PENANDINGAN HISTORICAL COST DAN CURRENT COST
DALAM RANGKA PENILAIAN KINERJA MANAJEMEN
KOPERASI
Anjuman Zukhri
Jurusan Pendidikan Ekonomi, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Indonesia Abstrak
Standar Akuntansi keuangan mengharuskan laporan keuangan koperasi disusun berdasarkan pada konsep biaya historis (Historical Cost). Konsep Historical Cost menyajikan kondisi keuangan perusahaan pada saat perolehan atau masa lalu yang mengabaikan perubahan harga, baik itu inflasi maupun deflasi.Akuntansi tingkat harga umum (Current
Cost)menunjukkan penyimpangan yang paling sedikit dari prinsip akuntansi yang diterima
umum karena hanya melakukan penyesuaian data pada laporan harga pokok historis dengan indeks harga umum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) kinerja manajemen Koperasi yang disusun berdasarkan harga historis (Historical Cost), dan (2) kinerja manajemen Koperasi berdasarkan harga sekarang sesuai inflasi (Current Cost). Penelitian ini dirancang dengan pendekatan kuantitatif dengan perhitungan ratio–ratio kinerja keuangan. Penelitian dilaksanakan selama 2 tahun. Penelitian tahun pertama difokuskan pada penilaian kinerja manajemen koperasi berdasarkan prinsip Historical Cost. Sedangkan penelitian di tahun ke dua dilakukan penilaian kinerja berdasarkan akuntansi tingkat harga umum(Current
Cost)kemudian dilakukan penandingan kinerja manajemen koperasi berdasarkan laporan
keuangan yang disusun oleh manajemen (Historical Cost) dibandingkan dengan kinerja manajemen setelah penerapan akuntansi tingkat harga umum (Current Cost). Hasil penelitian ditahun pertama menunjukkan bahwa kinerja keuangan koperasi yang diukur berdasarkan berbagai ratio keuangan berdasarkan laporan yang disusun dengan prinsip historical cost menunjukkan hasil yang sangat baik.
Kata kunci : Koperasi, kinerja, Laporan keuangan, Historical Cost, dan Current Cost Abstrack
Financial Accounting Standards requires the cooperative financial statements have been prepared on the historical cost basis. Historical Cost concept presents the company's financial condition at the time of acquisition or past time which ignore price changes, both inflation and deflation. Accounting of general price level (Current Cost) showed the least deviation from accounting principles generally accepted because just adjust data on the historical cost statements with the general price index. This study aimed to determine: (1) performance of cooperative management which is based on the historical cost, and (2) performance of cooperative management based on current cost, accordance in inflation. This research was designed with a quantitative approach with the calculation of the ratios of financial performance. The experiment was conducted for two years. The first year of research focused on assessing the performance of cooperative management based on the principles of Historical
Cost. Whereas the research in the second year of performance assessment based on
accounting of general price level (Current Cost) then made comparison the performance of cooperative management based on financial statements prepared by management (Historical Cost) compared to the performance of management after the accounting of the general price level (Current Cost)applied. The result of the study in the first year showed that cooperative financial performance as measured by various financial ratios based on reports that compiled with historical cost principle indicates excellent results.
Keywords: Cooperative, performance, financial statements, Historical Cost and Current Cost
1. PENDAHULUAN
Terjadinya inflasi setiap tahun
terutama dipengaruhi oleh dampak
signifikan kenaikan harga baik melalui
dampak langsung (first round) maupun
dampak lanjutan (second round).
Perubahan harga seperti ini dalam
kenyataan ekonomi yang sulit dikendalikan. Harga dikatakan mengalami perubahan apabila harga barang dan jasa pada suatu saat berbeda dengan harga barang dan
jasa yang sama beberapa waktu
sebelumnya di pasar yang sama.
Perubahan harga umum dalam lingkungan
ekonomi tertentu dapat mengalami
kenaikan maupun penurunan. Kenaikan harga secara umum dan terus menerus di kenal sebagai inflasi (Kusnadi. 2010), sedangkan kebalikannya adalah deflasi, tetapi dalam keadaan yang umum terjadi pada perekonomian sekarang ini adalah inflasi. Kenaikan harga dalam inflasi bukan merupakan kenaikan harga yang bersifat sesaat atau musiman, misalnya saat hari raya, melainkan ada suatu kecenderungan kenaikan harga secara terus menerus. Harga yang di maksud juga bukan harga yang ditetapkan oleh pemerintah, tetapi harga yang terjadi dipasar antara pihak-pihak yang bebas. Perubahan tingkat harga umum dinyatakan dalam bentuk Indeks Harga Umum. Indeks Harga Umum merupakan perbandingan antara tingkat harga umum periode tertentu dengan tingkat harga umum periode dasar tertentu.
Inflasi merupakan salah satu
indikator ekonomi yang sangat penting
karena akan mempengaruhi tingkat
pertumbuhan ekonomi, stabilitas moneter, daya beli masyarakat, rencana kegiatan usaha dan laju investasi suatu daerah (Bank Indonesia : 2011). Inflasi ini tidak hanya berpengaruh dalam perekonomian makro saja tetapi juga secara mikro yang
dapat terlihat pada aktivitas suatu
perusahaan. Sesuai dengan Standar
Akuntansi Indonesia pada umumnya unit bisnis di Indonesia menyediakan informasi keuangan berdasarkan pada konsep biaya historis (Historical Cost). Konsep Historical
Cost menyatakan bahwa aktiva (kekayaan)
perusahaan dicatat sebesar pengeluaran kas (setara kas) yang dibayarkan untuk memperoleh aktiva tersebut pada saat
perolehan, kewajiban dicatat sebesar
jumlah yang diterima sebagai penukar kewajiban ( IAI : 2009) sehingga laporan keuangan yang disusun dengan konsep
Historical Cost menyajikan kondisi
keuangan perusahaan pada saat perolehan
atau masa lalu yang mengabaikan
perubahan harga, baik itu inflasi maupun deflasi karena asumsi dasarnya adalah daya beli uang stabil. Sedangkan dalam keadaan inflasi daya beli uang tidak stabil, yaitu nilai uang turun sehingga penilaian terhadap aktiva (kekayaan) maupun pasiva
(kewajiban dan modal) dalam laporan keuangan perusahaan menjadi tidak sesuai dengan perekonomian sebenarnya. Karena itulah informasi yang didasarkan pada konsep Historical Cost dianggap kurang
relevan untuk tujuan pengambilan
keputusan, khususnya dalam kondisi
inflasi.
Salah satu model alternatif yang dapat digunakan untuk menyelesaikan laporan keuangan yang disusun atas dasar harga pokok historis (Historical Cost) adalah akuntansi tingkat harga umum (Adi Yuniarta, 2007). Laporan keuangan tingkat
harga umum menyajikan data yang
dinyatakan dalam suatu penyebut umum yang merupakan daya beli mata uang pada akhir periode (Current Cost). Laporan
keuangan tersebut mempermudah
perbandingan antar perusahaan oleh
karena mempergunakan satuan ukur
umum. Akuntansi Current Cost
menunjukkan penyimpangan yang paling sedikit dari prinsip akuntansi yang diterima
umum karena hanya melakukan
penyesuaian data pada laporan harga pokok historis dengan indeks harga umum. Akuntansi tingkat harga umum mempunyai
tujuan untuk menunjukkan akibat
perubahan harga terhadap posisi dan hasil
usaha perusahaan, sehingga dapat
diketahui prestasi manajemen yang berasal dari pengaruh tingkat harga umum (Adi Yuniarta, 2006).
Penerapan Akuntansi tingkat harga umum (Current Cost) dalam rangka penyesuaian laporan keuangan historis telah diterapkan oleh banyak negara di dunia. Profesi Akuntansi di Amerika Serikat melalui Financial Accounting Standars
Board (FASB) telah mengeluarkan
pernyataan No. 33 tentang Financial
Reporting and Changing Price (Pelaporan
Keuangan dan Perubahan harga) sejak September 1979. Sedangkan di Inggris sejak 1980 telah dikeluarkan Statement Of
Standard Accounting Practice 16 (SSAP
16) yang mengatur tentang penyesuaian laporan keuangan biaya historis kedalam
Akuntansi perubahan harga. Standar
Akuntansi Internasional mengenai
Akuntansi perubahan harga secara jelas dikeluarkan pada tahun 1981 ketika
International Accounting Standards
Committee (IASC) mengeluarkan IAS 15
mengenai informasi yang menunjukan
akibat perubahan tingkat harga
(Informations Relating The Effects Of
Di Indonesia pedoman mengenai penerapan Akuntansi Tingkat Harga Umum belum diatur secara jelas dalam Standar
Akuntansi keuangan (SAK). Padahal
konsep tersebut dapat diterapkan dan didukung oleh faktor lingkungan dan kondisi ekonomi di Indonesia dengan tingkat inflasi yang relatif tinggi.
Koperasi merupakan badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya ekonomi para anggotanya atas dasar prinsip–prinsip koperasi dan kaidah usaha ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat daerah kerja pada umumnya, dengan demikian koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat dan sokoguru perekonomian nasional (PSAK No.27: 2009). Adanya koperasi di tengah– tengah masyarakat memberikan dampak yang sangat berarti bagi perekonomian luas apalagi daya tahan keberadaannya sudah teruji sejak mulainya krisis multi dimensi yang dialami negara kita sejak tahun 1997. Koperasi ternyata dapat menghadapi krisis tersebut dengan tetap eksis dan dapat membantu perekonomian baik anggota maupun masyarakat luas.
Laporan keuangan koperasi
disusun berdasarkan konsep biaya historis
yang sudah diatur dalam Standar
Akuntansi Keuangan Indonesia. Sehingga menjadi hal yang menarik untuk diteliti
bahwa dalam kondisi perekonomian
Indonesia saat ini dengan inflasi yang
cukup tinggi manajemen lembaga
keuangan kerakyatan mengambil
keputusan bisnisnya berdasarkan informasi dengan data keuangan masa lalu namun bisa tetap eksis di perekonomian Indonesia
dengan inflasi yang terus terjadi.
Kenyataan ini menarik perhatian peneliti untuk mengaplikasi akuntansi tingkat harga umum (Current Cost) terhadap laporan keuangan yang telah di susun dengan
Historical Cost serta meneliti dampaknya
terhadap kinerja manajemen akibat dari
penyusunan laporan keuangan
berdasarkan akuntansi tingkat harga umum
(Current Cost) yang berdasarkan kondisi
harga barang saat sekarang atau terkini.
Koperasi dalam rangka
penyusunan laporan keuangan disusun
sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan Indonesia yang berdasarkan atas prinsip biaya historis (Historical Cost)
yang mana semua data – data keuangan
yang disajikan baik data kekayaan maupun kewajiban / hutang berdasarkan atas data – data harga perolehan masa lalu. Laporan
keuangan ini dikhawatirkan tidak relevan digunakan dalam pengambilan keputusan bisnis karena tidak mencerminkan kondisi harga sekarang (Current Cost) mengingat kondisi perekonomian yang selalu berubah yang diakibatkan perubahan tingkat harga
umum atau kencendrungan inflasi.
Pengukuran kinerja manajemen pun
akhirnya tidak menyatakan kondisi riil
sekarang karena perhitungan kinerja
melibatkan dua data keuangan
berdasarkan kondisi yang berbeda yaitu ada yang berdasarkan data keuangan masa lampau yang sesuai dengan saat
perolehannya sehingga mencerminkan
kondisi ekonomi saat lampau serta
sebagian lagi data keuangan masa
sekarang karena baru saja terjadi.
Berdasarkan kondisi tersebut maka peneliti akan mencoba menandingkan prinsip
Historical Cost dengan Prinsip Current Cost
dalam rangka penilaian kinerja Koperasi. 2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dirancang dengan pendekatan kuantitatif dengan perhitungan secara ekonomi berupa ratio–ratio kinerja manajemen. Penelitian merupakan studi kasus dan akan dipilih satu koperasi di Bali. Data dikumpulkan dengan metode dokumentasi untuk memperoleh laporan
keuangan serta kepastian metode
akuntansi yang dipergunakan manajemen dalam penyusunan laporan keuangan. Penelitian dilaksanakan selama 2 tahun. Penelitian tahun pertama difokuskan pada penilaian kinerja manajemen koperasi
berdasarkan prinsip Historical Cost.
Sedangkan penelitian di tahun ke dua dilakukan penerapan akuntansi tingkat
harga umum(Current Cost) terhadap
laporan keuangan yang disusun
manajemen. Setelah itu dilakukan
pengukuran kinerja manajemen
berdasarkan akuntansi tingkat harga
umum (Current Cost). Hasil penelitian
akhir dilakukan penandingan kinerja
manajemen koperasi berdasarkan laporan keuangan yang disusun oleh manajemen (Historical Cost) dibandingkan dengan kinerja manajemen setelah penerapan akuntansi tingkat harga umum (Current
Cost).
3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ditahun pertama
dilakukan pengukuran kinerja Manajemen
keuangan yang disusun oleh manajemen koperasi sesuai dengan prinsip biaya historis. Pengukuran kinerja dilakukan berdasarkan laporan keuangan tahun 2012 dan tahun 2013. Hasil dari penilaian kinerja tersebut adalah sebagai berikut :
Current ratio
Current Ratio adalah kemampuan untuk membayar utang lancar dengan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan.Untuk tahun 2012 dapat diketahui perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar adalah 1,6 : 1 dalam pengertian bahwa setiap Rp.1 hutang lancar akan dijamin Rp.1.6 aktiva lancar. Sedangkan untuk tahun 2013 perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar adalah 1,5 : 1 dalam pengertian bahwa setiap Rp.1 hutang lancar akan dijamin Rp.1,5 aktiva lancar. Semakin tinggi nilai rasio lancar akan semakin baik posisi pemberi pinjaman. Dari sudut pandang kreditor, suatu rasio yang lebih tinggi memberikan perlindungan terhadap kemungkinan kerugian drastis bila terjadi likuidasi perusahaan. Kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancar yang besar nampaknya membantu melindungi klaim, namun perlu diperhatikan pula current ratio yang tinggi dapat disebabkan adanya piutang yang tidak tertagih atau persediaan yang tidak terjual, yang tentu saja tidak dapat dipakai untuk membayar hutang. Untuk menguji apakah alat bayar tersebut benar-benar likuid (benar-benar dapat digunakan untuk membayar utang) maka alat bayar yang kurang likuid atau tidak likuid harus dikeluarkan dari total aktiva lancar. Alat bayar yang kurang likuid ini misalnya adalah persediaan dan pos-pos yang analog dengan persediaan (Prastowo, 2013; 85)
Quick Ratio
Quick Ratio adalah kemampuan untuk membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih liquid (quick assets). Jadi dalam quick ratio pos-pos aktiva yang kurang lancar akan dikeluarkan dari perhitungan yaitu pos-pos persediaan dan persekot biaya sehingga yang tersisa hanya pos aktiva lancar yang likuid dibagi dengan hutang lancar. Untuk tahun 2012 senilai 1.62 : 1 yang berarti bahwa setiap Rp.1 hutang lancar akan dijamin Rp.1.62 aktiva lancar dalam hal ini aktiva yang dapat segera dijadikan uang kas.Untuk tahun 2013 senilai 1,54 : 1 yang berarti bahwa setiap Rp.1 hutang lancar akan dijamin Rp.1,54 aktiva lancar dalam
hal ini aktiva yang dapat segera dijadikan uang kas.Acid test ratio atau quick ratio dirancang untuk mengukur seberapa baik perusahaan dapat memenuhi kewajibannya , tanpa harus melikuidasi atau terlalu
bergantung pada persediaannya.
Persediaan tidak bisa sepenuhnya
diandalkan, karena persediaan bukanlah sumber kas yang bisa segera diperoleh, dan bahkan mungkin tidak mudah untuk dijual pada kondisi ekonomi yang lesu. Total Debt To Total Assets
Rasio ini digunakan untuk menilai berapa bagian dari total aktiva yang digunakan untuk menjamin seluruh hutang. Ini berarti
bahwa Koperasi untuk tahun 2012
menggunakan dana dari para kreditur sebesar 64,8 % dari total dananya, yang berarti nilainya cukup besar. Dari sisi pemberi pinjaman (kreditur) dapat diketahui tingkat penjaminan hutangnya yaitu setiap Rp.0.64 hutang dijamin oleh Rp.1 aset perusahaan. Sedangkan untuk tahun 2013 menggunakan dana dari para kreditur sebesar 68 % dari total dananya, yang berarti nilainya bertambah besar dari tahun sebelumnya. Dari sisi pemberi pinjaman
(kreditur) dapat diketahui tingkat
penjaminan hutangnya yaitu setiap Rp.0.68 hutang dijamin oleh Rp.1 aset perusahaan. Maka dari itu para kreditor jangka panjang lebih menyukai angka Debt To Total Assets yang kecil karena semakin tinggi rasio ini maka resiko yang ditanggung kreditor akan semakin besar pula.
Total debt To Equity Ratio
Total debt To Equity Ratioadalah bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang
dijadikan jaminan untuk keseluruhan
hutang. Rasio hutang terhadap ekuitas adalah suatu usaha yang memperlihatkan , dalam format lain, proporsi relatif hak
pemberi pinjaman terhadap hak
kepemilikan dan digunakan sebagai ukuran peranan hutang. Sehingga dari rasio ini dapat diketahui proporsi antara aktiva yang didanai oleh kreditor dan yang didanai oleh pemilik perusahaan. Jadi debt to equity ratio pada Koperasi untuk tahun 2012 adalah 1,96 : 1 yang artinya bahwa jumlah aktiva yang didanai oleh kreditor lebih besar dari pada jumlah aktiva yang didanai oleh modal sendiri. Untuk tahun 2012 kreditor Koperasi memberikan sebesar Rp.1,96 untuk setiap Rp1 aktiva yang didanai oleh pemilik.Sedangkan untuk tahun 2013 adalah 2,26 : 1 yang artinya bahwa jumlah aktiva yang didanai oleh
kreditor lebih besar dari pada jumlah aktiva yang didanai oleh modal sendiri. Untuk tahun 2013 kreditor Koperasi memberikan sebesar Rp.2,26 untuk setiap Rp1 aktiva yang didanai oleh pemilik.Seperti halnya debt to total asset dari pihak kreditor akan lebih menyukai angka debt to equity ratio yang lebih kecil. Makin kecil angka rasio ini , berarti makin besar jumlah aktiva yang didanai oleh perusahaan , dan semakin besar penyangga resiko kreditor.
Total Asset Turn Over (Ratio Perputaran Aktiva)
Total asset turn over adalah kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam satu periode tertentu
atau kemampuan modal yang di
investasikan untuk menghasilkan revenue. Jadi dari hasil yang diperoleh diatas maka dapat diketahui bahwa untuk tahun 2012 dan tahun 2013 tingkat perputaran total aktiva untuk menghasilkan pendapatan adalah sama yaitu sebesar 0.16 kali. Fixed Asset Turnover (Rasio Perputaran Aktiva Tetap)
Rasio perputaran aktiva tetap ini mengukur kemampuan perusahaan untuk membuat aktiva tetap produktif dengan menghasilkan penjualan. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva tetap. Dari hasil yang diperoleh dapat
diketahui untuk tahun 2012 tingkat
perputaran aktiva tetap menghasilkan pendapatan adalah 176 kali. Sedangkan untuk tahun 2013 tingkat perputaran aktiva tetap untuk menghasilkan pendapatan adalah 81,8 kali
Net Profit Margin
Net profit margin adalah keuntungan netto per rupiah penjualan. Rasio ini dapat
menilai sejauh mana kemampuan
perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Pada tahun 2012Koperasi memperoleh profit margin sebesar 13,7% yang artinya bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba
13,7 % dari total hasil penjualan.
Sedangkan pada tahun 2013Koperasi memperoleh profit margin sebesar 11,5% yang artinya bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba 11,5 % dari total hasil penjualan. Profit margin yang tinggi menandakan kemapuan manajemen untuk menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat
penjualan tertentu. Sehingga dapat
diketahui manajemen Koperasi cukup berhasil dalam menjalankan usahanya
yang bisa dilihat dari profit margin yang cukup tinggi.
Return On Total Assets ( ROA)
Return On Total Assets adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
memanfaatkan aktivanya untuk
memperoleh laba. Ratio ini mengukur tingkat pengembalian investasi yang telah
dilakukan oleh perusahaan dengan
menggunakan seluruh dana (aktiva) yang dimilikinya. Sehingga rasio ini (ROA)sering disebut juga sebagai Ratio Return On Investmen (ROI). Untuk tahun 2012 nilai ROI Koperasi adalah sebesar 2,28 % menunjukkan kemampuan Koperasi untuk menghasilkan keuntungan bersih setelah pajak dari total asset yang dimiliki adalah sebesar 2,28% setahun. Sedangkan untuk tahun 2013 nilai ROI Koperasi adalah sebesar 1,91 % menunjukkan kemampuan Koperasi untuk menghasilkan keuntungan bersih setelah pajak dari total asset yang dimiliki adalah sebesar 1,91% setahun untuk tahun 2013.
Return On Total Equity (ROE)
Ratio Return On Total Equity (ROE) sering juga disebut dengan ratio Rate of Return
on Net Worthyaitukemampuan modal
sendiri untuk menghasilkan
keuntungan/laba. Salah satu alasan utama
mengapa mengoperasikan perusahaan
adalah laba, dalam hal koperasi yaitu meningkatkan SHU yang akan diperoleh yang akan dinikmati oleh para anggota
sebagai pemilik modal. Ukuran
keberhasilan ini dapat dilihat dari Ratio Return On Total Equity yang berhasil
dicapai. Untuk tahun 2012Koperasi
memperoleh nilai ROE sebesar 6,9 % yang menunjukkan bahwa kemampuan Koperasi untuk menghasilkan keuntungan bersih setelah pajak dari total modal yang dimiliki adalah sebesar 6,9% setahun. Sedangkan untuk tahun 2013Koperasi memperoleh
nilai ROE sebesar 6,3 % yang
menunjukkan bahwa kemampuan Koperasi untuk menghasilkan keuntungan bersih setelah pajak dari total modal yang dimiliki adalah sebesar 6,3% setahun untuk tahun 2013
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasanberdasarkan laporan
keuangan yang disusun oleh pihak
harga (historishistorical cost) menunjukkan bahwa kinerja manajemen koperasi secara keseluruhan dalam kondisi baik. Karena berdasarkan perhitungan current ratio,
quick ratio, total debt to total assets, total debt to total equity, total assets turn over, fixed assets turn over, net profit margin, return on total assets dan return on total equity seluruhnya menunjukkan kinerja
yang baik. Penelitian ditahun berikutnya difokuskan pada penerapan current cost pada laporan keuangan yang disusun oleh manajemen, kemudian akan dilakukan penilaian kinerja berdasarkan laporan
keuangan yang disusun berdasarkan
prinsip current cost setelah itu baru dilakukan komparasi penilaian kinerja berdasarkan prinsip historical cost dan prinsip current cost.
5. DAFTAR PUSTAKA
Adi Yuniarta. 2006. Penandingan Historical
Cost dan Current Cost dalam Rangka Pengambilan Keputusan
dan Penilaian Kinerja
Manajemen. Media Komunikasi
FIS Undiksha Singaraja
Anis Chariri, Imam Ghozali. 2007. Teori
Akuntansi. Edisi Revisi,
Semarang : Badan penerbit Universitas Diponegoro
Anun na’im. 2010. Akuntansi Inflasi, Yogyakarta : BPFE.
Bambang Riyanto. 2007. Dasar-dasar
Pembelajaran Perusahaan. Edisi
Keempat. Cetakan ke- 3.
Yogyakarta : BPFE.
Bank Indonesia. 2010. Kajian
Perkembangan Ekonomi dan
Keuangan Propinsi Bali.
Denpasar: Bank Indonesia Bank Indonesia. 2010. Perkembangan
Inflasi Regional, Denpasar : Bank
Indonesia
Budiono. 1999. Ekonomi Moneter.
Yogyakarta : BPFE.
Hansen, Mowen. 2009. Management
Accounting. Jakarta , Salemba
Empat
Hendriksen, Eldon. S. (Marianus Sinaga, Editor). 2009. Teori Akuntansi. Edisi ke- 4. Jakarta : Erlangga. Hendriksen, Van Breda, 2000. Teori
Akunting. Edisi Kelima. Batam: Penerbit Interaksa
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar
Akuntansi Keuangan. Jakarta :
Salemba Empat.
Kam, Vernon. 1990. Accounting Theory. Second Edition. John Wiley and Sons Inc.
Keiso, Donald E dan Weygad, Jerry J.
2011.Intermediet Accounting.
Edisi ke-10 Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kusnadi, Lukman Syamsuddin, Kertahadi. 2010. Teori Akuntansi. Malang : Universitas Brawijaya
Mahduh, Abdul Halim. 2003. Analisis
Laporan keuangan. Yogyakarta :
YKPN
McEachern, Wiliam A. 2001. Ekonomi
Mikro. [Penerjemah: Sigit
Triandaru] [Editor: Suherman
Rosyidi]. Jakarta: Penerbit
Salemba Empat
Sadono Sukirno.2011. Pengantar Teori
Mikro Ekonomi. PT. Raja
Grafindo Persada.
Scott. William R. 2003. Financial
Accounting Theory. Prentice Hall