• Tidak ada hasil yang ditemukan

Term of Reference (TOR) Diskusi Organisasi Masyarakat Sipil. Tata Kelola Internet Indonesia Pasca IGF 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Term of Reference (TOR) Diskusi Organisasi Masyarakat Sipil. Tata Kelola Internet Indonesia Pasca IGF 2013"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Term of Reference (TOR)

Diskusi Organisasi Masyarakat Sipil

“Tata Kelola Internet Indonesia Pasca IGF 2013”

PENDAHULUAN

Diinisiasi oleh Sekretaris Jendral PBB berdasarkan rekomendasi dari World Summit On The Information Society (WSIS) tahun 2005, Internet Governance Forum (IGF) menyediakan forum bagi pemangku kepentingan majemuk (multi-stakeholders): pemerintah, bisnis dan masyarakat sipil untuk mendiskusikan isu-isu terkait Tata Kelola Internet. IGF memainkan peranan penting dalam menciptakan dasar pengambilan keputusan bagi banyak lembaga yang menjalankan peran dalam Penata Kelolaan Internet.

Keputusan Internet Governance Forum - Indonesia (ID-IGF) untuk bekerja bersama-sama menjadi tuan rumah IGF VIII tahun 2013. Hal ini menjadi sejarah baru dalam penyelenggaraan IGF dimana pelaksananya merupakan kolaborasi dari para pemangku kepentingan. Selain berupaya mengusahakan keluaran yang nyata dan membumi dari IGF 2013, ID-IGF juga berharap bahwa pendekatan baru ala pemangku kepentingan majemuk ini dapat menjadi contoh nyata kolaborasi yang sinergis sebagai model yang berkesinambungan bagi berlanjutnya IGF di kemudian hari.

Diharapkan juga bahwa penyelenggaraan IGF 2013 di Indonesia akan menambah momentum bagi ID-IGF yang baru didirikan dalam usahanya mempromosikan Tata Kelola Internet yang transparan dan dapat dipertanggungjawabkan di Indonesia. Global IGF 2013 akan makin menguatkan profil ID-IGF dengan menstimulasi keikutsertaan perwakilan pemerintah, bisnis dan masyarakat sipil dalam berbagi kesempatan, jaringan dan pengetahuan dalam Tata Kelola Internet di Indonesia maupun secara global.

Pasca penyelenggaraan IGF 2013, masih banyak pekerjaan rumah yang perlu dilakukan ID-IGF untuk terus menciptakan tata kelola internet di Indonesia yang transparan, akuntabel dan inklusif. Beberapa isu yang terkait dengan tata kelola internet ini khususnya berkaitan dengan regulasi terkait internet dan prakteknya di Indonesia, antara lain:

1. Akses Internet

Sebuah survei yang diselenggarakan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) bersama dengan Badan Pusat Statistik mengungkapkan bahwa jumlah pengguna Internet di Indonesia hingga akhir tahun 2013 mencapai 71,19 juta orang atau 28% dari total populasi

(2)

Indonesia sebanyak 248 juta jiwa1. Jumlah Internet Service Provider (ISP) yang tergabung sebagai anggota APJII sejumlah 300 ISP2. Menurut hasil survey APJII3, tampak bahwa pengguna Internet di Indonesia terkonsentrasi di wilayah barat Indonesia, khususnya pulau Jawa, dengan tingkat penetrasi Internet sebesar 36,9% dari total penduduk pulau tersebut. Selain itu, sekitar 83,4% pengguna Internet di Indonesia berdomisili di perkotaan4.

Melihat hal tersebut isu tentang pemerataan akses internet dan kesenjangan digital masih menjadi pekerjaan rumah di Indonesia. Beragam inisiatif program telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan jangkauan jaringan internet, akan tetapi hasilnya belum memuaskan karena luas dan beragamnya geografi Indonesia. Termasuk belum juga adanya program nasional yang berkaitan dengan penguatan sumber daya manusia (SDM) untuk pemanfaatan internet ini

2. Blokir dan Filtering

Di Indonesia, belum ada peraturan yang secara khusus menjadi acuan dalam tata laksana penapisan (filtering) konten online. Upaya dilakukan oleh masing-masing ISP dengan kebijakan dan database yang berbeda-beda5. Pada awal Maret 2014, Kementerian Kominfo mengeluarkan rilis6 tentang uji publik Rancangan Peraturan Menteri (RPM) tentang Pemblokiran Konten Internet Negatif7 yang saat ini masih dalam proses. Sementara itu beberapa konten yang diblok di Indonesia pada umumnya berkaitan dengan: pornografi, penyebaran kebencian dan penistaaan agama.

3. Tantangan Kebebasan Berpendapat

Pasal 19, Deklarasi Universal HAM (DUHAM) PBB yang dideklarasikan pada 10 Desember 1948 tersebut ditegaskan bahwa, “setiap orang berhak atas kebebasan berpendapat dan berekspresi, dalam hal ini mencakup kebebasan untuk berpegang teguh pada pendapat tertentu tanpa mendapatkan gangguan, dan untuk mencari, menerima dan menyampaikan informasi dan ide/gagasan melalui media apa saja tanpa ada batasan”.

Meskipun ada jaminan untuk bebas berpendapat dan berekspresi, pelaksanaan hak tersebut tidaklah tak terbatas. Yang membatasinya adalah pada pasal 29 ayat 2 pada deklarasi yang

1 Read Antara/YahooNews, APJII: Pengguna Internet 71,19 Juta 2013, 15 January 2014, available here:

http://id.berita.yahoo.com/apjii-pengguna-internet-71-19-juta-2013-074905800.html

2

http://www.apjii.or.id/v2/read/content/info-terkini/213/press-release-profil-terkini-internet-industri-ind.html

3 http://www.apjii.or.id/v2/read/article/laporan-publik/177/profil-internet-indonesia-2012.html 4

Indonesia Nettizen Survey 2013 oleh MarkPlus Insight, Markeeters Magazine, November 2013

5 http://tekno.kompas.com/read/2013/10/24/0844227/Blokir.Internet.di.Indonesia.Tidak.Konsisten 6

http://kominfo.go.id/index.php/content/detail/3879/Siaran+Pers+No.+24-PIH-KOMINFO-3-2014+tentang+Uji+Publik+RPM+Yang+Mengatur+Tata+Cara+Pemblokiran+Konten+Internet+Negatif+/0/siaran_pers#.Uya5IM60tEM

(3)

sama, berbunyi, “dalam menjalankan hak-hak dan kebebasan-kebebasannya, setiap orang harus tunduk hanya pada pembatasan-pembatasan yang ditetapkan oleh undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan dan penghormatan terhadap hak-hak dan kebebasan-kebebasan orang lain dan untuk memenuhi persyaratan aspek moralitas, ketertiban dan kesejahteraan umum dalam suatu masyarakat yang demokratis”.

Namun demikian, salah satu tantangan yang cukup signifikan atas kebebasan berpendapat di Indonesia, khususnya melalui Internet, adalah pada UU ITE pasal 27 ayat 3. Sejak UU ITE diundangkan pertama kali pada April 2008 pasal ini telah digunakan untuk menjerat 32 kasus pencemaran nama baik8.

4. Tanggung Jawab Hukum bagi Perantara Akses/Konten Internet

Pasal 27 UU Informasi dan Transaksi Elektronik menyatakan perbuatan yang dilarang adalah setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan, perjudian, penghinaan dan/atau pencemaran nama baik, serta pemerasan dan/atau pengancaman. Penyelenggara Jasa Internet (ISP) merupakan penyedia jasa yang mentransmisikan dan membuat dapat diaksesnya informasi elektronik. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah ISP juga bertanggung jawab jika ada pelanggaran yang dilakukan pengguna internet. Demikian juga dengan dengan konten yang dihasilkan oleh pembaca (user-generated content) suatu media online seperti komentar, apakah pengelola media online tersebut juga bertanggung jawab dengan isi komentar yang ditulis pengunjungnya.

5. Pemutusan Akses Internet Pengguna

Beberapa kasus Internet blackout yang pernah terjadi di Indonesia adalah karena masalah infrastruktur. Misalnya, putusnya jaringan kabel bawah laut Telkom9 pada Maret 2013 maupun putusnya kabel bawah laut akibat gempa di Taiwan pada Desember 200610.

6. Serangan Siber

Sepanjang kuartal ke-3 2013, Indonesia tercatat sebagai negara urutan kedua sumber serangan cyber global, sebesar 20% dari total serangan11. Angka tersebut, menurut Akamai, tidak

8

http://www.elsam.or.id/article.php?id=2816&cid=101#.Uyge7M60tEM

9 Read Kompas, Internet Smartfren Putus, Telkom Speedy Juga, 26 March 2013 available here:

http://tekno.kompas.com/read/2013/03/26/18064322/Internet.Smartfren.Putus..Telkom.Speedy.Juga

10

Read Detikcom, Kronologis Putusnya Internet Asia , 27 December 2006, available here:

http://inet.detik.com/index.php/detik.read/tahun/2006/bulan/12/tgl/27/time/152541/idnews/724526/idkanal/328

11

Read Akamai Report, State of the Internet” 3rd Quarter Report, Volume 6, Number 3 (2013), available here http://www.akamai.com/stateoftheinternet/

(4)

merta menunjukkan tingginya pelaku kejahatan cyber yang berdomisili di Indonesia. Karena bisa jadi, walau asal trafik serangan berasal dari nomor Internet Protocol (IP) yang ada di Indonesia, namun para pelakunya dari negara lain yang sekedar memanfaatkan kelemahan keamanan jaringan komputer di Indonesia.

7. Penyadapan

Belum adanya aturan yang kuat mengatur penyadapan di Indonesia, seiring dengan munculnya indikasi praktek penyadapan yang diduga ilegal. Pada Maret 2013, aplikasi FinFisher terindikasi terpasang setidaknya pada infrastruktur 2 ISP terbesar di Indonesia12. ISP tersebut adalah Telkom dan BizNet. FinFisher adalah produk untuk penyadapan yang dikembangkan oleh Gamma Group di Inggris. FinFisher memiliki kemampuan untuk melakukan penyadapan berbagai media komunikasi di Internet, termasuk yang melalui Blackberry Messenger13.

8. Perlindungan Data Pribadi

Saat ini Indonesia belum memiliki undang-undang khusus tentang perlindungan data pribadi. Walaupun begitu di UU Telekomunikasi pasal 42, telah disebutkan bahwa, “penyelenggara jasa telekomunikasi wajib merahasiakan informasi yang dikirim dan atau diterima oleh pelanggan jasa telekomunikasi melalui jaringan telekomunikasi dan atau jasa telekomunikasi yang diselenggarakannya.” Dan pada UU ITE pasal 26, disebutkan bahwa, “penggunaan setiap informasi melalui media elektronik yang menyangkut data pribadi seseorang harus dilakukan atas persetujuan orang yang bersangkutan.

9. Netralitas Jaringan

Di Indonesia belum ada aturan khusus terkait dengan netralitas jaringan. Dengan banyaknya ISP yang beroperasi di Indonesia, hal ini sangat rentan karena tiap ISP dapat memiliki “kewenangan” untuk menentukan sendiri konten mana yang dapat melalui jaringannya.

10. Transparansi Informasi

Sejumlah gagasan untuk memfasilitasi partisipasi publik dan mendorong transparansi dalam proses yang terkait dengan kepentingan publik, semakin bermunculan dan menguat di Indonesia. Hal ini juga didorong dengan UU No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik yang mulai berlaku di tahun 2010.

12

https://citizenlab.org/2013/03/you-only-click-twice-finfishers-global-proliferation-2/

(5)

11. Keterlibatan pemerintah di forum internet/telekomunikasi tingkat dunia

Pemerintah Indonesia cukup aktif dalam beberapa pertemuan internasional yang berkaitan dengan internet seperti pertemuan International Telecommunication Union (ITU), World Conference on International Telecommunications (WCIT), World Summit on the Information Society (WSIS), dan Internet Governance Forum (IGF). Apakah semangat yang dibawa oleh pemerintah dalam forum internasional tersebut sudah sesuai dengan semangat para pemangku kepentingan di Indonesia?

Bagaimana posisi organisasi masyarakat sipil di Indonesia dalam menyikapai berbagai isu tentang tata kelola internet di Indonesia tersebut? Apa yang harus dilakukan organisasi masyarakat sipil untuk terus mendorong tata kelola internet yang transparan, akuntabel dan inklusif?

NAMA KEGIATAN

Diskusi Organisasi Masyarakat Sipil Indonesia: “Tata Kelola Internet Indonesia Pasca IGF 2013”

TUJUAN

Tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut:

1. Memetakan beragam isu tentang tata kelola internet Indonesia

2. Menemukan langkah solutif atas berbagai tantangan tentang tata kelola internet Indonesia 3. Menentukan posisi organisasi masyarakat sipil Indonesia dalam berbagai isu tentang tata kelola

internet di Indonesia

4. Memberi masukan dari organisasi masyarakat sipil kepada perwakilan Indonesia yang akan hadir pada NetMundial Brasil

5. Persiapan IGF 2014 - Turki

LOKASI DAN WAKTU KEGIATAN

Hari/Tanggal : Kamis, 10 April 2014 Pukul : 12.00 – 16.00 WIB

Lokasi : Hotel Ibis Tamarin, Singkarak Maninjau Meeting Room Jl KH Wahid Hasyim 77 – Jakarta Pusat

(6)

Jam Kegiatan Narasumber / Fasilitator

12.00 – 13.00 Registrasi dan Makan Siang

13.00 – 13.15 “ Lanskap Internet Indonesia” (Sekilas Pandang) Donny BU (ICT Watch) 13.15 – 14.30 Diskusi Panel Sesi 1:

Menata Peran Masyarakat Sipil Indonesia (CSO) dalam Tata Kelola Internet Indonesia

Panelis:

Wahyudi Djafar (ELSAM) : “Tata Kelola Internet yang Berbasiskan HAM”

Eko Maryadi (AJI) :

“Internet, Konten Online dan Demokrasi Kita”

Maulida Raviola (Pamflet) “Internet dan Perspektif Anak Muda”

Moderator:

Shita Laksmi (HIVOS)

Peserta:

Organisasi Masyarakat Sipil (CSO) dan Media

14.30 – 14.45 Rehat Kopi 14.45 – 16.00

(75 menit)

Diskusi panel Sesi 2:

Tata Kelola Internet Indonesia dan Peta Peran ID-IGF di Regional dan Global.

- NetMundial Brazil, April 2014 - AP regional IGF India, Agustus 2014 - IGF 2014 Turki, September 2014

Panelis:

Ashwin Sasongko (DETIKNAS) Bambang Heru (KOMINFO) Shita Laksmi (HIVOS) Semmy Pangerapan (APJII) Andi Budimansyah (PANDI)

Moderator:

Indriyatno B (ID-CONFIG)

Peserta:

Publik/Umum dan Media 16.00 – 16.15 Penutup

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pada hasil dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa supplementasi berbagai level kitosan dalam ransum itik memberikan pengaruh nyata (P< 0,05)

Dalam proses penambangan bawah tanah, salah satu hal yang penting adalah dibuatnya ventilasi tambang agar para pekerja di dalam tambang dapat tersuplai

Tahun Lulus Nomor Jml Bln Gaji Pokok (Rp) Jumlah (Rp) Jml Bln Jumlah.. 1 ABU HANIFAH, S.PdI SDN

Gültaş, D.(2008); Raimondo D’Aronco: İstanbul’daki Yapılarında Cephe Biçimlenişi ve Detayları, Yüksek lisans Tezi, Yıldız Teknik Üniversitesi, İstanbul.

Audit kinerja merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif, agar dapat melakukan penilaian secara independen atas ekonomi dan

menyatakan bahwa ihtiyath merupakan suatu langkah pengaman dengan menambah (untuk waktu Zuhur, Asar, Magrib, Isya’, dan Subuh) atau mengurangkan (untuk terbit/ Surûq ) waktu

Setelah mendapatkan hasil Pengujian kekerasan dari sampel-sampel serbuk tulang sapi yang telah dicetak selanjutkan sampel- sampel tersebut dilakukan pengujian