan : ∑ ≥ = Jumlah siswa yang mendapat nilai lebih

besar dari atau sama dengan 65

n = Banyak siswa

100% = Bilangan tetap

TB = Ketuntasan belajar

Berdasarkan ketentuan sekolah, siswa secara individual

dikatakan tuntas jika mendapatkan nilai sama dengan atau lebih besar

dari KKM yang telah ditentukan. Sedangkan secara klasikal jika

sebanyak 60 %-79 % siswa sudah mendapatkan nilai sama dengan

atau lebih besar dari KKM maka pembelanjaran tuntas dengan

kategori cukup, dan jika 80 %-100 % siswa mendapatkan nilai sama

dengan atau lebih besar dari KKM, maka pembelajaran tuntas dengan

kategori baik. Penelitian ini dapat dihentikan apabila nilai siswa dan

ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dengan persentase

(35)

49

e. Menghitung Presentase Ketercapaian Indikator Kognitif Hasil

Evaluasi

Ketercapaian indikator kognitif hasil evaluasi ditentukan

berdasarkan aspek kognitif C1-C3. Adapun menghitung persentase

ketercapaian setiap aspek kognitif berbeda-beda, yaitu ditentukan

berdasarkan jumlah soal untuk mengukur hasil belajar. Ketercapaian

Indikator Kognitif Hasil Evaluasi dapat ditentukan dengan rumus :

= ∑ ≥ × %

Keterangan : ∑ ≥ = Jumlah siswa yang mendapat nilai lebih

besar dari atau sama dengan skor

tertinggi

n = Banyak siswa

St = Skor tertinggi dengan ketentuan sebagai

berikut:

Perkalian 1 angka dengan 1 angka = 5

Perkalian 1 angka dengan 2 angka = 10

Perkalian 2 angka dengan 2 angka = 20

Perkalian 3 angka dengan 1 angka = 15

Perkalian 3 angka dengan 2 angka = 30

Perkalian 3 angka dengan 3 angka = 45

100% = Bilangan tetap

C1 = Aspek Indikator Kognitif C1

Adapun rumus menghitung aspek indikator C2 dan C3 adalah

sebagai berikut :

(36)

50

Nur Aisyah, 2014

= ∑ � � − � � � � � � �ℎ � × %

Keterangan : C2 = Aspek Indikator Kognitif C2

C3 = Aspek Indikator Kognitif C3

(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan

oleh peneliti mengenai penggunaan alat peraga tulang Napier untuk meningkatkan

hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika tentang materi operasi

perkalian bilangan cacah dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Perencanaan dalam penelitian ini meliputi mempersiapkan RPP,

mempersiapkan alat peraga, mempersiapkan materi pembelajaran,

mempersiapkan alat evaluasi dan instrumen penelitian. Pada tahap ini,

kegiatan yang terpenting adalah mempersiapkan alat peraga. Alat peraga

yang digunakan adalah perkalian tulang Napier. Pada siklus I alat peraga

yang digunakan adalah alat peraga fakta dasar perkalian 1-9, alat peraga

perkalian satu angka dengan satu angka, alat peraga perkalian dua angka

dengan satu angka dan alat peraga perkalian dua angka dengan dua angka.

Sedangkan alat peraga yang digunakan pada siklus II adalah alat peraga

perkalian tulang Napier perkalian tiga angka dengan satu angka, alat peraga

perkalian tiga angka dengan tiga angka dan alat peraga perkalian tiga angka

dengan tiga angka.

2. Pelaskanaan pembelajaran Matematika menggunakan alat peraga tulang

Napier meliputi aktivitas guru dan aktivitas siswa. Aktivitas guru pada tahap

ini meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada kegiatan

awal guru, mengkondisikan kelas, melakukan apersepsi dan menyampaikan

tujuan pembelajaran. Pada kegiatan inti guru menggunakan alat peraga

tulang Napier untuk operasi perkalian bilangan cacah. Pada kegiatan akhir,

guru membimbing siswa menyimpulkan materi dan melakukan refleksi

dengan mengulas kembali pelajaran yang telah dilaksanakan mengungkap

kekurangannya untuk diperbaiki pada pembelajaran berikutnya dan pada

(38)

101

Nur Aisyah, 2014

II. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh pengamat, persentase

ketercapaian target pelaksanaan aktivitas guru dalam penelitian ini adalah

pada tindakan siklus I sebesar 74% dengan kategori sedang, pada tindakan

siklus II sebesar 97,8% dengan kategori tinggi. Adapun aktivitas siswa

dalam penelitian ini mengalami peningkatan. Hal ini diperoleh dari data

hasil observasi penilaian aktivitas siswa. Berdasarkan data yang diperoleh,

persentase ketercapaian target pelaksanaan aktivitas siswa dalam penelitian

ini adalah pada tindakan siklus I sebesar 68% dengan ketegori sedang, pada

tindakan siklus II sebesar 95% dengan kategori tinggi.

3. Hasil belajar siswa Kelas IV SDN 6 Cikidang Kecamatan Lembang

Kabupaten Bandung Barat dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan.

Adapun nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I adalah 73,4 dan nilai

rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II adalah 98. Sedangkan ketuntasan

hasil belajar siklus I mencapai 67% dan mengalami peningkatan pada siklus

II mencapai 100%. Peningkatan hasil belajar dibuktikan dengan tingginya

persentase kertercapaian hasil evaluasi belajar siswa pada indikator aspek

kognitif C1-C3 yaitu pada siklus I sebesar 73,3%, dan siklus II sebesar

98,7%. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas IV SDN 6

Cikidang Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat pada mata

pelajaran Matematika tentang tentang materi operasi perkalian bilangan

cacah dapat ditingkatkan melalui pembelajaran dengan menggunakan alat

peraga tulang Napier.

B. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan mengenai penggunaan alat peraga tulang

Napier untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 6 Cikidang

Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat pada mata pelajaran Matematika

tentang tentang materi operasi perkalian bilangan cacah, maka peneliti

(39)

102

1. Guru

Berdasarkan pada keberhasilan penggunaan alat peraga tulang Napier

untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika

materi perkalian bilangan cacah di kelas IV SDN 6 Cikidang Kecamatan

Lembang Kabupaten Bandung Barat, sebaiknya guru menggunakan alat

peraga dalam pembelajarn. Bukan hanya tulang Napier melainkan

menggunakan alat peraga dalam proses pembelajaran seperti ini membuat

siswa termotivasi untuk belajar bekerja sama dengan baik, berani dalam

mengajukan pertanyaan mengemukakan pendapat dan terbiasa belajar

menggunakan alat peraga. Selain itu, agar pembelajaran yang dilakukan

dapat berlangsung secara efektif, kondusif, dan menyenangkan, guru

hendaknya berusaha mengeola kelas dngan baik melaksanakan peran dan

tanggung jawabnya dengan baik, serta guru harus bertindak sebagai

fasilitator untuk membimbing siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

2. Siswa

Dalam penelitian ini terbukti dengan penggunaan alat peraga tulang

Napier dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar.

Diharapkan dampak setelah pembelajaran perkalian dapat membantu siswa

dalam memecahkan masalah mengenai perkalian dalam kehidupan

sehari-harinya.

3. Lembaga

Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi, lembaga

hendaknya lebih memfasilitasi mahasiswa dari segi pengadaan buku-buku,

bahan informasi dan inovasi-inovasi baru dalam pembelajaran.

Pembelajaran dengan mereapkan alat peraga ini hendaknya dapat diterapkan

pada materi dan mata pelajaran lainnya.

4. Peneliti

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi pada penelian

lain yang berkaitan dengan penggunaan alat peraga tulang Napier dan untuk

penelitian selanjutnya agar lebih baik lagi dari segi penulisan, isi, dan

(40)

103

Nur Aisyah, 2014

DAFTAR PUSTAKA

Adji, Nahrowi dan Deti Rostika. (2006). Konsep Dasar Matematika. Bandung: UPI PRESS.

Arikunto, S. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Aditya Media.

Budiamin, A. et al. (2006). Perkembangan Peserta Didik. Bandung: UPI PRESS

Departemen Pendidikan dan Kebuayaan. (1995). Garis-garis Besar Program

Pengajaran, Jakarta: Depdikbud.

Degeng dan Nyoman Sudana. (1997). Strategi Pembelajaran. Malang: IKIP Malang.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) Mata Pelajaran Matematika SD/MI Kelas IV, Jakarta: Depdiknas.

Dimyati, Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Direktorat Pendidikan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar. (2004). Model

Pembelajaran Hasil Tulis Hitung SD Perkalian Dengan Dua Angka Dengan Satu Angka, Jakarta: Depdiknas.

Engoswara dan Natawidjaja, R. (1978). Alat Peraga dan Komunikasi Pendidikan. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Karim, Muchtar A. (1997). Pendidikan Matematika 1. Malang: Depdikbud

Karso, et al. (2008). Pendidikan Matematika I. Jakarta: Universitas Terbuka.

Kemmis, S. dan Mc Taggart, R. (1992). The Action Research Planner. Victoria: Deakin University.

Kementrian Pendidikan Nasional. (2011). Standar Kompetensi dan Kompetensi

Dasar Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Kemendiknas.

Kunandar. (2010). Langkah Mudah Penelitian tindakan Kelas Sebagai

Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Muhibbin, Syah. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Purwanto, Ngalim. (2010). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Rasmini, A. (2008). Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Operasi

Penjumlahan Pecahan Tanpa Melibatkan KPK. Skripsi Universitas

(41)

104

Rivai, Ahmad dan Nana Sudjana. (2002). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru.

Rusffendi, ET. et al. (1994). Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sagala, S. (2012). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: ALFABETA.

Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sudjana, Nana. (2011). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2011). “Alat Peraga Dalam Pembelajaran Matematika”. Makalah pada Pelatihan Materi Matematika KKG MI Secang, Jateng.

Sukirman, D dan Nana Jumhana. (2006). Perencanaan Pembalajaran. Bandung: UPI PRESS

Susilana, R., dan Cepi Riyana. (2008). Media Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurtekpend FIP UPI.

Sobel, M. A., dan Maletsky, M. (2004). Mengajar Matematika. Jakarta: Erlangga.

Soeparno. (1987). Alat Peraga Pendidikan. Jakarta: CV. Karya Mandiri.

Tim Penyusun KBBI. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Trianto. (2011). Model Pembelajaran Inovaif Berorientasi Konstruktivis. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Untoro, Joko. (2007). Buku Pintar Matematika SMA Untuk Kelas 1,2, dan 3. Jakarta: Wahyu Media.

Usman, Uzer. (2006). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosdakarya.

Walhikwan. (2007). Efektivits Metode Napier Dalam Penyelesaian Soal-Soal

Basis Bilangan di SLTP Islam Ruhama Ciputat. Skripsi. Universitas

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tersedia: http//www.goggle.com [7 Maret 2014].

Widiantini dan Sigit. (2010). Pemanfaatan Alat Peraga Dalam Pembelajaran

Matematika SMP Diklat SMP Jenjang Dasar, dalam Sumardiyono.

(42)

104

Nur Aisyah, 2014

Gambar

Tabel 1.1 Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus Siswa Kelas IV SDN 6 Cikidang
Tabel 3.2 Kriteria Persentase Aktivitas Guru dan Siswa

Referensi

Dokumen terkait

PENGGUNAAN ALAT PERAGA PAPAN PAKU BERCINCIN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TERHADAP KONSEP PERKALIAN BILANGAN CACAH DI KELAS III SDN 1 SETU WETAN.. KECAMATAN WERU

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas II SDN Cibeunying Kec. Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya kemampuan berhitung siswa pada perkalian bilangan cacah

Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Konsep Perkalian Bilangan Cacah Melalui Pendekatan Matematika Realistik penelitian Tindakan kelas di kelas II Sekolah Dasar Negeri

Permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah bagaimana hasil belajar matematika pada pokok bahasan perkalian dan pembagian bilangan cacah dengan hasil sampai dengan

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah hasil belajar siswa SDLB C Yapenas dalam operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah dengan menggunakan

Pemanfaatan Alat Peraga Dekak-Dekak Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika dalam Materi Bilangan Cacah pada Siswa Kelas II SD 3 Wates Undaan Kudus7.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian pengembangan media kartu domino pada pembelajaran matematika kelas IV SD materi operasi hitung KABATAKU bilangan cacah yang

Setelah dilaksanakan proses kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran Matematika pokok materi perkalian bilangan cacah terhadap siswa kelas II SD Negeri