SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh
Anita Nurlela Dinata
NIM 1003123
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Oleh
Anita Nurlela Dinata
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Anita Nurlela Dinata 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
September 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Anita Nurlela Dinata, 2014
Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skrispi yang berjudul “PENGARUH FIELD TRIP TERHADAP KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP SAINS
SISWA SMA PADA MATERI EKOSISTEM” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau
pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku
dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung
resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika
keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Agustus 2014
Yang membuat pernyataan,
Anita Nurlela Dinata
Anita Nurlela Dinata, 2014
Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunianya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA pada
Materi Ekosistem”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat untuk memeroleh
gelar sarjana pendidikan Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung.
Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari
peran serta pihak-pihak yang turut membantu. Pada kesempatan yang sangat
berbahagia ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. H. Yusuf Hilmi Adisendjaja, M.Sc. selaku pembimbing I atas
bimbingan, saran, motivasi, dan inspirasinya kepada penulis.
2. Bapak Drs. Amprasto, M.Si. selaku pembimbing II atas bimbingan dan
motivasinya kepada penulis.
3. Ibu Dra. Yanti Hamdiyati, M.Si. selaku pembimbing akademik.
4. Bapak Dr. Riandi, M.Si.sebagai ketua jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA
UPI dan seluruh staf akademik.
5. Orang tua tercinta yang senantiasa memotivasi dan mendoakan.
6. Bapak Edi Supiandi, S.Pd., M.Pd. selaku wakasek urusan kurikulum SMAN I
Pangalengan.
7. Ibu Yani sebagai guru di kelas X MIA SMAN I Pangalengan.
8. Siswa kelas X MIA I dan X MIA 4 SMAN I Pangalengan yang sangat
antusias dalam penelitian ini.
9. Keluargaku KPA Biocita Formica yang senantiasa mengobarkan api
semangat “Tabah Sampai Akhir”.
10.Teman-teman seperjuangan satu bimbingan, khususnya Rachmi
Satwhikawara teman seperjuangan Sapta Kirana yang senantiasa membantu
Anita Nurlela Dinata, 2014
Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
11.Teman-teman terdekat A4 (Arrum, Agit, Ara) yang senantiasa saling
menyemangati.
12.Teman seperjuangan antigen A , dan Formica 2010.
13.Teman bermain Nurunnisa yang tak pernah lelah menyemangati dan
membantu.
14.Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan
skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat membawa perubahan
dan manfaat, baik bagi penulis maupun pihak-pihak yang bergerak dalam bidang
pendidikan, khususnya pendidikan biologi di masa yang akan datang. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun sangat penulis harapkan.
Bandung, Agustus 2014
Anita Nurlela Dinata, 2014
Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan ... 4
D. Batasan Masalah ... 5
E. Manfaat ... 5
F. Asumsi ... 6
G. Hipotesis ... 6
BAB II FIELD TRIP, LITERASI SAINS DAN SIKAP TERHADAP SAINS SISWA SMA PADA MATERI EKOSISTEM A. Field Trip ... 7
B. Literasi Sains ... 12
C. Sikap Terhadap Sains ... 16
D. Hubungan Field Trip dan Literasi Sains ... 17
E. Tinjauan Materi Ekosistem... 19
F. Penelitian yang Relevan ... 21
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 23
B. Definisi Operasional ... 24
C. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 24
Anita Nurlela Dinata, 2014
Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
E. Tehnik Pengolahan Data... 31
F. Prosedur Penelitian ... 33
G. Alur Penelitian ... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data Literasi Sains 1. Hasil Penelitian ... 36
2. Pembahasan ... 41
B. Data Sikap Terhadap Sains 1. Hasil Penelitian ... 47
2. Pembahasan ... 48
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kesimpulan ... 54
B. Saran ... 55
DAFTAR PUSTAKA ... 56
Anita Nurlela Dinata, 2014
Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tempat yang dapat dijadikan kegiatan lapangan dan hal yang dapat
dipelajarinya ... 10
Tabel 2.2 Kompetensi Ilmiah PISA 2006 ... 13
Tabel 2.3 Sikap Terhadap Sains pada PISA 2006... 15
Tabel 2.4 Hubungan antara Field Trip dan Literasi Sain ... 17
Tabel 3.1 Desain Penelitian Nonequivalent Control Group Design ... 22
Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Kompetensi Literasi Sains Menurut PISA 2006 ... 24
Tabel 3.3 Kriteria Validitas Soal ... 25
Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas Soal ... 26
Tabel 3.5 Kriteria Daya Pembeda Soal ... 26
Tabel 3.6 Kriteria Taraf Kesukaran Soal ... 27
Tabel 3.7 Kriteria Kisi-kisi Sikap Terhadap Sains Menurut PISA 2006 ... 28
Tabel 3.8 Kriteria Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran ... 32
Tabel 4.1 Rekapitulasi Uji Statistik Pretest dan Posttest Kemampuan Literasi Sains Siswa pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 35
Tabel 4.2 Persentase Keterlaksanaan Kinerja Field Trip pada Empat Kelompok di Kelas Eksperimen ... 36
Tabel 4.3 Persentase Keterlaksanaan Tahapan Field Trip pada Empat Kelompok di Kelas Eksperimen ... 38
Tabel 4.4 Penilaian Presentasi Pengamatan Hasil Field Trip pada Kelas Eksperimen ... 38
Tabel 4.5 Penilaian Laporan Pengamatan Hasil Field Trip pada Kelas Eksperimen ... 39
Tabel 4.6 Rekapitulasi Uji Statistik Capaian Tiap Kompetensi Literasi Sains pad8 Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 40
Anita Nurlela Dinata, 2014
Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman Edgar Dale ... 15
Gambar 2.2 Kerangka Penilaian Sains PISA 2006 ... 15
Gambar 3.1 Alur Penelitian... 35
Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Rata-rata Nilai Posttest Kompetensi Literasi
Sains Siswa pada Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 39
Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Rata-rata Nilai Posttest Sikap Terhadap Sains
Anita Nurlela Dinata, 2014
Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN
A. Perangkat Pembelajaran
A.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol………. 60
A.2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen……. 67
A.3. Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Kontrol……….72
A.4. Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Eksperimen……… 75
B. Instrumen Penelitian B.1.Instrumen Kemampuan Literasi Sains dan Instrumen Skala Sikap Terhadap Sains……… 77
B.2.Indikator Kemampuan Literasi Sains……….……… 86
B.3.Indikator Sikap Terhadap Sains……….……… 94
B.4.Lembar Observasi Keterlaksanaan Tahapan Field Trip………. 97
B.5.Rubrik Penilaian Presentasi……… 98
B.6.Rubrik Penilaian Laporan………99
C. Analisis Butir Soal C.1.Analisis Uji Coba Butir Soal Literasi Sains Menggunakan ANATES…101 C.2.Rekapitulasi Analisis Butir Soal Literasi Sains……….. 114
C.3.Analisis Uji Coba Skala Sikap Terhadap Sains………..…… 115
C.4.Rekapitulasi Analisis Skala Sikap Terhadap Sains………. 123
C.5. Rekapitulasi Persentase Keterlaksanaan Tahapan dan Kinerja Field Trip pada Empat Kelompok di Kelas Eksperimen ……… 124
C.6.Penilaian Presentasi Pengamatan Hasil Field Trip pada Kelas Eksperimen ……… 125
C.7.Penilaian Laporan Pengamatan Hasil Field Trip pada Kelas Eksperimen ……… 126
Anita Nurlela Dinata, 2014
Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D.2. Rekapitulasi Data Skala Sikap Terhadap Sains………...133 D.3. Hasil Uji Statistik Data Penelitian Kemampuan Literasi Sains…… 138 D.4. Hasil Uji Statistik Data Penelitian Skala Sikap Terhadap
Sains………. 142 E. Surat Izin Penelitian
E.1.Surat Izin Uji Coba Instrumen Penelitian……… 144
E.2.Surat Izin Penelitian……… 145
E.3.Surat Telah Melaksanakan Penelitian……….. 146
F. Dokumentasi Penelitian
Anita Nurlela Dinata, 2014
Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, metode pembelajaran field trip memberikan
pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan metode pembelajaran diskusi.
Kemampuan literasi sains siswa SMA sama sebelum diterapkan pembelajaran
field trip dan kemampuan literasi sains siswa meningkat pada kelas eksperimen
setelah dilakukan pembelajaran field trip. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji
hipotesis yang menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil
posttest kemampuan literasi sains kelas kontrol dengan kelas eksperimen dengan nilai t hitung sebesar 0.003 dan α sebesar 0.05.
Pengaruh pembelajaran field trip juga memberikan pengaruh terhadap sikap.
Setelah dilakukan pembelajaran field trip, sikap siswa terhadap sains lebih positif
pada kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol. Hasil uji hipotesis
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil posttest sikap
tehadap sains siswa pada kelas kontrol dengan kelas eksperimen dengan nilai t
hitung sebesar 0.000 dan α sebesar 0.05.
Perbedaan kemampuan literasi sains antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol adalah pada capaian tiap kompetensi literasi sains. Terdapat perbedaan
yang signifikan antara rata-rata nilai hasil posttest kompetensi identifikasi
permasalahan ilmiah dengan nilai t hitung sebesar 0.005 dan menjelaskan
fenomena secara ilmiah dengan nilai t hitung sebesar 0.002 dan α sebesar 0.05
pada kelas kontrol dengan kelas eksperimen. Pada kompetensi menggunakan
bukti ilmiah tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas kontrol
dengan kelas eksperimen dengan nilai t hitung sebesar 0.498 dan α sebesar 0.05.
Perbedaan sikap terhadap sains antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
Anita Nurlela Dinata, 2014
Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
indikator dukungan terhadap inkuiri ilmiah, keyakinan diri sebagai pembelajar
Anita Nurlela Dinata, 2014
Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan lingkungan pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas
kontrol.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran
yang ingin disampaikan kepada beberapa pihak, yaitu:
1. Kepada peneliti selanjutnya
Hasil penelitian dapat dijadikan dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya
tentang field trip dan pengaruhnya terhadap literasi sains dan sikap terhadap
sains.
2. Kepada guru
Guru dapat benar-benar mengimplementasikan metode pembelajaran field
Anita Nurlela Dinata, 2014
Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kemampuan dan Perbedaan Literasi Sains Siswa SMA Sebelum dan Setelah Diterapkan Pembelajaran Field Trip pada Kelas Eksperimen dan Kontrol pada Materi Ekosistem.
1. Hasil
Hasil penelitian literasi sains siswa diperoleh dari instrumen berbentuk
pilihan ganda. Data berupa skor tes, yang kemudian dikonversi menjadi nilai.
Tes diberikan kepada kelas X Matematika dan Ilmu Alam (MIA) I sebagai
kelas eksperimen dan kelas X MIA 4 sebagai kelas kontrol di SMA Negeri I
Pangalengan tahun ajaran 2013/2014. Berikut tabel 4.1 di bawah ini
menyajikan hasil uji statistik pretest dan posttest kemampuan literasi sains
siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Tabel 4.1 Rekapitulasi Uji Statistik Pretest dan posttest Kemampuan Literasi Sains Siswa pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Komponen Pretest Posttest
Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen
Jumlah Siswa 37 39 37 39
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pretest kemampuan literasi sains kelas
0.003 < 0.050 maka Ho ditolak
Anita Nurlela Dinata, 2014
Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Anita Nurlela Dinata, 2014
Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tahap pelaksanaan field trip pada kelas eksperimen diamati oleh tiga orang
pengamat (observer) dengan menggunakan lembar observasi keterlaksanaan
kinerja field trip. Rata-rata data persentase keterlaksanaan tersebut dapat dilihat
pada tabel 4.2 dan 4.3 di bawah ini, sebagai berikut.
Tabel 4.2 Persentase Keterlaksanaan Tahapan Field Trip pada Empat
Kelompok di Kelas Eksperimen
No. Tahapan
diselidiki secara ilmiah. 4 100%
Baik
penyelidikan ilmiah. 4 100%
Baik sekali
Persentase tahap persiapan field trip 100% Baik
sekali
Persentase tahap pelaksanaan field trip 100% Baik sekali yang ditarik dari data yang tersedia.
Persentase tahap akhir field trip 75% Baik
Jumlah 775% Baik
sekali
Anita Nurlela Dinata, 2014
Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Keterangan:
Skor maksimal tahap persiapan field trip = 12 Skor maksimal tahap pelaksanaan field trip = 4 Skor maksimal tahap akhir field trip = 20
Tabel4.3 Persentase Keterlaksanaan Kinerja Field Trip pada Empat Kelompok di Kelas Eksperimen
No. Kelompok Skor
Presentase keterlaksanaan maksimal = 100%
Setelah tahap pelaksanaan selesai, tahap selanjutnya pada kelas
eksperimen adalah tahap akhir field trip. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
nilai presentasi tiap kelompok pada kelas eksperimen dalam kategori tuntas
memenuhi nilai KKM biologi di SMAN I Pangalengan yaitu 75. Berikut
tabel 4.4 di bawah ini merupakan tabel penilaian presentasi pada kelas
eksperimen.
Tabel 4.4 Penilaian Presentasi Pengamatan Hasil Field Trip pada Kelas
Anita Nurlela Dinata, 2014
Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keterangan:
Skor maksimal = 15 Nilai maksimal = 100
Selain melakukan presentasi pada tahap akhir field trip, setiap kelompok
membuat laporan pengamatan. Berdasarkan rubrik penilaian laporan
(Lampiran B.5) diperoleh hasil penelitian yang dapat dilihat pada tabel 4.5
sebagai berikut.
Tabel 4.5 Penilaian Laporan Pengamatan Hasil Field Trip pada Kelas Eksperimen
No. Kelompok Skor Nilai Keterangan
1 1 30 83 Tuntas
2 2 31 86 Tuntas
3 3 30 83 Tuntas
4 4 31 86 Tuntas
Jumlah 122 356
Tuntas
Rata-rata 30.5 84.5
Keterangan:
Skor maksimal = 36 Nilai maksimal = 100
Capaian tiap kompetensi literasi sains diperoleh dari data hasil posstest.
Hal ini dikarenakan hasil pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak
berbeda. Adapun ketercapaian kompetensi literasi sains kelas kontrol dan
Anita Nurlela Dinata, 2014
Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Rata-rata Nilai Posttest Kompetensi
Literasi Sains Siswa pada Kelas Kontrol dan Eksperimen
Anita Nurlela Dinata, 2014
Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.6 di bawah ini menyajikan hasil uji statistik ketercapaian kompetensi literasi
sains kelas kontrol dan eksperimen.
Tabel 4.6 Rekapitulasi Uji Statistik Capaian Tiap Kompetensi Literasi Sains pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Komponen
Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen
Jumlah Siswa 37 39 37 39 37 39 rata nilai hasil posttest kompetensi
Anita Nurlela Dinata, 2014
Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat pada tabel 4.1 rata-rata nilai
pretest literasi sains kelas kontrol lebih besar dibandingkan dengan kelas
eksperimen. Selisih rata-rata nilai pretest dari kedua kelas ini adalah 4.91. Uji
hipotesis menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil
pretest kemampuan literasi sains kelas kontrol dengan kelas eksperimen dengan nilai t hitung sebesar 0.104 dan α sebesar 0.05. Kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki kemampuan literasi sains yang sama sebelum
dilakukan pembelajaran.
Setelah pembelajaran dengan penerapan field trip selesai, baik itu pada
kelas kontrol maupun kelas eksperimen diberikan kembali tes kemampuan
literasi sains (posttest). Hal ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh
pembelajaran field trip terhadap kemampuan literasi sains siswa pada kelas
eksperimen. Tes yang diberikan sama halnya dengan tes yang diberikan
sebelum pembelajaran. Berdasarkan tabel 4.1 rata-rata nilai posttest kelas
kontrol lebih kecil dibandingkan dengan kelas eksperimen dengan selisih
rata-rata nilai posttest 7.98. Uji hipotesis menunjukkan terdapat perbedaan
yang signifikan antara hasil posttest kemampuan literasi sains kelas kontrol
dengan kelas eksperimen, dengan nilai t hitung sebesar 0.003 dan α sebesar
0.05. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran field trip dapat meningkatkan
kemampuan literasi sains siswa pada kelas eksperimen dibandingkan dengan
kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran diskusi.
Berdasarkan hasil penelitian, metode pembelajaran field trip memberikan
pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan metode pembelajaran diskusi.
Sesuai dengan hasil penelitian Jannah (2009), hasil penelitian menunjukkan
adanya pengaruh pembelajaran menggunakan field trip terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa pada materi ekosistem. Salah satu alasan yang membuat
pembelajaran field trip lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran diskusi
Anita Nurlela Dinata, 2014
Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(2010), salah satu kelebihan field trip adalah siswa dapat menemukan sumber
informasi pertama untuk memecahkan persoalan yang dihadapi. Dimana
dalam literasi sains siswa dituntut untuk mengidentifikasi permasalahan
ilmiah. Kelebihan lain menurut Asmani (2010) adalah siswa dapat
memperdalam dan memperluas pengalaman. Siswa mengalami pengalaman
langsung dengan melakukan pengamatan di luar kelas sehingga kompetensi
literasi sains siswa lebih berkembang dibandingkan dengan kelas kontrol.
Sesuai dengan pernyataan Depdiknas (2006), bahwa proses pembelajaran IPA
menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Pada kelas kontrol dengan pembelajaran diskusi, siswa tidak mendapatkan
pengalaman langsung melakukan pengamatan seperti pada kelas eksperimen.
Kerucut pengalaman yang dikemukakan oleh Edgar Dale itu memberikan
gambaran bahwa pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui
proses perbuatan atau mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses
mengamati, dan mendengarkan melalui media tertentu dan proses
mendengarkan melalui bahasa. Semakin konkret media pembelajaran yang
digunakan siswa dalam proses pembelajaran, contohnya melalui pengalaman
langsung yaiu dengan field trip, maka semakin banyak pengalaman yang
diperolehnya. Sebaliknya semakin abstrak siswa memperoleh pengalaman,
contohnya hanya mengandalkan bahasa verbal, maka semakin sedikit
pengalaman yang akan diperoleh siswa (Sanjaya, 2008). Hal ini menyebabkan
kompetensi literasi sains siswa pada kelas eksperimen lebih berkembang. Hal
ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Kurniawan (2011),
yang menunjukkan terdapat perbedaan hasil prestasi siswa pada pembelajaran
dengan menggunakan metode observasi dan metode diskusi pada materi
ekosistem kelas X semester 2 SMA Negeri I Mijen tahun ajaran 2010-2011.
Kemampuan literasi sains menurut PISA 2006 meliputi tiga aspek
Anita Nurlela Dinata, 2014
Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
fenomena secara ilmiah, dan menggunakan bukti ilmiah. Pada kompetensi
mengidentifikasi permasalahan ilmiah dengan indikator mengenali
permasalahan yang dapat diselidiki secara ilmiah, mengidentifikasi kata-kata
kunci untuk memeroleh informasi ilmiah, dan mengenal fitur penyelidikan
ilmiah terdapat perbedaan rata-rata nilai hasil posttest. Gambar 4.1
menunjukkan nilai rata-rata kelas eksperimen lebih besar dibandingkan kelas
kontrol. Kompetensi mengidentifikasi permasalahan ilmiah ini
terimplementasi pada tahap persiapan field trip dengan persentase 100%
dalam kategori baik sekali, dapat dilihat pada Tabel 4.2. Pada tahap persiapan
field trip siswa mencari ide permasalah yang dapat diselidiki secara ilmiah,
mengidentifikasi kata-kata kunci informasi ilmiah, dan mengenali fitur
penyelidikan ilmiah dengan persentase 100% dalam kategori baik sekali.
Pada kompetensi menjelaskan fenomena secara ilmiah dengan indikator
mengaplikasikan pengetahuan sains dalam situasi yang diberikan,
mendeskripsikan atau menginterpretasi fenomena secara ilmiah dan
memprediksi perubahan terdapat perbedaan rata-rata nilai hasil posttest.
Gambar 4.1 menunjukkan rata-rata nilai posttest kelas eksperimen lebih besar
dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini terjadi karena pada kelas
eksperimen pembelajarannya mendukung untuk berkembangnya kompetensi
menjelaskan fenomena secara ilmiah tersebut. Dapat dilihat pada abel 4.2
tahap pelaksanaan field trip yaitu mengaplikasikan pengetahuan sains dalam
situasi yang diberikan terlaksana 100% dengan kategori baik sekali
terimplementasi pada tahap pelaksanaan field trip. Selanjutnya indikator
mendeskripsikan fenomena ilmiah dengan persentase 100% dalam kategori
baik sekali dan memprediksikan perubahan yang terjadi dengan persentase
50% dalam kategori cukup terimplementasi pada tahap akhir field trip.
Indikator memprediksikan perubahan yang terjadi memiliki persentase
terendah dibandingkan dengan indikator lainnya. Hal ini sesuai dengan hasil
Anita Nurlela Dinata, 2014
Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menunjukkan bahwa melalui kegiatan field trip pada konsep ekosistem secara
umum kemunculan keterampilan proses sains yang banyak muncul dalam
data yang dijaring dengan lembar observasi adalah keterampilan observasi
(100%) dan keterampilan prediksi serta interpretasi memiliki persentase
terendah (60%). Beberapa kelompok siswa masih belum mampu melakukan
pengamatan secara menyeluruh, yaitu belum mampu menemukan pola
hubungan dari objek yang diamati.
Pada kompetensi menggunakan bukti ilmiah, yaitu menggunakan bukti
ilmiah dengan indikator menafsirkan bukti ilmiah dan membuat serta
mengomunikasikan kesimpulan, mengidentifikasi bukti dan alasan di balik
kesimpulan, dan merefleksikan implikasi sosial dan perkembangan sains dan
teknologi terdapat perbedaan rata-rata nilai hasil posttest. Gambar 4.1
menunjukkan rata-rata nilai posttest kelas eksperimen lebih besar
dibandingkan dengan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen kompetensi
menggunakan bukti ilmiah tersebut terimplementasi pada kegiatan tahap
akhir field trip, dapat dilihat pada Tabel 4.2. Indikator menarik kesimpulan
berdasarkan bukti ilmiah dengan persentase keterlaksanaan 75% dalam
kategori baik, memberikan alasan untuk mendukung atau menolak
kesimpulan yang ditarik dari data yang tersedia dengan persentase 50%
dalam kategori cukup, dan mengomunikasikan kesimpulan dan bukti
terlaksana 100% dalam kategori baik sekali. Dua kelompok dari empat
kelompok siswa belum mampu memberikan alasan untuk mendukung atau
menolak kesimpulan yang ditarik dari data yang tersedia, dapat dilihat pada
lampiran penilaian presentasi (Lampiran C.6). Beberapa kelompok siswa
belum mampu menggambarkan hubungan yang jelas dan logis antara bukti
dan kesimpulan, sehingga siswa kesulitan dalam memberikan alasan untuk
mendukung atau menolak kesimpulan. Masing-masing kelompok
melaksanakan field trip dengan baik sekali dapat dilihat pada tabel 4.3 dengan
Anita Nurlela Dinata, 2014
Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kegiatan presentasi dengan rata-rata nilai 85.25 dalam kategori tuntas sesuai
KKM (Tabel 4.4). Laporan pengamatan dengan rata-rata nilai 84.50 dalam
kategori tuntas sesuai KKM (Tabel 4.5).
Tabel 4.6 menunjukkan capaian tiap kompetensi literasi sains pada kelas
kontrol dan eksperimen. Uji hipotesis menunjukkan terdapat perbedaan yang
signifikan antara rata-rata nilai hasil posttest kompetensi mengidentifikasi
perrmasalahan ilmiah kelas kontrol dengan kelas eksperimen. Kompetensi
mengidentifikasi permasalahan ilmiah memiliki rata-rata nilai posttest yang
lebih tinggi dibandingkan dengan kompetensi lainnya. Hal ini terjadi karena
pada kelas eksperimen mengalami serangkaian pembelajaran yang
mendukung siswa untuk dapat mengidentifikasi permasalahan ilmiah.
Contohnya adalah pada tahapan persiapan, siswa dibawa ke lapangan
langsung dan mengidentifikasi permasalahan yang ada bersama anggota
kelompoknya. Sejalan dengan Firman (2007) capaian aspek proses
“menjelaskan fenomena secara ilmiah” sedikit lebih tinggi dari aspek proses
lainnya, karena memang keterampilan proses itu yang cenderung lebih
dilatihkan dalam pembelajaran IPA ketimbang keterampilan proses lainnya.
Capaian kompetensi menjelaskan fenomena secara ilmiah dapat dilihat
pada tabel 4.6 yang menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara
rata-rata nilai hasil posttest kompetensi menjelaskan fenomena secara ilmiah
kelas kontrol dengan kelas eksperimen. Kompetensi menjelaskan fenomena
secara ilmiah memiliki rata-rata nilai yang lebih tinggi dibandingan dengan
menggunakan bukti ilmiah dan memiliki rata-rata nilai paling rendah
dibandingkan dengan kompetensi mengidentifikasi permasalahan ilmiah. Hal
ini terjadi karena pada kompetensi mengidentifikasi permasalahan ilmiah
siswa masih dalam bimbingan guru sedangkan pada kompetensi menjelaskan
fenomena secara ilmiah siswa lebih mandiri, begitupun dalam menggunakan
bukti ilmiah. Sejalan dengan Firman (2007) capaian aspek proses
Anita Nurlela Dinata, 2014
Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
lainnya, karena memang keterampilan proses itu yang cenderung lebih
dilatihkan dalam pembelajaran IPA ketimbang keterampilan proses lainnya.
Tabel 4.6 menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
rata-rata nilai hasil posttest kompetensi menggunakan bukti ilmiah kelas
kontrol dengan kelas eksperimen. Kompetensi menggunakan bukti ilmiah ini
memiliki rata-rata nilai paling kecil diantara kompetensi literasi sains lainnya.
Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Herdiani (2013)
kompetensi literasi sains yang ketiga yaitu menggunakan bukti ilmiah
memiliki persentase yang paling besar dibandingkan dengan dua kompetensi
lainnya. Berbeda halnya dengan Firman (2007) yang menyatakan bahwa
capaian literasi pada ketiga aspek proses/kompetensi masih rendah, tetapi
yang relatif lebih dikuasai adalah menjelaskan fenomena secara ilmiah,
sedangkan yang terendah adalah aspek proses/kompetensi menggunakan
bukti ilmiah. Faktor penyebab kurangnya capaian pada aspek proses menurut
Firman (2007) praktek pembelajaran IPA di banyak SMP di Indonesia
cenderung memberikan materi sebagai hafalan. Hampir dapat dipastikan tidak
terjadi pembelajaran yang bernuansa “proses”, yang di dalamnya peserta
didik dilatih untuk memformulasi pertanyaan ilmiah untuk penyelidikan,
menggunakan pengetahuan yang diajarkan untuk menerangkan fenomena
Anita Nurlela Dinata, 2014
Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Kemampuan dan Perbedaan Sikap Terhadap Sains Siswa SMA Sebelum dan Setelah Diterapkan Pembelajaran Field Trip pada Kelas Eksperimen dan Kontrol pada Materi Ekosistem.
1. Hasil
Hasil penelitian sikap terhadap sains diperoleh dari instrumen berbentuk
skala sikap. Instrumen skala sikap diuji cobakan dan dianalisis terlebih dahulu
sebelum digunakan untuk penelitian. Analisis yang dimaksud adalah
pemberian skor pada setiap butir pernyataan yang terdapat dalam skala sikap,
setelah itu pemilihan pernyaaan terbaik. Hasil uji coba menunjukkan dari 49
soal pernyataan yang telah dibuat, terpilih 24 butir soal pernyataan. Data
skala sikap berupa skor tes, yang kemudian dikonversi menjadi nilai. Berikut
Tabel 4.7 di bawah ini menyajikan hasil uji statistik pretest dan posttest sikap
terhadap sains pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Tabel 4.7 Rekapitulasi Uji Statistik Pretest dan Posttest Sikap Terhadap Sains pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Komponen Pretest Posttest
Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen
Jumlah Siswa 37 39 37 39
Keterangan 0.057 > 0.050 Normal Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pretest sikap terhadap sains siswa pada kelas kontrol dengan kelas eksperimen
0.000 < 0.05 maka Ho ditolak
Anita Nurlela Dinata, 2014
Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Capaian tiap indikator sikap terhadap sains diperoleh dari data hasil
posstest. Adapun ketercapaian indikator sikap siswa terhadap sains pada kelas
kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada Gambar 4.2 di bawah ini.
Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Rata-rata Nilai Posttest Sikap Terhadap Sains pada Kelas Kontrol dan Eksperimen
2. Pembahasan
Pada kelas kontrol dan kelas eksperimen diberikan skala sikap terhadap
sains sebelum dilakukan pembelajaran (pretest). Sikap terhadap sains tersebut
meliputi empat aspek indikator utama yaitu dukungan terhadap inkuiri ilmiah,
keyakinan diri sebagai pembelajar sains, ketertarikan terhadap sains, dan
tanggung jawab terhadap sumber daya dan lingkungan. Tes berupa skala
sikap yang dianalisis dengan menggunakan skala Likert. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui sikap awal siswa. Berdasarkan tabel 4.7 rata-rata nilai
pretest kelas kontrol lebih besar dibandingkan dengan kelas eksperimen.
Selisih rata-rata nilai pretest dari kedua kelas ini adalah 1.43. Uji hipotesis
menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pretest
Anita Nurlela Dinata, 2014
Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sikap terhadap sains pada kelas kontrol dengan kelas eksperimen, dengan
nilai t hitung sebesar 0.067 dan α sebesar 0.05. Kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki sikap yang sama sebelum dilakukan pembelajaran,
dengan demikian pengujian hipotesis didasarkan atas hasil posttest.
Setelah pembelajaran selesai baik itu pada kelas kontrol ataupun kelas
eksperimen, diberikan kembali skala sikap terhadap sains (posttest). Hal ini
dilakukan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran field trip terhadap sikap
terhadap sains siswa. Tes yang diberikan sama dengan tes yang diberikan
sebelum pembelajaran. Rata-rata nilai posttest kelas kontrol lebih kecil
dibandingkan kelas eksperimen dengan selisih nilai 13.68 dan nilai
maksimum 88.89 pada kelas eskperimen (Tabel 4.7). Uji hipotesis
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil posttest sikap
terhadap sains siswa pada kelas kontrol dengan kelas eksperimen, dengan
nilai t hitung sebesar 0.000 dan α sebesar 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran field trip dapat meningkatkan sikap terhadap sains siswa pada
kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan
pembelajaran diskusi. Hal ini sejalan dengan penelitian Charunisa (2013)
yang menunjukkan terdapat peningkatan nilai sikap terhadap sains siswa
senilai 78,7% dalam kategori baik setelah diterapkan pembelajaran dengan
pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan.
Berdasarkan hasil penelitian, metode pembelajaran field trip memberikan
pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan metode pembelajaran diskusi.
Hal ini sesuai dengan penelitian Awalludin (2010) yang menunjukkan bahwa
implementasi field trip pada pembelajaran ekosistem memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap penguasaan konsep dan sikap siswa pada kelas
eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol dengan menggunakan
pembelajaran diskusi. Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa rata-rata
indeks gain sikap ilmiah di antara kelas kontrol dan eksperimen termasuk
Anita Nurlela Dinata, 2014
Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol (Suryani, 2013). Berbeda
halnya dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Dahlia (2013)
bahwa hasil uji sikap ilmiah menunjukkan perbedaan yang signifikan antara
kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
Mayuri (2013) bahwa nilai posttest sikap ilmiah antara kelas kontrol dan
eksperimen berbeda signifikan. Salah satu alasan yang membuat
pembelajaran field trip lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran diskusi
dapat dilihat dari segi kelebihan, seperti yang diungkapkan oleh Dzajamarah
(2006), salah satu kelebihan field trip adalah membuat apa yang dipelajari di
sekolah lebih relevan dengan kenyataan. Kelebihan lain adalah pengajaran
serupa ini dapat lebih merangsang kreativitas siswa. Menurut Sagala (2006)
kelebihan lainnya adalah anak didik dapat menghayati
pengalaman-pengalaman baru dengan mencoba turut serta di dalam suatu kegiatan. Kaitan
field trip dengan sikap adalah sikap dipengaruhi oleh infomasi yang diterima,
dialami (pengalaman), dan pengetahuannya. Pada kelas kontrol dengan
pembelajaran diskusi, siswa tidak mendapatkan pengalaman langsung
melakukan pengamatan dan ini menyebabkan sikap terhadap sains lebih
positif pada kelas eksperimen. Sejalan dengan pernyataan Yager (1996, dalam
Gusfarenie, 2013) bahwa ciri-ciri siswa yang literat terhadap sains salah
satunya adalah memiliki sikap positif terhadap sains dan teknologi.
Sikap terhadap sains menurut PISA 2006 meliputi empat aspek indikator
utama yaitu dukungan terhadap inkuiri ilmiah, keyakinan diri sebagai
pembelajar sains, ketertarikan terhadap sains, dan tanggung jawab terhadap
sumber daya dan lingkungan. Perbedaan sikap terhadap sains antara kelas
kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat dari ketercapaian tiap indikator
sikap terhadap sains pada gambar 4.2. Capaian tiap indikator sikap terhadap
sains diperoleh dari data hasil posstest karena menunjukkan perbedaan yang
signifikan. Berdasarkan gambar 4.2 pada indikator dukungan terhadap inkuiri
Anita Nurlela Dinata, 2014
Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ilmiah (berfikiran terbuka) untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut,
mendukung penggunaan informasi faktual dan eksplanasi rasional agar tidak
terjadi bias, dan menunjukkan pemahaman bahwa proses yang bias, kritis dan
cermat diperlukan dalam mengambil kesimpulan menunjukkan rata-rata nilai
posttest indikator dukungan terhadap inkuiri ilmiah pada kelas eksperimen
lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen siswa
menemukan sendiri masalah, memecahkan masalah dengan pertanyaan
penelitian dan membuat kesimpulan. Sejalan dengan Depdiknas (2003),
menyatakan bahwa sains adalah ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan
menggunakan metode-metode berdasarkan observasi sains berkaitan dengan
cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga sains bukan hanya
penguasaan kumpulan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Menurut Akcay
(2010), sikap terhadap sains memengaruhi pandangan siswa terhadap karir
masa depan, dan partisipasi mereka di dalam kelas. Siswa yang memiliki
sikap positif menunjukan peningkatan perhatian terhadap intruksi yang
diberikan di dalam kelas dan lebih berpartisipasi dalam kegiatan ilmiah.
Pada indikator keyakinan diri sebagai pembelajar sains dengan sub
indikator keyakinan dalam menangani persoalan ilmiah secara efektif,
keyakinan dalam menangani kesulitan dalam menyelesaikan masalah,
keyakinan dalam menunjukkan kemampuan ilmiah yang tinggi, menunjukkan
rata-rata nilai posttest indikator keyakinan diri sebagai pembelajar sains pada
kelas eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol (Gambar
4.2). Hal ini terjadi karena siswa mengidentifikasi permasalah ilmiah pada
materi ekosistem di lapangan langsung. Sesuai menurut Adisendjaja (2013),
dengan melaksanakan kegiatan lapangan, siswa akan belajar secara langsung
(first-hand experiences), mengalami dan mengobservasi sendiri (hands-on)
Anita Nurlela Dinata, 2014
Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
anak didik dapat menjawab masalah-masalah atau pernyataan-pernyataan
dengan melihat, mendengar, mencoba, dan membuktikan secara langsung.
Pada indikator ketertarikan terhadap sains dengan sub indikator
mengindikasikan keingintahuan tentang sains, isu-isu sains dan
mempraktikan sains, menunjukkan keinginan untuk memeroleh tambahan
pengetahuan dan keahlian ilmiah, menggunakan beragam sumber dan metode
ilmiah, dan menunjukkan keinginan untuk mencari informasi dan memiliki
keterkaitan terus menerus terhadap sains, termasuk mengembangkan karir
yang berkaitan dengan sains menunjukkan rata-rata nilai posttest indikator
ketertarikan terhadap sains pada kelas eksperimen lebih besar dibandingkan
dengan kelas kontrol (Gambar 4.2). Hal ini terjadi karena pembelajaran yang
dilakukan di luar kelas membuat siswa lebih tertarik untuk belajar dan siswa
melihat kenyataan langsung kondisi yang berada di lapangan. Sejalan dengan
Sagala (2006) yang mengungkapkan bahwa salah satu kelebihan field trip
adalah siswa dapat mengamati kenyataan beraneka ragam dari dekat.
Rata-rata nilai posttest indikator ketertarikan terhadap sains lebih kecil
dibandingkan dengan rata-rata nilai posttest indikator lainnnya. Hal ini
menunjukkan kurangnya ketertarikan siswa terhadap sains. Hassoubah (2004)
menyatakan bahwa fenomena yang terjadi hingga saat ini dalam dunia
pendidikan di Indonesia pada umumnya adalah siswa datang ke sekolah tetapi
cara belajar mereka hanya sebatas mendengarkan keterangan guru, kemudian
mencoba memahami ilmu pengetahuan yang diajarkan oleh guru, dan
mengungkapkan kembali ilmu pengetahuan yang telah mereka hafalkan pada
saat ujian. Sejalan dengan Firman (2007) yang menyatakan bahwa hampir
dapat dipastikan banyak peserta didik di Indonesia tidak mampu mengaitkan
pengetahuan IPA yang dipelajarinya dengan fenomena-fenomena yang terjadi
di dunia, karena tidak memperoleh pengalaman untuk mengaitkannya. Bagi
anak-anak IPA seolah-olah terpisah dari dunia tempat mereka berada. Hal ini
Anita Nurlela Dinata, 2014
Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pada indikator tanggung jawab terhadap sumber daya dan lingkungan
dengan sub indikator menunjukkan rasa tanggung jawab personal untuk
memelihara lingkungan, menunjukkan perhatian terhadap konsekuensi
aktivitas manusia terhadap lingkungan, dan menunjukkan keinginan untuk
mengambil bagian dalam aktivitas pemeliharaan sumber daya alam
menunjukkan rata-rata nilai posttest pada kelas eksperimen lebih besar
dibandingkan dengan kelas kontrol, (Gambar 4.2). Hal ini terjadi karena
siswa mengamati sendiri lingkungan sekitar sehingga menumbuhkan rasa
cinta akan lingkungan dan timbul rasa untuk menjaga kelestarian lingkungan.
Selain itu, akan sangat bermanfaat bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari
ketika mengambil keputusan sehubungan dengan pengelolaan dan perubahan
lingkungan sekitarnya. Witherington (1982) mengemukan bahwa:
Kehidupan di antara ke empat dinding kelas sangat terbatas. Di luar kelas mereka berhadapan dengan kehidupan yang kaya akan hal-hal dapat mereka pelajari. Darmawisata bukan piknik melainkan memindahkan kelas untuk sementara ke luar, lamanya mungkin beberapa menit atau sejam, mungkin juga beberapa hari atau bulan. Dengan Darmawisata, kita menggunakan sumber-sumber dari lingkungan dan mempererat hubungan antara sekolah dan lingkungan masyarakat. dari sudut didaktis, darmawisata banyak mempunyai kebaikan, seperti membangkitkan minat, aktivitas, dan sebagainya.
Dengan demikian penggunaaan lingkungan sangat baik dalam pembelajaran
siswa. Menurut Rakhmat (1992), sikap timbul dari pengalaman, tidak dibawa
sejak lahir, tetapi merupakan hasil belajar.
Dilihat dari keseluruhan indikator, pada kelas eksperimen kemampuan
literasi sainsnya lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol, begitupun
dengan sikap siswa terhadap sains. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rubba
(1993, dalam Hendriani, 2010) yang menyatakan bahwa karakteristik
individu yang memiliki literasi sains diantaranya adalah bersikap positif
terhadap sains, memiliki pengetahuan tentang konsep dan prinsip sains, serta
Anita Nurlela Dinata, 2014
Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem
Anita Nurlela Dinata, 2014
Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN A. Latar belakang
Kehidupan masyarakat saat ini telah berkembang seiring pesatnya
perkembangan sains dan teknologi. Hal ini menuntut manusia untuk semakin
bekerja keras menyesuaikan diri dalam segala aspek kehidupan, salah satunya
adalah aspek pendidikan. Pendidikan diharapkan berperan sebagai jembatan yang
akan menghubungkan individu dengan lingkungannya ditengah-tengah era
globalisasi yang semakin berkembang, sehingga individu mampu berperan
sebagai sumber daya manusia yang berkualitas (Sumartati, 2009).
Dalam dunia yang dipenuhi dengan produk-produk kerja ilmiah, literasi
sains menjadi suatu keharusan bagi setiap orang (Zuriyani, 2011). Literasi sains
didefinisikan Programme for International Student Asessment (PISA) sebagai
kemampuan menggunakan pengetahuan sains untuk mengidentifikasi
permasalahan dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti dalam rangka
memahami serta membuat keputusan tentang alam dan perubahan yang dilakukan
terhadap alam melalui aktivitas manusia (Firman, 2007). Literasi sains sangatlah
penting hal ini disebabkan karena warga negara dihadapkan pada
pertanyaan-pertanyaan dalam kehidupannya yang memerlukan informasi ilmiah dan cara
berpikir ilmiah untuk mengambil keputusan dan kepentingan orang banyak yang
perlu di informasikan seperti, udara, air dan hutan (Zuriyani, 2011).
Sikap terhadap sains juga tak kalah pentingnya dengan literasi sains.
Motivasi siswa terhadap sains, sikap siswa terhadap lingkungan, pandangan siswa
terhadap ilmuwan, dan kegiatan siswa untuk menjadi ilmuwan, dan keinginan
siswa untuk menjadi ilmuwan telah diselidiki oleh pendidik sains selama
bertahun-tahun (Moore & Foy, 1997). Menurut Rubba (1993, dalam Hendriani,
2010) karakteristik individu yang memiliki literasi sains diantaranya adalah
bersikap positif terhadap sains, memiliki pengetahuan tentang konsep dan prinsip
Anita Nurlela Dinata, 2014
Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Organisation for Economic Cooperation and Depelopment (OECD) (2010)
menyatakan bahwa pendidikan sains ditantang untuk menyiapkan sumber daya
manusia yang berkualitas, yang tidak hanya cakap dalam bidang sains dan
teknologi tetapi juga memiliki kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif, serta
memiliki literasi sains sehingga mampu memecahkan berbagai persoalan
kehidupan sehari-hari. Fakta yang terjadi pada saat ini berbeda dengan harapan.
Studi internasional PISA tahun 2006, diperoleh hasil bahwa kemampuan literasi
sains siswa Indonesia berada pada peringkat ke- 50 dari 57 negara. Skor rata-rata
sains yang diperoleh siswa Indonesia adalah 393. Skor rata-rata tertinggi dicapai
oleh Finlandia (563) dan terendah dicapai oleh Kyrgyzstan (322). Kemampuan
literasi sains rata-rata siswa Indonesia tidak berbeda secara signifikan dengan
kemampuan literasi sain siswa dari Argentina, Brazil, Colombia, Tunisia, dan
Azerbaijan (Tjalla, 2009). Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa
secara umum kemampuan literasi sains siswa Indonesia masih belum memadai.
Penelitian pencapaian literasi sains dan sikap ilmiah siswa SMP pada materi
ekosistem telah dilakukan oleh Kurniasih (2013). Hasil penelitian menunjukkan
terdapat perbedaan dan peningkatan literasi sains pada kelas eksperimen
dibandingkan dengan kelas kontrol dengan N-gain 0,40 (sedang), dan N-gain 0,17
(rendah) untuk sikap ilmiah. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran inquiry
lab dapat meningkatkan literasi sains dan sikap ilmiah siswa SMP. Oleh karena
itu, dibutuhkan metode pembelajaran lainnya yang dapat lebih meningkatkan
literasi sains dan sikap siswa terhadap sains.
Fenomena yang terjadi hingga saat ini dalam dunia pendidikan di Indonesia
pada umumnya adalah siswa datang ke sekolah tetapi cara belajar mereka hanya
sebatas mendengarkan keterangan guru, kemudian mencoba memahami ilmu
pengetahuan yang diajarkan oleh guru, dan mengungkapkan kembali ilmu
pengetahuan yang telah mereka hafalkan pada saat ujian (Hassoubah, 2004).
Badan penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional (2006)
Anita Nurlela Dinata, 2014
Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Ilmu pengetahuan alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara alamiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang alam sekitar.
Berdasarkan pernyataan di atas, untuk mencapai kemampuan yang
diharapkan pemerintah dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
peristiwa alam dibutuhkan suatu strategi pembelajaran di luar kelas untuk
melengkapi pengalaman belajar tertentu, terutama tentang ekosistem.
Ekosistem mempelajari interaksi, baik interaksi antar mahkluk hidup
maupun antara makhluk hidup dengan lingkungannya, sehingga membutuhkan
pembelajaran dengan menggunakan field trip.Menurut Roestiyah (2001) field trip
bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajaran dengan
melihat kenyataan.
Kajian sains berkaitan erat dengan fenomena alam, sehingga alam menjadi
laboratorium terbesar yang menyediakan berbagai fenomena alam yang sejalan
dengan kajian sains (Adisendjaja, 2013). Kegiatan lapangan akan membuat siswa
belajar secara langsung, mengalami dan mengobservasi sendiri kenyaatan yang
ada. Kegiatan belajar secara hands-on merupakan cara belajar yang sangat
dianjurkan untuk belajar sains (Adisendjaja, 2013). Berdasarkan hasil penelitian
Jannah (2011) menunjukkan bahwa adanya pengaruh pembelajaran menggunakan
karyawisata (field trip) terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Pengaruh
tersebut yaitu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dari rata-rata
kemampuan berpikir kritis awal sebesar 41,47% menjadi 63,5% setelah dilakukan
pembelajaran menggunakan karyawisata dengan rata-rata indeks gain yang
termasuk ke dalam kategori sedang. Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa
Anita Nurlela Dinata, 2014
Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
signifikan terhadap penguasaan konsep dan sikap siswa pada kelas eksperimen
dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran diskusi
(Awalludin, 2010). Hal ini menunjukan bahwa field trip berpengaruh dalam
proses pembelajaran siswa.
Mengingat pentingnya peningkatan kemampuan literasi sains dan sikap
terhadap sains pada siswa, maka penulis melakukan suatu penelitian. Penelitian
ini untuk mengidentifikasi kemampuan literasi sains dan sikap terhadap sains
siswa SMA pada materi ekosistem dengan menggunakan metode pembelajaran
field trip.
B. Rumusan masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh field trip
terhadap kemampuan literasi sains dan sikap sains siswa SMA yang mendapatkan
pembelajaran field trip pada materi ekosistem?”. Masalah umum di atas dapat
menjadi beberapa pertanyaan penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kemampuan literasi sains siswa SMA sebelum dan setelah
diterapkan pembelajaran field trip pada materi ekosistem?
2. Bagaimanakah sikap terhadap sains siswa SMA sebelum dan setelah
diterapkan pembelajaran field trip pada materi ekosistem?
3. Bagaimanakah perbedaan kemampuan literasi sains antara kelas eksperimen
dan kelas kontrol pada materi ekosistem?
4. Bagaimanakah perbedaan sikap terhadap sains antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol pada materi ekosistem?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
kemampuan literasi sains dan sikap terhadap sains siswa melalui metode
pembelajaran field trip pada materi ekosistem. Tujuan yang lebih jelasnya adalah
Anita Nurlela Dinata, 2014
Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Kemampuan literasi sains siswa SMA sebelum dan setelah diterapkan
pembelajaran field trip pada materi ekosistem.
2. Sikap terhadap sains siswa SMA sebelum dan setelah diterapkan
pembelajaran field trip pada materi ekosistem.
3. Perbedaan kemampuan literasi sains antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol pada materi ekosistem.
4. Perbedaan kemampuan sikap terhadap sains antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol pada materi ekosistem.
D. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Subjek penelitian adalah siswa SMAN 1 Pangalengan kelas X semester 2
tahun ajaran 2013/2014.
2. Penelitian literasi sains dibatasi hanya pada aspek kompetensi ilmiah
berdasarkan PISA 2006. PISA 2006 dipilih karena pada tahun 2006 penelitian
PISA difokuskan pada aspek sains, sementara dua aspek lainnya (matematika
dan membaca) menjadi pendamping.
3. Materi ekosistem yang dijadikan dalam pembelajaran ini adalah dengan
kompetensi dasar 4.14 (Melakukan pengamatan pada suatu ekosistem dan
mengidentifikasi komponen-komponen penyusunnya serta menggambarkan
hubungan antar komponen dan kaitannya dengan aliran energi).
E. Manfaat
Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
berbagai pihak di antaranya:
1. Bagi guru :
Memberikan alternatif pembelajaran yang dapat menggali kemampuan siswa
dalam belajar.
Anita Nurlela Dinata, 2014
Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Siswa memperoleh pengalaman belajar langsung yang cenderung lebih
bermakna.
b. Siswa lebih aktif dan mampu memecahkan persoalan yang dihadapi
dalam pembelajaran.
c. Menghilangkan rasa jenuh belajar di kelas.
3. Bagi peneliti dan dunia pendidikan:
Dapat menambah wawasan dan dapat mengambil serta mengaplikasikan
hal-hal yang positif yang didapat dalam penelitian pengaruh field trip terhadap
kemampuan literasi sains dan sikap terhadap sains siswa SMA pada materi
ekosistem.
F. Asumsi
Kegiatan lapangan akan meningkatkan pengetahuan anak dalam subyek
tertentu. Berkunjung ke museum akan lebih menarik anak daripada melihat video
atau membaca buku teks (Semlak & Beck, 1999).
G. Hipotesis
H0 = Tidak terdapat perbedaan kemampuan literasi sains dan sikap sains siswa
antara kelas kontrol dan kelas eksperimen pada materi ekosistem.
H1 = Terdapat perbedaan kemampuan literasi sains dan sikap sains siswa antara
Anita Nurlela Dinata, 2014
Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB II
FIELD TRIP, LITERASI SAINS DAN SIKAP TERHADAP SAINS SISWA SMA PADA MATERI EKOSISTEM
A. Field Trip
1. Pengertian Field Trip
Metode pembelajaran tidak ada yang sempurna. Setiap metode selalu
memiliki kekurangan dan kelebihan. Kadang-kadang dalam proses belajar siswa
perlu diajak ke luar sekolah, untuk meninjau tempat-tempat atau objek yang lain.
Salah satu metode yang dapat digunakan adalah field trip. Menurut Roestiyah
(2001) field trip bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam
pelajaran dengan melihat kenyataan. Karena itu dikatakan teknik field trip yaitu
cara mengajar yang dilakukan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau objek
tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti
meninjau pabrik sepatu, suatu bengkel mobil, toko serba ada, dan sebagainya.
Berdasarkan pengertian dan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa field trip
adalah pembelajaran yang dilaksanakan di luar kelas dengan mengunjungi suatu
tempat untuk mempelajari sesuatu dengan proses pembelajaran yang tetap
mengacu kepada tujuan kurikuler dan tujuan pembelajaran.
2. Tahapan Kegiatan Lapangan
Menurut Roestiyah (2001), menyusun tahapan pembelajaran dengan
menerapkan metode field trip adalah sebagai berikut:
a. Tahap Persiapan
Tahap persiapan, dimana guru perlu menetapkan tujuan pembelajaran
dengan jelas, mempertimbangkan pemilihan teknik, menghubungi pemimpin
obyek yang akan dikunjungi untuk merundingkan segala sesuatunya,
penyusunan rencana yang matang, membagi tugas-tugas, mempersiapkan
sarana, serta pembagian siswa ke dalam beberapa kelompok.
Anita Nurlela Dinata, 2014
Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pelaksanaan field trip, dimana pemimpin rombongan mengatur segalanya,
Anita Nurlela Dinata, 2014
Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kelompok sesuai dengan tanggungjawabnya, serta memberi petunjuk bila
perlu.
c. Tahap akhir
Pada akhir field trip siswa mengadakan diskusi mengenai segala hasil
kegiatan field trip, menyusun laporan yang memuat kesimpulan yang
diperoleh, menindaklanjuti hasil kegiatan field trip seperti membuat grafik,
gambar, model-model, diagram, serta alat-alat lain dan sebagainya.
Asmani (2010), menyatakan ada beberapa kelebihan dan kekurangan
menerapkan metode field trip dalam pembelajaran. Kelebihan penerapan metode
field trip dalam pembelajaran diantaranya yaitu:
a. Siswa dapat memahami dan menghayati langsung keadaan di lokasi field trip
b. Siswa dapat memperdalam dan memperluas pengalaman
c. Siswa dapat menemukan sumber informasi pertama untuk memecahkan
persoalan yang dihadapi
d. Siswa memperoleh pengetahuan integratif tentang objek yang ditinjau
e. Membuat materi pembelajaran di sekolah lebih relevan dengan kenyataan
f. Pembelajaran dapat lebih merangsang kreativitas siswa.
Sedangkan kekurangan metode field trip menurut Asmani (2010)
diantaranya yaitu:
a. Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak
b. Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang
c. Unsur rekreasi sering menjadi prioritas sedangkan unsur studinya terabaikan
d. Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap gerak-gerik siswa di
lapangan
e. Biayanya cukup mahal
f. Memerlukan tanggung jawab guru dan sekolah atas kelancaran dan
Anita Nurlela Dinata, 2014
Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Menurut Roestiyah (2001), field trip dapat disimpulkan memiliki keunggulan sebagai berikut:
a. Siswa dapat berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh para
petugas pada obyek field trip itu, serta mengalami dan menghayati langsung
apa pekerjaan mereka. Hal mana tidak mungkin diperoleh di sekolah;
sehingga kesempatan tersebut dapat mengembangkan bakat khusus atau
keterampilan mereka.
b. Siswa dapat melihat berbagai kegiatan para petugas secara individu maupun
secara kelompok dan dihayati secara langsung; yang akan memperdalam dan
memperluas pengalaman mereka.
c. Siswa dapat bertanya jawab, menemukan sumber informasi yang pertama
untuk memecahkan segala persoalan yang dihadapi,sehingga mungkin
mereka menemukan bukti kebenaran teorinya, atau mencobakan teorinya ke
dalam praktek.
d. Siswa dapat memperoleh bermacam-macam pengetahuan dan pengalaman
yang terintegrasi, yang tidak terpisah-pisah dan terpadu.
Kajian psikologis menyatakan bahwa anak akan lebih mudah mempelajari
hal yang konkrit ketimbang yang abstrak. Jenjang konkrit-abstrak ini ditunjukkan