• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBELAJARAN INQUIRY LESSON TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMP PADA MATERI EKOSISTEM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBELAJARAN INQUIRY LESSON TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMP PADA MATERI EKOSISTEM."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBELAJARAN INQUIRY LESSON TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMP PADA

MATERI EKOSISTEM

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

ANI CICA SURYANI 0907178

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Pengaruh Pembelajaran

Inquiry Lesson

terhadap Peningkatan Literasi Sains dan

Sikap Ilmiah Siswa SMP pada Materi

Ekosistem

Oleh Ani Cica Suryani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Ani Cica Suryani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

ANI CICA SURYANI

PENGARUH PEMBELAJARAN INQUIRY LESSON TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMP PADA

MATERI EKOSISTEM

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING: Pembimbing I,

Dr. Hj. Sri Anggraeni, M.Si. NIP. 195801261987032001

Pembimbing II,

Dra. Yanti Hamdiyati, M.Si. NIP. 196611031991012001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Biologi

(4)
(5)

PENGARUH PEMBELAJARAN INQUIRY LESSON TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP ILMIAH

SISWA SMP PADA MATERI EKOSISTEM

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peningkatan kemampuan literasi sains dan sikap ilmiah siswa SMP melalui pembelajaran inquiry lesson. Penelitian ini merupakan penelitian Quasy experimental dengan rancangan Nonrandomized control group, pretest-posttest design. Penentuan sampel dilakukan secara purposive sampling. Data penelitian diperoleh melalui pretest dan posttest, serta lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran inquiry lesson yang diterapkan di kelas eksperimen memberikan pengaruh terhadap peningkatan kemampuan literasi sains dan sikap ilmiah siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata indeks gain kemampuan literasi sains di kelas eksperimen adalah 0,32 (sedang) dan di kelas kontrol 0,02 (rendah). Rata-rata indeks gain sikap ilmiah di kelas eksperimen adalah 0,17 dan di kelas kontrol 0,05. Rata-rata indeks gain sikap ilmiah di kedua kelas termasuk pada kategori rendah, meskipun demikian rata-rata indeks gain di kelas eksperimen lebih tinggi apabila dibandingkan dengan rata-rata indeks gain di kelas kontrol.

(6)

THE EFFECT OF INQUIRY LESSON TOWARD INCREASE SCIENTIFIC LITERACY AND SCIENTIFIC ATTITUDE OF JUNIOR HIGH SCHOOL

STUDENTS IN ECOSYSTEM CONCEPT

ABSTRACT

This study was conducted to examine the effect of inquiry lesson toward increase student’s scientific literacy and scientific attitude at junior high school. A quasy experimental research design of Nonrandomized Control Group, Pretest-Posttest

was adopted with purposive sampling. Data was collected in this study through pretest, posttest, and observation sheet. The result showed that there were significantly differences in student’s scientific literacy between experimental group and control group. N-gain of scientific literacy in experimental group was 0,32 (moderate) and in control group was 0,02 (low), whereas N-gain of scientific attitude in experimental group was 0,17 (low) and control group was 0,05 (low). N-gain of scientific attitude in both groups was low, nevertheless N-gain in experimental group was higher than N-gain in control group. Thus this study indicated that inquiry lesson is able to increase junior high school student’s scientific literacy and scientific attitude.

(7)

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Asumsi ... 6

F. Hipotesis ... 6

G. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II DISCOVERY LEARNING, LITERASI SAINS DAN SIKAP ILMIAH A. Pembelajaran Inquiry ... 8

B. Hierarki dalam Inquiry ...10

C. Inquiry Lesson ... 12

D. Pembelajaran Konvensional (Ceramah)...13

E Literasi Sains ... 15

(8)

G. Evaluasi Sikap Ilmiah dan Sikap Terhadap Sains ... 19

H. Tinjauan Materi ...21

BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional ... 23

B. Metode Penelitian ... 24

C. Desain Penelitian ... 24

D. Populasi dan Sampel ... 25

E. Lokasi Penelitian ... 25

F. Teknik Pengumpulan Data ... 25

G. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya ... 25

H. Pengolahan dan Analisis Data ... 33

I. Prosedur Penelitian ... 36

J. Alur Penelitian ... 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran Inquiry Lesson ... 38

B. Keterlaksanaan Pembelajaran Konvensional (Ceramah)...42

C. Kemampuan Literasi Sains Siswa ... 43

D. Kemampuan Sikap Ilmiah Siswa ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58

(9)

vi

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Hierarki Pembelajaran Inquiry... 10

2.2 Level inquiry dan Tujuan Primer Pedagogisnya... 11

2.3 Kompetensi Ilmiah PISA 2006... 17

2.4 Indikator Sikap terhadap Sains pada PISA 2006... 19

2.5 Indikator PISA dan SAI II serta Irisan diantara Keduanya... 20

2.6 Karakteristik Materi Pencemaran Tanah... 22

3.1 Desain Penelitian... 24

3.2 Kisi-kisi Butir Soal Literasi Sains... 26

3.3 Interpretasi Nilai Koefisien Korelasi... 27

3.4 Interpretasi Koefisien Realibilitas... 28

3.5 Klasifikasi Daya Pembeda... 28

3.6 Klasifikasi Indeks Kesukaran... 29

3.7 Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Soal Kemampuan Literasi Sains... 30 3.8 Kisi-kisi Kuesioner Sikap Ilmiah... 31

3.9 3.10 Konversi Bentuk Skala ke Bentuk Skor pada Kuesioner Sikap Ilmiah... Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Soal Kemampuan Sikap Ilmiah... 32 33 3.11 Kriteria Indeks gain... 34

3.12 Cara Pemberian Skor Kuesionel Sikap Ilmiah... 35

3.13 Kriteria Interpretasi Data Angket... 35 3.14

4.1

Kriteria Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran... Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Inquiry Lesson...

36

(11)

viii

4.2 Rekapitulasi Uji Statistik Hasil Pretest Kemampuan Literasi Sains Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol... 44 4.3 Rata-Rata Indeks Gain Literasi Sains Kedua Kelas... 46 4.4 Rata-rata Indeks N-Gain Sikap Ilmiah Kedua

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

4.1 Diagram Kedudukan Siswa dalam Kelompok

Tingkatannya berdasarkan Hasil Pretest... 45 4.2 Grafik Perbandingan Rata-Rata Pretest dan Posttest

Kemampuan Literasi Sains Siswa... 47 4.3

4.4

Grafik capaian tiap indikator literasi sains siswa... Grafik Perbandingan Rekapitulasi Sebaran Respon Siswa di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

49 50

4.5 Grafik Capaian Tiap Indikator Sikap Ilmiah Siswa pada

(13)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

A. PERANGKAT PEMBELAJARAN

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Inquiry

Lesson... 62 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Konvensional.... 67 3. Lembar Kerja Siswa (LKS) Inquiry Lesson... 70 B. INSTRUMEN PENELITIAN

1. Kisi-kisi Instrumen Literasi Sains (Pretest)... 2. Kisi-kisi Instrumen Literasi Sains (Posttest)... 3. Kisi-kisi Kuesioner Sikap Ilmiah (Pretest)... 4. Kisi-kisi Kuesioner Sikap Ilmiah (Posttest)... 5. Instrumen Soal Kemampuan Literasi Sains dan Sikap

Ilmiah Siswa (Pretest)... 6. Instrumen Soal Kemampuan Literasi Sains dan Sikap

Ilmiah Siswa (Posttest)... 7. Lembar Observasi Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran

74 82 90 93

96

(14)

Inquiry Lesson...

8. Rubrik Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran Inquiry Lesson... 2. Tabulasi Hasil Pretest Kemampuan Literasi Sains Siswa

Kelas Eksperimen... 3. Tabulasi Hasil Posttest Kemampuan Literasi Sains Siswa

Kelas Eksperimen... 4. Tabulasi Hasil Pretest Kemampuan Literasi Sains Siswa

Kelas Kontrol...

5. Tabulasi Hasil Posttest Kemampuan Literasi Sains Siswa Kelas Kontrol...

118

120

121

122 6. Tabulasi Hasil Uji Coba Kuesioner Sikap Ilmiah Siswa...

7. Tabulasi Hasil Pretest Kemampuan Sikap Ilmiah Siswa Kelas Eksperimen... 8. Tabulasi Hasil Posttest Kemampuan Literasi Sains Siswa Kelas Eksperimen... 9. Tabulasi Hasil Pretest Kemampuan Sikap Ilmiah Siswa

Kelas Kontrol... 10. Tabulasi Hasil Posttest Kemampuan Literasi Sains Siswa

Kelas Kontrol... 13. Uji Normalitas dan uji Homogenitas...

(15)

xii

D. ADMINISTRASI PENELITIAN

1. Surat Izin Penelitian... 132 2. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian...

3. Email Perizinan Penggunaan Kuesioner SAI II...

133 134

E. DOKUMENTASI PENELITIAN

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis. IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (BSNP, 2006). Dengan demikian, siswa diharapkan dapat menerapkan dan membuktikan fakta-fakta, konsep-konsep serta prinsip-prinsip IPA tersebut dengan mencermati gejala-gejala alam yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Hayat dan Yusuf (2010), literasi sains berkaitan erat dengan kemampuan siswa dalam memahami informasi proses terjadinya ilmu pengetahuan. Selain itu, literasi sains berkaitan pula dengan kemampuan siswa dalam memahami fakta yang ada dalam kehidupan sehari-hari dan kaitannya dengan masa yang akan datang. Oleh karena itu, pada era globalisasi ini literasi sains sangat penting dikuasai oleh siswa agar mereka dapat memahami masalah-masalah yang akan dihadapi oleh masyarakat modern.

Selain penjelasan diatas, pentingnya literasi sains bagi siswa, National Research Council (1996) dalam Susanti (2012) menjelaskan bahwa literasi sains

(17)

2

Namun, pada kenyataannya, tingkat literasi sains siswa di Indonesia masih rendah. Padahal, seiring dengan perkembangan era globalisasi, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan IPA pada siswa telah menjadi suatu keharusan dan diperlukan perubahan kebijakan dalam sistem pendidikan Indonesia.

Tingkat literasi sains yang rendah tersebut terbukti dari hasil penelitian tentang asesmen hasil belajar sains pada level Internasional yang diselenggarakan oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) tentang Programme for International Student Assessmen (PISA) 2006, yaitu dari 57

negara peserta, siswa Indonesia berada pada posisi ke 50 dengan skor rata-rata 393. Hasil pencapaian tersebut menunjukkan bahwa siswa Indonesia malah mengalami penurunan sebanyak 2 poin pencapaian apabila dibandingkan dengan hasil pencapaian pada PISA 2003 yang berada pada kelompok bawah dengan skor rata-rata 395. Pada tingkat kemampuan ini, siswa Indonesia pada umumnya dinilai hanya mampu mengingat fakta, istilah, dan hukum-hukum ilmiah serta menggunakannnya dalam menarik kesimpulan ilmiah yang sederhana (Hayat & Yusuf, 2010). Dengan demikian kemampuan literasi sains siswa Indonesia usia 15-17 tahun dianggap belum memadai.

Salah satu penyebab rendahnya pencapaian literasi sains siswa Indonesia adalah karena kurangnya penerapan pembelajaran yang melibatkan “proses” di dalamnya, misalnya memformulasikan pertanyaan ilmiah dalam penyelidikan, menggunakan pengetahuan yang dimiliki untuk menjelaskan fenomena alam serta menarik kesimpulan berdasarkan fakta yang diperoleh melalui penyelidikan (Firman, 2007).

(18)

yang mempengaruhi kemampuan literasi sains pada siswa SMP dan penelitian yang dilakukan oleh Widodo (2011) mengenai pembelajaraan biologi berbasis masalah dengan pendekatan guided inquiry dan modified inquiry ditinjau dari keterampilan proses sains dan sikap ilmiah siswa. Oleh karena itu, penelitian litrerasi sains pada siswa SMP dianggap masih tergolong jarang dilakukan.

Pada era globalisasi yang terus berkembang saat ini, sekolah tidak hanya dituntut untuk mengembangkan tingkat literasi sains saja, tetapi pembentukan manusia Indonesia yang berkarakter, bermoral dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa pun harus dikembangkan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional Indonesia. Sikap yang dikembangkan dalam pembelajaran IPA adalah sikap ilmiah (scientific attitude). Dengan dikembangkannya sikap ilmiah tersebut,secara tidak langsung dapat membentuk peserta didik yang berkarakter (Muhtadi, 2011) .

Pengembangan literasi sains dan sikap ilmiah peserta didik dapat diupayakan melalui pembelajaran yang berbasis inquiry. Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) menegaskan bahwa pendidikan IPA seharusnya disampaikan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry), sehingga peserta didik mendapatkan pengalaman belajar yang lebih banyak dalam memahami lebih mendalam tentang alam sekitar. Selain itu, pendidikan IPA secara inquiry dapat mengembangkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah siswa.

Wenning (2010a), mengklasifikasikan level inquiry berdasarkan sejauh mana lokus kontrol antara guru dan siswa serta kompleksitas pengalaman intelektual yang didapat siswa dalam pembelajaran. Level yang paling rendah sekaligus yang paling fundamental adalah level discovery learning, diikuti oleh interactive demonstration, inquiry lesson, inquiry laboratory (guided inquiry.

bounded inquiry dan free inquiry) dan yang paling tinggi adalah hypothetical

inquiry. Dengan demikian, setiap kali siswa melewati level inquiry yang baru

maka siswa juga telah menguasai science process skill yang lebih kompleks. Dalam penelitian Erniati (2010), pembelajaran dengan pendekatan free inquiry menunjukkan pencapaian kemampuan literasi sains siswa SMA yang lebih

(19)

4

memiliki banyak hambatan. Hambatan tersebut disebabkan oleh faktor waktu serta kesiapan dan bekal guru dalam melaksanakan pembelajaran, sehingga kemampuan literasi sains melalui discovery learning memiliki rata-rata pencapaian yang lebih tinggi dibandingkan dengan guided inquiry. Oleh karena itu, penulis sebagai calon guru beranggapan perlunya dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana keefektifan jenis pendekatan inquiry lain yang levelnya lebih tinggi daripada discovery learning tetapi lebih rendah dari guided inquiry. Salah satu pendekatan tersebut adalah melalui inquiry lesson.

Wenning (2010b) menyatakan bahwa dalam inquiry lesson siswa mengidentifikasi prinsip sains dan atau hubungan antar prisip (cooperative work untuk membangun pengetahuan yang lebih detail). Dalam level ini guru mulai menunjukkan proses ilmiah secara eksplisit kepada siswa dengan menekankan penjelasan yang dapat membantu siswa untuk memahami bagaimana cara memformulasikan suatu eksperimen, mengidentifikasi, mengontrol variabel dan lain sebagainya. Pada tahapan ini pula, siswa sudah diarahkan pada kegiatan percobaan ilmiah, akan tetapi siswa masih mendapatkan bimbingan langsung dari guru.

Tidak semua materi dalam mata pelajaran biologi dapat disampaikan dengan pembelajaran inquiry. Salah satu materi yang dianjurkan adalah pencemaran lingkungan yang dibahas dalam materi ekosistem. Karakteristik materi ini kontekstual sehingga membutuhkan investigasi langsung untuk penguatan.

Mengingat pentingnya upaya peningkatan literasi sains dan sikap ilmiah ke arah yang lebih baik pada siswa SMP, maka penulis memilih melakukan penelitian yang akan mengukur peningkatan literasi sains dan sikap ilmiah melalui pembelajaran inquiry dengan level inquiry lesson pada materi ekosistem.

B. Rumusan Masalah

(20)

Dari rumusan masalah diatas, terdapat beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana keterlaksanaan tahapan sintaks pembelajaran inquiry lesson di kelas eksperimen pada materi ekosistem?

2. Bagaimana keterlaksanaan tahapan sintaks pembelajaran konvensional di kelas kontrol pada materi ekosistem?

3. Bagaimanakah peningkatan kemampuan literasi sains siswa SMP melalui pembelajaran inquiry lesson pada materi ekosistem di kelas eksperimen? 4. Bagaimanakah peningkatan kemampuan literasi sains siswa SMP melalui

pembelajaran konvensional pada materi ekosistem di kelas kontrol?

5. Bagaimanakah perbedaan (gain) peningkatan kemampuan literasi sains pada kelas kontrol dan kelas eksperimen?

6. Bagaimanakah peningkatan sikap ilmiah antara kelas kontrol dan kelas eksperimen ?

C. Batasan Masalah

Untuk menghindari perluasan masalah, maka diperlukan adanya batasan, yaitu sebagai berikut :

1. Subjek penelitian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa SMP kelas VII pada semester genap tahun ajaran 2012-2013 di SMP Kartika Chandra XIX- 2 yang mendapat materi ekosistem. Subjek penelitian tersebut merupakan kelanjutan dari penelitian sebelumnya (Erviani, 2013).

2. Bahan materi penelitian dibatasi pada sub konsep pencemaran tanah.

3. Sikap yang diteliti adalah respon siswa terhadap pembelajaran sub konsep pencemaran tanah dengan inquiry lesson.

(21)

6

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi peningkatan kemampuan literasi sains dan sikap ilmiah siswa SMP melalui pembelajaran inquiry lesson.

E. Asumsi

1. Pembelajaran IPA secara inkuiri dapat mengembangkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah peserta didik (BSNP, 2006).

2. Penerapan pembelajaran inquiry secara sistematis menurut tingkatan inquiry yaitu discovery learning, interactive demonsration, inquiry leeson, inquiry lab, dan hypothetical inquiry, dapat mengembangkan kemampuan intelekttual dan membimbing literasi sains siswa (Wenning, 2010).

3. Metode inquiry melibatkan secara maksimal kemampuan menyelidiki secara cermat, sistematis dan kritis serta kepercayaan diri dalam mengungkapkan fenomena tersebut (Widodo, 2011).

4. Semua skala sikap ditujukan untuk menemukan sikap dari seseorang berdasaarkan jawaban atau tanggapan dari siswa tersebut terhadap suatu pernyataan ( Fraenkel & Wallen, 1993)

F. Hipotesis

H0 : Tidak terdapat perbedaan pencapaian literasi sains dan sikap ilmiah pada kelas dengan pembelajaran inquiry lesson (eksperimen) dibandingkan dengan kelas dengan pembelajaran konvensional (kontrol).

H1 : Terdapat perbedaan pencapaian literasi sains dan sikap ilmiah pada kelas dengan pembelajaran inquiry lesson (eksperimen) dibandingkan dengan kelas dengan pembelajaran konvensional (kontrol).

G. Manfaat Penelitian

(22)

a. Mendapatkan pengalaman belajar baru dalam pembelajaran IPA dengan inquiry lesson.

b. Membantu siswa untuk lebih memahami proses dan konsep dalam materi ekosistem.

c. Menumbuhkan motivasi dan minat siswa terhadap IPA. 2. Bagi guru

a. Memberikan informasi kepada guru mengenai alternatif pembelajaran inquiry lesson untuk menumbuhkan literasi sains dan sikap ilmiah siswa.

b. Memberikan informasi mengenai sikap respon siswa terhadap pembelajaran berbasis inquiry lesson dalam materi ekosistem .

3. Bagi peneliti lain

(23)

24

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Definisi Operasional

1. Pembelajaran inquiry lesson

Pembelajaran inquiry lesson yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran inquiry pada kompetensi dasar (7.4) mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan, yakni terkait konsep pencemaran tanah. Pembelajaran inquiry lesson ini diterapkan di kelas eksperimen, sedangkan di kelas kontrol

diterapkan pembelajaran konvensional (ceramah). Tahapan pembelajaran inquiry lesson dilaksanakan dengan tahapan-tahapan : 1) Observation: guru

(24)

3) Kegiatan akhir : guru membimbing siswa membuat kesimpulan dari materi yang telah disampaikan, guru memberikan evaluasi kepada siswa.

2. Kemampuan literasi sains

Kemampuan literasi sains yang dimaksud adalah hasil skor pada tes scientific literacy dengan indikator pencapaian sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh

PISA, dengan indikator utama yakni : mengidentifikasi pertanyaan ilmiah, menjelaskan fenomena ilmiah dan menggunakan bukti-bukti ilmiah. Tes yang digunakan adalah tes yang dikembangkan oleh peneliti,di judgement oleh ahli melalui proses validasi.

3. Sikap ilmiah

Sikap ilmiah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil skor dari tes sikap ilmiah dengan indikator yang terpadu (gabungan), yakni dari PISA dan SAI II.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan untuk penelitian ini adalah metode eksperimen dan termasuk ke dalam quasy-experimental design karena sampel tidak dicuplik secara acak (Ary et al., 2010). Terdapat dua kelompok tes, kelompok pertama merupakan kelompok eksperimen dan kelompok kedua merupakan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen merupakan kelompok yang mengalami pembelajaran inquiry lesson sedangkan kelompok kontrol merupakan yang mengalami pembelajaran dengan metode konvensional (ceramah).

C. Desain Penelitian

Desain penelitian eksperimen yang dipilih adalah Nonrandomized control group, pretest-posttest design. Dalam rancangan ini, digunakan dua kelompok

subjek, yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang dipilih tidak secara random keduanya diberikan pretest dan posttest (Ary et al., 2010).

Tabel 3.1 Desain Penelitian

(Ary et al., 2010)

Group Pretest Independent Variable Posttest

E Y1 X Y2

(25)

26

Keterangan :

E : kelompok eksperimen, diberikan pembelajaran inquiry lesson C : kelompok kontrol, diberikan pembelajaran konvensional (ceramah) Y1 : Pretest yang dilakukan untuk kelompok eksperimen dan kontrol X : Variabel bebas, pembelajaran inquiry lesson

Y2 : posttest yang dilakukan untuk kelompok eksperimen dan kontrol

D. Populasi dan Sampel

Dari populasi enam kelas VII di SMP Kartika Chandra XIX- 2 diambil dua kelas sebagai subjek penelitian. Pemilihan sekolah dilakukan apa adanya terkait izin yang diberikan pihak sekolah untuk pelaksanaan penelitian dan anjuran dari dosen pembimbing. Penentuan sampel dilakukan secara purposive sampling, karena sebelumnya kelas tersebut telah mendapatkan perlakuan

pembelajaran yang sama. Kelas eksperimen merupakan kelas yang sebelumnya telah mendapatkan pembelajaran interactive demonstration (kelanjutan dari penelitian sebelumnya).

E. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Kartika Chandra XIX- 2. Penelitian dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2012-2013.

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk instrumen butir soal dan kuesioner sikap, pengumpulan data dilakukan dua kali yakni pada saat pretest dan pada saat posttest. Untuk mendukung hasil penelitian, dilakukan pula observasi yang tertuang dalam lembar observasi ketercapaian sintaks.

G. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya 1. Instrumen Kemampuan Literasi Sains

(26)

(Tabel 2.3) dengan tipe soal multiple choices. Domain konten dan konteks soal yang akan diberikan dibatasi hanya pada topik yang berkaitan dengan pencemaran lingkungan. Hal tersebut dikarenakan pada prakteknya pembelajaran yang dilakukan berkaitan dengan topik pembelajaran pencemaran, meskipun pada dasarnya evaluasi literasi sains tidak harus terkait dengan konten atau konteks sains tertentu (OECD, 2006). Butir soal kemudian diuji daya pembeda, tingkat kesulitan, validitas dan reliabilitas di salah satu SMP kota Bandung. Skor untuk seiap jawaban adalah +1, sedangkan untuk jawaban salah adalah 0. Reliabilitas yang terukur untuk instrumen 0,79 dan diinterpretasikan memiliki reabilitas tinggi (Arikunto, 2009). Kisi-kisi soal instrumen kemampuan literasi sains disajikan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Literasi Sains

Kompetensi/Proses No. Soal

Mengidentifikasi permasalahan ilmiah

a. Mengenali permasalahan yang dapat diselidiki secara ilmiah

1

4

b. Mengidentifikasi kata-kata kunci untuk memperoleh informasi ilmiah

5

3

c. Mengenali kata kunci penyelidikan ilmiah 6

2

Menjelaskan fenomena secara ilmiah

a. Mengaplikasikan pengetahuan sains dalam situasi yang diberikan

7

9

b. Mendeskripsikan atau menafsirkan fenomena ilmiah dan prediksi

perubahan

8

10

c. Mengidentifikasi deskripsi, eksplanasi dan prediksi yang tepat 11

18

Menggunakan bukti ilmiah

a. Menafsirkan bukti ilmiah dan membuat serta mengkomunikasikan

kesimpulan

12

13

b. Mengidentifikasi asumsi, bukti dan alasan dibalik kesimpulan 14

15

c. Merefleksikan implikasi sosial dan perkembangan sains dan

teknologi

16

17

(27)

28

Pengembangan instrumen kemampuan literasi sains dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut :

a. Menyusun soal literasi sains sebagai instrumen penelitian b. Mengkonsultasikannya dengan dosen ahli

c. Mengujicobakan soal pada salah satu SMP di kota Bandung d. Melakukan analisis pokok uji terhadap soal

e. Merevisi dan menyeleksi jika terdapat instrumen yang menunjukkan hasil yang tidak diharapkan atau tidak memenuhi syarat

f. Mengkonsultasikan kembali isntrumen yang telah direvisi dengan dosen ahli g. Menggunakan instrumen yang telah direvisi dan disetujui dosen ahli pada

penelitian

Analisis butir soal yang dilakukan meliputi: a. Uji Validitas

Sebuah tes dikatakan valid apabila memberikan dukungan besar terhadap skor total. Dengan kata lain, sebuah soal memiliki validitas yang tinggi jika skor

pada soal mempunyai kesejajaran dengan skor total (Arikunto, 2009). Dalam penelitian ini untuk mengetahui validitas soal dilakukan dengan menggunakan program ANATES versi 4.1.0. Nilai validitas yang telah diketahui kemudian diinterpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi menggunakan kriteria validitas pada tabel 3.3.

Tabel 3.3 Kriteria Validitas Butir Soal

Rentang Keterangan

(28)

rekapitulasi pengolahan data validitas butir soal selengkapnya disajikan pada Tabel 3.7.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat keajegan atau ketetapan soal (Arikunto, 2009). Dalam penelitian ini untuk mengetahui reliabilitas soal dilakukan melalui bantuan program ANATES versi 4.1.0. Kemudian diinterpretasi mengenai nilai reabilitas yang telah diketahui dengan menggunakan kriteria reabilitas soal pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas Soal Rentang Klasifikasi

Hasil pengolahan uji reliabilitas soal dengan ANATES menunjukkan nilai 0,79 dan termasuk pada kriteria tinggi.

c. Daya Pembeda

Perhitungan daya pembeda suatu soal dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana soal tersebut dapat membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa berkemampuan rendah (Arikunto, 2009). Dalam penelitian ini untuk mengetahui daya pembeda soal dilakukan melalui bantuan software ANATES versi 4.1.0. Kemudian diinterpretasi mengenai besarnya nilai tingkat daya

pembeda yang telah diketahui dengan menggunakan kriteria daya pembeda pada Tabel 3.5.

Negatif Tidak baik (sebaiknya dibuang)

(29)

30

Hasil pengolahan data dari Anates menunjukkan bahwa daya pembeda soal termasuk pada kriteria baik dan cukup. Untuk data hasil rekapitulasi pengolahan daya pembeda soal selengkapnya disajikan pada Tabel3.7.

d. Tingkat Kesukaran

Perhitungan tingkat kesukaran dilakukan untuk mengetahui sukar atau mudahnya suatu item soal. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar (Arikunto, 2009). Dalam penelitian ini untuk mengetahui tingkat kesukaran dilakukan melalui bantuan software ANATES versi 4.1.0. Kemudian diinterpretasi mengenai besarnya nilai tingkat kesukaran soal yang telah diketahui dengan menggunakan kriteria tingkat kesukaran pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6 Kriteria Tingkat Kesukaran Rentang Kriteria 0,00 – 0,30 Sukar 0,31 – 0,70 Sedang 0,71 – 1,00 Mudah

(Arikunto, 2009)

Hasil pengolahan data dari Anates menunjukkan hampir semua soal mencakup kriteria sedang. Untuk hasil rekapitulasi data pengolahan tingkat kesukaran selengkapnya disajikan pada Tabel3.7.

e. Kualitas Pengecoh

Pengolahan kualitas pengecoh tiap butir soal dilakukan degan menggunakan bantuan software ANATES versi 4.1.0. data kualitas pengecoh yang muncul dalam output Anates diinterpretasikan pada kriteria yang terdapat dalam program Anates.

(30)

Tabel 3.7 Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Soal Kemampuan Literasi Sains

No. Soal

Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Kualitas Pengecoh Validitas Keputusan Reliabilitas

Indeks Ket Indeks Ket Kunci Berfungsi Tidak

Berfungsi Indeks Ket Indeks Ket

1 0,32 sedang 0,21 cukup b a, c & d - 0,413 cukup digunakan 0,79 tinggi 2 0,27 sedang 0,30 cukup b a, d & c - 0,441 cukup digunakan

3 0,73

mudah

0,80 baik

sekali d a, c & b -

0,648

tinggi digunakan 4 0,76 mudah 0,60 baik a b, c & d - 0,633 tinggi digunakan 5 0,84 mudah 0,40 cukup c a, b & d - 0,543 cukup digunakan 6 0,35 sedang 0,60 baik a d, b & c - 0,451 cukup digunakan 7 0,76 mudah 0,70 baik c a, b & d - 0,652 tinggi digunakan 8 0,73 mudah 0,50 baik a b, c & d - 0,557 tinggi digunakan 9 0,65 sedang 0,30 cukup b a, c & d - 0,423 cukup digunakan 10 0,38 sedang 0,60 baik a d, b & c - 0,416 cukup digunakan 11 0,54 sedang 0,21 cukup a c, b & d - 0,599 cukup digunakan 12 0,57 sedang 0.40 cukup c a, b & d - 0,431 cukup digunakan 13 0,16 sukar 0,30 cukup b a, c & d - 0,423 cukup digunakan 14 0,22 sukar 0,21 cukup d a, c & b - 0,438 cukup digunakan 15 0,30 sukar 0,40 cukup d a, b & c - 0,428 cukup digunakan 16 0,49 sedang 0,60 baik b a, c & d - 0,459 cukup digunakan 17 0,57 sedang 0,30 cukup b a, c & d - 0,440 cukup digunakan 18 0,41 sedang 0.30 cukup b a, c & d - 0,359 rendah* digunakan

(31)

32

2. Kuesioner Sikap

Kuesoner sikap yang digunakan adalah kuesioner dengan indikator terpadu yakni yang berasal dari PISA 2006 dan kuesioner yang telah disusun oleh Dr. Richard Moore yakni Scientific Attitude Inventory II (1997). Izin penggunaan SAI II telah diberikan oleh Dr. Moore pada tanggal 14 Desember 2012 melalui e-mail (dapat dilihat pada lampiran). Kuesioner disusun dalam bentuk skali Likert-5 (sangat setuju, setuju, netral/ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju) kemudian dikonversi ke dalam bentuk skor berdasarkan tingkat skala yang dipilih. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.10.

Adapun urutan tahapan pengembangan instrumen akan dilakukan sesuai dengan urutan pengembangan butir soal literasi sains sedangkan kisi-kisi dapat dilihat pada Tabel 3.8 berikut.

Tabel 3.8. Kisi-kisi Kuesioner Sikap Ilmiah

Indikator Khusus No. Soal dan Orientasi Jawaban Positif Negatif

Dukungan Terhadap Inkuiri Ilmiah

a. Menghargai perbedaan pandangan dan pendapat ilmiah (berfikiran terbuka) untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut3)

1 2

b. Mendukung penggunaan informasi faktual dan eksplanasi rasional

agar tidak terjadi bias3) 4 5

c. Menunjukkan pemahaman bahwa proses yang logis, kritis dan cermat

diperlukan dalam mengambil kesimpulan3) 6 3

Dukungan terhadap Sifat Sains

a. Menunjukkan pemahaman bahwa sains memiliki keterbatasan : teori dan prinsip sains adalah tentatif dan mendekati kebenaran serta tidak semua permasalah dapat dapat dijawab oleh sains1)

15 16

b. Meyakini bahwa saintis harus memiliki kejujuran intelektual, objektivitas dalam observasi. Observasi dan eksperimen adalah dasar dari penerapan sains1)

9 10

Keyakinan diri sebagai pembelajar sains

a. Keyakinan dalam menangani persoalan ilmiah secara efektif2) 13 14 b. Keyakinan dalam menangani kesulitan dalam menyelesaikan

masalah2) 7 17

c. Keyakinan dalam menunjukkan kemampuan ilmiah yang tinggi2) 11 12

Ketertarikan terhadap sains

a. Mengindikasikan keingintahuan tentang sains, isu-isu sains dan mempraktikan sains3)

22 8

b. Menunjukkan keinginan untuk memperoleh tambahan pengetahuan dan keahlian ilmiah, menggunakan beragam sumber dan metode ilmiah3)

21 20

c. Menunjukkan keinginan untuk mencari informasi dan memiliki

keterkaitan terus-menerus terhadap sains2) 18 19

(32)

Keterangan : 1).

Indikator hanya terdapat dari PISA 2).

Indikator hanya terdapat dari SAI II 3).

Indikator ada pada PISA dan SAI II

Tabel 3.9 Konversi Bentuk Skala ke Bentuk Skor pada Kuesioner Sikap Ilmiah

Jawaban Responden Skor Bagi Soal Berorientasi Jawaban Positif1)

Soal berorientasi jawaban positif : soal yang diharapkan agar responeden menjawab

dengan jawaban berorientasi positif

2)

Soal berorientasijawaban negatif : soal yang diharapkan agar responeden menjawab

dengan jawaban berorientasi negatif

3. Validitas untuk Angket

Dengan menggunakan Uji Korelasi Produk Momen, validitas tiap butir kuesioner dapat diketahui. Uji validitas dapat dibantu dengan menggunakan program ANATES versi 4.10. Sama halnya dengan uji validitas pada butir soal literasi sains, interpretasi kriteria nilai indeks dapat dilihat pada Tabel 3.3. Rekapitulasi hasil uji dapat dilihat pada Tabel 3.10. Selain validitas empiris melalui uji statistik dilakukan pula validitas logis.

4. Reliabilitas untuk Angket

Dengan menggunakan Uji Cronbach alpha, reliabilitas kuesioner dapat diketahui. Uji reliabilitas dapat dibantu dengan menggunakan program ANATES versi 4.10. Sama halnya dengan uji reliabilitas pada butir soal literasi sains,

(33)

34

Tabel 3.10 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas tiap Butir Kuesioner

No Kode

Ket. : *). Meskipun tergolong rendah, tetapi masih di atas batas signifikan yakni 0.349

H. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan dan Analisis Data Tes Kemampuan Literasi Sains a. Uji Prasyarat

Uji prasyarat merupakan uji awal yang akan menentukan apakah hipotesis akan dilakukan melalui uji statistik parametrik ataukah nonparametrik. Uji prasayarat ini terdiri atas dua bagian yakni uji normalitas dan uji homogenitas. Kedua uji ini akan dilakukan melalui software statistik SPSS versi 16.0.

1) Uji Normalitas; untuk menentukan apakah populasi berdistribusi normal

(34)

Jika salah satu uji prasayarat tidak terpenuhi maka uji hipotesis yang akan digunakan adalah analisis varians (statistic nonparametric). Sebaliknya jika kedua uji prasayarat terpenuhi maka uji hipotesis yang akan dilakukan adalah t-test (statistic parametric) (Sudjana, 2005).

b. Uji Hipotesis

Uji hipotesis yang dilakukan yakni melalui uji dua rata-rata (uji komparasi dua sampel) serta membandingkan N-gain (gain yang ternormalisasi) yang diperoleh pada grup kontrol dengan grup eksperimen. Jenis uji dua rata-rata yang digunakan adalah uji dua pihak berdasarkan bunyi hipotesis nol yang dibuat (Arikunto, 2009). Uji hipotesis atau uji komparasi dua sampel pada SPSS versi 16.0 adalah uji hipotesis nol (H0).

Perhitungan gain (Hake, 2002) :

(g) =

Tabel 3.11.Interpretasi Indeks N-Gain

Rentang Kriteria

g ≥ 0,70 Tinggi

0,30 ≥ g ≥ 0,70 Sedang g < 0,30 Rendah

(Hake, 2002)

2. Pengolahan dan Analisis Data Sikap Ilmiah

Analisis kuesioner sikap ilmiah menggunakan skala Likert-5. Berikut adalah skor yang akan diberikan pada tiap tipe jawaban, sesuai dengan orientasi jawaban yang diharapkan :

Keterangan :

(g) : N-gain

T1 : nilai pretest

T2 : nilai posttest

(35)

36

Tabel 3.12 Cara Pemberian Skor Kuesioner Sikap Ilmiah

Jawaban Responden Soal Berorientasi Jawaban Positif1)

Soal berorientasi jawaban positif : soal yang diharapkan agar responeden menjawab

dengan jawaban berorientasi positif

2)

Soal berorientasijawaban negatif : soal yang diharapkan agar responeden menjawab

dengan jawaban berorientasi negatif

Persentase sebaran respon siswa dihitung dengan rumus : P =

Tabel 3.13. Kriteria Interpretasi Data Angket

Persentase (%) Kriteria

0 Tidak Ada

1-25 Sebagian Kecil 26-49 Hampir Separuhnya

50 Separuhnya

51-79 Lebih dari separuhnya 76-99 Hampir Seluruhnya

100 Seluruhnya

(Purwanto, 2006)

3. Pengolahan Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran a. Menghitung skor dari aspek pembelajaran yang dinilai

b. Menghitung presentasi skor yang diperoleh dengan rumus berikut : Persen keterlaksanaan =

x 100%

(36)

Tabel 3.14 Kriteria Keterlaksanaan Model Pembelajaran

1. Tahap persiapan, terdiri atas :

a. Menganalisis masalah yang akan dikaji dalam penelitian b. Menyusun proposal

c. Melaksanakan seminar proposal

d. Penyusunan instrumen soal pretest, posttest e. Judgment instrument

f. Melakukan ujicoba instrument g. Revisi instrument

2. Tahap pelaksanaan, terdiri atas :

a. Pemberian pretest sub materi pencemaran lingkungan

b. Melakukan pembelajaran Inquiry Lesson dalam sub konsep pencemaran lingkungan pada kelas eksperimen dan melakukan pembelajaran konvensional dalam sub materi pencemaran lingkungan pada kelas kontrol. c. Pemberian posttest sub materi pencemaran lingkungan

d. Menganalisis data, adapun data yang dianalisis berupa : 1) Data kualitatif yang dianalisis secara deskriptif 2) Data kuantitatif yang dianalisis dengan uji statistik 3. Tahap tindak lanjut, terdiri atas :

a. Menganalisis data dengan menggunkaan uji statistik b. Penarikan kesimpulan

(37)

38

J. Alur Penelitian

Alur penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian Pembelajaran Konvensional pada

sub materi pencemaran lingkungan

Pembelajaran Inquiry Lesson pada sub materi pencemaran lingkungan

Postest

Pada Kelas Kontrol

Postest

Pada Kelas Eksperimen

Analisis Data & Judgement Hasil

Kesimpulan

Penyusunan Laporan Perumusan Masalah

Studi Literatur Penyusunan Instrumen

Penelitian Studi pendahuluan

Seminar Proposal

Judgemen Instrumen

Uji Coba Instrumen

Revisi Instrumen

Pelaksanaan Penelitian

Pretest

Pada Kelas Kontrol

Pretest

(38)
(39)

56

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Analisis dan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa keterlaksanaan sintaks pembelajaran inquiry lesson secara keseluruhan terlaksanakan dengan sempurna. Sedangkan hasil analisis dan pembahasan kemampuan literasi sains siswa menunjukkan adanya yang peningkatan rata-rata kemampuan literasi sains siswa di kelas eksperimen dan di kelas kontrol. Namun peningkatan kemampuan literasi sains di kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Kriteria peningkatan pada kelas eksperimen yang mendapatkan pembelajaran inquiry lesson termasuk pada kategori tinggi, sedangkan pada kelas kontrol yang mendapatkan pembelajaran secara konvensional termasuk pada kategori rendah.

Hasil uji hipotesis dengan uji rata-rata dua pihak mnunjukkan terdapat perbedaan signifikan antara nilai rata-rata kemampuan literasi sains siswa kelas eksperimen yang mendapatkan pembelajaran inquiry lesson dengan kelas kontrol yang mendapatkan pembelajaran secara konvensional (ceramah).

Analisis dan pembahasan hasil penelitian mengenai peningkatan sikap ilmiah siswa menunjukkan pada kelas eksperimen yang mendapatkan pembelajaran inquiry lesson dan pada kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional cenderung termasuk pada kriteria rendah. Meskipun demikian, peningkatan sikap ilmiah siswa di kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.

B. Saran

1. Kepada peneliti selanjutnya ;

(40)

selanjutnya Penerapan pembelajaran inquiry, khususnya inquiry lesson dilaksanakan dengan penggunaan waktu yang efektif dan berkesinambungan dengan hierarki pembelajaran inquiry lain.

b) Pada keterlaksanaan model pembelajaran inquiry lesson hanya mengukur tingkat keterlaksanaan tiap tahapan sintaks saja, untuk penelitian selanjutnya sebaiknya diukur pula skill yang dikuasai siswa pada tiap tahapannya.

c) Pemahaman guru terhadap pembelajaran inquiry berpengaruh pada keberhasilan penerapan pembelajaran, sehingga pada penelitian selanjutnya, guru yang akan mengajar dengan pembelajaran inquiry lesson harus benar-benar memahami pembelajaran inquiry lesson

d) Untuk melihat efektivitas pembelajaran inquiry lesson terhadap hasil belajar siswa, sebaiknya dilakukan pula pengukuran efektivitas pembelajaran terhadap hasil belajar siswa dengan cara membandingkan hasil belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang sudah ditetapkan.

2. Kepada pihak sekolah dan pemerintah

a) Pemahaman guru terhadap pembelajaran inquiry berpengaruh pada keberhasilan penerapan pembelajaran, sehingga sebaiknya dilakukan pembekalan dan pelatihan tentang pembelajaran inquiry pada guru. b) Agar dapat tercapainya kemampuan literasi ilmiah dan sikap ilmiah siswa

(41)

58

Amien, M.(1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan Menggunakan Metode ”Discovery” dan “Inquiry” bagian 1. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Arikunto, S. (2002). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta : Bumi Aksara Badan Standar Nasional Pendidikan.(2006). Standar Kompetensi dan kompetensi

Dasar SMP/MTs. [Online]. Tersedia : http://bsnp-indonesia.org/page149 [ 20 September 2012]

Brickman, P. Et al. (2009). “effects of Inquiry- Based learning on Student’s Literacy Skills adn Confidence”. International Journal for the Scholarship of teaching and Learning. 3(2), 3-22 . [Online]. Tersedia : http://academics.georgiasouthern.edu/ijsotl/v3n2/articles/PDFs/Article_Bri ckman.pdf [ 10 Juli 2013]

Chamberlain, K And Crane, C.C. (2008). Reading, Writing, and Inquiry in The Science Classroom, Grade 6-12 : Strategies to improve Content Learning. [Online]. Tersedia : http://www.sagepub.com/upm-data/24393_chamberlain_chapter1.pdf [2 Juli 2013]

Depdiknas. (2007). Kajian Kebijakan Mata Pelajaarn IPA. Badan Penelitiaan dan Pengembangan Pendidikan Nasional Pusat Kurikulum

Dewi, N.L, Dantes, N., Sadia, I. W. (2013). “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar IPA”. e-Journal Prigram Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. 3,512-624. [Online]. Tersedia : pasca.undiksha.ac.id/e-journal index.php jurnal pendas article ... 304 . [13 Juli 2013]

Echols, M dan Shadily, H (2000).Kamus Inggris-Indoensia. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

(42)

Erniati. (2010). Pembelajaran Melalui Pendekatan Inkuiri dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas XII pada Materi Bioteknologi. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung : Tidak diterbitkan,

Firman, H.. (2007). Laporan Analisis Literasi Sains Berdasarkan Hasil PISA Nasional 2006. Jakarta : Depdiknas

Fraenkel, J. R. And Wallen, N. E. (2003). How to design and evaluatie research in education (5th ed.). Boston:McGraw-Hill

Hadinugraha, S.(2012). Literasi Sains Siswa SMA Berdasarkan Kerangka PISA (The Programme for International Student Assessment) pada Konten Pengetahuan Biologi. Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI : tidak diterbitkan

Hake, R. (2002). “Analyzing Ghange Gain Score”. [Online]. Tersedia :http//www.phisics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf. [20 Juni 2013]

Hayat, B dan Yusuf, S.(2010). benchmark Internasional MUTU PENDIDIKAN. Jakarta : Bumi Aksara

Hermawati, N.W.M. (2012). “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Penguasaan Konsep Biologi dan Sikap Ilniah Siswa SMA Ditinjau dari Minat Belajar Siswa”. [Online]. Tersedia : pasca.undiksha.ac.id/e-journal index.php jurnal ipa article ... 2 0 [14 Juli 2013]

Hoff, A. G. (2003). A Test For Scientific Attitude. [Online]. Tersedia : http://www.ncsu.edu/sciencejunction/2007ems731/assessment/HoffSSM3 6_7.pdf [20 Januari 2013]

Humaira, M.(2012). Pengaruh Pembelajaran Guided Inquiry melalui Discovery Learning terhadap Kemampuan Scientific Inquiry Literacy Siswa SMA pada Materi Pencemaran Lingkungan. Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI : tidak diterbitkan

Moore, R. W. & Foy, H. R.. (1997). “The Scientific Attitude Inventory: A Revision (SAI II)”. Journal of Reseach in Science Teaching. 34, (4) 327-336. [Online]. Tersedia : http://wiki.bilogyscholars. Org/@api/deki/files/129/=scientific_attitude_survey.pdf [23 Oktober 2012]

(43)

60

Muhtadi, Ali. (2011). Pengembangan Sikap dan Perilaku Siswa yang Bermoral dalam Kegiatan Pembelajaran di Sekolah. [Online] Tersedia : http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132280878/Pengemb%20sikap%20

dan%20perilaku%20bermoral%20di%20sekolah-Majalah%20Ilmiah%20Pembelajaran-Mei-2011.pdf [28 Oktober 2012] OECD. (2006). Assesing Scientific, Reading adn Mathematical Literacy A Framework for PISA 2006. [Online]. Tersedia : http//www.oecd.org/bookshop. [20 Desember 2013]

Osbourne, et al. (2003). Attitudes towards Science: A Review of the Literature and its Implications. [Online]. Tersedia :

http://eprints.ioe.ac.uk/652/1/Osborneeta2003attitudes1049.pdf [19 Januari 2013].

Purwanto, M.N. (2006). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung : Remaja Rosda Karya

Rustaman, N.(2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang : UM Press .(2005). Perkembangan Penelitian Pembelajaran Berbasis Inkuiri

dalam Pendidikan Sains. Makalah Hasil Penelitian Jurusan Pendidikan Biologi Universitas Pendidikan Indonesia : tidak diterbitkan

Salamon, E. (2007). Scientific Literacy in Higher Education. [online] Tersedia dalam : http://people.ucalgary.ca/~tamaratt/SciLit_files/SciLit_Review.pdf [18 Desember 2012]

Sudjana. (2005). METODA STATISTIKA. Bandung : Tarsito

Susanti, W. (2012). Analisis Profil Soal-Soal Literasi Sains Kategori Sulit Pada Tes PISA. Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI : tidak diterbitkan

Wasis, Sukarmin, Sudibyo, Azizah. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

(44)

Wenning, C, J. (2010a). Levels of Inquiry :Using Inquiry Spectrum Learning Sequences to Teach Science. Journal of Physics Teacher Education

Online. [Online]. Tersedia :

http://www.phy.ilstu.edu/pte/publications/learning_sequences.pdf [20 September 2012]

. (2010b). The Levels of Inquiry Model of Science Teaching. Journal of Physics Teacher Education Online. [Online]. Tersedia : http://www.phy.ilstu.edu/pte/publications/learning_sequences.pdf [20 September 2012]

Widodo. (2011). Pembelajaraan Biologi Berbasis Masalah dengan Pendekatan Guided Inquiry dan Modified Inquiry Ditinjau dari Keterampilan Proses Sains dan Sikap Ilmiah Siswa (Studi Kasus Pada Materi Pencemaran Dan Kerusakan Lingkungan Kelas Vii Tahun Pelajaran 2001. Skripsi pada

FPMIPA UNS Wonogiri. [Online]. Tersedia :

Gambar

Tabel
Gambar
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Literasi Sains
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar fisika peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Tanete Rilau Kabupaten Barru terhadap konsep getaran

Masjid ini terletak dikota Makkah, dan merupakan masjid tertua didunia, yang dibangun pertama kali oleh Nabi Ibrahim as dan Ismail as, 40 tahun sebelum pembangunan Masjid

Pengaturan terkait dengan batas waktu penangkapan, dalam Pasal 19 ayat (1) KUHAP batas waktu penangkapan adalah satu hari, sedangkan dalam Pasal 28 Undang-Undang Nomor

Sahabat MQ/ penggunaan Helm berstandar Nasional Indonesia atau SNI/ dinilai mendesak karena regulasi// Hal tersebut sebagaimana disampaikan Kasubdit Dikyasa

Hasil penelitian menjelaskan bahwa responden yang pernah mengikuti pelatihan melakukan pelayanan kesehatan ibu dan anak di desa dengan baik atau kinerjanya mencapai target..

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anggaran pelatihan tidak berpengaruh terhadap laba perusahaan, anggaran pengembangan berpengaruh terhadap laba perusahaan, anggaran pelatihan

PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI KERJA GURU DI SMK PGRI 2 CIMAHI.. Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dari hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode Diskusi Panel dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn materi