• Tidak ada hasil yang ditemukan

Yusofa et al, Pemanfaatan Strategi Thinking 244

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Yusofa et al, Pemanfaatan Strategi Thinking 244"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN STRATEGI THINKING MAP DALAM PEMBELAJARAN PROBLEM

BASED LEARNING UNTUK MEMBANTU SISWA MENINGKATKAN PENGUASAAN

KONSEP FISIKA SISWA SMA KELAS X

The Use of Thinking Map Strategy in Problem Based Learning to Help Students Improve Students Concepts Mastery of Physic in Senior High School Class X

Devis Yusofa1, Lia Yuliati2, Muhardjito3

1,2,3Pendidikan Fisika Pascasarjana-Universitas Negeri Malang

Jalan Semarang 5 Malang

e-mail korespondensi: devisyusofapasca@gmail.com ABSTRAK

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui materi yang dianggap sulit bagi siswa kelas X dan pembelajaran yang dapat membantu siswa meningkatkan penguasaan konsep Fisika. Penelitian ini menggunakan metode survey dan deskriptif. Instrumen yang digunakan berupa angket yang terdiri dari empat poin pertanyaan dengan pilihan jawaban yang telah disediakan, serta terdapat pula jawaban yang bebas diisi oleh responden. Hasil penelitian yang pertama didapatkan bahwa materi impuls dan momentum menempati urutan ke-2 dari enam materi Fisika kelas X Semester 2 sebagai materi Fisika yang dianggap sulit oleh siswa dengan persentase 28,44%. Kedua,menunjukan bahwa kegiatan pembelajaran yang diterapkan masih belum sesuai untuk mendukung siswa meningkatkan penguasaan konsep dalam mempelajari Fisika. Selain itu, konsep-konsep yang terlalu banyak juga menjadi faktor

kesulitan bagi siswa dalam mempelajari konsep Fisika. Ketiga,menunjukkan bahwa setidaknya terdapat

90,26% siswa pernah membuat map untuk mempelajari konsep Fisika. Keempat,Penyajian pembelajaran yang autentik dalam pembelajaran fisika menjadi pembelajaran yang diinginkan siswa dan mendapatkan persentase tertinggi sebesar 64,32%. Penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran yang diterapkan masih belum sesuai dengan keinginan siswa dan berdampak rendahnya nilai ulangan siswa. Secara tidak langsung, rendahnya nilai ulangan siswa menunjukkan bahwa penguasaan konsep Fisika siswa pada materi impuls dan momentum sangat rendah. Berdasarkan hasil penelitian maka diperlukan

pembelajaran autentik seperti PBL dengan bantuan strategi Thinking map untuk meningkatkan

penguasaan konsep siswa .

Kata Kunci: thinking map, problem based learning (PBL), penguasaan konsep ABSTRACT

The purpose of this research is to understand the subjects that student from class X think are difficult and provide a learning that help students improve their concepts mastery. This research use a survey and descriptive methods. The instrument is a questionnaire with 4 point to answer; it has a question with choices answer and questions with free answer from respondents. The first research result show that impulse and momentum is a difficult subject that students think with 28,44% from the questionnaire, it was the second difficult subject from the other six physic subjects in class X second semester. The second result show that the learning used in the school was not support the students to improve their concepts mastery and too many concepts made the students difficult to understand physic. The third result show that 90,26% of student has been ever made a map to learn physic. The fourth result show that students want an authentic learning for their learning with 64,32% from questionnaire. This research show that the learning used in school was not suitable for the student’s desire and this has affected student test score. Low test score of students indicates that concepts mastery of students from impulse and momentum subject is very low. Based on the research, authentic learning like PBL with the help of the Thinking map strategies is needed to improve students' mastery of concepts.

Keywords: thinking map, problem based learning (PBL), concepts mastery Pembelajaran Fisika berdasarkan Permendiknas

nomor 22 tahun 2006 memiliki tujuan yang salah satunya adalah mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip Fisika dalam menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun

kuantitatif. Siswa diharapkan lebih aktif pada kegiatan pembelajaran dengan melibatkan kemampuan berpikir kritis dan penalaran yang tinggi guna memecahkan permasalahan-permasalahan Fisika yang dihadapi. Doyan & Sukmantara (2014) menyatakan bahwa Penguasaan konsep dan kemampuan pemecahan masalah Fisika

(2)

sebagai salah satu aspek dalam mengukur kemampuan

belajar siswa guna mewujudkan pembelajaran yang berkualitas. Hal ini menunjukkan bahwa agar tujuan pembelajaran Fisika dapat tercapai, maka siswa harus mempunyai penguasaan konsep yang baik.

Penguasaan konsep merupakan dasar siswa dalam memahami permasalahan-permasalahan Fisika. Penguasaan konsep adalah kemampuan siswa dalam memahami makna ilmiah baik konsep secara teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Dahar, 1988). Penguasaan konsep siswa ini dapat diukur dari hasil kognitif yang mereka capai yang mengacu pada enam domain kognitif yang dikembangkan oleh Bloom dalam dan direvisi oleh Anderson dan Krathwohl pada tahun 2001, yaitu mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasi (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5) dan membuat (C6)(Anderson &Krathwohl, 2001).

Pendidikan membutuhkan strategi belajar

kolaboratif yang dapat membantu siswa meningkatkan penguasaan konsep. PBL merupakan salah satu pembelajaran kolaboratif yang berfokus pada siswa (student centered). Menurut beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa, PBL dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa dalam pembelajaran Fisika (Tasoglu & Bakac, 2014), PBL membantu siswa memiliki penguasaan konsep yang lebih baik (Saglam, 2010).

Thinking map merupakan alternatif yang dapat membantu siswa dalam mengoptimalkan pembelajaran PBL.Thinking map membawa siswa untuk mengorganisir

pengetahuan yang telah dimiliki. Thinking map juga

memudahkan siswa untuk mengetahui hubungan konsep-konsep menjadi teori yang lebih umum. Penggunaan Thinking map dalam pembelajaran dapat membantu siswa untuk menemukan hubungan yang bermakna antara

materi yang dipelajari (Long & Carlson, 2011). Ketika siswa mengkombinasikan penggunaan alat bantu visual dengan kebiasaan otanya untuk berpikir lebih mendalam, siswa akan melihat perluasan ide dan perolehan pengetahuan baru oleh dirinya sendiri sebagai pemikir yang terampil (Costa & Kallick, 2000). Oleh karena itu penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui materi yang dianggap sulit bagi siswa kelas X dan pembelajaran yang dapat membantu siswa meningkatkan penguasaan konsep Fisika.

METODE

Penelitian ini merupakan studi pendahuluan yang dilakukan dengan metode survey dan deskriptif. Sugiyono

(2009) metode deskriptif digunakan untuk

menggambarkan dan menganalisis hasil suatu penelitian, tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. Penelitian ini dirancang sebagai langkah awal peneliti sebelum masuk dalam penelitian utama. Subyek penelitian ini adalah 120 siswa SMA dari 3 sekolah, yaitu,

SMAN 1 Kepanjen, SMAN 8 Malang dan SMAN 1 Singosari. Instrumen yang digunakan berupa angket yang terdiri dari empat poin pertanyaan dengan pilihan jawaban yang telah disediakan, serta terdapat pula jawaban yang bebas diisi oleh responden.

Data yang diperoleh berupa hasil angket yang telah diisi oleh siswa sebagai subyek penelitian. siswa dapat memilih jawaban butir pertanyaan pada angket lebih dari satu pilihan. Butir-butir pertanyaan dalam angket bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan dalam pembelajaran Fisika. Secara lengkap keepat poin pertanyaan dalam angket disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Poin-Poin Pertanyaan pada Angket Siswa

No Pertanyaan Option

1 Materi yang dianggap sulit? a. Vektor

b. Gerak Lurus dan gerak melingkar c. Hukum Newton

d. Usaha dan energi e. Impuls dan momentum

f. Getaran harmonis dan bandul sederhana 2 Alasan sulit memahami konsep Fisika? a. Cara guru menjelaskan

b. Kegiatan pembelajaran yang tidak sesuai c. Terlalu banyak konsep yang dipelajari 3 Pernahkah membuat penjelasan konsep

dalam bentuk map? (link map, konsep map, mind map, dan thinking map)

a. Pernah membuat dan paham karakteristik masing-masing map b. Pernah membuat tetapi belum paham karakteristik masing-masing map c. Tidak pernah membuat

4 Pembelajaran yang diharapkan untuk diterapkan oleh guru dalam menyajikan materi Fisika?

a. Kegiatan pembelajaran yang menyajikan permasalahan kontekstual b. Kegiatan pembelajaran berpusat pada latihan soal

c. Kegiatan pembelajaran diskusi kelompok

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini didapatkan dari angket yang ditujukan kepada siswa. Terdapat empat poin pertanyaan yang diajukan pada angket. Poin pertama adalah materi yang dianggap sulit oleh siswa. Poin kedua adalah alasan siswa sulit memahami konsep Fisika. Poin ketiga adalah

pemanfaatan map (link map, konsep map, mind map, dan

thinking map) dalam pembelajaran Fisika oleh siswa. Poin keempat adalah pembelajaran yang diharapkan untuk diterapkan oleh guru dalam menajikan materi Fisika.Hasil studi pendahuluan yang dilakukan melalui angket yang disebarkan pada 120 siswa SMA dari 3 yaitu, SMAN 1 Kepanjen, SMAN 8 Malang dan SMAN 1 Singosari.

(3)

Hasil angket poin pertama didapatkan bahwa

materi impuls dan momentum menempati urutan ke 2 dari enam materi Fisika kelas X Semester 2 sebagai materi Fisika yang dianggap sulit oleh siswa dengan persentase 28,44%. Hasil tersebut diperkuat dengan nilai ulangan Fisika pada materi implus dan momentum sangat rendah, yakni lebih dari 60 % siswa masih di bawah KKM (nilai

KKM 75). Hampir 50 % siswa memiliki nilai di bawah 40 dan selebihnya hampir tidak dapat melebihi KKM. Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan konsep Fisika pada materi impuls dan momentum masih sangat rendah. Hasil persentase materi yang dianggap sulit disajikan pada Gambar 2.

Gambar 1. Diagram Materi yang Dianggap Sulit Oleh Siswa Hasil angket poin kedua pada penerapan model

pembelajaran yang digunakan menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor mengapa siswa kesulitan memahami konsep Fisika. Sebanyak 11,26% siswa merasa kesulitan terhadap cara guru menjelaskan, 44,87% siswa merasa kegiatan pembelajaran yang tidak sesuai, dan 43,87% siswa merasa terlalu banyak konsep dan persamaan-persamaan Fisika yang perlu dipelajari. Hal ini menunjukan bahwa kegiatan pembelajaran yang diterapkan masih belum sesuai untuk mendukung siswa meningkatkan penguasaan konsep dalam mempelajari

Fisika, sehingga siswa masih kesulitan. Selain itu konsep-konsep yang terlalu banyak juga menjadi faktor kesulitan bagi siswa dalam mempelajari konsep Fisika. Oleh karena itu perlu sebuah inovasi pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa untuk dapat mempelajari konsep-konsep Fisika dengan baik. Djarod dkk (2016) pendekatan belajar Fisika yang tepat dapat membangkitkan kegiatan belajar siswa, sehingga akan tercapai tujuan belajar Fisika yang diharapkan. Hasil persentase faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan siswa mempelajari konsep Fisika disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Diagram Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Siswa Mempelajari Konsep Fisika Hasil angket poin ketiga ditujukan untuk

mengetahui pemanfaatan map (link map, konsep map,

mind map, dan thinking map) dalam pembelajaran Fisika. Sebanyak 8,42 % menyatakan pernah membuat dan paham karakteristik masing-masing map, 90,26% menyatakan pernah membuat tetapi belum paham

karakteristik masing-masing map, dan 1,32% tidak pernah membuat. Hal ini menunjukkan bahwa setidaknya terdapat 98,68% siswa pernah membuat map untuk mempelajari konsep Fisika. Lebih lanjut, respon siswa terhadap penggunaan map dalam pembelajaran menunjukkan bahwa siswa merasa bahwa penggunaan

Cara Guru Menyampaikan Materi, 11.26 Kegiatan Pembelajaran yang Tidak Sesuai, 44.87 Terlalu Banyak Konsep dan Persamaan-Persamaan Fisika, 43.87 Vektor, 5.47

Gerak lurus dan gerak melingkar, 29.73 Hukum Newton, 20.11 Usaha dan energi, 3.31 Impuls dan Momentum, 28.44 Getaran harmonis dan bandul sederhana, 12.94

(4)

map sangat membantu dalam mempelajari konsep-konsep Fisika. Laura (2011) mengemukakan bahwa pengguanaan

penggunaan thinking map dalam pembelajaran dapat

membantu siswa meningkatkan kemampuan berfikir kritis (Laura, 2011). Long & Carlson (2011) mengemukakan

bahwa dengan menggunakan thingking map membantu

siswa memperluas keterampilan berpikir dan

meningkatkan penguasaan mereka tentang permasalahan yang disajikan. Karakuyu (2010) mengemukakan bahwa penggunaan map sangat membantu bagi siswa dalam meningkatkan prestasi belajar dalam pembelajaran Fisika.

Hasil persentase pemanfaatan map bagi siswa dalam mempelajari konsep Fisika disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Diagram Pemanfaatan Map Bagi Siswa dalam Mempelajari Konsep Fisika Hasil angket poin keempat ditujukan untuk

mengetahui pembelajaran yang diharapkan untuk diterapkan oleh guru dalam menyajikan materi Fisika. Sebanyak 64,32% siswa menyukai kegiatan pembelajaran yang menyajikan permasalahan kontekstual, 2,17% kegiatan pembelajaran berpusat pada latihan soal, 33,51% kegiatan pembelajaran diskusi kelompok. Penyajian pembelajaran yang autentik dalam pembelajaran Fisika mendapatkan persentase tertinggi yang diikuti dengan keingingan siswa terhadap pembelajaran yang mengajak siswa untuk aktif dalam diskusi kelompok. Sehingga diperlukan sebuah model pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa untuk melakukan kegiatan autentik dan diskusi. Agustin (2013) PBL adalah model

pembelajaran yang dimulai dengan pemberian suatu permasalahan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari. Trianto (2011) model pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model yang didaarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik, yaitu penyelidikan yang menmbutuhkan penyelesaian nyata dari permasalhan yang nyata. Destianingsih dkk (2014) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran PBL kemampuan berpikir siswa betul-betul diopimalisasika melalui kegiatan kerja kelompok atau tim yang sistematis. Hasil persentase kegiatan pembelajaran yang disukai siswa dalam mempelajari materi Fisika disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Diagram Kegiatan Pembelajaran yang Disukai Siswa dalam Mempelajari Materi Fisika

Pernah membuat dan paham karakteristik masing-masing map, 8.42 Pernah membuat tetapi belum paham karakteristik masing-masing map, 90.26 Tidak pernah membuat, 1.32 Kegiatan pembelajaran yang menyajikan permasalahan kontekstual, 64. 32 Kegiatan pembelajaran berpusat pada latihan soal, 2.17 Kegiatan pembelajaran diskusi kelompok, 33.5 1

(5)

PENUTUP

Simpulan dari penelitian ini adalah pada umumnya kegiatan pembelajaran yang ada saat ini masih belum sesuai dengan keinginan siswa dan berdampak rendahnya nilai ulangan siswa. Secara tidak langsung, rendahnya nilai ulangan siswa menunjukkan bahwa penguasaan konsep Fisika siswa pada materi impuls dan momentum sangat rendah. Siswa menginginkan pembelajaran yang menyajikan permasalahan konstektual dan membawa siswa lebih aktif dalam kegiatan di kelas.

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka perlu diterapkan Strategi thinking map dalam pembelajaran

PBL pada materi impuls dan momentum.

PembelajaranPBL sangat terkait dengan permasalahan-permasalahan kontekstual dan mengajak siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, tambahan

penggunaan thinking map dalam pembelajaran PBL akan

membantu siswa mempermudah mempelajari materi Fisika terutama pada materi impul dan momentum, sehingga dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa. DAFTAR RUJUKAN

Agustin, V. N. 2013. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Problem Based

Learning (PBL). Journal of Elementary Education,

2(1): 36-44.

Anderson, L. W & Krathwohl, D. R. 2001. A Taxonomy

for Learning, Teaching, and Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Education Objectives. New York: Addison Wesley Lonman, Inc.

Costa, A. L & Kallick, B. 2000. Habit of Mind: Activating and Engaging. USA: ASCD.

Dahar. 1988. Teori-Teori Belajar. Erlangga. Jakarta.

Depdiknas. 2006. Permendiknas No 22 Tahun 2006

Tentang Standar Isi. Jakarta: Depdiknas.

Destianingsih, E., Pasaribu, A., & Ismet. 2014. Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Msalah Siswa pada Pembelajaran Fisika Kelas XI di SMA Negeri 1

Tanjung Lubuk. Jurnal Inovasi dan Pembelajaran

Fisika, 1(2): 1-6.

Djarod, F. I., Wiyono, E., & Supurwoko. Analisis Keasalahan dalam Menyelesaikan Soal Materi Pokok Termodinamika pada Siswa Kelas XI SMA Al Islam 1 Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014. Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika Ke-6, 6(1): 306-312.

Doyan, A. Sukmantara, I. K. Y. Pengembangan Web Intranet Fisika untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah

Siswa SMK. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia,

10(2): 117-127.

Karakuyu, Y. 2010. The Effect of Concept Mapping on Attitude Achievement in a Physics Course. International Journal of the Physical Sciences, 5(6): 724-737.

Laura, A. W. 2011. The Effect of Thingking Maps on

Students Higher Order Thinking Skills. California State University, Northridge.

Long, D & Carlson, D. 2011. Mind the Map: How Thinking Maps Affect Student Achievement. Networks an Online Journal for Teacher Research, 13 (2): 1-7.

Tasoglu, A. K & Bakac, M. 2014. The Effect of Problem Based Learning Approach on Conceptual Understanding in Teaching of Magnetism Topics. Eurasian J. Phys & Chem Education.

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif

Progresif. Jakarta: Kencana.

Saglam, M. 2010. Students Performance Awareness Motivational Orientations and Learning Strategies in a Problem-Based Electromagnetism Course. Asia Pacific Forum on Science Learning and Teaching.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:

Gambar

Tabel 1. Poin-Poin Pertanyaan pada Angket Siswa
Gambar 1. Diagram Materi yang Dianggap Sulit Oleh Siswa  Hasil  angket  poin  kedua  pada  penerapan  model
Gambar 3. Diagram Pemanfaatan Map Bagi Siswa dalam Mempelajari Konsep Fisika  Hasil  angket  poin  keempat  ditujukan  untuk

Referensi

Dokumen terkait

Selain membandingkan persyatan mutu susu UHT, susu kental manis dan susu bubuk berdasarkan SNI, Anda juga bisa mencari informasi tentang standar mutu susu UHT, susu

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sikap belajar dan penguasaan kosakata, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama memberikan kontribusi yang signifikan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar mata pelajaran simulasi digital memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap mata pelajaran teknik gambar manufaktur dengan

A life fellow of the Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE), Professor Boldea has worked, published, lectured, and consulted extensively on the theory, design,

Menurut Kotler (2003) price discount, merupakan penghematan yang ditawarkan pada konsumen dari harga normal akan suatu produk, yang tertera di label atau kemasan produk

Seperti umumnya masjid-masjid kuna di pulau Jawa Besar Kauman Semarang memiliki ruang utama untuk kegiatan salat berjamaah berbentuk persegi dengan ukuran cukup luas

Tahun I meliputi: (a) pengambilan data historik gempabumi (meliputi data koordinat, magnitude, kedalaman dan jarak) selama kurun waktu 200 tahun yang akan menghasilkan nilai

Semakin baik sikap ibu dalam menerapkan pendidikan seks akan memberikan dampak positif pula dengan tersampaikan informasi tentang seks bebas kepada anak remaja,