• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA DASAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNING DI KELAS III B SDN 44 JAMBI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA DASAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNING DI KELAS III B SDN 44 JAMBI"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS JAMBI Page 60-71

JURNAL TEMATIK DIKDAS Page 60

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA DASAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNING DI KELAS III B SDN 44

JAMBI

Elviah

[email protected] Sekolah Dasar Negeri 44 Jambi

Abstrak

Masalah pendidikan Sekolah Dasar menjadi perhatian yang cukup serius baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Kemampuan bertanya adalah salah satu hal yang menjadi masalah krusial. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bertanya dengan model discovery learning. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas Subjek pada penelitian ini yaitu siswa kelas III B SDN 44 Jambi. Jumlah siswa pada kelas ini yaitu sebanyak 29 orang terdiri dari 8 orang siswa perempuan dan 16 siswa laki-laki. Adapun peneliti mengadakan penelitian dengan subjek siswa kelas III B ini dikarenakan siswa kelas ini memiliki banyak permasalahan yang sebagian besar siswanya kurang memiliki minat dalam bertanya dan mengikuti pelajaran yang sedang diberikan guru. Penelitian ini dilakukan selama 4 jam pelajaran. Siklus ini menggunakan empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hasil refleksi ini dijadikan dasar untuk menentukan tindakan perbaikan pada siklus berikutnya. Temuan penelitian ini menunjukan hasil yang positi, kemampuan mahasiswa bertanya bisa meningkat dengan menggunakan discovery learning.

(2)

UNIVERSITAS JAMBI Page 60-71

JURNAL TEMATIK DIKDAS Page 61

Pendahuluan

Masalah pendidikan menjadi

perhatian yang cukup serius baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Akhir-akhir ini sering terdengar kritikan dan sorotan tentang rendahnya mutu pendidikan oleh masyarakat yang ditujukan oleh lembaga pendidikan, baik secara langsung maupun melalui media.berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa

Pendidikan Nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan bentuk watak serta peradabanbangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pendidikan adalah salah satu bentuk

perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis

dan sarat perkembangan, sehingga

perkembangan pendidikan merupakan hal yang seharusnya terjadi sejlan dengan perubahan budaya kehidupan. Didalam dunia pendidikan mengenal istilah pembelajaran. Pembelajaran merupakan hal yang pokok dalam pendidikan. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (bab 1 pasal 1 UU RI No.20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional).

Keberhasilan peserta didik dalam belajar bukanlah semata-mata usaha peserta didik itu sendiri, melainkan guru sebagai tenaga pengajar memiliki tanggung jawab untuk itu. Untuk memenuhi hal tersebut, guru dituntut mampu mengelola proses belajar mengajar yang memberikan rangsangan kepada peserta didik sehingga peserta didik mau belajar karena memang peserta didiklah subjek utama dalam belajar.

Siswa sekolah dasar kelas rendah pada dasarnya sudah harus memiliki kemampuan untuk bertanya tingkat dasar yang sudah mampuni, baik itu hanya dengan bertanya diselang pembelajaran sedang berlangsung, seperti dengan bertanya sebuah masalah yang kurang ia pahami melalui bahasa sederhana siswa kelas rendah. Dengan memperhatikan penjelasan guru yang sedang menerangkan

pe;ajaran dikelas dipastikan siswa akan bisa mengeluarkan pendapatnya atau bahkan pertanyaan-pertanyaan yang mereka belum mengerti. Peserta didik kelas 3 yang umurnya berkisar 6-12 tahun sudah merangkak pola pikirnya ke pemikiran semi kongkret dan intelegensi mereka sudah berkembang, perkembangan kognitif yang baik siswa telah dapat mengajukan beberapa pertanyaan di dalam proses pembelajaran, yang pertanyaannya masih dalam konteks bertanya dasar. Akan tetapi hal itu perlu bimbingan dari guru kelas yang berperan aktif untuk merangsang peserta didik mengeluarkan kemampuan bertanya dasar. Dilihat dari segi konseptual pembelajaran, seluruh mata pelajaran mampu membuat anak untuk bertanya, tidak ada batasan siswa untuk mengeluarkan pendapatnya untuk bertanya dan guru pun tidak diperkenankan membatasi anak dalam mengeluarkan kemampuan untuk bertanya.

Model pembelajaran merupakan unsur penting keberhasilan guru dalam mengajar, sehingga merupakan hal yang sangat penting bagi para guru untuk mempelajari dan menambah wawasan tentang berbagai macam model pembelajaran.

Model pembelajaran merupakan suatu rancangan yang telah di program melalui media-mdia peraga dalam mebantu untuk menvisualisasikan pesan yang terkandung didalamnya untuk mencapai tujuan belajar sebagai pegangan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Peran model dalam pembelajaran memiliki nilai yang sangat penting. Apabila model pembelajaran yang dipakai sesuai dengan jenis dari peserta didik, maka pembelajran yang diberikan akan terserap secara maksimal.

Berdasarkan hasil observasi pada kelas 3B SDN 44 Jambi dan wawancara terhadap guru yang mengampu kelas tersebut, peneliti memperoleh data dari 24 siswa yang ada didalam kelas hanya 3

(3)

UNIVERSITAS JAMBI Page 60-71

JURNAL TEMATIK DIKDAS Page 62

orang yang berani untuk bertanya setelah diberikan kesempatan untuk bertanya. Bahwa kualitas siswa dalam bertanya dasar masih kurang optimal, terlihat dari proses kegiatan belajar mengajar, siswa hanya mendengarkan dan tanpa ada respon untuk bertanya. Kendala yang dialami guru dalam proses pembelajaran anatara lain yaitu peserta didik kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Tidak sedikit peserta didik yang sibuk berbicara dengan teman sebangku, melamun, menelungkupkan kepala diatas meja, dan tidak memperhatikan guru yang sedang mengajar. Selain itu, kemampuan peserta didik dalam mengungkapkan dari hasil yang siswa amati masih sangat minim. Hal ini disebabkan antara lain : (1) Dalam penyampaian materi pembelajaran masih berjalan satu arah, guru menjadi pusat kegiatan (teacher center learning) dan metode yang digunakan di dominasi dengan konvensional. (2) Kurangnya keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran, serta siswa cenderung cepat bosan dalam mengikuti pelajaran yang berdampak pada rendahnya kemauan siswa untuk bertanya. (3) Kurang kemandirian siswa dalam pembelajaran, hal ini bisa dilihat apabila ada jam kosong siswa belum bisa memanfaatkannya dengan baik.

Permasalahan ini mengacu kepada kemampuan siswa untuk bertanya. Oleh sebab itu, peneliti bermaksud untuk merubah model pembelajaran yang selama ini diterapkan oleh guru pengampu dikelas 3B SDN 44 Jambi, dengan maksud agar terjadinya peningkatan yang signifikan di dalam kemampuan bertanya siswa.

Berdasarkan dari uraian diatas, peneliti ingin menerapkan model Discovery Learning untuk meningkatkan kemampuan siswa bertanya. Karena model ini memiliki kelebihan sebagai berikut : (1) Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah (problem solving). (2) Dapat meningkatkan motivasi. (3) Mendorong keterlibatan keaktifan siswa.

(4) Siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Sebab ia berfikir dan menggunakan kemampuan untuk menelukan hasil akhir. (5) Menimbulkan rasa puas bagi siswa. Kepuasan batin ini mendorong ingin melakukam penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat. (6) Siswa akan dapat mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks. (7) Melatih siswa belajar mandiri. Dari point diatas memiliki pengertian yang sangat luas mengenai tindakan yang peneliti ambil untuk mengatasi permasalahan kemampuan bertanya dasar, pada point ke-3, pada kata keaktifan penulis batasi pengertian keaktifan tersebut dalam hal kemampuan siswa dalam mengaktifkan dirinya dalam proses di dalam kelas untuk bertanya, dan karena itulah alasan peneliti memilih tindakan tersebut untuk meningkatkan kemampuan bertanya dasar, karena pada hakikatnya model ini siswa dituntut untuk menemukan sendiri sebuah masalah dan memecahkan masalah yang sedang mereka selesaikan dalam pembelajaran. Maka, dalam proposal ini peneliti akan melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Bertanya Dasar Siswa dengan Menggunakan Model Discovery Learning di Kelas III B SDN 44 Jambi.

Kerangka Berfikir

Upaya yang diperlukan siswa dalam meningkatkan kemampuan bertanya sangat dipengaruhi oleh kinerja guru dalam merangsang rasa ingin tahu siswa. Keterampilan bertanya siswa tidak akan berkembang apabila kegiatan pembelajaran masih didominasi oleh guru. Hal ini menjadi indikator perlunya upaya untuk membantu siswa agar kemampuan untuk bertanya sesuai dengan standar kelas rendah.

Berdasarkan paparan diatas, maka kerangka berfikir penelitian tindakan kelas ini dapat digambarkan sebagai berikut :

(4)

UNIVERSITAS JAMBI Page 60-71

JURNAL TEMATIK DIKDAS Page 63

Bagan 1. Kerangka Berfikir

Dari kerangka berfikir diatas pada kondisi awal guru belum menggunakan model Discovery Learning yang mengakibatkan minat bertanya siswa belum muncul secara signifikan. Barulah peneliti memberikan tindakan, tindakan tersebut memakai model Discovery Learning yang penerapan model ini pada awalnya dilakukan dalam 2 siklus, siklus pertama model dipakai dalam setiap individu siswa sendiri dan siklus yang kedua peneliti memakai model Discovery Learning dengan membuat kelompok-kelompok kecil dalam kelas, pada bagian siklus N ditujukan untuk persiapan apabila siklus 1 dan 2 tidak mengalami peningkatan seperti apa yang peneliti inginkan. Pada kondisi akhir bagan, model Discovery Learning diduga dapat meningkatkan kemampuan bertanya dasar siswa dengan seluruh rentetan langkah-langkah dalam kerangka berfikir.

Berdasarkan kerangka berfikir di atas maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan kemampuan bertanya dasar siswa kelas III B SDN 44 Jambi.

Metode Penelitian

Subjek pada penelitian ini yaitu siswa kelas III B SDN 44 Jambi. Jumlah siswa pada kelas ini yaitu sebanyak 29 orang terdiri dari 8 orang siswa perempuan dan 16 siswa laki-laki. Adapun peneliti mengadakan penelitian dengan subjek siswa kelas III B ini dikarenakan siswa kelas ini memiliki banyak permasalahan yang sebagian besar siswanya kurang memiliki minat dalam bertanya dan mengikuti pelajaran yang sedang diberikan guru. Maka dari itu, peneliti berfikir bagaiman cara membuat siswa akan terlatih untuk bertanya dalam kelas.

Tindakan Kondisi Awal Kondisi Akhir Guru belum menggunakan model Discovery Guru menggunakan model Discovery

Minat bertanya belum muncul

Siklus 1 : Penggunaan model discovery individu Siklus 2 : Penggunaan model discovery berkelompok

Siklus n.

Diduga dengan menggunakan model discovery dapat meningkatkan kemampuan bertanya siswa

(5)

UNIVERSITAS JAMBI Page 60-71

JURNAL TEMATIK DIKDAS Page 64

Objek pada penelitian adalah variable pada penggunaan Discovery Learning yang bertujuan untuk memecahkan masalah pada tingkat kemampuan bertanya dasar rendah.

Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN 44 Jambi pada semester genap dari bulan Juni sampai Agustus 2016. Alasan memilih SDN 44 Jambi, karena sekolah tersebut merupakan sekolah yang direkomendasikan oleh ketua program didik Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Penelitian ini akan menyesuaikan jam aktif proses kegiatan belajar mengajar disekolah. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif. Dalam penelitian kolaboratif pihak yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri sedangkan yang diminta melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti (Suharsimi Arikunto, 2010:17). Tetapi tidak menutup kemungkinan pada saat penelitian nanti peneliti sendiri yang akan melakukan tindakan.

Penelitian tindakan kelas merupakan satu penelitian pula, yang dengan sendirinya mempunyai berbagai aturean dan langkah yang harus diikuti. Ada 4 tahap proses penelitian tindakan kelas menurut Wardhani dkk (2007:2.3):

a. Merencanakan b. Melakukan tindakan c. Mengamati

d. Melakukan refleksi

Dalam penelitian ini akan dilakukan dalam beberapa siklus, yang dimana daur siklus akan dihentikan apabila kondisi kelas sudah mampu menguasai kemampuan bertanya dasar serta siswa telah terbiasa dengan model Discovery Learning dan data yang dihasilkan dari kelas sudah jenuh dalam arti sudah ada peningkatan kemampuan bertanya dasar. Penelitian ini akan dilaksanakan:

1. Perencanaan

Pada tahapan ini peneliti menyiapkan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar kerja siswa, lembar observasi

kemampuan bertanya dasar siswa,

kemudian akan dikonsultasikan dengan dosen pembimbing skripsi.

2. Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus pertama dilakukan selama 2 kali pertemuan. Tahap tindakan dilakukan oleh guru dengan menerapkan model Discovery Learning. Proses pembelajaran dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran aktif kelas III B SDN 44 Jambi.

Adapun tindakan yang akan dilakukan pada tiap siklus yaitu :

1) Pendahuluan

Guru menyampaikan persentase kelas dengan memberikan apersepsi dan motivasi siswa sebelum masuk ke dalam materi.

2) Kegiatan Inti

a. Siswa belajar dalam kelompok b. Guru member penguatan dari hasil

diskusi kelompok

c. Siswa mengerjakan kuis secara individu

d. Peningkatan nilai

e. Pemberian reward verbal kepada kelompok

3) Penutup

Guru memberikan penghargaan

kepada kelompok yang berhasil mencapai keberhasilan pada criteria tertentu.

Menurut Arikunto (2013:156) “Observasi adalah metode yang melibatkan peneliti untuk melakukan pengamatan langsung terhadap objek dan melakukan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang diselidiki”. Teknik pengumpulan data pada observasi kemampuan bertanya dasar siswa difokuskan pada pengamatan dalam proses pembelajaran sedang berlangsung dan pengamatan yang belum teredapat pada pedoman observasi yang dituliskan pada lembar catatan lapangan.

Observasi yang akan dilakukan pada penelitian kemampuan bertanya dasar siswa meliputi beberapa criteria, antara lain sebagai berikut:

1. Ketepatan Pertanyaan 2. Singkat

(6)

UNIVERSITAS JAMBI Page 60-71

JURNAL TEMATIK DIKDAS Page 65

4. Relevan

5. Keberanian bertanya 6. Kualitas pertanyaan

Penulis juga akan meneliti bagaimana cara guru dalam menggunakan langkah-langkah model Discovery Learning yang terdiri dari:

1. Stimulation

(Stimulasi/Pemberian Rangsangan)

2. Problem Statement (Identifikasi Masalah)

3. Data Collection (Pengumpulan Data)

4. Data Processing (Pengolahan Data)

5. Verification (Pembuktian)

6. Generalization (Penarikan

Kesimpulan)

Setelah ditentukan aspek penilaian, peneliti menggunakan instrument penilaian berupa lembar observasi yang memuat 6 kriteria kemampuan bertanya dasar. Lembar observasi ini memiliki tingkatan penilaian disetiap aspeknya mulai dari 1 sampai dengan

Refleksi merupakan kegiatan yang mengulas secara kritis tentang perubahan yang terjadi pada siswa, suasana kelas, dan guru. Bahan dalam membuat refleksi ini diperoleh dari lembar observasi yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Dari hasil lembar observasi yang sudah didapat dari kegiatan 1, bersama guru melakukan evaluasi dari pelaksanaan tindakan yang digunakan sebagai bahan pertimbangan perencanaan pembelajaran pada siklus selanjutnya. Langkah-langkah selanjutnya akan dilakukan berbeda dengan tindakan sebelumnya dengan cara mengembangkan dan menyempurnakan kekurangan-kekurangan yang terdapat pada siklus 1.

Sebenarnya ada beberapa model yang dapat diterapkan dalam penelitian kelas (PTK), akan tetapi yang paling dikenal dan biasa adalah model yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart. Adapun model PTK yang

dimaksud menggambarkan adanya empat langkah dan pengulangannya, yang disajikan dalam bagan berikut ini.

Analisis data akan dilakukan untuk menguji hipotesis dari penelitian. Analisis penelitian akan menggunakan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif yaitu menggambarkan data dengan kalimat untuk memperoleh keterangan yang jelas dan terperinci. Teknik analisis data ini deperoleh dengan cara merefleksikan hasil observasi. Data observasi yang telah diperoleh kemudian dilakukan analisis secara deskriptif, sehingga mampu memebrikan gambaran yang jeals tentang peningkatan kemampuan bertanya dasar siswa dengan menggunakan model Discovery Learning. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Menghitung jumlah criteria

ketuntasan per-individu

1) Memebrikan skor pada

masing-masing aspek.

2) Menjumlahkan skor dari skor masing-masing aspek

3) Menghitung persentase dengan rumus:

Persentase = ×

100

Penilaian dilakukan dengan mengkonfirmasikan skala penilaian dengan kriteria sebagai berikut:

85 – 100 = sangat baik 75 – 84,99 = baik 65 – 74,99 = cukup 55 – 64,99 = kurang < 55 = rendah

2. Menghitung jumlah criteria ketuntasan kelas

Persentase ×

100%

≥ 75 = lulus ≤ 75 = tidak lulus

Setelah ditemukan jumlah skor perindividu dan kemudian dikonversikan kedalam rata-rata kelas, maka peningkatan kemampuan bertanya dasar dapat dipantau dengan pasti dan jelas.

(7)

UNIVERSITAS JAMBI Page 60-71

JURNAL TEMATIK DIKDAS Page 66

Kriteria keberhasilan menjadi tolak ukur berhasil atau tidaknya penelitian yang sedang berlangsung, maka peneliti membuat kriteria-kriteria keberhasilan dalam bentuk persentase keberhasilan. Adapun rincian keberhasilan penelitian adalah : Adanya peningkatan kemampuan bertanya dasar siswa dengan menggunakan model Discovery Learning di kelas III B

SDN 44 Jambi, dengan ketentuan, siswa sudah memiliki peningkatan kemampuan bertanya dasar yang criteria ketuntasan setiap individu ialah pada skala angka 75 dengan point tertinggi 100. Jika jumlah skor individu dibagi jumlah siswa dan hasilnya diatas 75 maka kriteria ketuntasan kelas dinyatakan lulus.

Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian Siklus 1

Penelitian ini dilakukan selama 4 jam pelajaran. Siklus ini menggunakan empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hasil refleksi ini dijadikan dasar untuk menentukan tindakan perbaikan pada siklus berikutnya.

Perencanaan Penelitian Siklus 1

Perencanaan tindakan I dan II meliputi pembuatan rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP). Di SDN 44 Jambi, telah menerapkan KTSP maka untuk langkah awal, peneliti meminta silabus yang digunakan guru kelas untuk melihat standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indicator pencapaian. Dalam pembelajaran pun terdapat beberapa pertanyaan yang mengenai pelajaran. Adapun dalam siklus 1 ini peneliti mengambil mata pelajaran IPA dengan alasan pembelajaran IPA lebih mengarahkan murid untuk menjadi seorang saintis (penemu).

Pelaksanaan Tindakan Siklus 1

Tindakan yang dilakukan pada siklus 1 ini adalah melaksanakan aktifitas pembelajaran

dengan menggunakan model Discovery

Learning secara individu. Dalam model pembelajaran ini siswa akan dituntut untuk memecahkan masalah pembelajaran yang nantinya akan melatih siswa untuk berani bertanya didepan teman-temannya. Adapun langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut:

Langkah-langkah pembelajaran pertemuan 1 Kegiatan Awal :

Sebelum memulai pelajaran, murid membaca do’a bersama-sama yang dipimpin oleh ketua kelas. Kemudian siswa diberi motivasi serta apersepsi agar siswa tidak terkejut tentang materi yang akan dipelajari pada hari itu. Guru memulai pelajaran dengan memberikan stimulus berupa penjelasan

tentang materi-materi yang nantinya akan siswa pelajari.

Kegiatan Inti :

Dalam tahap ini, guru membimbing siswa untuk menyebutkan energy yang ada dalam kehidupan sehari-hari terutama energy yang dipelajari pada hari itu. Selanjutnya, guru memberikan lembar pengamatan yang akan digunakan siswa untuk mengambil data dilapangan. Lalu siswa diberikan waktu 10 menit untuk mengamati lingkungan sesuai dengan tugas yang diberikan. Setelah itu, siswa diperintahkan kembali untuk memasuki kelas untuk bersama-sama mengolah data yang telah didapatkan dari hasil pengamatan tadi. Pengolahan data masih dibimbing oleh guru, yang nantinya hasil data yang sudah didapatkan akan dipaparkan didepan kelas satu

persatu. Kemudian siswa melakukan

pembuktian dengan hal yang sudah mereka dapati.

Kegiatan Akhir :

Pada tahap ini, guru memberikan penjelasan berupa rangkuman pelajaran yang telah siswa pelajari, diirimgi dengan penguatan-penguatan yang bertujuan agar materi ajar dapat meresap secara optimal.

Gurupun menutup pelajaran dengan

mengucapkan Alhamdulillah.

Langkah-langkah Pembelajaran Pertemuan II Kegiatan Awal :

Sebelum memulai pelajaran, murid membaca do’a bersama-sama yang dipimpin oleh ketua kelas. Kemudian siswa diberi motivasi serta apersepsi agar siswa tidak terkejut tentang materi yang akan dipelajari pada hari itu. Gurupun memulai pelajaran diawali dengan pemberian stimulus berupa materi tentang penerapan energy gerak.

Kegiatan Inti :

Pada tahap ini, siswa mempraktekkan penerapan energy gerak yang materinya adalah

(8)

UNIVERSITAS JAMBI Page 60-71

JURNAL TEMATIK DIKDAS Page 67

membuat kincir angin. Sebelumnya guru telah

memerintahkan siswa untuk membawa

peralatan yang nantinya akan digunakan untuk membuat kincir angin. Kemudian guru membimbing siswa untuk membuat kincir angin. Setelah semua siswa selesai membuat kincir angin, siswa mengamati sendiri bagaimana cara kerja kincir angin yang telah mereka buat.

Kegiatan Akhir :

Guru memberikan penjelasan berupa penguatan tentang penerapan energy gerak, yang nantinya diambil kesimpulan atas buah pikiran siswa. Setelah selesai, guru menutup pembelajaran dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan diakhiri dengan membaca Alhamdulillah.

Pada langkah pelaksanaan siklus 1 gurupun tidak akan lepas control dalam membimbing siswa dalam mengamati, dan selalu akan menjadi fasilitator setiap siswa yang akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang muncul saat pengamatan.

Observasi Tindakan Siklus 1

Kegiatan pengamatan siklus 1, dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan bertanya dasar siswa dalam proses pembelajaran berlangsung. Dengan menggunakan model Discovery Learning yang merupakan metode baru yang diterapkan dalam pembelajaran IPA materi Energi. Adapun aspek yang dinilai adalah kemampuan bertanya dasar siswa yang didasari oleh indicator-indikator sebagai berikut: 1. Ketepatan pertanyaan 2. Singkat 3. Kejelasan pertanyaan 4. Relevan 5. Keberanian bertanya 6. Kualitas pertanyaan

Dari ke-6 indikator, peneliti akan menjelaskan tisp-tiap indicator secara rinci, sesuai dengan kejadian-kejadian yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Berikut hasil observasi pada

pertemuan pertama dan kedua pada siklus 1:

Hasil Pengamatan Pertemuan 1

Dari table pertemuan pertama dapat diketahui berapa persen keaktifan siswa dalam bertanya dasar. Dengan predikat sebagai berikut:

a. Sangat baik = 6 orang b. Baik = 4 orang c. Cukup = 1 orang d. Kurang = 3 orang e. Rendah = 10 orang

Dari keterangan data diatas maka peneliti dapat melihat bahwa kemampuan bertanya dasar siswa pada tingkatan baik masih butuh tindak lanjut oleh peneliti, namun beberapa siswa mampu mencapai predikat sangat baik. Disetiap aspek yang diamati, skala penilaian siswa memiliki tingkatan yang beragam dan tidak konsisiten. Untuk lebih mengetahui penjelasan tiap-tiap indicator pengamatan, peneliti akan menjelaskan secara detail pada setiap indikator :

Ketepatan Pertanyaan

Pada indicator ini jumlah siswa yang berpredikat (a) kurang = 4 orang, (b) cukup = tidak ada, (c) baik = 3 orang, (d) sangat baik = 7 orang. Bisa diambil kesimpulan bahwa di dalam proses pembelajran di kelas, siswa sudah mulai mampu bertanya walau ketepatan pertanyaan belum mencapai rata-rata kelas yang ditentukan. Pada saat pembelajaran berlangsung, banyak siswa yang bertanya secara spontan dan masih banyak siswa yang bertanya jauh dari konteks pelajaran yang mereka geluti, tetapi sebagian siswa yang lain dapat bertanya dengan ketepatan yang sangat baik. Jadi, ketepatan pertanyaan siswa pada pertemuan pertama ini belum mencapai criteria ketuntasan yang telah ditentukan.

Singkat

Pada indikator ini jumlah siswa yang berpredikat (a) kurang = tidak ada, (b) cukup = tidak ada, (c) baik = 4 orang, (d) sangat baik = 10 orang. Singkat pada pengamatan ini memiliki arti pertanyaan yang tidak terlalu panjang. Siswa di dalam kelas IIIB memang pada umumnya bertanya dengan singkat. Siswa didalam kelas tidak hanya bertanya satu kali namun ada yang sampai lima kali dalam bertanya, dengan pertanyaan yang singkat.

(9)

UNIVERSITAS JAMBI Page 60-71

JURNAL TEMATIK DIKDAS Page 68

Jadi, pada indicator ini siswa sudah mampu bertanya dengan singkat, walau sebagian siswa tidak bertanya sama sekali.

Kejelasan Pertanyaan

Pada indikator ini jumlah siswa yang berpredikat (a) kurang = 1 orang, (b) cukup = 1 orang, (c) baik = 8 orang, (d) sangat baik = 4 orang. Pada indicator ini, berhubungan dengan pengamatan apa yang siswa sampaikan pada pertanyaan yang ia lontarkan dalam proses pembelajaran. Di indicator ini, siswa sudah mencapai tingkat predikat baik, namun tidak mencapai rata-rata keberhasilan kelas. Siswa bertanya dengan jelas dan tidak terlalu melebar pada materi yang mereka terima. Kejelasan pertanyaan dalam pengamatan ini juga perlu diperhatikan dari cara siswa menggunakan bahasa lisan yang tepat, dalam proses pembelajaran berlangsung siswa ada yang masih terbata-bata menggunakan bahasa lisannya dalam menyampaikan pertanyaan yang ingin ia ajukan. Guru sebagai fasilitator membimbing siswa agar apa yang ingin disampaikan siswa mampu terucap dengan jelas.

Relevan

Pada indikator ini jumlah siswa yang berpredikat (a) kurang = 1 orang, (b) cukup = 7 orang, (c) baik = 2 orang, (d) sangat baik = 4 orang. Pada indicator ini, siswa butuh bimbingan yang lebih intensif lagi dikarenakan sebagian siswa memiliki pertanyaan yang tidak berhubungan dengan materi pembelajaran. Namun walaupun masih belum berhubungan, kemampuan bertanya siswa sedikit demi sedikit muncul dan sering untuk bertanya. Keberanian Bertanya

Pada indikator ini jumlah siswa yang berpredikat (a) kurang = 0 orang, (b) cukup = 2 orang, (c) baik = 1 orang, (d) sangat baik = 10 orang. Dalam indicator ini, peneliti cukup puas dengan hasil penelitian yang dilakukan pada pertemuan pertama, ternyata siswa kelas IIIB tingkat keberanian bertanya seimbang dengan indicator kesingkatan dalam bertanya. Tindakan peneliti ternyata cocok dalam mendorongkeberanian bertanya siswa, yaitu dengan memberikan model penemuan yang diawali dengan pemberian motivasi agar siswa lebih semangat dalam bertanya.

Kualitas Pertanyaan

Pada indikator ini jumlah siswa yang berpredikat (a) kurang = 3 orang, (b) cukup = 2 orang, (c) baik = 5 orang, (d) sangat baik = 4 orang. Pada indicator ini, masih diperlukan tindak lanjut dari peneliti. Kualitas pertanyaan siswa kelas IIIB masih kurang terlihat. Para siswa yang memiliki kualitas pertanyaan yang baik dalam bertanya pada umunya merupakan juara kelas. Dengan fakta dilapangan yang didapat, maka peneliti akan lebih giat dalam mendesai pembelajaran pada siklus ke-2.

Dari hasil data pengamatan yang didapat peneliti pada pertemuan pertama, tingkat keberhasilan kelas hanya mencapai 46%. Masih jauh dari criteria keberhasilan kelas yang ditentukan. Maka, pengamatan ini belum dapat disimpulkan hasil dari penelitian siklus 1. Secara mendasar tindakan pada pertemuan pertama berjalan dengan efektif walau tidak sepenuhnya sempurna.

1. Hasil Pengamatan Pertemua ke Dua

Dari tabel pertemuan pertama dapat diketahui berapa persen keaktifan siswa dalam bertanya dasar. Dengan predikat sebagai berikut:

a. Sangat baik = 10 orang b. Baik = 4 orang

c. Cukup = 0 orang d. Kurang = 1 orang e. Rendah = 9 orang

Pada keterangan pengamatan pertemuan ke dua ini, peneliti mendapatkan hasil bahwa tingkat criteria sangat baik meningkat jika dibandingkan pada pertemuan pertama, terlihat dari data yang telah dikumpulkan. Walaupun ada sebagian siswa yang belum mampu bertanya pada saat proses pembelajaran berlangsung. Pada pertemuan kedua, peneliti mengalami kesulitan dalam mengamati siswa karena keaktifan siswa yang terus menerus bertanya pada saat praktek membuat kincir angin.

Sama halnya pada pengamatan sebelumnya, peneliti juga telah menyiapkan lembar pengamatan yang berisikan indicator-indikator kemampuan

(10)

UNIVERSITAS JAMBI Page 60-71

JURNAL TEMATIK DIKDAS Page 69

bertanya dasar yang akan dijelaskan secara rinci sebagai berikut :

Ketepatan Pertanyaan

Pada indikator ini jumlah siswa yang berpredikat (a) kurang = 0 orang, (b) cukup = 3 orang, (c) baik = 4 orang, (d) sangat baik = 8 orang. Penjelasan berikut merupakan lanjutan dari tindakan pada pertemuan pertama, diawali dari hasil data yang didapat pada pengamatan pertemuan kedua, peningkatan sudah terlihat walau persenannya sedikit. Tindakan kali ini peneliti menerapkan pembelajaran yang dasarnya siswa diajak untuk membuat sebuah

benda yang kemudian diamati cara

pemanfaatannya. Pada indicator ketepatan pertanyaan didalam kelas, siswa sudah mulai terfokus pada apa yang ingin diutarakan. Predikat pada tingkat “kurang” pada pertemuan kedua ini sudah menurun.

Singkat

Pada indikator ini jumlah siswa yang berpredikat (a) kurang = tidak ada, (b) cukup = tidak ada, (c) baik = tidak ada, (d) sangat baik = 15 orang. Pada indicator ini, peneliti cukup puas dengan hasil yang terlihat bahwa 15 orang siswa yang bertanya dalam kelas sudah sesuai dengan indicator penelitian. Seluruh siswa sudah menggunakan kalimat Tanya yang pas. Kejelasan Pertanyaan

Pada indikator ini jumlah siswa yang berpredikat (a) kurang = 0 orang, (b) cukup = 1 orang, (c) baik = 6 orang, (d) sangat baik = 8 orang. Pada aspek kejelasan pertanyaan, siswa

sudah mengalami peningkatan dengan

menggunakan bahasa yang jelas. Pada saat

pembelajaran berlangsung, peneliti

memberikan motivasi dan mengingatkan siswa agar mencatat pertanyaan sebelum bertanya agar tidak kesulitan saat mengajukan

pertanyaan. Tetapi tidak menutup

kemungkinan ada sebagian murid yang bisa melangsungkan pertanyaan langsung dari buah pikirannya.

Relevan

Pada indikator ini jumlah siswa yang berpredikat (a) kurang = 0 orang, (b) cukup = 1 orang, (c) baik = 7 orang, (d) sangat baik = 7

orang. Pada indicator ini, peneliti

menyimpulkan bahwa kerelevanan siswa dalam bertanya sudah cukup baik dari yang

sebelumnya pertanyaannya ada yang

menyimpang sekarang sudah pada ruang lingkup pembelajaran.

Keberanian Bertanya

Pada indikator ini jumlah siswa yang berpredikat (a) kurang = 0 orang, (b) cukup = 1 orang, (c) baik = 1 orang, (d) sangat baik = 13 orang. Pada penjelasan sebelumnya, peneliti memiliki anggapan bahwa siswa yang berani bertanya memiliki intelektual yang baik. Maka siswa termotivasi dalam bertanya. Dari data yang didapat bahwa siswa dengan predikat sangat baik meningkat menjadi 13 orang yang sebelumnya hanya berjumlah 10 orang.

Kualitas Pertanyaan

Pada indikator ini jumlah siswa yang berpredikat (a) kurang = 0 orang, (b) cukup = 0 orang, (c) baik = 6 orang, (d) sangat baik = 9 orang. Pada indicator ini, kualitas pertanyaan-pertanyaan siswa mengalami peningkatan yang cukup baik. Di dalam proses KBM pada pertemuan kedua ini siswa yang intelektual rendah ternyata bisa mengutarakan pertanyaan yang baik dan dengan menggunakan bahasa yang baik pula.

Dari penjelasan mengenai indicator pada pertemuan kedua ini, peneliti sudah mulai menemukan titik temu bagaimana menggunakan model Discovery Learning yang pas dalam meningkatkan kemampuan bertanya dasar siswa. Dengan persentase keberhasilan kelas pada pertemuan kedua ini hanya mencapai 55% yang masuk dalam kategori tidak lulus.

Jadi, dapat ditarik kesimpulan pada pengamatan siklus pertama, peneliti dengan menggunakan model Discovery Learning disetiap individu sedikit menumbuhkan kemampuan bertanya siswa dengan memperhatikan 6 indikator yang telah ditetapkan oleh peneliti.

Refleksi Penelitian Siklus 1

Dari pengumpulan data sampai hasil pengamatan pada penelitian mengenai peningkatan kemampuan bertanya dasar siswa pada pertemuan pertama dan kedua mengalami peningkatan sebanyak 9%. Peneliti akan menelaah kekurangan-kekurangan atau masalah yang terjadi selama proses penerapan model penemuan

(11)

UNIVERSITAS JAMBI Page 60-71

JURNAL TEMATIK DIKDAS Page 70

yang telah ditetapkan. Pada pertemuan pertama peneliti memiliki kendala dalam mengakomodir siswa dalam mengikuti proses pemebelajaran. Guru mengalami kendala dalam cara mengatasi rentetan langkah pelaksanaan model pembelajaran yaitu disaat verifikasi data penelitian, hal ini dikarenakan sebagian siswa yang masih mengumpul tugas secara serentak dan berlomba-lomba untuk siapa duluan yang paling cepat selesai. Kemudian siswa masih cenderung pasif dalam mengikuti pembelajaran, dan masih ada siswa yang belum mau bertanya didalam kelas. Pertemuan pertama, siswa masih beradaptasi dengan suasana belajar yang baru yang belum pernah mereka geluti, kemungkinan hal itulah yang membuat siswa sedikit susah untuk diatur. Model yang diterapkan ke siswa terlihat efektif, walau kendala yang disebutkan sebelumnya muncul setiap pembelajaran berlangsung.

Pada pertemuan kedua, peneliti mengalami kendala dalam memberikan penjelasan satu persatu kepada siswa dalam membuat sebuah produk pembelajaran. Tetapi pada pertemuan kedua, kemampuan siswa dalam bertanya lebih menonjol dibandingkan pertemuan sebelumnya. Kelemahan peneliti dalam tindakan ini ialah ada sebagian siswa yang masih malas dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru dan tatkala masih ada siswa yang mengganggu siswa lainnya yang sedang mengerjakan tugas. Maka dengan kendala-kendala yang ditemukan, akan dipikirkan bagaimana membuat tindak lanjut pada siklus ke dua, yaitu sesuai dengan kerangka berfikir di BAB III. Tindakan selanjutnya ialah akan digunakannya teknik kelompok belajar lapangan dan menggunakan reward

verbal agar siswa menjadi lebih termotivasi dalam bertanya.

Hasil Penelitian Siklus 2

Penelitian siklus dua dilaksanakan pada tanggal 5 dan 10 Februari 2016 selama 4 jam pelajaran. Siklus ini menggunakan empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksaan, observasi, dan refleksi. Hasil refleksi ini dijadikan dasar untuk menentukan tindakan perbaikan pada siklus berikutnya.

Pada tahapan siklus 2, peneliti mendesai pembelajaran menjadi dua kali pertemuan dikarenakan materi ajar yang tidak terlalu panjang. Tindakan pada pertemuan pertama ini hamper sama dengan tindakan pertama pada siklus 1 yaitu menggunakan lingkungan sekolah sebagai media pembelajaran tetapi dengan kelompok-kelompok kecil kelas. Sedangkan pada pertemuan kedua dilakukan kegiatan berkelompok untuk menyelesaikan materi uang.

Perencanaan Penelitian Siklus 2

Perencanaan tindakan 1 dan 2 meliputi membuat rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP), mempersiapkan alat-alat atau bahan yang dibutuhkan selama pembelajaran berlangsung. Di SDN 44 Jambi, telah menerapkan KTSP maka untuk langkah awal peneliti meminta silabus guru kelas yang berguna untuk melihat standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indicator pencapaian. Dalam pembelajaranpun terdapat beberapa pertanyaan yang menyinggung mengenai pelajaran. Adapun dalam siklus 1 ini peneliti mengambil mata pelajaran IPS dengan materi jual beli dan materi uang.

Daftar Pustaka

(12)

UNIVERSITAS JAMBI Page 46-59

Arikunto Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia.

Djamarah. 2010. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta

Leni Puspita. 2012. Meningkatkan Keterampilan Bertanya Siswa Pada Pembelajaran Ipa Melalui Metode Kooperatif Tipe Berkirim Salam dan Soal Siswa Kelas V SDN 47/1 Rantau Kapas Mudo. Skripsi S1 Unja Pgsd, Jambi.

Roestiyah. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Salah Satu Unsur Pelaksanaan Strategi Belajar Mengajar: Teknik Penyajian. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: ALFABETA.

Suwarna. Dkk. 2005. Pengajaran Mikro. Yogyakarta: Tiara Wacana

Syah. 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Yamin Martunis dkk. 2013. Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran. Jakarta: Press Group.

Referensi

Dokumen terkait

Keefektifan modul materi bumi sebagai ruang kehidupan berbasis pendidikan karakter diperoleh hasil belajar siswa yang mencapai nilai rata-rata 72.11 dengan persentase

Aplikasi  form builder   form builder   ini merupakan suatu aplikasi yang dimudahkan untuk membangun suatu form  ini merupakan suatu aplikasi yang dimudahkan untuk membangun

Tujuan penelitian ini yakni mengetahui karakteristik industri terompet tradisional di kecamatan bulukerto, perkembangan usaha terompet serta strategi bertahan

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skirpsi yang berjudul “

Menurut asumsi penelitian bahwa untuk sarana pengolahan air minum di Kecamatan Telaga sudah cukup baik hal ini dilihat dari hasil observasi yang di dapat dimana

PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI AGAMA NOMOR 62 TAHUN 2OO9 TENTANG STATUTA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI BATUSANGKAR4. Menimbang

Dari studi kepustakaan yang telah dilakukan pada beberapa penelitian sebelumnya mengenai pendeteksian konflik pada model, menjadi dasar kontribusi pada penelitian ini

[r]