• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI. Oleh : Drs. Nuruddin PBS, M.Or.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI. Oleh : Drs. Nuruddin PBS, M.Or."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI Oleh : Drs. Nuruddin PBS, M.Or.

A. PENDAHULUAN

Pendidikan jasmani merupakan salah satu pelajaran yang harus dimasukkan dalam kurikulum di semua jenis dan jenjang pendidikan. Dengan demikian perlu adanya guru pendidikan jasmani yang mempunyai kewenangan dan kemampuan untuk mengampu pelajaran pendidikan jasmani. Guru pendidikan jasmani yang memiliki kewenangan dan kemampuan tersebut dihasilkan oleh berbagai jenjang pendidikan dan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan seperti IKIP dan FKIP yang memiliki Fakultas atau Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan.

Sebenarnya cukup banyak lulusan guru pendidikan jasmani dari LPTK tersebut, tetapi kondisi Negara yang kurang baik belum bias menempatkan mereka bekerja sebagai guru. Oleh karena itu masih banyak guru yang bukan bidangnya mengajar pendidikan jasmani. Hal ini diperarah lagi dengan keterbatasan sarana dan prasarana yang menunjang pelajaran pendidikan jasmani di sekolah-sekolah. Kendala lain adalah cara mengajar pendidikan jasmani yang berorientasi pada olahraga prestasi, sehingga kurang melibatkan partisipasi gerak dan tingkat perkembangan siswa.

Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari system pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu pendidikan jasmani harus dapat mengakomodasi nilai-nilai pendidikan. Selama ini peran pendidikan jasmani sebagai bagian dari system pendidikan dirasa masih belum optimal. Selain faktor sarana dan prasarana yang kurang memadai, masih banyak faktor lain yang perlu dibenahi dalam mengoptimalkan peran pendidikan jasmani di sekolah, seperti kurikulum kualitas guru dan strategi pembelajaran.

(2)

Sebagai bagian integral dari pendidikan maka tujuan pendidikan jasmani harus sesuai dengan tujuan Pendidikan Nasional menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II Pasal 4 : “Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”. Sedangkan tentang pendidikan jasmani terdapat dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1950 Tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah, Bab VI Pasal 9, yang berbunyi : “Pendidikan jasmani yang menuju kepada keselarasan antara tumbuhnya badan dan perkembangan jiwa, dan merupakan suatu usaha untuk membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang sehat dan kuat lahir batin, diberikan kepada segala jenis sekolah”. Baik dari tujuan pendidikan maupun pendidikan maupun pendidikan jasmani keduanya mengacu pada pendidikan anak seutuhnya yang harus meliputi kesatuan jasmani dan rohani, pertumbuhan jiwa dan raga menuju keselarasan untuk menghindari pendidikan yang hanya mengarah kepada intelektualisme.

Tujuan pendidikan dan pendidikan jasmani yang tercantum dalam Undang-undang sifatnya sangat umum. Untuk mencapai tujuan yang sifatnya umum tersebut diperlukan pentahapan yang dirancang dan dapat dilaksanakan sebagai tujuan yang sifatnya khusus. Tujuan pendidikan mencakup tiga ranah (domain), yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Untuk pendidikan jasmani perlu ditambah dengan ranah fisik/jasmani (Annarino dkk., 1980:65). Ranah kognitif mencakup tujuan yang berkaitan dengan intelektual, berpikir, pengetahuan, dan pemahaman. Ranah afektif berkaitan dengan sikap, perasaan, emosi, minat, dan apresiasi. Ranah psikomotor mencakup tujuan yang berkaitan dengan ketrampilan gerak, sedangkan ranah fisik berkaitan dengan tujuan berfungsinya dengan baik sistem tubuh, seperti meningkatkan kekuatan, kecakapan, daya tahan, kelentukan, dan sebagainya.

(3)

B. PENGAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Memilih strategi mengajar yang tepat merupakan salah satu unsur penting dalam pengajaran pendidikan jasmani. Ketepatan dalam memilih strategi mengajar akan berpengaruh pada tingkat keberhasilan dalam pencapaian tujuan mengajar. Keberhasilan dalam mencapai tujuan mengajar kan meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran. Pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pengambilan keputusan. Keputusan yang dibuat oleh guru disebut sebagai perilaku mengajar, sedangkan keputusan yang dibuat oleh siswa disebut perilaku belajar sehingga proses pembelajaran yang dulu kita kenal sebagai proses belajar mengajar adalah interaksi antara perilaku guru dan perilaku siswa.

Pola-pola keputusan disebut gaya mengajar (teaching style), sedangkan kerangka kerja yang menopang gaya-gaya mengajar disbeut spectrum gaya mengajar. Spectrum mengidentifikasi struktur setiap gaya mengajar dengan menggambarkan keputusan-keputusan yang diambil baik oleh guru maupun siswa. Spectrum menggambarkan bagaimana cara pergeseran atau pergantian keputusan yang tepat dari guru ke siswa, karena pergantian dari satu gaya mengajar ke gaya mengajar yang lain. Spectrum juga menggambarkan pengaruh tiap gaya mengajar terhadap siswa dalam ranah kognitif, afektif, social, fisik maupun moral.

Mengajar merupakan kemampuan berperilaku dalam cara yang tepat dengan menggunakan gaya mengajar yang sesuai dengan tujuan. Mengajar yang terampil adalah kemampuan untuk mengganti secara tepat dari satu gaya mengajar ke gaya mengajar yang lain, karena tujuan mengajar selalu berubah dari satu episode mengajar ke episode mengajar yang lain.

Dalam kesempatan yang singkat ini akan dibahas mengenai aspek-aspek yang mendasari strategi mengajar yang sesuai dengan materi dan tujuan yang ingin dicapai. Aspek-aspek tersebut meliputi spectrum gaya mengajar, anatomi gaya mengajar dan pelaksanaan penerapan gaya mengajar.

(4)

C. SPEKTRUM GAYA MENGAJAR

Tujuan spectrum gaya mengajar adalah untuk memberikan pengetahuan yang kongkrit tentang alternatif dalam aktivitas mengajar bagi guru dan mengajak mereka untuk melaksanakannya bersama siswa guna mencapai tujuan tertentu.

Rumusan spectrum gaya mengajar yang mendasar adalah bahwa mengajar diatur dengan proses penyatuan pengambilan keputusan. Setiap aktivitas mengajar yang baik adalah dari keputusan sebelumnya. Membuat mengajar, misalnya : bagaimana mengorganisasikan siswa, pokok bahasan, siswa, memilih perilaku verbal, menciptakan susunan social-afektif atau menyelenggarakan hubungan-hubungan kognitif dengan siswa. Mengidentifikasi keputusan-keputusan utama dan memahami kombinasi keputusan yang memungkinkan, akan membuka pandangan yang luas untuk melihat hubungan guru dan siswa. Setiap pilihan dalam hubungan guru dan siswa memiliki struktur keputusan tertentu yang dibuat oleh guru dan siswa.

Spectrum gaya mengajar mengidentifikasikan pilihan-pilihan atau gaya-gaya mengajar, struktur keputusan, peran khusus guru dan siswa dalam setiap gaya mengajar dan tujuan yang ingin dicapai.

Struktur spectrum terdiri dari : 1. Aksioma (The Axion)

Seluruh struktur spectrum berasala dari premis sebelumnya yang menyatakan bahwa perilaku mengajar adalah suatu rangkaian pengambilan keputusan. Tiap aktivitas mengajar yang tepat adalah hasil dari keputusan sebelumnya.

2. Anatomi Gaya Mengajar (The Anatomy of Any Style)

Anatomi gaya mengajar terdiri dari kategori-kategori keputusan yang mungkin yang harus diambil dalam transaksi belajar-mengajar. Kategori ini dikelompokkan kedalam tiga tahap, yaitu :

(5)

(1) Pra Pertemuan (Preimpact set)

Keputusan-keputusan yang harus dibuat sebelum transaksi belajar- mengajar berlangsung.

(2) Selama Pertemuan (Impact set)

Keputusan-keputusan yang berhubungan dengan inti transaksi belajar-mengajar.

(3) Pasca Pertemuan (Postimpact set)

Mengidentifikasi keputusan-keputusan yang berhubungan dengan evaluasi transaksi belajar-mengajar.

3. Pembuatan Keputusan (The Decision Makers)

Baik guru maupun siswa dapat membuat keputusan-keputusan dalam berbagai kategori-kategori yang disajikan dalam anatomi gaya mengajar. Jika semua atau sebagian besar keputusan dalam kategori menjadi tanggung jawab guru misalnya, maka guru tersebut memiliki tanggung jawab pembuatan keputusan pada tingkat “maksimum”, dan sebaliknya siswa memiliki tanggung jawab pembuatan keputusan pada tingkat “minimum”

4. Spektrum Gaya Mengajar (Spectrum)

Dengan menentukan siapa yang membuat keputusan, tentang apa dan kapan, maka memungkinkan untuk mengidentifikasi struktur dari 11 gaya mengajar, dan juga gaya mengajar alternative yang memungkinkan yang berada diantara spectrum gaya-gaya mengajar tersebut.

5. Kluster (Clusters)

Struktur gaya mengajar mencerminkan dua kapasitas dasar, yaitu kapasitas untuk “reproduksi” dan kapasitas “produksi”. Pada dasarnya tiap manusia memiliki kapasitas untuk mereproduksi pengetahuan, meniru model, dan berlatih ketrampilan. Disamping itu, manusia juga memiliki kapasitas untuk mereproduksi ide, sesuatu, dan kapasitas untuk mengajukan hal-hal yang baru dan yang belum diketahui.

(6)

Karena keputusan-keputusan selalu berpengaruh terhadap apa yang terjadi pada siswa, maka tiap gaya berpengaruh pada perkembangn siswa. Sprektrum gaya mengajar memberikan kerangka kerja untuk mengkaji pengaruh tiap gaya dalam domain kognitif, afektif, social, fisik, dan domain moral.

Hubungan Guru-Siswa-Tujuan

Interaksi diantara guru dengan siswa selalu mencerminkan perilaku mengajar, perilaku belajar, dan seperangkat tujuan yang ingin dicapai. Ikatan diantara perilaku guru (G), perilaku belajar (S), dan tujuan (T) tidak mungkin dipisahkan G-S-T selalu ada dalam satu kesatuan sebagai kesatuan pedogogis.

Ada dua perangkat tujuan yang ingin dicapai dalam interaksi guru-siswa, yaitu tujuan pokok bahasan (Subject matter objectives) dan tujuan perilaku (Behaviour objectives).

D. PERENCANAAN MENGAJAR

Perencanaan mengajar dapat dilihat dalam anatomi gaya mengajar. Gaya mengajar mengidentifikasi dan diorganisasikan dalam tiga tahap, yaitu : (1) Tahap Pra Pertemuan (The Preimpact Set); (2) Tahap Pertemuan (The Impact Set); dan (3) Tahap Pasca Pertemuan (The Pastimpact Set).

1. Tahap Pra Pertemuan (Persiapan) a. Tujuan episode

Keputusan ini mengidentifikasi tujuan episode 1) Dimana guru berperan ?

2) Dimana siswa berperan ?

3) Harapan-harapan spesifik apa dari episode tersebut (G-S-T) ? b. Pemilihan gaya mengajar

(7)

Keputusan ini mengidentifikasi perilaku mengajar yang akan membangkitkan perilaku belajar yang mengarahkan siswa pada tujuan episode (G-S-T).

c. Gaya belajar yang diharapkan

Keputusan ini dapat didekati dengan dua cara:

1) Jika gaya mengajar dipergunakan sebagai tempat masuk (entry point) pada perilaku episode, maka gaya mengajar yang diharapkan merupakan refleksi dari penerapan gaya mengajar tersebut.

2) Jika kebutuhan siswa dipergunakan sebagai tempat masuk, maka kebutuhan siswa tersebut menentukan dalam memilih gaya mengajar (G-S-T).

d. Siapa yang akan diajar

Suatu keputusan harus dibuat untuk individu-individu yang terlibat dalam episode.

1) Kepada siapa dialamatkan ?

2) Apakah untuk seluruh kelas, sebagian kelas, atau unuk perorangan ?

e. Pokok Bahasan/Materi Pelajaran

Kategori ini meliputi keputusan-keputusan tentang apa yang diajarkan dan apa yang tidak diajarkan. Pokok bahasan ini meliputi keputusan-keputusan tentang :

1) Jenis pokok bahasan 2) Jumlah aktivitas 3) Kualitas pelaksanaan 4) Urutan pelaksanaan f. Kapan Mengajar

Keputusan-keputusan waktu harus disusun: 1) Waktu mulai untuk tiap aktivitas tertentu

2) Kecepatan dan irama aktivitas – kecepatan pelaksanaan aktivitas/tugas.

(8)

4) Interval-waktu diantara berbagai aktivitas atau episode 5) Waktu berakhir untuk seluruh episode atau pelajaran g. Cara komunikasi

Keputusan ini berkaitan dengan cara berkomunikasi yang akan digunakan dalam episode mengajar.

Berbeda-beda dan pertanyaan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara.

h. Pengorganisasian

Pengorganisasian ini berkaitan dengn keputusan-keputusan tentang berbagai kebutuhan logistic dan manajemen kelas.

i. Dimana mengajar

Keputusan ini mengidentifikasi tempat yang tepat dalam melaksanakan aktivitas.

j. Posture

Keputusan ini menunjukkan hubungan diantara posisi-posisi bagian tubuh selama melakukan aktivitas.

k. Pakaian dan Penampilan l. Parameter

Keputusan ini menunjukkan pada batas-batas, terutama dalam hubungan dengan kategori tempat, posture, pakaian, dan penampilan. m. Suasana Kelas

Suasana kelas menunjukkan kondisi afektif dan social yang berkembang didalam kelas.

n. Materi dan Prosedur Evaluasi

Keputusan-keputusan harus dibuat yang berkaitan dengan evaluasi yang akan dilakukan pada tahap pasca pertemuan.

o. Lain-lain

Anatomi gaya mengajar ini merupakan struktur yang terbuka. 2. Tahap Pertemuan (Pelaksanaan)

a. Mengimplementasikan dan mengikuti keputusan-keputusan pada tahap Pra Pertemuan. Kategori ini meliputi keputusan-keputusan tentang

(9)

bagaimana melaksanakan keputusan-keputusan dalam kategori nomor 1-14.

b. Karena perencanaan tidak dapat selalu sempurna, maka pelaksanaannya juga tidak sempurna. Untuk itu, perlu ada penyesuaian-penyesuaian keputusan yang harus dibuat. Ada dua pilihan yang dapat dilakukan :

1) Mengidentifikasi keputusan yang menyebabkan masalah, kemudian mengoreksinya dan melanjutkan episode mengajarnya. 2) Jika masalah tersebut serius, maka mengakhiri episode tersebut dan

berganti ke aktivitas lain. c. Lain-lain

Model ini bersifat terbuka. 3. Tahap Pasca Pertemuan (Evaluasi)

a. Mengumpulkan informasi mengenai pelaksanaan pada tahap pertemuan.

Hal ini dapat dilakukan dengan mengamati, mendengarkan, sentuhan, dan lain-lain.

b. Minimal Informasi dengan Kriteria

Keputusan-keputusan dibuat untuk membandingkan dan mencocokkan antara pelaksanaan dengan kriteria, standar atau model.

c. Memberikan Umpan Balik Kepada Siswa

Keputusan-keputusan harus dibuat tentang bagaimana cara memberikan umpan balik, yaitu informasi atau penilaian tentang kinerja aktivitas siswa, dan tentang peran siswa dalam membuat keputusan. Umpan balik dapat segera atau ditunda, dan dapat diberikan dengan sikap, gerak-isyarat, simbol atau perilaku verbal.

Ada empat bentuk pemberian umpan balik, yaitu: 1) Pernyataan nilai

2) Pernyataan korektif 3) Pernyataan netral

(10)

d. Cara mengajukan pertanyaan

Keputusan-keputusan harus dibuat tentang bagaiman cara mengajukan pertanyaan.

e. Menilai gaya mengajar yang dipilih

Keputusan-keputusan harus dibuat tentang bagaimana kefektivan gaya mengajar yang digunakan dalam menyelesaikan episode dan pengaruhnya terhadap siswa.

f. Minimal gaya belajar yang diharapkan

Dalam hubungannya dengan kategori yang dibuat sebelumnya (menilai gaya mengajar yang dipilih), sebuah keputusan harus dibuat yang berkaitan dengan apakah siswa telah mencapai tujuan episode tersebut. Kesesuaian diantara tujuan dan tindakan atau aktivitas harus dinilai dan dicocokkan dengan gaya mengajar dan gaya belajar.

g. Penyesuaian-penyesuaian

Berdasarkan penilaian episode tersebut, keputusan-keputusan harus dibuat untuk penyesuaian dan penyempurnaan yang diperlukan pada episode berikutnya.

h. Lain-lain Model ini bersifat terbuka

Moston dan Asworth (1994) mengemukakan 11 (sebelas) gaya mengajar mulai dari gaya Komando (A) hingga gaya Mengajar Sendiri (K). gaya-gaya mengajar tersebut adalah sebagai berikut :

1. Gaya Komando (A) – (Command Style)

Belajar melaksanakan tugas dengan tepat dan dalam waktu yang singkat, mengikuti semua keputusan yang dibuat oleh guru. Pemberian respons yang cepat kepada stimulus. Pelaksanaan tugas dilakukan dengan tepat dan cepat. Menirukan model.

(11)

Memberikan kesempatan kepada siswa bekerja secara individu dan memberikan kesempatan guru menyampaikan umpan balik secara individu. Waktu yang diberikan siswa untuk melaksanakan tugas secara individu dan waktu yang diberikan guru untuk memberikan umpan balik kepada siswa secara individu.

3. Resipirokal (C) – (Reciprocal Style)

Siswa bekerja dengan pasangan dan memberikan umpan balik kepada pasangan, yang didasarkan atas kriteria yang dipersiapkan guru. Siswa bekerja dengan pasangan, menerima umpan balik segera; mengikuti kriteris pelaksanaan yang dirancang oleh guru; dan mengembangkan umpan balik dan ketrampilan sosialisasi.

4. Gaya Periksa Sendiri (D) – (The Self Check Style)

Belajar melaksanakan tugas dan memeriksa pekerjaan sendiri. Siswa melaksanakan tugas secara individu dan memberikan umpan balik sendiri dengan menggunakan kriteria yang dikembangkan oleh guru.

5. Gaya Inklusi (E) – (The Inclusion Style)

Belajar memilih level tugas yang dapat dilakukan dan memberikan tantangan untuk memeriksa pekerjaannya sendiri. Tugas yang sama dirancang untuk tingkat kesulitan yang berbeda. Siswa menentukan entry point kedalam tugasnya dan kapan berpindah pada level tugas yang lain. 6. Gaya Diskaveri Terbimbing (F) – (The Discovery Style)

Menemukan konsep dengan menjawab serangkaian pertanyaan yang disajikan oleh guru. Guru, dengan mengajukan serangkaian pertanyaan tertentu, secara sistematis mengarahkan siswa menemukan “sasaran” yang telah ditentukan sebelumnya yang belum diketahui oleh siswa.

7. Gaya Diskaveri Konvergen (G) – (The Discovery Convergent Style)

Siswa menemukan solusi terhadap suatu masalah dan belajar mengklarifikasi isu serta mengambil kesimpulan dengan menggunakan prosedur logis, pemikiran/pertimbangan, dan berfikir kritis. Guru menyajikan pertanyaan. Struktur intrinsic tugas (pertanyaan) memerlukan jawaban tunggal yang benar. Siswa dilibatkan dalam pemikiran (operasi

(12)

kognitif lain) dan mencari untuk menemukan jawaban/solusi tunggal yang benar.

8. Gaya Produksi Divergen (H) – (The Divergent Production Style)

Siswa dilibatkan dalam memproduksi (menemukan) respons ganda untuk pertanyaan tunggal. Siswa dilibatkan dalam memproduksi respons divergen (berbeda) untuk pertanyaan tunggal. Struktur instrinsik tugas (pertanyaan) memberikan respons ganda yang mungkin. Respons ganda dinilai dengan prosedur “Possible-Feasible-Desiable Procedure” atau dengan memverifikasi “aturan” disiplin yang diberikan.

9. Gaya Program Individual – Rancangan Siswa (I) – (The Individual Program Learner’s Design Style)

Merancang, mengembangkan, dan melaksanakan serangkaian tugas yang diorganisasikan kedalam program perorangan yang dikonsultasikan dengan guru. Siswa merancang, mengembangkan, dan melaksanakan serangkaian tugas yang diorganisasikan kedalam program perorangan. Siswa memilih topic, mengidentifikasi pertanyaan, mengumpulkan data, menemukan jawaban, dan mengorganisasikan informasi. Guru menentukan bidang pokok bahasan umum.

10. Gaya Inisiatif Siswa (J) – (The Learner-Initiated Style)

Siswa memulai pengalaman belajar, merancang, melaksanakan, dan mengevaluasinya, bersama-sama dengan guru berdasarkan criteria yang disepakati bersama. Siswa memulai gaya ini dimana ia akan melakukan episode atau serangkaian episode. Siswa memiliki pilihan untuk menentukan berbagai gaya mengajar pada spektrum ini.

11. Gaya Mengajar Sendiri (K) – (The Self Teaching Style)

Memberikan kesempatan siswa untuk membuat keputusan maksimum tentang pengalaman belajarnya, yakni tanpa keterlibatan langsung dari guru. Gaya ini jarang digunakan di sekolah. Gaya ini lebih tepat untuk mengembangkan hobi atau mengisi waktu luang. Siswa memulai pengalaman belajar, merancang, dan mengevaluasinya. Siswa memutuskan seberapa banyak keterlibatan guru. Guru menerima keputusan belajar

(13)

siswa dan memberikan kondisi umum untuk agar siswa merencanakan apa yang akan dilakukan di sekolah.

A B C D E F G H I J K Pra Pertemuan G G G G G G G G G S S Pertemuan G S PL S S G S S G S G S S G S Pasca Pertemuan G G Pn S S G S S G S G S S S

Gambar 1. Spektrum Gaya Mengajar Keterangan :

G : Guru S : Siswa

PL : Siswa sebagai pelaku Pn : Siswa sebagai pengamat

Tabel 1. Karakteristik Gaya Mengajar

Karakteristik umum (Tujuan) Gaya A-E Karakteristik umum (Tujuan) Gaya F-J 1. Reproduksi pengetahuan dan

ketrampilan

2. Pokok bahasan konkrit, terutama berisi fakta, aturan, dan

ketrampilan khusus

(Pengetahuan dasar, pengetahuan tertentu atau pasif) 3. Hanya ada satu cara yang benar

untuk melaksanakan tugas, yaitu dengan berusaha menyamai model yang disajikan

4. Waktu digunakan untuk berlatih dan belajar guna mengikuti model.

1. Produksi pengetahuan dan ketrampilan baru untuk siswa dan/atau guru

2. Pokok bahasan merupakan variable, sebagian besar berisi konsep, strategi, dan prinsip-prinsip.

3. Mendatangkan alternatif-alternatif dalam rancangan dan kinerja. Tidak ada satu model yang harus diikuti.

4. Waktu digunakan untuk proses-proses kognitif yang terlibat. 5. Waktu digunakan untuk

(14)

5. Sebagian besar operasi kognitif yang dilibatkan adalah memori dan pengingatan kembali

6. Umpan balik bersifat khusus dan menunjukkan kinerja tugas dan kesesuaiannya dengan model 7. Perbedaan individu diterima

hanya dalam batas-batas fisik dan emosional

8. Iklim kelas (jiwa lingkungan belajar) berbentuk suatu

pelaksanaan model,

pengulangan, dan mengurangi kesalahan.

mengembangkan iklim efektif yang kondusif untuk memproduksi dan menerima berbagai alternatif dan pilihan. 6. Operasi kognitif dilibatkan dalam

membandingkan mengkontraksikan,

mengkategorikan, memecahkan masalah, menemukan sesuatu, dan lain-lain.

7. Penemuan dan kreativitas dimanifestasikan melalui operasi kognitif.

8. Penemuan oleh siswa dikembangkan melalui proses konvergen dam divergen atau kombinasi dari keduanya.

9. Umpan balik berkaitan dengan memproduksi alternatif-alternatif dan bukan merupakan solusi tunggal.

10. Perbedaan individual dalam hal kuantitas, kecepatan, dan jenis produksi sangat penting untuk menjaga dan melanjutkan gaya mengajar ini.

11. Iklim kelas (jiwa lingkungan belajar) berbentuk pencarian, pengujian validitas alternatif, dan melebihi hal-hal yang telah diketahui.

E. PELAKSANAAN DAN PENERAPAN GAYA MENGAJAR

Pelaksanaan dan penerapan gaya-gaya mengajar pendidikan jasmani perlu disesuaikan dengan situasi dan kondisi pembelajaran. Ada berbagai

(15)

perkembangan dalam penerapan gaya mengajar (Dougherly dan Bonanno, 1983) sebagai berikut :

1. Tidak ada gaya mengajar yang paling baik untuk selamanya. Setiap gaya mengajar memiliki kelebihan dan kekurangan tertentu, berkaitan dengan tujuan-tujuan tertentu. Hal ini yang harus diperhatikan adalah kesiapan siswa untuk mengambil keputusan, peralatan yang tersedia, kesesuaian dengan pokok bahasan dan berbagai faktor lain.

2. Ada periode yang menyebabkan penghentian yang harus diamati, jika gaya mengajar beralih ke arah yang lebih menekankan kepada siswa pada akhir rangkaian kesatuan gaya mengajar. Peralihan sangat efektif apabila dilakukan secara perlahan dan cermat, agar lebih meningkatkan dalam pembuatan keputusan-keputusan sederhana dari diberikan terlalu banyak tetapi sulit dilaksanakan siswa.

3. Sebelum menjalankan gaya mengajar yang dipilih, sebaiknya berhati-hati dalam menilai semua variable atau factor didalam situasi mengajar jika pelajaran ternyata tidak berhasil. Banyak kemungkinan kesulitan yang tidak tampak pada setiap gaya mengajar. Beberapa hal yang perlu ditinjau kembali apabila terjadi kegagalan pelajaran adalah :

a. Apakah siswa mempersiapkan untuk membuat keputusan-keputusan yang sesuai dengan harapan ?

b. Apakah guru menyampaikan informasi persiapan yang cukup kepada siswa ?

c. Apakah guru melakukan gaya mengajar dengan benar ?

d. Apakah guru memberikan umpan balik (feed back) yang benar ? e. Apakah pemilihan gaya mengajar sesuai dengan pelajaran ?

4. Dalam pembelajaran pendidikan jasmani dimungkinkan untuk mengkombinasikan dan memodifikasi gaya-gaya mengajar agar sesuai dengan kebutuhan.

(16)

5. Gaya mengajar dikatakan baik apabila pelakunya baik, dilakukan dengan baik dengan persiapan yang cermat dan teliti. Guru seharusnya bekerja dengan sungguh-sungguh dan memperhatikan siswanya.

Spektrum gaya mengajar memberikan bermacam-macam strategi mengajar yang menarik, produktif, dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan pada setiap situasi mengajar yang baru.

F. PENUTUP

Guru pendidikan jasmani harus memiliki kewenangan, kemampuan, dan menguasai berbagai metode mengajar serta persiapan mengajar yang baik. Perencanaan mengajar sangat tergantung pada tujuan yang ingin dicapai. Dengan demikian model perencanaannya tergantung metode yang dipilih. Model pendekatan mengajar semacam ini masih perlu disebarluaskan dan memerlukan kerjasama yang baik dengan bidang-bidang lain, seperti pengembangan kurikulum, interaksi pembelajaran, strategi pembelajaran, pengajaran mikro dan sebagainya.

BIODATA PENULIS

Nama : Nuruddin Priya B. S Tempat/Tanggal Lahir : Klaten, 3 Desember 1962 Pendidikan : S1 Universitas Sebelas Maret

S2 Jurusan Ilmu Olahraga UNS Surakarta Alamat Kantor : FKIP-UTP. Surakarta, Jln. Walanda Meramis no.31 Cengklik Surakarta. Telp (0271) 854188

Alamat Rumah : Tempursari, Ngawen, Klaten RT 01/06 Telp (0272) 330069. HP. 085229202069

(17)

Gambar

Gambar 1. Spektrum Gaya Mengajar  Keterangan :

Referensi

Dokumen terkait

cycle digraph Cs1 for d =l,and the complete digraph Kd+t for k=l This motivates the study of the existence problem of diregular digraphs of degree d, diameter I with.. order

Fe (besi) dan Al (alumunium) merupakan unsure hara mikro dalam tanah akan tetapi memiliki fungsi penting bagi tanaman, dari hasil analisis tanah di Laboratorium

• Dengan demikian, referensi-referensi ke lokasi stack di dalam memori pada dasarnya merupakan pengalamatan register tidak langsung.

Intensitas aset tetap mempunyai arah hipotesis yang positif terhadap ETR sebagai proksi tax avoidance, hal ini dikarenakan dalam teori agensi untuk menekan jumlah

Dalam hal ini,pelajaran grammar dan vocabulary tidak dapat dipisahkan sebab pola kalimat perlu diberikan dengan menggunakan kosa kata atau vocabulary untuk membuat

Kabupaten Pacitan Nomor 26 Tahun 2007, tanggal 10 Desember 2007) ;.. Peraturan Daerah Kabupaten Pacitan Nomor 2 ) Tahun 2007 tentang Organisasi DInas. Daerah Kabupaten

Membuktikan asersi kelengkapan transaksi yang berkaitan dengan sedaan yang dicatat dalam catatan akuntansi dan kelengkapan saldo sediaan yang disajikan di neraca.. Membuktikan

HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI PUSTAKAWAN DENGAN KUALITAS PELAYANAN PADA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS