PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG
PERPUSTAKAAN 2 LANTAI
Oleh:
Fredy Fidya Saputra I.8505014
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET
PROGRAM D III JURUSAN TEKNIK SIPIL
SURAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semakin pesatnya perkembangan dunia teknik sipil di Indonesia saat ini menuntut terciptanya sumber daya manusia yang dapat mendukung kemajuannya dalam bidang ini. Dengan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi, kita sebagai bangsa Indonesia akan dapat memenuhi tuntutan ini. Karena dengan hal ini kita akan semakin siap menghadapi tantangannya.
Bangsa Indonesia telah menyediakan berbagai sarana guna memenuhi sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam merealisasikan hal ini Universitas Sebelas Maret Surakarta sebagai salah satu lembaga pendidikan yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut, memberikan Tugas Akhir sebuah perencanaan gedung bertingkat dengan maksud agar dapat menghasilkan tenaga yang bersumber daya dan mampu bersaing dalam dunia kerja.
1.2 Maksud Dan Tujuan
Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Program D III Jurusan Teknik Sipil memberikan Tugas Akhir dengan maksud dan tujuan :
1. Mahasiswa dapat merencanakan suatu konstruksi bangunan yang sederhana sampai bangunan bertingkat.
2. Mahasiswa diharapkan dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam merencanakan struktur gedung.
3. Mahasiswa diharapkan dapat memecahkan suatu masalah yang dihadapi dalam perencanaan suatu struktur gedung.
1.3 Kriteria Perencanaan
1. Spesifikasi Bangunan
a. Fungsi Bangunan : Gedung Perpustakaan
b. Luas Bangunan : 400 m2
c. Jumlah Lantai : 2 lantai
d. Tinggi Lantai : 4 m
e. Konstruksi Atap : Atap Baja
f. Penutup Atap : Genteng
g. Pondasi : Foot Plat
2. Spesifikasi Bahan
a. Mutu Baja Profil : BJ 37
b. Mutu Beton (f’c) : 25 MPa
c. Mutu Baja Tulangan (fy) : Polos: 240 MPa. Ulir: 360 Mpa.
1.4 Peraturan-Peraturan Yang Berlaku
1. Standart tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung (SKSNI T-15-1991-03).
2. Peraturan Beton Bertulang 1971.
BAB 2
DASAR TEORI
2.1. Dasar Perencanaan
2.1.1. Jenis Pembebanan
Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun beban khusus yang bekerja pada struktur bangunan tersebut.
Beban-beban yang bekerja pada struktur dihitung menurut Pedoman
Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung (SNI 03-1727-1989),
beban - beban tersebut adalah :
1. Beban Mati (qd)
Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian–penyelesaian, mesin – mesin serta peralatan tetap yang merupakan bagian tak terpisahkan dari gedung itu.Untuk merencanakan gedung ini, beban mati yang terdiri dari berat sendiri bahan bangunan dan komponen gedung adalah :
1) Bahan Bangunan :
a) Beton Bertulang ... 2400 kg/m3 b) Pasir………. ... 1600 kg/m3 2) Komponen Gedung :
a) Langit – langit dan dinding (termasuk rusuk – rusuknya, tanpa penggantung langit-langit atau pengaku),terdiri dari :
2. Beban Hidup (ql)
Beban hidup adalah semua bahan yang terjadi akibat penghuni atau pengguna suatu gedung, termasuk beban – beban pada lantai yang berasal dari barang – barang yang dapat berpindah, mesin – mesin serta peralatan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari gedung itu, sehingga mengakibatkan perubahan pembebanan lantai dan atap tersebut. Khususnya pada atap, beban hidup dapat termasuk beban yang berasal dari air hujan (SNI 03 1727-1989).
Beban hidup yang bekerja pada bangunan ini disesuaikan dengan rencana fungsi bangunan tersebut. Beban hidup untuk bangunan ini terdiri dari :
1. Beban atap ... 100 kg/m2 2. Beban tangga dan bordes ... 500 kg/m2 3. Beban lantai ... 400 kg/m2
Berhubung peluang untuk terjadi beban hidup penuh yang membebani semua bagian dan semua unsur struktur pemikul secara serempak selama unsur gedung tersebut adalah sangat kecil, maka pada perencanaan balok induk dan portal dari sistem pemikul beban dari suatu struktur gedung, beban hidupnya dikalikan dengan suatu koefisien reduksi yang nilainya tergantung pada penggunaan gedung yang ditinjau, seperti diperlihatkan pada tabel :
Tabel 2.1 Koefisien reduksi beban hidup
Penggunaan Gedung
Koefisien Beban Hidup untuk Perencanaan Balok Induk
PENYIMPANAN:
Gudang, Perpustakaan, Ruang Arsip
GANG DAN TANGGA :
Pertemuan umum, Perdagangan
penyimpanan, industri, tempat kendaraan
0,80
0,90
3. Beban Angin (W)
Beban Angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara (SNI 03-1727-1989).
Beban Angin ditentukan dengan menganggap adanya tekanan positif dan tekanan negatif (hisapan), yang bekerja tegak lurus pada bidang yang ditinjau. Besarnya tekanan positif dan negatif yang dinyatakan dalam kg/m2 ini ditentukan dengan mengalikan tekanan tiup dengan koefisien – koefisien angin. Tekan tiup harus diambil minimum 25 kg/m2, kecuali untuk daerah di laut dan di tepi laut sampai sejauh 5 km dari tepi pantai. Pada daerah tersebut tekanan hisap diambil minimum 40 kg/m2.
Sedangkan koefisien angin untuk gedung tertutup : a. Dinding Vertikal
1. Di pihak angin ... + 0,9 2. Di belakang angin ... - 0,4 b. Atap segitiga dengan sudut kemiringan
1. Di pihak angin : < 65 ... 0,02 - 0,4 65 < < 90 ... + 0,9
2. Di belakang angin, untuk semua ... - 0,4
2.1.1 Sistem Kerjanya Beban
Dengan demikian sistem bekerjanya beban untuk elemen – elemen struktur gedung bertingkat secara umum dapat dinyatakan sebagai berikut :
Beban pelat lantai didistribusikan terhadap balok anak dan balok portal, beban balok portal didistribusikan ke kolom dan beban kolom kemudian diteruskan ke tanah dasar melalui pondasi.
2.1.2 Provisi Keamanan
Dalam pedoman beton 1983, struktur harus direncanakan untuk memiliki cadangan kekuatan untuk memikul beban yang lebih tinggi dari beban normal. Kapasitas cadangan ini mencakup faktor pembebanan (U), yaitu untuk memperhitungkan pelampauan beban dan faktor reduksi (), yaitu untuk memperhitungkan kurangnya mutu bahan di lapangan. Pelampauan beban dapat terjadi akibat perubahan dari penggunaan untuk apa struktur direncanakan dan penafsiran yang kurang tepat dalam memperhitungkan pembebanan. Sedang kekurangan kekuatan dapat diakibatkan oleh variasi yang merugikan dari kekuatan bahan, pengerjaan, dimensi, pengendalian dan tingkat pengawasan.
Tabel 2.2 Faktor Pembebanan U
No. KOMBINASI BEBAN FAKTOR U
1. D, L 1,2 D +1,6 L
Keterangan :
Tabel 2.3 Faktor Reduksi Kekuatan
No GAYA
1. 2. 3. 4. 5.
Lentur tanpa beban aksial
Aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur Aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur Geser dan torsi
Tumpuan Beton
0,80 0,80 0,65 – 0,80
0,60 0,70
Karena kandungan agregat kasar untuk beton struktural seringkali berisi agregat kasar berukuran diameter lebih dari 2 cm, maka diperlukan adanya jarak tulangan minimum agar campuran beton basah dapat melewati tulangan baja tanpa terjadi pemisahan material sehingga timbul rongga – rongga pada beton. Sedang untuk melindungi dari karat dan kehilangan kekuatannya dalam kasus kebakaran, maka diperlukan adanya tebal selimut beton minimum.
Beberapa persyaratan utama pada Pedoman Beton 1983 adalah sebagai berikut : a. Jarak bersih antara tulangan sejajar yang selapis tidak boleh kurang dari db
atau 25 mm, dimana db adalah diameter tulangan.
b. Jika tulangan sejajar tersebut diletakkan dalam dua lapis atau lebih, tulangan pada lapisan atas harus diletakkan tepat diatas tulangan di bawahnya dengan jarak bersih tidak boleh kurang dari 25 mm.
Tebal selimut beton minimum untuk beton yang dicor setempat adalah:
a) Untuk pelat dan dinding = 20 mm
b) Untuk balok dan kolom = 40 mm
2.2.Perencanaan Atap
a. Pembebanan
Pada perencanaan atap ini, beban yang bekerja adalah : 1) Beban mati
2) Beban hidup : 100 kg/m2 3) Beban air
4) Beban Angin b. Asumsi Perletakan
1) Tumpuan sebelah kiri adalah Sendi. 2) Tumpuan sebelah kanan adalah Rol..
c. Analisa struktur pada perencanaan ini menggunakan program SAP 2000. d. Analisa tampang menggunakan peraturan PPBBI 1984.
2.3.Perencanaan Tangga
a. Pembebanan :
1) Beban mati
2) Beban hidup : 500 kg/m2 b. Asumsi Perletakan
1) Tumpuan bawah adalah Jepit. 2) Tumpuan tengah adalah Sendi. 3) Tumpuan atas adalah Jepit.
c. Analisa struktur pada perencanaan ini menggunakan program SAP 2000. 2. Analisa tampang menggunakan peraturan SNI 03-2847-2002.
2.4.Perencanaan Plat Lantai
a. Pembebanan :
1) Beban mati
c. Analisa struktur pada perencanaan ini menggunakan program SAP 2000. d. Analisa tampang menggunakan peraturan SNI 03-2847-2002.
2.5.Perencanaan Balok Anak
a. Pembebanan :
1) Beban mati
2) Beban hidup : 400 kg/m2 b. Asumsi Perletakan : sendi sendi
c. Analisa struktur pada perencanaan ini menggunakan program SAP 2000.
d.Analisa tampang menggunakan peraturan SNI 03-2847-2002.
2.6.Perencanaan Portal
1. Pembebanan :
1)Beban mati
2) Beban hidup : 400 kg/m2 2. Asumsi Perletakan
1) Jepit pada kaki portal. 2) Bebas pada titik yang lain
3. Analisa struktur pada perencanaan ini menggunakan program SAP 2000. 4. Analisa tampang menggunakan peraturan SNI 03-2847-2002.
2.7.Perencanaan Pondasi
a. Pembebanan : Beban aksial dan momen dari analisa struktur portal akibat
beban mati dan beban hidup.
KK KK KK KK GN GN
G G N G G N
G
G
KK KK KK KK GN
GN
BAB 3
PERENCANAAN ATAP
3.1
. Rencana Atap
Gambar 3.1 Rencana atap
Keterangan :
GN = Gunungan
KK = Kuda-kuda utama
G = Gording
3.1.1. Dasar Perencanaan
Secara umum data yang digunakan untuk perhitungan rencana atap adalah sebagai
berikut :
a. Jarak antar kuda-kuda : 4 m
b. Kemiringan atap () : 30
c. Bahan gording : baja profil lip channels ( ). d. Bahan rangka kuda-kuda : baja profil double siku sama kaki ().
e. Bahan penutup atap : genteng.
f. Alat sambung : baut-mur.
g. Jarak antar gording : 1,93
j. Mutu baja profil : Bj-37 (fu = 360 Mpa) ( fy = 240 Mpa)
3.2
. Perencanaan Gording
3.2.1. Perencanaan Pembebanan
Dicoba menggunakan gording dengan dimensi baja profil tipe lip channels/ kanal kait ( ) 150 x 75 x 20 x 4,5 pada perencanaan kuda- kuda dengan data sebagai berikut :
a. Berat gording = 11 kg/m. b. Ix = 489 cm4. c. Iy = 99,2 cm4. d. h = 150 mm e. b = 75 mm
f. ts = 4,5 mm g. tb = 4,5 mm h. Zx = 65,2 cm3. i. Zy = 19,8 cm3.
Kemiringan atap () = 30.
Pembebanan berdasarkan Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung (SNI 03- 1727-1989), sebagai berikut :
a. Berat penutup atap = 50 kg/m2.
b. Beban angin = 25 kg/m2.
c. Berat hidup (pekerja) = 100 kg. d. Berat penggantung dan plafond = 18 kg/m2
3.2.2. Perhitungan Pembebanan
a. Beban Mati (titik)
Berat gording = 11,0 kg/m
Berat penutup atap = ( 1,93 x 50 ) = 96,5 kg/m
q = 107,5 kg/m
qx = q sin = 107,5 x sin 30 = 53,75 kg/m. qy = q cos = 107,5 x cos 30 = 93,10 kg/m. Mx1 = 1/8 . qy . L2 = 1/8 x 93,10 x (4)2 = 186,02 kgm. My1 = 1/8 . qx . L2 = 1/8 x 53,75 x (4)2 = 107,5 kgm.
y
P qy
qx
x
b. Beban hidup
P diambil sebesar 100 kg.
Px = P sin = 100 x sin 30 = 50 kg. Py = P cos = 100 x cos 30 = 86,6 kg. Mx2 = 1/4 . Py . L = 1/4 x 86,6 x 4 = 86,6 kgm. My2 = 1/4 . Px . L = 1/4 x 50 x 4 = 50 kgm.
c. Beban angin
TEKAN HISAP
Beban angin kondisi normal, minimum = 25 kg/m2. Koefisien kemiringan atap () = 30.
1) Koefisien angin tekan = (0,02– 0,4) = 0,2 2) Koefisien angin hisap = – 0,4
Beban angin :
1) Angin tekan (W1) = koef. Angin tekan x beban angin x 1/2 x (s1+s2) = 0,2 x 25 x ½ x (1,93+1,93) = 9,65 kg/m.
2) Angin hisap (W2) = koef. Angin hisap x beban angin x 1/2 x (s1+s2) = – 0,4 x 25 x ½ x (1,93+1,93) = -19,3 kg/m.
Beban yang bekerja pada sumbu x, maka hanya ada harga Mx : Mx (tekan) = 1/8 . W1 . L2 = 1/8 x 9,65 x (4)2 = 19,3 kgm. Mx (hisap) = 1/8 . W2 . L2 = 1/8 x -19,3 x (4)2 = -38,6 kgm.
y
P Py
Px
Tabel 3.1 Kombinasi gaya dalam pada gording
Momen Beban
Mati
Beban Hidup
Beban Angin Kombinasi
Tekan Hisap Minimum Maksimum
Mx
My
186,02
107,5
86,6
50
19,3
-
-38,6
-
272,62
157,5
291,92
157,5
3.2.3. Kontrol Terhadap Tegangan
Kontrol terhadap tegangan Minimum Mx = 272,62 kgm = 27262 kgcm.
My = 157,5 kgm = 157,5 kgcm.
σ =
2 2
Zy M y Zx
M x
=
2 2
19,8 15750 65,2
27262
= 898,65 kg/cm2< σ ijin = 1600 kg/cm2
Kontrol terhadap tegangan Maksimum Mx = 291,92 kgm = 29192 kgcm.
My = 157,5 kgm = 15750 kgcm.
σ =
2 2
Zy M y Zx
M x
= 2 2 19,8 15750 65,2 29192
= 912,80 kg/cm2< σ ijin = 1600 kg/cm2
3.2.4 Kontrol Terhadap Lendutan
Dipakai profil : 150 x 75 x 20 x 4,5
E = 2,1 x 106 kg/cm2 Ix = 489 cm4
Iy = 99,2 cm4 qx = 0,5375 kg/cm qy = 0,9310 kg/cm Px = 50 kg
Py = 86,6 kg
400
180 1
Zijin 2,2222 cm
Zx =
Iy E L Px Iy E L qx . . 48 . . . 384 . .
5 4 3
= 2 , 99 . 10 . 1 , 2 . 48 400 . 50 2 , 99 . 10 . 1 , 2 . 384 ) 400 .( 5375 , 0 . 5 . 6 3 6 4
= 1,1801 cm
Zy = Ix E L Py Ix E l qy . . 48 . . . 384 . .
5 4 3
= 489 . 10 . 1 , 2 . 48 ) 400 .( 6 , 86 489 . 10 1 , 2 . 384 ) 400 .( 9310 , 0 . 5 6 3 6 4
= 0,4146 cm
1 2 3 4 5 6 7
8
9 10
11
12 13
14 15
16
17
18 19
20 21 Z = Zx2Zy2
= (1,1801)2 (0,4146)2 1,2508 cm Z Zijin
1,2508 cm 2,2222 cm ……… aman !
Jadi, baja profil lip channels ( ) dengan dimensi 150 x 75 x 20 x 4,5 aman dan mampu menerima beban apabila digunakan untuk gording.
3.3
. Perencanaan Kuda-kuda Utama (KK)
3.3.1 Perhitungan Panjang Batang Kuda-kuda
Gambar 3.2 Panjang batang kuda-kuda
Perhitungan panjang batang selanjutnya disajikan dalam tabel dibawah ini :
Tabel 3.2 Perhitungan panjang batang pada kuda-kuda utama (KK)
No batang Panjang batang
1 1,67
2 1,67
3 1,66
4 1,66
5 1,67
6 1,67
7 1,93
8 1,93
1 2 3 4 5 6 7
8
9 10
11
12 13
14 15 16
17
18 19
20 21 P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8 P9 P10 P11 P12
Gambar 3.3 Luasan untuk pembebanan kuda-kuda
Gambar 3.4 Pembebanan Kuda- kuda utama akibat beban mati
10 1,91
11 1,93
12 1,93
13 0,96
14 1,93
15 1,93
16 2,54
17 2,87
18 2,54
19 1,93
20 1,93
a. Perhitungan Beban
Beban Mati
1) Beban P1 = P7
a) Beban gording = Berat profil gording x panjang gording = 11 x 4 = 44 kg
b) Beban atap = Luasan FHXV x Berat atap
= 5,24 x 50 = 262 kg
c) Beban kuda-kuda = ½ x Btg (1 + 7) x berat profil kuda kuda = ½ x (1,67 + 1,93) x 25 = 45 kg
d) Beban plat sambung = 30 x beban kuda-kuda = 30 x 45 = 13,5 kg e) Beban bracing = 10 x beban kuda-kuda
= 10 x 45 = 4,5 kg
f) Beban plafon = Luasan FGWV x berat plafon = 3,36 x 18 = 60,48 kg
2) Beban P2 =P6
a) Beban gording = Berat profil gording x panjang gording = 11 x 4 = 44 kg
b) Beban atap = Luasan DFVT x berat atap = 7,72 x 50 = 386 kg
c) Beban kuda-kuda = ½ x Btg(7+8 +13 +14) x berat profil kuda kuda = ½ x (1,93 + 1,93 + 0,96 + 1,93) x 25
= 84,38kg
d) Beban plat sambung = 30 x beban kuda-kuda = 30 x 84,38 = 25,31 kg e) Beban bracing = 10 x beban kuda-kuda
3) Beban P3 = P5
a) Beban gording = Berat profil gording x panjang gording = 11 x 4 = 44 kg
b) Beban atap = Luasan DFVT x berat atap = 7,72 x 50 = 386 kg
c) Beban kuda-kuda = ½ x Btg (8 +9 +15+16) x berat profil kuda kuda = ½ x (1,93 +1,91 +1,93+2,54) x 25 = 103,88 kg
d) Beban plat sambung = 30 x beban kuda-kuda = 30 x 103,88 = 31,16 kg e) Beban bracing = 10 x beban kuda-kuda
= 10 x 103,88 = 10,39 kg
4) Beban P4
a) Beban gording = Berat profil gording x panjang gording = 11 x 4 = 44 kg
b) Beban atap = ( 2 x Luasan ABRQ ) x berat atap = ( 2 x 3,84 ) x 50 = 384 kg
c) Beban kuda-kuda = ½ x Btg(9+10 +17) x berat profil kuda kuda = ½ x (1,91 + 1,91 + 2,87) x 25
= 83,63 kg
d) Beban plat sambung = 30 x beban kuda-kuda = 30 x 83,63 = 25,09 kg e) Beban bracing = 10 x beban kuda-kuda
5) Beban P8 = P12
a) Beban kuda-kuda = ½ x Btg (1+2+13) x berat profil kuda kuda = ½ x (1,67+1,67+0,96 ) x 25 = 53,75 kg
b) Beban plafon =Luasan DFVT x berat plafon = 6,68 x 18 = 120,24 kg c) Beban plat sambung = 30 x beban kuda-kuda
= 30 x 53,75 = 16,13 kg d) Beban bracing = 10 x beban kuda-kuda = 10 x 53,75 = 5,38 kg
6) Beban P10
a) Beban kuda-kuda = ½ x Btg (3+4+16+17+18) x berat profil kuda kuda = ½ x (1,66+2,54+2,87+2,54+1,66) x 25
= 140,88 kg
b) Beban plafon =( 2 x luasan ABRQ ) x berat plafon = ( 2 x 3,32 ) x 18 = 119,52 kg c) Beban plat sambung = 30 x beban kuda-kuda
= 30 x 140,88 = 42,26 kg d) Beban bracing = 10 x beban kuda-kuda
= 10 x 140,88 = 14,09 kg
7) Beban P9 = P11
a) Beban kuda-kuda = ½ x Btg (2+3+14+15) x berat profil kuda kuda = ½ x (1,67+1,93+1,93+1,66)x25 = 89,88 kg
b) Beban plafon =Luasan BDTR x berat plafon = 6,68 x 18 = 120,24 kg c) Beban plat sambung = 30 x beban kuda-kuda
Tabel 3.3 Rekapitulasi beban mati
Beban
Beban Atap
(kg)
Beban gording
(kg)
Beban Kuda -
kuda (kg)
Beban Bracing
(kg)
Beban Plat Penyambug
(kg)
Beban Plafon
(kg)
Jumlah Beban
(kg)
Input SAP
(kg)
P1=P7 262 44 45 4,5 13,5 60,48 429,48 450
P2=P6 386 44 84,38 8,44 25,31 - 548,13 550
P4 384 44 83,63 8,36 25,04 - 493,03 500
P8=P12 - - 53,75 5,38 16,13 120,24 195,5 200
P10 - - 140,88 14,09 42,26 119,52 316,75 350
P9=P11 - - 89,88 8,99 26,96 120,24 246,07 250
P3=P5 386 44 103,88 10,39 31,16 - 575,43 600
Beban Hidup
Beban hidup yang bekerja pada P1, P2, P3, P4, P5, P6, P7 = 100 kg
Beban Angin
Perhitungan beban angin :
Gambar 3.5 Pembebanan kuda-kuda utama akibat beban angin
W5
W8 W7
W6
W1
W2
W3
W4
21 20 19 18 17 16 15 14 13
6 5
4 3
2 1
7
8
9 10
11
Beban angin kondisi normal, minimum = 25 kg/m2.
1) Koefisien angin tekan = 0,02 0,40
= (0,02 x 30) – 0,40 = 0,2 a) W1 = luasan x koef. angin tekan x beban angin
= 131 x 0,2 x 25 = 6,55 kg
b) W2 = luasan x koef. angin tekan x beban angin
= 7,72 x 0,2 x 25
= 38,6 kg
c) W3 = luasan x koef. angin tekan x beban angin
= 7,72 x 0,2 x 25
= 38,6 kg
d) W4 = luasan x koef. angin tekan x beban angin
= 3,84 x 0,2 x 25
= 19,2 kg
2) Koefisien angin hisap = - 0,40
a) W5 = luasan x koef. angin tekan x beban angin
= 3,84 x -0,4 x 25
= -3,84 kg
b) W6 =luasan x koef. angin tekan x beban angin
= 7,72 x -0,4 x 25
= -77,2 kg
c) W7 = luasan x koef. angin tekan x beban angin
= 7,72 x -0,4 x 25
= -77,2 kg
d) W8 = luasan x koef. angin tekan x beban angin
= 1,31 x -0,4 x 25
Tabel 3.4 Perhitungan beban angin
Beban Angin
Beban (kg)
Wx
W.Cos (kg)
Untuk Input SAP2000
Wy
W.Sin
(kg)
Untuk Input SAP2000
W1 6.55 5,67 6 3,28 4
W2 38,6 33,43 34 19,3 20
W3 38,6 33,43 34 19,3 20
W4 19,2 16,63 17 9,6 10
W5 -38,4 -33,26 -34 -19,2 -20
W6 -77,2 -66,86 -67 -38,6 -39
W7 -77,2 -66,86 -67 -38.6 -39
W8 -13,1 -11,34 -12 -6,55 -7
Dari perhitungan mekanika dengan menggunakan program SAP 2000 diperoleh gaya batang yang bekerja pada batang kuda-kuda utama sebagai berikut :
Tabel 3.5. Rekapitulasi gaya batang kuda-kuda utama
Batang
Kombinasi
Tarik (+)
( kg )
Tekan (-)
( kg )
1 7516,95 -
2 7541,01 -
3 6286,72 -
4 6155,26 -
5 7282,6 -
6 7255,08 -
7 - 8321,49
9 - 5256,85
10 - 5333,28
11 - 7031,83
12 - 8398,17
13 363,96 -
14 - 1451,88
15 1386,6 -
16 - 2311,52
17 4233,57 -
18 - 2112,25
19 1313,42 -
20 - 1307,28
21 366,49 -
3.3.2 Perencanaan Profil Kuda- kuda
a. Perhitungan profil batang tarik
Pmaks = 7541,01kg
ijin = 1600 kg/cm2
2
ijin maks.
netto 4,7131cm
1600 7541,01 σ
P
F
Fbruto = 1,15 . Fnetto = 1,15 . 4,7131 cm2 = 5,4201 cm2 Dicoba, menggunakan baja profil 55. 55. 8
F = 2 . 8,23 cm2 = 16,46 cm2.
F = penampang profil dari tabel profil baja
2 maks. kg/cm 538,990 16,46 . 0,85 7541,01 F . 0,85 P σ
0,75ijin
538,990 kg/cm2 1200 kg/cm2……. aman !!
b. Perhitungan profil batang tekan
Pmaks. = 8398,17 kg lk = 1,67 m = 167 cm
4 6 2 2 2 2 936 , 33 ) 10 . 1 , 2 .( ) 14 , 3 ( 17 , 8398 . ) 167 .( 3 max . n.lk min I cm E P
Dicoba, menggunakan baja profil 55 . 55 . 8
Ix = 2 x 22,1 cm4 = 44,4 cm4 ix = 1,64 cm
F = 2 . 8,23 = 16,46 cm2
cm 085 , 124 1,64 203,5 i lk λ x 111,07cm kg/cm 2400 σ dimana, ... σ . 0,7 E π λ 2 leleh leleh g 0,917 111,07 101,829 λ λ λ g s
Karena 0,183 < s < 1 maka :
Kontrol tegangan yang terjadi :
2 maks.
kg/cm 1064,312
16,46 086 8398,17.2,
F
ω
. P
σ
ijin
1064,312 1600 kg/cm2 ………….. aman !!!
3.3.3 Perhitungan Alat Sambung
a. Batang Tekan
Digunakan alat sambung baut-mur. Diameter baut () = 12,7 mm ( ½ inches) Diameter lubang = 13,7 mm.
Tebal pelat sambung () = 0,625 . d
= 0,625 . 12,7 = 7,94 mm. Menggunakan tebal plat 8 mm
Tegangan geser yang diijinkan Teg. Geser = 0,6 . ijin
= 0,6 . 1600 = 960 kg/cm2 Tegangan tumpuan yang diijinkan
Teg. tumpuan = 1,5 . ijin
= 1,5 . 1600 = 2400 kg/cm2 Kekuatan baut :
a) Pgeser = 2 . ¼ . . d2 . geser
= 2 . ¼ . . (127)2 . 960 = 2430,96 kg b) Pdesak = . d . tumpuan
061 , 3 2430,96 8398,17 P
P n
geser
maks.
~ 3 buah baut
Digunakan : 3 buah baut Perhitungan jarak antar baut : a) 1,5 d S1 3 d
Diambil, S1 = 2,5 d = 2,5 . 127 = 3,175 cm = 3 cm
b) 2,5 d S2 7 d
Diambil, S2 = 5 d = 5 . 127 = 6,35 cm = 6 cm
b. Batang tarik
Digunakan alat sambung baut-mur.
Diameter baut () = 12,7 mm ( ½ inches ) Diameter lubang = 13,7 mm.
Tebal pelat sambung () = 0,625 . d
= 0,625 x 12,7 = 7,94 mm.
Menggunakan tebal plat 8 mm Tegangan geser yang diijinkan
Teg. Geser = 0,6 . ijin = 0,6 . 1600 =960 kg/cm2
Tegangan tumpuan yang diijinkan
Teg. tumpuan = 1,5 . ijin = 1,5 . 1600 = 2400 kg/cm2
Kekuatan baut :
a) Pgeser = 2 . ¼ . . d2 . geser
= 2 . ¼ . . (127)2 . 960
b) Pdesak = . d . tumpuan
= 0,9 . 127. 2400
= 2473,2 kg
P yang menentukan adalah Pgeser = 2430,96 kg. Perhitungan jumlah baut-mur,
049 , 3 2430,96 7541,01 P
P n
geser
maks.
~ 3 buah baut
Digunakan : 3 buah baut
Perhitungan jarak antar baut : a) 1,5 d S1 3 d
Diambil, S1 = 2,5 d = 2,5 . 1,27 = 3,175 cm
= 3 cm b) 2,5 d S2 7 d
Diambil, S2 = 5 d = 5 . 1,27 = 6,35 cm
= 6 cm
Tabel 3.6 Rekapitulasi perencanaan profil kuda-kuda
Nomer Batang Dimensi Profil Baut (mm)
1 55 . 55 . 8 3 12,7
2 55 . 55 . 8 3 12
3 55 . 55 . 8 3 12
4 55 . 55 . 8 3 12
5 55 . 55 . 8 3 12
6 55 . 55 . 8 3 12
7 55 . 55 . 8 3 12
8 55 . 55 . 8 3 12
9 55 . 55 . 8 3 12
11 55 . 55 . 8 3 12
12 55 . 55 . 8 3 12
13 55 . 55 . 8 3 12
14 55 . 55 . 8 3 12
15 55 . 55 . 8 3 12
16 55 . 55 . 8 3 12
17 55 . 55 . 8 3 12
18 55 . 55 . 8 3 12
19 55 . 55 . 8 3 12
20 55 . 55 . 8 3 12
21 55 . 55 . 8 3 12
3.4
. Perencanaan Balok Atap (Gunungan)
[image:30.595.133.488.382.569.2]3.4.1. Pembebanan Balok Atap
Gambar 3.6 Pembebanan balok atap (gunungan)
Beban yang ditanggung oleh balok atap adalah beban titik pada balok atap didapat dari beban atap yang menumpu kuda-kuda (tabel 3.3) ditambah beban sendiri balok dan beban luasan dinding.
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
1 2 3 4
5
6 7
8
9 10 11
a. Beban sendiri balok (1,2,3,4) = (0,15 x 0,15)m2 x 2400 kg/m3 = 54 kg/m
b. Beban sendiri balok (5,6,7,8) = (0,30 x 0,20)m2 x 2400 kg/m3 = 144 kg/m
c. Beban luasan dinding A=D = 1700 0,15
2 0 72 , 1
= 219,3 kg/m
d. Beban luasan dinding B=C = 1700 0,15
2 87 , 2 72 , 1
= 585,2 kg/m
3.4.2. Tulangan Lentur Balok Beton (1,2,3,4)
Perhitungan tulangan lentur balok beton Data Perencanaan :
h = 300 mm Øt = 16 mm
b = 200 mm Øs = 10 mm
p = 20 mm d = h - p – Øs - ½ .Øt
fy polos = 240 MPa = 300 – 20 – 10 – ½ . 16
fy ulir = 360 MPa = 112 mm
f’c = 25 MPa
Daerah Tumpuan
b =
fy 600
600 fy
c.β 0,85.f'
=
240 600
600 240
85 0,85.25.0,
= 0,0632
min = 240 4 , 1 fy 1,4
= 0,0058
Dari Perhitungan SAP 2000 diperoleh : Mu = 529,4 kgm = 0,5294.107 Nmm
Mn = φ M u = 8 , 0 10 . 0,5294 7
= 0,662. 107 Nmm
Rn = 2
7 2 150.262 10 . 662 , 0 d . b M n
= 0,482
m = 11,294
0,85.25 240 c 0,85.f' fy = fy 2.m.Rn 1 1 m 1 = 240 482 , 0 . 294 , 11 . 2 1 1 294 , 11 1 0,002
< min
< max dipakai tulangan tunggal Digunakan min = 0,0058
As perlu = . b . d
= 0,0058. 200 . 262 = 303,92 mm2
n =
2 .16 . 4 1 perlu As
= 201,062 1,512 2 tulangan 92
, 303
Dipakai tulangan 2 Ø 16 mm
As ada = 2 . ¼ . . 162 = 2 . ¼ . 3,14 . 162
= 402,124 mm2 > As perlu Aman..!!
a = 22,708
200 . 25 . 85 , 0 240 . 402,124 b . c f' . 0,85 fy . ada As
Mn ada = As ada . fy (d – a/2)
= 2,419.107 Nmm Mn ada > Mn Aman..!! Jadi dipakai tulangan 2 D 16 mm
Cek jarak antar tulangan
S =
1 2 lim 2 n n sengkang ut se b = 1 2 16 . 2 10 . 2 20 . 2 200
= 108 mm
Daerah Lapangan
b =
fy 600 600 fy c.β 0,85.f' = 240 600 600 240 85 0,85.25.0, = 0,0632
max = 0,75 . b = 0,75 . 0,0632 = 0,0474
min =
240 4 , 1 fy 1,4
= 0,0058
Dari Perhitungan SAP 2000 diperoleh : Mu = 319,61 kgm = 0,3196.107 Nmm
Mn = 0,3995 .10 Nmm
0,8 10 . 0,3196 φ Mu 7 7
Rn = 0,291
262 150. 10 0,3995. b.d Mn 2 7
2
m = 11,294
= fy 2.m.Rn 1 1 m 1
= 0,0012
240 291 , 0 . 294 , 11 . 2 1 1 294 , 11 1
< min
< max dipakai tulangan tunggal Dipakai min = 0,0058
As perlu = . b . d
= 0,0058 . 200 . 262 = 303,92 mm2
n = 1,512 2 tulangan
201,062 303,92 16 . . 1/4 perlu As
2
Dipakai tulangan 2 D 16 mm
As ada = n . ¼ . . d2 = 2 . ¼ . 3,14 . 162
= 402,124 mm2 > As perlu Aman..!!
a = 22,708
200 . 25 . 85 , 0 240 . 402,124 b . c f' . 0,85 fy . ada As
Mn ada = As ada . fy (d – a/2)
= 401,92 . 240 (262 – 22,708/2) = 2,419 .107 Nmm
Mn ada > Mn Aman..!!
Cek jarak antar tulangan
S =
1 2 lim 2 n n sengkang ut se b = 1 2 16 . 2 10 . 2 20 . 2 200
= 58 mm
Dari perhitungan SAP 2000 Diperoleh : Vu = 1057,18 kg = 10571,8 N
f’c = 25 MPa
fy = 240 MPa
d = 262 mm
Vc = 1/ 6 . f' .b .d = 1/ 6 . 25 . 200 .262 c = 43666,67 N
Ø Vc = 0,6 . 43666,67 N = 26200 N 0,5ØVc = 0,5 . 26200 N = 13100 N 3 Ø Vc = 3 . 26200 = 78600 N
Karena : Vu < 5 Ø Vc
: 10571,8 N < 13100 N
Tulangan geser sebagai tulangan pembentuk
Smax =
2
h
= 2 150
= 75 mm
Jadi dipakai sengkang dengan tulangan Ø 10 – 75 mm
3.4.3. Tulangan Lentur Balok Beton (5,6,7,8)
Perhitungan tulangan lentur balok beton Data Perencanaan :
h = 150 mm Øt = 16 mm
b = 150 mm Øs = 10 mm
p = 20 mm d = h - p – Øs - ½ .Øt
fy polos = 240 MPa = 150 – 20 – 10 – ½ . 16
fy ulir = 360 MPa = 112 mm
f’c = 25 MPa
b = fy 600 600 fy c.β 0,85.f' = 240 600 600 240 85 0,85.25.0, = 0,0632
max = 0,75 . b = 0,75 . 0,0632 = 0,0474
min =
240 4 , 1 fy 1,4
= 0,0058
Dari Perhitungan SAP 2000 diperoleh : Mu = 480,94 kgm = 0,4089.107 Nmm
Mn = φ M u = 8 , 0 10 . 0,4089 7
= 0,601. 107 Nmm
Rn = 2
7 2 150.112 10 . 601 , 0 d . b M n
= 3,194
m = 11,294
0,85.25 240 c 0,85.f' fy = fy 2.m.Rn 1 1 m 1 = 240 194 , 3 . 294 , 11 . 2 1 1 294 , 11 1 0,0145
> min
< max dipakai tulangan tunggal Digunakan = 0,0145
As perlu = . b . d
= 0,0145. 150 . 112 = 243,6 mm2
n =
2 .16 . 4 1 perlu As
= 201,062 1,211 2 tulangan 6
, 243
As ada = 2 . ¼ . . 162 = 2 . ¼ . 3,14 . 162
= 402,124 mm2 > As perlu Aman..!!
a = 30,278
150 . 25 . 85 , 0 240 . 402,124 b . c f' . 0,85 fy . ada As
Mn ada = As ada . fy (d – a/2)
= 402,124 . 240 (112 – 30,278/2) = 0,935.107 Nmm
Mn ada > Mn Aman..!! Jadi dipakai tulangan 2 D 16 mm Cek jarak antar tulangan
S =
1 2 lim 2 n n sengkang ut se b = 1 2 16 . 2 10 . 2 20 . 2 150
= 58 mm
Daerah Lapangan
b =
fy 600 600 fy c.β 0,85.f' = 240 600 600 240 85 0,85.25.0, = 0,0632
max = 0,75 . b = 0,75 . 0,0632 = 0,0474
min =
240 4 , 1 fy 1,4
= 0,0058
Mn = 0,462 .10 Nmm 0,8 10 . 0,3695 φ Mu 7 7
Rn = 2,455
112 150. 10 0,462. b.d Mn 2 7
2
m = 11,294
0,85.25 240 c 0,85.f' fy = fy 2.m.Rn 1 1 m 1
= 0,0109
240 455 , 2 . 294 , 11 . 2 1 1 294 , 11 1
< min
< max dipakai tulangan tunggal Dipakai = 0,0109
As perlu = . b . d
= 0,0109 . 150 . 112 = 183,12 mm2
n = 0,911 2 tulangan
201,062 183,12 16 . . 1/4 perlu As
2
Dipakai tulangan 2 D 16 mm As ada = n . ¼ . . d2 = 2 . ¼ . 3,14 . 162
= 402,124 mm2 > As perlu Aman..!!
a = 30,278
Mn ada = As ada . fy (d – a/2)
= 401,92 . 240 (112 – 30,278/2) = 0,935 .107 Nmm
Mn ada > Mn Aman..!!
Cek jarak antar tulangan
S =
1 2 lim 2
n
n sengkang ut
se
b
=
1 2
16 . 2 10 . 2 20 . 2 150
= 58 mm
Tulangan Geser Balok anak
Dari perhitungan SAP 2000 Diperoleh :
Vu = 803,45 kg = 8034,5 N
f’c = 25 MPa
fy = 240 MPa
d = 112 mm
Vc = 1/ 6 . f' .b .d = 1/ 6 . 25 . 150 .112 c = 14000 N
3 Ø Vc = 3 . 8400 = 25200 N
Syarat tulangan geser : 0,5 Ø Vc < Vu < Ø Vc
: 4200 N < 8034,5 N < 8400 N
Dipakai tulangan geser minimum Ø Vs = Ø x ⅓ x b x d
= 0,6 x ⅓ x 150 x 11β = 3360 N
Vs Perlu = 6 , 0 3360
= 5600
Av = β x ¼ x π x D2
= β x ¼ x π x 102 = 157,079 mm2
S =
per lu V
d fy Av
s
. .
=
5600 112 . 240 . 079 , 157
= 753,979 mm
Smax =
2 h
=
2 150
= 75 mm
BAB 4
PERENCANAAN TANGGA
4.1Uraian Umum
Tangga merupakan bagian dari struktur bangunan bertingkat yang sangat penting untuk penunjang antara struktur bangunan dasar dengan struktur bangunan tingkat atasnya. Penempatan tangga pada struktur suatu bangunan sangat berhubungan dengan fungsi bangunan bertingkat yang akan dioperasionalkan .
Pada bangunan umum, penempatan haruslah mudah diketahui dan terletak strategis untuk menjangkau ruang satu dengan yang lainya, penempatan tangga harus disesuaikan dengan fungsi bangunan untuk mendukung kelancaran hubungan yang serasi antara pemakai bangunan tersebut.
Gambar 4.1 Detail tangga
Data – data tangga :
Tebal plat tangga = 20 cm
Tebal bordes tangga = 20 cm
Lebar datar = 400 cm
Lebar tangga rencana = 150 cm
Dimensi bordes = 100 x 300 cm
Menentukan lebar antread dan tinggi optred
lebar antrade = 30 cm
Jumlah antrede = 270/ 30 = 9 buah
Jumlah optrade = 9 + 1 = 10 buah
Tinggi 0ptrede = 200 / 10 = 20 cm
Menentukan kemiringan tangga = Arc.tg ( 200/300 ) = 340
4.3.1 Perhitungan Tebal Plat Equivalen
B C
D A t'
t eq Y
Ht=20 20
[image:43.595.157.419.157.344.2]30
Gambar 4.2 Tebal equivalen
AB BD
=
AC BC
BD =
AC BC AB
, AC = (20)2 (30)2 = 36,06 cm
= 06 , 36
30 20x
= 16,64 cm ~ 17 cm
t eq = 2/3 x BD = 2/3 x 17
= 11,33 cm Jadi total equivalent plat tangga Y = t eq + ht
4.3.2 Perhitungan Beban
a. Pembebanan tangga
1. Akibat beban mati (qD)
Berat tegel keramik(1 cm) = 0,01 x 1,5 x 2,4 = 0,036 ton/m
Berat spesi (2 cm) = 0,02 x 1,5 x 2,1 = 0,063 ton/m
Berat plat tangga = 0,3133 x 1,5 x 2,4 = 1,129 ton/m Berat sandaran tangga = 0,7 x 0,1 x 1,0 = 0,070 ton/m qD = 1,298 ton/m
2. Akibat beban hidup (qL) qL= 1,5 x 0,500 ton/m2 = 0,75 ton/m
3. Beban ultimate (qU) qU = 1,2 . qD + 1.6 . qL
= 1,2 . 1,298 + 1,6 . 0,500 = 1,558 + 0,800 = 2,358 ton/m
b. Pembebanan pada bordes 1. Akibat beban mati (qD)
Berat tegel keramik (1 cm) = 0,01 x 1,5 x 2,4 = 0,036 ton/m
Berat spesi (2 cm) = 0,02 x 1,5x 2,1 = 0,063 ton/m
Berat plat bordes = 0,20 x 1,5x 2,4 = 0,72 ton/m
Berat sandaran tangga = 0,7 x 0,1 x 1,0 = 0,07 ton/m
qD = 0,889 ton/m
2. Akibat beban hidup (qL) qL = 3 x 0,500 ton/m2
= 1,5 ton/m
+
3. Beban ultimate (qU) qU = 1,2 . qD + 1.6 . qL
= 1,2 . 0,889 + 1,6 . 1 = 2,667 ton/m.
[image:45.595.186.411.253.515.2]Perhitungan analisa struktur tangga menggunakan Program SAP 2000 tumpuan di asumsikan jepit, sendi, sendi seperti pada gambar berikut :
4.4Perhitungan Tulangan Tangga dan Bordes
4.4.1 Perhitungan Tulangan Tumpuan
d = h – p – ½ Ø tul - ½ Ø sengkang = 200 – 30 – 6 - 4
= 160 mm
Mu = 2997,55 kgm = 2,99755 .107 Nmm
Mn =
0,8 10 . 99755 , 2 φ
M u 7
= 3,7469 .107 Nmm
m = 11,294
25 . 85 , 0 240 . 85 ,
0 fc fy
b =
fy 600 600 . . fy fc . 85 , 0 = 240 600 600 . . 240 25 . 85 , 0 = 0,0538
max = 0,75 . b = 0,04032
min = 0,002
Rn = 1,464
) 160 .( 1000 10 . 7469 , 3 . 2 7
2
d b
Mn
N/mm
ada =
fy 2.m.Rn 1 1 m 1 = 240 464 , 1 294 , 11 2 1 1 294 , 11
1 x x
= 0,0063
As = . b . d
= 0,0063 x 1000 x 160 = 1008 mm2
Dipakai tulangan 12 mm = ¼ . x 122 = 113,097 mm2
Jumlah tulangan =
097 , 113
1008
= 8,9 ≈ 9 buah
Jarak tulangan =
9 1000
= 111,11 mm ≈ 100 mm
Dipakai tulangan 12 mm – 100 mm
As yang timbul = 9. ¼ .π. d2
= 1017,873 mm2 > As (1008 mm2)... Aman !
4.4.2 Perhitungan Tulangan Lapangan
Mu = 1460,55 kgm = 1,46055 . 107 Nmm
Mn =
8 , 0 10 . 46055 , 1 7 Mu
= 1,8257. 107 Nmm
m = 11,294
25 . 85 , 0 240 fc . 85 , 0 fy
b =
fy 600 600 . . fy fc . 85 , 0 = 240 600 600 . 85 , 0 . 240 25 . 85 , 0 = 0,0538
max = 0,75 . b = 0,04032
min = 0,002
Rn = 2
7 2 1000(160) 1,46055.10 b.d M n
ada =
fy 2.m.Rn 1
1 m
1
=
240 713 , 0 294 , 11 2 1 1 294 , 11
1 x x
= 0,003
ada > min < max di pakai ada = 0,003
As = . b . d
= 0,003 x 1000 x 160 = 480 mm2
Dipakai tulangan 12 mm = ¼ . x 122 = 113,097 mm2
Jumlah tulangan dalam 1 m2 =
097 , 113
480
= 4,2 5 tulangan
Jarak tulangan =
5 1000
= 200 mm
Dipakai tulangan 12 mm – 200 mm
As yang timbul = 5 . ¼ x x d2
= 565,485 mm2 > As (480 mm2) ....aman!
4.5Perencanaan Balok Bordes
qu balok
270
30
Data perencanaan: h = 300 mm b = 150 mm d`= 30 mm
d = h – d` = 300 – 30 = 270 mm
1. Pembebanan Balok Bordes
Beban mati (qD)
Berat sendiri = 0,15 x 0,3 x 2400 = 108 kg/m
Berat dinding = 0,15 x 2 x 1700 = 510 kg/m
Berat plat bordes = 0,20 x 2400 = 480 kg/m
qD = 1098 kg/m
Beban Hidup (qL) =500 Kg/m
Beban ultimate (qU) qU = 1,2 . qD + 1,6.qL
= 1,2 . 1098 + 1,6 .500 = 2117,6 Kg/m Beban reaksi bordes
qU =
bordes lebar
bordes aksi Re
=
3 3 . 6 , 2117 . 2 1
= 1058,8 Kg/m
a. Perhitungan tulangan lentur
Mu = 24434,39 kgm = 2,443439.107 Nmm
Mn =
0,8 10 2,443439. φ
M u 7
= 3,0543 .107 Nmm
m = 11,294
25 . 85 , 0
240 .
85 ,
0 fc fy
b = fy fy fc 600 600 . . . 85 , 0 = 240 600 600 . . 240 25 . 85 , 0 = 0,0538
max = 0,75 . b = 0,04032
min = 0,002
Rn = 0,4189
) 270 .( 1000 10 . 0543 , 3 . 2 7
2
d b
Mn
N/mm
ada =
fy 2.m.Rn 1 1 m 1 = 240 4189 , 0 294 , 11 2 1 1 294 , 11
1 x x
= 0,00176
ada < max < min di pakai min = 0,0020 As = . b . d
= 0,0020 x 150 x 270 = 81 mm2
Dipakai tulangan 12 mm = ¼ . x 122 = 113,097 mm2
Jumlah tulangan =
097 , 113
81
= 0,716 ≈ β buah
As yang timbul = β. ¼ .π. d2
b. Perhitungan Tulangan Geser
Vu = 3257,86 kg = 32578,6 N Vc = 1/6 .b.d. f'c.
= 1/6 . 150 . 270. 25 . = 33750 N
Vc = 0,6 . Vc = 20250 N 3 Vc = 3 . Vc
= 60750 N
Vu > Vc perlu tulangan geser
Vs = Vu - Vc = 3257,6 – 20250 = 12328,6 N
Vs perlu = 20547,67
6 , 0
6 , 12328
Vs
N
Dipakai Sengkang / begel 8 mm = ¼ . x 82 = 50,24 mm2 As = 2 x 50,24
= 100,48 mm2
Jarak sengkang ( S ) =
67 , 20547
270 . 240 . 48 , 100 .
. .
perlu Vs
d fy As
316,87 mm 300 mm
Jarak Sengkang Max =
2 h
=
2 300
= 150 mm
4.6Perhitungan Pondasi Tangga
Gambar 4.4 Pondasi Tangga
Direncanakan pondasi telapak dengan kedalaman 1,15 m dan panjang 2 m dan 1 m
- Tebal = 20+(
2 5
) = 22,5 cm
- Ukuran alas = 1000 x 2000 mm
- tanah = 1,7 t/m3 = 1700 kg/m3 - tanah = 2,5kg/cm2 = 25 ton/m2
- Pu = 17084,43 kg
115
20 5 80
Cor Rabat t=5 cm Urugan Pasir t=5 cm
100
100 PU
4.7Perencanaan kapasitas dukung pondasi
a. Perhitungan kapasitas dukung pondasi
Pembebanan pondasi
Berat telapak pondasi = 1,0 x 2,0 x 0,225 x 2400 = 1080 kg Berat tanah = 2 (0,4 x 2 x 0,825) x 1700 = 2244 kg Berat kolom pondasi tangga = (0,2 x 2 x 0,825) x 2400 = 792 kg Pu = 17084,43 kg = 21200,43 kg
yang terjadi =
2 .b.L 6 1 M tot A Vtot = 2 2 1 6 1 55 , 2997 2 1 43 , 21200
= 15096,54 kg/m2 < ijin tanah …...Ok!
b. Perhitungan Tulangan Lentur
Mu = ½ . qu . t2 = ½.15096,54. (0,4)2 = 1207,723 kg/m
Mn = 1,5097 .10 N/mm
8 , 0 10 . 2077 , 1 Mu 7 7
M = 11,294
25 x 85 , 0 240 c f' . 85 ,
0
fy
b =
fy 600 600 fy c f' . 85 , 0 = 240 600 600 85 , 0 . 240 25 . 85 . 0 = 0,0538
Rn = 2 2
7
2 0,3744 N/mm
max = 0,75 . b = 0,0403
min = 0,0058
perlu =
fy Rn . m 2 1 1 m
1
=
240 0,3744 . 294 , 11 . 2 1 1 294 , 11
1
= 0,00159
perlu <max < min
Untuk Arah Sumbu Panjang As perlu = min. b . d
= 0,0058 . 1000 . 200 = 1160 mm2
digunakan tul 12 = ¼ . . d2 = ¼ . 3,14 . (12)2 = 113,097 mm2
Jumlah tulangan (n) = 10,25 11 buah 097
, 113
1160
Jarak tulangan = 90,90 90 mm 11
1000
Sehingga dipakai tulangan 12 - 90 mm
As yang timbul = 11 x 113,097
Untuk Arah Sumbu Pendek As perlu = min . b . d
= 0,0058 . 1000 . 200 = 1160 mm2
Digunakan tulangan 12 = ¼ . . d2 = ¼ . 3,14 . (12)2
= 113,097 mm2
Jumlah tulangan (n) = 10,25 11buah
097 , 113
1160
Jarak tulangan = 90,90 90 mm
11 1000
Sehingga dipakai tulangan 12 – 90 mm
As yang timbul = 11 x 113,097
= 1β44,067 > As ………….ok!
c. Perhitungan Tulangan Geser
Vu = x A efektif
= 15096,54 x (0,4 x 1,0) = 6038,62 N
Vc = 1/6 . f'c.b. d
= 1/6 . 25 . 1000 . 200 = 166.666,667 N
Vc = 0,6 . Vc
= 100.000,002 N 3 Vc = 3 . Vc
= 300.000,006 N Vu < Vc
A
C
F G
E
F G
B
C
D D
D D
BAB 5
PLAT LANTAI
[image:56.595.110.517.188.416.2]5.1. Perencanaan Pelat Lantai
Gambar 5.1 Denah Plat lantai
5.2. Perhitungan Pembebanan Pelat Lantai
a. Beban Hidup ( qL )
Berdasarkan SNI 03-1727-1989 yaitu :
Beban hidup fungsi gedung untuk perpustakaan = 400 kg/m2
b. Beban Mati ( qD )
Berat plat sendiri = 0,12 x 2400 x1 = 288 kg/m2
Berat keramik ( 1 cm ) = 0,01 x 2400 x1 = 24 kg/m2 Berat Spesi ( 2 cm ) = 0,02 x 2100 x1 = 42 kg/m2 Berat plafond + instalasi listrik = 25 kg/m2 Berat Pasir ( 2 cm ) = 0,02 x 1,6 x1 = 32 kg/m2
c. Beban Ultimate ( qU )
Untuk tinjauan lebar 1 m pelat maka : qU = 1,2 qD + 1,6 qL
= 1,2 . 411 + 1,6 . 400 = 1133,2 kg/m2
5.3. Perhitungan Momen
Perhitungan momen menggunakan tabel SNI 03-1727-1989.
Gambar 5.2 Pelat tipe A
Mlx = 0,001.qu . Lx2 . x = 0.001. 1133,2.(2)2 .41 = 271,968 kgm Mly = 0,001.qu . Lx2 . x = 0.001. 1133,2.(2)2 .12 = 81,590 kgm Mtx = 0,001.qu . Lx2 . x = 0.001 .1133,2.(2)2 .83 = 548,469 kgm
Mty = -
5.4.Penulangan Pelat Lantai
Tabel 5.1. Perhitungan Plat Lantai
TIPE PLAT Ly/Lx
(m)
Mlx
(kgm)
Mly
(kgm)
Mtx
(kgm)
Mty
(kgm)
A 4/2=2 271,968 81,590 548,469 -
B 4/2=2 190,378 45,328 380,755 -
C 5/4=1,3 870,298 453,28 1867,514 1396,102
D 5/4=1,3 634,592 326,362 1341,709 1033,478
E 4/4=1 380,755 471,411 997,216 1087,872
F 3/2=1.5 172,246 67,992 358,090 258,370
G 3/2=1.5 217,574 113,320 466,878 349,026
Dari perhitungan momen diambil momen terbesar yaitu: Mlx = 870,298 kgm
Mly = 471,411 kgm Mtx = 1867,514 kgm Mty = 1396,102 kgm
Data : Tebal plat ( h ) = 12 cm = 120 mm Tebal penutup ( d’) = 20 mm
Diameter tulangan ( ) = 12 mm
fy = 240 Mpa
f’c = 25 Mpa
[image:59.595.112.412.49.384.2]Tinggi Efektif ( d ) = h - d’ = 1β0 – 20 = 100 mm Tingi efektif
Gambar 5.2 Perencanaan Tinggi Efektif
dx = h –d’ - ½ Ø
= 120 – 20 – 6 = 94 mm dy = h –d’ – Ø - ½ Ø
= 120 – 20 - 12 - ½ . 12 = 82 mm
untuk plat digunakan
b =
fy fy
fc
600 600 .
. . 85 , 0
=
240 600
600 .
85 , 0 . 240
25 . 85 , 0
= 0,0538
max = 0,75 . b = 0,0403
min = 0,0025 ( untuk pelat )
h
dy dx
5.5. Penulangan tumpuan arah x
Mu = 1867,514 kgm = 1,8675.107 Nmm
Mn =
M u = 8 , 0 10 . 8675 , 1 7
2,3344.107 Nmm
Rn = 2
.d b
Mn
2 7 94 . 1000 10 . 3344 , 22,6419 N/mm2
m = 11,294
25 . 85 , 0 240 ' . 85 ,
0 f c fy
perlu =
fy Rn . m 2 1 1 . m 1 = . 294 , 11 1 240 6419 , 2 . 294 , 11 . 2 1 1 = 0,012
< max
> min, di pakai = 0,012 As = . b . d
= 0,012 . 1000 . 94 = 1128 mm2
Digunakan tulangan 12 = ¼ . . (12)2 = 113,04 mm2
S =
per lu
As A.1000
= 1128 1000 . 04 , 113
= 100,21 ~ 110 mm
Jarak maksimum = 2 x h = 2 x 120 = 240 mm
5.6. Penulangan tumpuan arah y
Mu = 1396,102 m = 1,3961.107 Nmm
Mn =
M u = 8 , 0 10 . 3961 , 1 6
1,7451.107 Nmm
Rn = 2
.d b
Mn
2 7 82 . 1000 10 . 7451 , 1 2,5953N/mm2m = 11,294
25 . 85 , 0 240 ' . 85 ,
0 f c fy
perlu =
fy Rn . m 2 1 1 . m 1 = . 294 , 11 1 240 5953 , 2 . 294 , 11 . 2 1 1
= 0,012
< max
> min, di pakai = 0,012 As = . b . d
= 0,012 . 1000 . 82 = 1128 mm2
Digunakan tulangan 12 = ¼ . . (12)2 = 113,04 mm2
S =
per lu
As A.1000
= 1128 1000 . 04 , 113
= 100.21 ~ 110 mm
Jarak maksimum = 2 x h = 2 x 120 = 240 mm
5.7. Penulangan lapangan arah x
Mu = 870,248 kgm = 8,7025.106 Nmm
Mn =
M u = 6 6 10 . 878 , 10 8 , 0 10 . 7025 , 8
Nmm
Rn = 2
.d b
Mn
2 6 94 . 1000 10 . 878 , 101,2312 N/mm2
m = 11,294
25 . 85 , 0 240 ' . 85 ,
0 f c fy
perlu =
fy Rn . m 2 1 1 . m 1 = 240 2312 , 1 . 294 , 11 . 2 1 1 . 294 , 11 1 = 0,0053
< max
> min, di pakai perlu = 0,0053 As = perlu . b . d
= 0,0053. 1000 . 94 = 498,2 mm2
Digunakan tulangan 12 = ¼ . . (12)2 = 113,04 mm2
S =
per lu
As A.1000
= 2 , 498 1000 . 04 , 113
= 226,89 ~ 200 mm
Jarak maksimum = 2 x h = 2 x 120 = 240 mm
5.8. Penulangan lapangan arah y
Mu 471,411 kgm = 4,7141.106 Nmm
Mn =
M u = 6 6 10 . 8926 , 5 8 , 0 10 . 7141 , 4
Nmm
Rn = 2
.d b
Mn
2 6 82 . 1000 10 . 8926 , 50,8764 N/mm2
m = 11,294
25 . 85 , 0 240 . 85 ,
0 f c fy
i
perlu =
fy Rn m m . . 2 1 1 1 = 240 8764 , 0 . 294 , 11 . 2 1 1 . 294 , 11 1 = 0,0037
< max
> min, di pakai perlu = 0,0053 As = perlu . b . d
= 0,0037 . 1000 . 82 = 303,4 mm2
Digunakan tulangan 12 = ¼ . . (12)2 = 113,04 mm2
S =
per lu
As A.1000
= 4 , 303 1000 . 04 , 113
= 372,58 ~ 200 mm
Jarak maksimum = 2 x h = 2 x 120 = 240 mm
5.9. Rekapitulasi Tulangan
Dari perhitungan diatas diperoleh :
Tulangan tumpuan arah x 12 –110 mm
Tulangan tumpuan arah y 12 –110 mm
Tulangan lapangan arah x 12 –200 mm
[image:64.595.100.528.298.603.2]Tulangan lapangan arah y 12 –200 mm
Tabel 5.2. Penulangan Plat Lantai
TIPE PLAT
Ly/Lx
(m)
Tulangan Tumpuan Tulangan Lapangan
Arah x (mm)
Arah y (mm)
Arah x (mm)
Arah y (mm)
A 4/2=2 12 –110 12 –110 12 –200 12 –200
B 4/2=2 12 –110 12 –110 12 –200 12 –200
C 5/4=1,3 12 –110 12 –110 12 –200 12 –200
D 5/4=1,3 12 –110 12 –110 12 –200 12 –200
E 4/4=1 12 –110 12 –110 12 –200 12 –200
F 3/2=1.5 12 –110 12 –110 12 –200 12 –200
A
B
C
D
E
1 2 3 4 5 6 7
a
a'
a
a'
BAB 6
BALOK ANAK
[image:65.595.113.521.604.711.2]6.1. Perencanaan Balok Anak
Gambar 6.1 Area Pembebanan Balok Anak
Keterangan :
Balok Anak : As a-a’
6.1.1 Perhitungan Lebar Equivalen
Untuk mengubah beban segitiga dan beban trapesium dari pelat menjadi beban merata pada bagian balok, maka beban pelat harus diubah menjadi beban equivalent yang besarnya dapat ditentukan sebagai berikut :
a Lebar Equivalent Tipe I
Leq = 1/6 Lx
b Lebar Equivalent Tipe II
½ Lx
Ly
Leg
2
a'
a
Leq = 1/3 Lx
6.1.2 Lebar Equivalent Balok Anak
Balok anak 1(a-a’)
Lebar Equivalent Trapesium Dimana Lx : 2.00 Ly :3.00
Leq =
2
3 . 2
2 4 3 . 2 . 6 1
= 0,85 m
6.2. Perhitungan Pembebanan Balok Anak
Data : Pembebanan Balok Anak h = 1/10 . L
= 1/10 . 3000 = 300 mm b = 1/15 . L
= 1/15 . 3000
= 200 mm (h dipakai = 300 mm, b = 200 mm ).
6.2.1 Pembebanan Balok Anak as a-a'
Lx
½Lx
a'
a
a Beban Mati (qD)
Pembebanan balok elemen a-a’
Berat sendiri = 0,20 x (0,3 – 0,12) x 2400 kg/m3 = 86,4 kg/m
Beban Plat = (0,85x2) x 411 kg/m2 = 698,7 kg/m qD1=785,1 kg/m
Beban hidup (qL)
Beban hidup digunakan 400 kg/m2 qL = (0.85x2) x 400 kg/m2
= 680 kg/m
b Beban berfaktor (qU)
qU = 1,2. qD + 1,6. qL
= 1,2 x 785,1 + 1,6 x 680 = 1182,2 kg/m
6.3. Perhitungan Tulangan Balok Anak
Data Perencanaan :
h = 300 mm Øt = 16 mm
b = 200 mm Øs = 8 mm
p = 40 mm d = h - p - 1/2 Øt - Øs
fy = 240 Mpa = 300 – 40 – ½ . 16– 8
f’c = 25 MPa = 244 mm
Daerah Tumpuan
b =
fy 600 600 fy c.β 0,85.f' = 240 600 600 85 , 0 240 25 . 85 , 0 = 0,054
max = 0,75 . b = 0,75 . 0,054 = 0,040
min = 0,0058
240 4 , 1 fy 4 , 1
Dari Perhitungan SAP 2000 diperoleh : Mu = 1213,35 kgm= 1,2134.107 Nmm
Mn =
φ M u = 8 , 0 10 . 2134 , 1 7
= 1,5168.107 Nmm
Rn = 1,2739
244 . 200 10 1,5168. d . b M n 2 7
2
m = 11,294
= 0,0055 240 2739 , 1 . 294 , 11 . 2 1 1 294 , 11 1
< min
< max dipakai tulangan tunggal Digunakan min = 0.0058
As perlu = . b . d
= 0,0058. 200 . 244 = 283,04 mm2
n =
2 16 . π . 4 1 perlu As
= 1,41 2 tulangan
062 , 201 04 , 283
Dipakai tulangan 2 Ø 16 mm As ada = 2 . ¼ . . 162
= 2 . ¼ . 3,14 . 162
= 402,124 mm2 > As perlu Aman..!!
a =
b c f fy Asada . ' , 85 , 0 . 708 , 22 200 . 25 . 85 , 0 240 . 124 , 402
Mn ada = As ada . fy (d – a/2)
= 402,124 . 240 (244 – 22,708/2)
= 2,2453.107 Nmm
Mn ada > Mn Aman..!! Kontrol Spasi :
S =
1 -n sengkang 2 tulangan n -2p
-b
= 1 2 8 . 2 -16 2. -30 . 2 -200
= 92 > β5 mm…..ok!!
Jadi dipakai tulangan 2 Ø16 mm
b = fy 600 600 fy c.β 0,85.f' = 240 600 600 85 , 0 240 25 . 85 , 0 = 0,054
max = 0,75 . b = 0,75 . 0,054 = 0,040
min = 0,0058
240 4 , 1 fy 4 , 1
Dari Perhitungan SAP 2000 diperoleh : Mu = 1213,35 kgm= 1,2134.107 Nmm
Mn =
φ M u = 8 , 0 10 . 2134 , 1 7
= 1,5168.107 Nmm
Rn = 1,2739
244 . 200 10 1,5168. d . b M n 2 7
2
m = 11,294
25 . 85 , 0 240 c ' f . 85 , 0 fy = fy 2.m.Rn 1 1 m 1
= 0,0055
240 2739 , 1 . 294 , 11 . 2 1 1 294 , 11 1
< min
< max dipakai tulangan tunggal Digunakan min = 0.0058
As perlu = . b . d
= 0,0058. 200 . 244 = 283,04 mm2
n =
= 1,41 2 tulangan 062
, 201
04 , 283
Dipakai tulangan 2 Ø 16 mm As ada = 2 . ¼ . . 162
= 2 . ¼ . 3,14 . 162
= 402,124 mm2 > As perlu Aman..!!
a =
b c f
fy Asada
. ' , 85 , 0
.
708 , 22 200 . 25 . 85 , 0
240 . 124 , 402
Mn ada = As ada . fy (d – a/2)
= 402,124 . 240 (244 – 22,708/2)
= 2,2453.107 Nmm
Mn ada > Mn Aman..!! Kontrol Spasi :
S =
1 -n
sengkang 2
tulangan n
-2p
-b
=
1 2
8 . 2 -16 2. -30 . 2 -200
= 92 > β5 mm…..oke!!
Jadi dipakai tulangan 2 Ø16 mm
2. Tulangan Geser Balok anak
Dari perhitungan SAP 2000 Diperoleh :
Vu = 1685,21 kg = 16852,1 N
fy = 240 Mpa
d = 254 mm
Vc = 1/ 6 . f'c.b .d = 1/ 6 . 25.200.244 = 40666,667 N
Ø Vc = 0,6 . 40666,667 N = 24400 N 3 Ø Vc = 3 . 24400 = 73200 N
Syarat tulangan geser : Vu < Ø Vc < 3 Ø Vc
: 16852,1 N < 24400 N < 73200 N
Tulangan geser sebagai pembentuk.
S max = d/2 =
2 244
= 122 mm
Jadi dipakai sengkang dengan tulangan Ø 8 – 100 mm
Jadi tulangan yang digunakan untuk balok anak :
Untuk Tumpuan : 2 Ø 16
Untuk Lapangan : 2 Ø 16
a
a' b b'
1 1
2 2 A
B
C
D
E
1 2 3 4 5 6
BAB 7
PORTAL
[image:73.595.106.517.125.408.2]7.1. Perencanaan Portal
Gambar 7.1 Denah Portal
7.1.1 Menentukan Dimensi Perencanaan Portal
Pembatasan Ukuran Balok Portal
Berdasarkan SK SNI T 15-1991-03 tentang pembatasan tebal minimum dimensi balok sebagai berikut :
mm L
250 16
4000
16 mm
L
5 , 312 16
5000 16
Direncanakan dimensi balok portal : 200 mm x 400 mm
7.1.2 Ukuran penampang kolom
a
1
1
a'
1) bc ≥ γ00 2) 0,4
hc bc
3) 16
bc Lcn
Dimana :
bc = lebar kolom
Lcn = Tinggi bersih kolom hc = Tinggi Kolom
Dimensi kolom direncanakan 300 x 300 mm
7.2 Perhitungan Beban Equvalent Plat 7.2.1 Lebar Equvalent
Pelat type 1 Leq =
2
) 2 ( 4 3 6 1
Ly Lx Lx
573 , 1 ) 5 . 2
4 ( 4 3 4 . 6
1 2
Pelat type 2 Leq = .Lx
3 1
= .2 0,667 3
1
7.2.2 Pembebanan Balok Portal
1. Pembebanan Balok Portal As-4 (a-a’)
Pembebanan balok induk element a-a’
b
2
x
2
b'
Beban sendiri balok = 0,20 . (0,4 – 0,12) . 2400 = 134,4 kg/m
Berat pelat lantai = 411 . 1,573.2 = 1293 kg/m
qD = 1427,4 kg/m
Beban hidup (qL)
qL = 200 . 1,573,2. 2 = 1258,4 kg/m
Beban berfaktor (qU1) qU = 1,2 . qD + 1,6 . qL
= (1,2 . 1427,4 ) + (1,6 .1258,4 ) = 3726,32 kg/m
2. Pembebanan Balok Portal As-E (b-b’)
1. Pembebanan balok induk element b-x
Beban Mati (qD)
Beban sendiri balok = 0,20 . (0,4 – 0,12) . 2400 = 134,4 kg/m Berat pelat lantai = 411 . 0,667 = 274,12 kg/m
Berat dinding = 0,15 . ( 4- 0,3 ) 1700 = 943,5 kg/m
qD = 1352,02 kg/m
Beban hidup (qL)
qL = 400 . 0,667 = 266,8 kg/m
Beban berfaktor (qU1)
= (1,2 . 1352,02) + (1,6 . 266,8 ) = 2049,30 kg/m
2. Pembebanan balok induk element x-b’
Beban Mati (qD)
Beban sendiri balok = 0,20 . (0,4 – 0,12) . 2400 = 134,4 kg/m Berat pelat lantai = 411 . 0,667 = 274,12 kg/m
Berat dinding = 0,15 . ( 4- 0,3 ) 1700 = 943,5 kg/m
qD = 1352,02 kg/m
Beban hidup (qL)
qL = 400 . 0,667 = 266,8 kg/m
Beban berfaktor (qU1)
qU2 = 1,2 qD + 1,6 qL
= (1,2 . 1352,02) + (1,6 . 266,8 ) = 2049,30 kg/m
3. Perencanaan pembebanan ringbalk
a. Beban Titik
Reaksi kuda-kuda utama = 4957,18 kg
b. Beban Merata
Beban sendiri ring balk = 0,20 . 0,3. 2400 = 144 kg/m
4. Perencanaan pembebanan Sloof
a. Beban Merata
Beban reaksi tanah = 1700 kg/m
7.3 PENULANGAN BALOK PORTAL
Untuk contoh perhitungan tulangan lentur balok portal memanjang diambil yang paling besar yaitu Portal As 4 bentang a-a’
Data perencanaan :
h = 400 mm Øt = 16 mm
b = 200 mm Øs = 8 mm
p = 30 mm d = h - p - 1/2 Øt - Øs
fy = 360 Mpa = 400 – 30 – ½ . 16 - 8
f’c = 25 MPa = 354 mm
b =
fy 600 600 fy c.β 0,85.f' = 350 600 600 360 85 0,85.25.0, = 0,031
max = 0,75 . b = 0,75 . 0,031 = 0,023
min = 0,0038
350 4 , 1 fy 1,4
Daerah Lapangan
Dari Perhitungan SAP 2000 diperoleh : Mu = 5214,91 kgm = 5,2149 . 107 Nmm
Mn =
φ M u = 8 , 0 10 . 2149 , 5 7
= 6,5186 . 107 Nmm
Rn = 2,6
354 . 200 10 . 6,5186 d . b Mn 2 7
2
m = 16,941
0,85.25 360 c 0,85.f' fy = fy 2.m.Rn 1 1 m 1
= 0,0077