• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosedur Bone Graft.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Prosedur Bone Graft.docx"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Prosedur Bone Graft Prosedur Bone Graft

thickness

thickness dan bukaan flap mukoperiosteal. Insisi terpisah dilakukan pada kasusdan bukaan flap mukoperiosteal. Insisi terpisah dilakukan pada kasus rekonstruksi anterior mandibula dan tulang yang dipotong diperoleh dari daerah ramus, rekonstruksi anterior mandibula dan tulang yang dipotong diperoleh dari daerah ramus, sedangkan insisi yang bersambung dilakukan pada rekonstruksi posterior mandibula. Semua sedangkan insisi yang bersambung dilakukan pada rekonstruksi posterior mandibula. Semua sisa jaringan penghubung yang ada di daerah yang akan direkonstruksi diangkat dan tulang sisa jaringan penghubung yang ada di daerah yang akan direkonstruksi diangkat dan tulang kortikal pada daerah resipie

kortikal pada daerah resipien dilubangi dengan diameter 1 mm menggunakann dilubangi dengan diameter 1 mm menggunakan roundround bur untuk bur untuk meningkatkan suplai darah dari pembuluh endoseous ke tulang yang ditransplantasi. Bagian meningkatkan suplai darah dari pembuluh endoseous ke tulang yang ditransplantasi. Bagian tulang

tulangcorticocancellouscorticocancellous dipotong dari plat bukal ramus mandibula dengan menggunakan burdipotong dari plat bukal ramus mandibula dengan menggunakan bur  fissure

 fissure dan dan surgical chisel  surgical chisel . Dimensi tulang yang dipotong ditentukan menurut perluasan daerah. Dimensi tulang yang dipotong ditentukan menurut perluasan daerah kerusakan yang akan dikoreksi.

kerusakan yang akan dikoreksi. Bone  Bone graftgraft dipotong dari ramus mandibula pada sisi daerahdipotong dari ramus mandibula pada sisi daerah yang akan direkonstruksi. Pada kerusakan tulang yang cukup luas, dilakukan pemotongan yang akan direkonstruksi. Pada kerusakan tulang yang cukup luas, dilakukan pemotongan tulang pada kedua sisi.

tulang pada kedua sisi. Sekali pemotongan,

Sekali pemotongan, graft graft dibentuk menurut morfologi daerah yang rusak dan difiksasidibentuk menurut morfologi daerah yang rusak dan difiksasi secara

secara rigidrigid ke daerah tulang yang tersisa dengan menggunakan sekrup mini titaniumke daerah tulang yang tersisa dengan menggunakan sekrup mini titanium  berdiameter

 berdiameter 1,5 1,5 mm. mm. Pada Pada kasus kasus resorpsi resorpsi vertikal vertikal yang yang hebat,hebat, graft  graft   dipasang berlapis-lapis  dipasang berlapis-lapis hingga diperoleh tinggi tulang mandibula yang adekuat. Semua daerah yang kosong antara hingga diperoleh tinggi tulang mandibula yang adekuat. Semua daerah yang kosong antara  potongan

 potongan tulang dengan tulang dengan resipien dipadatkan dresipien dipadatkan dengan mengguengan menggunakan kepingnakan kepingan tulangan tulang cancellouscancellous yang dipotong dari ramus mandibula atau dengan memecah sisa tulang kortikal dengan yang dipotong dari ramus mandibula atau dengan memecah sisa tulang kortikal dengan menggunakan

menggunakanbone milling bone milling , kemudian dilakukan penjahitan (gambar 2)., kemudian dilakukan penjahitan (gambar 2).

Instruksi pasca operasi meliputi diet lunak selama 2 minggu,dan menjaga

Instruksi pasca operasi meliputi diet lunak selama 2 minggu,dan menjaga oral hygieneoral hygiene dengan berkumur larutan klorheksidin 0,2%. Jahitan dibuka 7-10 hari setelah pembedahan. dengan berkumur larutan klorheksidin 0,2%. Jahitan dibuka 7-10 hari setelah pembedahan. Setelah 4-5 bulan, daerah yang direkonstruksi dibuka, sekrup penahan diangkat, kemudian Setelah 4-5 bulan, daerah yang direkonstruksi dibuka, sekrup penahan diangkat, kemudian implan dipasang.

implan dipasang.

Menurut Barone dkk., kriteria keberhasilan

Menurut Barone dkk., kriteria keberhasilan bone graftbone graft meliputi tidak adameliputi tidak adaexposureexposuredandan infeksi pada

infeksi pada graft graft setelah periode operasi,terjadi penyatuan yang baik antarasetelah periode operasi,terjadi penyatuan yang baik antara graft graft dengandengan daerah di sekitarnya, tidak ada daerah radiolusen di sekitar

daerah di sekitarnya, tidak ada daerah radiolusen di sekitar graft  graft , terjadi perdarahan pada tulang, terjadi perdarahan pada tulang yang

di-yang di- graft graft ketika sekrup fiksasi diangkat, dan memungkinkan dilakukan penempatanketika sekrup fiksasi diangkat, dan memungkinkan dilakukan penempatan implan.

implan.

Sumber : Irma D. 2012. Perbandingan Tingkat Keberhasilan Implan Antara Osteogenesis Sumber : Irma D. 2012. Perbandingan Tingkat Keberhasilan Implan Antara Osteogenesis Distraksi dengan Autogenous Bone Graft

(2)

Proses Pembentukan Tulang

Proses pembentukan tulang baru diawali oleh fase inflamasi, pada fase ini terjadi  pembentukan jendalan darah. Fase inflamasi terjadi antara minggu pertama sampai minggu ke-2. Pada tingkat seluler, sel-sel inflamasi (neutrofil, makrofag dan fagosit) dan fibroblas akan menginfiltrasi daerah luka yang distimulasi oleh prostaglandin. Sel-sel inflamasi bersama dengan osteoklas berfungsi untuk membersihkan jaringan nekrotik, serta untuk mempersia pkan fase reparasi. Infiltrasi sel-sel ini menimbulkan jaringan granulasi, meningkatkan pertumbuhan vaskuler serta migrasi sel-sel mesenkimal agar area yang mangalami fraktur mendapat suplai oksigen dan nutrisi dengan baik.

Selanjutnya terjadi fase reparasi,bone grafakan merangsang pertumbuhan dengan cara menginduksi dan menjadi media bagi sel-sel punca dan osteoblas untuk melekat, hidup dan  berkembang dengan baik di dalam defek tulang. Kemudian luka akan distabilisasi oleh kartilago ( soft callus) yang nantinya akan menjadi tulang (hard callus). Fase ini terjadi dalam hitungan beberapa bulan. Karakteristik fase reparatif yaitu terjadinya diferensiasi dari sel mesenkim pluripotensial . Chondroblast dan fibroblas juga akan menginfasi daerah hematom fraktur dan kemudian membawa matriks pada daerah luka. Kemudian pada minggu ke-4 hingga minggu ke-6 terbentuk soft callus, yang tersusun oleh jaringan fibrous dan kartilago.

Dalam penelitian yang sudah ada, hidroksiapatit ternyata mampu menciptakan s uasana yang cocok serta menjadi media perlekatan sel-sel punca di dalam defek tulang sehingga dapat  berdiferensiasi menjadi osteoblas yang matur sehingga proses osteogenesis dapat dihasilkan oleh hidroksiapatit sebagai perancah ( scaffold ) dalam proses regenerasi tulang. Osteoblas ini akan membantu proses mineralisasi soft callus dengan cara mensekresi matriks (kolagen tipe l) yang nantinya akan menjadi hard callusatauwoven bone. Tulang pada fase ini masih imatur, masih lemah terhadap kekuatan putar dan kekuatan tekan. Fase reparasi ini menentukan kecepatan proses penyembuhan jaringan tulang.

Proses penyembuhan tulang berakhir ketika tercapai fase remodeling tulang. Fase ini  berlangsung beberapa bulan sampai tahun dan berfungsi untuk memperbaiki bentuk, struktur, serta sifat-sifat mekanis tulang. Pada fase ini, aktifitas osteoblas dan osteoklas merubah tulang imatur menjadi matur, dan woven bone yang susunannya tidak beraturan menjadi lebih  beraturan, dengan membentuk lamella yang ebih terorganisir serta menjadikan daerah fraktur lebih stabil. Osteoblas sebagai sel sekretori yang aktif secara metabolik, menghasilkan sejumlah bone morphogenetic  protein (BMP) superfamily, antara lain BMP-2, BMP-7, dan  perubahan faktor β, dengan tambahan  Insulin-Like Growth Factor , (IGF-I dan IGF-II),  Platelet-Derived Growth Factor   (PDGF),  Fibroblastic Growth Factors (FGF), TGF-β, interleukin I dan PDGF ( Platelet-Derived  Growth Factor ) dan osteoid yang sebagian terdiri dari kolagen tipe-I untuk proses mineralisasi matriks tulang dengan cara mensekresi osteosit dan matriks tulang. Terjadi pembentukan medullary canal , dan pembentukan  permukaan tulang baru dengan proses resorpsi dari bentuk cembung menjadi bentuk yang lebih

lurus, sehingga pembentukan tulang yang baru menjadi lebih baik dan lebih stabil.

Sumber : Hengky BW. 2011. Peran Hidroksiapatit Sebagai Bone Graft dalam Proses Penyembuhan Tulang. Stomatognatic (J.K.G Unej). 8(2): 118-21.

(3)

Tipe Graft

Material bone graft   dapat dibagi menjadi empat kelompok utama, yaitu:  Autograft , Allograft , Xenograft , dan biomaterial sintetik.

II. 3. 1 Autograft

 Autograft  adalah bone graft  yang ditransplantasikan langsung dari satu area skeletal seorangindividu ke area skeletal lain ditubuhnya sendiri. Sering juga dikenal sebagaiautogenous atauautologous bone graft . Autograft merupakan suatu jaringan tulang yang diambil dari suatu tempat dan ditanam di tempat lain pada individu yang sama. Komponen seluler tulang trabekular,mengandung sedikit osteoblast   dan banyak sel prekursor yang mendukung suksesnya transplantasi. Sel prekursor ini berperan sebagai osteogenic potencial   dalam autograft   tulang. Autograft   dianggap sebagai " gold standard " dalam regenerasi tulang karena mempunyai sifat osteoconduction,osteoinduction,osteogenicity, dan osseointegration.

Pembentukan tulang pada autograft   terjadi dalam dua fase. Selama fase  pertama, berkisar hingga 4 minggu, dengan kontribusi utama pembentukan

tulang berasal dari sel graft . Selama fase kedua, sel dari host  mulai terlibat dalam proses pembentukan tulang. Sel lapisan endosteal dan s troma sumsum memproduksi setengah dari tulang baru, sedangkan osteocyte hanya sedikit terlibat.

Tulang untuk graft  dicangkok atau diambil dari tulang kalvaria, panggul, iga, atau kaki. Autograft  meliputi graft  kanselus, kortikal, vaskular, avaskular dan sumsum tulang. Keuntungan autograft  kanselus atau kortikal adalah rata-rata keberhasilan tinggi, resiko transmisi penyakit rendah, dan histokompatibilitas. Selain itu juga dapat diterima dengan baik dan efektif  pada daerah transplan (transplant site) karena mengandung sejumlah besar sel tulang pasien sendiri dan protein. Tulang autograft  menghasilkan rangka kuat bagi tulang baru yang tumbuh ke dalamnya.

 Namun, kekurangan dari prosedur  graft   ini adalah adanyadiperlukan  prosedur operasi kedua untuk mengambilbone graft  dari daerah donor, yang akan berkaitan dengan peningkatan morbiditas, lamanya waktu operasi,

(4)

terbatasnya ketersediaan(kuantitas) dan bentuk bone graft , serta biaya yang lebih banyak.

a. Autograft kanselus

 Autograftkanselus (autogenous cancellous graft ) merupakan gold standard yaitu dengan menggunakan tulang iliaka sebagai donor utama.Pada permukaan graft  kanselus hanyadidapatkan osteoblas dan sel lapisan endosteal yang bertahan hidup saat ditransplantasikam, sehingga umumnya hanya bertindak sebagai substrak osteokonduktif dimana secara efektif mendukung pertumbuhan pembuluh darah baru, infiltrasi osteoblas baru, dan prekursor osteoblas. Faktor osteokonduktif dilepaskan dari  graft   selama proses reabsorpsi sebagaimana sitokin dilepaskan selama fase inflamasi, yang juga terlibat dalam penyembuhan tulang. Walaupun graft   kanselus tidak menghasilkan struktur pendukung yang cepat, namun graft  ini bersatu dengan cepat dan mencapai kekuatan yang sama dengan graft  kortikal setelah 6 sampai 12 bulan. Autograft  kanselus umumnya dicangkok dari krista iliaka yang menyediakan banyak suplai tulang (terutama krista iliaka posterior). Sumber lainnya yaitu didapat dari tuberkel Gerdy, distal radius, dan distal tibia.

 Autograft   dengan menggunakan tulang kanselus memiliki kelebihan mudah mengalami revaskularisasi dan sangat cepat bersatu denganrecipient site.Graft  kanselus merupakan pengisi ruang yang baik, namun tidak dapat membangun struktur pendukung yang penting .  Autograft   kanselus adalah pilihan tepat untuk kasus nonunion  dengan kehilangan tulang < 5-6 cm dan tidak memerlukan integritas struktural  graft . Juga dapat digunakan untuk mengisi kista tulang atau tulang kosong setelah reduksi permukaan artikular dengan depresi misalnya pada fraktur  plat tibia.

 b. Autograft kortikal

Sumber autograft  kortikal adalah kalvaria, fibula, iga, dan krista iliaka. Autograft kortikal memiliki sedikit atau tidak ada sifat osteoinduktif dan lebih banyak osteokonduktif, namun osteoblas yang  bertahan mengandung sifat osteogenik.  Autograft   kortikal memiliki keuntungan yaitu dapat memberikan dukungan struktural yang baik pada

(5)

recipient site.Graft  ini dapat ditranplantasikan dengan atau tanpa pedikel vaskularnya. Di samping kekuatan awalnya, graft  kortikal harus didukung dengan fiksasi internal atau eksternal untuk melindunginya dari fraktur, sedangkan hipertrofi terjadi berkenaan respon terhadap hukum Wolff dan  beban mekanik. Autograft kortikal merupakan pilihan yang baik untuk defek tulang segmental <5-6 cm yang memerlukan dukungan struktural cepat.

II. 3. 2 Allograft

 Bone graft  yang berasal dari donor lain (individu lain) yang masih satu  species disebutallograft . Allograft  umumnya berasal dari bank tulang yang dicangkok dari tulang kadaver. Allograft   didapat dari jaringan kadaver  berupamineralized  freeze-dried   (FDBA) atau decalcified freeze-dried 

(DFBA). Baik FDBA maupun DFDBA diambil dari cortical  tulang panjang karena kaya akan protein induktif tulang dan kurang antigenik dibanding tulang kanselus. Tulang dibersihkan dan disinfeksi untuk menurunkan kemungkinan transmisi penyakit dari donor ke resipien. Allograft digunakan sebagai pilihan dengan berbagai pertimbangan, misalnya pada pasien yang tidak memungkinkan untuk dilakukan autograft , misalnya pada anak kecil,  pada pasien dengan penyakit penyerta,atau pada pasien yang membutuhkan  banyak bone graft seperti post eksisi kista tulang dan post reseksi tumor.  Allograft   biasanya lebih dipilih oleh pasien sebagai material bone graft 

karena pada autographterdapatkendala dalam operasi pengambilan material bone graft  dari donor site.

 Fresh allograft  jarang digunakan karena dibutuhkan screening disease dan dapat meningkatkan terjadinya proses transmisi penyakit.  Frozen  Allograft   disimpan pada suhu dibawah 10°C, dimana hal ini menurunkan

aktivitas enzim pengurai (degradation enzyme) dan mengurangi resiko adanya respon darisistem imun, mengurangi cairan,namun hal inimemiliki kelemahan yaitu kemampuan untuk osteoinduktif yang berkurang. Keuntungan allograft   adalah pengurangan daerah operasi pencangkokan,  berkurangnya nyeri post operatif, dan berkurangnya biaya operasi kedua. Kerugian allograft  adalah terdapat kemungkinan adanya transmisi penyakit atau infeksi dan penggunaannya menjadi kurang efektif karena sel

(6)

 pertumbuhan tulang dan protein hilang saat proses pembersihan dan disinfeksi.

Setelah allograft   diambil,dilakukan beberapa metode termasuk debridement  untuk menghilangkan jaringan lunak, ultrasonic washing  untuk menghilangkan remnant  sel dan darah, pemberian ethanol  untuk denaturasi  protein dan deaktivasi viral, pemberian antibiotic wash  untuk membunuh  bakteri, dan dilakukan sterilisasi menggunakan radiasi sinar gamma dan ethylene oxide  untuk eliminasi spora. FDBA dicuci dengan antibiotik dua kali selama 1 jam, dibekukan pada suhu -70ºC dan dikeringkan sampai kadar air yang terkandung menjadi 5%. Saat dilakukannya prosedur ini, akan terbentuk mikrofraktur pada serat kolagen allograft , sehingga menurunkan sifat mekanisnya, sehingga disarankan untuk memberikan rehidrasi pada allograft  sebelum ditanam. Bahanallograft  yang telah diproses di dalamnya tidak terdapat sel yang hidup sehingga aktivitas osteogenicnya akan  berkurang.  Allograft  padadasarnya bersifat osteoconductive, tergantung  bagaimana memprosesnya, juga dapat mempunyai sifatosteoinductive.  Allograft  merupakan material komposit sehingga memiliki spektrum antigen  potensial. Mekanisme primer penolakan adalah melaluimekanisme seluler.

Sel tulang sumsum allograft   menghasilkan respon imun terbesar. Antigen seluler kelas I dan II dalam allograft   dikenali oleh Limfosit T host . Komponen seluler yang terlibat dalam antigenisitas termasuk yang berasal dari sumsum, endotelium, dan sel aktivasi retinakular. Baik komponen seluler dan matriks ekstraseluler menghilangkan respon antigenik. Kolagen tipe I (matriks organik) menstimulasi mediated-cells  dan respon humoral. Porsi matriks nonkolagen ( proteoglikan, osteopontin, osteocalcin, dan glikoprotein lain) juga menstimulasi respon imunogenik.

FDBA merupakan matriks tulang termineralisasi yang tidak memiliki protein morfogenik aktif (BMPs), oleh karena itu sifat osteoinductivenya kurang, meskipun mempunyai sifat osteoconductive. DFDBA diproses melalui demineralisasi asam dalam 0,5 sampai 0,6 molar denganhydrochloric acid  sehingga 40% mineralnya hilang dan menyisakan matriks organik yang intak. Proses ini mempertahankan BMPs di tulang, sehingga sifat osteoinductivenya masih ada.

(7)

Disebutkan bahwa pemilihan penggunaan autograft   atau allograft   adalah sebagai berikut; bila osteogenesis  adalah tujuan utama, maka  fresh autogenous adalah yang utama dipilih. Penggunaan Autogenous bonegraft  lebih disukai pada  graft non union  pada tulang panjang,  Allograft  diindikasikan penggunaanya untuk pasien anak –  anak, atau pada orang yang sudah tua, pada pasien atau dengan resiko operasi yang tinggi serta dapat dikombinasikan dengan penambahan produk lainnya.

II. 3. 3. Xenograft

 Xenograft  adalah jaringan tulang yang diambil dari satu spesies dan ditanam ke spesies lain. Xenograft  yang paling umum digunakan adalah anorganic bovine bone  (ABB). ABB merupakan suatu biomaterial yang mempunyai sejarah keberhasilan yang tinggi dan telah banyak digunakan secara klinis. ABB memiliki kelebihan yaitu mempunyai komposisi ultrastruktural yang mirip dengan tulang manusia, terdiri dari hydroxyapatite, dan telah dilakukan prosedur kimiawi untuk menghilangkan komponen organiknya sehingga dapat digunakan tanpa menimbulkan respon immune host . Strukturnya terdiri dari wide interconnective  pore system dengan ukuran partikel 0,25 sampai 1 mm yang dapat dengan mudah

dimasuki pembuluh darah yang menghasilkan migrasi osteoblastik. Konsistensinya yang sangat  porous  mempengaruhi sifat mekanis dan initial stability. ABB mempunyai sifat kurangosteoinductive, dan bentuk granule yang menyebabkannya sulit untuk bertahan di surgical sites. ABB bersifat nonresorbable in vivo. Adanya  granule  yang tidak teresorbsi dalam tulang baru merupakan hal yang tidak

diharapkan karena akan mempengaruhi kualitas tulang yang terbentuk karena mengganggu remodelling , juga mempengaruhi osseointegrasi dengan dental implant .

Bahan Xenograft  biasanya diambil dari lembu atau babi dan digunakan pada manusia. Graft  hidroksiapatit yang berasal dari lembu dibuat melalui proses kimia ( Bio-oss) atau pemanasan tinggi (osteograft /N) untuk menghilangkan bahan organik. Proses ini menghasilkan suatuhidroksiapatit alami tulang manusia. Bentuk lain dari  xenograft  adalahemdogain, suatu kelompok protein matriks email yang diambil dari  babi. Bahan ini nampaknya dapat mendorong pembentukan cementum  yang

(8)

 Xenograft  telah menunjukkan keberhasilan dalam memperlambat tingkat resorpsi dari linggir alveolar. Material ini diperoleh dari hewan dan diproses untuk menghilangkan semua bahan organik sehingga hanya meninggalkan bagian anorganik yang sebagian besar adalah hidroksiapatit, tetapi mungkin juga mengandung bahan anorganik lainnya. Karena produk anorganik ini memiliki  porositas seperti tulang normal dan mengandung karbonat serta trikalsium fosfat

sebagai tambahan komponen hidroksiapatit, bahan ini memiliki kecenderangan bagi osteoklas untuk meresorpsi material.

II. 3. 4. Biomaterial Sintetik (bone graft subtitutes)

Adanya masalah keterbatasan dalam suplai autograft   membuat para  peneliti mencari bahan lain yang dapat digunakan sebagai pengganti (substitusi). Terdapat beberapa kategori bahan pengganti bone graft   yang  bervariasi dalam hal materi, sumber, dan origin (natural vs sintetik). Bahan  penggantibone graft  terdiri dari variasi material dandapat dibentuk dari satu

atau lebih tipe komposit.

 Bone graft  sintetis yang baik adalah bone graft  yang secara struktur dan komposisi mirip dengan tulang alami. Komposisi yang mengandung kolagen-hidroksiapatit merupakanbone graft   sintetis yang sangat mirip dengan tulang alami dari banyak sudut pandang. Tulang terdiri dari kolagen dan hidroksiapatit sebagai komponen utama dan beberapa persen berasal dari komponen lainnya. Komposit kolagen-hidroksiapatit saat ditanamkan dalam tubuh manusia menunjukkan sifat osteokonduktif yang lebih baik dibandingkan dengan hidroksiapatit monolitik dan menghasilkan kalsifikasi matriks tulang yang persis sama. Selain itu, komposit kolagen-hidroksiapatit terbukti biokompatibel baik pada manusia maupun hewan.

Walaupun banyak bahan pengganti yang memiliki sifat positif seperti autograft , belum ada satu pun dari biomaterial sintetik yang memiliki sifat seperti tulang individu itu sendiri. Biomaterial sintetik yang sering digunakan untuk prosedur bone graft   salah satunya adalahcalcium  phosphate.Calcium phosphate merupakan biomaterial yang secara kimiawi menyerupai mineral tulang. Calcium phosphate  banyak digunakan untuk regenerasi jaringan tulang karena mempunyai kelebihan dalam sifat  biokompatibilitas, osteointegration,  dan osteoconductive. Selain calcium  phosphate, material sintetik yang digunakan untuk prosedur bone graft 

(9)

adalah bioglass.  Bioglass yang juga dikenal sebagai bioactive glass merupakan nama komersial untuk calcium substituted silicon oxide  yang dipasarkan sebagai material regenerasi tulang.  Bioglass mempunyai kelebihan yaitu area permukaan basa yang luas dan sangat reaktif terhadap serum ion. Sifat ini memungkinkan interaksi dengan serum dan memungkinkan presipitasi hydroxyapatite  pada permukaannya setelah ditanam in vivo. Fenomena ini dinamakan bioactivity, yang merupakan karakteristik unik dari bioglass yang mempercepat integrasi jaringan tulang.  Bioglass cocok untuk regenerasi tulang dalam prosedur dental implan dan

murni bahan sintetik sehingga dapat terhindar dari penyebaran infeksi.

 Bone graft   sintetikmempunyai dua dari empat karakteristik ideal  biomaterial sintetik yaitu bersifat osteointegration  dan osteoconduction.Idealnya bone graft   sintetikbersifat biokompatibel, dapat menunjukkan reaksi fibrotic  minimal, dapat mengalami remodelling , dan mendukung pembentukan tulang baru. Bone graft   sintetik seharusnya mempunyai kekuatan yang sama dengan tulang kortikal/cancellous yangdigantikan, sehingga perlu dicocokkan dengan modulus elastisitas yang sama dengan tulang dalam upaya untuk melindungi dari tekanan serta menjaga kekuatan tulang untuk mencegah patah tulang di bawah siklik normal.Bahan sintetis yang menunjukkan sebagian dari sifat tersebut terdiri dari kalsium, silikon, atau aluminium.

a. Bioactive glasses

 Bioactiveglass merupakan material yang keras, solid (non-porous), dan  pertama kalidiperkenalkan pada tahun 1970. Terdiri dari natrium oksida, kalsium oksida,  pentoxide phosphorus, dan silikon dioksida. Silikon dioksida yang juga dikenal sebagai silicate merupakan bentuk komponen utama.Dengan berbagai proporsi sodium oksida, kalsium oksida, dan silikon dioksida, bentuk ini dapat larutsecara in vivo (kelarutan menjadi  proporsional dengan adanya natrium oksida) yang dapat menembus pada

dasar yangnonresorbable.

 Bioactive glass  memiliki sifat osteointegrative  dan osteoconductive. Sebuah ikatan mekanis yang kuat antara bioactive glass  dan tulangdisebabkan oleh lapisan silica  yang terbentuk pada permukaan bioactive glassketika terkena larutan fisiologis. Pada gel ini ion Ca2+ dan

(10)

PO42- bergabung untuk membentuk kristal hydroxyapatite  (HA) yang mirip dengan tulang, sehingga memiliki obligasi kimia yang kuat. Saat digunakan sebagai implan, bioactive glass  secara signifikan memiliki kekuatan mekanis yang besar ketika dibandingkan dengan kalsium fosfat seperti kristalhydroxyapatite.

Variasi bioactive glass  adalah bioactive  keramik. Bioactive  keramik umumnya lebih kuatdalam meningkatkan sifat mekanik dibandingbioactive glass  namun keduanya masih mempunyai kekuatan yang rendah terhadap frakturjika dibandingkan dengan tulang kortikal. Kedua material ini relatif rapuh dan rawan terhadap patah tulang. Bioactive keramik telah berhasil digunakan sebagaivertebral  prostheses dalam penatalaksanaan tumor dan burst fractures.

 b. Aluminium oksida

Aluminium oksida (Al203) merupakan salah satu komponen dari beberapa  bahan bioactive tetapi dapat berfungsi sebagai sebuah bone graft  sintetis walaupun digunakan secara tunggal.Pada alumina keramik tidak terjadi  pertukaran ion antara implan dan tulangseperti padabioactive glass, dan tidak bersifatosteointegrate. Mekanismeikatan yang terjadi sebagai akibat dari tekanan pada implan yang kemudian terbawa kedalam hubungan dengan tulang sekitarnya. Keramikalumina mempunyai sifat yang sangat keras dan kaku sehingga mempunyaipertahanan yang lebih baikterhadap fraktur fleksural dibandingkan dengan keramik hydroxyapatite.Alumina telah digunakan sebagai bone graft   sintetis dan sebagai baji untuk osteotomi, tetapi penerapannya di bidang orthopaedimasih terbatas oleh karena ketidakmampuannya dalam osteointegrasi.Alumina telah berhasil digunakan dalam implan, prostetik pada sendi,dan penggantianossicular . c. Kalsium sulfat

Material ini adalah yang paling sering digunakan oleh para ahli orthopaedi dan mungkin sebagai material osteoconductive  yang tertua yang masih digunakan.Material ini pertama kali didokumentasikan sebagai pengobatan yang digunakan pada penanganan fraktur oleh bangsa Arab pada abad ke-10, dengan cara memutari ekstremitas yang terkena menggunakan plester. Pada tahun 1852 seorang tentara ahli bedah asal  belanda bernama Mathysen menggabungkan plester menjadi sebuah

(11)

 bentuk bandageable(bentuk yang familiar saat ini).Pada tahun 1892, seorang ahli berkebangsaan Jerman bernama Dreesman berhasil menggunakan plester paris dikombinasi dengan larutan fenol 5%untuk mengobati osteomielitis tuberkulosis pada tulang panjang, dan mayoritas  besar mencapai kesuksesan penyembuhan.

Kalsium sulfatberperan sebagai matriks

osteoconductiveuntukpertumbuhan pembuluh darah dan terkait dengan  fibrogenicdan sel osteogenic.Oleh karena itu, sangat penting  bahwaimplankalsium sulfate sebaiknya berdampingan dengan periosteum atau endosteum. Dalam waktu 5-7 minggu kalsium sulfat akan direabsorbsi oleh tubuh. Material ini dapat digunakan untuk mengisi defek tulang. Kelemahan utama material ini adalah terjadinya reaksi kimia yang menghasilkan bermacam – macam struktur crystalline. Material ini juga diresorbsi secara cepat yang melebihi kapasitas tulang disekitarnyadalamberegenerasi.

d. Mineral apatit

Komponen utama senyawa apatit adalah kalsium fosfat. Kalsium fosfat terdiri dari beberapa fase yaitu oktakalsium fosfat, dikalsium fosfat dihidrat (DKFD), trikalsium fosfat (TKF), dan hidroksiapatit (HA). Komponen mineral apatit memiliki rumus kimia M10(ZO4)6X2. Kristal apatit mengandung banyak karbon dalam bentuk karbonat. Karbonat di dalam tubuh dapat mensubtitusi formula hidroksiapatit dengan menempati dua posisi yakni menggantikan posisi OH yang disebut sebagai apatit karbonat tipe A yang terbentuk pada suhu tinggi. Karbonat menggantikan posisi PO4 disebut apatit karbonat tipe B yang dapat dibentuk pada suhu rendah. Kalsium fosfat (Ca-P) dapat ditemukan di alam (coralline hidroksiapatite) atau disintesa menggunakan regen kimia dengan metode presipitasi.

1. Hidroksiapatit Sintetik

Hidroksiapatit (HA) merupakan material keramik bioaktif dengan kelebihan mempunyai bioafinitas tinggi, bersifat biokompatibel, dan  bioaktif. Bioaktif adalah kemampuan material dalam bereaksi dengan  jaringan dan menghasilkan ikatan kimia yang sangat baik, sedangkan

(12)

 biokompatibel adalah kemampuan material dalam menyesuaikan diri dengan kecocokan tubuh penerima.

Hidroksiapatit merupakan unsur mineral terbesar yang terdapat pada tulang dan gigi. Hidroksiapatit termasuk ke dalam senyawa kalsium fosfat yang merupakan senyawa mineral dan anggota kelompok mineral apatit dengan rumus kimia [Ca10(PO4)6OH2] yang mempunyai struktur heksagonal serta memiliki rasio Ca/P sekitar 1,67. Senyawa ini adalah salah satu dari sedikit material yang diklasifikasikan sebagai material bioaktif. Material tersebut dapat mendukung pertumbuhan tulang tanpa adanya penghancuran ketika digunakan untuk implantasi  pada manusia. Selain itu, hidroksiapatit dapat melekat secara  biointegrasi. Implan yang terbuat dari bahan ini dapat berkontak dan

menyatu secara kimiawi dengan tulang.

Sintetis HAterdiri dari 2 jenis, keramik dan non-keramik dan terdapat dalam bentuk berpori atau padat, blok,atau butiran. Keramik mengacu  pada fakta bahwa kristal HA telahdipanaskan pada suhu antara 700-1300 °C untuk membentuk struktur kristal. HA dalam bentuk keramik dibuat sedemikian rupa sehingga tahan terhadapreabsorpsi in vivo, yang terjadi pada tingkat 1-2% per tahun.Sebaliknya,HA non-keramik lebih mudah diserap invivo. HA sintetikmemilikikekuatan yang baik terhadap tekanan tetapi lemah terhadap ketegangan dangesekan.HA sintetik dalam bentuk padat sulit untukdibuat dalam berbagai  bentuk,pertumbuhan fibro-osseusyang sulit, dan memiliki modulus elastisitas yang lebih tinggi dari tulang.HA sintetik telahberhasildigunakan sebagai mantel pada implan logam untuk meningkatkan sifatosteointegration-nya.HA sintetik dalam bentuk  butiran berpori telah digunakan baik secara tunggal maupun dengan bone graft   untuk mengisi kekosongan.Namun, HA dalam bentuk keramik dan kristal lambat dalam penyerapan dan pembentukan tulang, sebaliknya pada non keramik, bentuk non kristal cepat dalam  penyerapan dan dalam pembentukan tulang.

2. Coralline hidroksiapatit

HACoralline  dikembangkan pada tahun 1971 dengan tujuan untuk menciptakanimplan HA dengan ukuran pori yang konsisten dan

(13)

meningkatkaninterkonektivitas.Interkonektivitas sangat penting karena adanyakonstriksiantar pori-pori atau kantong buntu dapatmembatasi dukungan vaskular untuktumbuh ke dalamjaringan. Iskemia pada sel-sel ini dapat menyebabkan kegagalan implan.Klawitter dan Hulbert memeloporistudi yang menunjukkan  bahwa ukuran pori minimal yang dibutuhkan adalah 45-100 pM untuk  pertumbuhan tulang. Pori-pori berukuran100-150 um memberikan  pertumbuhan fibrovascular  jaringan yang lebih cepat.

Material ini berasal dari calcium carbonate. Struktur dari coralline calcium phosphate diproduksi oleh spesies tertentu yang mempunyai kemiripan dengan tulang cancellous pada manusia, yang menjadikan material ini mempunyai kelebihan yaitu cocok sebagai pengganti osteoconductive  untuk bone graft .Corraline  dapat berupa bahan sintetik maupun bahan alami. Material ini dapat digunakan pada fraktur tibial plateau  sebagai bahan pengisi dan hasilnya telah dibandingkan dengan hasil yang diperoleh pada autogenous bone  graft . Kerugian utama material ini adalah variasi kekuatan dan daya

resorpsinya yang rendah.

Hidroksiapatit sintetis digunakan sebagai penambahan hidrogen  peroksida atau partikel naftalen sebagai bahan dasar sebelum  pemadatan dan pemanasan.Hidrogen peroksida akanmenjadi gelembung, dan selanjutnya partikel naftalena akan menguap, meninggalkan sebuah struktur pore-filled .Sayangnya dengan metode ini, sulit untuk mengendalikan ukuran pori dan hubungan antar-pori, sehingga keduanya akan sangat mempengaruhi kinerja implanberpori. Secara mekanis, HACorallinemempunyai ketahanan dalamkompresi yang sedikit lebih baik dibandingkan tulang cancellous.Seperti jenis HA pada umumnya, HA Corallinememiliki kelemahan dalam tegangan, rapuh dan sulit dibentuk. Kelebihan yang utama adalah strukturinterporous yang memungkinkan pertumbuhan jaringan fibro-osseus  yang sempurna. 50-80% persen dari kekosongan dapat terisi dalam waktu 3 bulan.Ketika pertumbuhan jaringan fibro-osseus  telah sempurna, implan akan terdiri dari 17% tulang, 43% jaringan lunak, dan 40% HA residu.

(14)

HACoralline pada awalnyatidak memiliki kekuatan seperti tulang trabekular karena kurangnya matriks kolagen; tetapi seiring dengan sempurnanya pertumbuhan fibro-osseus, HACorallinemenjadi lebihkuat tetapi kurang kaku dari tulang kanselus.

Material ini merupakan material yang dibutuhkan untuk defek metaphyseal   karena memberikan dukungan struktural dengan distribusi beban yang baik, sehingga mengurangi kemungkinan adanyakonsentrasi stres pada artikular yang melekat erat pada tulang rawan. HACarolline  telah berhasil digunakan padaaplikasi non-weightbearing seperti rahang atas, periodontalaugmentationdan fraktur radius distal.Penggunaannya pada defek metaphyseal weight bearing 

(yaitu fraktur tibia plateu) jugamempunyai hasil yang baik, namun karena adanya kelemahan mekanik pada tahap awal, maka material ini harus didukung oleh fiksasi internal sampai pertumbuhan fibro-osseous

sempurna. Kegunaan klinis lainnya termasuk ekspansi bone graft  pada fusi tulang belakangdan restorasi orbital.

3. Kalsium fosfat

Material ini sangat populer dan merupakan osteoconductive  substitute yang menjanjikan untuk bone graft . Struktur ini lebih mirip dengan dahllite, carbonated hydroxyapatite  yang dapat membentuk mineral tulang dalam jumlah yang besar. Kombinasi ini terdiri dari

monocalcium phosphate, tricalcium phosphate, dan calcium carbonate dalam bentuk bubuk dan dicampur ke dalam larutan sodium  phosphate. Material ini dapat berubah menjadi bentuk keras dalam 10-15 menit dan setelah 24-48 jam akan menjadi keras dengan konsistensi yang mirip dengan tulang cancellous  yang normal. Material ini memiliki kekurangan yaitu tidak dapat menahan shear force dan tidak cocok untuk untuk fraktur diafisis.Selain itu, pada beberapa  penelitian,penggunaan semen calcium phosphate  pada fraktur radius distal dantibial plateau, material ini tetap ada selama dua tahun setelah  pemasangan implan. Resorpsi tidak dapat diprediksi dengan pasti dan mungkin material ini dapat dianggap sebagai sebuah implant

(15)

 permanen. Namun, pada 110 pasien yang diterapi dengan calcium  phosphate  selama satu tahun dan cast   selama enam minggu, didapatkan hasil fungsional yang sangat baik dan tidak ditemukan adanyaloss of reduction.

Semen calcium phosphate  juga dapat digunakan pada fraktur calcaneus. Adanya weight bearing   yang lebih awal mungkin terjadipada penggunaan semen ini. Pada kasus frakturtanpa adanya infeksi, aposisi tulang secara lengkap dapat tercapai dan adanya resorpsi pada daerah sekitar tulang.

Telah dikemukakansebelumnya bahwa penggunaan material ini dapat meningkatkan kekuatan kompresi dari badan vertebra pada kasus osteoporosis. Material ini dapat menambah kekuatan fiksasi dari screw  pedicle pada fraktur burst  dan dengan penggunaan material ini dapat

menghindari dilakukannya fiksasi anterior pada fraktur burst .

Penggunaan semen calcium phosphate  pada fraktur tibial  plateau  dapat digunakan pada tipe fraktur kompresi dan fraktur kompresi yang terbelah, dengan fiksasi internal yang minimal pada 41  pasien, reduksi anatomis telah tercapai pada 78% pasien. Reduksi yang gagal ditemukan pada satu pasien dengan infeksi berat. Hasil fungsionalnya sangat memuaskan pada sebagian besar kasus. Material ini sangat aman dan lebih efektif dibandingkan dengan bone graft autogenous.

4. Trikalsium fosfat

Trikalsium Fosfat (TKF) merupakan salah satu jenis kalsium fosfat dan memiliki struktur kimia Ca3(PO4)2. TKF memiliki empat  jenis polymorph yaitu α, ß, γ, dan super-α. ß  polymorph  adalah fase  bertekanan tinggi dan super-α polymorphhanya dapat diobservasi pada temperatur kira-kira diatas 1500°C. Oleh karena itu, TKF polymorph yang sering digunakan dalam penelitian biokeramik adalah TKF α dan ß.Beta trikalsium fosfat (ß-TCP) adalah salah satu senyawa kalsium fosfat pertama yang digunakan sebagai bone graft subtitute. Pada tahun 1920, Albee dan Morrison melaporkan bahwa tingkat union tulangmeningkat ketika ß-TCP disuntikkan ke dalam celah pada defek tulang segmental. Beta trikalsium fosfat tersedia dalam bentuk berpori

(16)

atau padat, baik sebagai butiran maupun blok. Secara struktural,ß-TCP yang berpori memiliki kekuatan dan daya tahan terhadaptekanan yang mirip dengan tulang cancellous. Seperti preparat kalsium fosfat lainnya, telah ditemukan bahwa material ini menjadi rapuh dan lemah di bawah ketegangan dan gesekan, tetapi tahan terhadap beban tekan. Biasanya, material ini digunakan dalam bentuk granular berpori. Butiran berpori cenderung kurang bermigrasi dibandingkan dengan  butiran padat karena adanya fiksasi sebelumnya oleh pertumbuhan

fibrovascular.

Beberapa penelitian menyatakan bahwa TKF memiliki sifat  biodegradabel, walaupun sedikit berbeda dengan karakteristik material yang digunakan. Strukturnya juga berupa kristal, dengan laju  biodegradasi TKF lebih baik daripada HA. Bahkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Takatoshi (2007) didapatkan hasil bahwa implantasi material TKF ßke dalam os femur kelinci menunjukkan  bioresorbabel atau dapat diserap namun hal ini tidak terjadi pada HA.

Trikalsium Fosfat mempunyai peranan penting sebagai bioresorbabel keramik. Bahan ini memperlihatkan tingginya daya larut dan  bioaktifitas. Hasilnya menunjukkan mikrostrutur TKF ß berefek pada aktifitas dari sel-sel tulang dan kemudian dapat menggantikan tulang. TKF ßdapat diterima dan digunakan di dalam tubuh atau dikenal sebagai biokompatibel, bioresorbabel material untuk perbaikan tulang yang dibentuk menjadi keramik blok, granul, atau fosfat semen. Beta trikalsium fosfat mengalami reabsorpsi melalui dissolusi dan fragmentasi selama periode 6-8 bulan. Sayangnya, penggantianß-TCP oleh tulang tidak terjadi dengan cara yang sama. Artinya, selalu terdapat volum tulang yang kurang yang diproduksi dari volume ß-TCP yang diserap. Sehingga, adanya alasan ini menyebabkan  penggunaan klinis ßTCP sebagai adjuvan yang digunakan bersama bone graft substitute  dengan sifat kurang reabsorbable atau sebagai expander  untuk autogenous bone graft .

(17)

Keuntungan Kekurangan Indikasi Autograft Kortikal

1. Dukungan struktural yang  baik pada recipien site 2. Dapat ditransplantasikan

dengan/tanpa pedikel vaskularnya

3. Graft kortikal harus di dukung dengan fiksasi internal dan eksternal agar melindunginya dari fraktur

4. Untuk defek tulang segmental <5-6 cm yang memerlukan dukungan struktural cepat Autograft Cancellous 1. Mudah mengalami

revaskularisasi dan sangat cepat bersatu dengan recipient site

2. Pengisi ruang yang baik, tapi tidak dapat membangun struktur  pendukung yang penting

3. Untuk kasus nonunion dengan kehilangan tulang <5-6 cm dan tidak memerlukan integritas struktural graft 4. Mengisi kista tulang/tulang kosong setelah reduksi  permukaan artikular dengan depresi misal fraktur plat tibia

Autograft Secara Umum 1. Keberhasilan tinggi,

resiko transmisi penyakit

rendah dan

histokompatibilitas

2. Dapat diterima dengan  baik dan efektif pada daerah transplantasi karena mengandung

4. Diperlukan prosedur operasi kedua untuk mengambil bone graft dari daerah donor

5. Lamanya waktu operasi 6. Terbatasnya

ketersediaan (kuantitas) dan bentuk bone graft

(18)

sejumlah besar sel tulang  pasien sendiri dan protein 3. Menghasilkan rangka

yang kuat bagi tulang baru yang tumbuh di dalamnya

7. Biaya lebih banyak

Allograft

Keuntungan Kekurangan Indikasi

1. Pengurangan daerah operasi pencangkokan 2. Berkurangnya nyeri  post operatif 3. Berkurangnya biaya operasi kedua 1.Kemungkinan adanya transmisi  penyakit/infeksi 2. Pemggunaan

menjadi kurang efektif

karena sel

 pertumbuhan tulang dan protein hilang saat  proses pembersihan

disenfeksi

1. Pasien yang tidak

memungkinkan untuk dilakukan autograft

2. Pada anak kecil

3. Pada pasien dengan penyakit  penyerta

4. Pasien yang membutuhkan  banyak bine graft seperti psot eksisi kista tulang dan post reseksi tumor

Sumber : Bucholz RW. 2010.  Bone Grafting and Enhancement of Fracture Repair In:  Rockwood and Green’s Fractures in Adults 7th Ed . USA: Lipincot Williams & Wilkins

Tulang donor diperoleh dari luar maupun dalam rongga mulut 1. Dalam rongga mulut

a) Rahang Atas : tuberositas maksila, spina nasalis anterior dan dinding zygomatikus.

(19)

b) Rahang Bawah : simfisis mandibula, ramus assendens,

 processus coronoideus dan ramush horizontal 2. Bagian luar rongga mulut

Tulang yang diambil dari tulang kalvaria, crista iliaca, tulang rusuk

Sumber : Irma D. 2012. Perbandingan Tingkat Keberhasilan Implan Antara Osteogenesis Distraksi dengan Autogenous Bone Graft. Dentofasial . 10(1):6-12.

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai sumber kehidupan manusia, sungai dapat dimanfaatkan dalam berbagai macam bentuk fungsi, baik itu fungsi transportasi seperti menghubungkan satu kawasan dengan kawasan

Memiliki pengetahuan tentang berbagai bentuk tindak pidana baik yang diatur dalam KUHP maupun diluar KUHP2. Memiliki pengetahuan dan mampu merumuskan suatu

Kualitas pelet ditentukan dari berbagai faktor baik yang berkaitan dengan bahan baku jenis biomassa, kadar air, ukuran partikel maupun proses suhu, tekanan, lama penekanan, bentuk dan

Mesin es balok adalah alat yang digunakan untuk memproduksi es dalam bentuk balok besar yang umumnya digunakan dalam industri makanan, minuman, perikanan, atau kebutuhan komersial lainnya. Mesin ini bekerja dengan cara membekukan air dalam cetakan yang telah disiapkan, dan setelah proses pembekuan selesai, es akan keluar dalam bentuk balok padat. Mesin es balok biasanya terdiri dari beberapa komponen utama, antara lain: Tangki Air: Menyediakan air yang akan dibekukan untuk membuat es balok. Sistem Pendingin: Menggunakan refrigeran untuk menurunkan suhu air hingga membeku. Sistem ini bisa berupa pendingin dengan kompresor atau sistem pendingin lainnya. Cetakan Es: Berfungsi sebagai wadah untuk menampung air yang dibekukan. Cetakan ini umumnya berbentuk balok besar yang dapat dipotong menjadi ukuran lebih kecil jika diperlukan. Sistem Pembuangan Es: Setelah es membeku, mesin akan mengeluarkan balok es tersebut dengan cara memanaskan cetakan atau menggunakan mekanisme mekanik untuk memisahkan es dari cetakan. Panel Kontrol: Untuk mengatur suhu, waktu pembekuan, dan kondisi mesin agar proses pembuatan es berjalan dengan baik. Mesin ini dapat menghasilkan es dalam berbagai ukuran dan kapasitas, mulai dari skala kecil untuk kebutuhan rumah tangga hingga skala besar untuk industri. Es balok yang dihasilkan oleh mesin ini memiliki ketahanan yang cukup lama dan sangat efektif untuk digunakan dalam penyimpanan bahan makanan, pengiriman produk laut, dan keperluan lain yang membutuhkan suhu rendah. HUBUNGU KAMI: CALL: 0812-3131-6315 #MesinEsKristalKapasitas100Kg #MesinEsKristalKapasitas200Kg #MesinEsKristalKapasitas300Kg #MesinEsKristalKapasitas500Kg

Mesin es balok adalah alat yang digunakan untuk memproduksi es dalam bentuk balok besar yang umumnya digunakan dalam industri makanan, minuman, perikanan, atau kebutuhan komersial lainnya. Mesin ini bekerja dengan cara membekukan air dalam cetakan yang telah disiapkan, dan setelah proses pembekuan selesai, es akan keluar dalam bentuk balok padat. Mesin es balok biasanya terdiri dari beberapa komponen utama, antara lain: Tangki Air: Menyediakan air yang akan dibekukan untuk membuat es balok. Sistem Pendingin: Menggunakan refrigeran untuk menurunkan suhu air hingga membeku. Sistem ini bisa berupa pendingin dengan kompresor atau sistem pendingin lainnya. Cetakan Es: Berfungsi sebagai wadah untuk menampung air yang dibekukan. Cetakan ini umumnya berbentuk balok besar yang dapat dipotong menjadi ukuran lebih kecil jika diperlukan. Sistem Pembuangan Es: Setelah es membeku, mesin akan mengeluarkan balok es tersebut dengan cara memanaskan cetakan atau menggunakan mekanisme mekanik untuk memisahkan es dari cetakan. Panel Kontrol: Untuk mengatur suhu, waktu pembekuan, dan kondisi mesin agar proses pembuatan es berjalan dengan baik. Mesin ini dapat menghasilkan es dalam berbagai ukuran dan kapasitas, mulai dari skala kecil untuk kebutuhan rumah tangga hingga skala besar untuk industri. Es balok yang dihasilkan oleh mesin ini memiliki ketahanan yang cukup lama dan sangat efektif untuk digunakan dalam penyimpanan bahan makanan, pengiriman produk laut, dan keperluan lain yang membutuhkan suhu

Mesin es balok adalah alat yang digunakan untuk memproduksi es dalam bentuk balok besar yang umumnya digunakan dalam industri makanan, minuman, perikanan, atau kebutuhan komersial lainnya. Mesin ini bekerja dengan cara membekukan air dalam cetakan yang telah disiapkan, dan setelah proses pembekuan selesai, es akan keluar dalam bentuk balok padat. Mesin es balok biasanya terdiri dari beberapa komponen utama, antara lain: Tangki Air: Menyediakan air yang akan dibekukan untuk membuat es balok. Sistem Pendingin: Menggunakan refrigeran untuk menurunkan suhu air hingga membeku. Sistem ini bisa berupa pendingin dengan kompresor atau sistem pendingin lainnya. Cetakan Es: Berfungsi sebagai wadah untuk menampung air yang dibekukan. Cetakan ini umumnya berbentuk balok besar yang dapat dipotong menjadi ukuran lebih kecil jika diperlukan. Sistem Pembuangan Es: Setelah es membeku, mesin akan mengeluarkan balok es tersebut dengan cara memanaskan cetakan atau menggunakan mekanisme mekanik untuk memisahkan es dari cetakan. Panel Kontrol: Untuk mengatur suhu, waktu pembekuan, dan kondisi mesin agar proses pembuatan es berjalan dengan baik. Mesin ini dapat menghasilkan es dalam berbagai ukuran dan kapasitas, mulai dari skala kecil untuk kebutuhan rumah tangga hingga skala besar untuk industri. Es balok yang dihasilkan oleh mesin ini memiliki ketahanan yang cukup lama dan sangat efektif untuk digunakan dalam penyimpanan bahan makanan, pengiriman produk laut, dan keperluan lain yang membutuhkan suhu rendah. HUBUNGU KAMI: CALL: