• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tesis ini telah di uji pada Tanggal 30 Desember Panitia Penguji Tesis berdasarkan SK Rektor. Universitas Udayana, No 4544/ UN.14.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tesis ini telah di uji pada Tanggal 30 Desember Panitia Penguji Tesis berdasarkan SK Rektor. Universitas Udayana, No 4544/ UN.14."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

v

Tesis ini telah di uji pada Tanggal 30 Desember 2014

Panitia Penguji Tesis berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No 4544/ UN.14.4/ HK/ 2014

Ketua : DR. Eng I Wayan Kastawan, ST., MA Anggota : Dr. Ir Syamsul Alam Paturusi., MSP

Prof. Ir Ngakan Putu Sueca, MT., Ph.D Gusti Ayu Made Suartika, ST., MT., Ph.D

(2)

vi

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Sketsa Ultra Pelangi

NIM : 1291861009

Program Studi : Magister Arsitektur

Judul Tesis : Pelestarian Yaroana Masigi Sebagai Ruang Publik Penginggalan Kesultanan Buton di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah tesis ini bebas plagiat. Apabila dikemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No.17 Tahun 2010 dan peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar 12 Januari 2015 yang membuat pernyataan

(3)

vii

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Maha Kuasa, segala puji bagi-Nya atas segala rahmat dan karunia Nya, sehingga Tesis ini dapat diselesaikan. Tesis ini disusun sebagai sebagian persyaratan untuk menyelesaikan studi di Program Magister Arsitektur Universitas Udayana. Penelitian yang bertema pelestarian ini mengambil judul “Pelestarian Yaroana Masigi sebagai Ruang Publik Peninggalan Kesultanan Buton di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara”. Penulis menyadari bahwa Tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, penulis berharap masukan dari semua pihak. Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu tersesaikannya tulisan ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

Ketua Program Magister Arsitektur Universitas Udayana, Gusti Ayu Made Suartika, ST., MEngSc., Ph.D atas motivasi dan dukungannya.

DR. Eng I Wayan Kastawan, ST., MA dan Dr. Ir Syamsul Alam Paturusi., MSP sebagai dosen pembimbing selalu bersedia memberikan pengarahan dan masukan yang sangat berarti selama penyusunan tesis.

Prof. Ir Ngakan Putu Sueca, MT., Ph.D, Gusti Ayu Made Suartika, ST., MT., Ph.D dan I Nyoman Widya Paramadhyaksa, ST., MT., Ph.D sebagai dosen penguji yang memberi saran membangun yang sangat berguna dalam proses penyusunan tesis.

Orang tua, adik dan seluruh keluarga besar tercinta yang selalu memberikan dukungan, kasih sayang, perhatian serta doa.

Teman-teman PMA 2012 terima kasih atas dukungannya.

Terima kasih bagi semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu-persatu disini.

Denpasar, 12 Januari 2015 Penulis

Sketsa Ultra Pelangi NIM: 1291861009

(4)

viii ABSTRAK

Ruang publik Yaroana Masigi merupakan bagian paling inti dari kawasan Benteng Keraton Buton. Kegiatan Budaya dan adat yang berlangsung di Yaroana Masigi masih terpelihara sampai saat ini. Kajian pelestarian ruang publik di kawasan Yaroana Masigi ini dilakukan, karena peneliti melihat bahwa dalam perkembangan ruang publik yang awalnya terbentuk karena sejarah dan pemaknaan tradisi dikhawatirkan akan bergeser menjadi ruang komunal yang kehilangan makna. Pelestarian ruang publik Yaroana Masigi sebagai ruang publik eks-kesultanan Buton ini ditujukan untuk mengetahui karakter fisik, nilai sejarah dan signifikansi budaya, serta bagaimana arahan pelestariannya. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa karakteristik fisik ruang publik memiliki tata letak yang dipengaruhi oleh sejarah urutan keberadaan, serta konsep kosmologis setempat. Batasan ruangnya berupa jalan dan ruang-ruang terbuka. Dari segi hirarki, ruang publik Yaroana Masigi merupakan hirarki paling inti dalam kedudukannya terhadap seluruh kawasan Benteng Keraton, sedangkan didalam ruang publik Yaroana Masigi sendiri, obyek Masjid Agung keraton yang memiliki hirarki teratas dalam ruang. Nilai sejarah dan signifikansi budaya tercermin pada sejarah yang terkandung pada tiap obyek serta aktivitas budaya yang berlangsung. Arahan pelestariannya didasarkan atas penilaian makna kultural pada ruang publik dengan mendapatkan nilai potensial tinggi, sedang hingga rendah dengan arahan pelestarian fisik berupa preservasi, konservasi, restorasi dan rekonstruksi, kemudian ada arahan pelestarian non fisik, serta arahan kebijakan yang bersifat peraturan, kesadaran, dan inisiatif.

(5)

ix ABSTRACT

Public space of Yaroana Masigi is the most central the region in Buton palace. Cultural and traditional activities that take place in Yaroana Masigi still preserved by the community until today. The reason of taking Preservation Study of public space in Yaroana Masigi is because the researcher noticed in its development, public space which was originally formed by the history and meaning of tradition is worry to be shifted into a communal space without meaning. Preservation of public space Yaroana Masigi as Buton Sultanate public space heritage is intended to determine the physical character, the value of historical and cultural significance, and how the preservation in this area can be done. Results of the study found that the physical characteristics of the public space has the particular layout setting where the laying of every object in the space influenced by the history of the order of existence, as well as local cosmological concept. Limitation of space are roads and open spaces. In terms of public space hierarchy, Yaroana Masigi is a central hierarchy of the the whole area of the Palace Fortress position, while in the public space Yaroana Masigi itself, Masjid Agung Keraton which has a top hierarchy in that space. Historical and cultural significance of the value reflected in the history contained in each object in a public space and cultural activities that always held continued. The conservation efforts were based on an assessment of cultural meaning in a public space with a value of potential wich are high, moderate,until low for every object in space with the direction of the physical preservation are preservation, conservation, restoration and reconstruction, then there are non-physical conservation directives, as well as other regulatory policy directives , awareness and initiatives.

(6)

x

RINGKASAN

Yaroana Masigi berada di dalam kompleks Benteng Keraton Buton, yaitu benteng dengan panjang keliling 2.740 m yang mengelilingi permukiman bernama Kelurahan Melai. Kelurahan Melai merupakan satu-satunya permukiman tradisional peninggalan Kesultanan Buton di kota Baubau yang bertahan, eksistensinya sejak abad ke-15M, juga merupakan kawasan yang pernah menjadi pusat kota serta pusat kekuasaan di zaman pemerintahan Kesultanan Buton dan menjadi embrio dari kota Baubau.

Ruang publik Yaroana Masigi dapat dikatakan sebagai bagian paling inti dari kawasan Benteng Keraton Buton. Kegiatan Budaya dan adat yang berlangsung di Yaroana Masigi masih cukup terpelihara sampai saat ini. Kajian pelestarian ruang publik di kawasan Yaroana Masigi ini dilakukan, karena peneliti melihat bahwa dalam perkembangannya ruang-ruang publik yang awalnya terbentuk karena sejarah dan pemaknaan tradisi dikhawatirkan akan bergeser menjadi ruang komunal yang kehilangan makna.

Secara fisik, ruang publik Yaroana Masigi merupakan sebuah kawasan/ area terbuka yang terdiri dari beberapa obyek/ bangunan bersejarah yang berkaitan erat dengan sejarah Kesultanan Buton yang mengitarinya berupa Batu Wolio, Batu Popaua, Baruga, Masjid Agung Keraton, Kasulana Tombi (tiang bendera kerajaan) dan Makam Sultan Murhum, Karakteristik ruang publik Yaroana Masigi memiliki tata letak, hirarki, orientasi, besaran dan batasan ruang. Tata letak dan hirarkinya dipengaruhi sejarah urutan keberadaannya serta dipengaruhi oleh konsep kosmologis masyarakat Buton yang menganggap bahwa area Yaroana Masigi merupakan alam batin manusia, yang dimana alam batin merupakan inti dari kehidupan dan senantiasa berada di tengah.

Baruga yang baru dibangun oleh pemerintah ditahun 2012 dinilai menyalahi arsitektur asli Baruga itu sendiri. Kondisi Baruga saat ini selain sudah lebih modern dengan lantai keramik dan tiang beton juga diketahui telah mengalami beberapa perubahan bentuk material maupun arsitektural. Perubahan Baruga pertama kali tidak diketahui dengan pasti. Dari wawancara dengan budayawan setempat Imran Kudus (2014) mengatakan bahwa bentuk Baruga yang dibangun sekarang tidak sesuai dengan arsitektur Baruga yang seharusnya, terutama pada bentuk atap, serta desain lantai. Atap Baruga yang seharusnya tanpa susun, yang bermakna bahwa atap tanpa susun milik rakyat, sedangkan yang ada sekarang berupa model atap susun dengan gaya Malige (rumah sultan). Atap susun Malige bermakna milik sultan atau pemimpin. Lantainya juga seharusnya berbentuk panggung yang tetap memiliki spasi antara lantai dan tanah, namun yang ada sekarang adalah lantai keramik yang tidak berbentuk panggung. Berubah bentuknya Baruga ini kemudian menjadi legitimasi sejumlah warga di kawasan permukiman tradisional Melai untuk merubah bentuk rumah adat mereka.

(7)

xi

Kawasan juga kerap menjadi tujuan wisata yang ramai terutama pada akhir pekan dan libur hari raya yang jumlah pengunjung paling ramai di tambah dengan pedagang kaki lima dadakan. Akses publik yang belum dikelola optimal dikhawatirkan dapat berdampak buruk pada obyek-obyek penting di dalam kawasan. Seiring dengan perkembangan zaman, makna kawasan sebagai ruang budaya dan sejarah akan mengalami degradasi makna. Perkembangan zaman bukanlah hal yang buruk, hanya saja perlu disikapi dengan cermat bahwa zaman membutuhkan bukti-bukti budaya dan sejarah dari masa lampau sebagai bahan pembelajaran, karena tidak akan cukup jika hanya dipelajari dari buku dan dokumen tertulis namun perlu ada bukti fisik yang saling melengkapi. Sehingga untuk mencegah degradasi yang lebih luas, ruang publik Yaroana Masigi pada kawasan permukiman tradisional Kelurahan Melai perlu dilestarikan, mengacu pada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya mengingat signifikansi obyek yang memuat unsur usia dan kelangkaan obyek, sejarah dan nilai budaya yang dimiliki, serta bernilai arsitektur. Sesuai dengan makna pelestarian dalam Piagam Burra (The Burra Charter, 1999) yaitu proses pengelolaan suatu tempat agar makna kultural yang ada terpelihara dengan baik sesuai situasi dan kondisi setempat.

Pelestarian ruang publik Yaroana Masigi pada permukiman tradisional Buton di Kelurahan Melai ini ditujukan untuk mengetahui karakter fisik, nilai sejarah dan signifikansi budaya, serta bagaimana upaya pelestariannya. Maka disusunlah penelitian tentang „Pelestarian Ruang Publik Yaroana Masigi Sebagai Ruang Publik Peninggalan Kesultanan Buton di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara’

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa karakteristik fisik eksisting ruang publik memiliki tata letak dan hirarki yang dipengaruhi oleh sejarah urutan keberadaannya serta oleh konsep kosmologis masyarakat Buton, besaran dan batasan ruangnya berupa jalan dan ruang-ruang terbuka tanpa batasan jarak pandang, dari segi hirarki ruang publik Yaroana masigi merupakan hirarki paling inti dalam kedudukannya terhadap kelurahan Melai. Sedangkan didalam ruang publik Yaroana Masigi, obyek Masjid Agung Keraton memiliki hirarki teratas dalam ruang. Nilai sejarah dan Signifikansi budaya tercermin pada sejarah yang terkandung pada tiap obyek dalam ruang publik serta aktivitas budaya yang berlangsung. Upaya pelestariannya didasarkan atas penilaian makna kultural pada ruang publik dengan mendapatkan nilai potensial tinggi, rendah hingga sedang untuk tiap obyek pada ruang dengan arahan pelesarian fisik berupa preservasi, konservasi, restorasi, dan rekonstruksi, arahan pelestarian non fisik berupa arahan untuk mempertahankan aktivitas budaya yang dianggap penting bagi ciri khas dan karakter ruang, serta arahan pelestarian yang bersifat peraturan, kesadaran dan inisiatif.

(8)

xii DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PRASYARAT GELAR ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... v

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

RINGKASAN ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN ... 9

2.1 Kajian Pustaka ... 9

2.2 Kerangka Berpikir ... 13

2.3 Konsep ... 14

2.3.1 Konsep Ruang Publik Yaroana Masigi ... 14

2.3.2 Karakteristik Fisik ... 15

2.3.3 Nilai Sejarah ... 15

2.3.4 Signifikansi Budaya ... 16

2.3.5 Konsep Pelestarian ... 16

2.4 Landasan Teori ... 17

2.4.1 Karakteristik Fisik Ruang Publik ... 17

2.4.2 Nilai Sejarah dan Signifikansi Budaya ... 23

2.4.3 Tinjauan Tentang Arahan Pelestarian ... 31

2.5 Model Penelitian ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

3.1 Pendekatan Penelitian ... 37

3.2 Lokasi Penelitian ... 37

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 41

3.4 Instrumen Penelitian... 41

3.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 42

3.6 Metode dan Teknik Analisa Data ... 43

(9)

xiii

3.6.2 Analisis Evaluatif ... 44

3.6.3 Analisis Development... 50

3.7 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data... 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 52

4.1 Tinjauan Umum Kawasan permukiman Tradisional Buton di Kelurahan Melai ... 52

4.2 Ruang Publik Yaroana Masigi ... 55

4.3 Karakteristik Fisik Eksisting Ruang Publik Yaroana Masigi .... 66

4.4 Nilai Sejarah dan Signifikansi Budaya pada Ruang Publik Yaroana Masigi ... 69

4.4.1 Tinjauan Sejarah Kawasan Benteng Keraton Buton ... 69

4.4.2 Signifikansi Budaya ... 99

4.4.3 Karakteristik Non Fisik Ruang Publik Yaroana Masigi 122 4.4.4 Peran Pemerintah dan Masyarakat saat ini terhadap Yaroana Masigi ... 125

4.4.5 Makna Kultural pada Ruang Publik Yaroana Masigi ... 127

4.5 Arahan Pelestarian pada Ruang Publik Yaroana Masigi ... 135

4.5.1 Arahan Pelestarian Fisik ... 135

4.5.2 Arahan Pelestarian Non Fisik ... 141

4.5.3 Arahan Kebijakan ... 142

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 144

5.1 Simpulan ... 144

5.2 Saran ... 148

DAFTAR PUSTAKA ... 149

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS ... 152

(10)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Studi Terdahulu ... 12

Tabel 2.2 Pelestarian Fisik ... 34

Tabel 2.3 Penilaian Makna Kultural ... 35

Tabel 3.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 42

Tabel 3.2 Kriteria Makna Kultural ... 45

Tabel 3.3 Kriteria Penilaian Estetika Bangunan ... 46

Tabel 3.4 Kriteria Penilaian Memperkuat Karakter Bangunan ... 46

Tabel 3.5 Kriteria Penilaian Kelangkaan Bangunan ... 47

Tabel 3.6 Kriteria Penilaian Peranan Sejarah Bangunan ... 48

Tabel 3.7 Kriteria Penilaian Keluarbiasaan Bangunan ... 48

Tabel 3.8 Kriteria Penilaian Memperkuat Citra Kawasan ... 49

Tabel 3.9 Arahan Pelestarian Fisik Berdasarkan Potensi Obyek ... 51

Tabel 4.1 Penggunaan Lahan di Kelurahan Melai ... 53

Tabel 4.2 Daftar Sultan dalam Pemerintahan Kesultanan Buton ... 92

Tabel 4.3 Nilai Sejarah Ruang Publik Yaroana Masigi ... 95

Tabel 4.4 Penilaian Makna Kultural Masjid Agung Keraton ... 128

Tabel 4.5 Penilaian Makna Kultural Kasulana Tombi ... 129

Tabel 4.6 Penilaian Makna Kultural Halaman Yaroana ... 130

Tabel 4.7 Penilaian Makna Kultural Batu Popaua ... 131

Tabel 4.8 Penilaian Makna Kultural Baruga ... 132

Tabel 4.9 Penilaian Makna Kultural Makam Sultan Murhum ... 133

Tabel 4.10 Penilaian Makna Kultural Batu Wolio ... 133

Tabel 4.11 Arahan Pelestarian Fisik Ruang Publik Yaroana Masigi ... 140

Tabel 5.1 Nilai Sejarah pada Ruang Publik Yaroana Masigi ... 145

(11)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Diagram Kerangka Berpikir ... 13

Gambar 2.2 Unsur dan Wujud Kebudayaan Universal ... 25

Gambar 2.3 Model Penelitian ... 36

Gambar 3.1 Orientasi Lokasi Studi ... 38

Gambar 3.2 Lokasi Studi ... 39

Gambar 3.3 Bangunan Bersejarah pada Ruang Publik Yaroana Masigi .... 40

Gambar.4.1 Kelurahan Melai yang dikelilingi oleh Benteng ... 52

Gambar 4.2 Persentase Jenis Penggunaan Lahan di Kelurahan Melai ... 54

Gambar 4.3 Kedudukan Ruang Publik Yaroana Masigi terhadap kawasan ... 55

Gambar.4.4 Kondisi Batu Popaua saat ini ... 56

Gambar 4.5 Kondisi Yaroana saat ini ... 57

Gambar 4.6 Kondisi Baruga pada Tahun 2007 Sebelum dipugar... 58

Gambar 4.7 Kondisi Baruga saat ini ... 59

Gambar 4.8 Masjid Agung Keraton ... 60

Gambar 4.9 Penampakan Masjid Agung Keraton pada tahun 1950, 1960 dan 2012 ... 61

Gambar 4.10 Penampakan dalam Masjid Agung Keraton pada tahun ... 62

Gambar 4.11 Kasulana Tombi ... 63

Gambar 4.12 Makam Sultan Murhum ... 64

Gambar 4.13 Tangga di depan makam dan di samping makam ... 65

Gambar 4.14 Batu Wolio ... 65

Gambar 4.15 Konsep Kosmologis pada Tata Letak Yaroana Masigi ... 67

Gambar.4.16 Tata Letak Eksisting Ruang Publik Yaroana Masigi ... 68

Gambar 4.17 Boka-Boka ... 78

Gambar 4.18 Baluara Kalau ... 79

Gambar 4.19 Lawana Waborobo ... 81

Gambar 4.20 Lawana Lanto ... 82

Gambar 4.21 Batu Tondo ... 83

Gambar 4.22 Kondisi Parit saat ini... 84

Gambar 4.23 Meriam... 85

Gambar 4.24 Bentuk Baruga di era Kesultanan ... 87

Gambar 4.25 Periodesasi pada Ruang Publik Yaroana Masigi ... 97

Gambar 4.26 Urutan Keberadaan Obyek pada Ruang Publik Yaroana Masigi ... 98

Gambar 4.27 Walikota dan Wakil Walikota Baubau sedang didoakan Sara Kidina di masjid Agung keraton ... 99

Gambar 4.28 Pelantikan Walikota Baubau dan Wakilnya di Baruga ... 100

Gambar 4.29 Prosesi Memandikan Calon Sultan ... 101

Gambar 4.30 Prosesi Pemutaran payung di dalam Masjid Agung Keraton . 102 Gambar 4.31 Iring-iringan pengantar Sultan menuju Batu Popaua ... 103

Gambar 4.32 Prosesi pemutaran payung di Batu Popaua ... 104

Gambar 4.33 Prosesi pelantikan Sultan Buton ke-37 Sultan Muhammad Hamidi pada tahun 1928 ... 104

(12)

xvi

Gambar 4.34 Suasana Yaroana Masigi saat proses pelantikan ... 105

Gambar 4.35 Sultan dibawa Menuju Baruga ... 105

Gambar 4.36 Sultan Menerima Ucapan Selamat di Baruga ... 106

Gambar 4.37 Penggunaan Ruang pada Prosesi Pelantikan Walikota ... 107

Gambar 4.38 Penggunaan Ruang pada Prosesi Pelantikan Sultan ... 108

Gambar 4.39 Pola ruang pelantikan Sultan Buton ... 111

Gambar 4.40 Suasana Qunua di Baruga ... 113

Gambar 4.41 Penggunaan Ruang pada Kegiatan Adat Qunua... 114

Gambar 4.42 Suasana Pekande-kandea ... 115

Gambar 4.43 Penggunaan Ruang pada Kegiatan Jumatan, Rara-e-ya Mpu, dan Rara-e-ya Haji ... 116

Gambar 4.44 Penggunaan Ruang pada Kegiatan Pekande-kandea ... 117

Gambar 4.45 Pasukan Galangi ... 118

Gambar 4.46 Tari Mangaru ... 119

Gambar 4.47 Anak-anak yang berlatih Kabanti ... 119

Gambar 4.48 Penggunaan Ruang pada Kegiatan Tari-tarian ... 120

Gambar 4.49 Penggunaan Ruang pada Kegiatan Berlatih Kabanti ... 121

Gambar 4.50 Masjid Agung Keraton ... 127

Gambar 4.51 Kasulana Tombi ... 128

Gambar 4.52 Halaman Yaroana ... 129

Gambar 4.53 Batu Popaua ... 130

Gambar 4.54 Baruga ... 131

Gambar 4.55 Makam Sultan Murhum ... 132

Gambar 4.56 Batu Wolio ... 133

(13)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran ... 157 Teknik Pencarian Data ... 158 Panduan Wawancara ... 162

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rangka mendukung pelaksanaan Prioritas Nasional Tahun 2019- 2024, ditetapkan 6 (enam) Sasaran Strategik Kementerian Dalam Negeri. Adapun tujuan dan Sasaran

Puji syukur kami panjatkan hanya kepada Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul Penilaian Risiko Bahaya Kebakaran dan

Sebaiknya para petani dalam melakukan pengendalian terhadap serangan hama dan penyakit tanaman dengan cara yang baik dan ramah lingkungan seperti pencegahan sejak awal

Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari pengaruh kuat arus listrik dan diameter kumparan terhadap pembangkitan gaya magnetik pada kumparan berarus dalam medan

Perangkat lunak pengambilan keputusan dalam penjadwalan dengan algoritma Recursive Largest First ini menyediakan antarmuka untuk mengisi data-data variabel, daftar nama variabel

Hal ini menunjukkan bahwa benih padi yang disimpan di dalam masing- masing media penyimpanan yang berbeda mempunyai kemampuan untuk tumbuh normal dan memiliki tinggi

8 Cholid Narkubo dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, Cet.. Etika bisnis Islam adalah seperangkat nilai tentang baik dan buruk, benar dan salah dalam dunia

Penelitian ini bertujuan untuk membuat diskripsi kadar aflatoksin pada jagung dari tingkat petani, pedagang pengumpul dan pedagang besar, menganalisa titik-titik kritis (critical