• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL, PSIKOANALISA SIGMUND FREUD, POLA DIDIK ORANG TUA DALAM KONSEP KYOUIKU MAMA, DAN BIOGRAFI PENGARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL, PSIKOANALISA SIGMUND FREUD, POLA DIDIK ORANG TUA DALAM KONSEP KYOUIKU MAMA, DAN BIOGRAFI PENGARANG"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

15 BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL, PSIKOANALISA SIGMUND FREUD, POLA DIDIK ORANG TUA DALAM KONSEP KYOUIKU MAMA,

DAN BIOGRAFI PENGARANG

2.1 Defenisi Novel

Novel merupakan salah satu jenis karya sastra yang pada hakikatnya sebuah cerita/narasi yang digambarkan dalam plot. Menurut Rees dalam Aziez dan Hasim (2010:1), novel pada hakikatnya sebuah cerita fiksi dalam bentuk prosa yang cukup panjang, yang tokoh dan perilakunya merupakan cerminan kehidupan nyata, dan yang digambarkan dalam satu plot yang kompleks. Sehubungan dengan ini, menurut Decaremon dalam Aziez dan Hasim (2010:8), novel yang merupakan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap perilaku. Kata novel berasal dari bahasa Italia, “novella” yang berarti ‘sebuah kisah, sepotong berita’. Novel lebih panjang (setidaknya 40.000 kata) dan lebih kompleks dari cerpen dan tidak dibatasi keterbatasan struktur dan materikal sandiwara atau sajak (Decaremon dalam Aziez dan Hasim, 2010:10).

Perkembangan novel di dunia terdapat jenis-jenis dari novel itu sendiri, yaitu :

▸ Baca selengkapnya: secara umum, novel sejarah yaitu prosa yang berisi rangkaian cerita tentang watak dan sikap tokoh berdasarkan kejadia

(2)

16 A. Novel Picaresqua

Menurut akar katanya ia berasal dari kata picaro yang dalam bahasa Spanyol berarti ‘bandit’. Novel ini biasanya bersifat episodik, sering tidak memiliki plot yang tidak baik, serta langkanya tokoh yang mengalami perubahan psikologis.

B. Novel Epistolari

Novel jenis ini merebak pada abad kedelapan belas yang memanfaatkan surat yang dikirim di antara tokoh-tokoh yang ada di dalamnya sebagai indeks media penyampaian cerita.

C. Novel Sejarah

Jenis novel yang latar belakangnya merupakan sejarah, termasuk tokoh sejarah yang dimasukkan dalam rangkaian cerita. Novel ini sering ditandai dengan penggambaran rinci tentang suatu perilaku, bangunan, ataupun pranata. D. Novel Regional

Novel regional adalah novel yang latarnya, atau “warna daerahnya”, memainkan peranan yang penting.

E. Novel Satir

Novel yang mengandung makna yang “melebih-lebihkan”, yang melibatkan khayalan fiktif dalam kadar tertentu.

(3)

17 F. Bildungsroman

Novel ini merujuk pada sejenis novel yang mengonsentrasikan dirinya pada perkembangan diri sang tokoh, dari masa muda atau kanak-kanak sampai masa dewasa.

G. Novel Tesis

Novel tesis merupakan novel yang berkenaan dengan suatu upaya untuk mendorong dilakukannya reformasi sosial atau koreksi atas perilaku-perilaku tertentu.

H. Novel Gotik (Roman Notir)

Novel ini berhubungan erat dengan aspek-aspek romantisisme yang menggandrungi hal-hal misterius.

I. Roman-Fleuve

Novel ini berhubungan erat dengan apa yang disebut sebagai “novel saga”, rangkaian novel tentang satu keluarga besar yang masing-masing novel mengutamakan ceritanya pada satu cabang keluarga tertentu.

J. Roman Feuilleton

Novel ini merupakan novel yang diterbitkan secara “mencicil” dan tanpa mengalami pemotongan dalam suatu surat kabar.

K. Fiksi Ilmiah

Novel ini berkenaan dengan penggambaran ilmu pengetahuan modern yang memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh sastra fantasi, yaitu latarnya yang melibatkan perjalanan antarplanet, robot, masa, dan kehidupan depan.

(4)

18 L. Novel Baru

Novel jenis ini konvensi-konvensi penulisan fiksi yang sudah mapan secara sengaja disimpangkan atau diperlakukan sedemikian rupa untuk membingungkan pembaca dan untuk mencapai efek tertentu yang berbeda. M. Metafiksi

Novel ini merujuk pada sejenis novel yang sengaja mengoyak ilusi fiktif dan mengomentari secara langsung hakikat fiktifnya sendiri atau proses penulisannya.

N. Faksi

Dalam karya novel ini teknk-teknik novel digunakan untuk memunculkan kembali peristiwa-peristiwa sejarah bagi pembacanya.

Berdasarkan pemaparan di atas, novel Saga no Gabai Baachan termasuk ke dalam jenis Billdungsroman. Di dalam novel tersebut menceritakan perjalanan dan perkembangan hidup sang tokoh mulai dari kanak-kanak hingga beranjak remaja yang merupakan pengarang cerita itu sendiri.

2.2 Resensi Novel

Sebuah karya sastra dibangun atas unsur instrinsik seperti tema, alur atau plot, dan tokoh. Hal ini merupakan struktur formal dalam sebuah novel yang menjadi fokus dalam membantu menganalisis novel Saga no Gabai Baachan .

(5)

19 2.2.1 Tema

Tema merupakan menyiratkan pokok pikiran yang akan dikemukakan pengarang kepada pembaca. Hal ini yang menjadi dasar, gagasan utama, atau tema cerita (Sugono, 2011:91). Sehubungan dengan itu, menurut Scharbach dalam Aminuddin (2000:91), menjelaskan bahwa tema is not synonymous with moral or message. . . theme does relate to meaning and purpose, in the sense. Karena tema adalah kaitan hubungan antara makna dan tujuan pemaparan prosa fiksi oleh pengarangnya. Dari pendapat ini dapat disimpulkan, bahwa tema adalah dasar/pondasi pengarang untuk mengembangkan suatu cerita.

Menurut Aminuddin ( 2000:92) dalam upaya pemahaman dan menilai tema suatu karya sastra, pembaca memperhatikan beberapa langkah :

1. Memahami setting dalam prosa fiksi yang dibaca.

2. Memahami penokohan dan perwatakan dalam pelaku prosa fiksi yang dibaca.

3. Memahami suatu peristiwa, pokok pikiran serta tahapan peristiwa dalam prosa fiksi yang dibaca.

4. Memahami plot atau alur cerita dalam prosa fiksi yang dibaca.

5. Menghubungkan pokok-pokok pikiran yang satu dengan yang lainnya yang disimpulkan dari satuan-satuan peristiwa yang terpapar dalam suatu cerita.

6. Menentukan sikap penyair terhadap pokok-pokok pikiran yang ditampilkan.

(6)

20

7. Mengidentifikasikan tujuan pengarang memaparkan ceritanya dengan bertolak dari satuan pokok pikiran serta sikap penyair yang ditampilkannya.

8. Menafsirkan tema dalam cerita yang dibaca serta menyimpulkan dalam satu dua kalimat yang diharapkan merupakan ide dasar cerita yang dipaparkan pengarangnya

Berdasarkan penelitian di atas maka tema pada novel Saga no Gabai Bachaan adalah tentang perjuangan seorang nenek dan cucunya (Akihiro) dalam kehidupannya dengan pola didik nenek yang mengubahkan karakter Akihiro menjadi lebih baik.

2.2.2 Plot (Alur)

Plot (alur) merupakan struktur rangkaian cerita dalam novel. Menurut Aminuddin (2000:83), plot atau alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita. Sehubungan dengan ini, menurut Sukada (1987:74), plot juga merupakan unsur terpenting dalam elemen karya sastra, dalam arti unsur ini memegang dominasi mempersatukan segala unsur yang ada dalam konteks isi karya sastra.

Adapun fungsi dari plot (alur) menurut Boulton dalam Sukada (1987:73) ada dua macam yaitu :

1. Plot membawa pembaca ke arah maju dalam memahami cerita, sekalipun sesungguhnya tidak semua detail diketahuinya.

2. Secara sederhana, plot menyediakan tahap atau peluang bagi penulis, untuk meletakkan sesuatu yang dikehendakinya untuk diperlihatkan.

(7)

21

Menurut Nurgiyantoro dalam http://eprints.uny.ac.id/8242/3/BAB% 202-08205241004.pdf, alur atau plot dapat dilihat dari urutan waktu terjadinya peristiwa yang diceritakan yaitu:

1. Plot lurus atau progresif, apabila yang dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa-peristiwa yang pertama diikuti oleh peristiwa atau menyebabkan peristiwa yang kemudian. Atau secara runtut cerita dimulai dari tahap awal, yaitu penyituasian, pengenalan, pemunculan konflik, tengah atau konflik meningkat, klimaks dan akhir penyelesaian.

2. Plot sorot balik atau flash back, urutan kejadian yang disajikan dalam sebuah karya fiksi dengan alur regresif tidak bersifat kronologis. Cerita tidak dimulai dari tahap awal melainkan mungkin disuguhkan mulai dari tengah atau bahkan dari tahap akhir, kemudian tahap awal cerita disajikan. Sastra dengan jenis ini, langsung menyuguhkan konflik bahkan telah sampai pada konflik yang meruncing.

Adapun alur yang terdapat dalam novel Saga no Gabai Baachan adalah plot lurus atau progresif karena cerita ini dimulai ketika Yoshichi Shimada (pengarang) teringat akan masa kecilnya dahulu. Setelah terjadinya pemboman kota Hiroshima tempat keluarganya tinggal, pengarang cerita harus tinggal bersama neneknya di sebuah desa bernama Saga pada saat berumur 8 tahun dan harus berpisah dengan ibunya selama 8 tahun. Cerita terus berlanjut dengan cerita bagaimana pengarang mengadaptasikan dirinya di lingkungannya yang diselingi dengan pola didik nenek yang semakin membentuk karakter pengarang. Dan dalam akhir cerita pengarang

(8)

22

menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada usia 16 tahun dan kembali bersama ibunya di kota Hiroshima.

2.2.3 Tokoh

Tokoh cerita memiliki peran penting sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, moral atau segala sesuatu yang sengaja ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Menurut Aminuddin (2000:79), tokoh merupakan pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita. Sedangkan cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku disebut penokohan.

Dalam sebuah cerita terdapat tokoh utama serta tokoh tambahan. Tokoh utama umumnya merupakan tokoh yang sering diberi komentar dan dibicarakan oleh pengarangnya. Tokoh tambahan hanya dibicarakan ala kadarnya (Aminuddin, 2000:80). Selain terdapat pelaku utama, pelaku tambahan, menurut Aminuddin (2000:82-83) terdapat sejumlah ragam pelaku yang lain yaitu :

1. Simple character, bila pelaku itu tidak banyak menunjukkan adanya kompleksitas masalah. Pemunculannya hanya dihadapkan pada satu permasalahan tertentu yang tidak banyak menimbulkan adanya obsesi-obsesi batin yang kompleks.

2. Complex character, pada umumnya merupakan pelaku utama. Pelaku yang pemunculannya banyak dibebani permasalahan dan ditandai dengan munculnya pelaku yang memiliki obsesi batin yang cukup kompleks sehingga kehadirannya banyak memberikan gambaran perwatakan yang kompleks pula.

(9)

23

3. Pelaku dinamis, pelaku yang memiliki perubahan dan perkembangan batin dalam keseluruhan penampilannya. Watak pelaku sewaktu kecil berbeda dengan setelah dewasa, sementara watak setelah dewasa juga masih mengalami perkembangan setelah menjelang tua.

4. Pelaku statis, pelaku yang tidak menunjukkan adanya perubahan atau perkembangan sejak pelaku itu muncul sampai cerita berakhir.

Pada penelitian ini penulis hanya akan membahas tokoh utama dalam novel Saga no Gabai Baachan yang bernama Akihiro Tokunaga dan termasuk tokoh yang memiliki complex character. Meskipun demikian, tokoh utama tidak terlepas dari interaksinya dengan tokoh-tokoh lainnya dalam novel Saga no Gabai Baachan ini.

2.3Setting dalam Novel Saga no Gabai Baachan Karya Yoshichi Shimada Dalam karya sastra tokoh diceritakan tidak luput dari peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam cerita. Peristiwa/kejadian, tempat, waktu maupun keadaan masyarakat sekitar yang mendukung cerita dapat dikatakan setting atau latar. Dalam (http://www.noviasyahidah.com/hanya-teori-kepenulisan-latar-setting) latar merupakan background sebuah cerita, tempat kejadian, daerah penuturan atau wilayah yang melingkupi sebuah cerita. Sehubungan dengan hal ini menurut Fananie (2000: 97-98) mengatakan bahwa, walaupun setting dimaksudkan untuk mengidentifikasi situasi yang tergambar dalam cerita, keberadaan elemen setting pada hakikatnya tidaklah hanya sekedar menyatakan di mana, kapan, dan bagaimana situasi peristiwa berlangsung, melainkan berkaitan juga dengan gambaran tradisi, karakter, perilaku sosial, dan pandangan masyarakat pada waktu cerita ditulis. Dari kajian setting akan dapat diketahui

(10)

24

sejauh mana kesesuaian dan korelasi antara perilaku dan watak tokoh dengan kondisi masyarakat, situasi sosial dan pandangan masyarakatnya.

Dalam http://www.noviasyahidah.com/hanya-teori-kepenulisan-latar-setting, pada umumnya latar dibagi menjadi tiga, yaitu mengenai tempat, waktu, dan latar sosial.

2.3.1 Latar Tempat

Latar tempat menggambarkan atau mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa dalam cerita. Penggambaran lokasi tempat terjadinya peristiwa hendaklah tidak bertentangan dengan realita yang bersangkutan agar pembaca dapat mengerti dan tahu tempat jalan cerita sebenarnya terutama dalam cerita karya sastra non fiksi.

Dalam novel Saga no Gabai Baachan terdapat dua lokasi berlangsungnya cerita yaitu Hiroshima ketika Akihiro masih kecil, rumah di sebuah kota kecil bernama Saga yang terletak di Prefektur Saga Jepang bagian selatan, dan Sekolah Dasar Akamatsu yang berada dalam reruntuhan istana desa Saga.

2.3.2 Latar Waktu

Latar waktu mengacu pada kapan peristiwa itu terjadinya yang dituangkan dalam cerita. Dalam cerita non fiksi latar waktu merupakan hal yang penting diperhatikan agar tidak menimbulkan kerancuan cerita nyata itu sendiri.

Latar waktu dalam novel Saga no Gabai Baachan adalah tahun 1958 atau tahun era Showa sampai tahun 1966 atau tahun 41 era Showa.

(11)

25 2.3.3 Latar Sosial

Latar sosial merupakan pencakupan tentang hal-hal yang memiliki hubungan dengan masyarakat atau tokoh cerita termasuk keyakinan, adat istiadat, budaya, perilaku, dan fenomena yang terdapat dalam cerita.

Dalam cerita novel Saga no Gabai Baachan kehidupan Akihiro bersama neneknya tergambar pada zaman era Showa tahun 1958. Pada era Showa ditandakan dengan kalahnya Jepang terhadap Sekutu dalam Perang Dunia ke II. Pada masa itu masyarakat Jepang yang masih dalam proses untuk memperbaiki keadaan hidup mereka, baik dalam segi ekonomi dan pendidikan.

Latar sosial yang diambil adalah kyouiku mama (ibu pendidik). Dimana kyouiku mama itu sendiri sudah ada dari sebelum perang dunia ke II. Kyouiku mama yaitu para ibu yang memiliki ambisi mendidik anak untuk menjadikan mereka manusia yang berkualitas dan berguna bagi bangsa mereka dengan kedisiplinan. Dalam novel Saga no Gabai Baachan yang menerapkan kyouiku mama adalah nenek Osano yang merawat Akihiro selama delapan tahun, mulai Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP).

2.4Psikoanalisa Sigmund Freud

2.4.1 Psikoanalisa Sebagai Teori Kepribadian

Psikoanalisis merupakan teori psikologi yang sering digunakan dalam menganalisis sebuah karya sastra jika dilihat dalam segi pendekatan psikologis. Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa psikoanalis adalah wilayah kajian psikologi sastra. Psikoanalisa merupakan teori kepribadian yang dikemukakan

(12)

26

oleh Sigmund Freud mengenai tingkah laku manusia. Menurut Zaviera (2007:80), hal pokok psikoanalisa menyatakan bahwa tingkah laku manusia sebagian besar ditentukan oleh motif-motif tak sadar (alam bawah sadar). Alam bawah sadar (unconscious mind) mencakup segala sesuatu yang sangat sulit dibawa ke alam sadar, termasuk segala sesuatu yang memang asalnya alam bawah sadar, seperti nafsu, kenangan atau emosi, dan insting. Freud berpendapat bahwa alam bawah sadar adalah sumber dari motivasi dan dorongan yang ada dalam diri manusia.

Dalam mengungkapkan tingkah laku manusia psikoanalisa kepribadian meliputi tiga unsur kejiwaan yaitu, Id, Ego, dan Superego. Ketiga sistem kepribadian ini satu sama lain saling berkaitan serta membentuk totalitas atau kesatuan yang maksimal walaupun memiliki tugas/fungsi, sifat, dan prinsip kerja yang berbeda, dan wujud tingkah laku manusia tidak lain merupakan interaksi dari ketiga sistem kepribadian tersebut.

Dalam teori Sigmund Freud dalam mendeskripsikan kepribadian menjadi tiga pokok bahasan, yaitu sistem kepribadian, dinamika kepribadian, dan perkembangan kepribadian. Dalam penelitian ini penulis hanya membahas dari sistem kepribadian.

2.4.2 Sistem Kepribadian

Dalam teori psikoanalisa, sistem kepribadian dipandang sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga unsur, yaitu Id, Ego, dan Superego.

(13)

27 2.4.2.1 Id

Id merupakan sistem kepribadian yang asli/paling dasar yang berisikan segala sesuatu yang secara psikologis diwariskan dan telah ada sejak lahir. Freud menyebutkan Id adalah “keadaan psikis yang sebenarnya”, karena Id mempresentasikan dunia batin pengalaman yang subjektif dan tidak mengenal kenyataan yang objektif. Id seluruhnya berada pada alam bawah sadar seseorang.

Menurut Hall (1993:64), Id tidak bisa menanggulangi peningkatan energi yang dialaminya sebagai keadaan-keadaan tegangan yang tidak menyenangkan. Oleh karena itu, apabila tingkat tegangan organisme meningkat, baik sebagai akibat stimulasi dari luar atau rangsangan yang timbul dari dalam, maka Id akan bekerja sedemikian rupa untuk segera menghentikan tegangan dan mengembalikan organisme pada tingkat energi rendah dan konstan serta menyenangkan. Prinsip tersebut merupakan cara kerja Id yang disebut prinsip kenikmatan (pleasure principle). Berdasarkan hal tersebut dapat diperoleh gambaran bahwa Id dalam menjalankan fungsi dan operasinya, Id dilandasi oleh maksud mempertahankan keinginan sendiri untuk menghindari keadaan yang tidak menyenangkan dan mencapai keadaan yang menyenangkan.

Untuk mencapai maksud, tujuan, dan menghindari rasa sakit, Id memiliki dua proses. Proses pertama adalah tindakan reflex, yaitu suatu bentuk tingkah laku atau tindakan yang otomatis dan segera/bawaan. Contohnya reflex menghisap, batuk, mengedipkan mata. Proses yang kedua adalah proses primer, yaitu suatu proses yang melibatkan sejumlah reaksi

(14)

28

psikologis yang rumit. Proses primer dilakukan dengan membayangkan atau mengkhayalkan sesuatu yang dapat mengurangi atau menghilangkan tegangan, dipakai untuk menangani stimulus kompleks, seperti bayi yang lapar membayangkan makanan. Id hanya mampu membayangkan sesuatu, tanpa mampu membedakan khayalan dengan kenyataan. Id tidak mampu menilai atau membedakan benar atau salah, tidak tahu moral.

Freud dalam Hall (1995:35) memiliki beberapa pendapat mengenai Id, yaitu :

1. Id lebih dekat dengan hubungannya dengan tubuh dan proses-prosesnya daripada dunia luar.

2. Id kekurangan organisasi dibandingkan dengan Ego dan Superego.

3. Id tidak berubah menurut masa; ia tidak dapat diubah oleh pengalaman, karena ia tidak ada hubungan dengan dunia luar. Akan tetapi Id dapat dikontrol dan diawasi oleh Ego.

4. Id tidak diperintah oleh akal dan ia tidak memilikin nilai, estetika, atau akhlak. Ia hanya dapat didorong oleh satu kemungkinan keinginan hatinya, sesuai dengan prinsip kesenangan.

Dengan demikian, individu membutuhkan sistem lain yang bisa mengarahkannya kepada pengurangan tegangan secara nyata, yang bisa memberi kepuasan tanpa menimbulkan ketegangan baru, khususnya masalah moral. Sistem yang dibutuhkan itu tidak lain adalah Ego.

2.4.2.2 Ego

Ego merupakan bagian dari Id yang hadir untuk memajukan tujuan Id dan bukan untuk mengecewakan Id, namun menengahi kebutuhan-kebutuhan instingtif dari individu dan kebutuhan-kebutuhan lingkungan sekitarnya;

(15)

29

mempertahankan dan memperhatikan kehidupan individu tersebut. Menurut Hall (1993:65), perbedaan pokok antara Id dan Ego ialah bahwa Id hanya mengenal kenyataan subjektif-jiwa, sedangkan Ego membedakan antara hal-hal yang terdapat dalam batin dan hal-hal-hal-hal yang terdapat dalam dunia luar.

Egomengikuti prinsip kenyataan yang tujuannya mencegah terjadinya tegangan sampai ditemukan hal untuk pemuasan kebutuhan individu tersebut. Dapat dikatakan prinsip ini menunda prinsip kenikmatan dan mengontrol tindakan-tindakan yang akan dilakukan. Egoharus berusaha mengintegrasikan tuntutan Id, Superego, dan dunia luar yang sering bertentangan.

Menurut Freud dalam Koswara (1991:34), Ego terbentuk pada struktur kepribadian individu sebagai hasil kontak dengan dunia luar. Adapun proses yang dimiliki dan dijalankan Ego sehubungan dengan upaya memuaskan kebutuhan atau mengurangi tegangan oleh individu adalah proses sekunder (secondary process). Dengan proses sekundernya ini, Ego memformulasikan rencana bagi pemuasaan kebutuhan dan menguji apakah rencana tersebut bisa dilaksakan atau tidak. Dengan demikian Ego bagi individu tidak hanya bertindak sebagai penunjuk kepada kenyataan (reality tester). Dan dalam memainkan peranannya ini Ego melibatkan fungsi psikologis yang tinggi, yakni kognitif atau intelektual.

Pelaksanaan potensi dicapai melalui pengalaman, latihan dan pendidikan. Setiap pendidikan formal, misalnya, mempunyai tujuan utama untuk mengajar manusia bagaimana caranya berfikir dengan lebih tepat, berfikir secara tepat berarti kemampuan untuk tiba kepada kebenaran, dalam arti kata bahwa kebenaran itu dianggap sesuatu yang ada.

(16)

30

Ego dikatakan proses sekunder dimana menuaikan apa yang tidak dapat dilakukan proses primer, yaitu untuk memisahkan dunia pikiran yang subjektif dari dunia kenyataan wujud yang objektif. Proses sekunder tidak melakukan kesalahan seperti yang dilakukan oleh proses primer, ialah menganggap gambaran suatu benda sebagai benda itu sendiri. Proses sekunder juga berfungsi dalam penghidupan seseorang, mendorong pertumbuhan dan penyempurnaan proses rohaniah dari pengamatan, ingatan, pikiran, dan tindakan (Hall, 1995:39).

2.4.2.3 Superego

Superego merupakan wewenang moral dari kepribadian; mencerminkan yang ideal dan bukan real, dan memperjuangkan kesempurnaan dan bukan kenikmatan. Superego adalah perwujudan internal dari nilai-nilai dan cita-cita tradisional masyarakat. Adapun yang menjadi perhatian utama superego adalah memutuskan apakah sesuatu itu benar atau salah dengan demikian ia dapat bertindak sesuai norma-norma moral yang diakui oleh wakil-wakil masyarakat.

Menurut Freud dalam Koswara (1991:35), Superego memiliki fungsi-fungsi pokok yaitu :

1. Sebagai pengendali dorongan-dorongan atau implus-implus tersebut disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat. 2. Mengarahkan Ego untuk menggantikan tujuan-tujuan realistis dengan

tujuan-tujuan yang moralistis.

(17)

31

Adapun Superego terdiri dari dua anak sistem yaitu ego ideal dan hati nurani. Ego ideal merupakan sesuatu pengertian–pengertian anak tentang apa yang secara moril dianggap baik oleh orang tuanya. Dan sebaliknya, hati nurani sesuai dengan pengertian-pengertian anak tentang apa yang oleh orang tuanya dianggap moril buruk.

Superego berkembang dari Ego sebagai akibat dari perpaduan yang dialami seorang anak dari ukuran-ukuran orang tuanya mengenai apa yang baik dan saleh dan apa yang buruk dan batil dan mengontrol dan mengatur gerak hati yang kalau dinyatakan secara sewenang-wenang akan membahayakan kemantapan masyarakat itu sendiri (Hall, 1995:45).

2.5 Pola Didik Orang Tua dalam Konsep Kyouiku Mama

Di dalam keluarga sebagai orang tua atau pengasuh dari seorang anak akan memberikan pola didik agar menciptakan sifat maupun sikap yang baik terhadap lingkungannya. Pola didik dapat saja diterima dari budaya dari masyarakat itu sendiri atau kondisi yang dialami dari sang pendidik sebelumnya. Demikian pula di Jepang terdapat budaya ibu pendidik atau kyouiku mama.

Menurut Cummings dalam http://thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00334-JP%20Bab%202.pdf, kyouiku dalam pengertian kyouiku mama ini lebih dekat pada istilah yang terdapat dari dua kanji dalam kata kyouiku yakni (教え

る 育 て る こ と ) oshieru sodateru koto yang berarti mendidik dan

membesarkan. Istilah ini biasanya digunakan dalam rangka pembentukan karakter anak yang dilakukan oleh ibu di luar pendidikan sekolah. Adapun

(18)

32

pendidikan yang diberikan yaitu menanamkan serta mensosialisasikan kebudayaan dan nilai-nilai dalam masyarakat Japang. Sedangkan mama (マ マ) yang berarti dan merupakan kata yang diadopsi dari bahasa Inggris. Makna yang terkandung dalam kata マ マ berbeda dengan makna yang terkandung dalam kata okaasan (おかあさん) yang juga berarti ibu dalam bahasa Jepang. Kata ママ memiliki makna lebih umum yang menggambarkan peran ibu sama pentingnya peran ayah dalam keluarga. Sedangkan おかあさ ん memiliki makna terhormat dalam kebudayaan Jepang.

Kyouiku mama bertujuan yakni seorang istri difokuskan untuk mendidik anaknya menjadi manusia yang berkualitas dan berguna bagi bangsa dan negaranya dan ibu pendidik ini dituntut tidak hanya mengurus masalah rumah tangga tapi juga mendidik anak-anak mereka menjadi anak yang berhasil.

Kyouiku mama sudah ada mulai dari sebelum Perang Dunia ke II dan semakin dikenal dan diaplikasikan sesudah Perang Dunia ke II yang mana ditujukan untuk bagian rumah tangga dari keluarga sarariman. Ini mencakup untuk mengasuh anak terutama pada anak laki-laki. Hal yang melatarbelakangi timbulnya konsep kyouiku mama di kalangan wanita/ibu adalah tidak terlepas dari ketidakhadiran seorang suami/ayah di tengah-tengah keluarga. Ayah menjadi sarariman yang selalu bertekad untuk menghidupi keluarga dan tidak kekurangan apapun. Inilah yang menyebabkan seorang ayah rela tidak bersosialisasi dengan keluarga dan anak-anaknya. Semua yang berkaitan dengan pekerjaan rumah tangga ia serahkan pada sang istri.

(19)

33

Penanaman nilai-nilai disiplin dan bijaksana yang seharusnya diajarkan oleh ayah pun tidak lagi didapat oleh anaknya. Inilah yang menyebabkan seorang kyouiku mama semakin bertambah dekat dengan sang anak dan sebaliknya hubungan kyouiku mama dengan sang suami semakin jauh. Dan di Jepang sudah lama terdapat kecenderungan sang istri untuk bersikap kolot dalam menyatakan cintanya kepada suami, dan menjadikan anak laki-lakinya yang akan menggantikan keluarga (Okamura dalam Saragih, 2014:28-29). Sehubungan dengan ini menurut Fukushima dalam http://thesis.binus.ac.id/ Asli/Bab2/2008-2-00334-JP%20Bab%202.pdf,

日本の教育がむかしはまずしかったので、好きなだけ教育を受 けられなかったのです。ですから、かわりに自分の子どもには、良い 教育をさせたい、と思う母親がたくさんおおかったです。

Terjemahan:

Karena perekonomian Jepang zaman itu sulit maka mereka hanya bisa mengikuti pendidikan yang disukai saja. Oleh karena itu, banyak para ibu yang berfikir bahwa sebagai penggantinya, mereka memberikan anak-anaknya pendidikan yang terbaik.

Konsep kyouiku mama menurut Stedee dalam thesis.binus.id/Asli/ Bab2/2008-2-00334-jp2.pdf terdapat dua keyakinan (ranjau mental) dalam kyouiku mama yaitu:

1. Ranjau Mental Pertama (harus menjadi yang terbaik dalam segala hal) Kebanyakan orang tua ingin mendorong buah hatinya untuk melakukan yang terbaik dalam hidup ini. Orang tua ingin anak-anak mereka bebas menggali bakat dan minat yang dimilikinya. Kendati bertujuan baik,

(20)

34

para orang tua itu bisa tanpa sengaja mengirimkan pesan-pesan yang sebenarnya tidak ditujukan kepada buah hatinya. Ada garis tipis yang memisahkan antara memotivasi anak-anak untuk melakukan yang terbaik dalam segala hal. Ranjau mental ini tertanam pada saat kita mendorong anak-anak ke dalam aktivitas yang kurang diminati anak-anak. Ranjau mental ini ke dalam benak anak setiap kali menerima hasil yang kurang memuaskan dari aktivitas yang mereka lakukan.

Apabila ranjau mental menjadi suatu keyakinan dalam diri anak, menyebabkan rasa percaya diri anak mengalami erosi yang sangat drastis. Sangat tidak mungkin lagi seorang anak menjadi yang terbaik dalam segala hal. Anak yang merasa tidak menjadi yang terbaik dengan segera akan meyakini bahwa ia telah mengecewakan orang tuanya dan dirinya sendiri. Beberapa orang dewasa yang telah tertanam dalam ranjau ini pada masa kanak-kanaknya sering menjadi mudah marah atau depresi ketika merasa tidak mampu memenuhi apa yang diharapkan orang lain.

Biasanya, orang tua yang demikian hanya melihat kesuksesan belaka. Baik kesuksesan pada dirinya atau orang lain. Mereka ingin melihat kesuksesan pada diri anak, walaupun dengan cara memaksanya.

2. Ranjau Mental Kedua (harus berprestasi)

Hal yang penting diketahui dalam kyouiku mama adalah anak-anak mengalami kesulitan untuk membedakan antara menerima atau menolak. Dengan kata lain, peneriman dari orang tua terhadap suatu prestasi yang dicapai anak bisa diinterpretasikan oleh anak sebagai rasa cinta terhadap mereka. Sebaliknya, penolakan terhadap suatu tindakan dapat diartikan bahwa

(21)

35

ia tidak dicintai lagi. Anak-anak yang merasa bahwa cinta orang tua mereka adalah cinta bersyarat, mereka akan merasa tidak aman dan lebih bergantung pada persetujuan eksternal untuk meyakinkan diri mereka. Ketergantungan eksternal untuk memperoleh rasa harga diri membuat mereka jauh lebih rapuh terhadap teman-teman sebaya. Ketika anak-anak tumbuh dewasa dalam cinta bersyarat, mereka terobsesi dan mencari penerimaan melalui kemajuan karier atau perubahan hubungan antar pribadi. Mereka tampak tidak pernah merasa cukup lagi.

Setiap anak dari kyouiku mama pada umumnya menjadi seorang anak yang sangat disiplin dan mandiri, terjadwal melakukan segala sesuatu, tidak bergantung pada orang lain, dan di lingkunagan sosial anak terlatih untuk meminta maaf ketika melakukan kesalahan, dan jujur. Di samping itu, anak juga mengalami stress karena ketatnya disiplin yang ditanamkan.

Menurut Takie Sugiyama Lebra dalam Saragih (2014:32), terdapat beberapa ketergantungan hubungan antara ibu dengan sang anak dalam konsep kyouiku mama yaitu :

1. Ibu memiliki wewenang terhadap anak, yang saat ini menjadi suatu ketergantungan secara penuh yaitu dalam pengawasan, perlindungan, dan ketahanan hidup.

2. Ibu adalah seorang penjaga dalam hal apa saja bagi anaknya, misalnya ibu bertanggungjawab mulai dari makanan, pakaian, hingga pengawasan kebutuhan ke kamar kecil.

(22)

36

3. Harapan atas keikutsertaannya yang dipenuhi rasa puas dalam hubungan ibu-anak. Sehingga pada akhirnya, seluruh hidupnya akan dicurahkan untuk kesejahteraan anaknya.

2.6Biografi Pengarang

Yoshichi Shimada lahir di Hiroshima tahun 1950 yang memiliki nama asli Akihiro Tokunaga. Tinggal bersama ibunya di Hiroshima dengan seorang kakaknya. Namun, di tahun 17 era Showa (1942) ayahnya meninggal ketika ia kecil karena penyakit akibat efek radioaktif yang tersisa dari bom atom pada saat Perang Dunia II di Hiroshima. Meninggalnya sang ayah mengharuskan ibunya untuk memenuhi seluruh kebutuhan keluarga. Dan ibu Akihiro melihat hal tersebut tidak baik untuk pertumbuhan Akihiro dengan kondisi Hiroshima yang masih kacau balau, maka ia harus dititipkan kepada neneknya di desa kecil bernama Saga pasca Perang Dunia II dalam proses pemulihan kembali kota Hiroshima.

Di desa Saga merupakan tempat sang nenek tinggal yang memiliki kehidupan yang miskin. Di tempat itu selama kurang lebih delapan tahun Akihiro mendapatkan pola didik yang membentuk karakter Akihiro yang lebih baik mulai tahun 1958. Di desa Saga merupakan tempat Akihiro melanjutkan Sekolah Dasar mulai kelas dua sampai menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama. Akihiro merupakan anak yang gemar akan baseball dan bercita-cita menjadi pemain baseball profesional di Jepang.

Setelah menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama di desa Saga dengan predikat siswa dengan prestasi palari tercepat di daerah tersebut,

(23)

37

Akihiro berkesempatan melanjutkan olahraga atletiknya di kota Hiroshima. Namun, entah bagaimana ia melakukan debut sebagai kelompok lawak manzai “B&B”, kemudian menjadi salah satu yang terkenal saat manzai booming di tahun 1980.

Novel Saga no Gabai Baachan merupakan novel yang ditulisnya yang terbit pada tahun 2001. Di tahun 2003 dalam acara “Tetsuko no Heya” yang sangat terkenal di Asahi TV yang dipandu oleh Tetsuko Kuroyanagi yang juga merupakan penulis novel “Totto – Chan : Gadis Cilik di Jendela”, Akhiro diundang sebagai bintang tamu dan diperkenankan memperkenalkan novel Saga no Gabai Baachan ini. Dan hingga saat ini Akhiro masih berkarya di dunia pertelevisian, panggung dan sebagainya.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, dalam konteks penelitian ini, masyarakat sipil yang dimaksud adalah suatu sistem sosial yang wilayah kehidupan sosialnya terletak di antara negara dan

Distribusi responden berdasarkan compassion fatigue dilihat dari Burnout yang dialami perawat di Instalasi Gawat Darurat RSUD Ulin Banjarmasin.. 24 November-18 Desember

Berbeda halnya dengan mesin pencari yang menghitung kemunculan kata tersebut, rangkaian proses ekstraksi program tidak memperhitungkan kalimat tersebut karena kalimat tersebut

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka AHP merupakan metode yang tepat untuk menganalisa kesesuaian jenis vegetasi mangrove dengan faktor lingkungannya,

Salah satu syarat atau ciri penting menuju negara yang demokratis adalah dengan adanya keterbukaan informasi publik, dan hal ini sejalan dengan konsideran

Kejurnas Bridge antar gabungan ke -53 di kota Serambi Mekah berakhir sudah , Selama kurang lebih 7 hari seluruh insan Bridge Tanah Air yang datang ke Aceh telah

Di Desa Sumber Rejo, Kecamatan Ngablak, Magelang, Jawa Tengah, lebih dari sebagian petani sayuran melakukan pencampuran 2–5 jenis pestisida dalam satu kali aplikasi, dengan

Laporan akhir ini berjudul PERANAN CUSTOMER SERVICE DALAM MELAYANI PENYAMBUNGAN PASANG BARU LISTRIK PRABAYAR PADA PT PLN (PERSERO) WS2JB AREA PALEMBANG yang