• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Daerah Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Daerah Penelitian"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

Profil Daerah Penelitian

Kota Palembang sebagai ibu kota provinsi sekaligus merupakan salah satu Kabupaten/kota di Pro vinsi Sumatera Selatan. Kota Palembang terdiri atas 14 kecamatan, 103 kelurahan dengan luas wilayah 400,61 km². Kota ini berada di bagian timur Provinsi Sumatera Selatan. Wilayah Kota Palembang secara administrasi berbatasan dengan Kabupaten Ogan Ilir di sebelah selatan, sedangkan di sebelah utara, timur dan barat berbatasan dengan Kabupaten Banyu Asin.

Menurut garis lintang dan bujur pada peta bumi, Kota Palembang terletak pada posisi diantara 2º52' - 3º5' LS dan 104º37' - 104º52' BT dengan ketinggian rata-rata 5 meter di atas permukaan laut. Bagian kota yang tinggi mencapai 20-25 meter di atas permukaan laut berupa daerah yang berbukit, yaitu berada di bagian utara. Sebagian besar wilayah Kota Palembang merupakan dataran rendah dan rawa. Dataran rendah di bagian selatan sering tergenang air sebagai akibat air pasang. Menurut data BPS (1994) lebih dari 50% wilayah Kota Palembang merupakan daerah genangan air, dengan rincian sebagai berikut: (1) daerah yang tergenang terus menerus 37,36%, (2) daerah yang tergenang musiman/sementara (karena hujan, karena pasang naik) 14,88%, dan (3) daerah yang tidak tergenang 47,76%. Daerah rawa antara lain dapat dijumpai di kecamatan Kertapati, Seberang Ulu I, Seberang Ulu II, Gandus, Ilir Barat I, dan Ilir Barat II

Jenis tanah Kota Palembang berlapis alluvial, liat dan berpasir, terletak pada lapisan yang masih muda, banyak mengandung minyak bumi, yang juga di kenal dengan Lembah Palembang – Jambi. Topografi umumnya tergolong datar dengan wilayah yang bergelomb ang sampai berbukit di bagian utara kota.

Suhu berkisar antara 23,4ºc – 31,7ºc dengan curah hujan terbanyak di bulan Oktober sebesar 469 mm paling sedikit di bulan Juli sebesar 77 mm. Debit Sungai Musi yang melalui Kota Palembang untuk segmen Pulau Kerto – Pulau Kemaro bervariasi antara 2700 m³/detik pada musim kemarau sampai dengan 4500 m³/detik pada musim hujan.

Sungai Musi adalah sungai terbesar di Sumatera Selatan, membelah Kota Palembang menjadi dua bagian, yaitu daerah Seberang Ulu dan daerah Seberang Ilir. Panjang sungai Musi yang melewati Kota Palembang adalah

(2)

26

sekitar 20 km (dari Pulau Kerto di hulu hingga Pulau Kemaro di hilir). Kota Palembang dahulunya adalah kota air, sehingga rumah orang di Palembang pada masa sebelum tahun 1950-an selalu dibangun di dekat sungai. Orang tidak akan membangun rumah di darat selagi masih ada ruang di pinggiran sungai. Rumah seperti ini dapat terlihat di sepanjang Sungai Musi yang dikenal dengan sebutan Rumah Rakit. Rumah rakit ini selain sebagai tempat tinggal digunakan juga sebagai tempat usaha, seperti diperlihatkan pada Gambar 6

Karakteristik wilayah penelitian seperti diperlihatkan pada Gambar 6 menyebabkan perilaku pengelolaan sampah masyarakat dibuang saja ke sungai. Perilaku pengelolaan sa mpah masyarakat yang langsung dibuang ke sungai masih terus berlangsung sampai sekarang yang disebabkan oleh daerah di pinggir sungai belum terlayani oleh petugas kebersihan dan kebiasaan masyarakat membuang sampah langsung di sungai yang sudah berlangsung sejak lama.

Jumlah penduduk Kota Palembang menurut data (BPS 2004) adalah 1.287.435 jiwa dengan komposisi penduduk laki-laki sebesar 644.646 jiwa dan penduduk perempuan sebesar 642.789 jiwa. Berdasarkan jumlah penduduk, Kota Palembang termasuk kategori kota raya seperti Kota Jakarta, Bandung, Surabaya, Ujungpandang, dan Medan. Dengan luas wilayah 400,61 km², berarti kepadatan penduduk Kota Palembang pada tahun 2004 rata-rata sebesar 3.248 jiwa per km².

Jika dibandingkan jumlah penduduk per kecamatan terlihat penduduk Kota Palembang terakumulasi di Kecamatan Sukarami sebesar 12,55 persen

Gambar 6. Rumah Rakit dan Rumah Panggung di pinggir Sungai Musi Kota Palembang.

(3)

(161.609 jiwa), urutan kedua di Kecamatan Ilir Timur II sebesar 12,03 persen (154.864 jiwa) dan urutan ke tiga di Kecamatan Seberang Ulu I sebesar 11,08 persen (142.587 jiwa).

Penyebaran penduduk di Kota Palembang tidak merata di 14 wilayah kecamatan. Dari Tabel 5 dapat dilihat kepadatan penduduk Kota Palembang. Kecamatan yang terpadat adalah Kecamatan Kemuning dengan tingkat kepadatan sebesar 12.475 jiwa per km², sedangkan tingkat kepadatan yang terendah adalah Kecamatan Gandus sebesar 714 jiwa per km².

Laju pertumbuhan penduduk Kota Palembang tahun 2000-2004 sebesar 0,2 artinya setiap tahun penduduk Kota Palembang bertambah 2 persen. Laju pertumbuhan penduduk pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor kelahiran, kematian, dan migrasi.

Tabel 5. Kepadatan penduduk dan jumlah rumah tangga menurut kecamatan di Kota Palembang Tahun 2004.

Jumlah

Kecamatan Luas(km²) Rumah

Tangga

Penduduk Kepadatan Penduduk

(1) (2) (3) (4) (5) Ilir Barat II 6.224 12.587 60.761 9.865 Gandus * 68.676 10.111 48.502 714 Seberang Ulu I * 17.455 29.868 142.587 8.259 Kertapati * 42.555 15.564 74.738 1.775 Seberang Ulu II 10.690 17.664 82.902 7.837 Plaju 15.170 16.500 76.996 5.129 Ilir Barat II * 19.770 21.584 106.727 5.455 Bukit Kecil 9.920 10.190 45.408 4.626 Ilir Timur I 9.000 16.956 75.448 8.471 Kemuning 6.500 15.709 80.246 12.475 Ilir Timur II * 27.920 32.074 154.864 5.605 Kalidoni 25.580 16.793 86.418 3.414 Sako 42.500 18.702 90.229 2.145 Sukarami 98.560 34.019 161.609 1.657 Total 400.610 268.323 1.287.435 3.248

* Daerah pengambilan sampel penelitian

Sumber : BPS Kota Palembang, 2004.

Berdasarkan data dari (BPS 2004) pada daerah studi yaitu pada seluruh kelurahan yang ada di pinggir Sungai Musi Kota Palembang terdapat 64.548 kepala keluarga dan 310.749 jiwa seperti diperlihatkan pada Tabel 6. Jumlah penduduk di suatu wilayah akan berpengaruh terhadap besarnya volume sampah yang dihasilkan.

(4)

28

Tabel 6. Jumlah kelurahan, penduduk, dan kepala keluarga di daerah studi Kelurahan Jumlah Kepala keluarga Jumlah jiwa

Sei Selincah 3.388 16.112 Sei Lais 2.043 10.575 9 Ilir 3.580 16.889 1 Ilir 1.192 5.366 3 Ilir 3.533 17.441 Lawang Kidul 2.233 11.962 Kuto Baru 3.013 14.870 11 Ilir 811 3.735 10 Ilir 1.108 5.071 13 Ilir 884 4.124 16 Ilir 411 1.637 19 Ilir 694 2.994 22 Ilir 652 3.223 Bagus Kuning 1.994 9.932 Komperta 1.201 5.993 11 Ulu 1.704 7.824 12 Ulu 1.218 5.619 13 Ulu 2.560 11.397 14 Ulu 2.408 11.782 Tangga Takat 2.961 14.407 Kertapati 2.308 10.885 Kemang Agung 3.862 18.544 Keramasan 2.127 9.420 9/10 Ulu 2.612 12.884 7 Ulu 3.320 16.827 5 Ulu 4.464 22.482 3-4 Ulu 4.075 18.629 2 Ulu 1.692 8.131 1 Ulu 2.500 12.024 Jumlah 64.548 310.749 Sumber : Hasil olahan dari BPS Kota Palembang 2004

Instansi teknis yang bertanggung jawab dalam pengelolaan sampah di

Kota Palembang adalah Dinas Kebersihan dan Keindahan (DKK) Kota Palembang, yang berkantor di Jalan Sukarela No.129 A Km 7 Palembang. Dinas Kebersihan dan Keindahan Kota Palembang merupakan salah satu Dinas Vertikal dalam jajaran Pemerintah Kota Palembang, dengan wilayah kerja meliputi seluruh luas wilayah Kota Palembang ± 400,61 km².

Organisasi dan personalia yang ada di Dinas Kebersihan dan Keindahan Kota Palembang terdiri atas: (1) Bagian Tata Usaha, (2) Sub Dinas Program, (3) Sub Dinas Keindahan Pertamanan dan Penghijauan, (4) Sub Dinas Kebersihan

(5)

Umum, (5) Sub Dinas Angkutan dan Perawatan Kendaraan, dan (6) Sub Dinas Pemakaman.

SDM yang ada di Dinas Kebersihan dan Keindahan Kota Palembang diperlihatkan pada Tabel 7.

Tabel 7. Jumlah pegawai Dinas Kebersihan dan Keindahan Kota Palembang Tahun 2004.

Pegawai Jumlah

Pegawai Negeri Sipil 58 orang

PHL Penyapuan 284 orang PHL Taman 74 orang PHL Pemakaman 9 orang PHL Sopir 80 orang PHL Crew 208 orang PHL Bengkel 7 orang

PHL TPA I dan TPA II 20 orang

PHL Taman Tasik dan Sekretariat 9 orang

PHL Kantor DKK dan Satpam 23 orang

PHL Kolam Retensi 19 orang

PHL Restribusi Kebersihan 36 orang

PHO Pemakaman 6 orang

Jumlah 826 orang

Sumber: DKK Kota Palembang, 2004

Tabel 7 menunjukkan sumberdaya manusia (SDM) yang terlibat dengan penanganan sampah di Dinas Kebersihan dan Keindahan Kota terdiri atas PHL TPA I dan TPA II sebanyak 20 orang, Pekerja Harian Lepas sopir dan Pekerja Harian Lepas Crew untuk pengangkutan dan pengumpulan sampah sebanyak 288 orang, Pekerja Harian Lepas untuk penyapuan sampah sebanyak 284 orang. Jumlah tenaga kerja pengumpul dan pengangkutan sampah dibanding dengan jumlah armada yang beroperasi masih kurang memadai. Setiap armada truk angkutan sampah idealnya dioperasikan oleh 5 orang (seorang pengemudi dan empat orang awak truk), sehingga diperlukan 325 orang untuk mengoperasikan 65 unit armada truk armada sampah yang ada saat ini (2004), pada hal jumlah SDM tersedia 288 orang (88,61%). Pada tingkat pelayanan 100% bahkan diperlukan 600 orang yang terdiri atas 120 orang pengemudi dan tenaga awak truk sampah sebanyak 480 orang. Untuk menunjang pelaksanaan kegiatan Dinas Kebersihan dan Keindahan Kota Palembang, didukung oleh sarana dan prasarana yang ada seperti diperlihatkan pada Tabel 8.

(6)

30

Tabel 8. Jenis dan jumlah sarana di Dinas Kebersihan dan Keindahan Kota Palembang.

Jenis Sa rana Jumlah Operasi Keterangan

Dump Truk 67 44 23 rusak

Armral 54 21 33 rusak

Buldózer 8 1 7 rusak

Excavator 1 1

Sweeper 2 2

Souvel 1 1

Mobil Tinja 11 3 8 rusak

Mobil Tanki 15 8 7 rusak

Mobil Jenazah 1 1 Lapator 2 - TPA 2 1 TPS 296 296 Trans Depo 13 13 Pick Up 10 9 1 rusak Sepeda Motor 16 15 Handy Talky 32 32 Jeep Feroza 1 1 Mobil Lampu 1 1

Sumber : DKK Kota Palembang, 2004

Dalam menjalankan aktifitas penanganan sampah DKK Kota Palembang dilengkapi dengan sarana yang ternyata belum memadai untuk melayani masyarakat secara keseluruhan. Untuk mengangkut sampah pada pelayanan 100% pada tahun 2004 diperlukan armada truk pengangkutan sampah sebanyak 120 unit, sementara yang tersedia baru 65 unit.

Tabel 9. Jumlah anggaran belanja rutin tahun 2004

Uraian Jumlah (Rp)

Belanja administrasi umum

• Belanja pegawai

• Belanja barang dan jasa

• Belanja perjalanan dinas

• Belanja pemeliharaan

964.503.043,00 241.329.476,00 3.261.000,00 113.310.525,00 Belanja operasi dan pemeliharaan

• Belanja pegawa i/porsonalia

• Belanja pemeliharaan

37.426.435,75 24.228.000,00

Jumlah 1.384.058.479,75

Sumber : DKK Kota Palembang, 2004

Tabel 9 memperlihatkan pelaksanaan anggaran belanja rutin Dinas Kebersihan dan Keindahan Kota Palembang tahun 2004 adalah sebesar Rp.1.384.058.479,75 (satu miliar tiga ratus delapan puluh empat juta lima puluh delapan ribu empat ratus tujuh puluh sembilan rupiah tujuh puluh lima sen).

(7)

Anggaran rutin ini dipergunakan untuk membayar gaji PNS 58 orang sebanyak kurang dari 1 miliar rupiah dan anggaran untuk membiayai perjalanan dinas sebesar kurang dari 3,5 juta rupiah. Pelaksanaan anggaran belanja pelayanan publik Dinas Kebersihan dan Keindahan Kota Palembang tahun anggaran 2004 adalah sebesar Rp.6.307.155.837,00. Dana anggaran sebesar ini kemampuan pengelolaan sampah baru tercapai 36%. Akan lebih besar lagi dana anggaran yang dibutuhkan setiap tahunnya untuk mencapai peningkatan kemampuan pengelolaan sampah yang mendekati 100%. Perincian penggunaan dana anggaran dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Jumlah anggaran belanja pelayanan publik tahun 2004

Uraian Jumlah (Rp)

Belanja administrasi Umum

• Belanja pegawai/personalia

• Belanja barang dan jasa

• Belanja pemeliharaan 2.299.202.585.00 616.929.100,00 2.570.484.152,00 Belanja modal 820.540.000,00 Jumlah 6.307.155.837,00

Sumber : DKK Kota Palembang, 2004

TPA yang dimiliki Pemerintah Kota Palembang seluas 65 hektar yang terdiri dari dua tempat yang terpisah, yaitu: (1) TPA I Sukajaya di jalan Sukawinatan Kecamatan Sukarami Kota Palemban g seluas 25 hektar, dan (2) TPA II di Kelurahan Karya Jaya Kecamatan Kertapati Kota Palembang dengan luas 40 hektar. Untuk lahan TPA I Sukajaya, timbunan sampah sudah memperlihatkan kondisi tumpukan sampah yang tingginya sudah lebih dari 7 meter pada lahan yang topografinya datar (tahun 2004), seperti diperlihatkan pada Gambar 7. Kondisi ini tentunya sudah memperlihatkan kemampuan daya tampung TPA Sukajaya sudah menurun.

(8)

32

Metoda penanganan sampah yang digunakan saat ini di TPA I dan TPA II adalah pembuangan terbuka (open dumping). Cara tersebut merupakan cara pengelolaan sampah yang paling sederhana, yaitu sampah hanya dihamparkan pada lokasi TPA dibiarkan terbuka tanpa ada upaya pengamanan. Cara ini dapat membuat: (1) vektor penyakit seperti lalat, tikus dan lain-lain, (2) polusi udara, (3) pencemaran air yang disebabkan cairan lindi, dan (4) menurunkan nilai estetika.

Sampah yang dapat diangkut ke TPA dari TPS-TPS yang tersebar di seluruh Kota Palembang adalah lebih kurang 37.730 m3 per bulan atau rata-rata 1.257,6 m3 per hari. Kemampuan pengangkutan sampah Dinas Kebersihan dan Keindahan Kota Palembang (DKK) sebesar ini juga termasuk dengan di bantu oleh pihak swasta, dengan perincian seperti pada Tabel 11.

Tabel 11. Volume sampah terangkut dari TPS ke TPA per bulan

Jenis Mobil Jumlah Rit x Volume Volume per bulan

Mobil Arm-Roll 2.379 Rit x 6 M3 14.274 M3

Mobil Dump Truck 2.462 Rit x 8 M3 19. 696 M3

Mobil Mercy 102 Rit x 12 M3 1.224 M3

Mobil Dump Truck kecamatan / PU 282 Rit x 8 M3 2.256 M3 Mobil PS 100 Truck swasta. 56 Rit x 5 M3 280 M3 Jumlah 37.730 M3

Sumber : DKK Kota Palembang, 2004

Dengan kemampuan pengangkutan sebesar rata-rata 1.257,6 m3 per hari pencapaiannya baru 36%. Pencapaian 100% bila sampah yang terangkut per hari rata-rata sebesar 3.993 m3

.

Pemerintah Kota Palembang telah menetapkan Prioritas Rencana Aksi atau Program Kota Palembang, yaitu: (1) Kemiskinan Kota, (2) Pemulihan Ekonomi Kota dan Pengembangan Ekonomi Lokal, (3) Kesejahteraan Masyarakat, (4) Manajemen Kota d an Pelayanan Masyarakat, (5) Keamanan dan Ketertiban Kota, (6) Lingkungan dan Tata Ruang, (7) Optimalisasi Energi Sosial di Masyarakat, dan (8) Pendidikan dan Kesehatan

Dari uraian 8 (delapan) bidang yang menjadi prioritas rencana atau program Pemerintah Kota Palembang, bidang kesejahteraan masyarakat yaitu meningkatkan pengelolaan persampahan. Pemerintah Kota Palembang melalui Dinas Kebersihan dan Keindahan Kota terus berusaha meningkatkan pelayanan sampah kepada masyarakat terutama meningkatkan luas wilayah cakupan

(9)

pelayanan, namun dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa daerah di pinggir Sungai Musi Kota Palembang belum mendapatkan pelayanan sampah seperti yang diharapkan masyarakat. Hal ini ditunjukkan oleh hasil analisis perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah yang 100% membuang sampah langsung ke sungai, dan ketika ditanya alasan mengapa membuang langsung sampah ke sungai 100% masyarakat menjawab kerana belum mendapat pelayanan sampah dari pemerintah dalam hal ini Dinas Kebersihan dan Keindahan Kota Palembang.

Hasil Analisis Existing Condition

Hasil identifikasi pengelolaan sampah domestik permukiman penduduk

di pingggir Sungai Musi Kota Palembang, ditemukan kondisi sebagai berikut: 1. 100% permukiman penduduk di pinggir Sungai Musi Kota Palembang belum

mendapatkan pelayanan sampah dari pemerintah, terutama pelayanan sampah oleh Dinas Kebersihan dan Keindahan Kota Palembang sebagai pelaksanan teknis Pemerintah Kota Palembang.

2. 100% sampah domestik permukiman penduduk di pinggir Sungai Musi Kota Palembang langsung dibuang ke Sungai Musi, di bawah rumah penduduk dan di lahan kosong sekitar rumah.

3. kakus penduduk ada dua tipe; a) dudukan kakus di rumah sedangkan ujung paralon pembuangan langsung ke Sungai Musi, b) kakus langsung berada di atas Sungai Musi (kakus cemplung).

Kondisi pengelolaan sampah domestik permukiman penduduk di pinggir Sungai Musi Kota Palembang saat ini 100% belum menerapkan pendekatan reduce, reuse, recycle, dan partisipasi. Sebanyak 100% penduduk belum mempunyai pengetahuan (pemahaman) yang cukup tentang pengelolaan sampah dengan pendekatan reduce, reuse, recycle dan belum ada partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah domestik.

Kondisi kualitas air Sungai Musi di wilayah Kota Palembang pada saat ini (2004) berdasarkan hasil pemantauan kualitas air Sungai Musi yang dilakukan oleh BAPEDALDA Provinsi Sumatera Selatan 2004, diperlihatkan pada Tabel 12 dan 13. Standar kualitas air diatur dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air serta Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Dalam kedua peraturan tersebut

(10)

34

kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter, yaitu: (1) parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut, dan sebagainya), parameter kimia (pH, oksigen terlarut, BOD, kadar logam, dan sebagainya), dan parameter biologi (keberadaan plankton, bakteri, dan sebagainya).

Pemantaun kualitas air Sungai Musi yang dilakukan pada bulan Juni dan September tahun 2004 memperlihatkan bahwa beberapa parameter yang telah melewati standar Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001 untuk kriteria mutu air kelas satu, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut . Air Sungai Musi diperuntukkan sebagai bahan baku air minum masyarakat Kota Palembang. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Musi Palembang memanfaatkan air Sungai Musi untuk melayani kebutuhan air warga Kota Palembang. Hasil pemantauan kualitas air Sungai Musi di Kota Palembang memperlihatkan mutu air Sungai Musi sudah tidak sesuai lagi dengan mutu air kalas satu. Beberapa parameter nilai termasuk klasifikasi mutu air kalas dua, yaitu air yang peruntukannya digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Hasil identifikasi pengelolaan sampah domestik permukiman penduduk di pinggir sungai Musi Kota Palembang. Pengelolaan sampah domestik oleh penduduk dengan cara langsung di buang ke Sungai Musi adalah sebagai salah satu faktor yang mencemari lingkungan, berdasarkan kerangka pemikiran konseptual seperti diperlihatkan pada Gambar 1, langkah-langkah penelitian dilanjutkan dengan identifikasi faktor-faktor yang mencemari lingkungan, dan merumuskan model pengelolaan sampah do mestik permukiman penduduk di pinggir Sungai Musi Kota Palembang dengan pendekatan 3R+P.

Hasil identifikasi faktor-faktor yang mencemari lingkungan, ditemukan faktor-faktor sebagai berikut: (1) tumpukan sampah di bawah rumah penduduk dan di lahan kosong se kitar rumah, seperti diperlihatkan pada Gambar 8, dan (2) keberadaan kakus di atas Sungai Musi, seperti diperlihatkan pada Gambar 9 dan 10.

(11)

Gambar 8. Tumpukan sampah di bawah dan di sekitar rumah penduduk di pinggir Sungai Musi Kota Palembang.

Gambar 9. Kakus cemplung bagian dari r umah di atas Sungai Musi Kota Palembang

(12)

36

Tabel 12. Hasil pemantaun kualitas air sungai tahap I (musim kemarau) bulan juni 2004

Lokasi titik Pantau / Nama Sungai Parameter Kriteria Mutu Air

Kelas I *) P.Kerto/ S.Musi PDAM/ S.MUSI Keramasan/ S.Keramasan P.Pemulutan/ S.Ogan Ampera/ S.Musi Sungai Dua/ S.Komering P.Banjar/ S.Musi P.Burung/ S.Musi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 DO BOD COD NO2 Minyak dan Lemak Fenol Coliform Fecal Coli Pb CN 6 mg/l batas minimum 2 mg/l 10 mg/l 0,06 mg/l 1000 µg/l 1 µg/l 1000 jumlah/100 ml 100 jumlah/100 ml 0,03 mg/l 0,02 mg/l 5 1.4 4.5 0.078 4000 1.45 400 400 0.006 0.014 4.6 4.7 13.6 0.084 3000 1.19 1700 500 tt 0.013 2 0.6 1.5 0.034 1500 1.41 100 0 0.082 0.011 4.2 4.1 15.5 0.041 2000 2.10 1700 1100 0.204 0.9 4.8 0.9 7.5 0.081 2500 1.43 900 400 0.074 0.027 2.6 6.6 20 0.134 5000 1.35 1100 200 0.043 0.025 4.6 0.8 1.5 0.120 2000 1.31 2900 1400 0.231 0.026 4.2 0.6 1.5 0.078 1500 1.21 1100 200 0.271 0.025 * )

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001 Sumber: BAPEDALDA, 2004

(13)

Tabel 13. Hasil pemantaun kualitas air sungai tahap II (musim hujan) bulan September 2004

Lokasi titik Pantau / Nama Sungai Parameter Kriteria Mutu Air

Kelas I *) P.Kerto/ S.Musi PDAM/ S.MUSI Keramasan/ S.Keramasan P.Pemulutan/ S.Ogan Ampera/ S.Musi Sungai Dua/ S.Komering P.Banjar/ S.Musi P.Burung/ S.Musi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 DO BOD COD NO2 Minyak dan Lemak Fenol Deterjen Coliform Fecal Coli Pb CN 6 mg/l batas minimum 2 mg/l 10 mg/l 0.06 mg/l 1000 µg/l 1 µg/l 200 µg/l 1000 jumlah/100 ml 100 jumlah/100 ml 0,03 mg/l 0,02 mg/l 5.3 2.6 6.6 0.03 500 0.12 10.5 2400 - tt 0.070 5.4 2.5 5.6 tt 100 0 0.09 98 2400 - tt 0.060 4.2 2 4.6 tt 1500 0.125 46 2400 - tt 0.004 5.8 2.6 8 tt 2000 0.19 46 2400 - tt 0.005 5.4 2.6 8.6 tt 1000 0.08 331 2400 - tt 0.003 3.3 2.9 8 0.11 4000 0.4 20 2400 - tt 0.067 4.2 2.8 9.2 0.04 2000 0.07 36 2400 - tt 0.010 5.2 2.7 4.8 tt 2500 0.19 99 2400 - tt 0.060 * )

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001 Sumber: BAPEDALDA, 2004

(14)

Hasil Analisis Karakteristik Personal. Karakteristik personal merupakan atribut yang melekat kepada diri seseorang yang akan menampilkan suatu bentuk perilaku dalam kehidupannya. Karakteristik personal yang dapat dijadikan atribut untuk menerangkan perilaku terhadap pengelolaan sampah seseorang antara lain; umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status sosial-ekonomi, bangsa, agama, dan lain-lain. Dengan demikian atribut karakteristik personal yang digunakan untuk melihat perilaku penduduk di pinggir Sungai Musi Kota Palembang dalam penelitian ini adalah umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat penghasilan, ukuran keluarga, dan status kependudukan ( penduduk asli/lokal atau pendatang dari kampung).

Hasil analisis terhadap karakteristik personal dengan jumlah responden 100 orang ternyata ditemukan 67% umur kepala keluarga kurang dari 50 tahun, dan sebanyak 33% kepala keluarga berumur lebih atau sama dengan 50 tahun seperti diperlihatkan Gambar 11. Menunjukkan besarnya komposisi usia produktif yang masih dapat diharapkan berperan sebagai agen perubahan perilaku terhadap pengelolaan sampah yang lebih baik.

Hasil analisis karakteristik personal terhadap tingkat pendidikan kepala keluarga ternyata 42% hanya lulus sekolah dasar, 33% lulus Sekolah Lanjutan Pertama, 15% lulus Sekolah Lanjutan Atas, 8% Perguruan Tinggi (lulusan DIII dan S1), dan 2% tidak pernah sekolah, seperti diperlihatkan pada Gambar 12. Keadaan ini menunjukkan masih rendahnya rata-rata tingkat pendidikan masyarakat yang bermukim di pinggir Sungai Musi Kota Palembang.

67% 33% 0% 20% 40% 60% 80% < 50 tahun > 50 tahun Umur Respoden

Gambar 11. Grafik pengelompokan umur kepala keluarga di pinggir Sungai Musi Kota Palembang.

(15)

Berdasarkan hasil analisis karakteristik personal terhadap pekerjaan kepala keluarga ternyata ditemukan 62% bekerja sebagai buruh, 18% bekerja sebagai pengusaha/wiraswasta, 7% pedagang, 7% pegawai negeri sipil/pensiunan, dan 6% sebagai karyawan swasta. Gambar 13 memperlihatkan persentasi kepala keluarga yang bekerja sebagai buruh. Pekerjaan ini mengharuskan mereka untuk bekerja setiap hari, karena bila tidak bekerja mereka tidak akan mendapatkan upah. Keadaan ini akan mempengaruhi sipat kepedulian dan tentunya keikutsertaan mereka dalam usaha pengelolaan sampah. 2% 42% 33% 15% 8% 0% 10% 20% 30% 40% 50% Tdk Sekolah SD SLTP SLTA PT

Gambar 12. Grafik tingkat pendidikan kepala keluarga di pinggir Sungai Musi Kota Palembang. 7% 7% 18% 6% 62% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% Pegawai Negeri

Pedagang Pengusaha Karyawan

Swasta

Buruh

Gambar 13. Grafik pekerjaan kepala keluarga di pinggir Sungai Musi Kota Palembang.

(16)

40

Hasil analisis karakteristik personal terhadap jumlah orang keluarga. Keluarga dengan jumlah 5 – 7 orang anggota keluarga berjumlah 66%, 17% jumlah keluarga mempunyai jumlah orang kurang dari 5 anggota keluarga, 13% jumlah keluarga mempunyai 8 – 10 anggota keluarga, dan 4% jumlah keluarga mempunyai 11 – 12 orang anggota keluarga, seperti diperlihatkan Gambar 14. Jumlah anggota keluarga membuat beban keuangan yang harus ditanggung oleh kepala keluarga untuk memenuhi semua kebutuhan keluarganya.

Hasil analisis terhadap tingkat penghasilan kepala keluarga adalah sebagai berikut: 56% berpenghasilan antara Rp.500.000 - Rp. 1000.000; 30% berpenghasilan kurang dari Rp. 500.000; 6% berpenghasilan diatas Rp. 1 juta - 1,5 juta; 4% berpenghasilan diatas Rp.1,5 juta – 2 juta, dan 4% berpenghasilan > Rp.2 juta (Gambar 15). Tingginya persentasi kepala keluarga yang berpenghasilan di bawah satu juta menunjukkan tingkat penghasilan rata-rata kepala keluarga yang relatif rendah.

30% 56% 6% 4% 4% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% < 0,5 0,5-<1 1 -<1,5 1,5 - 2 >2 (juta rupiah)

Gambar 15. Pengelompokan tingkat penghasilan keluarga di pinggir Sungai Musi Kota Palembang.

17% 66% 13% 4% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70%

< 5 orang 5-7 orang 8-10 orang 11-12 orang

Gambar 14. Jumlah anggota keluarga per keluarga di pinggir Sungai Musi Kota Palembang. 17% 66% 13% 4% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70%

(17)

Perbandingan antara penduduk lokal dengan penduduk pendatang hampir berimbang (51% : 49 %), seperti disajikan pada Gambar 16. Keadaan ini menggambarkan bahwa daerah permukiman di pinggir Sungai Musi Kota Palembang merupakan pilihan tempat tinggal bagi masyarakat pendatang dari desa - desa yang ada di sekitar Kota Palembang.

Hasil Analisis Perilaku Pengelolaan Sampah. Perilaku individu untuk melakukan aktivitas pengelolaan sampah timbul berdasarkan dorongan yang ada dalam diri individu yang bersangkutan untuk melakukan tindakan tertentu yang sesuai dengan pengetahuan dan keinginannya. Menurut Pambudy (1999) ada beberapa prinsip dasar yang dimiliki setiap individu sehubungan dengan perilaku, yaitu: (1) individu memiliki perbedaan perilaku, (2) individu mempunyai kebutuhan yang berbeda, (3) individu berpikir tentang masa depan dan membuat pilihan tentang bagaimana bertindak, (4) individu memahami lingkungannya, (5) individu memiliki reaksi terhadap aksi, dan (6) banyak faktor yang menentukan sikap dan perilaku.

Perilaku masyarakat dalam melakukan kegiatan pengelolaan sampah di pengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Yang termasuk faktor eksternal adalah sosial, budaya, ekonomi, teknologi dan lain-lain, sedangk an yang termasuk faktor internal adalah umur, tingkat pendidikan, agama, jenis kelamin, dan lain-lain. Kondisi sosial responden yang terbiasa dengan nilai–nilai tradisional dalam kehidupan sehari–hari memiliki kecenderungan untuk berperilaku yang sama ketika yang bersangkutan melakukan kegiatan pengelolaan sampah. Beberapa perilaku masyarakat yang berhasil diamati dalam penelitian ini antara lain cara membuang sampah sehari–

51% 49% 48% 49% 49% 50% 50% 51% 51% 52%

Penduduk Asli (lokal/setempat) Penduduk Pendatang (migran)

Gambar 16. Pengelompokan penduduk berdasarkan status penduduk lokal atau penduduk

pendatang.

(18)

42

hari, cara membuang sampah bila sedang di perjalanan, sikap apabila melihat orang lain membuang sampah sembarangan, aktivitas penyuluhan, aktivitas kerja bakti (gotong royong) kebersihan lingkungan, memberikan gagasan yang berhubungan dengan kebersihan lingkungan. Perilaku cara membuang sampah sehari-hari yang dilakukan masyarakat di pinggir Sungai Musi dalam usaha pengelolaan sampah ini adalah 100% langsung membuang ke Sungai Musi. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku pengelolaan sampah sehari-hari masyarakat di pinggir Sungai Musi masih jauh dari yang diharapkan

Hasil analisis Mann-Withney pada taraf uji 5% yang disajikan Tabel 14 ternyata menunjukkan adanya perbedaan yang nyata terhadap perilaku membuang sampah sehari-hari masyarakat yang berpendidikan Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Pertama dengan masyarakat berpendidikan tinggi (DIII dan S1). Tabel 14 menunjukkan bahwa 43% masyarakat berpendidikan Sekolah Dasar dan 33% masyarakat berpendidikan Sekolah Lanjutan Pertama membuang sampah sehari-hari langsung ke sungai, dan hanya 7% masyarakat berpendidikan tinggi (DIII dan S1) membuang sampah langsung ke sungai. Dalam hal perilaku membuang sampah di perjalanan ternyata hasil uji Mann-Withney pada taraf uji 5% menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara masing- masing tingkat pendidikan, namun sikap terhadap orang yang membuang sampah sembarangan hasil uji Mann-Withney pada taraf uji 5% menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antara masyarakat berpendidikan Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Pertama dengan masyarakat yang berpendidikan tinggi (DIII dan S1).

Tabel 14 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang dapat membedakan perilaku pengelolaan sampah domestik antar masyarakat di pinggir Sungai Musi Kota Palembang adalah bila masyarakat telah mencapai jenjang pendidikan tinggi (DIII dan S1). Hasil uji Mann-Withney pada taraf uji 5% juga menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antara masyarakat berpendidikan Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Pertama dengan masyarakat yang berpendidikan tinggi (DIII dan S1) dalam hal mengikuti kegiatan kerja bakti kebersihan lingkungan.

(19)

Tabel 14. Hasil analisis Mann-Withney hubungan antara variabel perilaku membuang sampah dan variabel tingkat pendidikan.

TINGKAT PENDIDIKAN KARAKTERISTIK

PERILAKU TS SD SLTP SLTA PT PASCA

Membuang sampah sehari-hari (% responden)

Ke Sungai 2 43 33 14 8 0

Diambil petugas 0 0 0 0 0 0

Langsung ke TPS 0 0 0 0 0 0

Diolah jadi kompos 0 0 0 0 0 0

Uji Mann-Withney untuk membuang sampah sehari-hari

TS P=1 P=1 P=1 P=0.617 - SD W=43 P=1 P=1 P=0.020* - SLTP W=33 W=709.5 P=1 P=0.042* - SLTA W=14 W=301 W=231 P=0.186 - PT W=7 W=150.5 W=115.5 W=49 - PASCA - - - - -

Membuang sampah dalam perjalanan (% responden)

Sembarangan 0 4 8 2 0 0

Tempat sampah 2 39 23 12 8 0

Bawa pulang 0 0 2 0 0 0

Uji Mann -Withney untuk Membuang sampah dalam perjalana n

TS P=0.655 P=0.589 P=0.580 P=1 - SD W=39 P=0.297 P=0.601 P=0.374 - SLTP W=27 W=642.5 P=0.736 P=0.292 - SLTA W=12 W=286 W=220 P=0.273 - PT W=8 W=156 W=108 W=48 - PASCA - - - - -

Sikap terhadap orang yang membuang sampah sembarangan (% responden)

Didiamkan saja 2 34 26 8 3 0

Diingatkan 0 9 7 6 5 0

Dipungut/dibuang 0 0 0 0 0 0

Uji Mann -Withney Sikap terhadap orang yang membuang sampah sembarangan

TS P=0.474 P=0.473 P=0.257 P=0.134 - SD W=34 P=0.976 P=0.109 P=0.017* - SLTP W=26 W=707.5 P=0.133 P=0.023* - SLTA W=8 W=235 W=181 P=0.386 - PT W=3 W=100.5 W=77.5 W=45 - PASCA - - - - -

*berbeda nyata, pada taraf uji 5%

Hasil uji Mann-Withney pada skala pada taraf uji 5% menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan perilaku membuang sampah sehari-hari dari masyarakat yang berpenghasilan kurang dari Rp.500.000; dan masyarakat yang berpenghasilan Rp.500.000 sampai dengan kurang dari Rp.1000.000; serta masyarakat yang berpenghasilan lebih dari Rp.2000.000;

(20)

44

Tabel 15. Hasil analisis Mann-Withney hubungan antara variabel perilaku membuang sampah dan variabel tingkat penghasilan.

TINGKAT PENGHASILAN KARAKTERISTIK

PERILAKU <500 ribu 500ribu-1juta 1-1,5 juta 1,5-2 juta >2 juta

Membuang sampah sehari-hari (% responden)

Ke sungai 30 53 6 6 5

Diambil petugas 0 0 0 0 0

Langsung ke TPS 0 0 0 0

Diolah jadi kompos 0 0 0 0 0

Uji Man-Withney untuk membuang sampah sehari-hari

<500ribu P=1 P=1 P=1 P=0.014*

500ribu-1juta W=795 P=1 P=1 P=0.001*

1-1,5 juta W=90 W=159 P=1 P=0.273

1,5-2 juta W=90 W=159 W=18 P=0.273

>2 juta W=60 W=106 W=12 W=12

Membuang sampah dalam perjalanan (% responden)

Sembarangan 2 10 2 0 0

Tempat sampah 28 41 4 6 5

Bawa pulang 0 2 0 0 0

Uji Mann -Withney untuk Membuang sampah dalam perjalanan

<500ribu P=0.3 14 P=0.061 P=0.521 P=0.558 500ribu-1juta W=756 P=0.360 P=0.390 P=0.431

1-1,5 juta W=66 W=132 P=0.138 P=0.174

1,5-2 juta W=84 W=135 W=12 P=1

>2 juta W=70 W=112.5 W=10 W=15

Sikap terhadap orang yang membuang sampah sembarangan (% responden)

Didiamkan saja 30 35 2 4 2

Diingatkan 0 18 4 2 3

Dipungut/dibuang 0 0 0 0 0

Uji Mann -Withney Sikap terhadap orang yang membuang sampah sembarangan

<500ribu P=0.000* P=0.000* P=0.001* P=0.000* 500ribu-1juta W=525 P=0.120 P=0.976 P=0.251

1-1,5 juta W=30 W=107 P=0.269 P=0.827

1,5-2 juta W=60 W=158 W=12 P=0.399

>2 juta W=30 W=98 W=14 W=11

*berbeda nyata, pada taraf uji 5%

Hasil uji Mann-Withney pada taraf uji 5% terhadap perilaku masyarakat membuang sampah di perjalanan ternyata tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara masing- masing tingkat penghasilan. Sikap masyarakat terhadap orang yang membuang sampah sembarangan menunjukkan perbedaan yang signifikan antara masyarakat yang berpenghasilan kurang dari Rp.500.000; dengan masyarakat yang berpenghasilan lebih dari Rp.500.000;

(21)

Hubungan Karakteristik Personal Masyarakat di Pinggir Sungai Musi Kota Palembang dengan Perilaku Pengelolaan Sampah. Dalam hubungan ini, karakteristik personal masyarakat merupakan variabel dependen (terikat) dan perilaku pengelolaan sampah merupakan variabel independen (bebas). Atribut-atribut yang dianalisis dalam karakteristik personal masyarakat adalah umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat penghasilan, ukuran keluarga, dan status kependudukan (penduduk asli/lokal atau pendatang dari kampung). Atribut-atribut tersebut dianalisis hubungannya dengan perilaku pengelolaan sampah.

Hasil uji statistik korelasi Ranks Spearmans menunjukkan bahwa umur tidak berkorelasi secara signifikan terhadap perilaku pengelolaan sampah. Gambar 17 menunjukkan bahwa umur tidak berpengaruh nyata terhadap perilaku pengelolaan sampah, karena baik masyarakat yang berumur kurang dari 50 tahun maupun yang lebih dari atau sama dengan 50 tahun mempunyai kebiasaan yang sama membuang sampah ke Sungai Musi. Letak rumah dan status kependudukan (asal penduduk), tidak berpengaruh nyata terhadap perilaku pengelolaan sampah.

Faktor pendidikan berkorelasi secara nyata terhadap perilaku pengelolaan sampah. Semakin tinggi tingkat pendidika n masyarakat di pinggir Sungai Musi Kota Palembang berimplikasi terhadap perilaku pengelolaan sampah yang semakin baik, namun pengaruh tersebut relatif tidak kuat, yang dibuktikan dengan nilai koefisien korelasi yang kurang dari 0.5 (rs = 0,232).

Faktor pekerjaan berkorelasi secara nyata terhadap perilaku pengelolaan sampah, namun pengaruh faktor pekerjaan relatif tidak kuat yang ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi yang hanya sebesar 0,227. Demikian juga faktor penghasilan masyarakat yang memiliki korelasi nyata terhadap perilaku pengelolaan sampah. Nilai koefesien korelasi hanya sebesar 0,254 (Sig 0,011).

(22)

46

Hasil identifikasi pengelolaan sampah domestik permukiman penduduk di pinggir Sungai Musi Kota Palembang, identifikasi faktor-faktor yang mencemari lingkungan, dan analisis statistik perilaku pengelolaan sampah domestik memberikan gambaran tentang sistem pengelolaan sampah domestik permukiman penduduk di pinggir Sungai Musi Kota Palembang pada kondisi saat ini (existing condition).

Faktor-faktor kondisi saat ini (existing condition) akan diintegrasikan dengan kebutuhan stake holders serta pendapat pakar (pakar judgment) untuk dijadikan sebagai input pada sistem pengelolaan sampah domestik permukiman penduduk di pi nggir Sungai Musi Kota Palembang.

PERILAKU PENGELOLAAN Umur Pendidikan Pekerjaan Letak Rumah Penghasilan Asal Penduduk rs=0.095 sig=0.346 rs=-0.227 sig=0.023* rs=0.232 sig=0.020* rs=0.254 sig=0.011* rs=0.144 sig=0.154 rs=-0.128 sig=0.203

berbeda nyata, pada taraf uji 5%

Gambar 17. Hasil uji korelasi Ranks Spearmans antar karakteristik personal masyarakat dengan perilaku pengelolaan sampah di pinggir Sungai Musi Kota Palembang.

(23)

Hasil Analisis Kebutuhan

Hasil analisis kebutuhan stake holders ( masyarakat, DKK, Pemulung, Pengusaha Lapak dan LSM) dalam sistem pengelolaan sampah domestik permukiman penduduk di pinggir Sungai Musi Kota Palembang dengan pendekatan 3R+P diperlihatkan pada Tabel 16.

Tabel 16. Hasil analisis kebutuhan stake holders Masyarakat Dinas Kebersihan

dan Keindahan Kota Palembang Pemulung dan Pengusaha Lapak LSM § Seluruh timbulan volume sampah terangkut ke TPA. § Seluruh volume sampah terangkut ke TPA. § Seluruh timbulan sampah terangkut ke TPA. § Tersedia teknologi recycle untuk pengolahan sampah. § Tersedia teknologi recycle untuk pengolahan sampah plastik. § Tersedia teknologi pengolahan sampah. § Jumlah SDM yang cukup dan kompetensinya sesuai kebutuhan. § Tersedia dana operasional yang mamadai. § Tersedianya pelayanan sampah yang baik. § Penyuluhan dan pembinaan dalam hal pengelolaan dan pemanfaatan sampah. . § Tidak terjadi komplik sosial. § Perangkat hukum. § Mendapatkan jenis-jenis sampah yang dapat didaur ulang. § Partisipasi masyarakat. § Sarana dan prasarana pelayanan sampah § Kesadaran masyarakat melakukan reuse,dan reduce dalam pengelolaan sampah.

(24)

48

Berdasarkan Tabel 16, dapat diidentifikasi kebut uhan stakeholders sebagai berikut:

1. Kebutuhan dana.

2. Penyediaan dan pengembangan SDM.

3. Penyediaan prasarana dan sarana (infrastruktur) dalam pengolahan sampah

4. Teknologi recycle untuk pengolahan sampah.

5. Penyediaan prasarana dan sarana penyuluhan kesehatan lingkungan untuk memberikan pengetahuan (pemahaman) masyarakat tentang manfaat reduce, reuse, dan recycle dalam pengelolaan sampah domestik. 6. Kebutuhan pelayanan sampah dari pemerintah.

7. Kesadaran masyarakat melakukan reduce, reuse dan recycle dalam pengelolaan sampah (partisipasi masyarakat).

8. Perangkat hukum.

Pakar Judgment

Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengembangan sistem pengelolaan sampah domestik permukiman penduduk di pinggir Sungai Musi Kota Palembang di masa yang akan datang juga dilakukan dengan meminta pendapat pakar.

Hasil identifikasi faktor berdasarkan pendapat pakar menghasilkan 12 faktor kunci/penentu dalam pengelolaan sampah domestik permukiman penduduk di pinggir Sungai Musi Kota Palembang. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut: (1) infrastruktur, (2) dana, (3) SDM, (4) partisipasi masyarakat (5) perilaku masyarakat, (6) perangkat hukum, (7) komitmen pemerintah kota, (8) pengetahuan masyarakat, (9) volume sampah, (10) jenis TPA, (11) lokasi TPA, dan (12) teknologi recycle.

Analisis Variabel Input Sistem. Dari hasil analisis existing condition, analisis kebutuhan, dan pakar judgment didapat faktor-faktor dalam merumuskan model pengelolaan sampah domestik permukiman penduduk di pinggir Sungai Musi Kota Palembang. Faktor-faktor ini dijadikan sebagai variabel input dalam diagram input-output (Gambar 18) pada sistem pengelolaan sampah domestik permukiman penduduk di pinggir Sungai Musi. Faktor-faktor penting hasil

(25)

analisis existing condition, analisis kebutuhan, dan pakar judgment yang menjadi variabel input sistem dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Variabel Input Sistem Hasil Analisis Existing Condition, Analisis Kebutuhan, dan Pakar Judgment.

Analisis existing condition Analisis kebutuhan Pakar judgment

§ Dana § Dana

§ SDM § SDM

§ Infrastruktur (lorong sempit) menuju rumah.

§ Infrastruktur dalam pengolahan sampah.

§ Infrastruktur § Paket program penyuluhan

kesehatan tentang manfaat reduce,reuse dan recycle. § Pengetahuan masyarakat. § Perilaku masyarakat membuang sampah domestik ke Sungai Musi. § Perilaku masyarakat.

§ Belum ada pelayanan sampah oleh

pemerintah.

§ Pelayanan sampah dari pemerintah.

§ Komitmen pemerintah. § Kakus penduduk berada

di atas Sungai Musi. § Parameter kualitas air

yang melewati standar *)

§ Perangkat hukum. § Perangkat hukum. § Teknologi recycle dalam

pengolahan sampah. § Teknologi recycle. § Volume sampah. § Jenis TPA § Lokasi TPA § Peranserta masyarakat

melakukan reduce, reuse dan recycle .

§ Partisipasi masyarakat *) Secara rinci disajikan pada Tabel 12 dan 13.

(26)

50

Faktor-faktor penting hasil analisis gabungan disajikan pada Tabel 18. Tabel 18. Variabel Input Sistem Hasil Gabungan Analisis Existing Condition,

Analisis Kebutuhan, dan Pakar Judgment Variabel Input Sistem Dana SDM Infrastruktur Pengetahuan masyarakat Perilaku masyarakat Komitmen pemerintah Perangkat hukum Teknologi recycle. Volume sampah Jenis TPA Lokasi TPA Partisipasi masyarakat Baku mutu

(27)

INPUT LINGKUNGAN

§ UU No 23 tahun 1997. § Melewati parameter

PP 82/2001 yaitu; BOD,COD,CN,NO2,

Fecal Coli, dan Coliform. § Wilayah yang tergenang karena pasang OUTPUT DIINGINKAN § Masyarakat di pinggir Sungai Musi Kota Palembang melakukan reduce, reuse, dan recycle dalam pengelolaan sampah. § Timbulan sampah domestik

permukiman penduduk di pinggir Sungai Musi Kota Palembang dapat di kelola. INPUT TAK TERKONTROL

§ Pertumbuhan penduduk. § Peningkatan Urbanisasi

(imigrasi).

§ Peningkatan Konsumsi dan keragaman sampah. § Peningkatan volume

sampah.

§ Perilaku masyarakat membuang sampah domestik ke Sungai Musi. § Partisipasi masyarakat. INPUT TERKONTROL § Penyediaan Dana § Penyediaan Infrastruktur pengelolaan sampah. § Penyediaan SDM § Penyediaan prasarana

dan sarana pendididkan, serta penyuluhan. § Teknologi reduce, reuse,

dan recycle dalam pengelolaan sampah. § Kerjasama lintas sektor. § Komitmen pemerintah § Perangkat hukum § Pengetahuan masyarakat. § Jenis TPA. § Lokasi TPA.

§ Belum ada pelayanan sampah.

§ Kakus ada di atas sungai.

OUTPUT TIDAK DIINGINKAN § Perilaku masyarakat yang

tidak kooperatif. § Timbulan sampah tidak

terkelolah.

§ Terjadinya penurunan kualitas Sungai Musi.

§ Terjadi Konflik sosial. § Gangguan kesehatan masyarakat. MODEL PENGELOLAAN SAMPAH DOMESTIK PERMUKIMAN PENDUDUK DI PINGGIR SUNGAI MUSI KOTA PALEMBANG UMPAN BALIK

Gambar 18. Diagram Input- Output sistem pengelolaan sampah domestik permukiman penduduk di pinggir Sungai Musi Kota Palembang hasil analisis existing condition, analisis kebutuhan, dan pakar jugment.

(28)

52

Analisis Prosfektif

Berdasarkan penilaian pengaruh langsung antar faktor, dari ke-14 faktor gabungan yang teridentifikasi didapat sebanyak enam faktor yang mempunyai pengaruh kuat dan ketergantungan antar faktor tersebut tidak kuat, yaitu: (1) komitmen pemerintah kota, (2) dana, (3) SDM, (4) infrastruktur, (5) partisipasi masyarakat, dan (6) perilaku masyarakat, dapat dilihat pada Gambar 19.

Keenam faktor tersebut perlu dikelola dengan baik agar terwujud sistem pengelolaan sampah domestik permukiman penduduk di pinggir Sungai Musi Kota Palembang dengan pendekatan 3R+P. Deskripsi masing- masing faktor kunci/penentu tersebut adalah sebagai berikut:

1. komitmen pemerintah kota

Komitmen Pemerintah Kota Palembang secara umum dalam hal pengelolaan sampah tertuang dalam penetapan Prioritas Rencana Aksi atau Program Gambar 19. Tingkat Kepentingan Faktor-Faktor Gabungan Existing Condition,

Analisis Kubutuhan, dan Pakar Judgment yang Berpengaruh Pada Sistem Pengelolaan Sampah Domestik Permukiman Penduduk di Pinggir Sungai Musi Kota Palembang.

Lokasi TPA Dana S D M Jenis TPA Infrastruktur Pengetahuan Masyarakat Perilaku Masyarakat

Volume sampah dikelolah Perangkat Hukum Komitmen Pemerintah Kota

Kakus di atas sungai Baku mutu kulitas air Partisipasi masyarakat -0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 - 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 Ketergantungan Pengaruh

(29)

Kota Palembang pada peningkatan pengelolaan persampahan: a) mengoptimalkan pemanfaatan sampah dan kotoran ternak, b) mengoptimalkan cakupan pelayanan sampah, c) mengoptimalkan tempat

pembuangan akhir (TPA), d) penambahan armada persampahan, e) menambah SDM pengelola sampah, dan f) menegakkan sanksi hukum bagi masyarakat yang membuang sampah tidak pada tempatnya. Komitmen pemerintah kota ini perlu diarahkan pada pengelolaan sampah domestik permukiman penduduk di pinggir Sungai Musi Kota Palembang, karena saat ini masyarakat di pinggir Sungai Musi Kota Palembang belum merasakan adanya pelayanan sampah dari pemerintah. Belum adanya pelayanan sampah dari pemerintah, dan keterbatasan yang ada pada masyarakat, membuat masyarakat membuang sampah domestik langsung ke Sungai Musi.

2. Dana

Dana merupakan hal yang penting dalam pengelolaan sampah. Kurangnya dana merupakan salah satu alasan yang sering dikemukakan pihak pemerintah dalam memberikan pelayanan pengelolaan sampah yang baik sebagaimana yang diharapkan masyarakat. Dana dapat berupa dana tetap dan dana variabel. Dana tetap adalah dana yang dipergunakan untuk kegiatan yang bersifat tetap seperti: pembelian bahan dan alat kebersihan seperti sapu lidi, jaring sampah, sapu untuk mobil sweper, keranjang, cangkul, mata pisau rumput, sekop plastik, sekop besi, karung plastik, chainsaw, mesin rumput, baju; kontainer dinding kayu; tong sampah yang terbuat dari fiber glass; pemeliharaan landasan kontainer dan penimbunan TPA; dan lain-lain. Dana variabel adalah dana yang dipergunakan untuk biaya operasional seperti: pemeliharaan kendaraan, pemakaian BBM, Oli, insentif bagi PNS dan PLH pemungut retribusi; honor bagi PHL dan PHO; petugas yang mengangkut sampah pasar; dan lain-lain. Penanganan sampah di Kota Palembang menggunakan dana yang berasal dari dana APBD Kota Palembang (Rp 5.327.681.887) dan dana penerimaan retribusi Rp 979.473.950;. Penerimaan retribusi sampah masyarakat tahun 2004 berjumlah Rp 979.473.950, dengan pencapaian hanya sebesar 66,96%. Alokasi penggunaan dana APBD DKK Kota Palembang tahun 2004 sebesar Rp 6.307.155.837 (enam miliar tiga ratus tujuh juta seratus lima puluh lima ribu delapan ratus tiga puluh tujuh rupiah). Alokasi penggunaan APBD DKK

(30)

54

Kota Palembang tahun 2004 terdiri atas pengeluaran untuk Sub Dinas Keindahan Pertamanan dan Penghijauan Rp 599.642.842 (09,4%) dan Sub Dinas Kebersihan Umum Rp 4.986.978.955 untuk kegiatan pengumpulan dan pengangkutan sampah Rp 2.299.202.585; belanja barang dan jasa Rp 117.292.218; belanja pemeliharaan Rp 2.570.484.152;. Kondisi tersebut mengakibatkan subsidi APBD Pemerintah Kota Palembang untuk pengelolaan sampah sebesar Rp 4.007.505.005; (80,4%).

3. SDM (Sumber Daya Manusia)

Ketersediaan Sumberdaya manusia (SDM) baik kuantitas maupun kualitasnya mempengaruhi kinerja pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. SDM yang terkait dengan penanganan sampah di Dinas Kebersihan dan Keindahan Kota Palembang terdiri atas KaSubdin Kebersihan Umum, staf TPA I dan II (20 orang), tenaga pengumpul dan pengangkutan sampah (288 orang), tenaga penyapuan sampah (284 orang), tenaga retribusi kebersihan (20 orang). Jumlah tenaga kerja pengumpulan dan pengangkutan sampah dibanding dengan jumlah armada masih kurang mamadai. Setiap armada truk angkutan sampah idealnya dioperasikan oleh 5 orang (seorang pengemudi dan empat orang awak truk), sehingga diperlukan 325 orang untuk mengoperasikan 65 unit armada truk angkutan sampah yang ada saat ini (2004), padahal jumlah SDM tersedia 288 orang (88,61 %). Pada tingkat pelayanan 100% bahkan diperlukan 600 orang yang terdiri atas 120 orang pengemudi dan tenaga awak truk sampah 480 orang. Tingkat pelayanan pengangkutan sampah pada tahun 2004 baru 54%. Kualitas SDM yang ada pada masyarakat di pinggir Sungai Musi Kota Palembang dari hasil analisis karekteristik personal adalah lebih dari 40% masyarakat berpendidikan SD dan kurang dari 10% masyarakat berpendidikan tinggi (DIII dan S1).

4. Infrastruktur

Dukungan infrastruktur yang memadai diperlukan dalam sistem pengelolaan sampah. Kegiatan penanganan sampah Kota Palembang saat ini secara

garis besar meliputi: (1) pengumpulan sampah dari sumbernya, (2) pengangkutan sampah ke TPA Sukajaya, dan (3) penimbunan/secara

terbuka (open dumping) di TPA Sukajaya. Koordinasi penanganan sampah secara struktural berada di bawah tanggung jawab Dinas Kebersihan dan Keindahan (DKK) Kota Palembang. Secara umum untuk sampah rumah

(31)

tangga atau permukiman (domestik), masyarakat mempunyai kewajiban untuk mengumpulkan atau menyimpan sampah rumah tangga pada TPS komunal yang tersedia. Pengangkutan sampah dari TPS ke TPA Sukajaya menjadi kewenangan dan kewajiban Dinas Kebersihan dan Keindahan (DKK) Kota Palembang. Sampah pasar, sapuan jalan, perkantoran, fasilitas umum, fasilitas sosial akan langsung dikumpulkan dan diangkut ke TPA Sukajaya oleh DKK Kota Palembang. Ada juga pengelola industri atau pelaku kegiatan ekonomi tertentu yang mengumpulkan dan mengangkut sampahnya langsung ke TPA Sukajaya. Dalam menjalankan aktivitas penanganan sampah DKK Kota Palembang dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang ternyata belum memadai untuk melayani masyarakat secara keseluruhan. Untuk mengangkut sampah pada tingkat pelayanan 100% pada tahun 2004 diperlukan armada truk pengangkutan sampah sebanyak 120 unit, sementara yang tersedia baru 65 unit. Prasarana persampahan yang tersedia dan digunakan berupa TPA Sukajaya yang berlokasi di jalan Sukawinatan Kecamatan Sukarami Kota Palembang. Luas lahan TPA yang dimiliki Pemerintah Kota Palembang adalah 65 hektar dalam dua tempat yang terpisah, yaitu: (1) TPA I Sukajaya di seluas 25 hektar, dan (2) TPA II di Kelurahan Karya Jaya Kecamatan Kertapati Kota Palembang dengan luas 40 hektar. Untuk pengumpulan atau penyimpanan sampah di TPS komunal pada tahun 2004 diperlukan 193 unit, sementara yang tersedia baru 130 unit (67%). Metoda penanganan sampah yang digunakan saat ini di TPA I dan TPA II adalah pembuangan terbuka (open dumping), merupakan cara pengelolaan sampah yang paling sederhana, yaitu sampah hanya dihamparkan pada lokasi TPA dibiarkan terbuka tanpa ada upaya pengamanan.

5. Partisipasi masyarakat

Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah domestik merupakan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat baik individu maupun kelompok dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah domestik permukiman penduduk di pinggir Sungai Musi Kota Palembang. Partisipasi (peranserta) masyarakat di pinggir Sungai Musi Kota Palembang dalam pengelolaan sampah domestik dapat dilihat dari perilaku pengelolaan sampah domestik. Seluruh kepala keluarga membuang sampah domestik langsung ke Sungai Musi. Peranserta masyarakat sangat penting dalam pengelolaan sampah

(32)

56

dan menjadi penentu dari keberhasilan sistem pengelolaan sampah domestik permukiman penduduk di pinggir Sungai Musi Kota Palembang. Keterlibatan masyarakat perlu bersifat menyeluruh terhadap rangkaian proses implementasi pengelolaan sampah, dan juga bersifat terus menerus seperti halnya pelaksanaan pengelolaan sampah yang tidak pernah berhenti diperlukan. Guna memaksimalkan peranserta masyarakat, maka harus disiapkan pedoman yang meliputi program-program peningkatan kesadaran dan pendidikan publik.

6. Perilaku masyarakat.

Perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Faktor eksternal berupa kondisi sosial budaya, ekonomi, teknologi, hukum dan kelembagaan, sedangkan yang termasuk faktor internal adalah umur, tingkat pendidikan, tingkat penghasilan, pekerjaan, agama, dan jenis kelamin. Perilaku masyarakat tersebut terlihat/teramati dalam bentuk cara membuang sampah sehari-hari (dibuang ke sungai/lahan kosong, diwadahi/kantong plastik lalu diambil petugas, dibuang langsung ke TPS, diolah menjadi kompos), cara membuang sampah dalam perjalanan (dibuang sembarangan, dibuang di tempat sampah, di bawa pulang), sikap apabila ada orang lain membuang sampah sembarangan, aktif mengikuti kegiatan penyuluhan, aktif mengikuti kegiatan kerja bakti, memberi gagasan yang berhubungan dengan kebersihan lingkungan. Perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah domestik permukiman penduduk di pinggir Sungai Musi Kota Palembang dibagi menjadi tiga kelompok kategori, yaitu kelompok kategori buruk, sedang, dan baik. Kelompok kategori buruk (57%), yang dicirikan antara lain dengan cara membuang sampah sehari-hari yang dibuang ke sungai/lahan kosong, cara membuang sampah dalam perjalanan yang dibuang sembarangan, sikap terhadap orang yang membuang sampah sembarangan yang didiamkan saja, tidak pernah mengikuti kegiatan penyuluhan, tidak pernah mengikuti kegiatan kerja bakti, tidak pernah memberikan gagasan yang berhubungan dengan kebersihan lingkungan, Kelompok kategori sedang (38%), yang dicirikan antara lain dalam hal cara membuang sampah sehari-hari yang dimasukkan wadah/kantong plastik kemudian di ambil petugas, cara membuang sampah dalam perjalanan yang di buang di tempat sampah, sikap terhadap orang yang membuang sampah sembarangan yang diingatkan, aktifitas kegiatan

(33)

penyuluhan kadang-kadang aktif terlibat, kadang-kadang aktif terlibat dalam kegiatan kerja bakti, pernah memberikan gagasan yang berhubungan dengan kebersihan lingkungan. Kelompok kategori baik (5%), dicirikan dengan cara membuang sampah sehari-hari di buang langsung ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS); sampah yang dihasilkan dalam perjalanan dibawa pulang ke rumah; sikap mengingatkan terhadap orang yang membuang sampah sembarangan dan sampah dipungut lalu di buang di tempat sampah; secara rutin mengikuti kegiatan penyuluhan; secara rutin mengikuti kegiatan kerja bakti; sering memberikan gagasan yang berhubungan dengan kebersihan lingkungan. Hasil uji statistik korelasi Ranks Spearmans menunjukkan perilaku pengelolaan sampah masyarakat dipengaruhi oleh faktor pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan. Semakin tinggi pendidikan masyarakat di lokasi studi akan berimplikasi terhadap semakin baiknya perilaku pengelolaan sampah masyarakat tersebut. Hal ini juga didukung oleh hasil analisis Mann Withney pada taraf uji 5% menunjukkan adanya perbedaan yang nyata perilaku membuang sampah sehari-hari dan sikap terhadap orang yang membuang sampah sembarangan antar masyarakat yang berpendidikan SD dan SLTP dengan masyarakat yang berpendidikan tinggi (DIII dan S1). Hasil analisis karakteristik personal terhadap pendidikan masyarakat menunjukkan persentasi tertinggi pendidikan masyarakat adalah SD sebesar 42%, diikuti urutan kedua, ketiga, keempat, dan kelima masing-masing SLTP sebesar 33%, SLTA sebesar 15%, Perguruan Tinggi sebesar 8%, dan tidak sekolah 2%. Keadaan ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat di pinggir Sungai Musi Kota Palembang masih tergolong berpendidikan rendah. Rendahnya rata-rata tingkat pendidikan masyarakat ini secara implisit terlihat juga dari tingginya persentasi pekerjaan masyarakat sebagai buruh sebesar 62% dan tingginya persentasi rata-rata penghasilan per bulan masyarakat yang berkisar antara Rp 500.000 sampai dengan kurang dari 1 juta rupiah sebesar 56% dan rata-rata pendapatan kurang dari Rp 500.000; sebesar 30%. Pengaruh faktor pendidikan terhadap perilaku pengelolaan sampah masyarakat di pinggir Sungai Musi Kota Palembang menjadikan dasar pemikiran bahwa dalam pengelolaan sampah diperlukan peningkatan pendidikan masyarakat. Dalam Undang-undang RI No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,

(34)

58

pengajaran dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Idris (1982) memberi batasan tentang pendidikan sebagai usaha yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud merubah tingkah laku manusia kearah yang dinginkan. Batasan ini berlaku, baik untuk pendidikan formal maupun untuk pendidikan non formal. Pendidikan formal adalah pendidikan yang diselenggarakan dalam bentuk sekolah, seperti; Sekolah Dasar (SD), SLTP, SLTA, dan perguruan tinggi. Pendidikan non formal adalah pendidikan yang dilakukan secara berencana, terarah dan sistematis di luar sistem pendidikan sekolah, seperti penyuluhan, kursus-kursus, dan pelatihan-pelatihan. Dalam hubungannya dengan pengelolaan sampah domestik di pinggir Sungai Musi Kota Palembang, pendidikan non formal dibedakan dalam dua bentuk, yaitu penyuluhan dan pelatihan dalam bentuk simulasi pemisahan antara sampah organik dan anorganik, serta usaha pendampingan yang dapat dilakukan oleh Mantri penyuluh kesling dan LSM-LSM lingkungan dalam rangka mendorong perilaku masyarakat agar merubah perilaku membuang sampah ke sungai menjadi perilaku membuang sampah pada TPS/ Kontainer yang telah disediakan oleh pemerintah Kota Palembang. Tahap selanjutnya adalah mendorong perubahan perilaku dan pola pikir menjadi memandang sampah sebagai sumberdaya. Bila sampah telah dipandang sebagai sumberdaya maka berbagai macam cara dan teknologi pemanfaatan sampah akan timbul.

Perumusan Skenario Pengelolaan Sampah Domestik Permukiman Penduduk di Pinggir Sungai Musi Kota Palembang dengan Pendekatan 3R+P.

Berdasarkan hasil analisis pengaruh antar faktor, maka keenam faktor yang berpengaruh dan saling ketergantungan tersebut selanjutnya dideskripsikan evolusi kemungkinannya di masa depan. Pada Tabel 19 disajikan prospektif faktor kunci/penentu pengelolaan sampah domestik permukiman penduduk di pinggir Sungai Musi Kota Palembang dengan berbagai keadaan (state) untuk setiap faktor. Dari keadaan (state) yang mungkin terjadi untuk setiap faktor kunci harus dibatasi terlebih dahulu keadaan yang tidak mung kin terjadi secara bersamaan.

(35)

Tabel 19. Prospektif faktor kunci/penentu model pengelolaan sampah domestik permukiman penduduk di pinggir Sungai Musi Kota Palembang.

Keadaan (state) No Faktor A B C 1. Komitmen Pemerintah Kota.

Tetap seperti sekaran g, komitmen belum diarahkan pada pengelolaan sampah domestik permukiman penduduk di pinggir Sungai Musi Kota Palembang.

Komitmen Pemerintah Kota diarahkan pada pengelolaan sampah domestik permukiman penduduk di pinggir Sungai Musi Kota Palembang, dan mendu kung program kali bersih pemerintah. 2. Dana Tetap seperti sekarang,

tidak ada alokasi dana anggaran.

Anggaran dana ada tapi terbatas.

Anggaran dana ada disesuaikan dengan kebutuhan infrastruktur dan pelayanan yang ideal.

3. SDM Tetap tidak ada petug as seperti sekarang ini.

Diadakan petugas tapi dalam jumlah yang terbatas.

Diadakan petugas sesuai dengan kebutuhan ideal. 4. Infrastruktur Tetap tidak ada

infrastruktur pengelolaan sampah seperti sekarang ini.

Dibangun infrastruktur tapi dalam jumlah y ang terbatas. Dibangun infrastruktur sesuai dengan kebutuhan ideal. 5. Partisipasi masyarakat

Tetap seperti sekarang, tidak ada kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat baik individu maupun kelompok dalam membantu penyelenggaraan pengelolaan sampah domestik. Masyarakat mulai terlibat dalam rangkaian proses implementasi pengelolaan sampah domestik permukiman penduduk di pinggir Sungai Musi Kota Palembang.

6. Perilaku

masyarakat Tetap seperti sekarang membuang sampah langsung ke Sungai Musi.

Mulai melakukan reduce,

reuse dan memisahkan

sampah organik dan anorganik di rumah tangga karena adanya

peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat dengan paket program penyuluhan, pelatihan dan pemberian insentif.

Berdasarkan keadaan ( state) pada faktor penentu/kunci yang tidak mungkin terjadi bersamaan (Tabel 19) yang dihubungkan dengan tanda garis, dirumuskan skenario yang mungkin terjadi, yaitu dengan cara memasangkan keadaan yang akan terjadi dan menganalisis implikasinya terhadap sistem.

(36)

60

Penilaian pakar menyatakan ada tiga skenario yang mungkin terjadi di masa depan, seperti diperlihatkan pada Tabel 20.

Tabel 20. Hasil analisis skenario pengelolaan sampah domestik permukiman penduduk di pinggir Sungai Musi Kota Palembang.

No. Skenario Urutan Faktor

1. Konservatif 1A;2A;3A;4A;5A;6A

2. Moderat 1B;2B;3B;4B;5B;6B

3. Progresif 1B;2C;3C;4C;5B;6B

Perumusan Model Pengelolaan Sampah Domestik Permukiman penduduk di Pinggir Sungai Musi Kota Palembang Berdasarkan Skenario Hasil Analisis Prospektif.

Skenario progresif mengandung pengertian bahwa keadaan masa depan yang mungkin terjadi mendapat dukungan secara maksimal dari setiap faktor kunci/penentu dan para pelaku utama berkeyakinan bahwa kegiatan pengelolaan sampah domestik permukiman penduduk di pinggir Su ngai Musi Kota Palembang dengan pendekatan reduce, reuse, recycle, dan partisipasi akan memberikan keuntungan dan berkonstribusi terhadap perbaikan kualitas lingkungan perairan Sungai Musi Kota Palembang. Skenario ini didasarkan atas pemikiran yang maju dan optimis yang tinggi tentang keadaan masa depan pengembangan sistem pengelolaan sampah domestik permukiman penduduk di pinggir Sungai Musi Kota Palembang.

Skenario progresif dibangun berdasarkan keadaan (state) dari faktor kunci/penentu dengan kondisi, yaitu: komitmen pemerintah kota sudah diarahkan pada pengelolaan sampah domestik permukiman penduduk di pinggir Sungai Musi Kota Palembang (1B), dana ditingkatkan sesuai kebutuhan infrastruktur dan pelayanan yang ideal (2C), SDM ditingkatkan sesuai kebutuhan ideal baik kualitas maupun kuantitas (3C), infrastruktur ditingkatkan sesuai kebutuhan ideal (4C), masyarakat mulai terlibat dalam rangkaian proses implementasi pengelolaan sampah domestik (5B), perilaku masyarakat sudah mulai melakukan reduce, reuse dan memisahkan sampah organik dan anorganik di rumah tangga (6B) .

(37)

Untuk menggambarkan skenario progresif ini ke dalam bentuk model maka dibuat diagram simpal kausal (causal loop) sebagai pengungkapan hubungan sebab-akibat maupun diagram alir yang akan menggambarkan struktur dari model pengelolaan sampah domestik permukiman penduduk di pinggir Sungai Musi Kota Palembang dengan pendekatan reduce, reuse, recycle, dan partisipasi, yaitu seperti diperlihatkan pada Gambar 20 dan 21.

Pada diagram simpal kausal di bawah ini, dapat dilihat hubungan antara variabel yang saling berinteraksi dalam sistem pengelolaan sampah domestik permukiman penduduk di pinggir Sungai Musi Kota Palembang berdasarkan skenario progresif. Sistem tersebut dibentuk oleh beberapa variabel. Peningkatan jumlah penduduk akan meningkatkan jumlah Mantri Penyuluh Kesling dan Kartu sehat. Sedangkan bertambahnya jumlah penduduk juga akan menyebabkan bertambahnya jumlah anggota rumah tangga. Bertambahnya jumlah anggota rumah tangga akan menyebabkan peningkatan reduce di rumah tangga. Di sisi lain meningkatnya jumlah anggota rumah tangga akan meningkatkan volume sampah domestik. Peningkatan volume sampah domestik akan meningkatkan jumlah sampah organik dan sampah anorganik sehingga akan meningkatkan reuse di rumah tangga. Meningkatnya reuse di rumah tangga akan menurunkan sisa sampah di TPS Kontainer. Sampah domestik yang ada di TPS Kontainer dapat juga menurun jumlah volumenya karena adanya proses reuse dan recycle oleh para pemulung. Proses reuse dan recycle oleh para pemulung ini dianggap kurang signifikan menyebabkan penurunan volume sampah domestik di TPS Kontainer. Sehingga volume sampah di TPS Kontainer tetap semakin bertambah secara eksponensial sejalan dengan bertambahnya waktu. Bertambahnya sampah di TPS Kontainer akan meningkatkan jumlah armada angkut sampah yang dibutuhkan. Meningkatnya jumlah amada angkut sampah akan meningkatkan jumlah karyawan yang dibutuhkan. Di sisi lain meningkatnya armada angkut sampah akan meningkatkan volume sampah di TPA Sukajaya Kota Palembang. Peningkatan volume sampah organik akan meningkatkan jumlah mesin pencacah sampah organik yang dibutuhkan dan peningkatan volume sampah anorganik juga akan meningkatkan jumlah mesin pencacah plastik yang dibutuhkan. Peningkatan jumlah mesin pencacah sampah organik dan peningkatan jumlah mesin pencacah plastik akan meningkatkan jumlah karyawan yang dibutuhkan. Disisi lain peningkatan mesin pencacah sampah organik akan meningkatkan produksi kompos dan peningkatan mesin

(38)

62

pencacah plastik akan meningkatkan recycle (daur ulang) sampah plastik, yang pada akhirnya akan mengurangi sisa sampah di TPA.

Beberapa asumsi dalam menyusun model didasarkan pada: 1. Fraksi laju pertumbuhan penduduk 2%,

2. Jumlah penduduk pada tahun awal (2004) adalah 310749 jiwa, 3. 100% dari timbulan sampah domestik dapat dikelola,

4. Setiap 1 orang penduduk menghasilkan sampah sebanyak 2 liter atau setara 2 dm3 per hari.

5. Model menggambarkan pola atau perilaku selama 15 tahun periode.

6. Model disusun khusus untuk pengelolaan sampah domestik permukiman penduduk di pinggir Sungai Musi Kota Palembang sebagai bagian dari pengelolaan sampah Kota Palembang.

(39)

Penduduk Rumah Tangga + Reduce + Sampah Domestik -Sampah organik RT Sampah anorganik RT + + Reuse Sisa + -+ TPS + Recycle Reuse Sisa Armada angkut + + -+ Sampah di TPA Sukajaya Palembang +

Sampah organik Sampah anorganik + + Mesin pencacah sampah organik (kompos) + Kompos + Reuse + Sampah plastik/ bahan baku daur ulang (recycle) Mesin pencacah sampah anorganik (sampah plastik) + + Sisa -+ Kbthn Mantri penyuluh kesling + Kbthn karyawan + + Kbthn kartu sehat +

Gambar 20. Diagram simpal kausal (causal loop) model pengelolaan sampah domestik permukiman penduduk di pinggir Sungai Musi Kota Palembang dengan pendekatan reduce, reuse, recycle, dan partisipasi berdasarkan skenario progresif.

(40)

64

Gambar 21. Diagram alir model pengelolaan sampah domestik permukiman penduduk di pinggir Sungai Musi Kota Palembang dengan pendekatan 3R+P berdasarkan skenario progresif.

Lj_penambhn_TPS_kontainer Smph_di_TPA Pengomposan Lj_reduksi F_Karyawan Jml_Karyawan Jml_Pddk Lj_Penambhn_armada_angkut Jml_armada_angkut Lj_Penambhn_Karyawan Kmpn_angkut_smph Smph_organik_per_hari mesin_kompos Krywn_mesin_kompos F_Krywn_kompos F_Smph_anorganik_per_hari F_Smph_organik_per_hari Smph_anorganik_per_hari F_Krywn_plastik Kbthn_TPS_kontainer F_Prdk_Smph_per_hari F_Lj_penambhn_TPS_kontainer F_rate_pengangkutan Kbthn_Dana_Pengelolaan F_Kompos Smph_tdk_terangkut Smph_per_hari Reduce Smph_per_tahun F_rate F_reduksi Kpsts_armada Jml_TPS_kontainer F_Kpsts_TPS_kontainer F_Penambhn_Karyawan F_Penambhn_armada_angkut Reuse_recycle F_Lj_reduksi F_daur_ulang mesin_plastik F_Kpsts_mesin_pencacah Krywn_Mesin_plastik F_Kpsts_mesin F_Dana_Pengelolaan F_Kpsts_armada Pendkln_Sungai_Musi F_Prdki_smph_per_tahun F_Pendkln_Sungai_Musi Kbthn_mantri_penyuluh_kesling F_Kbthn_mantri_penyuluh_kesling F_meter_kubik F_kbthn_kartu_sehat Kbthn_kartu_sehat F_Lj_Prtbhn_Pddk Lj_Prtbhn_Pddk Kbthn_armada_angkut

(41)

Persamaan Powersim:

init Jml_armada_angkut = 26

flow Jml_armada_angkut = +dt*Lj_Penambhn_armada_angkut

doc Jml_armada_angkut = Jumlah armada angkut sampah yang di butuhkan untuk melayani wilayah permukiman di pinggir Sungai Musi Kota

Palembang.

init Jml_Karyawan = 130

flow Jml_Karyawan = +dt*Lj_Penambhn_Karyawan

doc Jml_Karyawan = Jumlah karyawan yang dibutuhkan untuk

mengoperasikan 26 unit armada angkut sampah, setiap 1 armada angkut sampah idealnya dioperasionalkan oleh 5 orang.

init Jml_Pddk = 310749

flow Jml_Pddk = +dt*Lj_Prtbhn_Pddk

doc Jml_Pddk = Jumlah penduduk di wilayah permukiman di pinggir Sungai Musi Kota Palembang, yang terdapat di 29 kelurahan pada 10 kecamatan di Kota Palembang.

init Jml_TPS_kontainer = 104

flow Jml_TPS_kontainer = +dt*Lj_penambhn_TPS_kontainer

doc Jml_TPS_kontainer = Kebutuhan ideal TPS Kontainer pada tahun pertama (tahun 2003).

init Smph_di_TPA = 226847 flow Smph_di_TPA = -dt*Lj_reduksi

+dt*Kmpn_angkut_smph

doc Smph_di_TPA = Sampah terangkut ke TPA Sukajaya Palembang selama waktu 1 tahun.

aux Kmpn_angkut_smph =

Jml_armada_angkut*F_Kpsts_armada*F_rate_pengangkutan

doc Kmpn_angkut_smph = Jumlah sampah yang mampu di angkut petugas dari TPS Kontainer di wilayah permukiman di pinggir Sungai Musi Kota Palembang. aux Lj_Penambhn_armada_angkut = Kbthn_armada_angkut*F_Penambhn_armada_angkut aux Lj_Penambhn_Karyawan = Jml_armada_angkut*F_Karyawan*F_Penambhn_Karyawan aux Lj_penambhn_TPS_kontainer = Kbthn_TPS_kontainer*F_Lj_penambhn_TPS_kontainer aux Lj_Prtbhn_Pddk = Jml_Pddk*F_Lj_Prtbhn_Pddk

aux Lj_reduksi =

Smph_di_TPA-(F_Lj_reduksi+Pengomposan+Reuse_recycle)

aux Kbthn_armada_angkut = Smph_per_hari/(F_rate*Kpsts_armada) doc Kbthn_armada_angkut = Jumlah armada angkut sampah yang

dibutuhkan untuk melayani wilayah permukiman di pinggir Sungai Musi Kota Palembang.

aux Kbthn_Dana_Pengelolaan = Smph_di_TPA*F_Dana_Pengelolaan aux Kbthn_kartu_sehat = Jml_Pddk*F_kbthn_kartu_sehat

aux Kbthn_mantri_penyuluh_kesling =

Jml_Pddk*F_Kbthn_mantri_penyuluh_kesling

doc Kbthn_mantri_penyuluh_kesling = Kebutuhan Mantri Penyuluh Kesehatan Lingkungan, berasal dari Dinas Kesehatan Kota Palembang.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini yaitu; (1) menghasilkan komik yang memiliki karakteristik berbasis desain grafis, dan berisi materi Besaran dan Satuan SMP kelas VII SMP, dan

The aim of this study are to analyze the text of female sexuality articles that realized in the women magazines (i.e. vocabulary, grammar, cohesion and text

Lingkungan internal yang menjadi kekuatan KRB adalah (1) pusat konservasi ex-situ , (2) panorama arsitektur lanskap yang bernuansa alami, (3) KRB memiliki aksesbilitas tinggi

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Memberikan pengalaman untuk mengembangkan penelitian Research and Development (R &amp; D) dalam mengembangkan media Kartu Domino Modifikasi pada materi Sifat Bahan

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang

2. Kongres Pemuda Kedua adalah kongres pergerakan pemuda Indonesia yang melahirkan keputusan yang memuat ikrar untuk mewujudkan cita-cita berdirinya negara Indonesia, yang