• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRACT. Keywords: Anti Mullerian Hormon, Irregular Menstrual Cycle

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRACT. Keywords: Anti Mullerian Hormon, Irregular Menstrual Cycle"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

448

HUBUNGAN KADAR ANTI-MULLERIAN HORMON (AMH) DENGAN

SIKLUS HAID TIDAK TERATUR PADA MAHASISWI JURUSAN

KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU – ILMU

KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

Pekerti UA1, Setyawan A2, Mustofa 3

1 Undergraduate Medical Student, General Soedirman University 2

Obstetric & Gynecology Department at General Soedirman University & Margono Soekarjo Hospital 3

Physiology Department General Soedirman University.

E-mail: unggulap@yahoo.co.id & mustofa.dr@gmail.com

ABSTRACT

Background : Anti-Mullerian Hormone (AMH), also known as Müllerian inhibiting

substance, is a protein hormone to follicle development. Menstrual cycle that occurs outside the normal state or the interval pattern of menstruation that is less than 21 or more than 35 days with normal uterine bleeding time span of less than 3 or more than 7 days is irregular menstrual cycles. Objective : This study aimed to know the association AMH level and irregularly menstrual cycle at student of medical faculty and health sciences Jenderal Soedirman University. Method : This study was done at 26 subjects, use Analytic observational method with cross-sectional approach. Subjects was chosen by consecutive sampling technic and adapted to inclusion and exclusion criteria. Subjects asked to fasting 12 hours and then collect their blood until reach 10 cc. Data analysis used chi square then followed to coefficient contingency test with alt lambda test. Result : The level of AMH in irregular menstrual cycle group is 8.87 ng/ml. It shows a higher yield than regular menstruation group (4.28 ng/ml). The result of this study there is have association between AMH level and irregularly menstrual cycle at student of medical faculty and health sciences Jenderal Soedirman University. p 0,001 and 95 % CI = 1,828 – 83,767 that showed there was moderate association. Conclusion :

There is strong association between AMH level and irregularly menstrual cycle at student of medical faculty and health sciences General Soedirman University, The study shows a very strong association that abnormal of serum AMH will have irregular menstrual cycles, whereas AMH levels are relatively normal will have regular menstrual cycles.

Keywords: Anti Mullerian Hormon, Irregular Menstrual Cycle

Anti Mullerian hormone (AMH) atau disebut juga sebagai zat penghambat mullerian, adalah hormon protein yang merupakan golongan Transforming Growth Factor-β (TGF β). AMH memiliki peran dalam pertumbuhan dan diferensiasi sel. AMH mempunyai berat molekul 140 kDa, empat kali lebih besar dari LH atau FSH. Produksi dan sekresi AMH oleh sel sertoli

pada testis janin menghambat

perkembangan embrio duktus mullerian (paramesonefrik) ke saluran telur, rahim, dan vagina. AMH juga diproduksi dan disekresi oleh ovarium, sesaat setelah selesainya pembentukan duktus mullerian [1]

.

Semakin bertambahnya usia seorang wanita, kadar AMH yang dimiliki akan semakin menurun. Oleh karena itu kadar serum AMH bisa di jadikan acuan dan

(2)

449

deteksi dini untuk memberikan gambaran

tentang jumlah cadangan folikel pada seorang wanita. Kelainan ovarium yang sering terjadi adalah Sindrom ovarium polikistik (SOPK). SOPK merupakan suatu kelainan pada ovarium yang erat hubungannya dengan kelainan faktor genetik, obesitas dan hormonal. SOPK merupakan salah satu masalah pada wanita usia reproduksi yang memiliki kelainan hormonal dan dapat mempengaruhi kesehatan tubuh wanita secara umum, serta dapat memberi ancaman infertilitas pada wanita itu sendiri [2,3]. Umumnya gambaran klinis SOPK yang dapat ditemui antara lain berupa keadaan amenorea, oligomenorea, infertilitas, hirsutisme, adipositas, dan pembesaran kedua ovarium [4].

Siklus haid yang terjadi di luar keadaan normal atau yang dapat di katakan berada pada interval pola haid yang kurang dari 21 atau lebih dari 35 hari dengan rentang waktu perdarahan uterus normal kurang dari 3 atau lebih dari 7 hari disebut siklus menstruasi atau haid yang tidak teratur atau abnormal [5]. Penelitian yang dilakukan Moran et al (2007) menyatakan bahwa pada SOPK, anovulasi dan menstruasi yang tidak teratur dapat di jumpai dari peningkatan kadar AMH yang tinggi pada proses perkembangan folikel awal dimana jumlah folikel primer dan folikel antral mengalami peningkatan yang berlebihan. Kemungkinan itu semua disebabkan oleh peningkatan kadar androgen intraovarium yang memicu terjadi

pertumbuhan dari sel teka dan granulosa Pada keadaan haid siklus tidak teratur, ditemukan penderita oligomenore memiliki

kadar AMH yang lebih rendah

dibandingkan dengan wanita amenore [6]. AMH merupakan biomarker yang akurat untuk menentukan jumlah folikel antral awal pada ovarium serta memiliki potensi untuk penegakkan diagnosis yang baik pada wanita yang mengalami SOPK [7]. Pada SOPK, didapatkan Anti-mullerian

Hormon (AMH) yang kadarnya meningkat Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin mengetahui apakah pemeriksaan kadar serum dari AMH dapat membantu dalam menegakkan diagnosa haid siklus tidak teratur, serta untuk mengetahui ambang batas kadar AMH agar dapat dijadikan biomarker yang sensitif dan spesifik pada pemeriksaan haid siklus tidak teratur.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik observasional dengan desain penelitian cross sectional. Tujuan dilakukan penelitian ini untuk mengetahui Hubungan kadar Anti - Mullerian Hormon (AMH) Dengan Siklus haid tidak teratur pada Mahasiswi Jurusan Kedokteran Fakultas Kedokteran Dan Ilmu – Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman.

Subyek penelitian adalah Mahasiswi Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman yang dibagi menjadi dua kelompok, kelompok pertama adalah Mahasiswi

(3)

450

kedokteran yang mengalami siklus haid

tidak teratur dan kelompok ke dua adalah Mahasiswi kedokteran yang mengalami siklus haid teratur. berusia 19-23 tahun yang diperoleh secara consecutive sampling

dan memenuhi criteria inklusi serta eksklusi. Subyek kemudian diberikan kuesioner untuk tentang data diri, dan siklus haid. Subyek kemudian diminta untuk puasa 12 jam lalu di ambil darahnya oleh tenaga ahli. Serum darah diperoleh dengan darah dibiarkan membeku dan dipusingkan dengan 3000 rpm selama 5 menit. Kadar AMH serum diukur menggunakan metoda ELISA di Laboratorium Klinik PRODIA. Analisis data menggunakan uji chi-square

dilanjutkan dengan coefficient contingency test with alt lambda test. Tingkat kepercayaan ditentukan 95% dan tingkat kemaknaan 0,05.

HASIL PENELITIAN

Subyek yang telah memenuhi kriteria

sebanyak 26 mahasiswi dengan

karakteristik yang terdapat pada tabel 1. Aktivitas Tabel 1. Menunjukkan subyek penelitian ini memiliki rentang usia 17 – 23 tahun. Rerata usia kelompok siklus haid tidak teratur adalah 21.31 ± 0.76 tahun dengan usia termuda 20 usia dan tertua 23 tahun. Rerata usia kelompok siklus haid teratur adalah 20.92 ± 0.862 tahun dengan usia termuda 19 tahun, dan usia tertua 23 Tahun.

Status gizi kedua kelompok sama dan dalam rentang normal yaitu BMI 18,7 – 23,8 kg/m2. Rerata BMI Kelompok siklus Haid teratur adalah 20.12 Kg/m2 dan kelompok siklus Haid tidak teratur memiliki rerata 20.48 Kg/m2.

Usia Menarche Kelompok siklus Haid teratur memiliki rerata 12.92 Tahun dan kelompok siklus Haid tidak teratur memiliki rerata 13.08 Tahun. Usia menarche responden pada penelitian ini berada pada rentnag 10 – 16 tahun yang berarti berada pada rentang usia menarche yang normal.

Tabel 2. Menunjukkan data kadar serum AMH pada kelompok siklus Haid teratur dan Siklus Haid tidak teratur yang dianalisis menggunakan analisis bivariat

Chi Square. Hasil uji korelasi tersebut

didapatkan nilai p 0,005 yang menunjukkan terdapat Hubungan Kadar

Anti - Mullerian Hormon (AMH) Dengan Siklus Haid Tidak Teratur, dengan nilai CI = 1,828 – 83,767 memiliki arti bahwa kadar serum AMH yang tinggi merupakan faktor resiko siklus haid tidak teratur. Karena nilai chi square bermakna maka di lanjutkan dengan uji koefisien kontingensi dengan uji alt Lambda. Di dapatkan nilai p 0.030 dan nilai r 0,50 yang menunjukkan adanya Hubungan Kadar Anti - Mullerian Hormon (AMH) Dengan Siklus Haid Tidak Teratur dan memiliki arah hubungan negatif dengan kekuatan hubungan sedang.

(4)

451

Tabel 1. Karakteristik Subyek Penelitian

Kelompok Siklus Haid teratur Kelompok Siklus Haid tidak teratur

Usia (Tahun) 21.31 ± 0.76 (20-23) 20.92 ± 0.87 (19-23)

BMI (Kg/m2) 20.12 ± 1.75 (18.70 - 23.00) 20.48 ± 1.22 (18.90 - 23.00) Usia Menarche (Tahun) 12.92 ± 1.26 (11 - 15) 13.08 ± 1.16 (12 - 15) Kadar serum AMH (ng/ml) 4.28 ± 1.45 (1.93 - 6.88) 9.20 ± 4.76 (1.44 - 19.79)

Tabel 2. Hasil Analisis Uji chi square

N % N % Abnormal 9 34,6 2 7,7 Normal 4 15,4 11 42,3 Total 13 13.0 13 13.0 0.005 1,828 – 83,767 AMH Siklus Haid P 95% Confindece Interval (CI) Tidak Teratur

PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar serum AMH antara kelompok siklus Haid teratur dan siklus Haid tidak teratur pada mahasiswi kedokteran Universitas jenderal Soedirman. Subyek penelitian ini terbagi menjadi dua kelompok yang terdiri dari responden kelompok siklus Haid teratur dan siklus Haid tidak teratur. Sesuai dengan teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu consecutive sampling, maka seluruh responden yang berjumlah 26 orang telah memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditetapkan oleh peneliti.

Peneliti mengambil semua

respondennya baik kelompok siklus Haid teratur dan siklus Haid tidak teratur dari Mahasiswi kedokteran Universitas Jenderal Soedirman. Responden yang seluruhnya mahasiswi tersebut bertujuan agar kisaran usia pada kedua kelompok hampir sama.

Hal tersebut karena usia pada penelitian ini merupakan variabel perancu, sehingga harus dikendalikan. Selain usia, faktor perancu yang lain dikendalikan dengan cara restriksi yaitu BMI, usia menarche, dan aktivitas fisik.

Subyek penelitian ini menggunakan rentang usia 17 – 23 tahun. Pertambahan usia memberikan pengaruh yang bermakna pada penurunan kadar serum AMH [2,3]. BMI subyek memiliki rentang antara 18,7 – 23,8 Kg/m2. Pada penelitian ini semua responden memiliki BMI yang normal. Hormon leptin yang dihasilkan jaringan lemak memainkan peran penting terhadap siklus haid, dan pengaturan onset pubertas. Leptin tidak secara primer menginisiasi pubertas, namun memacu proses pematangan seksual. Konsentrasi serum leptin berkorelasi kuat dengan persentase lemak tubuh pada orang dewasa [8,9].

(5)

452

Faktor perancu lain yaitu usia

menarche. Pada penelitian ini peneliti memilih responden yang memiliki usia menarche yang normal dengan rentang usia 10 - 16 tahun. Usia menarche yang tidak normal di luar dari rentang usia tersebut, dapat disebabkan oleh status nutrisi yang tidak sesuai beserta faktor lainnya. Sedangkan faktor perancu aktifitas fisik sangat berpengaruh pada siklus haid yang dapat menyebabkan siklus haid menjadi tidak teratur[10,11,12,13,14].

Hasil penelitian menunjukkan bahwa data kadar serum AMH pada kelompok siklus Haid teratur dan Siklus Haid tidak teratur menggunakan analisis bivariat Chi Square. Hasil uji korelasi tersebut didapatkan nilai p 0,005 yang menunjukkan terdapat Hubungan Kadar Anti - Mullerian

Hormon (AMH) Dengan Siklus Haid Tidak Teratur, dengan nilai 95% CI = 1,828 – 83,767 memiliki arti bahwa kadar serum AMH yang tinggi merupakan faktor resiko siklus haid tidak teratur. Karena nilai chi

square bermakna maka di lanjutkan dengan uji koefisien kontingensi dengan uji alt Lambda. Di dapatkan nilai p 0.030 dan nilai r 0,50. yang menunjukkan Adanya Hubungan Kadar Anti - Mullerian Hormon (AMH) Dengan Siklus Haid Tidak Teratur memiliki arah hubungan negatif dengan kekuatan hubungan sedang.

Rentang kadar AMH normal berada pada 2,2 – 6,8 ng/ml atau dalam kategori fertilitas yang memuaskan dan fertilitas yang optimal. Pada penelitian ini rerata

kadar AMH kelompok siklus haid tidak teratur berjumlah 9.20 ng/ml. Jumlah tersebut menunjukan peningkatan dan memiliki hubungan kuat bahwa kadar serum AMH yang tinggi merupakan faktor resiko siklus haid tidak teratur

Hasil penelitian sesuai dengan penelitian yang dilakukan Visser et al.,

(2006) dan Pellatt et al., (2010). pada keadaan SOPK, Hormon anti mullerian telah terbukti dua sampai tiga kali lipat lebih tinggi kadarnya dalam serum. Penyebab dari peningkatan produksi AMH masih belum diketahui, namun peningkatan konsentrasi AMH diduga akibat peningkatan produksi hormon androgen. Bukti yang mendukung hal ini berasal dari penelitian yang menunjukkan bahwa dalam serum AMH telah berkorelasi positif dengan kadar androgen. Hal ini ditandai dengan anovulasi dan dimanifestasikan sebagai oligomenore atau amenore, peningkatan kadar androgen, dan ovarium polikistik[15,16].

KESIMPULAN

Terdapat hubungan yang kuat antara Kadar Anti-Mullerian Hormon (AMH) Dengan Siklus Haid Tidak Teratur Pada Mahasiswi Jurusan Kedokteran Fakultas Kedokteran Dan Ilmu – Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman. Pernyataan tersebut menunjukan hubungan yang sangat kuat bahwa AMH yang abnormal akan menyebabkan siklus haid yang tidak teratur, sedangkan AMH yang normal akan memiliki siklus haid yang normal.

(6)

453

DAFTAR PUSTAKA

1. Place NJ, Hansen BS, Cheraskin JL, Cudney SE, Flanders JA, Newmark AD, Barry B, Scarlett JM. 2011. Measurement of serum anti-Müllerian hormone concentration in female dogs and cats before and after ovariohysterectomy. Journal of Veterinary Diagnostic Investigation. (3) : 524 – 527.

2. Mahayasa PD, Samsulhadi, Hinting A. 2009. Korelasi Kadar Serum Basal AMH dengan Respons Ovarium terhadap Stimulasi Ovulasi pada Program Fertilisasi In Vitro. Majalah Obstetri & Ginekologi. (17) : 34 – 38.

3. Lumbuun N. 2010. Sindrom Polikistik Ovarium: Suatu Tinjauan Farmakologis Talaksana. Medicinus. (3) : 24 – 38. 4. Baziad A. 2012. Sindrom Ovarium

Polikistik dan Penggunaan Analog GnRH.

Cermin Dunia Kedokteran. 196(39) : 573 – 575.

5. Berek, JS, 2007. Amenorrhea. Berek & Novak’s Gynecology 14 edition California : Lippincot William & Wilkins. hlm 1035 – 1068.

6. Moran LJ, Noakes M, Clifton PM, Norman RJ. 2007. The Use of Anti-Mullerian Hormone in Predicting Menstrual Response after Weight Loss in Overweight Women with Polycystic Ovary Syndrome.

The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism. (10) : 3796 – 3802.

7. Pigny P, Jonard S, Robert Y, Dewailly D. 2006. Serum Anti-Mu¨ llerian Hormone as a Surrogate for Antral Follicle Count for Definition of the Polycystic Ovary Syndrome. The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism. (3) : 941 – 945.

8. Kasa-Vubu JZ, Borer WYKT, Rosenthal A, Meckmongkol T. 2006. Twenty-Four Hour Growth Hormone and Leptin Secretion in Active Postpubertal Adolescent Girls: Impact of Fitness, Fatness, and Age at Menarche. The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism. 91 (10) : 3935 – 3940.

9. Solorzano CMB, McCartney CR. 2010. Obesity and the pubertal transition in girls and boys. Reproduction. : 140 (3) : 399 – 410.

10. Asmarani R. 2010. Pengaruh Olah Raga Terhadap Siklus Haid Atlit. Skripsi. Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponogoro.

11. Ebling FJP. 2005. The neuroendocrine timing of puberty. Reproduction. 129 : 675 – 83.

12. Rokade SA, Mane AK. 2009. A Study Of Age At Menarche, The Secular Trend And Factors Associated With It. The Internet Journal of Biological Anthropology. 3 : 1 – 14.

13. Pulungan AB, Tridjaja B. 2010. Pubertas dan gangguannya. Buku ajar endokrinologi anak. edisi pertama. UKK Endokrinologi Anak dan Remaja IDAI. Jakarta : hlm 85 – 121.

14. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T 2009. Gangguan Haid dan siklusnya. Ilmu kandungan. cetakan ke 7.

Bina Pustaka Sarwono Praworohardjo. Jakarta : hlm 203 - 233.

15. Visser JA, de Jong FH, laven JSE, Themmen APN. 2006. Anti-Mullerian hormone: a new marker for ovarian function. Reproduction. 131 : 1 – 9. 16. Pellatt L, Rice S, Mason HD. 2010.

Anti-Mullerian hormone and polycystic ovary syndrome: a mountain too high?.

Gambar

Tabel 2. Hasil Analisis Uji chi square

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian kualitatif dengan desain deskriptif kuantitatif. Lokasi penelitian dilakukan secara purposive sampling dengan pertimbangan: 1) sungai Bedadung yang

As derivative features on the spectral information are difficult to use in practice, given the low SNR of bands in the blue range of the spectrum and the low energy The

[r]

Trombosit yang bereaksi silang dengan antibodi anti dengue akan dihancurkan di lien sedangkan eritrosit mampu bertahan karena aktifnya AMPK pada kondisi hipoksia, maka

Pada parameter TSS, dosis koagulan yang rendah akan menghasilkan penurunan konsentrasi TSS yang rendah pula sedangkan dosis yang tepat akan memberikan hasil yang

Semakin sedikit etanol yang terbentuk maka produk sampingan (asam asetat dan asam format) yang terbentuk pun juga sedikit sehingga tidak sampai membunuh sel-sel

melakukan apa-apa perbuatan dalam keadaan yang sedemikian bahawa jika ia dengan jalan demikian itu menyebabkan kematian ia adalah melakukan kesalahan mematikan orang dengan