Penggunaan Alat Peraga Papan Paku Bercincin untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa terhadap Konsep Perkalian
Bilangan Cacah di Kelas III SDN 1 Setu Wetan
Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
RANI PRABUWANTI 0803580
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PERKALIAN BILANGAN CACAH DI KELAS III SDN 1 SETU WETAN KECAMATAN WERU KABUPATEN CIREBON
Disusun Oleh RANI PRABUWANTI
NIM :0803580
Disetujui dan Disahkan Pembimbing I,
Maulana, M.Pd NIP. 198001252002121002
Pembimbing II,
Drs. Yedi Kurniadi NIP. 195910221989031003
Mengetahui, Ketua Prodi S1 Kelas UPI Kampus Sumedang
PENGGUNAAN ALAT PERAGA PAPAN PAKU BERCINCIN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TERHADAP KONSEP PERKALIAN BILANGAN CACAH DI KELAS III SDN 1 SETU WETAN
KECAMATAN WERU KABUPATEN CIREBON Disusun Oleh
RANI PRABUWANTI NIM :0803580
Disetujui dan Disahkan
Penguji 1,
Drs. Yedi Kurniadi NIP.195910221989031003
Penguji 2,
Maulana, M.Pd NIP.198001252002121002
Penguji 3,
Ani Nur Aeni, M.Pd NIP.
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Penggunaan
Alat Peraga Papan Paku Bercincin untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
terhadap Konsep Perkalian Bilangan Cacah di Kelas III SDN 1 Setu Wetan
Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon” ini beserta seluruh isinya adalah
benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan
dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam
masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko atau
sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya
pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari
pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Sumedang, Januari 2014 Yang membuat pernyataan
i
DAFTAR ISI
Halaman
PENGESAHAN SKRIPSI ... i
PENGESAHAN PENGUJI ... ii
PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... v
UCAPAN TERIMAKASIH... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL... xi
DAFTAR DIAGRAM ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan dan Pemecahan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 9
E... Batasan Istilah ... 10
ii
A. Hakikat Matematika ... 12
B. Karakteristik Siswa SD ... 15
C. Perkembangan Siswa SD ... 16
D. Teori Pembelajaran Matematika ... 17
E. Media Pembelajaran ... 21
F. Operasi Hitung Bilangan ... 29
G. Temuan Hasil Penelitian yang Relevan ... 32
H. Hipotesis Tindakan ... 34
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35
B. Subyek Penelitian ... 36
C. Metode dan Desain Penelitian ... 37
D. Prosedur Penelitian ... 42
E. Instrumen Penelitian ... 46
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 48
G. Validasi Data ... 51
BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN A. Paparan Data Awal ... 52
B. Paparan Data Tindakan ... 55
iii
D. Pembahasan ... 79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 87
B. Saran ... 89
DAFTAR PUSTAKA ... 91
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 93
iv Tabel
3.1 Klasifikasi Interpretasi ... 49
3.2 Kriteria Ketuntasan Minimal ... 49
4.1 Kinerja Guru dan Aktivitas Siswa .... ………... 52
4.2 Data Awal Hasil Tes Siswa ... 53
4.3 Persentase Penilaian Kinerja Guru Siklus I ... 58
4.4 Persentase Penilaian Aktivitas Siswa Siklus I ... 59
4.5 Data Hasil Penilaian Individu Siklus I ... 61
4.6 Analisis dan Hasil Siklus I ... 63
4.7 Persentase Penilaian Kinerja Guru Siklus II ... 68
4.8 Persentase Penilaian Aktivitas Siswa Siklus II ... 69
4.9 Data Hasil Penilaian Individu Siklus II ... 72
v
DAFTAR DIAGRAM Diagram
4.1 Persentase Peningkatan Kinerja Guru ... 83
4.2 Persentase Peningkatan Aktivitas Siswa ... 84
vi Gambar
1.1 Papan Paku Perkalian Satuan ... 5
1.2 Papan Paku Perkalian (0 x bil. 0-10) ... 7
1.3 Papan Paku Perkalian (bil. 0-10 x 0) ... 7
1.4 Papan Paku Perkalian Puluhan ... 8
2.1 Papan Paku Perkalian Satuan ... 26
2.2 Papan Paku Perkalian (0 x bil. 0-10) ... 27
2.3 Papan Paku Perkalian (bil. 0-10 x 0) ... 28
2.4 Papan Paku Perkalian Puluhan ... 29
3.1 Model Spiral Kemmis & Mc. Taggart ... 38
3.2 Alur Pelaksanaan tiap Siklus Pembelajaran ... 39
vii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
A.1 RPP Siklus I ... 93
A.2 RPP Siklus II ... 102
B.1 Format Observasi Kinerja Guru Siklus I ... 111
B.2 Format Observasi Kinerja Guru Siklus II ... 117
C.1 Format Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 123
C.2 Format Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 127
D.1 Format Catatan Lapangan Siklus I ... 131
D.2 Format Catatan Lapangan Siklus II ... 133
E.1 Pedoman Wawancara untuk Guru ... 135
E.2 Pedoman Wawancara untuk Siswa ... 137
E.3 Pedoman Wawancara untuk Siswa ... 138
F.1 Data Hasil Penilaian Individu Siklus I ... 139
F.2 Data Hasil Penilaian Individu Siklus II ... 141
Sampel Pengisian Tes Hasil belajar ... 143
SK Pembimbing ... 147
Izin Penelitian dari UPI Kampus Sumedang ... 148
Izin Penelitian dari SDN 1 Setu Wetan ... 149
Daftar Monitoring Bimbingan... 150
Dokumentasi ... 151
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah dasar (SD) pada umumnya merupakan lembaga pendidikan
pertama bagi siswa untuk mempelajari kecakapan seperti: menulis, membaca, dan
menghitung. Kecapakan ini merupakan landasan dan wahana pokok yang harus
dikuasai siswa untuk menggali dan menimba pengetahuan lebih lanjut. Tanpa
penguasaan yang mantap terhadap kemampuan-kemampuan tersebut, sudah
barang tentu siswa akan menemukan kesulitan dalam penguasaan ilmu yang
lainnya.
Secara khusus, di SD pembelajaran matematika merupakan suatu proses
belajar-mengajar yang diarahkan agar siswa memiliki keterampilan berhitung.
Dalam pembelajaran matematika juga sangat membutuhkan pemahaman
mengenai suatu konsep dengan tujuan untuk memperoleh suatu pengalaman
belajar agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan diberikannya matematika di jenjang pendidikan dasar pada
hakikatnya adalah (1) mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan
dan keadaan dalam kehidupan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan
dan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, dan
efektif; (2) mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dalam
kehidupan sehari-hari dan dalam rangka mempelajari ilmu pengetahuan lainnya
(Karim, 1997).
2
Di sekolah dasar, masih banyak siswa yang kurang menyenangi
matematika, bahkan mayoritas siswa memvonis matematika sebagai pelajaran
yang menyeramkan dan menakutkan. Hal tersebut terjadi karena pembelajaran
matematika yang didominasi oleh guru dengan metode ceramah sehingga bersifat
verbal dan diktator yang membuat siswa kurang berminat untuk mempelajari
matematika. Dengan demikian, seharusnya pembelajaran matematika selain
bersifat verbal juga harus bersifat visual agar mudah dipahami siswa baik secara
konsep maupun praktiknya.
Jika ditinjau dari sudut pandang siswa, maka siswa SD masih berada pada
tahap operasi konkret. Seperti yang dikemukakan oleh Piaget (Muhsetyo, 2008:
19) bahwa kemampuan intelektual anak berkembang secara bertahap, yaitu (a)
sensori motor (0-2 tahun), (b) pra-operasional (2-7 tahun), (c) operasional konkret
(7-11 tahun), (d) operasional formal (≥ 11 tahun). Jelas bahwa anak usia SD
berada di rentang umur 7-11 tahun yang menunjukkan siswa tersebut berada pada
tahap operasional konkret. Ciri utama anak yang berada pada tahap operasional
konkret adalah berpikir logisnya didasarkan pada manipulasi fisik objek-objek
konkret dan untuk berpikir abstrak masih membutuhkan bantuan memanipulasi
objek-objek konkret atau pengalaman-pengalaman yang langsung dialaminya. Hal
ini bertentangan dengan karakteristik matematika yang bersifat abstrak, formal,
dan merupakan bahasa simbolik yang padat arti, sehingga hasil belajar siswa
dalam pelajaran matematika tidak memuaskan.
Pada pembelajaran matematika di kelas III terdapat pokok bahasan
perkalian. Dalam proses pembelajarannya diajarkan secara abstrak sehingga siswa
Selain itu, siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan operasi hitung
perkalian. Untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang perkalian diperlukan
berbagai upaya untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Strategi yang digunakan
berdasarkan hasil musyawarah dengan kepala sekolah diputuskan bahwa perlunya
penggunaan alat peraga yang digunakan untuk meningkatkan pemahaman siswa
tentang konsep perkalian bilangan cacah.
Berdasarkan hasil data awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 28
Agustus 2012 terhadap siswa kelas III SDN 1 Setu Wetan Kecamatan Weru
Kabupaten Cirebon, dapat diketahui dari jumlah 40 siswa, 35 siswa tidak bisa
menyelesaikan operasi hitung perkalian. Hal ini dilihat dari KKM yang belum
tercapai secara tuntas.
Selain fakta di atas, ditemukan juga penyebab ketidakberhasilan
pembelajaran matematika pada pokok bahasan operasi hitung perkalian di kelas
III SDN I Setu Wetan. Salah satunya karena guru banyak menjelaskan konsep
operasi hitung perkalian secara abstrak, artinya guru kurang menggunakan alat
peraga yang dapat dimanipulasi secara langsung oleh siswa yang berpengaruh
besar terhadap kurangnya keaktifan dan minat siswa dalam pembelajaran yang
berlangsung. Banyak siswa yang lebih memilih diam, karena peran guru yang
lebih mendominasi pembelajaran. Dengan demikian, akan coba digunakan strategi
pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam konsep perkalian
bilangan cacah dengan cara menggunakan alat peraga papan paku bercincin.
Berdasarkan latar belakang di atas, perlu kiranya dilakukan perbaikan
praktik pembelajaran melalui suatu penelitian yang berjudul “Penggunaan Alat
4
Konsep Perkalian Bilangan Cacah di Kelas III SDN 1 Setu Wetan Kecamatan
Weru Kabupaten Cirebon”.
B. Rumusan dan Pemecahan Masalah 1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat
diketahui permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini adalah rendahnya
pemahaman siswa terhadap pokok bahasan operasi hitung perkalian, disebabkan
belum tepatnya strategi yang digunakan pada proses belajar mengajar matematika
untuk pokok bahasan operasi hitung perkalian. Selain itu, masalah muncul karena
tidak digunakannya alat peraga yang tepat dalam proses pembelajarannya.
Dari permasalahan tersebut, maka rumusan masalah yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Bagaimana perencanaan pembelajaran konsep perkalian dengan menggunakan
alat peraga papan paku bercincin di kelas III SDN 1 Setu Wetan Kecamatan
Weru Kabupaten Cirebon?
b. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran perkalian dengan menggunakan alat
peraga papan paku bercincin di kelas III SDN 1 Setu Wetan Kecamatan Weru
Kabupaten Cirebon?
c. Bagaimana hasil pembelajaran perkalian dengan menggunakan alat peraga
papan paku bercincin di kelas III SDN 1 Setu Wetan Kecamatan Weru
Kabupaten Cirebon?
2. Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan permasalahan yang telah dirumuskan, diperlukan
tersebut melalui kajian penelitian. Dalam penelitian ini masalah yang timbul
berkaitan dengan kemampuan siswa terhadap materi konsep perkalian. Mengacu
pada akar permasalahan yang muncul, maka diyakini bahwa untuk mengatasi
permasalahan tersebut, lebih tepat menggunakan alat peraga papan paku
bercincin, karena alat peraga paku bercincin dianggap dapat menarik minat siswa
dalam proses pembelajaran.
Penggunaan alat peraga paku bercincin untuk mengatasi masalah konsep
perkalian bilangan cacah dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Menyiapkan papan paku dengan ukuran 60 cm x 60 cm yang terdiri dari 100
persegi yang dari masing-masing persegi tersebut bagian tengahnya
ditancapkan satu buah paku, kecuali untuk 10 persegi bagian sebelah kanan
lambang (x) dan 10 persegi bagian bawah lambang (x) akan ditancapkan paku
dibagian tengah garis paling atas disetiap perseginya yang akan berfungsi
sebagai tempat bilangan pengali dan yang dikali.
6
b. Setelah papan paku siap, sediakan pula kelengkapannya yaitu cincin yang
dalam hal ini terbuat dari besi dengan bentuk gamping melingkar dengan
ketentuan untuk cincin yang bernilai satuan berwarna putih, cincin yang
bernilai puluhan berwarna merah dan cincin yang bernilai ribuan berwarna
hitam.
c. Kemudian angka-angka yang ditulis dengan spidol di atas papan triplek
ukuran 4 cm x 4 cm yang dilubangi bagian atasnya agar bisa dimasukkan pada
papan paku di bagian pengali dan yang dikali sebanyak 20 buah dimana terdiri
dari angka 1 – 10 masing-masing sebanyak 2 buah.
c. Setelah semuanya siap, pasangkan papan paku di depan kelas dan guru sudah
dapat menggunakan papan paku bercincin tersebut.
d. Misalnya ada soal 1 x 6 = …
Angka 1 adalah bilangan pengali dan angka 6 adalah bilangan yang dikali.
Penyelesaian soal tersebut adalah pasang angka 1 pada bagian pengali yaitu di
bawah lambang (x) dan pasang angka 6 pada bagian yang dikali yaitu di
sebelah kanan lambang (x). Kemudian ambil cincin sejumlah angka pada
bagian yang dikali lalu pasangkan sejumlah cincin tersebut pada paku yang
ada di bawah angka 6. Pasangkan sejumlah cincin yang sama apabila belum
sampai pada batas angka pengalinya. Hitung semua jumlah cincin yang ada di
bawah angka yang dikali, maka itu adalah hasilnya.
e. Apabila terdapat perkalian dengan bilangan nol, maka bentuk papan pakunya
X 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 . . . . . . . . . .
Gambar 1.2
Papan Paku Perkalian (0 x Bilangan 0-10)
Papan paku di atas digunakan apabila terdapat soal dengan angka nol sebagai
pengalinya dan angka 0 – 10 sebagai yang dikalinya.
X 0
1 .
2 .
3 .
4 .
5 .
6 .
7 .
8 .
9 .
10 .
Gambar 1.3
Papan Paku Perkalian (Bilangan 0-10 x 0)
Papan paku di atas digunakan apabila soalnya, dimana angka 0 – 10 sebagai
8
f. Perkalian dua bilangan yang hasilnya bilangan tiga angka
Gambar 1.4
Papan Paku Perkalian Puluhan
C. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan
pemahaman siswa terhadap materi konsep operasi hitung perkalian bilangan cacah
dan memperbaiki pembelajaran dilakukan oleh guru di kelas, adapun tujuan
khusus dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui perencanaan pembelajaran perkalian bilangan cacah dengan
menggunakan alat peraga papan paku bercincin di kelas III SDN 1 Setu Wetan
Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon.
2. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran perkalian bilangan cacah dengan
menggunakan alat peraga papan paku bercincin di kelas III SDN 1 Setu Wetan
3. Mengetahui hasil pembelajaran perkalian bilangan cacah dengan menggunakan
alat peraga papan paku bercincin di kelas III SDN 1 Setu Wetan Kecamatan
Weru Kabupaten Cirebon.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai
berikut.
1. Bagi Siswa
a. Memudahkan proses pembelajaran dengan adanya penggunaan alat
peraga.
b. Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman siswa dengan adanya
penggunaan alat peraga.
c. Memberikan motivasi baru untuk siswa dalam mengikuti pelajaran
matematika.
d. Memberikan alternatif solusi bagi kesulitan siswa dalam pembelajaran
matematika khususnya pokok bahasan konsep perkalian.
e. Terciptanya suatu kegiatan pembelajaran yang lebih menyenangkan dengan
menggunakan alat peraga papan paku bercincin.
2. Bagi Guru
a. Dapat meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan proses
belajar-mengajar di kelas.
b. Menambah wawasan dan pengetahuan guru dalam menyampaikan materi
10
c. Mengembangkan kemampuan dalam menciptakan alat peraga yang
bermakna dan bermanfaat untuk kegiatan pembelajaran matematika.
d. Memperkaya variasi dalam pembelajaran matematika yang dilakukakan
oleh guru dengan penggunaan alat peraga papan paku bercincin.
e. Untuk memperluas pengetahuan dan pemahaman guru akan pentingnya
penggunaan alat peraga.
3. Bagi Sekolah
a. Untuk meningkatkan kualitas dan fungsi sekolah dasar sebagai sarana dan
prasarana pendidikan.
b. Untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah tersebut.
4. Bagi Peneliti
a. Dapat menjadi acuan untuk penelitian lebih lanjut.
b. Menambah pengetahuan bagi peneliti yang berguna sebagai seorang guru.
E. Batasan Istilah
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda terhadap istilah-istilah yang
digunakan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa istilah sebagai
berikut ini.
1. Alat peraga adalah alat bantu atau pelengkap yang digunakan guru dalam
berkomunikasi dengan para siswa (Natawidjaja, R. 1978 : 28).
2. Alat peraga papan paku bercincin adalah alat peraga visual berupa papan
berpaku yang digunakan dengan memanipulasi jumlah cincin sesuai dengan
angka yang diminta untuk menyelesaikan soal operasi hitung perkalian dari 0
3. Perkalian adalah penjumlahan berulang (Subarinah, 2006 : 31).
4. Konsep adalah rancangan (Poerwadarminta, 1993 : 520).
5. Hasil belajar adalah tahapan seluruh perubahan tingkah laku individu yang
relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan
yang melibatkan proses kognitif (Bundu, 2006: 17). Hasil belajar yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil tes siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran. Indikatornya adalah siswa mampu mengalikan perkalian satuan
dengan satuan antara 1 – 5.
6. Himpunan bilangan cacah adalah gabungan himpunan bilangan asli dan nol
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di SDN 1 Setu Wetan yang terletak di Desa Setu
Wetan Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon. Alasan dipilihnya lokasi tersebut
didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut ini.
a. Peneliti merupakan salah seorang guru di SDN 1 Setu Wetan sehingga
peneliti memahami keadaan sekolah, karakteristik siswa, termasuk proses
pembelajaran yang berlangsung dan dapat mempermudah peneliti untuk
mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian.
b. Masih terdapat masalah yang dihadapi oleh praktisi di sekolah tersebut dalam
pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar, khususnya dalam pembelajaran
operasi perkalian bilangan cacah sehingga menimbulkan keinginan peneliti
untuk mencari solusi terbaik untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
memahami pembelajaran perkalian bilangan cacah.
1) Kondisi Sekolah
Sekolah Dasar Negeri 1 Setu Wetan yang terletak di Jalan K.H. Asror
No. 502 Desa Setu Wetan Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon, dijabat oleh
seorang kepala sekolah yaitu Ibu Nuraeni, S.Pd. SDN 1 Setu Wetan ini
memiliki 9 ruangan yang terdiri dari 1 ruang guru, 6 ruang kelas untuk
kegiatan proses kegiatan belajar mengajar, 1 ruang perpustakaan, dan 1 ruang
mushola.
2) Keadaan Guru
Guru merupakan pendidik yang memiliki fungsi untuk mencerdaskan
siswa serta memiliki kewajiban sebagai fasilitator dalam pertumbuhan dan
perkembangan siswa dalam mewujudkan kedewasaannya. SDN 1 Setu Wetan
mempunyai 11 orang tenaga pengajar yang terdiri dari Kepala Sekolah dan
10 guru. Kesebelas tenaga pengajar tersebut terdiri dari 9 PNS dan 2 honorer.
3)Keadaan Siswa
Jumlah keseluruhan siswa SDN 1 Setu Wetan yaitu 256 orang siswa
yang terdiri dari 148 siswa laki-laki dan 108 siswa perempuan, dengan
keseluruhan siswa berdomisili di Desa SetuWetan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas III SDN 1 Setu Wetan
Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon tahun ajaran 2012-2013, sedangkan waktu
yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama semester
genap tahun 2013.
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SDN 1 Setu Wetan
tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 40 orang siswa yang terdiri dari 22
siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. Alasan dipilihnya subjek tersebut karena
37
cacah dan hasil tes yang diberikan ternyata kemampuan siswa untuk memahami
materi tersebut masih terlalu rendah sehingga diperlukan perbaikan pada proses
maupun hasil pembelajaran.
C. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan
pendekatan kualitatif. Tujuan utama penelitian tidakan kelas adalah memperbaiki
praktik (proses dan hasil) pembelajaran di kelas. Penelitian tindakan kelas ini
merupakan suatu bentuk penelitian yang dilakukan ketika proses belajar-mengajar
berlangsung bersifat reflektif-kolaboratif dengan melakukan tindakan-tindakan
yang tepat dengan subjek yang diteliti adalah guru dan siswa (Wiriaatmadja,
2006: 27). Pendekatan penelitian kualitatif adalah penelitian yang tidak
menekankan pada perhitungan, angka atau kuantitas.
Dasar peneliti menggunakan metode tersebut berdasarkan pendapat yang
dikemukakan Moleong (2002: 3) yaitu :
a. Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah jika berhadapan dengan kenyataan ganda.
b. Menyajikan secara langsung hakikat hubungan penelitian dengan responden.
c. Lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.
Sementara itu menurut Moleong (2002: 6) “Data yang dikumpulkan
berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan adanya
2. Desain Penelitian
Desain penelitian ini mengacu pada desain penelitian yang dilakukan oleh
Kemmis dan Mc. Taggart yaitu model spiral (Wiriaatmadja, 2006: 66), yang
dimulai dari perencanaan (Planing), tindakan (Action), observasi (Observation)
dan refleksi (Reflection) yang kemudian melaksanakan perencanaan kembali.
Siklus pelaksanaan tidakan dalam PTK digambarkan sebagai berikut :
PLAN
RESIVED
PLAN
Gambar 3.1
Model Spiral Kemmis & Taggart (Wiriaatmadja, 2006: 66)
Sebelum dilakukan tindakan, terlebih dulu dibuat rencana tindakan, setelah
rencana tersusun dengan matang, barulah tindakan dilakukan. Dengan melakukan
tindakan, maka mengamati proses pelaksanaan tindakan dan akibat yang
ditimbulkan dapat diamati melalui lembar observasi. Berdasarkan pengamatan REFLECT
OBSERVE
REFLECT
OBSERVE
39
tersebut, lalu dilakukan refleksi. Apabila hasil refleksi menunjukkan perlu
dilakukannya perbaikan tindakan, maka rencana tindakan yang dilaksanakan
berikutnya tidak mengurangi dari sebelumnya. Adapun alur pelaksanaan tiap
siklus pada pembelajaran perkalian sebagai berikut :
Gambar 3.2
Alur Pelaksanaan Tiap Siklus Pembelajaran
Pelaksanaan tindakan tiap siklus akan dihentikan apabila tujuan
pembelajaran yang diukur telah mencapai keberhasilan sesuai dengan kriteria
ketuntasan minimal.
Secara lebih rinci, prosedur penelitian tindakan tersebut dapat dijabarkan
a. Perencanaan Tindakan
Sesuai pendapat Hasan, dkk. (Kasbolah, 1999), menyatakan bahwa dalam
perencanaan tindakan hendaknya dilakukan hal-hal sebagai berikut :
1) Penetapan bukti yang akan dijadikan indikator untuk mengukur pencapaian
pemecahan masalah sebagai akibat dilakukannya tindakan.
2) Penetapan tindakan-tindakan yang diharapkan akan menghasilkan dampak ke
arah perbaikan program.
3) Pemilihan metode dan alat yang akan digunakan untuk mengamati dan
merekam atau mendemonstrasikan semua informasi tentang pelaksanaan
tindakan.
4) Perencanaan metode dan teknik pengolahan data sesuai dengan sifat data dan
tujuan penelitian.
b. Tahapan Pelaksanaan Tindakan (Action)
Menurut Sumarno (Kasbolah, 1999: 87), bahwa dalam konteks PTK,
istilah tindakan dipahami sebagai aktivitas yang dirancang dengan sistematis
untuk menghasilkan adanya peningkatan atau perbaikan dalam proses
pembelajaran dan praktek pendidikan dalam kondisi kelas tertentu.
Berdasarkan pendapat Sudarsono (Kasbolah, 1999: 88-89) bahwa
sebelum melakukan tindakan perlu melakukan langkah-langkah yang perlu
ditempuh sebagai berikut :
1) Memberikan informasi pada guru mengenai cara melakukan tindakan atau
melatih guru melakukan tindakan sesuai dengan rencana.
41
3) Menyiapkan contoh-contoh perintah atau suruhan melakukan tindakan secara
jelas.
4) Mempersiapkan cara-cara melakukan observasi terhadap hasil yang dicapai
dan mempersiapkan segala alat yang diperlukan.
5) Menyusun skenario mengenai segala hal yang akan dilakukan oleh guru,
peneliti dan apa yang akan dikerjakan oleh siswa dalam pelaksanaan tindakan
yang sudah direncanakan.
c. Observasi
Sejalan dengan dilaksanakannya penelitian tindakan kelas, peneliti pun
melakukan observasi terhadap pelaksanaan dan hasil tindakan yang telah
dilakukan. Kasbolah (1999: 91) berpendapat bahwa observasi yaitu “Semua
kegiatan yang ditujukan untuk mengenali, merekam dan mendokumentasikan
setiap indikator dari proses dan hasil yang dicapai (perubahan yang terjadi) baik
yang ditimbulkan oleh tindakan terencana maupun akibat sampingannya”.
d. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan analisis-sintesis, interpretasi dan eksplanasi
(penjelasan) terhadap semua informasi yang diperoleh dari penelitian tindakan.
Refleksi menurut Kasbolah (1999: 100) yaitu “Refleksi seyogyanya dilakukan
pada saat memikirkan tindakan yang akan dilakukan, ketika tindakan sedang
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas
berbentuk siklus yang dibuat dalam bentuk rancana pelaksanaan pembelajaran
yang mengacu pada desain yang digunakan yaitu model spiral Kemmis Mc.
Taggart. Dalam model spiral ini, setiap siklus dilakukan dalam sekali pertemuan
yang terjadi dari 2 jam pelajaran. Pada akhir pembelajaran diharapkan dapat
tercapainya tujuan yaitu dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap operasi
hitung perkalian bilangan cacah. Adapun prosedur penelitian ini dapat diuraikan
sebagai berikut.
1. Tahap Perencanaan Tindakan
Tahap perencanaan ini peneliti mengidentifikasi masalah dari
pelaksanaan tindakan sebelumnya dan menetapkan alternatif pemecahan masalah,
serta menyusun tindakan yang akan dilaksanakan dalam operasi hitung perkalian
bilangan cacah dengan menggunakan media papan paku bercincin.
Adapun kegiatan perencanaan tersebut diantaranya adalah sebagai
berikut ini.
a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan langkah-langkah yang menggunakan media papan paku
bercincin.
b. Membuat dan menyediakan media papan paku bercincin.
43
d. Merancang alat evaluasi yang akan digunakan dalam
pelaksanaan tindakan praktek pembelajaran sebenarnya berdasarkan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun.
e. Menyusun alat pengumpul data yaitu lembar obsevasi, lembar
skala penilaian dan format wawancara.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan tindakan merupakan tahapan pelaksanaan praktek
pembelajaran berdasarkan rencana tindakan yang telah disusun oleh peneliti.
a. Kegiatan Awal (±10 menit)
1) Guru mengucapkan salam.
2) Guru mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang
kondusif dengan cara sebagai berikut ini.
a) Siswa dan guru bersama-sama membaca do’a.
b) Guru memeriksa kehadiran siswa.
3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
4) Guru melakukan apersepsi dengan bertanya seperti
berikut ini.
a) Apakah kalian pernah menerima sebagian atau
sedikit makanan dari teman dan kakak kalian?
b) Jika kalian menerima 4 buah apel dari salah satu
temanmu, lalu menerima 4 buah apel lagi dari kakakmu, berapakah
b. Kegiatan Inti (±50 menit)
1) Guru menuliskan bahasan yang akan dipelajari di papan
tulis dan menanyakan kepada siswa apa yang siswa ketahui mengenai
materi tersebut. Kegiatan ini dilakukan untuk mengaktifkan skemata
siswa agar lebih siap menghadapi pelajaran yang akan dilakukan.
2) Siswa menyimak penjelasan guru tentang konsep dasar
perkalian sebagai penjumlahan berulang.
3) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang hal
yang kurang dipahami.
4) Siswa mendengar penjelasan guru tentang fakta dasar
perkalian sampai dengan 100.
5) Guru mendemonstrasikan penggunaan papan paku
bercincin di depan kelas.
6) Jika ada soal 6 x 2 maka guru menandai kotak berpaku
mana saja yang diisi cincin.
7) Guru meletakkan cincin pada papan tepatnya pada
kotak paku secara vertikal di bawah angka 1 dan 2 sampai dengan
batas secara horisontal di samping angka 6.
8) Guru dan siswa menemukan jawaban soal tersebut
berdasarkan demonstrasi papan paku bercincin.
9) Siswa juga malakukan demonstrasi dengan
kelompoknya
45
11) Siswa mengumpulkan hasil pekerjaan kelompoknya.
12) Guru melakukan evaluasi berupa soal.
13) Siswa mengerjakan soal secara individu.
c. Kegiatan Akhir (±10 menit) 1) Siswa mengumpulkan jawaban latihan.
2) Guru dan siswa membahasnya secara bersama-sama.
3) Dengan bimbingan guru, siswa menyimpulkan materi yang telah
dipelajari.
4) Guru memberikan pengumuman mengenai kelompok yang terbaik
dalam diskusi dan memberi penghargaan kepada pemenang.
5) Guru memberikan tindak lanjut berupa PR.
3. Tahap Observasi
Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan
karena kegiatan observasi adalah kegiatan mengamati segala kegiatan yang
sedang berlangsung ketika melaksanakan tindakan yang telah direncanakan pada
sebelumnya.
Dengan kegiatan observasi dapat diketahui hal-hal yang harus dilakukan
agar kegiatan pelaksanaan tindakan tidak terganggu serta tidak menyimpang dari
fokus penelitian, sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemahaman siswa.
Pada tahap refleksi ini peneliti menganalisis semua informasi yang
terekam pada proses pembelajaran melalui format observasi, hasil evaluasi yang
telah dilakukan. Setelah itu memperbaiki proses pembelajaran dan penyusunan
tindakan yang akan dilakukan pada pembelajaran berikutnya.
Tahap refleksi ini merupakan kegiatan untuk analisis-sintesis, interpretasi
dan eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi yang telah diperoleh
selama pelaksanaan tindakan (Kasbolah, 1998: 74).
Tahap refleksi sangat penting untuk memberikan gambaran yang jelas
mengenai hasil tindakan yang telah dilakukan dalam pembelajaran perkalian
bilangan cacah dengan menggunakan media papan paku bercincin.
Dalam kegiatan refleksi semua unsur penelitian terjalin dan terkoordinasi
dengan baik sehingga semua yang terlihat dalam penelitian ini akan memperoleh
bahan masukan dan mempunyai kesempatan yang sama dalam meningkatkan
profesionalnya yang berkaitan dengan tugas kesehariannya di kelas.
Adapun langkah-langkah dari kegiatan refleksi adalah sebagai berikut ini.
1) Analisis-sintesis dan interpretasi terhadap semua informasi selama
pelaksanaan tindakan.
2) Melakukan evaluasi terhadap keberhasilan siswa dan pencapaian tujuan
tindakan.
3) Mendiskusikan dan pemaknaan data yang dilakukan antara guru, peneliti dan
47
4) Penyusunan rencana tindakan berikutnya yang dirumuskan dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran dan berdasarkan pada analisa data dari proses
dalam tindakan yang sudah dilakukan.
E. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh informasi yang objektif dalam pengumpulan data
diperlukan adanya instrumen yang tepat sehingga masalah yang akan diteliti
terekam lebih baik. Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini sebagai
berikut.
1. Lembar Observasi
Lembar observasi adalah suatu alat yang digunakan dalam pengumpulan
data tentang aktivitas dalam proses pembelajaran, sikap guru, serta interaksi
antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa dalam proses pembelajaran.
Lembar observasi aktivitas siswa dirangkum dalam bentuk skala penilaian. Skala
penilaian digunakan untuk menjaring data yang berkaitan dengan sikap siswa
dalam proses pembelajaran.
2. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara yaitu suatu alat pengumpul data dengan
mengajukan pertanyaan kepada siswa dan guru. Wawancara dilakukan untuk
mengetahui kemudahan yang dirasakan oleh guru dan siswa dalam proses
pembelajaran. Dengan kata lain, pedoman wawancara merupakan pendukung data
yang terkumpul dan sebagai validasi data yang telah dikumpulkan. Hasil
dalam proses pembelajaran sehingga jawaban yang diperoleh dapat disajikan
dalam penguat dalam kesimpulan.
3. Soal
Soal merupakan alat pengumpul data untuk mengetahui kemampuan
siswa dalam memahami suatu materi. Soal digunakan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa. Dalam penelitian ini, terdiri dari sepuluh soal berupa isian
untuk meningkatkan pemahaman materi yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari.
4. Catatan Lapangan
Catatan lapangan dilakukan untuk mencatat kejadian yang muncul dan
tak diduga sebelumnya yang tidak direncanakan pada pedoman observasi. Agar
data yang diperlukan utuh maka kejadian harus dicatat pada saat kejadian itu
berlangsung dan jangan ditunda (Wiriaatmadja, 2006).
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Teknik Pengelolaan Data
Pemerolehan data terjadi pada proses pembelajaran dan akhir
pembelajaran. Data yang diperoleh dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu
data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif merupakan analisis data
deduktif dan hasil penelitiannya lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Data kuantitatif didapat dari tes hasil belajar siswa yang dilakukan pada tiap
siklus, observasi dan wawancara (instrumen penelitian). Hasil wawancara dan
49
atau pembahasan. Hal ini dilakukan karena dalam metode penelitian tindakan,
peneliti harus benar-benar mencermati selama proses dan akibat tindakan,
sehingga diperoleh informasi yang jelas tentang dampak yang diperbuat. Hasil
observasi terhadap kinerja guru dan aktivitas siswa diolah dengan teknik
persentase (%) terhadap indikator yang dilaksanakan dan diinterpretasikan serta
dideskripsikan. Menurut Kuntjaraningrat (Maulana, 2009: 29) dalam melakukan
interpretasi digunakan kategori persentasi sebagai berikut.
Tabel 3.1
Data pelaksanaan dikatakan telah mencapai hasil yang diharapkan
apabila indikator yang dilaksanakan mencapai seluruhnya antara 76% - 99%.
Hasil tes individu diolah berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) yang telah ditetapkan oleh Sekolah tersebut mengenai KKM pelajaran
matematika khususnya kelas III tahun pelajaran 2012-2013 sebagai berikut.
2 Daya Dukung
Pembelajaran matematika khususnya perkalian bilangan cacah tak
berhasil pada kelas tersebut apabila 63,33% dari materi yang dikuasai oleh siswa
dengan nilai minimal yang harus diperoleh siswa yaitu 63. Untuk pencapaian
KKM secara klasikal peneliti membatasi sampai 80%.
2. Analisis Data
Analisis data dilakukan sepanjang penelitian secara terus menerus dari
awal sampai akhir penelitian tindakan kelas. Analisis data yang dilakukan dengan
mereduksi data, menyajikan data serta menyimpulkan, seperti pendapat Miles dan
Huberman (Sugiyono, 2008:337), “Aktivitas dalam analisis data yaitu reduction,
data display dan conclusion drawing/verification.”
51
Selama setelah
Gambar 3.3
Komponen dalam Analisis Data (Sugiyono, 2008: 337)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan pola serta membuang
yang tidak perlu. Pada tahap reduksi peneliti memilih hal-hal yang penting/pokok
sehingga mendapat gambaran data yang jelas dan terfokus kemudian
memformulasikan data hasil reduksi untuk disajikan sehingga menghasilkan data
yang lengkap. Peneliti melakukan pemeriksaan terhadap kesulitan informasi data
yang dikumpulkan dengan target yang ditentukan, sehingga dapat menentukan
pelaksanaan tindakan yang dilakukan dengan menghasilkan kesimpulan.
G. Validasi Data
Untuk memeriksa keabsahan/kevalidan suatu data, maka digunakan alat
validasi data menurut Hopkins (Wiriaatmadja, 2006) sebagai berikut berikut ini.
1. Member check adalah memeriksa kembali keterangan-keterangan atau
informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari nara
sumber, siapapun juga (kepala sekolah, guru, teman sejawat, siswa dan
lain-lain) apakah keterangan atau informasi itu tetap sifatnya atau tidak berubah
sehingga terjaring data yang benar dan memiliki derajat validasi yang tinggi.
2. Triangulasi adalah memeriksa kebenaran data yang diperoleh peneliti dengan
membandingkan terhadap hasil yang diperoleh sumber lain yakni guru dan
3. Expert opinion dilakukan dengan cara mengkonsultasikan hasil temuan
peneliti kepada para ahli. Dalam kegiatan ini peneliti mengkonsultasikan hasil
penemuan peneliti kepada pembimbing untuk memperoleh arahan dan
87
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap pelaksanaan dan
hasil tindakan pembelajaran dengan penggunaan media papan paku bercincin
untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam konsep perkalian bilangan cacah di
kelas IIII SDN 1 Setu Wetan Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon, maka dapat
disampaikan beberapa hal sebagai kesimpulan sebagai berikut.
Tahap perencanaan pembelajaran guru mempersiapkan materi yang akan
disajikan yaitu mengenai perkalian bilangan cacah dan menentukan tujuan yang
akan dicapai dalam mengajarkan konsep perkalian bilangan cacah. Menyiapkan
LKS dan media, dalam mengajarkan perkalian bilangan cacah dengan
penggunaan media papan paku bercincin yang terbuat dari papan kayu. Metode
pengajaran yang digunakan adalah tanya-jawab, penjelasan demonstrasi,
penugasan. Pembagian kelompok dalam kelas dimana seluruh siswa dibagi
menjadi lima kelompok yang terdiri dari delapan orang siswa. Menjelaskan tugas
yang akan dilakukan dengan membacakan cara menggunakan papan paku
bercincin. Menjelaskan cara permainan dan menyusun aturan permainan dengan
menggunakan media papan paku bercincin dengan menyiapkan alat permainan
yaitu papan paku dan cincin yang terbuat dari besi pipih.
Pada tahap pelaksanaan pembelajaran, kegiatan guru telah melakukan
tahap-tahap yang ada pada pembelajaran menggunakan media papan paku
bercincin yaitu guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam
mengajarkan perkalian bilangan cacah, mengorganisasikan siswa dalam kelompok
belajar, guru menyajikan dan menyampaikan informasi atau materi kepada siswa
yang disertai dengan demonstrasi penggunaan media papan paku bercincin,
membimbing dalam permainan papan paku bercincin. Pada tahap membimbing
siswa dalam permainan, guru telah mampu sepenuhnya untuk membimbing siswa
secara merata dan telah memberikan motivasi untuk menumbuhkan rasa
keberanian siswa dalam melakukan permainan serta mengerjakan soal atas dasar
inisiatif diri dan selalu berusaha memberikan penekanan bahwa dalam kelompok
perlu adanya kerjasama dalam mengerjakan soal. Tahap penilaian dan
penghargaan, guru telah memberikan penghargaan kepada seluruh siswa dengan
memberikan hadiah. Hal ini dilakukan sebagai penguatan agar siswa semakin
termotivasi dan semakin bersemangat dalam mengikuti pembelajaran.
Pada tahap evaluasi pembelajaran dengan menggunakan media papan paku
bercincin dilakukan dua tahap yaitu penilaian proses dan penilaian hasil belajar.
Pada penilaian hasil belajar menggunakan tes kepada siswa. dalam aktivitas siswa,
penggunaan media papan paku bercincin memberikan hasil yang positif selama
proses pembelajaran dengan aspek yang diamati yaitu keaktifan, kerjasama, dan
motivasi. Pada aspek keaktifan meningkat sebesar 37,5%, aspek kerjasama
meningkat sebesar 52,5% dan motivasi sebesar 57,5%. Dalam pembelajaran
penggunaan media papan paku bercincin telah meningkatkan interaksi siswa dari
siswa yang tidak mau mengalah dan mau menang sendiri menjadi terjalin
89
Kemampuan siswa dalam memahami konsep perkalian bilangan cacah telah
mengalami peningkatan berdasarkan hasil secara keseluruhan dari data awal
sampai siklus I kemudian dari siklus I sampai siklus II selalu mengalami
peningkatan. Dilihat dari hasil nilai rata-rata yang diperoleh mengalami
peningkatan yakni dari data awal 29,6 menjadi 60 pada siklus I, kemudian 73,1
pada siklus II. Persentase ketuntasan pun mengalami peningkatan yakni dari data
awal 12,5% menjadi 50% pada siklus I, kemudian 82,5% pada siklus II.
Dari gambaran tersebut, memperhatikan hipotesis tindakan “Jika
pembelajaran dengan menggunakan media papan paku bercincin, maka kinerja
guru yang meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pada aktivitas
siswa meliputi aspek keaktifan, kerjasama dan motivasi, serta hasil belajar siswa meningkat”, dapat diterima secara logis.
Dengan demikian penggunaan media papan paku bercincin dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran pada materi perkalian bilangan cacah pada
siswa kelas III SDN 1 Setu Wetan Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon.
B. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan mengenai penggunaan papan paku
bercincin dalam pembelajaran konsep perkalian bilangan cacah di kelas III SDN 1
Setu Wetan, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut ini.
1. Untuk Guru
a. Dalam menyampaikan materi pelajaran sebaiknya guru menggunakan media
yang relevan sehingga dapat membuat siswa lebih memahami materi
b. Dalam belajar matematika sebaiknya guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berperan aktif melalui kegiatan diskusi kelompok. Selain itu juga
kegiatan pembelajaran yang dilakukan harus secara aktif, kreatif, bermakna
dan menyenangkan sehingga siswa tidak merasa bosan dan takut akan
pelajaran matematika.
c. Pada pembelajaran menggunakan media papan paku bercincin sebaiknya guru
pun berperan aktif dan memiliki tanggung jawab. Karena dalam pembelajaran
itu, guru sebagai motivator, fasilitator dan mediator.
2. Untuk Sekolah
a. Sekolah hendaknya memberikan sarana dan prasarana pembelajaran yang
sesuai dengan tiap-tiap pokok bahasan materi pelajaran matematika khususnya
dan pada umumnya di semua mata pelajaran pun perlu memberikan sarana
dan prasarana yang ada di sekolah dasar.
b. Sekolah hendaknya mampu membuka diri dalam inovasi pembelajaran.
Penggunaan media papan paku bercincin dapat digunakan lebih lanjut untuk
pembelajaran pembagian.
3. Untuk Peneliti Lain
Hasil penelitian ini sebaiknya dapat menjadi bandingan sekaligus landasan
penelitian lanjut yang berhubungan dengan pengembangan pembelajaran pada
91
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, Ajang, dkk. (1994). Kamus Bahasa Indonesia. (Bergambar). Bandung: Djatnika Bandung.
Karim, Muchtar. A., dkk. (1997). Pendidikan Matematika I. Jakarta: Depbikbud.
Kasbolah, Kashani. (1998/1999). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdikbud.
Khasfid, M danSuyati. (2006). Pelajaran Matematika Kelas 3 SD. Jakarta: Erlangga.
KTSP. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
Maulana. (2009). Memahami Variabel dan Instrumen Penelitian dengan Benar Panduan Sederhana bagi Mahasiswa dan Guru Calon Peneliti. Bandung: Tidak diterbitkan.
Moleong, L. J. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Natawidjaja, Rochman. (1978). Alat Peraga dan Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud.
Pitadjeng. (2006). Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan. Jakarta: Depdiknas.
Russefendi, dkk. (1992). Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sadiman, A. S., dkk. (2005). Media Pendidikan. Jakarta: PT. Grafindo Persada.
Subarinah, Sri. (2006). Inovasi Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sumantri, Mulyani dan Permana. (1999). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Depdikbud
Dirjen Dikti.
Sutawidjaja. A, dkk. (1992). Pendidikan Matematika II. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti, PPTK.
Wardani, IGAK. (1997). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka.