Nur Susinta Erviani, 2013
PENGARUH PEMBELAJARAN INTERACTIVE DEMONSTRATION TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP ILMIAH SISWA
SMP PADA MATERI EKOSISTEM
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh:
Nur Susinta Erviani
0907340
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Nur Susinta Erviani, 2013
Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Pengaruh Pembelajaran
Interactive
Demonstration
terhadap Peningkatan
Literasi Sains dan Sikap Ilmiah Siswa
SMP pada Materi Ekosistem
Oleh Nur Susinta Erviani
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Nur Susinta Erviani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Nur Susinta Erviani, 2013
dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
NUR SUSINTA ERVIANI
PENGARUH PEMBELAJARAN INTERACTIVE DEMONSTRATION TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP ILMIAH SISWA
SMP PADA MATERI EKOSISTEM
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
PEMBIMBING:
Pembimbing I,
Dr. Hj. Sri Anggraeni, M.Si. NIP. 1958012619870320001
Pembimbing II
Dra. Yanti Hamdiyati, M.Si. NIP. 196611031991012001
Mengetahui,
Nur Susinta Erviani, 2013
Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Nur Susinta Erviani, 2013
PENGARUH PEMBELAJARAN INTERACTIVE DEMONSTRATION TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP
ILMIAH SISWA SMP PADA MATERI EKOSISTEM
The Effect of Interactive Demonstration toward Science Literacy and Scientific Attitude of Junior High School Student’s in Ecosystem Concept
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peningkatan kemampuan literasi sains dan sikap ilmiah siswa melalui pembelajaran inkuiri dengan level interactive demonstration pada materi ekosistem. Penelitian dilakukan di SMP Kartika XIX-2 Bandung pada kelas VII semester genap, Tahun Ajaran 2012/2013. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi experimental. Desain penelitian yang digunakan adalah nonrandomized control group, pretest-posttest design. Teknik pengumpulan data menggunakan instrumen soal kemampuan literasi sains dan kuesioner sikap ilmiah, serta lembar observasi untuk mengobservasi keterlaksanaan tahapan pembelajaran. Uji hipotesis yang digunakan pada tes kemampuan literasi menggunakan uji t. Berdasarkan hasil penelitian, keterlaksanaan tahapan pembelajaran mencapai 100% (sangat baik). Pengolahan data posttest literasi sains menunjukkan bahwa: 1) terdapat perbedaan yang signifikan antara posttest literasi sains pada kelas eksperimen dengan kelas kontrol; 2) Rata-rata N-gain pada kelas eksperimen (0,10) lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol (0,1); 3) Pengolahan data N-Gain pada tes kemampuan literasi sains dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak, (terdapat perbedaan pencapaian kemampuan literasi sains yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol). Hal tersebut mengindikasikan bahwa interactive demonstration berpengaruh positif pada literasi sains. Rata-rata N-gain kuesioner sikap ilmiah menunjukkan bahwa kelas eksperimen memiliki rata-rata N-gain (-0,01) lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol (-0,02), namun kedua sampel memiliki pencapaian N-gain yang rendah. Hal tersebut mengindikasikan bahwa interactive demonstration berpengaruh positif pada literasi sains.
Kata kunci: inkuiri, interactive demonstration, literasi sains, sikap ilmiah
Nur Susinta Erviani, 2013
Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
performance of learning step. Independent t-test was used to examine the differences of scientific literacy. Performance of learning step results showed 100% was reached. The results of student’s scientific literacy showed that: (1) there were significantly differences between two groups in posttest of scientific literacy; (2) The average of experiment N-Gain (0,10) was higher than control N-Gain (0,1) significantly. It was indicated implementation of interactive demonstration had positive effect toward student’s scientific literacy.The results of student’s scientific attitude showed that the average of experiment N-Gain (-0,01) was higher than control N-Gain (-0,02) significantly. However, both groups had low N-Gain Achievement in Likert-scale questionnaire, thus indicated implementation of interactive demonstration had not positive effect toward student’s scientific attitude.
iv
Nur Susinta Erviani, 2013
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan ... 5
D. Batasan Masalah ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 6
F. Asumsi Dasar ... 7
BAB II PEMBELAJARAN INTERACTIVE DEMONSTRATION, METODE KONVENSIONAL, LITERASI SAINS, DAN SIKAP ILMIAH SISWA A. Pendekatan Inkuiri dalam Pembelajaran ... 8
1. Pengertian Pendekatan Inkuiri ... 8
2. Hierarki Pembelajaran dalam Inkuiri ... 10
3. Pembelajaran Inkuiri Berbasis Interactive Demonstration ... 11
B. Metode Konvensional dalam Pembelajaran ... 14
v
Nur Susinta Erviani, 2013
Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1. Pengertian Literasi Sains ... 16
2. Evaluasi Literasi Sains dalam PISA 2006 ... 17
D. Sikap Ilmiah ... 21
1. Pengertian Sikap Ilmiah ... 21
2. Evaluasi terhadap Sikap Ilmiah... 22
E. Tinjauan Materi ... 25
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 27
B. Desain Penelitian ... 27
C. Definisi Operasional ... 28
D. Hipotesis ... 29
E. Lokasi Penelitian ... 29
F. Populasi dan Sampel Penelitian ... 29
G. Teknik Pengumpulan Data ... 30
H. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya ... 30
1. Butir Soal Literasi Sains ... 30
2. Kuesioner Sikap Ilmiah ... 34
3. Lembar Observasi Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran ... 36
I. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 38
1. Pengolahan Data Tes Kemampuan Literasi Sains ... 38
2. Pengolahan Data Kuesioner Sikap Ilmiah ... 40
3. Pengolahan Data Lembar Observasi Tahapan Pembelajaran ... 41
J. Prosedur Penelitian ... 41
K. Alur Penelitian ... 43
vi
Nur Susinta Erviani, 2013
B. Literasi Sains Siswa ... 53
C. Sikap Ilmiah Siswa ... 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 70
B. Saran ... 71
DAFTAR PUSTAKA ... 72
vii
Nur Susinta Erviani, 2013
Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1. Hierarki Pembelajaran dalam Inkuiri ... 10
2.2. Kemampuan Inkuiri dan Tujuan Primer Pedagogik dalam Setiap Tingkatan Inkuiri ... 10
2.3. Tahapan Pembelajaran Metode Diskusi ... 15
2.4. Kompetensi Ilmiah PISA 2006 ... 20
2.5. Aspek Sikap dalam PISA 2006 ... 22
2.6. Indikator PISA dan SAI II serta Irisan diantara Keduanya ... 24
2.7. Karakteristik Materi Kerusakan Lingkungan ... 26
3.1. Nonrandomized Control Group, Pretest-Posttest Design ... 27
3.2. Kisi-Kisi Butir Soal Literasi Sains... 30
3.3. Klasifikasi Validitas Butir Soal ... 31
3.4. Klasifikasi Reliabilitas Butir Soal... 32
3.5. Klasifikasi Tingkat Kesukaran... 32
3.6. Klasifikasi Daya Pembeda ... 33
3.7. Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Soal Kemampuan Literasi Sains ... 33
3.8. Kisi-kisi Instrumen Sikap Ilmiah ... 34
viii
Nur Susinta Erviani, 2013
3.10. Lembar Observasi Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran Inkuiri
dengan Level Interactive Demonstration ... 36
3.11. Lembar Observasi Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran Metode Konvensional ... 37
3.12. Kriteria Indeks Gain ... 40
3.13. Cara Pemberian Skor Kuesioner Sikap Ilmiah ... 40
3.14. Kriteria Persentase Hasil Kuesioner ... 41
3.15. Kriteria Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran ... 41
4.1. Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran Inkuiri dengan Level Interactive Demonstration pada Kelas Eksperimen ... 45
4.2. Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran Metode Konvensional pada Kelas Kontrol ... 51
4.3 Rekapitulasi Uji Statistik Hasil Pretest Kemampuan Literasi Sains Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 51
4.4. Rekapitulasi Uji Statistik Pencapaian Gain Ternormalisasi Kemampuan Literasi Sains Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 57
ix
Nur Susinta Erviani, 2013
Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Penilaian Literasi Sains PISA 2006 ... 19
3.1 Alur Penelitian ... 43
4.1 Grafik Rata-rata Pretest dan Post-test pada Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol ... 56
4.2 Grafik Pencapaian Gain Ternormalisasi pada TesKemampuan Literasi
Sains per Kompetensi Umum Literasi Sains ... 61
4.3 Grafik Sebaran Persentase Respon Siswa terhadap Kuesioner Sikap
Ilmiah (Kiri: Kelas Eksperimen; Kanan: Kelas Kontrol)... 65
4.3 Grafik Persentase Rata-rata Post-test Kuesioner Sikap Ilmiah per
x
Nur Susinta Erviani, 2013
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran A (Instrumen Pembelajaran)
A.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas kontrol ... 77
A.2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ... 81
A.3. Lembar Kerja Siswa (LKS) Pembelajaran Interactive Demonstration... 86
Lampiran B (Instrumen Penelitian) B.1. Lembar Judgement Instrumen ... 88
B.2. Kisi-Kisi Instrumen Literasi Sains Pretest ... 89
B.3. Kisi-Kisi Instrumen Literasi Sains Post-test ... 96
B.4. Kisi-Kisi Instrumen Sikap Ilmiah Pretest ... 103
B.5. Kisi-Kisi Instrumen Sikap Ilmiah Post-test ... 105
B.6. Instrumen Soal Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Ilmiah Pretest ... 107
B.7. Instrumen Soal Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Ilmiah Post-test .... 115
B.8. Lembar Observasi Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran Metode Konvensional ... 123
B.9. Lembar Observasi Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran Interactive Demonstration ... 124
Lampiran C (Komunikasi Penelitian) C. E-mail Izin Penggunaan SAI II ... 125
xi
Nur Susinta Erviani, 2013
Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
D.2. Rekapitulasi Data N-Gain Tes Kemampuan Literasi Sains Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 130
D.3. Hasil Analisis Data N-Gain Tes Kemampuan Literasi Sains Siswa per
Indikator Literasi Sains... 131
D.4. Data Hasil Kuesioner Sikap Ilmiah ... 132
D.5. Rekapitulasi Data N-Gain Skor Kuesioner Sikap Ilmiah Siswa pada
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 140
D.6. Rekapitulasi Persentase Rata-rata Respon Siswa terhadap Kuesioner
Sikap Ilmiah pada Kelas Eksperimen ... 141
D.7. Rekapitulasi Persentase Rata-rata Respon Siswa terhadap Kuesioner
Sikap Ilmiah pada Kelas Kontrol ... 142
D.8. Rekapitulasi Persentase Rata-rata Skor Sikap Ilmiah Siswa per Indikator
Kuesioner Sikap Ilmiah ... 143
Lampiran E (Pengolahan Statistik Data Penelitian)
E.1. Uji Statistik Data Tes Kemampuan Literasi Sains ... 144
E.2. Uji Statistik Data Kuesioner Sikap Ilmiah ... 147
Lampiran F (Dokumentasi Penelitian)
F. Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran Interactive Demonstration... 148
Lampiran G (Administrasi Penelitian)
G.1. Surat Izin Penelitian ... 149
xii
1
Nur Susinta Erviani, 2013
Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejak beberapa tahun ini, di berbagai negara maju literasi sains merupakan
prioritas utama dalam pendidikan sains. Hasil penelitian pendidikan IPA di
Australia menunjukkan bahwa tujuan utama pendidikan IPA adalah untuk
meningkatkan literasi sains siswa (Hendriani, 2011). Seperti halnya di Indonesia,
prioritasnya terhadap literasi sains tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP).
KTSP memiliki tujuan yang sejalan dengan tujuan sains saat ini, yaitu:
menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; mengembangkan
keterampilan dan sikap ilmiah; mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang
melek sains dan teknologi; serta menguasai konsep sains untuk bekal hidup di
masyarakat dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (Depdiknas,
2003 dalam Trianto, 2010). Dalam tujuan KTSP tersebut salah satunya tercantum
bahwa warga negara Indonesia harus melek sains/literat terhadap sains dan juga
dapat mengembangkan keterampilan dan sikap ilmiah.
Namun, pembangunan pendidikan yang diselenggarakan di Indonesia saat ini
nampaknya belum mendapat hasil yang sesuai dengan harapan. Hal ini dapat
dilihat dari kualitas pendidikan yang masih rendah khususnya dalam pencapaian
literasi sains siswa. Hal tersebut dapat ditunjukkan, misalnya pada studi PISA
(Program for International Student Assessment) pada tahun 2000, 2003, dan
2006. Studi PISA tahun 2000 menunjukkan bahwa Indonesia menduduki
peringkat ke-38 dari 41 negara peserta dengan skor rata-rata 393. Studi PISA
tahun 2003 Indonesia menduduki peringkat ke-38 dari 40 negara peserta dengan
skor rata-rata 395, sedangkan pada studi PISA tahun 2006 Indonesia menduduki
peringkat ke-50 dari 57 negara peserta dengan skor rata-rata 395 pada bidang
2
Nur Susinta Erviani, 2013
Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa Indonesia berada pada kelompok
bawah dengan nilai rata-rata yang rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa
literasi sains yang dimiliki oleh rata-rata siswa Indonesia pun masih rendah,
padahal literasi sains sangat penting untuk dimiliki oleh siswa. Seperti pernyataan
yang diungkapkan oleh Yusuf dalam Humaira (2012), literasi sains penting untuk
dikuasai oleh siswa dalam kaitannya dengan bagaimana siswa dapat memahami
lingkungan hidup, kesehatan, ekonomi dan masalah-masalah lain yang dihadapi
oleh masyarakat modern yang sangat bergantung pada teknologi dan kemajuan
serta perkembangan ilmu pengetahuan.
Perolehan PISA di Indonesia yang rendah salah satunya dapat diakibatkan
oleh pemahaman guru tentang pembelajaran sains yang mengarah kepada
pembentukan literasi sains siswa masih belum sepenuhnya dipahami dengan baik
(Hastia, 2012). Seperti halnya Ekohariadi (2009), menyatakan bahwa guru sains
mungkin mempunyai kesulitan dalam melaksanakan aktivitas berpusat pada siswa
secara efektif. Selain itu, Hastia (2012) menyatakan bahwa kurangnya
pemahaman guru sains terhadap pembentukan literasi sains siswa dapat terlihat
dari proses pembelajaran sains yang umumnya masih bersifat konvensional dan
bertumpu pada penguasaan konseptual peserta didik.
Hal tersebut dapat mengakibatkan kurangnya kemampuan siswa dalam
melakukan penyelidikan ilmiah dan kemampuan siswa dalam menghubungkan
konsep-konsep sains dengan fenomena-fenomena alam yang terjadi di sekitarnya.
Untuk itu, diperlukan suatu pembelajaran yang dapat mengatasi hal tersebut.
Pembelajaran sains hendaknya menerapkan pendekatan dan metode yang
memberikan ruang gerak dan kesempatan kepada siswa untuk melakukan
eksplorasi melalui kegiatan-kegiatan yang relevan (Hendriani, 2011). Pendekatan
yang digunakan dalam pembelajaran sains haruslah sesuai dengan hakikat sains
dan tujuan sains. Balitbang (2006: 377) menyarankan pembelajaran sains
menggunakan inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk mengembangkan
kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengomunikasikannya
3
Nur Susinta Erviani, 2013
Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pada keterlibatan siswa dalam proses belajar melalui kegiatan-kegiatan yang dapat
membuat siswa menjadi aktif (Amien, 1987).
Dalam pendekatan inkuiri guru merencanakan situasi sedemikian rupa,
sehingga siswa didorong untuk menggunakan prosedur yang digunakan para ahli
penelitian dalam mengenal masalah, mengajukan pertanyaan, mengemukakan
langkah-langkah penelitian, memberikan pemaparan yang ajeg, membuat ramalan,
dan penjelasan yang menunjang pengalaman (Rustaman, Dirdjosoemarto,
Yudianto, Achmad, Subekti, Rochintaniawati, & Nurjhani, 2005).
Berdasarkan pernyataan di atas, bahwa inkuiri mendorong siswa melakukan
penyelidikan seperti yang dilakukan para ahli/ilmuan, maka diharapkan melalui
pembelajaran inkuiri siswa pun akan terlatih untuk bersikap seperti halnya yang
dilakukan oleh ilmuan. Sikap seorang ilmuan dalam melakukan penyelidikan
disebut juga sebagai sikap ilmiah.
Sikap ilmiah (scientific attitude) juga tak kalah pentingnya dengan literasi
sains. Motivasi siswa terhadap ilmu pengetahuan, sikap siswa terhadap ilmu
pengetahuan, pandangan siswa terhadap ilmuwan, dan keinginan siswa untuk
menjadi ilmuwan telah diselidiki oleh pendidik sains selama bertahun-tahun
(Moore & Foy, 1997: 1). Dalam hal ini, PISA 2006 tidak hanya memberikan
informasi literasi sains, data PISA pun juga memberikan informasi lainnya yaitu
sikap siswa terhadap sains (Ekohariadi, 2009). Beberapa tes sikap ilmiah lainnya
yang telah dikembangkan yaitu Scientific Attitude Inventory (SAI) (Moore & Foy,
1997).
Bagi seorang siswa, untuk memiliki sikap dan cara berpikir seperti ilmuan
memerlukan waktu yang lama, sehingga tanggung jawab dan peranan guru disini
adalah melicinkan proses perkembangan ini. Penerapan pendekatan inkuiri dalam
pembelajaran diharapkan dapat melatih siswa dalam memiliki sikap ilmiah
tersebut, sehingga pembelajaran inkuiri ini diharapkan bukan hanya untuk
meningkatkan literasi sains siswa tapi juga untuk melatihkan siswa dan
menanamkan siswa perihal sikap ilmiah.
Wenning (2005), membagi jenis pembelajaran inkuiri ke dalam suatu hierarki
4
Nur Susinta Erviani, 2013
Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi guru dan siswa dalam pembelajaran, yang terdiri dari discovery learning,
interactive demonstration, inquiry lesson, inquiry lab, dan hypothetical inquiry.
Discovery learning merupakan tingkat inkuiri yang paling rendah, sedangkan
hypothetical inquiry merupakan tingkat inkuiri yang paling tinggi. Dalam
pengaplikasiannya untuk pembelajaran, pemilihan tipe inkuiri ini disesuaikan
dengan karakteristik materi yang akan diajarkan.
Penelitian pencapaian kemampuan literasi sains dengan menggunakan metode
inkuiri pada siswa SMA telah banyak dilakukan, seperti penelitian telah dilakukan
oleh Hastia (2012) dan Humaira (2012). Penelitian serupa terhadap siswa SMP
masih jarang dilakukan, sehingga pemilihan subjek penelitian yang merupakan
siswa SMP dapat dilakukan dengan tujuan untuk menyiapkan siswa SMP untuk
menghadapi PISA serta membiasakan dan melatih siswa untuk dapat berinkuiri.
Dalam penelitian ini, peneliti memilih salah satu materi ekosistem yaitu
mengenai kerusakan lingkungan. Materi tersebut diajarkan untuk siswa SMP kelas
VII pada semester genap. Salah satu alasan pemilihan materi tersebut adalah
karena materi tersebut memiliki potensi untuk diajarkan melalui pendekatan
inkuiri. Materi tersebut lebih bersifat kontekstual karena berkaitan erat dengan
lingkungan sekitar. Tingkatan inkuiri yang sesuai untuk diaplikasikan pada materi
terpilih adalah interactive demosntration. Dalam pembelajaran menggunakan
interactive demonstration guru bertanggung jawab melakukan demonstrasi,
mengembangkan dan mengajukan pertanyaan inkuiri agar siswa dapat
memprediksi, memunculkan tanggapan, dan memberikan penjelasan mengenai
bagaimana sesuatu dapat terjadi (Wenning, 2005).
Mengingat pentingnya peningkatan kemampuan literasi sains dan sikap ilmiah
siswa SMP, maka penulis melakukan penelitian untuk menganalisis pencapaian
kemampuan literasi sains dan sikap ilmiah siswa melalui penerapan pembelajaran
inkuiri dengan level interactive demonstration pada materi ekosistem.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan
5
Nur Susinta Erviani, 2013
Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
literasi sains dan sikap ilmiah siswa melalui pembelajaran menggunakan
pendekatan inkuiri dengan level interactive demonstration pada materi
ekosistem?”
Untuk memperjelas permasalahan dalam penelitian ini, maka rumusan
masalah di atas diuraikan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah keterlaksanaan tahapan pembelajaran interactive
demonstration (kelas eksperimen) dan tahapan pembelajaran metode
konvensional (kelas kontrol) pada materi ekosistem?
2. Bagaimanakah peningkatan kemampuan literasi sains siswa sebelum dan
setelah diterapkan pembelajaran inkuiri dengan level interactive
demonstration pada materi ekosistem?
3. Bagaimanakah perbedaan peningkatan kemampuan literasi sains antara kelas
eksperimen (pembelajaran inkuiri dengan level interactive demonstration) dan
kelas kontrol (pembelajaran dengan metode konvensional) pada materi
ekosistem?
4. Bagaimanakah peningkatan kemampuan sikap ilmiah siswa sebelum dan
setelah diterapkan pembelajaran inkuiri dengan level interactive
demonstration pada materi ekosistem?
C. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di awal, maka
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi
peningkatan kemampuan literasi sains dan sikap ilmiah siswa melalui
pembelajaran interactive demonstration pada materi ekosistem.
D. Batasan Masalah
Untuk menghindari perluasan masalah, maka diperlukan adanya batasan, yaitu
sebagai berikut:
1. Pembelajaran interactive demonstration dilakukan dengan menggunakan
6
Nur Susinta Erviani, 2013
Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi manipulation, (3) generalization, (4) verification, dan (5) application
(Wenning, 2010b).
2. Pembelajaran metode konvensional menggunakan metode diskusi dengan
tahapan sebagai berikut: 1) tahap persiapan, (2) tahap pemecahan masalah, (3)
tahap penyajian, dan (4) tahap penyimpulan (Sumarno, 2011).
3. Pemilihan materi penelitian disesuaikan dengan maksud penelitian dan standar
isi KTSP 2006. Materi ekosistem yang dijadikan pembelajaran dalam
penelitian ini adalah materi ekosistem pada Kompetensi Dasar 7.4
(Mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk
mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan).
4. Penelitian dilakukan pada siswa SMP kelas VII semester genap Tahun Ajaran
2012/2013.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada berbagai
pihak, diantaranya:
1. Bagi siswa, penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana untuk mengetahui
sejauh mana literasi sains dan kemampuan inkuiri yang dimiliki siswa dalam
memahami alam semesta dan mengidentifikasi fenomena-fenomena yang
terdapat di dalamnya, sehingga diharapkan siswa memiliki kepekaan dan
kecintaan terhadap lingkungan dengan kemampuan berinkuirinya.
2. Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan sebagai rekomendasi dalam memilih
suatu pendekatan kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan literasi sains dan
sikap ilmiah siswa dengan menggunakan pendekatan inkuiri dengan level
interactive demonstration.
3. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dan bahan
pertimbangan dalam menerapkan pendekatan inkuiri dengan level interactive
demonstration pada konsep Biologi lainnya. Selain itu, penelitian ini dapat
dijadikan sebagai tambahan informasi mengenai bagaimana pengaruh
penerapan pembelajaran interactive demonstration terhadap literasi sains dan
7
Nur Susinta Erviani, 2013
Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu F. Asumsi
1. Dalam strategi inkuiri, siswa dilatih memecahkan masalah akademik,
meningkatkan pemahaman terhadap sains, mengembangkan keterampilan
belajar sains, dan literasi sains (Oates, 2002 dalam Arnyana, 2006).
2. Pembelajaran inkuiri dapat melatih siswa untuk memiliki sikap ilmiah, karena
inkuiri melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari
dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis, sehingga siswa
pun dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri
(Hermawati, 2012).
3. Pembelajaran inkuiri siswa harus terlibat secara mental maupun fisik untuk
memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru, sehingga siswa akan
terbiasa bersikap seperti para ilmuwan sains (bersikap ilmiah), yaitu: teliti,
tekun/ulet, objektif, kreatif, dan menghormati pendapat orang lain (Saliman,
27
Nur Susinta Erviani, 2013
Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah quasy eksperimental karena sampel
tidak dicuplik secara random (Ary, Jacobs, & Sorensen, 2010). Pada kelompok
eksperimen pembelajaran dilakukan dengan menggunakan pembelajaran inkuiri
dengan level interactive demonstration, sedangkan kelompok kontrol dilakukan
dengan menggunakan metode konvensional (metode diskusi).
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonrandomized
control group, pretest-posttest design, yaitu menempatkan subjek penelitian ke
dalam dua kelompok kelas yang terdiri atas kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Pemilihan kedua kelompok tersebut tidak dilakukan secara random (Ary,
Jacobs, & Sorensen, 2010).
Kelas eksperimen mendapatkan perlakuan berupa pembelajaran inkuiri
dengan level interactive demonstration pada materi ekosistem, sedangkan kelas
kontrol tidak mendapat perlakuan seperti kelas eksperimen. Kelas kontrol
diberikan perlakuan lain, yaitu pembelajaran menggunakan metode konvensional
pada materi ekosistem. Subjek penelitian masing-masing diobservasi sebanyak
dua kali yaitu sebelum (pretest) dan sesudah (post-test). Mekanisme dari kedua
kelas tersebut digambarkan dalam Tabel berikut ini:
Tabel 3.1 Nonrandomized Control Group, Pretest-Posttest Design
Group Pretest Independent Variabel Posttest
E Y1 X Y2
C Y1 - Y2
(Ary, Jacobs, & Sorensen, 2010)
Keterangan :
E : Kelompok Eksperimen C : Kelompok Kontrol
28
Nur Susinta Erviani, 2013
Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Y1 : Tes awal
Y2 : Tes akhir
C. Definisi Operasional
1. Pembelajaran interactive demonstration yang dimaksud dalam penelitian ini
merupakan pembelajaran inkuiri yang dilakukan pada materi kerusakan
lingkungan. Tahapan pembelajaran interactive demonstration yang dilakukan
pada kelas eksperimen diantaranya: a) Observation: siswa mengobservasi
gambar yang disajikan guru; b) Manipulation: guru menyajikan masalah
mengenai bagaimana proses terjadinya bencana alam erosi/longsor, sehingga
siswa mengidentifikasi masalah dan melakukan prediksi. Selanjutnya guru
melakukan demonstrasi bencana alam erosi/longsor agar siswa dapat
menjawab prediksi berdasarkan fakta yang ada; c) Generalization: siswa
memberikan penjelasan terhadap prediksi dan menarik kesimpulan; d)
Verification: guru melakukan verifikasi dengan menggunakan media baru
yang berhubungan dengan erosi/longsor; e) Application: siswa
mengaplikasikan konsep yang telah mereka dapatkan. Pembelajaran pada
kelas kontrol menggunakan metode konvensional yang dilakukan melalui
metode diskusi dengan tahapan: a) Tahap persiapan: guru memberi apersepsi
dan membagi siswa ke dalam beberapa kelompok; b) Tahap pemecahan
masalah: guru memberikan permasalahan mengenai fenomena erosi/longsor
untuk dipecahkan oleh siswa melalui diskusi kelompok dan selanjutnya
didiskusikan bersama melalui diskusi kelas; c) Tahap penyajian: guru
menjelaskan konsep-konsep yang belum tergali oleh siswa; serta d) Tahap
penyimpulan: guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran yang telah
dilakukan.
2. Kemampuan literasi sains adalah skor hasil tes scientific literacy dengan
indikator yang diadopsi dari PISA 2006. Indikator utama dalam PISA 2006
adalah identifikasi permasalahan ilmiah, menjelaskan fenomena secara ilmiah,
29
Nur Susinta Erviani, 2013
Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi instrumennya, telah dijudgment oleh ahli, dan telah melalui proses validasi
(reliabilitas= 0.86).
3. Pencapaian sikap ilmiah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skor yang
diperoleh siswa dalam kuesioner sikap ilmiah. Sikap ilmiah ini diukur melalui
suatu instrumen berupa skala likert dengan indikator terpadu, yakni Scientific
Attitudes Inventory II (SAI II) (Moore & Foy, 1997) dan PISA 2006 yang
sesuai dengan definisi sikap ilmiah dari Bennet (Anwer & Iqbal, 2012) yakni
sikap yang berkaitan dengan practical work. Tes telah dijudgment oleh ahli
dan telah melalui proses validasi (reliabilitas= 0.94).
D. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut:
H0: Tidak terdapat perbedaan pencapaian kemampuan literasi sains dan sikap
ilmiah siswa pada kelas yang menggunakan pembelajaran inkuiri dengan level
interactive demonstration dengan kelas yang menggunakan pembelajaran metode
konvensional.
H1: Terdapat perbedaan pencapaian kemampuan literasi sains dan sikap ilmiah
siswa pada kelas yang menggunakan pembelajaran inkuiri dengan level
interactive demonstration dengan kelas yang menggunakan pembelajaran metode
konvensional.
E. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di salah satu SMP di kota Bandung, yaitu SMP
Kartika XIX-2 Siliwangi. Penelitian dilakukan pada semester genap Tahun Ajaran
2012/2013.
F. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian adalah kelas VII di salah satu SMP di kota Bandung, yaitu
SMP Kartika XIX-2 Siliwangi. Di sekolah tersebut kelas VII dibagi ke dalam
enam kelas. Sampel yang diambil dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas (kelas
30
Nur Susinta Erviani, 2013
Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
sampling, dengan dasar pemilihan yaitu kelas eksperimen telah mengalami
pembelajaran discovery learning terlebih dahulu (level inkuiri sebelum interactive
demonstration).
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan
tiga instrumen. Instrumen pertama berupa soal literasi sains yang dapat digunakan
untuk menunjukkan skor kemampuan literasi sains siswa. Instrumen kedua yaitu
kuesioner sikap ilmiah berupa skala likert yang digunakan untuk menunjukkan
skor pencapaian sikap ilmiah siswa. Instrumen ketiga berupa lembar observasi
yang digunakan untuk mengobservasi keterlaksanaan tahapan dalam pembelajaran
inkuiri dengan level interactive demonstration dan tahapan pembelajaran metode
konvensional.
H. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya 1. Butir Soal Literasi Sains
Untuk mengukur pencapaian kemampuan literasi sains siswa, maka digunakan
instrumen berupa soal literasi sains. Dalam mengembangkan instrumen literasi
sains digunakan indikator literasi sains PISA 2006. Dalam indikator PISA 2006,
terdapat sembilan indikator khusus. Setiap indikator khusus akan dibuat menjadi
dua soal, sehingga total keseluruhan sebanyak 18 soal. Dalam pelaksanaannya,
instrumen ini digunakan sebelum (pretest) dan sesudah (post-test) diberikannya
perlakuan pada kedua sampel penelitian. Soal litrasi sains pada pretest dan
post-test memiliki konten yang berbeda, namun keduanya tetap mengacu pada
indikator literasi sains PISA 2006. Kisi-kisi pretest dan post-test instrumen literasi
sains secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran B.2 dan B.3. Kisi-kisi butir soal
literasi sains disajikan dalam Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Butir Soal Literasi Sains
No. Indikator No. Soal
1 Mengidentifikasi Permasalahan Ilmiah
a.Mengenali permasalahan yang dapat diselidiki secara ilmiah 1, 4
b.Mengidentifikasi kata-kata kunci untuk memperoleh informasi ilmiah 2, 5
31
Nur Susinta Erviani, 2013
Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi
No. Indikator No. Soal
2 Menjelaskan Fenomena secara Ilmiah
a.Mengaplikasikan pengetahuan sains dalam situasi yang diberikan 7, 10
b.Mendeskripsikan atau menafsirkan fenomena ilmiah dan prediksi
perubahan
8, 11
c.Mengidentifikasi deskripsi, eksplanasi, dan prediksi yang tepat 9, 12
3 Menggunakan Bukti Ilmiah
a. Menafsirkan bukti ilmiah dan membuat serta mengkomunikasikan
kesimpulan
13, 15
b. Mengidentifikasi asumsi, bukti dan alasan dibalik kesimpulan 14, 16
c. Merefleksikan implikasi sosial dan perkembangan sains dan
teknologi
17, 18
Adapun tahapan-tahapan dalam pengembangan butir soal literasi sains,
diantaranya sebagai berikut:
a. Menyusun butir soal literasi sains
b. Mengonsultasikan butir soal literasi sains dengan dosen ahli
c. Melakukan uji coba soal literasi sains
d. Melakukan analisis pokok uji butir soal
e. Menyeleksi dan merevisi instrumen jika instrumen tidak memenuhi syarat
f. Mengonsultasikannya kembali dengan dosen ahli
g. Menggunakan instrumen yang telah direvisi dan disetujui dosen ahli untuk
dijadikan sebagai instrumen penelitian.
Analisis butir soal dilakukan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya
beda, dan tingkat kesukaran. Analisis butir soal yang dilakukan meliputi:
1) Validitas
Alat ukur yang baik memiliki kesahihan yang baik, sebuah item dikatakan
valid apabila mempunyai daya dukungan yang besar terhadap skor total
(Arikunto, 2005). Untuk mengetahui validitas item dilakukan melalui bantuan
program Anates ver 4.1.0. Nilai validitas yang telah diketahui kemudian
diinterpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi menggunakan klasifikasi
validitas soal, seperti yang tercantum dalam Tabel berikut:
Tabel 3.3 Klasifikasi Validitas Butir Soal
32
Nur Susinta Erviani, 2013
Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
0,80 - 1,00 Sangat tinggi
Hasil uji validitas menggunakan Anates menunjukkan nilai korelasi dengan
kriteria sedang dan tinggi. Hasil rekapitulasi pengolahan data validitas butir soal
selengkapnya disajikan dalam Tabel 3.7.
2) Reliabilitas
Reliabilitas suatu tes berhubungan dengan kepercayaan. Suatu tes dikatakan
mempunyai taraf kepercayaan tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil
yang tetap (Arikunto, 2005). Untuk mengetahui reliabilitas instrumen dilakukan
dengan menggunakan program Anates ver 4.1.0. Nilai reliabilitas yang telah
diketahui kemudian diinterpretasi melalui Tabel 3.4 di bawah ini:
Tabel 3.4 Klasifikasi Reliabilitas Butir Soal
Nilai Arti
Hasil pengolahan uji reliabilitas soal dengan Anates menunjukkan nilai 0,86
dan termasuk pada kriteria sangat tinggi.
3) Tingkat Kesukaran
Analisis tingkat kesukaran soal dilakukan untuk mengetahui sukar atau
mudahnya suatu item soal (Arikunto, 2005). Untuk mengetahui tingkat kesukaran
dilakukan melalui bantuan program Anates ver 4.1.0. Hasil pengolahan data pada
Anates akan muncul indeks tingkat kesukaran dalam bentuk persentase (%).
Selanjutnya indeks tingkat kesukaran dikonversi ke dalam satuan desimal
kemudian diinterpretasikan melalui Tabel di bawah ini:
Tabel 3.5 Klasifikasi Tingkat Kesukaran
33
Nur Susinta Erviani, 2013
Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi 0,00 – 0,29 Sukar
0,30 – 0,69 Sedang 0,70 – 1,00 Mudah
(Arikunto, 2005)
Hasil pengolahan tingkat kesukaran menggunakan Anates menunjukkan
bahwa soal dengan kriteria sedang dan mudah. Hasil rekapitulasi pengolahan
tingkat kesukaran soal selengkapnya disajikan dalam Tabel 3.7.
4) Daya Pembeda
Analisis daya pembeda suatu soal dimaksudkan untuk mengetahui sejauh
mana soal tersebut dapat membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan
siswa berkemampuan rendah (Arikunto, 2005). Dalam penelitian ini untuk
mengetahui daya pembeda soal dilakukan melalui bantuan program Anates ver
4.1.0. Hasil pengolahan data pada Anates akan muncul indeks daya pembeda
dalam bentuk persentase (%). Selanjutnya indeks daya pembeda tersebut
dikonversi ke dalam satuan desimal kemudian diinterpretasikan melalui Tabel 3.6
di bawah ini:
Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda
Nilai Arti
Hasil pengolahan daya pembeda menggunakan Anates menunjukkan bahwa soal
dengan kriteria cukup, baik, dan sangat baik.
Rekapitulasi hasil analisis butir soal kemampuan literasi sains berupa uji
validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda, serta kesimpulan hasil
seleksi item soal disajikan dalam Tabel 3.7.
Tabel 3.7 Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Soal Kemampuan Literasi Sains
No Soal
Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Validitas Reliabilitas
34
Nur Susinta Erviani, 2013
Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No Soal
Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Validitas Reliabilitas
Ket.
Instrumen kuesioner sikap berupa skala likert. Skala likert yang digunakan
terdiri atas pertanyaan negatif dan pernyataan positif. Kuesioner disusun dalam
bentuk skala Likert-5 (sangat setuju, setuju, netral/ragu-ragu, tidak setuju dan
sangat tidak setuju). Kuesioner sikap yang digunakan adalah kuesioner dengan
indikator terpadu yakni indikator yang berasal dari PISA 2006 dan kuesioner yang
telah disusun oleh Dr. Richard Moore yakni Scientific Attitude Inventory II
(1997). Izin penggunaan SAI II telah diberikan oleh Dr. Moore pada tanggal 14
Desember 2012 melalui e-mail (lihat lampiran C). Tahapan pengembangan
instrumen disesuaikan dengan urutan pengembangan butir soal literasi sains.
Kisi-kisi instrumen kuesioner sikap ilmiah dapat dilihat dalam Tabel dibawah ini:
Tabel 3.8 Kisi-kisi Instrumen Sikap Ilmiah
Indikator Sikap Ilmiah
a. Menghargai perbedaan pandangan dan pendapat ilmiah (berpikiran
terbuka) untuk melakukan penilaian lebih lanjut3) 1 2
b. Mendukung penggunaan informasi faktual dan eksplanasi rasional agar
35
Nur Susinta Erviani, 2013
Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi
Indikator Sikap Ilmiah
No. Soal dan Orientasi Jawaban
+ -
c. Menunjukkan pemahaman bahwa proses yang logis, kritis dan cermat
diperlukan dalam mengambil kesimpulan 3) 8 17
Dukungan terhadap Sifat Sains
a. Menunjukkan pemahaman bahwa sains memiliki keterbatasan: teori
dan prinsip sains adalah tentatif dan mendekati kebenaran serta tidak
semua permasalah dapat dapat dijawab oleh sains 1)
15 4
b. Meyakini bahwa saintis harus memiliki kejujuran intelektual dan
bjektivitas dalam observasi. Observasi dan eksperimen adalah dasar dari penerapan sains1)
18 11
Keyakinan Diri sebagai Pembelajar Sains
a. Keyakinan dalam menangani persoalan ilmiah secara efektif 2) 5 6
b. Keyakinan dalam menangani kesulitan dalam menyelesaikan masalah2) 16 12
c. Keyakinan dalam menunjukkan kemampuan ilmiah yang tinggi2) 13 9
Ketertarikan terhadap Sains
a. Mengindikasikan keingintahuan tentang sains, isu-isu sains dan
mempraktikan sains3) 20 21
b. Menunjukkan keinginan untuk memperoleh tambahan pengetahuan
dan keahlian ilmiah, serta menggunakan beragam sumber dan metode ilmiah3)
22 7
c. Menunjukkan pemahaman bahwa sains memerlukan dukungan penuh
dari masyarakat2) 10 19
Keterangan :
1).
Indikator hanya terdapat dari PISA
2). Indikator hanya terdapat dari SAI II 3). Indikator ada pada PISA dan SAI II
Analisis butir soal pada kuesioner sikap ilmiah dilakukan untuk mengetahui
validitas, reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran. Analisis butir soal
dilakukan dengan menggunakan program Anates ver 4.1.0. Rekapitulasi hasil
analisis butir soal berupa uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya
pembeda, serta kesimpulan hasil seleksi item soal disajikan dalam Tabel 3.9.
Tabel 3.9 Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Soal pada Kuesioner Sikap Ilmiah
No
3 0.67 Sedang 0.27 Cukup 0.48 Cukup Terima
4 0.68 Sedang 0.20 Cukup 0.40 Cukup Terima
36
Nur Susinta Erviani, 2013
Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No
6 0.66 Sedang 0.38 Cukup 0.74 Tinggi Terima
7 0.64 Sedang 0.27 Cukup 0.55 Cukup Terima
8 0.69 Sedang 0.27 Cukup 0.64 Tinggi Terima
9 0.64 Sedang 0.31 Cukup 0.55 Cukup Terima
10 0.64 Sedang 0.40 Baik 0.80 Tinggi Terima
11 0.68 Sedang 0.38 Cukup 0.61 Tinggi Terima
12 0.66 Sedang 0.33 Cukup 0.64 Tinggi Terima
13 0.66 Sedang 0.38 Cukup 0.74 Tinggi Terima
14 0.67 Sedang 0.27 Cukup 0.67 Tinggi Terima
15 0.68 Sedang 0.33 Cukup 0.71 Tinggi Terima
16 0.69 Sedang 0.22 Cukup 0.53 Cukup Terima
17 0.67 Sedang 0.40 Baik 0.81 Tinggi Terima
18 0.70 Sedang 0.29 Cukup 0.71 Tinggi Terima
19 0.72 Mudah 0.20 Cukup 0.54 Cukup Terima
20 0.63 Sedang 0.33 Cukup 0.62 Tinggi Terima
21 0.62 Sedang 0.17 Jelek 0.39 Rendah Terima*
22 0.68 Sedang 0.29 Cukup 0.57 Cukup Terima
Keterangan: Int= Interpretasi; Terima*= Validitas butir soal termasuk ke dalam kriteria
rendah, namun masih di atas nilai batas signifikansi koefisien korelasi, yaitu 0.349
3. Lembar Observasi Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran
Instrumen yang digunakan untuk mengetahui keterlakasanaan sintaks atau
tahapan pembelajaran inkuiri dengan level interactive demonstration berupa
lembar observasi. Sintaks pembelajaran inkuiri dengan level interactive
demonstration sesuai dengan tahapan yang dikemukakan oleh Wenning (2010b)
yaitu (1) observation, (2) manipulation, (3) generalization, (4) verification, dan
(5) application. Adapun lembar observasi yang digunakan tercantum dalam Tabel
di bawah ini:
Tabel 3.10 Lembar Observasi Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran Inkuiri dengan Level Interactive Demonstration
Observation Siswa mengamati gambar tentang
bencana alam banjir
Siswa dapat mendeskripsikan penyebab banjir yang terjadi
Persentase Observation
37
Nur Susinta Erviani, 2013
Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi
Tahapan
Pembelajaran Deskriptor
Observer
% Kategori
1 2 3
yang akan terjadi jika terjadi hujan deras pada media demontrasi I (lahan miring yang ditumbuhi banyak pohon/tanaman) Siswa mengumpulkan data berdasarkan informasi yang ditunjukkan melalui demonstrasi interaktif media I Siswa membuat prediksi tentang apa yang akan terjadi jika terjadi hujan deras pada media demonstrasi II (lahan miring yang tidak ditumbuhi pohon/tanaman) Siswa mengumpulkan data berdasarkan informasi yang ditunjukkan melalui demonstrasi interaktif media II Persentase Manipulation
Generalization Siswa merumuskan kesimpulan
sementara pada LKS berdasarkan informasi yang sudah ditunjukkan melalui demonstrasi interaktif
Siswa mempresentasikan hasil diskusi dalam kelompoknya di depan kelas Persentase Generalization
Verification Guru melakukan verifikasi dengan
menggunakan gambar dan media yang berhubungan dengan erosi/longsor Persentase Verification
Application Siswa dapat membuat analisa dampak
yang mungkin terjadi pada lahan miring yang sudah gundul di daerah Bandung Persentase Application
Instrumen yang digunakan untuk mengetahui keterlakasanaan tahapan
pembelajaran metode konvensional (metode diskusi) pada kelas kontrol berupa
lembar observasi. Tahapan pembelajaran metode diskusi sesuai dengan tahapan
yang dikemukakan oleh Sumarno (2011) yaitu (1) tahap penyajian, (2) tahap
pemecahan masalah, (3) tahap penyajian, dan (4) tahap penyimpulan. Adapun
lembar observasi yang digunakan tercantum dalam Tabel di bawah ini:
38
Nur Susinta Erviani, 2013
Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tahapan
Siswa mengamati gambar tentang bencana alam banjir
Siswa dapat mendeskripsikan penyebab banjir yang terjadi
Siswa dibagi ke dalam 5 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 7-8 orang
Persentase Tahap Persiapan Tahap
Pemecahan Masalah
Siswa disajikan beberapa masalah mengenai kerusakan lingkungan (erosi)
Siswa melakukan kegiatan diskusi
kelompok untuk memecahkan masalah yang disajikan guru
Siswa melaporkan/mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas
Siswa dengan diarahkan oleh guru melaksanakan diskusi kelas
Guru memberikan contoh lahan miring yang sudah gundul di daerah Bandung
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan, bila masih belum paham terhadap penjelasan yang diberikan guru
Persentase Tahap Penyajian Tahap
Penyimpulan
Guru bersama-sama dengan siswa menarik kesimpulan berdasarkan kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan
Persentase Penyimpulan
I. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data Tes Kemampuan Literasi Sains
Teknik analisis data dimaksudkan untuk mengolah data hasil eksperimen.
Pada penelitian ini akan digunakan teknik analisis data secara kuantitatif melalui
metode statistik.
39
Nur Susinta Erviani, 2013
Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Uji prasyarat merupakan uji awal untuk menentukan apakah hipotesis akan
dilakukan melalui uji statistik parametrik atau nonparametrik (Sudjana, 2005). Uji
prasayarat ini terdiri atas dua bagian yakni uji normalitas dan uji homogenitas.
Kedua uji ini akan dilakukan melalui software statistik SPSS 16.0 multilanguage.
1) Normalitas: Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak.
2) Uji Homogenitas: Uji homogenitas digunakan untuk menentukan apakah asumsi varians homogen atau tidak.
Jika data tidak memenuhi persyaratan uji normalitas dan uji homogenitas,
maka uji hipotesis akan dilakukan melalui statistik nonparametrik (Sudjana,
2005).
b. Uji Hipotesis Penelitian
Uji hipotesis yang digunakan yakni uji dua rata-rata (uji komparasi dua
sampel). Jenis uji dua rata-rata yang digunakan adalah uji dua pihak berdasarkan
bunyi hipotesis nol yang dibuat (Arikunto, 2005). Uji hipotesis pada SPSS 16.00
multilanguage adalah uji hipotesis nol (H0). Taraf signifikansi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah α= 0.05, artinya kemungkinan kebenaran hasil
penarikan kesimpulan mempunyai probabilitas 95% atau toleransi kemelesetan
5%.
c. Penghitungan N-gain
Penghitungan N-gain dilakukan untuk melihat peningkatan kemampuan
literasi sains dan sikap ilmiah siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Digunakan rumus indeks gain (Hake, 2002) sebagai berikut:
keterangan :
g = N-gain T1 = Nilai Pretest
T2 = Nilai Post-test
40
Nur Susinta Erviani, 2013
Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Untuk mengetahui kriteria peningkatan yang diperoleh maka hasil perhitungan
indeks gain diinterpretasikan pada tabel 3.12 berikut ini:
Tabel 3.12 Kriteria Indeks Gain
Rentang Kriteria
g ≥ 0,70 Tinggi
0,30 < g < 0,70 Sedang
g < 0,30 Rendah
(Hake, 2002)
2. Pengolahan Data Kuesioner Sikap Ilmiah Siswa
Instrumen kuesioner sikap ilmiah menggunakan skala likert-5 (sangat setuju,
setuju, netral/ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju). Kuesioner tersebut
terdiri atas pertanyaan negatif dan pernyataan positif. Berikut adalah skor yang
diberikan pada tiap jawaban, sesuai dengan orientasi jawaban yang diharapkan:
Tabel 3.13 Cara Pemberian Skor Kuesioner Sikap Ilmiah
Jawaban Responden Soal Berorientasi Jawaban Positif
Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek
tertentu, yakni sikap mendukung (positif), menolak (negatif), dan netral. Hasilnya
berupa kategori sikap (Sudjana, 2009). Persentase respon sikap ilmiah siswa
dihitung dengan rumus (Purwanto,2009):
41
Nur Susinta Erviani, 2013
Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Hasil penghitungan presentase data kuesioner diinterpretasikan dengan kriteria
yang tercantum pada Tabel 3.14 berikut ini:
Tabel 3.14 Kriteria Presentase Hasil Kuesioner
Presentase Interpretasi
86-100 % Sangat baik
75-85 % Baik
60-74 % Cukup
55-59 % Kurang
< 54 % Kurang sekali (Purwanto, 2009)
3. Pengolahan Data Lembar Observasi Tahapan Pembelajaran
Pengumpulan data keterlaksanaan tahapan pembelajaran pada kelas kontrol
dan kelas eksperimen menggunakan lembar observasi. Pengolahan data dilakukan
dalam bentuk persentase (%). Kriteria keterlaksanaan tahapan pembelajaran
disajikan dalam Tabel 3.15 di bawah ini:
Tabel 3.15 Kriteria Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran
Rentang Indeks Keterangan
85-100 Sangat baik
70-85 Baik
55-70 Cukup
40-55 Kurang
0-40 Sangat kurang
(Rupilu, 2012)
J. Prosedur Penelitian
1. Tahap persiapan, terdiri atas:
a. Menganalisis masalah yang akan dikaji dalam penelitian
b. Melakukan studi literatur dan studi pendahuluan
c. Menganalisis materi pembelajaran (materi ekosistem)
d. Penyusunan proposal
42
Nur Susinta Erviani, 2013
Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
f. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan instrumen
pembelajaran pada materi ekosistem (materi kerusakan lingkungan)
g. Penyusunan instrumen penelitian
h. Judgment instrumen
i. Melakukan uji coba terhadap RPP, instrumen pembelajaran, dan kegiatan
pembelajaran
j. Melakukan uji coba instrumen penelitian
k. Revisi instrumen
2. Tahap pelaksanaan, terdiri atas:
a. Pemberian pretest materi ekosistem (materi kerusakan lingkungan) terhadap
dua kelas sampel.
b. Melakukan pembelajaran materi ekosistem (kerusakan lingkungan) dengan
menggunakan pembelajaran interactive demonstration pada kelas
eksperimen dan metode konvensional pada kelas kontrol.
c. Pemberian post-test terhadap dua kelas sampel.
d. Menganalisis data, adapun data yang dianalisis berupa :
1)Data kualitatif yang dianalisis secara deskriptif
2)Data kuantitatif yang dianalisis dengan uji statistik
3. Tahap tindak lanjut, terdiri atas:
a. Menganalisis data dengan menggunkaan uji statistik
b. Penarikan kesimpulan
43
Nur Susinta Erviani, 2013
Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu K. Alur Penelitian
Alur penelitian disajikkan dalam Gambar 3.1 di bawah ini:
Identifikasi Masalah
Penyusunan proposal Studi pendahuluan
Studi literatur
Uji coba instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran Pelaksanaan seminar proposal
Judgment instrumen penelitian
Penyusunan instrumen dan perangkat pembelajaran
Revisi instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran
Pelaksanaan penelitian
Pretest
Pembelajaran menggunakan metode konvensional pada materi kerusakan lingkungan
(kelas kontrol)
Analisis data
Pembelajaran menggunakan
interactive demonstration pada
materi kerusakan lingkungan (kelas eksperimen)
44
Nur Susinta Erviani, 2013
Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem
70
Nur Susinta Erviani, 2013
Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat diambil
kesimpulan yaitu seluruh tahapan pembelajaran interactive demonstration dan
tahapan pembelajaran metode konvensional terlaksana dengan sangat baik. Hal
tersebut ditunjukkan melalui persentase keterlaksaan seluruh tahapan pembelajaran
mencapai 100%. Namun, perbedaan diantara keduanya adalah pembelajaran metode
konvensional dinilai lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran interactive
demonstration dalam hal alokasi waktu. Selain itu, pembelajaran menggunakan
interactive demonstration lebih membutuhkan persiapan yang lebih matang bagi guru
terutama dalam mempersiapkan media demonstrasinya.
Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan uji rata-rata dua pihak menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan signifikan antara pretest literasi sains kelas eksperimen
dengan kelas kontrol. Hal tersebut ditunjukkan pula melalui rata-rata skor pretest
literasi sains kelas eksperimen (40.76) lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol
(34.51). Kondisi tersebut terjadi karena pada pertemuan sebelumnya di kelas
eksperimen telah mendapatkan perlakuan berupa penerapan pembelajaran inkuiri
dengan level discovery learning.
Berdasarkan pengolahan data N-Gain pada tes kemampuan literasi sains
menggunakan uji hipotesis Mann-Whitney menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
signifikan antara pencapaian literasi sains pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Rata-rata N-gain yang dimiliki oleh kedua sampel termasuk ke dalam kriteria yang
rendah. Kelas eksperimen memiliki rata-rata N-gain 0.10 (rendah) lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas kontrol sebesar 0.1 (sangat rendah). Hal tersebut terjadi
karena, penerapan pembelajaran berbasis inkuiri dalam penelitian ini dirasa masih
71
Nur Susinta Erviani, 2013
Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Berdasarkan rata-rata N-gain pada skor kuesioner sikap ilmiah menunjukkan
bahwa kelas eksperimen memiliki rata-rata N-gain (-0.01) lebih tinggi dibandingkan
dengan kelas kontrol (-0.02). Rata-rata N-gain yang dimiliki oleh kedua sampel
termasuk ke dalam kriteria yang rendah negatif. Hal tersebut terjadi karena untuk
dapat menumbuhkan sikap ilmiah pada siswa memerlukan waktu yang lama.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka
penulis merekomendasikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Dapat dilakukan penelitian mengenai pembelajaran inkuiri dengan level
interactive demonstration pada konsep biologi lainnya.
2. Penerapan pembelajaran inkuiri dengan level interactive demonstration terutama
pada tahapan manipulation memerlukan alokasi waktu yang lebih lama dari
rencana pembelajaran yang telah ditetapkan, karena guru perlu melakukan
persiapan yang matang dalam mempersiapkan demonstrasi, sehingga dalam
penerapan pembelajaran inkuiri ini guru harus menambah alokasi waktu
pembelajaran kurang lebih sekitar 10 menit.
3. Pada tes kemampuan literasi sains menunjukkan hasil yang paling rendah pada
kompetensi 3, yaitu menggunakan bukti ilmiah. Penelitian selanjutnya dapat
dilakukan untuk mengidentifikasi faktor penyebab rendahnya hasil tes
kemampuan literasi sains siswa pada kompetensi 3. Selain itu, dapat dilakukan
penelitian mengenai penerapan pembelajaran inkuiri pada level yang lebih tinggi
dari level interactive demonstration sehingga dapat melatihkan kemampuan
inkuiri siswa yang diharapkan dapat menunjang peningkatan hasil tes literasi
sains pada kompetensi 3.
4. Pada kenyataannya literasi sains dan sikap ilmiah siswa tidak dapat dirubah dalam
jangka waktu yang singkat, sehingga untuk dapat meningkatkan literasi sains dan
sikap ilmiah siswa dengan menggunakan penerapan pembelajaran inkuiri tidak
72
Nur Susinta Erviani, 2013
Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi DAFTAR PUSTAKA
Adisendjaja, Y.H. (2010). Analisis Buku Ajar Biologi SMA Kelas X di Kota
Bandung Berdasarkan Literasi Sains. [Online].
Tersedia:http://file.upi.edu/direktori/fpmipa/jur._pend._biologi/195512191980 021yusuf_hilmi_adisendjaja/penelitian_analisis_buku_literasi_sains.pdf. [5 Oktober 2012].
Amien, M. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan
Menggunakan Metode “Discovery” dan “Inquiry”. Jakarta: Depdikbud
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Anjur, S.S. (2011). “Student-centered physiology in high schools”. Advances Physology Education. 35, 161-167. [Online]. Tersedia: http://advan.physiology.org. [12 November 2012].
Anwer, M. dan Iqbal, M. (2012). “Attitude Toward Science : Case in Pakistan”. Pakistan Journal of Social and Clinical Psycology. 9 (2), 3-9. [Online]. Tersedia: http://www.gcu.edu.pk/FullTextJour/PJSCS/2012/1.pdf [18 Januari 2013]
Arikunto, S. (2005). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Arnyana, I.B. (2006). Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Inovatif pada Pelajaran Biologi terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMA. [Online]. Tersedia:www.undiksha.ac.id/images/img_item/607.doc.[18 Desember 2012].
Ary, Jacobs, dan Sorensen. (2010).Introduction to Research in Education 8 Edition. Canada: Wadsworth.
Balım, A. G. (2009). The Effects of Discovery Learning on Students’ Success and Inquiry Learning Skills. Egitim arastirmalari-eurasian journal of educational Research. 35, 1-20.
Balitbang. (2006). Peraturan Pemerintah No.22 Tahun 2006 Tentan Standar Isi. Jakarta: Depdiknas.
Brickman, P., Gormally, C., Armstrong, N., dan Hallar. B. (2009). Effects of Inquiry-based Learning on Students’ Succsess Literacy Skill and Confidence. International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning. 3(2), 3-22.
73
Nur Susinta Erviani, 2013
Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
http://www.mtu.edu/cls/education/pdfs/reports/carlson_thesis_2009.pdf. [4 April 2013].
Casotti, G., Danner, R., dan Knabb M.T. (2008). “Successful implementation of inquiry-based physiology laboratories in undergraduate major and nonmajor courses”. Advances Physology Education. 32, 286-296. [Online]. Tersedia: http://advan.physiology.org. [12 November 2012].
Dahar, R.W. 1991. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Dewi, L.N., Dantes, N., dan Sadia, I. (2003). Pengaruh Model pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Sikap ilmiah dan Hasil Belajar.[Online].
Tersedia:http://pasca.undiksha.ac.id/e-journal/index.php/jurnal_pendas/article/view/512/304. [19 Mei 2012].
Echols, J.M. dan Shadily, H. (1993). Kamus Besar Inggris-Indonesia Indonesia-Inggris. Jakarta: Gramedia
Ekohariadi. (2009). “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Literasi Sains Siswa Indonesia Berusia 15 Tahun”. Jurnal Pendidikan Dasar. 10, 37-40. [Online]. Tersedia: http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/101092841.pdf. [18 Desember 2012].
Febria, H. (2012). Metode Pembelajaran Konvensional. [Online] Tersedia:
http://hamikofebria.blogspot.com/2012/05/metode-pembelajaran-konvensional.html. [20 Juni 2013].
Hadinugraha, S. (2012). Literasi Siswa SMA Berdasarkan Kerangka PISA (The Programme for International Student Assessment) pada Konsep Pengetahuan Biologi. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Hake, R. (2002). Relationship of Individual Student Normalized Learning Gains in Mechanicswith Gender, High-School Physics, and Pretest Scores on Mathematics and Spatial Visualization. [Online]. Tersedia: http://physics.indiana.edu/~hake/PERC2002h-Hake.pdf.[4 April 2013].
Halimatussadiah. (2007). Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Kemampuan Berpikir Logis terhadap Sikap Ilmiah Siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Medan.Tersedia:http://digilib.unimed.ac.id/UNIMED-Master-269/269. [19 Mei 2013].
Hamalik, O. (1991). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Sinar Baru.