DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
ABSTRAK ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan Masalah Penelitian ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11
A. Kemampuan Pemahaman Matematis ... 11
B. Kemampuan Komunikasi Matematis ... 13
C. Pembelajaran Problem Based Learning ... 15
D. Pembelajaran Inquiry Based Learning ... 22
E. Perbedaan pembelajaran Problem Based Learning dengan pembelajaran Inquiry Based Learning ... 30
F. Kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis siswa berdasarkan kategori tinggi, sedang dan rendah ... 31
G. Keterkaitan antara kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis dengan pembelajaran Problem Based Learning dan pembelajaran Inquiry Based Learning ... 33
H. Hipotesis Penelitian ... 36
BAB III METODE PENELITIAN... 38
A. Metode dan Desain Penelitian ... 38
C. Populasi, Sampel dan Lokasi Penelitian ... 39
D. Definisi Operasional Variabel ... 40
E. Instrument Penelitian ... 46
F. Uji Instrument Penelitian ... 55
G. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ... 61
H. Teknik Analisis Data ... 62
I. Tahap Penelitian ... 64
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 66
A. Hasil Penelitian ... 66
1. Kemampuan Awal Matematis ... 66
2. Analisis Data Kemampuan Pemahaman Matematis ... 69
3. Analisis Skor N-Gain Kemampuan Pemahaman Matematis ... 72
4. Analisis Skor N-Gain Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Kelompok Tinggi ... 77
5. Analisis Skor N-Gain Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Kelompok Sedang ... 81
6. Analisis Skor N-Gain Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Kelompok Rendah ... 85
7. Analisis Data Kemampuan Komunikasi Matematis ... 89
8. Analisis Skor N-Gain Kemampuan Komunikasi Matematis ... 92
9. Analisis Skor N-Gain Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelompok Tinggi ... 97
10.Analisis Skor N-Gain Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelompok Tingg Sedang... 100
11.Analisis Skor N-Gain Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelompok Rendah ... 104
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 108
1. Kemampuan Awal Matematis ... 108
2. Kemampuan Pemahaman Matematis ... 109
3. Kemampuan Komunikasi Matematis ... 115
5. Kegiatan Pembelajaran Kelas Inquiry Based Learning ... 133
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 143
A. Simpulan ... 143
B. Rekomendasi ... 144
DAFTAR PUSTAKA ... 146
LAMPIRAN A ... 152
LAMPIRAN B ... 212
LAMPIRAN C ... 232
LAMPIRAN D ... 240
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang peranan dalam
tatanan kehidupan manusia, melalui pendidikan manusia dapat meningkatkan
taraf dan derajatnya dimata dunia maupun dimata Tuhan. Pendidikan dalam
pengertian disekolah adalah suatu usaha yang bersifat mendasar dan
sistematis yang bertujuan dan agar peserta didik secara aktif dapat
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki pengetahuan, ketrampilan,
kepribadian, kecerdasan,diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Pendidikan dapat dirasakan secara langsung dalam perkembangan
kehidupan masyarakat,baik dalam kehidupan individu maupun kehidupan
bermasyarakat. Oleh karena itu pendidikan harus menyediakan lingkungan
yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuannya secara
maksimal, sehingga melalui kemampuan inilah siswa dapat mewujudkan
cita-citanya dan berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadi dan
masyarakat.
Kebutuhan masyarakat akan adanya pendidikan sangatlah besar,
melihat perkembangan teknologi dan informasi, perdagangan bebas pada era
globalisasi saat ini, memerlukan tenaga-tenaga ahli yang mempunyai
ketrampilan yang handal. Menurut Binkley (Griffin, McGaw & Care,
2012,hlm.18), terdapat 10 keterampilan abad 21 dalam 4 kelompok yang
harus dipelajari dan dikuasai oleh manusia, yaitu: Cara berpikir (termasuk
berpikir kreatif dan berinovasi; berpikir kritis dan pemecahan masalah;
berpikir metakognisi), cara bekerja (termasuk kemampuan berkomunikasi dan
berkolaborasi), kemampuan menggunakan informasi dan teknologi, dan living
in the world (kemampuan bersosialisasi baik lokal maupun global, kehidupan
dan karir, serta tanggungjawab personal dan sosial termasuk juga terhadap
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memegang
peranan penting di masyarakat baik dalam segi pengetahuan dan ketrampilan..
Diakui bahwa perhitungan dengan menggunakan matematika akan ditemui
dalam berbagai hal dalam kehidupan manusia setiap hari, misalnya dari hal
terkecil dalam permainan anak-anak, pembuatan kontruksi bangunan oleh
orang dewasa sampai pada sistem dan kegiatan perekonomian di pasar
tradisional maupun di pasar yang lebih modern. Menyadari pentingnya
pelajaran matematika tesebut maka dalam undang-undang RI No.20 tahun
2003 tentang Sisdiknas pasal 37 menegaskan bahwa mata pelajaran
matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib diajarkan bagi siswa
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah..
Didalam KTSP (2006) pelajaran matematika memiliki tujuan
pembelajaran disekolah, tujuan tersebut yaitu : (1) memahami konsep
matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan
konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam
pemecahan masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat,
melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun
bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3)
memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh; (4) mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, tabel,
diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, dan (5)
memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Demikian juga Kurikulum 2013 dalam Permendikbud (2013)
menyatakan bahwa seperangkat kompetensi yang harus dimiliki siswa dalam
pembelajaran matematika diantaranya adalah siswa diharapkan dapat: (1)
menunjukkan sikap logis, kritis, analitik, konsisten dan teliti, bertanggung
jawab, responsif, dan tidak mudah menyerah dalam memecahkan masalah;
(3) memiliki rasa percaya pada daya dan kegunaan matematika yang
terbentuk melalui pengalaman belajar; (4) memiliki sikap terbuka, santun,
objektif, menghargai pendapat dan karya teman dalam interaksi kelompok
maupun aktivitas sehari-hari; (5) memahami konsep; (6) memiliki
kemampuan mengkomunikasikan gagasan matematika dengan jelas.
Berdasarkan pemaparan tersebut, kemampuan pemahaman dan
komunikasi merupakan kemampuan yang penting dan harus dimiliki siswa
dalam memberikan belajar matematika seorang pengajar dalam hal ini guru
harus mempunyai visi agar dalam proses pembelajaran matematika dapat
terarah dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang di inginkan. Dalam hal
ini Sumarmo (2007, hlm.679), menyatakan terdapat dua visi pembelajaran
matematika yaitu ; (1) mengarahkan pembelajaran matematika untuk
pemahaman konsep-konsep yang kemudian diperlukan untuk menyelesaikan
masalah dan ilmu pengetahuan lainnya, dan (2) mengarahkan ke masa depan
yang lebih luas yaitu matematika memberikan kemampuan pemecahan
masalah, sistematis, kritis, cermat, bersifat objektif dan terbuka.
Berkaitan dengan pendapat tersebut maka menyampaikan
konsep-konsep yang sistematis, kritis dan terbuka tentunya membutuhkan
kemampuan komunikasi yang baik. Sehingga meningkatkan kemampuan
pemahaman dan komunikasi menjadi hal yang sangat diperlukan dalam
pembelajaran matematika,. Alfeld dalam Nasution (2013,hlm.7) menyatakan
bahwa seorang siswa dikatakan sudah memiliki kemampuan pemahaman
matematis jika ia sudah mampu menjelaskan konsep-konsep dan fakta
matematika dalam bentuk konsep-konsep dan fakta yang lebih sederhana.
Selanjutnya Anderson,et.al (2001,hlm.70) menyatakan siswa dikatakan
memiliki kemampuan pemahaman jika siswa tersebut mampu
mengkonstruksi makna dari pesan-pesan pengajaran seperti komunikasi lisan,
tulisan dan grafik
Dalam NCTM (1989), menyatakan bahwa program pembelajaran
kelas-kelas TK sampai SMA harus memberi kesempatan kepada para siswa
melalui lisan, tertulis dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya
secara visual; 2) Kemampuan memahami, menginteprestasikan dan
mengevaluasi ide-ide matematika baik secara baik secara lisan maupun dalam
bentuk visual lainnya; 3) kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah,
notasi-notasi matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide,
menggambarkan hubungan-hubungan dan model-model situasi.
Dalam NCTM (2000) disebutkan juga bahwa belajar tanpa
pemahaman merupakan hal yang terjadi dan menjadi masalah sejak tahun
1930-an, sehingga belajar dengan pemahaman tersebut terus ditekankan.
Siswa diharapkan dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematis
dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari berbagai ilmu
pengetahuan yang penekanaanya pada pemahaman matematis dan
pembentukan sikap siswa serta ketrampilan berkomunikasi dengan baik
didalam penerapannya. Miller (1992) menambahkan bahwa kecenderungan
siswa menghindari atau tidak mau mencoba soal-soal yang tidak rutin bisa
jadi disebabkan karena pemahaman siswa yang kurang baik mengenai suatu
konsep. Kurangnya pemahaman ini dapat disebabkan oleh rendahnya
pengetahuan prasyarat yang dimiliki siswa, hal ini tentu berhubungan dengan
cara penyampaian materi dari guru kepada siswa dalam proses pembelajaran
Selain kemampuan pemahaman matematis, kemampuan komunikasi
juga merupakan hal yang penting dalam pembelajaran matematika.
Pentingnya kemampuan komunikasi seperti diungkapkan Baroody
(Ansari,2003, hlm.4) menyatakan paling tidak ada dua alasan penting
mengapa komunikasi dalam pembelajaran matematika perlu dikembangkan,
pertama, matematika tidak hanya sekedar alat bantu berfikir, alat untuk
menemukan pola, menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan akan
tetapi matematika juga merupakan suatu alat yang tidak ternilai, karena dapat
mengkomunikasikan berbagai jenis ide secara jelas, dengan tepat dan ringkas
tapi jelas. Kedua, pembelajaran matematika merupakan kegiatan sosial;
tercipta wahana interaksi antar siswa, dan juga komunikasi antara guru dan
siswa.
Standar The National Council of Teachers of Mathematics (NCTM)
dalam Van De Walle (2008, hlm.4) mengungkapkan kemampuan komunikasi
sebagai sebagai salah satu standar utama dalam pembelajaran matematika
yaitu kemampuan pemecahan masalah (problem solving), kemampuan
komunikasi (communication), kemampuan koneksi (connection), kemampuan
penalaran (reasoning), dan kemampuan representasi (representation).
Dalam hal kemampuan komunikasi ini, Wahyudin (2008, hlm.42)
mengemukakan komunikasi merupakan cara berbagi gagasan dan
mengklarifikasi pemahaman, melalui komunikasi, gagasan-gagasan menjadi
objek-objek refleksi, penghalusan, diskusi dan perombakan. Dengan kata lain
komunikasi membantu membangun makna dan menyampaikan
gagasan-gagasan sehingga gagasan-gagasan-gagasan-gagasan tersebut dapat diketahui dan dimengerti
oranglain. Dalam konteks pembelajaran, kemampuan komunikasi yang baik
menunjang dalam keberhasilan belajar siswa.Selain keberhasilan belajar
siswa, hal ini juga bisa menjadi modal bagi siswa apabila terjun dimasyarakat.
Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan Peneliti dengan
memberikan soal materi tentang kemampuan pemahaman dan komunikasi
matematis ke beberapa siswa baik siswa dengan kemampuan kategori tinggi,
sedang dan rendah di kabupaten Bangka tengah diperoleh bahwa siswa
berkemampuan kategori tinggi 95% berusaha mengerjakan soal matematika
dengan baik dan melalui prosedur pengerjaan yang benar, sedangkan pada
siswa kategori sedang hanya 60% yang mencoba mengerjakan tugas
matematika dengan prosedur yang benar, dan pada siswa kategori rendah
diperoleh 90% dari mereka tidak berusaha untuk menyelesaikan pekerjaannya
pada materi soal yang diberikan guru dengan baik melainkan hanya
berkeinginan menyelesaikan tugas tersebut secepatnya tanpa melalui prosedur
pengerjaan yang benar. Dari hasil studi pendahuluan tersebut juga diperoleh
siswa masih rendah yaitu dibawah nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
sebesar 6,0.
Menyadari pentingnya suatu pembelajaran dalam upaya meningkatkan
kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis baik pada kelompok
siswa kategori tinggi, sedang dan rendah, maka perlu mengupayakan
pelaksanaan pembelajaran yang inovatif, menyenangkan, menyentuh, mudah
dipahami dan melibatkan siswa dalam pembelajaran tersebut sehingga siswa
tidak hanya sekedar memahami konsep akan tetapi dapat mengkontruksi
dengan sendiri pengetahuan tesebut dan mengkomunikasikan konsep tersebut
dengan simbol, baik tulisan maupun lisan dengan baik. Terdapat dua
pembelajaran yang diperkirakan dapat meningkatkan kemampuan
pemahaman dan komunikasi matematik, dua pembelajaran tersebut adalah
pembelajaran Problem Based Learning dan Inquiry Based Learning.
Pembelajaran Problem Based Learning (Ibrahim M, 2005, hlm.5-6)
merupakan pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai titik awal
untuk mengakuisasi pengetahuan baru. Siswa belajar menggunakan masalah
autentik tertentu untuk belajar content (isi) pelajaran dan sebaliknya siswa
juga belajar ketrampilan khusus untuk memecahkan masalah dengan
menggunakan sarana content pelajaran
Pembelajaran Inquiry Based Learning merupakan pembelajaran yang
mana cara memperoleh pengetahuan melalui proses inquiry (Hebrank, 2000).
Inquiry menurut Budnitz (2003) mengatakan bahwa Inquiry berarti
mengajukan pertanyaan yang dapat dijawab melalui justifikasi dan verifikasi..
Dari pernyataan tersebut maka Pembelajaran Inquiry Based Learning
merupakan pembelajaran yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk
mencari, menyelidiki, menganalisis secara sistematis, logis terhadap
permasalahan yang diajukan sehingga siswa dapat menemukan sendiri
pengetahuanya dan merumuskannya dengan penuh percaya diri.
Berdasarkan permasalahan dan paparan diatas, maka Penulis tertarik
dan komunikasi matematis melalui pembelajaran Problem Based Learning
dan Inquiry Based Learning pada siswa kelas V Sekolah Dasar.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman
matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran Inquiry Based
Learning dengan siswa yang memperoleh pembelajaran Problem
Based Learning.?
2. Apakah peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa
kelompok tinggi yang memperoleh pembelajaran Inquiry Based
Learning lebih baik daripada siswa kelompok tinggi yang
memperoleh pembelajaran Problem Based Learning?
3. Apakah peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa
kelompok sedang yang memperoleh pembelajaran Inquiry Based
Learning lebih baik daripada siswa kelompok sedang yang
memperoleh pembelajaran Problem Based Learning?
4. Apakah peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa
kelompok rendah yang memperoleh pembelajaran Inquiry Based
Learning lebih baik daripada siswa kelompok rendah yang
memperoleh pembelajaran Problem Based Learning?
5. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi
matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran Inquiry Based
Learning dengan siswa yang memperoleh pembelajaran Problem
Based Learning?
6. Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa
kelompok tinggi yang memperoleh pembelajaran Inquiry Based
Learning lebih baik daripada siswa kelompok tinggi yang
7. Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa
kelompok sedang yang memperoleh pembelajaran Inquiry Based
Learning lebih baik daripada siswa kelompok sedang yang
memperoleh pembelajaran Problem Based Learning?
8. Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa
kelompok rendah yang memperoleh pembelajaran Inquiry Based
Learning lebih baik daripada siswa kelompok rendah yang
memperoleh pembelajaran Problem Based Learning?
C.Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah diatas, maka
tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan peningkatan
kemampuan pemahaman matematis antara siswa yang memperoleh
pembelajaran Inquiry Based Learning dengan siswa yang memperoleh
pembelajaran Problem Based Learning.
2. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan pemahaman
matematis siswa kelompok tinggi yang memperoleh pembelajaran
Inquiry Based Learning lebih baik daripada siswa kelompok tinggi
yang memperoleh pembelajaran Problem Based Learning.
3. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan pemahaman
matematis siswa kelompok sedang yang memperoleh pembelajaran
Inquiry Based Learning lebih baik daripada siswa kelompok sedang
yang memperoleh pembelajaran Problem based Learning.
4. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan pemahaman
matematis siswa kelompok rendah yang memperoleh pembelajaran
Inquiry Based Learning lebih baik daripada siswa kelompok rendah
yang memperoleh pembelajaran Problem based Learning.
5. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan peningkatan
pembelajaran Inquiry Based Learning dengan siswa yang memperoleh
pembelajaran Problem Based Learning.
6. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan komunikasi
matematis siswa kelompok tinggi yang memperoleh pembelajaran
Inquiry Based Learning lebih baik daripada siswa kelompok tinggi
yang memperoleh pembelajaran Problem Based Learning.
7. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan komunikasi
matematis siswa kelompok sedang yang memperoleh pembelajaran
Inquiry Based Learning lebih baik daripada siswa kelompok sedang
yang memperoleh pembelajaran Problem Based Learning.
8. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan komunikasi
matematis siswa kelompok rendah yang memperoleh pembelajaran
Inquiry Based Learning lebih baik daripada siswa kelompok rendah
yang memperoleh pembelajaran Problem Based Learning.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1. Secara teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan wawasan
tentang penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dan
Inquiry Based Learning dalam meningkatkan kemampuan pemahaman dan
komunikasi matematis siswa kelas V Sekolah Dasar.
2. Secara praktis
a. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
dan wawasan dalam pembelajaran matematika, khususnya dalam
mengetahui pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning
dan Inquiry Based Learning dalam meningkatkan kemampuan
pemahaman dan komunikasi matematis siswa kelas V tingkat Sekolah
Dasar
b. Bagi siswa, (1) penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
pembelajaran matematika, (2) penelitian ini diharapkan dapat
meningkatkan hasil nilai pelajaran matematika.
c. Bagi Penelitian, penulis berharap tulisan ini dapat menjadi bahan
BAB III.
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu (Quasi
Experimental Research) dengan desain dari Cohen (2008,hlm.278) yaitu The
pretest-posttest two treatment design. Desain ini terdiri dari dua kelas
eksperimen yaitu kelas yang pertama memperoleh pembelajaran dengan
menggunakan pembelajaran Problem Based Learning dan kelas kedua
memperoleh pembelajaran menggunakan Inquiry Based Learning.
Pertimbangan penggunaan desain penelitian ini adalah bahwa kelas yang ada
sudah terbentuk sebelumnya, sehingga tidak dilakukan lagi pengelompokan
siswa secara acak. (Ruseffendi,2004,hlm.52). Pada desain ini, subjek
penelitian tidak dikelompokan secara acak tetapi peneliti menerima subjek
seadanya. Desain eksperimen dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut :
O X1 O
O X2 O
Keterangan :
O :Pretest-Postest (test kemampuan pemahaman dan komunikasi
matematis)
X1 : Perlakuan menggunakan pembelajaran Problem Based Learning
X2 : Perlakuan menggunakan pembelajaran Inquiry based learning …….. : Subjek tidak dikelompokan secara acak
B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari
orang objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
Variabel penelitian merupakan suatu kondisi yang dimanipulasi,
dikendalikan atau diobservasi oleh peneliti. Penelitian ini melibatkan dua
jenis variabel: dua variabel bebas, yaitu pembelajaran Problem Based
Learning dan pembelajaran Inquiry Based Learning dan dua variabel
terikat yaitu kemampuan pemahaman dan komunikasimatematis
siswa.Kedua kelompok diberikan pretes dan postes dengan menggunakan
instrumen tes yang sama
C. Populasi , Sampel dan Lokasi Penelitian
a. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yng ditetapkan peneliti
daan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006). Populasi dalam
penelitian ini adalah siswa kelas V SD negeri 1 Simpangkatis,
Bangkatengah.
b. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik probality
sampling yaitu tehnik pengambilan sampel yang memberikan peluang
yang sama bagi setiap unsur (anggota ) populasi untuk dipilih menjadi
anggota sampel (Sugiyono,2006). Dalam penelitian ini , pengambilan
sampel pada penelitian adalah kelas 5 Sekolah Dasar 1 simpangkatis yaitu
kelas 5A digunakan sebagai kelas eksperimen satu dan Kelas 5B
digunakan sebagai kelas eksperimen 2
c. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar 1 simpangkatis yang terletak
di jalan Sungai selan Km.20 kabupaten Bangka Tengah. Pertimbangan
memilih lokasi penelitian ini karena sekolah tersebut belum pernah
dilakukan penelitian sebelumnya, sehingga hasil dalam penelitian ini
kebijaksanaan sekolah dan memberi manfaat secara keilmuan kepada
siswa.
D. Definisi Operasional Variabel
Berdasarkan apa yang tertulis pada judul dan latar belakang masalah,
maka agar terhindar dari penafsiran-penafsiran yang salah, dalam penelitian
ini penulis menetapkan definisi operasional sebagai berikut :
1. Kemampuan pemahaman matematis
Pemahaman matematis adalah perilaku kognitif siswa yang
mencakup kemampuan mengenal, kemampuan menjelaskan, dan
mengaikan beberapa konsep dasar yang satu dengan yang lain.
Kemampuan matematis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah :
a. Pemahaman instrumental, diartikan sebagai pemahaman konsep yang
masih saling terpisah antara satu konsep dengan konsep yang lainnya
dan baru mampu menerapkan konsep tersebut pada perhitungan
sederhana, atau mengerjakan sesuuatu secara algoritmis.
b. Pemahaman relasional adalah kemampuan mengaitkan beberapa konsep
yang saling berhubungan
2. Kemampuan komunikasi matematis
Komunikasi matematis adalah menyampaikan hasil pemikiran
matematis siswa kepada teman,guru, atau orang lain secara jelas dan
terarah. Kemampuan komunikasi matematis dalam penelitian ini meliputi :
a. Menyatakan suatu situasi, ke dalam bentuk gambar, diagram, bahasa,
simbol, ekspresi atau model matematik
b. Membaca dengan pemahaman suatu representasi matematis tertulis.
c. Mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragraf matematika dalam
3. Pembelajaran Problem Based Learning
Pembelajaran Problem Based Learning adalah pembelajaran yang
menekankan pada masalah sebagai dasar pembelajarannya untuk
memperoleh pengetahuan yang baru.
4. Pembelajaran Inquiry Based Learning
Pembelajaran Inquiry Based Learning adalah pembelajaran yang
melibatkan aktivitas siswa dalam menyelidiki, menganalisis secara
sistematis terhadap permasalahan yang diajukan sehingga siswa dapat
mengkontruksi pengetahuannya sendiri
E.Instrumen Penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa soal
pre-test dan soal posttest . Soal Pretest diberikan sebelum pembelajaran
dimulai baik pada kelas eksperiment satu maupun kelas eksperimen dua ,
test yang diberikan ini berupa test kemampuan pemahaman dan
komunikasi matematis awal siswa. Selanjutnya kedua kelas diberikan
perlakuan berupa pembelajaran Problem Based Learning pada kelas
eksperimen satu dan pembelajaranInquiry Based learning pada kelas
eksperimen dua, dan diakhir pembelajaranpost-test sebagai hasil dari
tindakan pemberian pembelajaran kepada dua kelas tersebut. Gambaran
instrument kedua kemampuan matematis tersebut adalah sebagai berikut :
1. Tes kemampuan pemahaman
Tes pemahaman matematis dalam penelitian ini adalah test
tertulis dalam bentuk uraian sejumlah 5 soal. Test tersebut disusun
berdasarkan pokok bahasan yang disesuikan dengan kurikulum yang
diajarkan disekolah tersebut. Penyusunan diawali dengan pembuatan
kisi-kisi soal yang mencakup pokok bahasan, kemampuan yang akan
diukur berdasarkan indikator yang telah ditetapkan, selanjutnya
penyusunan butir-butir soal, pembuatan kunci jawaban, dan pedoman
penskoran tiap butir soal. Untuk memberikan penilaian yang objektif,
berpedoman pada Holistic scoring rubrics yang diadaptasi dari Cai,
Lane dan Jakabcsin yang telah dimodifikasi. Kriteria penskoran untuk
test pemahaman matematis dapat dilihat pada tabel –tabel berikut :
Tabel 3.1
Pedoman Penskoran Test Kemampuan Pemahaman Matematis Soal No.1
Indikator Soal Respon Skor Contoh jawaban
Pemahaman
instrumental
Selesaikan
penjumlah
an dari
8 + 12
Tidak ada jawaban 0 -
Jawaban salah atau
hanya menuliskan
konsep yang akan
digunakan atau hanya
menuliskan jawaban
akhir
1 8 + 12 = 20
atau hanya menuliskan jawaban akhir walaupun jawaban benar, contoh 21
Jawaban salah; siswa
menuliskan konsep
matematika dan
menerapkannya dalam
perhitungan, tetapi
kurang lengkap
2 8 + 12
= 20 ( +
= 20 +
Jawaban benar ; siswa
menuliskan konsep
matematika dan
menerapkannya dalam
perhitungan , tetapi
kurang lengkap
3 8 + 12
= 20 ( +
= 20 +
Jawaban benar ; siswa
menuliskan konsep
matematika dan
menerapkannya dalam
perhitungan dengan
lengkap dan benar
4 8 + 12
= ( 8+12 ) + ( +
= 20 +
+
)
= 20 +
atau
= 21
Tabel 3.2
Pedoman Penskoran Test Kemampuan Pemahaman Matematis Soal No.2
Indikator Soal Respon Skor Contoh jawaban
Pemahaman
Instrumental
Hitunglah
Hasil dari
16,5 + 35% -
13
Tidak ada jawaban 0 -
Jawaban salah atau
hanya menuliskan
konsep yang akan
digunakan atau
hanya menuliskan
jawaban akhir
1 16,5 + 35% - 13
= 38,5 %
atau hanya
menuliskan jawaban
akhir walaupun
benar, contoh 3,65
Jawaban salah; siswa menuliskan konsep matematika dan menerapkannya dalam perhitungan, tetapi kurang lengkap
2 16,5 + 35% - 13,2 =
( 16,5 +
) - 13,2
=
Jawaban benar ;
siswa menuliskan
konsep matematika
dan menerapkannya
dalam perhitungan ,
tetapi kurang
lengkap
3 16,5 + 0,35 - 13,2 =
( 16,5 + 0,35 ) - 13,2
= 3,65
Jawaban benar ;
siswa menuliskan
konsep matematika
dan menerapkannya
dalam perhitungan
dengan lengkap dan
benar
4 16,5 + 0,35 - 13,2 =
( 16,5 + 0,35 ) - 13,2
=
16,85 - 13,2
Tabel 3.3
Pedoman Penskoran Test Kemampuan Pemahaman Matematis Soal No.3
Indikator Soal Respon Skor Contoh jawaban
Pemahaman
instrumental
Selesaikan
pengurangan
dari 15 - 12
Tidak ada jawaban 0 -
Jawaban salah atau
hanya menuliskan
konsep yang akan
digunakan atau
hanya menuliskan
jawaban akhir
1 15 - 12
15-12,05
atau hanya
menuliskan jawaban
akhir walaupun
benar, contoh 2,95
Jawaban salah; siswa menuliskan konsep matematika dan menerapkannya dalam perhitungan, tetapi kurang lengkap
2 15 - 12
15-12 =
3-
2
Jawaban benar ;
siswa menuliskan
konsep matematika
dan menerapkannya
dalam perhitungan ,
tetapi kurang
lengkap
3 15 - 12
15-12 =
3-
2,95
Jawaban benar ;
siswa menuliskan
konsep matematika
dan menerapkannya
dalam perhitungan
dengan lengkap dan
benar
4 15 - 12
15 –
12,05 = 2,95
Tabel 3.4
Pedoman penskoran test kemampuan pemahaman matematis soal No.4
Indikator Soal Respon Skor Contoh jawaban
Pemahaman
Relasional
Denissa
mempunyai 1
potong roti, ia
memberikan
untuk zuyin.
kemudian
sisanya ia
berikan kepada
Hani dan Suci
sama besar.
Berapakah roti
yang diperoleh
Hani dan Suci
masing-masing
Tidak ada jawaban 0 -
Jawaban salah atau
hanya menuliskan
konsep yang akan
digunakan atau
hanya menuliskan
jawaban akhir
1 1 - :2
atau hanya menuliskan jawaban akhir walaupun benar, contoh Jawaban salah; siswa menuliskan konsep matematika dan menerapkannya dalam perhitungan, tetapi kurang lengkap
2 1 - = : 2 = 4
Jawaban benar ;
siswa menuliskan
konsep matematika
dan menerapkannya
dalam perhitungan ,
tetapi kurang
lengkap
3 1 - = : 2 =
Jawaban benar ;
siswa menuliskan
konsep matematika
dan menerapkannya
dalam perhitungan
dengan lengkap dan
benar
4 1 - = - =
roti dibagikan 2
orang sama besar
= : 2 sama besar
, jadi
masing-masing memperoleh
Tabel 3.5
Pedoman Penskoran Test Kemampuan Pemahaman Matematis Soal No.5
Indikator Soal Respon Skor Contoh jawaban
Pemahaman Relasional Dalam sebuah acara penanaman tanaman bunga terdapat 3 tanaman bunga yaitu mawar, kantil dan anggrek, ditentukan bahwa jarak antara mawar dengan kantil adalah 3 sedangkan jarak kantil dengan anggrek adalah
2 meter. Berapakah
jarak antara
mawar dan
anggrek?
Tidak ada jawaban 0 -
Jawaban salah atau
hanya menuliskan
konsep yang akan
digunakan atau
hanya menuliskan
jawaban akhir
1 3
+ 2 =8 atau hanya menuliskan jawaban akhir walaupun
benar, contoh 8
Jawaban salah; siswa menuliskan konsep matematika dan menerapkannya dalam perhitungan, tetapi kurang lengkap
2 3
+ 2
= ( 3+5 ) +
( + )=8 + = 8
Jawaban benar ;
siswa menuliskan
konsep matematika
dan menerapkannya
dalam perhitungan ,
tetapi kurang
lengkap
3 3
+ 2
= ( 3+5 ) +
(
+
)=8
Jawaban benar ;
siswa menuliskan
konsep matematika
dan menerapkannya
dalam perhitungan
dengan lengkap dan
benar
4 3
+ 2
= ( 3+5 ) +
(
+
= 8 +
+
)= 8 +
Jadi jarak mawar
dengan anggrek
adalah 8
2. Test Kemampuan Komunikasi Matematis
Tes komunikasi matematis dalam penelitian ini adalah test
tertulis dalam bentuk uraian sejumlah 4 soal akan tetapi dalam setiap
soal terdapat butir-butir soal secara terpisah dan mempunyai kriteria
penilaian yang terpisah juga. Seperti halnya test kemampuan
pemahaman matematis test ini disusun berdasarkan pokok bahasan
yang disesuikan dengan kurikulum yang diajarkan disekolah tersebut.
Penyusunan diawali dengan pembuatan kisi-kisi soal yang mencakup
pokok bahasan, kemampuan yang akan diukur berdasarkan indikator
yang telah ditetapkan, selanjutnya penyusunan butir-butir soal,
pembuatan kunci jawaban, dan pedoman penskoran tiap butir soal.
Untuk memberikan penilaian yang objektif, kriteria pemberian skor
untuk soal test kemampuan pemahaman berpedoman pada Holistic
scoring rubrics yang diadaptasi dari Cai, Lane dan Jakabcsin yang
telah dimodifikasi. Kriteria penskoran untuk test pemahaman
matematis dapat dilihat pada tabel –tabel dibawah ini :
Tabel 3.6
Pedoman Penskoran Test Kemampuan Komunikasi Matematis Soal No.6
Indikator Soal Respon Skor Contoh jawaban
Menyatakan suatu
situasi, ke dalam
bentuk gambar,
diagram, bahasa,
simbol, ekspresi
atau model
matematik
Gambarlah
sebuah gambar
yang
menunjukan
pecahan
Tidak ada
jawaban
Indikator Soal Respon Skor Contoh jawaban
Jawaban salah,
ada gambar
tapi tidak
menunjukan
pecahan
apapun
1
Jawaban salah,
ada gambar
tapi
menunujukan
pecahan yang
lain
2
Jawaban benar
dan gambar
menunjukan
pecahan yang
dimaksud
Tabel 3.7
Pedoman Penskoran Test Kemampuan Komunikasi Matematis Soal No.7
Indikator Soal Respon Skor Contoh Jawaban
Menyatakan
suatu situasi, ke
dalam bentuk
gambar, diagram,
bahasa, simbol,
ekspresi atau
model matematik
Perhatikan gambar
di bawah ini :
Pak Noto memiliki
sebidang
tanah. bagiannya
diberikan kepada
Joko sedangkan
anak yang lainnya
mendapat bagian
seperti pada
gambar diatas. jika
luas tanah Budi
diberikan kepada
Sinta.
a. Berapa bagian
kah tanah sinta
sekarang?
Tidak ada jawaban 0 -
Jawaban salah;
siswa menuliskan
sebagian jawaban
secara matematis
dan tidak
menerapkannya
dalam perhitungan
1 =
Atau Budi joko
anton
/hanya menulisakan
jawaban akhir saja
Indikator Soal Respon Skor Contoh Jawaban
Jawaban salah ;
siswa menuliskan
jawaban secara
matematis dan
menerapkannya
dalam perhitungan ,
tetapi kurang
lengkap
2 =
Jawaban benar ;
siswa menuliskan
jawaban secara
matematis dan
menerapkannya
dalam perhitungan
namun tidak lengkap
3 =
Jawaban benar
;siswa menuliskan
jawaban secara
matematis dan
menerapkannya
dalam perhitungan
lengkap dan benar
4 Tanah sinta =
Tanah budi dan
anton = dibagi
2, maka tanah
budi dan anton
, sehingga, tanah
sinta adalah
=
Indikator Soal Respon Skor Contoh Jawaban Mengungkap kan kembali suatu uraian atau paragraf matematis dalam bahasa sendiri b.Bagaimana kamu dapat menemukan jawaban itu? Kemukakan !
Tidak ada jawaban 0 -
Jawaban salah dan hanya
sedikit penjelasan konsep,
ide atau persoalan dari soal
yang diberikan dengan
kata-kata sendiri dalam
bentuk penulisan kalimat
secara matematik
1 Tanah joko =
tanah sinta =
bagian, tanah
budi adalah
setengah tanah
joko yaitu ,
Jawaban benar Penjelasan
konsep, ide atau persoalan
dari soal yang diberikan
dengan kata-kata sendiri
dalam bentuk penulisan
kalimat secara matematik
,namun kurang lengkap
2 Tanah joko =
tanah sinta =
bagian, tanah
budi adalah
setengah tanah
joko yaitu ,
sehingga
=
Penjelasan konsep, ide atau
persoalan dari soal yang
diberikan dengan kata-kata
sendiri dalam bentuk
penulisan kalimat secara
matematik Semua
penjelasan dijawab dengan
3 Tanah sinta =
Tanah budi dan
anton = dibagi
2, maka tanah
lengkap, jelas dan benar , sehingga, tanah
sinta adalah
= =
Tabel 3.8
Pedoman Penskoran Test Kemampuan Komunikasi Matematis Soal No.8
Indikator Soal Respon Skor Contoh Jawaban
Membaca
dengan
pemahaman
suatu
representasi
matematis
Dengan melihat pada tabel
diatas,
a. Siapakah yang
memperoleh nilai
Matematika tertinggi?
Nama
Nilai
Mtk Bhs Ipa
Ifa 8,5 8,2 9,7
Hani 8 8 9
Zuyin 8,25 8,15 8,5
Tidak ada
jawaban
0 -
Jawaban salah 1 Ifa atau zuyyin
Jawaban benar 2 Hani
b. Siapakah yang
memperoeh nilai
Matematika bahasa
terendah ?
Tidak ada
jawaban
0 -
Jawaban salah 1 Ifa atau hani
Jawaban benar 2 Zuyyin
c. Berdasarkan 4 mata
pelajaran tersebut,
siapakah yang memiliki
jumlah nilai tertinggi,
berapakah jumlah
nilainya?
Tidak ada
jawaban
Indikator Soal Respon Skor Contoh Jawaban
Jawaban salah;
siswa hanya
menuliskan
sebagian
jawaban secara
matematis dan
tidak
menerapkannya
dalam
perhitungan
1 Ifa atau zuyyin,
8,5 +8,2 +9,7
=26,4
Jawaban benar ;
siswa
menuliskan
jawaban secara
matematis dan
menerapkanya
dalam
perhitungan ,
tetapi kurang
lengkap
2 Hani,
8 + 8 + 9
16 + 9
Jawaban benar,
siswa
menuliskan
jawaban secara
matematis dan
menerapkannya
dalam
perhitungan
3 Hani,
8 + 8 + 9
= 8,8 + 8,75+9,5
= 17,55 + 9,5
dengan lengkap
[image:30.595.110.516.112.154.2]dan benar
Tabel 3.9
Pedoman Penskoran Test Kemampuan Komunikasi Matematis Soal No.9
Indikator Soal Respon Skor Contoh jawaban
[image:30.595.110.517.234.759.2]Menyatakan suatu situasi, ke dalam bentuk gambar, diagram, bahasa, simbol, ekspresi atau model matematik
Panjang sisi sebuah
kebun berbentuk
persegi panjang
dengan panjang 12,5
meter dan lebar 8
Berapakah keliling
kebun tersebut,
gambarkan dengan
sebuah bangun kebun
tersebut? Tidak ada jawaban atau jawaban salah dan gambar salah
0 -
Jawaban
salah,
gambar
benar
1 12,5 + 12,5 +
8 = 41
Gambar nya :
Jawaban benar, namun dalam perhitungan masih kurang lengkap dan
2 12,5 + 12,5 +
8 = 25 + 16
= 41 meter
Gambar nya : 12,5 8
gambar
benar
Indikator Soal Respon Skor Contoh Jawaban
Jawaban
benar disertai
perhitungan
secara
matematis
secara
lengakap dan
benar, dan
gambar
benar
3 Keliling kebun =
panjang sisi kanan +
panjang sis kiri +
lebar sisi depan +
lebar sisi belankang
= 12,5 + 12,5 +
8 = 25 + 16
= 25 + (16+ + )
= 25 + (16 + 1 + )
= 25 + 17
= 42 meter
Gambar nya :
F. Uji Instrumen Penelitian
Sebelum diberikan kepada sampel penelitian, soal kemampuan
pemahaman dan komunikasi matematis yang telah disusun di ujicobakan
terlebih dahulu.Ujicoba dilakukan disekolah yang tempat penelitian pada
kelas yang lebih tinggi yaitu kelas 6. Hasil uji coba soal pemahaman dan
komunikasi matematis kemudian dianalisis validitas dan realibilitas 12,5
[image:31.595.105.520.206.586.2]menggunakan software SPSS versi 20, adapun tahapan analisis tersebut
meliputi :
1. Analisis validitas test
Suherman dan Kusumah (1990), menyatakan suatu alat
evaluasi disebut valid jika ia dapat mengevaluasi dengan tepat sesuatu
yang di evaluasi. Hal yang yang sam juga di ungkapkan Ruseffendi
(2010) menyatakan bahwa suatu instrument disebut valid bila
instrument itu, untuk maksud dan kelompok tertentu mengukur apa
yang seharusnya diukur. Pengujian Validitas pada Penelitian ini
dilakukan dengan analisis faktor yaitu mengkorelasikan antara skor
butir dengan skor total dengan menggunakan Pearson product
Moment (Arikunto,2001,hlm.72)
∑ ∑ ∑
√{( ∑ ∑ )}{ ∑ ∑ }
Dengan :
Rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
n = jumlah peserta tes
X = skor item test
Y = skor total
Interpretasi besarnya koefisien validitas (Suherman, 2003,hlm.113)
[image:32.595.183.446.614.751.2]dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Tabel 3.10
Interpretasi Koefisien Validitas
Koefisien Validitas Interpretasi
0,90 < rxy≤ 1,00 Sangat baik
0,60 < rxy≤ 0,90 Baik
0,40 < rxy≤ 0,60 Cukup
0,20 < rxy≤ 0,40 Kurang
Skor hasil uji coba test kemampuan pemahaman dan komunikasi
matematis dihitung koefisien korelasinya. Hasil perhitungan koefisien
korelasi (rxy) dibandingkan dengan nilai kritis rtabel (nilai korelasi pada
tabel r). tiap ítem tes dikatakan valid apabila memenuhi rxy> rtabel, selain itu
dapat juga menggunakan nilai p-value sebesar 0,05,yaitu apabila nilai sig 2
tailed kurang dari nilai alpha sebesar 0,05 maka soal tersebut dapat
dikatakan valid
Data hasil uji coba soal tes serta validitas butir soal selengkapnya
ada pada Lampiran. Perhitungan validitas butir soal menggunakan
software SPSS for windows versi 20. Untuk validitas butir soal digunakan
korelasi product moment dari Karl Pearson, yaitu korelasi setiap butir soal
dengan skor total dengan pengambilan keputusan jika nilai sig (2-tailed) dengan α = 0,05 , nilai sig < α makasoaltersebut validdan nilai sig > α maka soal tidak valid. Hasil validitas butir soal kemampuan pemahaman
[image:33.595.148.502.482.659.2]matematis disajikan pada Tabel berikut ini:
Tabel 3.11
Hasi Uji Validitas Soal Test Kemampuan Pemahaman Matematis
No Soal Sig (2-tailed) α = 0,05 Keputusan
1 0,007 0,05 Valid
2 0,001 0,05 Valid
3 0,005 0,05 Valid
4 0,234 0,05 Tidak Valid
5 0,005 0,05 Valid
6 0,216 0,05 Tidak Valid
7 0,026 0,05 Valid
Pada Tabel 3.11 diatas terlihat untuk soal no.1,2,3,5, dan 7 nilai
alpha < 0,05, artinya kelima soal tersebut valid dan dapat dijadikan
sedangkan soal no. 4 dan 7 diperoleh nilai alpha > 0,05 yang berarti
soal tersebut tidak valid sehingga tidak dapat dijadikan sebagai
instrument dalam mengukur kemampuan pemahaman matematis
siswa. Melihat dari hasil perhitungan validitas diatas maka test yang
akan dipergunakan dalam penelitian mengukur kemampuan
pemahaman matematis adalah soal no.1,2,3,5, dan 7.
Selanjutnya uji validitas untuk kemampuan komunikasi
matematis. Perhitungan validitas butir soal menggunakan software
SPSS for windows versi 20. Untuk validitas butir soal digunakan
korelasi product moment dari Karl Pearson, yaitu korelasi setiap butir
soal dengan skor total dengan pengambilan keputusan jika nilai sig
[image:34.595.149.500.443.745.2](2-tailed) dengan α = 0,05 , nilai sig < α makasoaltersebut validdan nilai sig > α maka soal tidak valid. Hasil validitas butir soal kemampuan komunikasi matematis disajikan pada Tabel berikut ini:
Tabel 3.12
Hasi Uji Validitas Soal Test Kemampuan Komunikasi Matematis
No Soal Sig (2-tailed) α = 0,05 Keputusan
6 0,021 0,05 Valid
7a 0,034 0,05 Valid
7a 0,332 0,05 Tidak Valid
7b 0,782 0,05 Tidak Valid
8b 0,009 0,05 Valid
8c 0,008 0,05 Valid
9 0,000 0,05 Valid
10 0,014 0,05 Valid
11a 0,406 0,05 Tidak Valid
11b 0,414 0,05 Tidak Valid
12a 0,034 0,05 Valid
12b 0,010 0,05 Valid
13b 0,908 0,05 Tidak Valid
13c 0,276 0,05 Tidak Valid
Pada Tabel 3.12 diatas terlihat untuk soal no. 6, 12a, 12b, 8a,
8b, 8c, 9 dan 10 nilai alpha < 0,05, artinya kedelapan soal tersebut
valid dan dapat dijadikan sebagai test untuk mengukur kemampuan
komunikasi matematis, sedangkan soal no. 11a, 11b, 7a, 7b, 13a, 13b
dan 13c diperoleh nilai alpha > 0,05 yang berarti soal tersebut tidak
valid sehingga tidak dapat dijadikan sebagai instrument dalam
mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa. Melihat dari hasil
perhitungan validitas diatas maka test yang akan dipergunakan dalam
penelitian dalam mengukur kemampuan komunikasi matematis penulis
memilih 7 butir soal yaitusoal no.6, 12a, 12b, 8a, 8b, 8c dan 9
2. Analisis Realibilitas Test
Realiabilitas tes adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes,
yaitu sejauh mana tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang
ajeg atau konsisten.Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila hasil
pengukuran dengan alat tersebut adalah sama jika sekiranya
pengukuran tersebut dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang
berlainan atau pada kelompok orang yang berlainan pada waktu yang
sama.Skor dalam soal adalah 0 sampai 4 maka untuk uji reliabilitas
digunakan rumus alpha, sebagai berikut :
∑
Keterangan:
11 : koefisien reliabilitas soal
: banyak butir soal
Kriteria koefisien reliabitas yang digunakan adalah kriteria Gilford
[image:36.595.179.458.313.450.2](Suherman, 2003,hlm.139) seperti ditunjukkan pada Tabel berikut :
Tabel 3.13
Klasifikasi Tingkat Reliabilitas
Koefisien Reliabilitas Keterangan
0,90 < r11≤ 1,00 Sangat tinggi
0,70 < r11≤ 0,90 Tinggi
0,40 < r11≤ 0,70 Sedang
0,20 < r11≤ 0,40 Rendah
0,00 ≤ r11≤ 0,20 Sangat rendah
Untuk mengetahui instrumen yang digunakan reliabel atau tidak
maka dilakukan pengujian reliabilitas dengan rumus Alpha-Croncbach
dengan bantuan SPSS versi 20.Pengambilan keputusan yang dilakukan
adalah dengan membandingkan rhitung dan rtabel.Jika rhitung> rtabel maka soal
reliabel, sedangkan jika rhitung< rtabel maka soal tidak reliabel.
Maka untuk α = 5% dengan n= 13diperoleh rtabel0,553. Hasil
perhitungan reliabilitas dari uji coba instrumen diperoleh rhitung = 0,741.
Artinya soal tersebut reliabel karena nilai r hitungsebesar 0,741> r tabel
sebesar 0,553 dan termasuk ke dalam kategori tinggi.Hasil perhitungan
selengkapnya ada pada Lampiran. Berikut ini merupakan rekapitulasi hasil
perhitungan reliabilitas:
Tabel 3.14
Kemampuan Pemahaman Matematis
rhitung rtabel Kriteria Kategori
0,741 0,553 Reliabel Tinggi
Hasil analisis pada Tabel 3.14 menunjukkan bahwa soal
kemampuan pemahaman matematistelah memenuhi syarat yang memadai
untuk digunakan dalam penelitian. Selanjutnya reliabilitas test kemampuan
komunikasi matematis. Untuk mengetahui instrumen yang digunakan
reliabel atau tidak maka dilakukan pengujian reliabilitas dengan rumus
Alpha-Croncbach dengan bantuan SPSS versi 20.Pengambilan keputusan
yang dilakukan adalah dengan membandingkan rhitung dan rtabel.Jika rhitung>
rtabel maka soal reliabel, sedangkan jika rhitung ≤ rtabel maka soal tidak
reliabel.
Maka untuk α = 5% dengan n= 15 diperoleh rtabe = 0,514. Hasil
perhitungan reliabilitas dari uji coba instrumen diperoleh rhitung = 0,717.
Artinya soal tersebut reliabel karena nilai r hitungsebesar 0,717 > r tabel
sebesar 0,514 dan termasuk ke dalam kategori tinggi.Hasil perhitungan
selengkapnya ada pada Lampiran. Berikut ini merupakan rekapitulasi hasil
[image:37.595.191.435.126.178.2]perhitungan reliabilitas:
Tabel 3.15
Reliabilitas Tes
Kemampuan Komunikasi Matematis
rhitung rtabel Kriteria Kategori
0,717 0,514 Reliabel Tinggi
Hasil analisis pada Tabel 3.15 menunjukkan bahwa soal
kemampuan komunikasi matematis telah memenuhi syarat yang memadai
untuk digunakan dalam penelitian.
Dalam penelitian ini tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah :
1. Dokumen
Metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data dengan
melihatnya dalam dokumen-dokumen yang telah ada (Budiyono,
2003:54). Dalam penelitian ini, Peneliti mengumpulkan data-data
tertulis yang dimiliki siswa berupa absensi dan jumlah siswa .
2. Tes berupa Pretest dan Posttest
Metode tes adalah cara pengumpulan data yang menghadapkan
sejumlah pertanyaan-pertanyaan atau suruhan-suruhan kepada subyek
penelitian (Budiyono,2003,hlm.54). Dalam penelitian ini, metode tes
digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan pemahaman
dan komunikasi matematis.Bentuk tes yang digunakan adalah tes Isian
dengan rubrik penilaian dengan rentang 0 sampai 4.
H. Tehnik Analisis data
Analisis data hasil tes kemampuan pemahaman dan komunikasi
matematis siswa dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan uji
statistic dengan bantuan software SPSS versi 20 dan Microsoft excel 2007.
Analisis data yang dimaksud untuk mengetahui besarnya peningkatan
kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis pada kedua kelas
eksperimen yang telah diberikan perlakuan pembelajaran dengan Problem
Based Learning dan Inquiry Based Learning.Adapun tahapan analisis data
adalah sebagai berikut :
1. Memberikan skor jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban dan
pedoman penskoran yang telah ditentukan
2. Membuat tabel skor pretest, post test ,gain dan N-gain pada kedua
kedua kelas eksperimen
3. Menentukan skor peningkatan kemampuan pemahaman dan
[image:39.595.155.508.230.319.2]
Kriteria normalisasi gain menurut Hake adalah sebagai berikut :
Tabel .3.16
Kriteria N-Gain Menurut Hake
Normalisasi gains Kriteria
(<g>) > 0,70 Tinggi
0,30 < (<g>) ≤ 0,70 Sedang
(<g>) ≤ 0,30 Rendah
4. Melakukan uji normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
tersebut berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan pada
skor N-gain kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis pada
kelas Problem Based Learning maupun Inquiry Based Learning.
Dalam uji normalitas digunakan uji kolmogorov smirnov dan apabila
data hasil perhitungan tidak diketahui maka perhitungan dialihkan
menggunakan uji shapiro wilk dengan taraf signifikasi 5%.
Pengambilan keputusannya adalah apabila nilai apabila sig.(p-value) < nilai α = 0,05, berarti H0 ditolak dan H1 diterima, dan apabila
sig.(p-value) > nilai α = 0,05, berarti H0 diterima dan H1 ditolak. Uji
normalitas dilakukan sebagai prasayarat dalam menentukan uji
selanjutnya.
5. Melakukan uji homogenitas varians
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah varian
kedua kelompok sama atau berbeda.Uji Homogenitas varians dalam
penelitian ini menggunakan uji levenedengan taraf signifikasi
5%.Pengambilan keputusannya adalah apabila nilai apabila
sig.(p-value) < nilai α = 0,05, berarti H0 ditolak dan H1 diterima, dan
ditolak. Uji normalitas dilakukan sebagai prasayarat dalam
menentukan uji selanjutnya.
6. Apabila data diketahui berdistribusi normal dan bervariansi homogen,
uji selanjutnya menggunakan uji perbedaan rataan skorN-gain
menggunakan uji t yaitu Independent sample T-Test dengan taraf signifikasi α = 0,05. Ada dua hal yang dapat dilakukan dengan uji independent sample t test, yaitu :
a. Apabila diketahui data berdistribusi normal dan bervariansi
homogen maka uji independent sample t test dalam menentukan
nilai t hitung maupun nilai sig dengan melihat kolom equal variances
assumsed
b. Apabila diketahui data berdistribusi normal tetapi tidak bevariansi
homogen maka uji indendent sample t test dalam menentukan nilai
t hitung maupun nilai sig dengan melihat kolom equal variances not
assumsed
Kriteria pengambilan keputusan ditentukan jika t hitung<t tabel maka
H0 diterima berarti H1 ditolak dan jika t hitung> t tabel maka H0
ditolakKriteria pengujian adalah H0 ditolak berarti H1 diterima.
7. Uji perbedaan rerata skor N-gain dapat menggunakan uji statistik non
parametrik mann whitney u, apabila data diketahui salah satu atau
keduanya tidak berdistribusi normal, maka tidak perlu melakukan uji
homogenitas.
8. Hasil data dari penelitian diolah dengan menggunakan software SPSS
versi 20 dan data yang diperoleh dipergunakan untuk menjawab
hipotesis penelitian yang telah ditentukan.
I. Tahap Penelitian
Penelitian ini rencana akan dilaksanakan selama 6 bulan, yaitu
mulai bulan januari 2015 sampai dengan bulan Juni 2015 .Peneliti
menyusun proposal dan menyempurnakan proposal pada bulan Januari
diseminarkan pada bulan februari.Pada akhir bulan februari peneliti
mengajukan usulan ijin penelitian.Pelaksanaan tindakan dilakukan pada
awal bulan Maret 2015 sampai dengan pertengahan bulan April
2015.Selanjutnya data yang diperoleh dalam penelitia diolah dan dianalisis
pada akhir bulan April 2015.Tahap terakhir adalah penyusunan laporan.
Adapun secara garis tahap penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
Penelitian ini akan dilaksanakan mulai bulan maret tahun ajaran
2015/2016. Penelitian dibagi ke dalam beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
a. Melakukan studi lapangan dan literatur untuk mencari masalah dan
kemungkinan solusinya.
b. Menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian.
c. Melakukan uji coba instrumen penelitian pada siswa yang telah
menerima materi instrumen.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
a. Melakukan tes kemampuan awal matematik kedua kelas, baik dikelas
eksperimen satu maupun kelas eksperimen dua
b. Melakukan pretes untuk mengukur kemampuan pemahaman dan
komunikasi matematis siswa baik di kelas eksperimen satu maupun
kelas eksperimen dua
c. Melaksanakan proses pembelajaran. Saat pembelajaran, kelas
eksperimen satu menggunakan pembelajaran Problem Based Learning
sedangkan kelas eksperimen dua melalui pembelajaran Inquiry Based
Learning
d. Melakukan postest pada kedua kelas untuk mengukur hasil
pembelajaran
3. Tahap Penulisan Laporan
a. Mengolah data yang dihasilkan selama proses penelitian dan
menganalisis data tersebut
c. Memberikan rekomendasi kepada pihak terkait, tentang pembelajaran
Problem Based Learning dan Inquiry Based Learning sebagai alternatif
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan pada bab sebelumnya,
maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman
matematis siswa yang memperoleh pembelajaran Inquiry Based
Learning dengan siswa yang memperoleh pembelajaran Problem
based Learning.
2. Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman
matematis siswa kelompok tinggi yang memperoleh pembelajaran
Inquiry Based Learning dengan siswa kelompok tinggi yang
memperoleh pembelajaran Problem Based Learning.
3. Kemampuan pemahaman matematis siswa kelompok sedang yang
memperoleh pembelajaran Inquiry Based Learning lebih baik
daripada siswa kelompok sedang yang memperoleh pembelajaran
Problem Based Learning..
4. Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman
matematis siswa kelompok rendah yang memperoleh pembelajaran
Inquiry Based Learning dengan siswa kelompok rendah yang
memperoleh pembelajaran Problem Based Learning.
5. Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi
matematis siswa yang memperoleh pembelajaran Inquiry Inquiry
Based Learning dengan siswa yang memperoleh pembelajaran
Problem Based Learning.
6. Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi
matematis siswa kelompok tinggi yang memperoleh pembelajaran
Inquiry Based Learning dengan siswa kelompok tinggi yang
kemampuan komunikasi matematis siswa kelompok tinggi yang
memperoleh pembelajaran Inquiry Based Learning dengan siswa
kelompok tinggi yang memperoleh pembelajaran Problem Based
Learning tidak berbeda secara signifikan
7. Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi
matematis siswa kelompok sedang yang memperoleh pembelajaran
Inquiry Based Learning dengan siswa kelompok sedang yang
memperoleh pembelajaran Problem Based Learning. Artinya
kemampuan komunikasi matematis siswa kelompok sedang yang
memperoleh pembelajaran Inquiry Based Learning dengan siswa
kelompok sedang yang memperoleh pembelajaran Problem Based
Learning tidak berbeda secara signifikan
8. Kemampuan komunikasi matematis siswa kelompok rendah yang
memperoleh pembelajaran Inquiry Based Learning lebih baik
daripada siswa kelompok rendah yang memperoleh pembelajaran
Problem based Learning. Artinya pembelajaran Inquiry Based
Learning dan Problem Based Learning memiliki pengaruh dalam
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Namun
pembelajaran Inquiry Based Learning memberikan pengaruh lebih
besar pada siswa kelompok rendah dibandingkan pengaruh yang
diberikan pembelajaran Problem Based Learning.
B. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti dapat memberikan
saran-saran sebagai berikut :
1. Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, menunjukan bahwa
pembelajaran Problem based Learning dan Inquiry Based Learning
berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan kemampuan
pemahaman dan komunikasi matematis, oleh karena itu kedua
pembelajaran tersebut dapat digunakan sebagai alternatif dalam
2. Adanya perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematis
siswa kelompok sedang serta perbedaan peningkatan kemampuan
komunikasi matematis siswa kelompok rendah dapat dipengaruhi oleh
perbedaan jumlah masing-masing kelompok pembelajaran dan
kurikulum sebelumnya yang lebih condong ke saintific approach.
Oleh karena itu diharapkan peneliti yang akan meneliti tentang
variabel yang sama atau berhubungan untuk dapat melihat aspek
jumlah dan kurikulum sebelumnya.
3. Untuk peneliti lebih lanjut hendaknya penelitian ini dapat dilengkapi
dengan meniliti aspek-aspek yang belum tersentuh oleh peneliti,
misalkan pengaruh pencapaian pembelajaran Problem Based Learning
dan Inquiry Based Learning jika ditinjau dari aspek motivasi, usia,
jenis kelamin,latar belakang pekerjaan orangtua, maupun dari
DAFTAR PUSTAKA
Ansari,B.I.(2003).Menumbuh kembangkan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik siswa SMU melalui Strategik Think talk write, Disertasi. UPI Bandung : Tidak dipublikasikan
Anderson,et al.(2001). A Taxonomy for Learning Teaching and assessing. New York:longman
Arends, R., I. (2008). Learning to teach. (Terjemahan Helly Prajitno Soetjipto & Sri Mulyantini Soetjipto). New York: McGraw Hill Companies. (Buku Asli Diterbitkan tahun 2007).)
Arends, R., I., & Kilcher, A. (2010). Teaching for student learning. New York: Routledge
Arikunto, S. (2002).Prosedur Penelitian. Jakarta: RenikaCipta.
Arifin,&Barnawi. (2012). Etika dan Profesi Kependidikan. Jogyakarta : Ar-ruzz Media
Baroody, A.J.(1993). Problem solving, Reasoning, and Communicating K-8:Helping Children think mathematically. Newyork: Macmillan Publishing company.
Brown, H.D.(2007). Principles of language learning and teaching. New York: Pearson Education
Brown, J. S., Collins, A., &, Duguid, P. (1989).Situated cognition and the culture of learning.Educational Researcher, 18(1), 32-42
Budiyono. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: SebelasMaret University Press.
Budiyono.(2004).Statistika Dasar Untuk Penelitian .Surakarta: Sebelas Maret University Press
Cai, J.L, dan Jakabcsin, M.S.(1996). The Role of Open ended Tasks and Holistic scoring Rubrics :Assesing Students’ Mathemtical Reasoning and Communication. Dalam Portia C.Elliot (eds). Communication in Mathematics K-12 and Beyond.Virginia :NCTM
Coffman, T. (2009). Engaging students through inquiry-oriented learning and technology. Lanham: The Rowman & Littlefield Publishing Group, Inc
Costa, A.L.(1985).The Prinscipal’s Role in Enhancing Thinking Skill.Dalam Costa A.L. (ed). Developing Mind: A Resource Book for Teaching Thinking.Alexandria: ASCD
Dahar, R.Willis. (1996). Teori-teoriBelajar.Jakarta :Erlangga
Depdiknas.(2006). Kurikulum 2006 Mata pelajaran Matematika SMP/MTS. Jakarta :Departemen Pendidikan Nasional
Emay,A.(2011).Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis Siswa SMP dengan Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Formulate-Share-Listen-Create (FSLC).TesisPada SPS UPI Bandung :TidakDiterbitkan.
Griffin, P., McGaw, B., & Care, E. (Eds.). 2012. Assessment and teaching of 21st skills. New York: Springer Publishing Company.
Hamalaik, O.(2003). Kurikulum dan Pembelajaran.Jakarta : PT. BumiAksara
Holil (2008).Teori Permudah Pemahaman Konsep Pembelajaran dengan inkuiri.[ online]. Tersedia: http;//marsaja.word-press//2008/04/14/strategi-inkuiri-model-teknik-bertanya/. [diaksestanggal 10 desember 2014]
Ibarahim, M danNur, m (2000).Pembelajaran berdasarkan masalah.Surabaya : UNESA University Press
Jacobsen, D., A., Eggen, P., & Kauchak, D. (2009). Methods for teaching. (diterjemahkan oleh Achmad Fawaid & Khoirul Anam). New Jersey: Pearson Education, Inc. (Buku Asli Diterbitkan tahun 2009).
Killpatrick, J.,Swafford,j&Findell, B.(2001). Adding it Up: Helping Children Learn Mathematics. Washington DC: National Academy Press
Krismanto, AL. (2003). Beberapa teknik, Model dan strategi dalam Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Pusat Pengembangan penataran guru matematika
Krulik, S. dan Rudnick, J.A (1995).The new sourcebook for teaching reasoning and problem solving in elementary school. Massachusetts :Allyn& Bacon A Simon & Schuster company
Markaban.(2006).Model pembelajaran matematika dengan Pendekatan Penemuan terbimbing.Yogyakarta : PPPG Matematika
Marti