• Tidak ada hasil yang ditemukan

SANTI SUSANTI Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SANTI SUSANTI Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi ABSTRAK"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PAJAK RESTORAN, PAJAK PENERANGAN JALAN DAN PAJAK REKLAME TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DAERAH KOTA

TASIKMALAYA

(Studi Kasus Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Tasikmalaya)

SANTI SUSANTI

Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi e-mail:

santisusanti.ss145@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pajak Restoran, Pajak Penerangan Jalan dan Pajak Reklame secara parsial Terhadap Penerimaan Pajak Daerah Kota Tasikmalaya dan Pengaruh Pajak Restoran, Pajak Penerangan Jalan dan Pajak Reklame secara simultan Terhadap Penerimaan Pajak Daerah Kota Tasikmalaya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan studi kasus. Penelitian ini menggunakan alat uji regresi linear berganda dengan menggunakan program Statistical Package for Social Sciences (SPSS) versi 16.0. Hasil penelitian yang dilakukan pada Dinas Pendapatan Daerah menunjukkan bahwa secara parsial variabel Pajak Restoran berpengaruh signifikan terhadap Pajak Daerah, Pajak Penerangan Jalan berpengaruh signifikan terhadap Pajak Daerah dan Pajak Reklame berpengaruh signifikan terhadap Pajak Daerah. Penelitian ini juga menyatakan bahwa Pajak Restoran, Pajak Penerangan Jalan dan Pajak Reklame secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Pajak Daerah.

(2)

ABSTRACT

This research aims to learn the influence of Restaurant Tax, Street Lighting Tax and Advertisement Tax in partially to Local Tax Tasikmalaya city and Influence of Restaurant Tax, Street Lighting Tax and Advertisement Tax in simultaneoustly to Local Tax Tasikmalaya city. The method used in this research is analytical descriptive method by using a case study approach. The research uses multiple regressions with using Statistical Package for Social Sciences (SPSS) verse 16.0. The result this research in regard Income Office in the city of Tasikmalaya indicated that Restaurant Tax, had not influence significantly with Local Tax income, Street Lighting Tax had influence significantly with Local Tax income, and Advertisement Tax influence significantly with Local Tax income. The research also states that Restaurant Tax, Street Lighting Tax and Advertisement Tax simultaneous way had influence significantly with Local Tax income.

Key words: restaurant tax, street lighting tax, advertisement tax and local tax.

PENDAHULUAN Latar Belakang

Dengan adanya UU No. 32 tahun 2004 sebagai penyempurnaan UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Pemerintah Daerah dan UU Nomor 29 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, pemerintah daerah diharapkan dapat lebih mandiri untuk mengurus segala kebutuhan daerahnya sendiri tanpa harus tergantung penuh ke pemerintah pusat sehingga memerlukan sumber penerimaan yang dapat diandalkan. Pemerintah dituntut untuk dapat menggali segala kemungkinan sumber keuangannya sendiri sesuai dengan kemampuan dan dalam batas-batas perundang-undangan yang berlaku.

Ciri utama suatu daerah yang mampu melaksanakan otonomi yaitu kemampuan keuangan daerah, artinya daerah harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup memadai untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahannya. Ketergantungan kepada bantuan pusat harus seminimal mungkin, agar pendapatan asli

(3)

daerah dapat menjadi bagian sumber keuangan terbesar sehingga peranan pemerintah daerah menjadi lebih besar.

Pendapatan Asli Daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah pasal 1 ayat 18 adalah pendapatan yang diperolah daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Guna terealisasinya pelaksanaan Otonomi Daerah maka sumber pembiayaan tergantung pada peranan Pendapatan Asli Daerah. Semakin tinggi penerimaan PAD suatu daerah, maka semakin tinggi kemampuan daerah untuk melaksanakan desentralisasi. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004, sumber-sumber penerimaan asli daerah terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah. Dari berbagai sumber penerimaan yang dipungut daerah sesuai dengan Undang-undang tentang pemerintahan daerah menetapkan pajak daerah menjadi salah satu sumber penerimaan yang berasal dari dalam daerah dan dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi masing-masing daerah. Jumlah penerimaan komponen pajak daerah dan retribusi daerah sangat dipengaruhi oleh banyaknya jenis pajak daerah dan retribusi daerah yang diterapkan serta disesuaikan dengan peraturan yang berlaku yang terkait dengan penerimaan kedua komponen tersebut.

Pajak daerah sebagai salah satu komponen pendapatan asli daerah memiliki prospek yang sangat baik untuk dikembangkan. Oleh sebab itu pajak daerah harus dikelola secara profesional dan transparan dalam rangka optimalisasi dan usaha meningkatkan kontribusinya terhadap anggaran pendapatan dan belanja daerah melalui intensifikasi pemungutannya dan ektensifikasi subyek dan obyek pajak daerah. Kontribusi pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah sangat besar, semakin besar pajak daerah maka pendapatan asli daerah juga semakin besar.

Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan 2 sumber Pendapatan Asli Daerah yang terbesar. Setiap daerah mempunyai dasar pengenaan pajak yang berbeda-beda tergantung dari kebijakan Pemerintah Daerah setempat. Untuk daerah dengan kondisi perekonomian yang memadai, akan dapat diperoleh pajak yang cukup besar. Tetapi untuk daerah tertinggal, Pemerintah Daerah hanya dapat memungut pajak dalam jumlah yang terbatas. Demikian halnya dengan retribusi daerah yang berbeda-beda untuk tiap

(4)

daerah. Kemampuan daerah untuk menyediakan pendanaan yang berasal dari daerah sangat tergantung pada kemampuan merealisasikan potensi ekonomi tersebut menjadi bentuk-bentuk kegiatan ekonomi yang mampu menciptakan perguliran dana untuk pembangunan daerah yang berkelanjutan.

Untuk memungut pajak dan retribusi daerah pemerintahan dan DPR sejak lama telah mengeluarkan undang-undang dasar hukum yang kuat. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 lahir sebagai upaya untuk mengubah sistem perpajakan daerah dan retribusi daerah yang berlangsung di Indonesia, yang banyak menimbulkan kendala, baik dalam penetapan maupun pemungutannya. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 lahir sebagai penyempurnaan terhadap Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 karena pemerintah serta DPR merasakan perlu dilakukan perubahan serta pelaksanaan otonomi daerah yang semakin besar.

Selain memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan, otonomi daerah juga memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengatur keuangan daerahnya melalui desentralisasi fiskal. Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 disebutkan bahwa pajak daerah untuk Kabupaten/Kota sebanyak 11 jenis pajak, dalam pasal 2 disebutkan bahwa:

1. Jenis Pajak Provinsi terdiri atas: a. Pajak Kendaraan Bermotor;

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor; c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; d. Pajak Air Permukaan;

e. Pajak Roko.

2. Jenis Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas: a. Pajak Hotel;

b. Pajak Restoran; c. Pajak Hiburan; d. Pajak Reklame;

e. Pajak Penerangan Jalan;

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; g. Pajak Parkir;

(5)

h. Pajak Air Tanah;

i. Pajak Sarang Burung Walet;

j. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan; dan k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Hal ini membuat membuat penerimaan pajak daerah Kota Tasikmalaya semakin meningkat. Dari banyak komponen pajak daerah yang dikelola Kota Tasikmalaya yang menarik untuk diteliti oleh penulis adalah Pajak Restoran, Pajak Penerangan Jalan dan Pajak Reklame yang secara kasat mata banyak terdapat dihampir sepanjang Kota Tasikmalaya.

Pajak restoran merupakan salah satu jenis pajak daerah yang potensinya semakin berkembang dikarenakan Kota Tasikmalaya adalah sebuah daerah perdagangan dan posisinya yang strategis menjadikan kota ini salah satu pusat MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) tentunya hal ini semakin meningkatkan pendapatan pajak daerah. Kota Tasikmalaya memiliki daya tarik bagi wisatawan lokal maupun wisatawan asing untuk berkunjung karena memiliki banyak tempat wisata, yang akan berdampak terhadap meningkatnya jumlah permintaan penggunaan restoran. Hal ini dapat terlihat dengan semakin banyaknya restoran baru yang didirikan di Kota Tasikmalaya. Hal ini merupakan potensi untuk memulai usaha, dan memikat para investor untuk menanamkan modalnya.

Menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 10 Tahun 2002, pajak penerangan jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik dengan ketentuan bahwa di wilayah daerah tersebut tersedia penerangan jalan yang rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah sesuai dengan Peraturan daerah Kota Tasikmalaya Nomor 18 Tahun 2003 tentang Pajak Penerangan Jalan. Penerimaan pajak yang diperoleh dari pajak penerangan jalan akan digunakan untuk membiayai penerangan jalan pada jalan umum meliputi pemeliharaan dan perbaikan lampu jalan.

Banyak reklame jenis outdoor maupun indoor (di dalam gedung mall) dalam bentuk poster, spanduk, baligo, hingga billboard raksasa, reklame suara, reklame mobil bahkan untuk tahun 2008 muncul jenis reklame yang baru yaitu megatron. Dengan bertambahnya jenis reklame bisa dimanfaatkan oleh pihak perusahaan atau badan yang akan mengiklankan produknya dengan menggunakan pemasangan reklame sebagai

(6)

salah satu alat promosi. Dalam hal ini berarti tidak menutup kemungkinan Kota Tasikmalaya memiliki potensi yang besar untuk memperoleh pendapatan dari sektor pajak reklame.

Dari data dapat diperoleh gambaran mengenai kontribusi pajak daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Tasikmalaya selama 5 tahun yaitu tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. Dimana setiap tahunnya, kontribusi dari pajak daerah terhadap PAD semakin bertambah besar.

Dari fenomena yang penulis sebutkan di atas, timbul suatu pertanyaan bagaimana penerimaan pendapatan pajak restoran, pajak penerangan jalan dan pajak reklame ini dari tahun ke tahun, apakah realisasi penerimaan pendapatannya mampu melebihi target yang ditetapkan atau malah sebaliknya. Lalu kemudian bagaimana pengaruhnya terhadap pajak daerah.

Pada penelitian ini penulis juga mengambil referensi dari beberapa penelitian terdahulu sebagai gambaran untuk mempermudah proses penelitian. Penelitian yang penulis lakukan mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya antara lain:

1. Devi Kasamira (2011) dengan judul “Pengaruh Pendapatan Pajak Reklame dan Pajak Penerangan Jalan Terhadap Pendapatan Asli Daerah”. Lokasi penelitiannya di Dinas Pendapatan Daerah Kota Tasikmalaya dengan pendekatan studi kasus. Hasil penelitiannya pendapatan Pajak Reklame dan Pajak Penerangan Jalan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Tasikmalaya.

2. Tati Siti Nurzanah (2012) dengan judul “Pengaruh Pendapatan Pajak Reklame dan Pajak Penerangan Jalan Terhadap Penerimaan Pajak Daerah Kota Tasikmalaya”. Studi kasus pada Dinas Pendapatan Kota Tasikmalaya. Hasil penelitiannya pendapatan Pajak Reklame dan Pajak Penerangan Jalan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Penerimaan Pajak Daerah Kota Tasikmalaya. 3. Vidya Paramita (2013) dengan judul “Pengaruh Hasil Pemungutan Pajak Hotel dan

Pajak Restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung (Studi pada Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung)”. Hasil penelitiannya bahwa pajak hotel dan juga pajak restoran berpengaruh secara parsial terhadap PAD Kota Bandung, untuk

(7)

pengujian secara simultan baik pajak hotel dan pajak restoran berpengaruh positif terhadap PAD Kota Bandung.

4. Sitti Pratiwi Musa (2015) dengan judul “Analisis Kontribusi Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), Pajak Penerangan Jalan dan Pajak Reklame Serta Pengaruhnya Terhadap Pajak Daerah Kota Gorontalo”. Tempat penelitian Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kota Gorontalo. Hasil penelitiannya bahwa kontribusi Pajak BPHTB berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pajak Daerah pada Kota Gorontalo, terdapat pengaruh positif namun tidak signifikan dari kontribusi Pajak Penerangn Jalan terhadap Pajak Daerah pada Kota Gorontalo, kontribusi Pajak Reklame berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap Pajak Daerah pada Kota Gorontalo, kemudian secara simultan terdapat pengaruh dari kontribusi Pajak BPHTB, Pajak Penerangan Jalan dan Pajak Reklame terhadap Pajak Daerah pada Kota Gorontalo.

5. Ade Wida Hidayah (2015) dengan judul “Pengaruh Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan dan Pajak Reklame Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Tasikmalaya”. Studi kasus pada Dinas Pendapatan Kota Tasikmalaya. Hasil penelitiannya bahwa pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan dan pajak reklame secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap PAD, namun secara simultan berpengaruh signifikan terhadap PAD.

Tujuan Penelitian

Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pendapatan Pajak Restoran, Pajak Penerangan Jalan, Pajak

Reklame, dan Pajak Daerah di Kota Tasikmalaya.

2. Untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Pajak Restoran, Pajak Penerangan Jalan dan Pajak Reklame secara parsial terhadap Penerimaan Pajak Daerah di Kota Tasikmalaya.

3. Untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Pajak Restoran, Pajak Penerangan Jalan dan Pajak Reklame secara simultan terhadap Penerimaan Pajak Daerah di Kota Tasikmalaya.

(8)

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan studi kasus yang bertujuan untuk melukiskan, mencatat, menganalisa, dan menginterpretasikan kondisi-kondisi saat ini yang terjadi pada objek penelitian. Studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, atau suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.

Teknik Pengumpulan Data Jenis Data

1. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh dengan cara peninjauan langsung terhadap objek yang diteliti dan wawancara langsung dengan pihak Dinas Pendapatan, juga diperoleh dengan pengumpulan data atau dokumen yang berhubungan dengan penulis teliti. 2. Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh dari pihak luar Dinas Pendapatan Kota Tasikmalaya yang berupa kepustakaan yakni mencari literatur-literatur yang terkait dengan topik yang diambil penulis.

Prosedur Pengumpulan Data

Data yang sudah diperoleh kemudian diolah, dianalisis kemudian ditarik kesimpulan dari penelitian tersebut. Adapun sumber data yang diperoleh baik primer maupun sekunder dapat diperoleh melalui:

1. Penelitian Lapangan (Field Research)

Yaitu data yang diperoleh dari objek penelitian yang secara langsung terjun ke lapangan guna memperoleh data primer yang diperlukan dalam kaitannya dengan penelitian. Adapun teknik pengumpulan data primer tersebut adalah sebagai berikut : a. Observasi

b. Wawancara c. Dokumentasi

2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperoleh data sekunder dengan cara mencari literatur atau sumber-sumber bacaan yang mempunyai kaitan dengan

(9)

masalah yang diteliti. Data yang digunakan sebagai data pembanding yang dapat membantu dalam pembahasan hasil penelitian pada Dinas Pendapatan Kota Tasikmalaya.

Paradigm Penelitian

Dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel independen (variable bebas) dan satu variabel dependen (variable terikat), variabel independen yaitu pajak restoran (X1), pajak penerangan jalan (X2) dan pajak reklame (X3). Sedangkan variabel dependen yaitu pajak daerah (Y).

ε

Gambar 3.1 Paradigma Penelitian

Teknik Analisis Data

1. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pendapatan pajak restoran (X1), pajak penerangan jalan (X2) dan pajak reklame (X3) terhadap penerimaan pajak daerah (Y) dengan rumus sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Dimana :

Y = Pajak Daerah

A = Konstanta, besar nilai Y jika X = 0 b1, b2, b3 = Koefisien regresi

X1 = Pajak Restoran

X2 = Pajak Penerangan Jalan

X3 = Pajak Reklame

e = Error term, yaitu tingkat kesalahan penduga dalam penelitian X1

X2

X3

(10)

2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik regresi merupakan uji prasyarat jika menggunakan analisis regresi linier. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memliliki distrbusi normal. Kalau nilai residual tidak mengikuti distribusi normal, nilai uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Ghozali, 2005: 110). Cara yang digunakan untuk menguji normalitas data, penelitian ini menggunakan analisis grafik dan analisis statistik. Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S), yang dijelaskan oleh Ghozali (2005: 115). Bila nilai signifikan < 0,05 berarti distribusi data tidak normal. Sebaliknya, bila nilai signifikan > 0,05 berarti distribusi data normal. Sedangkan analisis grafik (normal P-P plot) merupakan cara sederhana yang dapat mendukung analisis statistik. P-Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Bentuk data yang terdistribusi secara normal akan mengikuti pola distribusi normal dimana grafiknya mengikuti garis diagonal. Jika data telah terdistribusi secara normal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen variable). Uji ini dilakukan dengan cara membandingkan nilai koefisien determinasi individuar (r2) dengan nilai determinasi secara serentak (R2) dengan cara meregresikan setiap variabel independen dengan variabel independen lainnya dengan tujuan untuk mengetahui nilai koefisien r2 tersebut dibandingkan dengan nilai R2. Dengan kriteria pengujian:

 Jika r2 lebih besar dari R2 maka terjadi multikolinearitas  Jika r2 lebih kecil dari R2 maka tidak terjadi multikolinearitas

(11)

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual pengamatan satu ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual pengamatan satu ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas (Ghozali, 2005: 105). Untuk mendeteksi apakah terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, dapat dilakukan dengan menggunakan metode glejser. Metode glejser dilakukan dengan cara meregresikan antara variabel independen dengan nilai absolut residualnya. Jika nilai signifikan antara variabel independen dengan absolut residual lebih dari 0,05 maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.

d. Uji autokorelasi

Uji autokorelasi menurut Ghozali (2005: 95), bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi ini muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya.

Untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi pada model regresi dapat dilakukan dengan menggunakan metode run-test. Metode run-test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak sistematis. Jika asymp Sig. (2-failed) pada output run-test lebih besar dari 0,05 maka data tidak mengalami atau mengandung autokorelasi atau sebaliknya, atau dengan kriteria:

 Jika asymp Sig pada output Run Test lebih besar dari 0,05 maka data tidak mengalami autokorelasi.

 Jika asymp Sig pada output Run Test lebih kecil dari 0,05 maka data mengalami autokorelasi.

3. Analisis Korelasi Ganda

Korelasi ganda adalah korelasi antara dua atau lebih variabel bebas secara bersama-sama dengan suatu variabel terikat. Angka yang menunjukkan arah dan besar kuatnya hubungan antara dua atau lebih variabel bebas dengan satu variabel terikat disebut koefisien korelasi ganda, dan bisa disimbolkan R.

(12)

Keterangan :

= koefisien korelasi ganda antara variabel X1, X2, dan X3 rx1y = koefisien korelasi X1 terhadap Y

rx2y = koefisien korelasi X2 terhadap Y rx3y = koefisien korelasi X3 terhadap Y r2x1x2 = koefisien korelasi X1 terhadap X2 r2x1x3 = koefisien korelasi X1 terhadap X3 r2x2x3 = koefisien korelasi X2 terhadap X3

Koefisien korelasi ini akan besar jika tingkat hubungan antara variabel kuat. Demikian sebaliknya, jika hubungan antara variabel tidak kuat maka nilai R akan kecil. Besarnya koefisien korelasi ini akan diinterpretasikan sebagai berikut:

Tabel 3.2

Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,00 Sangat kuat Sugiyono (2010 : 250)

4. Analisis Koefisien Determinsi

Uji R2 (koefisien determinasi) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel dependen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel dependen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2005:83).

Rumus koefisien determinasi dapat dilihat sebagai berikut : Kd = (r2) x 100%

(13)

Kd = koefisien determinasi

r2 = koefisien korelasi dikuadratkan 5. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis akan dimulai dengan penetapan hipotesis operasional penetapan tingkat signifikan, uji signifikansi, kriteria dan penarikan kesimpulan.

a) Hipotesis Operasional  Secara Parsial

H0 : ρyx1 = 0 : Pajak restoran secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap pajak daerah.

Ha : ρyx1 ≠ 0 : Pajak restoran secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pajak daerah.

H0 : ρyx2 = 0 : Pajak penerangan jalan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap pajak daerah.

Ha : ρyx2 ≠ 0 : Pajak penerangan jalan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pajak daerah.

H0 : ρyx3 = 0 : Pajak reklame secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap pajak daerah.

Ha : ρyx3 ≠ 0 : Pajak reklame secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pajak daerah.

 Secara Simultan

H0: ρ = 0 pajak restoran, pajak penerangan jalan dan pajak reklame secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap pajak daerah. Ha: ρ ≠ 0 pajak restoran, pajak penerangan jalan dan pajak reklame secara

simultan berpengaruh signifikan terhadap pajak daerah. b) Uji Signifikansi

- Uji t atau Uji Parsial

Uji statistik t dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial serta penerimaan atau penolakan hipotesisnya. Untuk menguji statistif Uji t dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

(14)

=

Dimana :

t = besarnya sebagai pembanding

r = koefisien korelasi n = banyaknya data

= koefisien determinasi - Uji F atau Uji Simultan

Uji statistik F pada dasarnya digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel bebas mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat serta untuk menguji seberapa besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan. Derajat kebebasan korelasi ganda adalah sebagai berikut :

Df = (n-k-1)

c) Penetapan tingkat signifikansi

Tingkat signifikansi yang digunakan adalah 5% (α = 0,05) yang merupakan tingkat signifikansi yang sering digunakan dalam ilmu sosial yang menunjukkan keempat variabel mempunyai korelasi cukup nyata.

d) Kriteria Uji

 Uji secara parsial

Untuk korelasi positif (+) searah : Ho ditolak jika : thitung >ttabel atau sig < α Ho diterima jika thitung < ttabel atau sig > α Untuk korelasi negatif (-) berlawanan : Ho ditolak jika : thitung <ttabel atau sig < α Ho diterima jika thitung > ttabel atau sig > α  Uji secara simultan

Jika > atau sig < α maka ditolak, diterima

Artinya Pajak Restoran, Pajak Penerangan Jalan dan Pajak Reklame secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Pajak Daerah.

(15)

Jika < atau sig > α maka diterima, ditolak

Artinya Pajak Restoran, Pajak Penerangan Jalan dan Pajak Reklame secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap Pajak Daerah 6. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian di atas penulis akan melakukan analisis bersifat kuantitatif. Dari hasil analisa tersebut akan ditarik kesimpulan, apakah hipotesis yang telah ditetapkan itu diterima atau ditolak.

PEMBAHASAN Uji Asumsi Klasik

a) Uji Normalitas

Dari hasil pengolahan data yang diperoleh penulis maka dapat disimpulkan bahwa nilai kolmogorov smirnov sebesar 0,658 dengan nilai signifikan sebesar 0,779. Nilai signifikan ini lebih besar dibandingkan dengan nilai alpha 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa berdasarkan pengujian normalitas, data dalam penelitian ini berdistribusi normal.

Deteksi lain dengan melihat penyebaran titik pada sumbu diagonal dari grafik melalui grafik normal P-P Plots. Berdasarkan grafik P-P Plots untuk variabel independent pajak restoran, pajak penerangan jalan dan pajak reklame serta variabel dependent pajak daerah terlihat titik pada grafik masih menyebar disekitar garis diagonal dan penyebarannya hampir mengikuti arah garis diagonal. Hasil tersebut menunjukan data penelitian berdistribusi normal.

b) Uji Multikolinearitas

Tabel 4.12

Ringkasan Hasil Uji Multikolinearitas

Variable Dependent Variable Independent Nilai r square (r2)

Pajak Restoran Pajak Penerangan Jalan 0,973 Pajak Restoran Pajak Reklame 0,832 Pajak Penerangan Jalan Pajak Reklame 0,752

Nilai R2 0,997

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai r2 yang diperoleh seluruhnya bernilai lebih kecil daripada nilai koefisien deterninasi (R2). Sehinga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas pada model regresi.

(16)

c) Uji Heteroskedastisitas dengan Metode Glejser

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan penulis, seluruh variabel memiliki nilai signifikansi pengujian yang lebih besar dibandingkan dengan nilai alpha 0,05. Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak terdapat masalah heteroskedastisitas.

d) Uji Autokorelasi dengan Run-Test

Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan penulis dengan menggunkan SPSS versi 16.0 maka diperoleh hasil run test menunjukkan bahwa nilai asymp Sig. (2 failed) sebesar 0,762 yang berarti bahwa asymp Sig. (2 failed) lebih dari nilai alpha 0,05. Sehingga data dalam penelitian ini tidak terkena gejala autukorelasi.

Pengaruh Pajak Restoran Secara Parsial Terhadap Pajak Daerah Kota Tasikmalaya

Untuk mengetahui pengaruh pajak restoran secara parsial terhadap pajak daerah Kota Tasikmalaya berdasarkan koefisien determinasi untuk nilai r secara parsial yaitu pajak restoran terhadap pajak daerah Kota Tasikmalaya. Berdasarkan hasil pengolahan SPSS diketahui koefisien korelasi parsial untuk pajak restoran (X1) terhadap pajak daerah (Y) adalah sebesar 0,636 menunjukkan korelasi yang kuat. Bersifat positif artinya ketika penerimaan pajak restoran naik maka akan diikuti dengan kenaikan pendapatan pajak daerah, dan sebaliknya ketika penerimaan pajak restoran turun maka akan diikuti dengan penurunan pendapatan pajak daerah. Sedangkan diperoleh koefisien determinasi sebesar 0,4045 atau sebesar 40,45% pajak daerah dipengaruhi oleh pajak restoran sedangkan sisanya 59,55% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti, diantaranya Pajak Hotel, Pajak Hiburan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Tabel 4.9

Realisasi Pendapatan Pajak Restoran Pada Pajak Daerah Tahun Anggaran 2004 sampai 2015

No. Tahun Anggaran Pajak Restoran (Rp) Pajak Daerah (Rp) Persentase (%) 1. 2004 893.163.929,00 4.140.303.846,00 21,57 2. 2005 1.018.387.056,00 4.653.748.175,00 21,88 3. 2006 1.083.292.555,00 5.173.010.214,00 20,94

(17)

4. 2007 1.333.829.232,00 6.135.283.205,00 21,74 5. 2008 1.970.774.789,00 8.572.895.585,00 22,99 6. 2009 2.189.006.764,00 9.583.828.253,00 22,84 7. 2010 3.363.697.539,00 12.972.424.095,00 25,93 8. 2011 4.021.405.781,00 24.985.154.772,00 16,09 9. 2012 5.301.568.766,00 44.429.214.271,00 11,93 10. 2013 7.035.179.609,00 65.273.606.163,00 10,78 11. 2014 8.350.424.541,00 73.187.386.571,00 11,41 12. 2015 10.015.330.031,00 83.214.133.255,00 12,03 Jumlah 46.563.871.592,00 342.308.799.405,00 - Rata-rata 3.880.322.632,67 28.525.733.283,75 13,60

Untuk pengujian signifikansi dilakukan dengan uji t, diperoleh thitung pajak restoran sebesar 2,333 sedangkan diperoleh ttabel dari tabel t dengn ketentuan n-k-1 atau (12-3-1), jadi diperoleh nulai ttabel sebesar 2,306. Karena thitung (2,333 > 2,306) ttabel, atau dengan melihat nilai sig maka 0,048 < 0,05 Ho ditolak, berarti Pajak Restoran secara parsial berpengaruh signifikan terhadap penerimaan Pajak Daerah Kota Tasikmalaya.

Pengaruh Pajak Penerangan Jalan Secara Parsial Terhadap Pajak Daerah Kota Tasikmalaya

Dari hasil pengolahan SPSS diketahui koefisien korelasi parsial untuk pajak penerangan jalan (X2) terhadap pajak daerah (Y) adalah sebesar 0,902 menunjukkan korelasi yang sangat kuat. Bersifat positif artinya ketika penerimaan pajak penerangan jalan naik maka akan diikuti dengan kenaikan pendapatan pajak daerah, dan sebaliknya ketika penerimaan pajak penerangan jalan turun maka akan diikuti dengan penurunan pendapatan pajak daerah. Diperoleh koefisien determinasi sebesar 0,8136 atau sebesar 81,36% pajak daerah dipengaruhi oleh pajak penerangan jalan sedangkan sisanya 18,64% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti, diantaranya Pajak Hotel, Pajak Hiburan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Tabel 4.10

Realisasi Pendapatan Pajak Penerangan Jalan Pada Pajak Daerah Tahun Anggaran 2004 sampai 2015

(18)

No. Tahun Anggaran Pajak Penerangan Jalan (Rp) Pajak Daerah (Rp) Persentase (%) 1. 2004 2.500.211.948,00 4.140.303.846,00 60,39 2. 2005 2.792.938.834,00 4.653.748.175,00 60,01 3. 2006 3.156.357.421,00 5.173.010.214,00 61,01 4. 2007 3.531.438.797,00 6.135.283.205,00 57,56 5. 2008 4.347.314.381,00 8.572.895.585,00 50,72 6. 2009 4.802.182.562,00 9.583.828.253,00 50,11 7. 2010 6.348.538.318,00 12.972.424.095,00 48,94 8. 2011 9.723.311.289,00 24.985.154.772,00 38,92 9. 2012 18.334.095.098,00 44.429.214.271,00 41,26 10. 2013 22.474.611.351,00 65.273.606.163,00 34,43 11. 2014 26.163.125.799,00 73.187.386.571,00 35,75 12. 2015 28.880.739.544,00 83.214.133.255,00 34,71 Jumlah 133.054.865.342,00 342.308.799.405,00 - Rata-rata 11.087.905.445,00 28.525.733.283,75 38,87

Untuk pengujian signifikansi dilakukan dengan uji t, diperoleh thitung pajak penerangan jalan sebesar 5,898 sedangkan diperoleh ttabel dari tabel t dengn ketentuan n-k-1 atau (12-3-1), jadi diperoleh nulai ttabel sebesar 2,306. Karena thitung (5,898 > 2,306) ttabel, atau dengan melihat nilai sig sebesar 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya Pajak Penerangan Jalan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap penerimaan Pajak Daerah Kota Tasikmalaya.

Pengaruh Pajak Reklame Secara Parsial Terhadap Pajak Daerah Kota Tasikmalaya

Dari hasil pengolahan SPSS diketahui koefisien korelasi parsial untuk pajak reklame (X3) terhadap pajak daerah (Y) adalah sebesar 0,647 menunjukkan hubungan yang kuat. Dan diperoleh koefisien determinasi sebesar 0,4186 atau sebesar 41,86% pajak daerah dipengaruhi oleh pajak reklame dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti, diantaranya Pajak Hotel, Pajak Hiburan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

(19)

Tabel 4.11

Realisasi Pendapatan Pajak Reklame Pada Pajak Daerah Tahun Anggaran 2004 sampai 2015

No. Tahun Anggaran Pajak Reklame (Rp) Pajak Daerah (Rp) Persentase (%) 1. 2004 238.411.288,00 4.140.303.846,00 5,76 2. 2005 280.252.339,00 4.653.748.175,00 6,02 3. 2006 321.841.534,00 5.173.010.214,00 6,22 4. 2007 623.509.447,00 6.135.283.205,00 10,16 5. 2008 1.376.387.508,00 8.572.895.585,00 16,05 6. 2009 1.614.836.017,00 9.583.828.253,00 16,85 7. 2010 1.849.558.133,00 12.972.424.095,00 14,26 8. 2011 1.788.089.621,00 24.985.154.772,00 7,16 9. 2012 2.071.899.304,00 44.429.214.271,00 4,66 10. 2013 2.178.230.641,00 65.273.606.163,00 3,34 11. 2014 2.621.776.937,00 73.187.386.571,00 3,58 12. 2015 2.847.235.764,00 83.214.133.255,00 3,42 Jumlah 17.812.028.533,00 342.308.799.405,00 - Rata-rata 1.484.335.711,00 28.525.733.283,75 5,20

Untuk pengujian signifikansi dilakukan dengan uji t, diperoleh thitung pajak reklame sebesar 2,397 sedangkan diperoleh ttabel dari tabel t dengn ketentuan n-k-1 atau (12-3-1), jadi diperoleh nulai ttabel sebesar 2,306. Karena thitung (-2,397 < -2,306) ttabel, atau dengan melihat nilai sig sebesar 0,043 < 0,05 maka Ho ditolak, artinya Pajak Reklme berpengaruh signifikan terhadap penerimaan Pajak Daerah Kota Tasikmalaya. Nilai r negatif menunjukkan bahwa pajak reklame (X3) memberikan kontribusi yang kecil terhadap pajak daerah (Y) dalam persentase bukan besaran rupiahnya, dimana dari tahun ke tahun kontribusi dari pajak reklame terhadap pajak daerah semakin kecil atau menurun.

Pengaruh Pajak Restoran, Pajak Penerangan Jalan dan Pajak Reklame Secara Simultan Terhadap Pajak Daerah Kota Tasikmalaya

a) Analisis Regresi Linear Berganda

Untuk mengetahui besarnya pengaruh pajak restoran (X1), pajak penerangan jalan (X2) dan pajak reklame (X3) terhadap penerimaan pajak daerah (Y), maka digunakan alat analisis regeresi berganda. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel coefficients dapat menghasilkan bentuk persamaan regresi sebagai berikut:

Y = -3,730E9 + 3,432 X1 + 2,238 X2 – 3,957 X3 + e b) Analisis Korelasi Ganda

(20)

Untuk mengetahui besarnya derajat atau kekuatan korelasi antara pajak restoran, pajak penerangan jalan dan pajak reklame dengan penerimaan pajak daerah, berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS 16.0 diketahui nilai koefisien korelasi ganda sebesar 0,999. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keeratan hubungan antara pajak restoran, pajak penerangan jalan dan pajak reklame terhadap pajak daerah adalah sebesar 0,999. Nilai tersebut berada diantara 0,80-1.00 menunjukkan korelasi yang sangat kuat.

c) Analisis Koefisien Determinasi

Berdasarkan hasil program SPSS 16.0 yang terdapat dalam tabel summary diketahui bahwa nilai koefisien determinasi sebesar 0,997. Maka besarnya pengaruh pajak restoran, pajak penerangan jalan dan pajak reklame terhadap penerimaan pajak daerah Kota Tasikmalaya adalah sebesar 99,7% dan sisanya dipengaruhi oleh jenis pajak daerah lain yang tidak diteliti penulis yaitu Pajak Hotel, Pajak Hiburan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

d) Uji Signifikansi

Berdasarkan hasil pengolahan SPSS 16.0 yang terdapat dalam tabel ANOVAb pada lampiran, diperoleh Fhitung sebesar 997,029 kemudian Fhitung dibandingkan dengan Ftabel dengan ketentuan dk pembilang = 3 dan dk penyebut = (12-3-1) = 8 dengan taraf kesalahan 5% diperoleh nilai Ftabel sebesar 4,066. Ternyata nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel (997,029 > 4,066). Karena Fhitung lebih besar dari Ftabel dan nilai sig sebesar 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan ditolaknya Ho dan diterimanya Ha bahwa pada tingkat keyakinan 95% dapat disimpulkan bahwa Pajak Restoran, Pajak Penerangan Jalan dan Pajak Reklame secara simultan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan Pajak Daerah Kota Tasikmalaya.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Analisis Pajak Restoran, Pajak Penerangan Jalan dan Pajak Reklame Terhadap Penerimaan Pajak Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2004 sampai tahun 2015 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

(21)

1. Pajak Restoran, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Reklame dan Pajak Daerah Kota Tasikmalaya.

a. Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering. Realisasi penerimaan pajak restoran dalam tahun anggaran 2004 sampai tahun 2015 terus mengalami peningkatan. Hal tersebut karena Tasikmalaya terkenal dengan kulinernya, sehingga banyak masyarakat dari dalam maupun luar Kota Tasikmalaya berkunjung ke restoran yang ada, tidak heran sektor kuliner banyak dilirik investor, sehingga banyak menjamurnya retoran-restoran baru.

b. Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan listrik, baik yang digunakan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain. Penerangan jalan adalah penggunaan tenaga listrik untuk menerangi jalan umum yang rekeningnya di bayar oleh pemerintah daerah .Reaalisasi penerimaan pajak penerangan jalan dalam tahun anggaran 2004 sampai tahun 2015 terus mengalami peningkatan yang besar.

c. Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan Reklame. Reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan dan/atau dinikmati oleh umum. Realisasi penerimaan pajak reklame. dalam tahun anggaran 2004 sampai tahun 2015 terus mengalami peningkatan, kecuali untuk tahun 2011 yang mengalami penurunan.

d. Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Realisasi penerimaan pajak daerah dalam tahun anggaran 2004 sampai tahun 2015 terus mengalami peningkatan.

(22)

2. Pengaruh Pajak Restoran, Pajak Penerangan Jalan dan Pajak Reklame secara parsial dan simultan terhadap Pajak Daerah.

a. Pajak Restoran berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Pajak Daerah Kota Tasikmalaya. Signifikannya pengaruh Pajak Restoran terhadap Pajak Daerah disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya dari segi sumber pendapatan pajak daerah, pendapatan pajak restoran cukup besar kontribusinya dan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.

b. Pajak Penerangan Jalan berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Pajak Daerah Kota Tasikmalaya. Signifikannya pengaruh Pajak Penerangan Jalan terhadap Pajak Daerah disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya pendapatan pajak penerangan jalan yang besar dan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.

c. Pajak Reklame berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Pajak Daerah Kota Tasikmalaya. Signifikannya pengaruh Pajak Restoran terhadap Pajak Daerah disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya dari segi sumber pendapatan pajak daerah, pajak reklame diperkirakan mengalami peningkatan setiap tahunnya. d. Terdapat pengaruh signifikan antara Pajak Restoran, Pajak Penerangan Jalan dan

Pajak Reklame terhadap Pajak Daerah Kota Tasikmalaya. Pajak Daerah dipengaruhi oleh Pajak Restoran, Pajak Penerangan Jalan dan Pajak Reklame sebesar 99,7% sisanya sebesar 0,3% yang merupakan pengaruh faktor lain.

Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dilakukan, maka penulis dapat memberikan saran yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang berhubungan dengan Pajak Restoran, Pajak Penerangan Jalan dan Pajak Reklame.

a. Bagi Pemerintah

Efektifitas penerimaan Pajak Restoran, Pajak Penerangan Jalan dan Pajak Reklame Kota Tasikmalaya sudah cukup baik, dan harus terus ditingkatkan agar penerimaan pajak tersebut semakin besar setiap tahunnya, sehingga memberikan kontribusi yang besar terhadap terhadap Pendapatan Asli Daerah khususnya penerimaan Pajak Daerah. Pengawasan terhadap pelaksanaan pemungutan pajak sendiri harus lebih diperhatikan agar tidak ada manipulasi ataupun penghindaran

(23)

pembayaran pajak. Dinas Pendapatan wajib memberikan sosialisasi pajak restoran, pajak penerangan jalan, dan pajak reklame serta memberikan rasa aman untuk para pengusaha yang berinvestasi di wilayah Kota Tasikmalaya seperti melakukan kerjasama dengan aparatur lain untuk meningkatkan pelayanan, penertiban, pengawasan terhadap pelaksanaan usaha restoran. Memaksimalkan penerangan pada pusat-pusat keramainan. Serta memaksimalkan penagihan atas pajak reklame kepada wajib pajak, seperti memberikan sanksi bagi wajib pajak yang tidak patuh dalam membayar. Agar kontribusi dari pajak reklame terhadap pajak daerah dapat meningkat dan semakin besar setiap tahunnya.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk penelitian selanjutnya penulis menyarankan untuk mengembangkan penelitian ini dengan menambahkan variabel-variabel lain terkait dengan Pajak Daerah pada Kota Tasikmalaya. Sehingga akan diperoleh hasil dari variabel lain, serta memberikan masukan yang dapat menambah Pajak Daerah.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim dkk. 2012. Akuntansi sektor publik akuntansi keuangan daerah, Edisi 4. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Ade Wida Hidayah. 2015. Pengaruh pajak hotel, pajak restoran, pajak huburan dan pajak reklame terhadap pendapatan asli daerah kota tasikmalaya. Universitas Siliwangi.

Ahmad Yani. 2008. Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat Dan Daerah Di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Damodar N Gujarati. 2009. Basic Econometrics, Fifth Edition. McGraw-Hill.

Devi Kasamira. 2011. Pengaruh pendaptan pajak reklame dan pajak penerangan jalan terhadap pendapatan asli daerah. Universitas Siliwangi.

Erly Suandy. 2006. Perpajakan, Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.

Imam Ghozali. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

(24)

Maribot P Siahaan. 2005. Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Siti Pratiwi Musa. 2015. Analisis Kontribusi Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), Pajak Penerangan Jalan dan Pajak Reklame serta Pengaruhnya Terhadap Pajak Daerah Kota Gorontalo. Universitas Negeri Gorontalo.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: ALFABETA.

Tati Siti Nurzanah. 2012. Pengaruh pendapatan pajak reklame dan pajak penerangan jalan terhadap penerimaan pajak daerah. Universitas Siliwangi.

Vidya Paramita. 2013. Pengaruh Hasil Pemungutan Pajak Hotel dan Pajak Restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung. Universitas Widyatama. http://dispenda.tasikmalayakota.go.id/

Peraturan dan Undang-undang

Undang-undang RI Nomor 32 Tahun 2004. Perubahan atas Undang-undang No. 22 Tahun 1999. Tentang perimbangan daerah.

Undang-undang RI Nomor 33 Tahun 2004. Perubahan atas Undang-undang No. 25 Tahun 1999. Tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah.

Undang-undang RI Nomor 34 Tahun 2004. Perubahan atas Undang-undang RI Nomor 18 Tahun 1997. Tentang pajak daerah dan retribusi daerah.

Undang-undang RI Nomor 28 Tahun 2009. Tentang pajak daerah dan retribusi daerah.

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 10 Tahun 2002. Tentang pemungutan pajak.

Gambar

Gambar 3.1  Paradigma Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan aplikasi sistem informasi geografis manajemen aset wakaf di Kota Semarang yang dapat digunakan untuk menyimpan,

Tidak terlalu banyak jika dibandingkan dengan professional make up, namun harus tertata rapi agar mudah dicari dan tidak tumpah, sehingga dibutuhkan Organizer Make Up yang

Para penulis berbeda dalam mendefinisikan pengertian Pendidikan Islam Agama Islam, namun secara substansial keseluruhan definisi tadi mencakupa apa yang telah diuraikan di

Haris Budi Susilo Joko Nurcahyo Faradiba Arbi.. Azhari / Herujito Suharianto / Sri

Kegiatan Pendanaan Startup adalah program yang diberikan kepada startup melalui lembaga inkubator bisnis untuk menjalankan proses inkubasi terhadap perusahaan pemula/startup

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan judul penelitian ini yaitu Penerapan Model Student Team Achievement Division (STAD) Berbasis Media PhET

Jamil (1995:6) menjelaskan syarat dan kualifikasi menjadi anggota Majlis Tarjih adalah ulama (laki-laki/perempuan) anggota persyarikatan yang mempunyai kemampuan

Sebaliknya, kematian gagal sirkulasi terjadi pada pasien yang tidak aktif atau koma, mempunyai insidensi asistole lebih tinggi dari pada VF, mempunyai kecenderungan menjadi