EFUSI PLEURA
RESPONSI
Oleh:
I Gede Wara Nugraha (1102005139)
I Made Yoga Prabawa (1102005120)
Pembimbing:
Efusi Pleura merupakan penimbunan cairan didalam rongga pleura akibat transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Hal ini mengakibatkan insufisiensi pernafasan dan juga dapat mengakibatkan gangguan pada jantung dan sirkulasi darah
Di negara-negara barat, efusi pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif, sirosis hati, keganasan, dan pneumonia bakteri, sementara di negara-negara yang sedang berkembang, seperti
Indonesia, etiologi paling sering diakibatkan oleh infeksi tuberkulosis (TBC) ataupun pneumonia.
di Indonesia menurut data Depkes RI tahun 2006, kasus efusi pleura mencapai 2,7% dari penyakit infeksi saluran napas lainnya.
TINJAUAN
PUSTAKA
ANATOMI PLEURA• Pleura terletak dibagian terluar dari paru-paru dan mengelilingi paru.
• Di antara pleura terdapat ruangan yang disebut spasium pleura, yang mengandung sejumlah kecil cairan yang melicinkan permukaan dan memungkinkan keduanya bergeser secara bebas pada saat ventilasi. Cairan tersebut dinamakan cairan pleura.
• Ada 2 macam pleura yaitu pleura parietalis dan pleura viseralis. Pleura parietalis melapisi toraks atau rongga dada sedangkan pleura viseralis melapisi paru-paru. Kedua pleura ini bersatu pada hilus paru.
TINJAUAN
PUSTAKA
FISIOLOGI CAIRAN PLEURA• Cairan pleura berfungsi untuk
memudahkan kedua permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis bergerak selama pernapasan dan untuk mencegah pemisahan toraks dan paru yang dapat dianalogkan seperti dua buah kaca objek yang akan saling melekat jika ada air.
• Cairan pleura dalam keadaan normal
akan bergerak dari kapiler di dalam pleura parietalis ke ruang pleura kemudian diserap kembali melalui pleura viseralis.
• Jumlah total cairan dalam setiap rongga pleura sangat sedikit, hanya beberapa mililiter yaitu 1-5 ml. Dalam kepustakaan lain menyebutkan bahwa jumlah cairan pleura sebanyak 12-15 ml.
• Kapanpun jumlah cairan pleura menjadi lebih dari cukup untuk memisahkan kedua
pleura, maka kelebihan tersebut akan dipompa keluar oleh pembuluh limfatik (yang membuka secara langsung) dari rongga pleura kedalam mediastinum, permukaan superior dari diafragma, dan permukaan lateral pleural parietalis.
TINJAUAN
PUSTAKA
DEFINISI EFUSI PLEURAEfusi Pleura
adalah adanya penumpukan cairan dalam rongga (kavum) pleura yang melebihi batas normal.• Dalam keadaan normal pleura berisikan cairan yang berkisar 10-20 cc. • Terjadinya efusi pleura dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan
atau abnormalitas antara produksi dan pengeluaran cairan pleura.
• Cairan pleura memiliki komposisi yang sama dengan cairan plasma, namun mempunyai kadar protein yang lebih rendah yaitu < 1,5 gr/dl. • Dalam keadaan patologis, ada beberapa jenis cairan yang bisa
berkumpul di dalam rongga pleura antara lain darah, pus, cairan seperti susu, dan cairan yang mengandung kolesterol tinggi
TINJAUAN
PUSTAKA
EPIDEMIOLOGI EFUSI PLEURAEstimasi prevalensi efusi pleura adalah 320 kasus per 100.000 orang di negara-negara industri, dengan distribusi etiologi terkait dengan prevalensi penyakit yang mendasarinya.
Secara umum, kejadian efusi pleura adalah sama antara kedua jenis kelamin. Namun, penyebab tertentu memiliki kecenderungan terkait jenis kelamin.
Sekitar dua pertiga dari efusi pleura akibat keganasan terjadi pada wanita. Efusi pleura dengan etiologi keganasan secara signifikan berhubungan dengan keganasan payudara dan ginekologi. Efusi pleura yang terkait dengan lupus eritematosus sistemik juga lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria.
TINJAUAN
PUSTAKA
ETIOLOGI EFUSI PLEURAEFUSI
PLEURA
INFEKSI
NON INFEKSI
• Pleuritis oleh Virus • Pleuritis oleh Bakteri
Piogenik
• Pleuritis Tuberkulosa
(TBC)
• Pleuritis oleh Fungi • Pleuritis oleh Parasit
• Efusi Pleura karena
Gangguan Sirkulasi
• Efusi Pleura karena
TINJAUAN
PUSTAKA
ETIOLOGI EFUSI PLEURASecara umum, berbagai etiologi tersebut memiliki peran dalam menimbulkan efusi pleura dengan mekanisme sebagai berikut:
•Perubahan permeabilitas membran pleura (misalnya, radang, keganasan, emboli paru)
•Pengurangan tekanan onkotik intravaskular (misalnya, hipoalbuminemia, sirosis)
•Peningkatan permeabilitas kapiler atau gangguan pembuluh darah (misalnya, trauma, keganasan, peradangan, infeksi, infark paru, obat hipersensitivitas, uremia, pankreatitis)
•Peningkatan tekanan hidrostatik kapiler dalam sirkulasi sistemik dan / atau paru-paru (misalnya, gagal jantung kongestif, sindrom vena kava superior)
•Pengurangan tekanan dalam ruang pleura, mencegah ekspansi paru penuh (misalnya, atelektasis yang luas, mesothelioma)
•Penurunan drainase limfatik atau penyumbatan lengkap, termasuk obstruksi duktus toraks atau pecah (misalnya, keganasan, trauma)
•Peningkatan cairan peritoneal, dengan migrasi di diafragma melalui limfatik atau cacat struktural (misalnya, sirosis, dialisis peritoneal)
•Perpindahan cairan dari edema paru ke pleura visceral
•Peningkatan tekanan onkotik di cairan pleura yang persisiten menyebabkan adanaya akumulasi cairan di pleura
•Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberkulosis, pneumonia, virus, bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura), karena tumor dan trauma
TINJAUAN
PUSTAKA
KLASIFIKASI EFUSI PLEURAEFUSI
PLEURA
Transudat
Ketidakseimbangan
antara tekanan onkotik dengan tekanan
hidrostatik
Eksudat
Peradangan pleura atau drainase limfatik yang menurun
Berdasarkan mekanisme
TINJAUAN
PUSTAKA
KLASIFIKASI EFUSI PLEURADalam keadaan normal cairan pleura yang jumlahnya sedikit itu adalah transudat. Transudat terjadi apabila terjadi ketidakseimbangan
antara tekanan kapiler hidrostatik dan koloid osmotik, sehingga
terbentuknya cairan pada satu sisi pleura melebihi reabsorpsinya oleh pleura lainnya. Biasanya hal ini terjadi pada peningkatan tekanan kapiler sistemik, tekanan kapiler pulmoner, menurunnya tekanan koloid osmotic dalam pleura, dan menurunnya
tekanan intra pleura. Penyakit-penyakit yang menyertai transudat
umumnya mengganggu homeostatis sistemik antara lain dapat berupa gagal jantung kiri, sindrom nefrotik, obstruksi vena cava superior, dan asites pada sirosis hati.
Efusi Pleura
Transudat
TINJAUAN
PUSTAKA
KLASIFIKASI EFUSI PLEURAEksudat merupakan cairan yang terbentuk melalui membran kapiler yang memiliki permeabilitas abnormal serta berisi protein berkonsentrasi tinggi dibandingkan protein transudat. Bila terjadi proses peradangan maka permeabilitas kapiler pembuluh darah pleura meningkat sehingga sel mesotelial berubah menjadi bulat atau kuboidal dan terjadi pengeluaran cairan ke dalam rongga pleura. Penyebab pleuritis eksudatif yang paling sering adalah karena TBC dan pneumonia. Protein yang terdapat dalam cairan pleura kebanyakan berasal dari saluran getah bening. Kegagalan aliran protein getah bening ini (misalnya pada pleuritis TBC dan pneumonia) akan menyebabkan peningkatan konsentasi protein cairan pleura, sehingga menimbulkan eksudat. Penyakit yang menyertai eksudat, antara lain infeksi (tuberkulosis, pneumonia), tumor pada pleura, infark paru, karsinoma bronkogenik, dan radiasi.
Efusi Pleura
Eksudat
TINJAUAN
PUSTAKA
KLASIFIKASI EFUSI PLEURAEksudat Transudat
Efusi Parapneumonia Neoplasma
Gagal jantung kiri Sirosis hati Hipoalbumin Peritonial Dialisis
Emboli paru Arthritis Reumatik
Efusi jinak yang disebabkan oleh asbestos
Pankreatitis
Sindrom infark miokard Penyakit autoimun Post operasi bypass arteri
koronaria Sindrom nefrotik Emboli paru Hipotiroid Stenosis mitral Abses hepatic Uremia Chylothoraks Infeksi lainnya Pengaruh obat Radioterapi Ruptur esophageal Perikarditis Sindrom meig Urinothoraks
Obstruksi vena kava superior
TINJAUAN
PUSTAKA
MANIFESTASI KLINISGejala tergantung pada jumlah cairan dan penyebab yang
mendasari
. Banyak pasien tidak memiliki gejala pada saat efusi
pleura ditemukan.
Gejala termasuk nyeri dada pleuritik,
dispnea, dan batuk kering (non produktif)
.
Adanya edema
pada kaki atau trombosis vena dapat mengakibatkan efusi pleura
yang berhubungan dengan emboli paru. Riwayat penyakit serta
pemeriksaan fisik sangat penting dalam mendiagnosis efusi pleura.
Beberapa aspek pemeriksaan fisik seperti pemeriksaan
dada ditemukan redup pada perkusi, melemahnya taktil dan
vokal fremitus, dan suara nafas dapat berkurang atau
bahkan hilang
. Distensi JVP, adanya gallop bunyi jantung atau
edema perifer menunjukkan gagal jantung kongestif, dan hipertrofi
ventrikel kanan serta trombophlebitis menunjukkan terjadinya
emboli paru. Adanya limfadenopati atau hepatosplenomegali
menunjukkan penyakit neoplastik, dan adanya ascites dapat
menunjukkan adanya kelainan hati.
TINJAUAN
PUSTAKA
MANIFESTASI KLINISPada
pemeriksaan fisik biasanya didominasi oleh gejala
dari penyakit dasar yang menyebabkan efusi.
Pada
perkusi, suara ketok terdengar redup sesuai dengan luasnya
efusi pada auskultasi, suara napas berkurang atau menghilang.
Resonansi vokal fremitus juga berkurang.
Jika jumlah cairan
pleura < 300 mL, cairan ini belum menimbulkan gejala
pada pemeriksaan fisik. Jika jumlah cairan pleura telah
mencapai 500 mL, baru dapat ditemukan gejala berupa
gerak dada yang melambat atau terbatas saat inspirasi
pada sisi yang mengandung akumulasi cairan
. Fremitus
taktil juga berkurang pada dasar paru posterior. Suara perkusi
menjadi pekak dan suara napas pada auskultasi terdengar
melemah walaupun sifatnya masih vesikuler.
Jika akumulasi
cairan melebihi 1000 mL, sering terjadi atelektasis pada
paru bagian bawah.
TINJAUAN
PUSTAKA
MANIFESTASI KLINISEkspansi dada saat inspirasi pada bagian yang mengandung
timbunan cairan menjadi terbatas sedangkan sela iga melebar
dan menggembung. Pada auskultasi di atas batas cairan,
sering didapatkan suara bronkovesikuler yang dalam, sebab
suara ini ditransmisiskan oleh jaringan paru yang mengalami
atelektasis. Pada daerah ini juga dapat ditemukan fremitus
vokal dan egofoni yang bertambah jelas. Jika akumulasi cairan
melebihi 2000 mL, cairan ini dapat menyebabkan seluruh paru
menjadi kolaps kecuali bagian apeks. Sela iga semakin
melebar, gerak dada pada inspirasi sangat terbatas, suara
napas, fremitus taktil maupun vokal fremitus sulit didengar
karena sangat lemah. Selain itu terjadi pergeseran
mediastinum ke arah ipsilateral dan penurunan letak
diafragma.
TINJAUAN
PUSTAKA
MANIFESTASI KLINISSelain didapatkan hal-hal yang sudah disebutkan diatas, pasien
dengan efusi pleura juga mengeluhkan adanya nyeri. Nyeri
biasanya dirasakan pada tempat-tempat terjadinya pleuritis,
tapi bisa menjalar ke daerah lain seperti berikut:
•
Iritasi dari diafragma pleura posterior dan perifer yang
dipersarafi oleh G. Nervuis intercostal terbawah bisa
menyebabkan nyeri pada dada dan abdomen.
•
Iritasi bagian central diafragma pleura yang dipersarafi nervus
phrenicus menyebabkan nyeri menjalar ke daerah leher dan
bahu.
TINJAUAN
PUSTAKA
JENIS CAIRAN EFUSI PLEURAEfusi pleura umumnya diklasifikasikan sebagai transudat atau
eksudat, berdasarkan karakteristik cairan dan kimia cairan
pleura sesuai
kriteria Light
, yaitu:
•
Rasio kadar protein cairan efusi pleura/ kadar protein
serum > 0.5
•
Rasio kadar LDH cairan efusi pleura/ kadar LDH serum
> 0.6
•
Kadar LDH cairan efusi pleura > 2/3 batas atas nilai
normal kadar LDH serum.
Jika angka tersebut terpenuhi, efusi pleura termasuk jenis
eksudat. Jika efusi pleura telah didiagnosis eksudat melalui
kriteria diatas, namun klinis dianggap transudat,
perbedaan
konsentrasi albumin antara serum dan efusi >1.2 mg/dl
TINJAUAN
PUSTAKA
PEMERIKSAAN PENUNJANG FotoThorax
Cairan yang kurang dari 300 cc, pada foto toraks PA kelainan yang tampak hanya berupa penumpulan sinus kostofrenikus. Pada efusi pleura subpulmonal, meskipun cairan pleura lebih dari 300 cc, sinus kostofrenikus tidak tampak tumpul tetapi diafragma kelihatan meninggi. Untuk memastikan dapat dilakukan foto dada lateral dari sisi yang sakit.
CT-Scan Computed Tomografi (CT-scan) dada pada tingkat yang lebih tinggi memungkinkan pencitraan yang mendasari parenkim paru-paru atau mediastinum. Pemeriksa an Mikroskopi s dan Sitologi
Jika didapatkan sel darah putih sebanyak >1000/mL, hal ini mengarahkan diagnosis kepada eksudat. Jika sel darah putih > 20.000/mL, keadaan ini menunjukan empiema. Neutrofil menunjukan kemungkinan adanya pneumonia, infark paru, tuberkulosis paru fase awal atau pankreatitis. Limfosit dalam jumlah banyak mengarahkan kepada tuberkulosis, limfoma atau keganasan. Jika pada torakosintesis didapatkan banyak eosinofil, tuberkulosis dapat disingkirkan.
TINJAUAN
PUSTAKA
PEMERIKSAAN PENUNJANGBiokimia
Pemeriksaan biokimia umumnya mencari data yang diperlukan untuk memenuhi kriteria Light. Pemeriksaan tersebut antara lain memeriksa kadar protein serum dan pleura serta LDH serum dan pleura.
Pemeriksa an
Bakteriolo gi
Efusi yang purulen dapat mengandung kuman-kuman yang aerob atau anaerob. Jenis kuman yang sering ditemukan dalam cairan pleura adalah Pneumokokokus, E.coli,
TINJAUAN
PUSTAKA
DIAGNOSIS BANDINGDiagnosis banding efusi pleura yang juga menimbulkan perselubungan pada rontgent thoraks antara lain:
•Tumor paru atau massa pada paru atau mediastinum •Schwarte atau penebalan pleura
•Atelektasis lobus bawah •Diafragma letak tinggi
•Konsolidasi paru karena pneumonia dan fibrosis pleura.
Diagnosis banding etiologis dari efusi pleura dibedakan sesuai cairan transudat dan cairan eksudat.
TINJAUAN
PUSTAKA
PENEGAKAN DIAGNOSISAnamnesis dan Gejala
Klinis
Keluhan utama penderita adalah nyeri dada sehingga penderita membatasi pergerakan rongga dada dengan bernapas pendek atau tidur miring ke sisi yang sakit. Selain itu sesak napas terutama bila berbaring ke sisi yang sehat disertai batuk batuk dengan atau tanpa dahak. Berat ringannya sesak napas ini ditentukan oleh jumlah cairan efusi. Keluhan yang lain adalah sesuai dengan penyakit yang mendasarinya.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik toraks didapatkan dada yang terkena melebar dan kurang bergerak pada pernapasan. Vokal fremitus melemah, redup sampai pekak pada perkusi, dan suara napas lemah atau menghilang. Jantung dan mediastinum terdorong ke sisi yang sehat. Bila tidak ada pendorongan, sangat mungkin disebabkan oleh keganasan.
TINJAUAN
PUSTAKA
PENEGAKAN DIAGNOSISPemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis mempunyai nilai yang tinggi dalam mendiagnosis efusi pleura, tetapi tidak mempunyai nilai apapun dalam menentukan penyebabnya. Secara radiologis jumlah cairan < 100 ml tidak tampak dengan jelas dan baru terlihat jelas bila jumlah cairan > 300 ml. Foto toraks dengan posisi Posterior Anterior (PA) akan memperjelas kemungkinan adanya efusi pleura masif. Pada sisi yang sakit tampak perselubungan masif dengan pendorongan jantung dan mediastinum ke sisi yang sehat.
TINJAUAN
PUSTAKA
PENATALAKSANAANPenatalaksanaan dilakukan menurut penyebab efusi. Apabila terdapat penyakit yang mendasari seperti infeksi TB, pengobatan dengan OAT dapat menyerap efusi pleura secara cepat dan mengurangi fibrosis. Pada efusi pleura transudat yang disebabkan oleh tekanan hidrostatik yang meningkat, pemberian diuretika dapat menolong. Bila disebabkan oleh tekanan osmotik yang menurun sebaiknya diberikan tambahan asupan protein. Bahan sklerosing dapat dipertimbangkan bila ada reakumulasi cairan berulang dengan tujuan melekatkan pleura viseralis dan parietalis. Pada efusi pleura eksudat, efusi yang terjadi setelah keradangan paru paling sering disebabkan oleh pneumonia. Umumnya cairan dapat diresorbsi setelah pemberian terapi yang adekuat untuk penyakit dasarnya. Bila terjadi empiema, perlu pemasangan kateter toraks dengan WSD. Bila terjadi fibrosis, tindakan yang paling mungkin hanya dekortikasi (jaringan fibrotik yang menempel pada pleura diambil /dikupas).
TINJAUAN
PUSTAKA
PENATALAKSANAANPada efusi yang disebabkan oleh keganasan, pengobatan dilakukan sesuai dengan staging tumor tersebut dengan cara radiasi atau kemoterapi. Pada kilotoraks atau cairan pleura berupa kilus yang terjadi karena kebocoran akibat penyumbatan saluaran limfe duktus torasikus di rongga dada, tindakan yang dilakukan bersifat konsevatif yakni torakosintesis 2-3 kali. Bila tidak berhasil, dipasang kateter toraks dengan WSD. Tindakan definitif ialah melakukan opersai reparasi terhadap duktus torasikus yang robek
TINJAUAN
PUSTAKA
PENATALAKSANAANTorakosintesis
Setiap efusi pleura yang cukup besar menyebabkan gejala pernafasan berat harus dikeringkan terlepas dari penyebabnya. Mengurangi gejala adalah tujuan utama terapi drainase pada pasien. Satu-satunya kontraindikasi absolut terhadap torakosintesis adalah adanya infeksi kuman aktif pada tempat tusukan. Beberapa kontraindikasi relatif termasuk diatesis pendarahan yang parah, antikoagulasi sistemik, dan volume cairan yang kecil. Kemungkinan komplikasi dari prosedur ini termasuk perdarahan (karena tusukan pada pembuluh atau parenkim paru), pneumotoraks, infeksi (infeksi jaringan lunak atau empiema), laserasi organ intra-abdomen, hipotensi, dan paru edema. Indikasi untuk torakosintesis adalah adanya efusi pleura klinis yang signifikan (lebih dari 10 mm pada ultrasonografi atau foto lateral dekubitus). Jika pasien datang dengan gagal jantung kongestif dan efusi bilateral dengan ukuran yang sama, afebris, dan tidak memiliki nyeri dada, percobaan diuresis dapat dilakukan.
TINJAUAN
PUSTAKA
PENATALAKSANAANWater Shield Drainage (WSD)
Jika jumlah cairan cukup banyak, sebaiknya dipasang selang toraks dihubungkan dengan WSD, sehingga cairan dapat dikeluarkan secara lambat dan aman. Pemasangan WSD dilakukan sebagai berikut :
•Tempat untuk memasukkan selang toraks biasanya di sela iga 7, 8, 9 linea aksilaris media atau ruang sela iga 2 atau 3 linea medioklavikuralis.
•Setelah dibersihkan dan dianastesi, dilakukan sayatan transversal selebar kurang lebih 2 cm sampai subkutis.
•Dibuat satu jahitan matras untuk mengikat selang.
•Jaringan subkutis dibebaskan secara tumpul dengan klem sampai mendapatkan pleura parietalis.
•Selang dan trokar dimasukkan ke dalam rongga pleura dan kemudian trokar ditarik. Pancaran cairan diperlukan untuk memastikan posisi selang toraks.
TINJAUAN
PUSTAKA
PENATALAKSANAANWater Shield Drainage (WSD)
• Setelah posisi benar, selang dijepit dan luka kulit dijahit serta dibebat dengan kasa dan plester.
• Selang dihubungkan dengan botol penampung cairan pleura. Ujung selang dihubungkan dengan botol penampung cairan pleura. Ujung selang diletakkan dibawah permukaan air sedalam sekitar 2 cm, agar udara dari luar tidak dapat masuk ke dalam rongga pleura.
• WSD perlu diawasi tiap hari dan jika sudah tidak terlihat undulasi pada selang, kemungkinan cairan sudah habis dan jaringan paru mengembang. Untuk memastikan dilakukan foto toraks.
• Selang torak dapat dicabut jika produksi cairan/hari <100ml dan jaringan paru telah mengembang. Selang dicabut pada saat ekspirasi maksimum.
TINJAUAN
PUSTAKA
PENATALAKSANAANPleurodesis
Pleurodesis adalah penyatuan pleura viseralis dengan parietalis
baik secara kimiawi, mineral ataupun mekanik, secara
permanen untuk mencegah akumulasi cairan maupunudara
dalam rongga pleura. Secara umum, tujuan dilakukannya
pleurodesis adalah untuk mencegah berulangnya efusi berulang
(terutama bila terjadi dengan cepat), menghindari torakosintesis
berikutnya dan menghindari diperlukannya insersi
chest tube
berulang, serta menghindari morbiditas yang berkaitan dengan
efusi pleura atau pneumotoraks berulang (
trapped lung
,
atelektasis,
pneumonia,
insufisiensi
respirasi,
tension
pneumothoraks). Efusi pleura maligna merupakan indikasi paling
utama pada pleurodesis.
TINJAUAN
PUSTAKA
PENATALAKSANAANPleurodesis
Beberapa keadaan yang dapat dianggap sebagai kontraindikasi
relatif pleurodesis meliputi:
•
Pasien dengan perkiraan kesintasan < 3 bulan.
•
Tidak ada gejala yang ditimbulkan oleh efusi pleura.
•
Pasien tertentu yang masih mungkin membaik dengan terapi
sistemik (kanker mammae, dll).
•
Pasien yang menolak dirawat di rumah sakit atau keberatan
terhadap rasa tidak nyaman di dada karena slang torakostomi.
•
Pasien dengan re-ekspansi paru yang tidak sempurna setelah
TINJAUAN
PUSTAKA
PROGNOSISVitally
: dubius ad
malam
Functionally
: dubius ad
malam
Sanationum
: dubius ad
malam
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: HS
Umur
: 41 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Kewarganegaraaan
: Indonesia
Alamat
: Jalan Kapten Cok
A Tresna
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Pegawai swasta
Status Pernikahan
: Menikah
Tgl MRS
: 19 Maret 2015
LAPORAN KASUS
ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA
: SESAK
LAPORAN KASUS
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit
Sekarang :
Pasien datang sadar pada tanggal 19 Maret 2015 dengan keluhan nafas sesak sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Sesak dirasakan saat pasien beraktivitas. Sesak dikeluhkan semakin lama semakin memberat sehingga pasien tidak dapat beraktivitas. Pasien juga mengeluhkan sangat sulit untuk tidur dikarenakan sangat sesak serta terjadi penurunan nafsu makan. Pasien mengatakan sesaknya tidak membaik meskipun berganti posisi duduk ataupun berbaring. Pasien juga mengeluhkan batuk sejak 1 bulan dan berdahak berwarna putih jernih. Pasien mengaku tidak mengalami peningkatan suhu tubuh (demam) sebelum masuk rumah sakit. Sebelumnya pasien sempat dirawat di RSUD Wangaya selama 5 hari karena keluhan sesak nafas.
Pasien mengakui bahwa 3 tahun yang lalu didiagnosa kanker paru oleh dokter. Pasien juga mengatakan mengalami penurunan berat badan kurang lebih sejak 2 tahun yang lalu dimana berat badan pasien sebelumnya 85 kg dan sekarang 60 kg. Riwayat hipertensi dan diabetes disangkal oleh pasien.
LAPORAN KASUS
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit
Sebelumnya :
Pasien mengaku terdiagnosis kanker paru post
kemoterapi seri ke-6. Pasien juga mengaku telah
mendapatkan pengobatan yaitu Paclitaxel dan
Cisplatin.
LAPORAN KASUS
ANAMNESIS
Riwayat
Keluarga :
Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang
memiliki riwayat penyakit sesak nafas, batuk yang
berkepanjangan, dan kanker paru.
LAPORAN KASUS
ANAMNESIS
Riwayat Sosial :
Pasien bekerja sebagai sales keliling. Pasien tidak
merokok, namun pasien mengatakan kebanyakan
teman kerjanya merokok. Pasien tidak meminum
minuman beralkohol.
LAPORAN KASUS
PEMERIKSAAN FISIK
Kondisi umum : Sakit Berat
Kesadaran
: Compos
mentis
GCS
: E4V5M6
Gizi
: Asupan baik
Tekanandarah : 110/80
mmHg
Nadi
: 120
kali/menit
Respirasi
: 28 kali/menit
Suhu aksila
: 36,5
oC
Berat badan
: 60 kg
Tinggi Badan
: 170 cm
BMI
: 20,76 kg/m2
Tanda-Tanda Vital ( 21 Maret 2015)LAPORAN KASUS
PEMERIKSAAN FISIK
Mata: anemis -/-, ikterus -/-, reflek pupil +/+ Isokor
THT :
Telinga
: daun telinga N/N, sekret tidak ada,
pendengaran normal
Hidung
: sekret tidak ada
Tenggorokan
: tonsil T1/T1 hiperemis (-), faring
hiperemis (-)
Lidah
: ulkus (-), papil lidah atrofi (-)
Bibir
: basah, stomatitis (-)
Leher
: JVP + 0 cm H
2O, pembesaran kelenjar getah bening
(-)
Pemeriksaan Umum
LAPORAN KASUS
PEMERIKSAAN FISIK
Thoraks
:
Cor :
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba, kuat angkat (-), thrill
(-)
Perkusi :
batas atas jantung ICS 2 sinistra
batas bawah jantung setinggi ICS 5
sinistra
batas kanan jantung tidak dapat
dievaluasi
batas kiri jantung midklavicula line sinistra
ICS5
LAPORAN KASUS
PEMERIKSAAN FISIK
Pulmo:
Inspeksi
: asimetris saat statis dan dinamis, retraksi (-)
Palpasi
: Tractil fremitus ↓/N
↓/N
↓/N
Perkusi
: redup/sonor
redup/sonor
redup/sonor
Auskultasi
: vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/-
↓/+
↓/↓
-/-LAPORAN KASUS
PEMERIKSAAN FISIK
Abdomen :
Inspeksi : distensi (-)
Auskultasi: bising usus (+) normal
Palpasi
: hepar tidak teraba, lien tidak teraba, ginjal tidak
teraba, nyeri tekan epigastrium (-)
Perkusi
: timpani (+), ascites (-)
Ekstremitas
: Akral hangat +/+
edema
+/+
-/-LAPORAN KASUS
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Parameter Hasil Unit Nilai Rujukan Keterangan WBC 13,81 x103/µL 4,10 – 11,00 Tinggi %NE 79,4 % 47,00 – 80,00 Normal %LY 8,50 % 13,00 – 40,00 Rendah %MO 6,10 % 2,00 – 11,00 Normal %EO 4,60 % 0,00 – 5,00 Normal %BA 0,10 % 0,00 – 2,00 Normal %LUC 1,20 % 0,00-4,00 Normal #NE 10,97 x103/µL 2,50 – 7,50 Tinggi #LY 1,18 x103/µL 1,00 – 4,00 Normal #MO 0,84 x103/µL 0,10 – 1,20 Normal #EO 0,64 x103/µL 0,00 – 0,50 Normal #BA 0,02 x103/µL 0,00 – 0,10 Normal #LUC 0,17 x103/µL 0,00-0,40 Normal RBC 4,35 x106/µL 4,50 – 5,90 Rendah HGB 12,7 g/dL 13,50– 17,50 Rendah HCT 35,3 % 36,00 – 46,00 Rendah MCV 81,0 fL 80,00 – 100,00 Normal MCH 29,3 Pg 26,00 – 34,00 Normal MCHC 36,1 g/dL 31,00 – 36,00 Normal CHCM 35,1 g/dL 30,00-37,00 Normal RDW 13,8 % 11,60 – 14,80 Normal HDW 4,70 g/dL 2,20-6,80 Normal PLT 167 x103/µL 150,00 – 440,00 Normal MPV 6,40 fL 6,80 – 10,00 Rendah Hematologi (25 Maret 2015)
LAPORAN KASUS
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kimia Klinik (23 Maret 2015)
Parameter Hasil Unit Nilai
Rujukan Keteranga n Natrium (Na) 134 mmol/L 136-145 Rendah
Kalium (K) 3,51 mmol/L 3,50-5,10 Normal
Parameter Hasil Unit Nilai Rujukan Keteranga n pH 7,34 7,35-7,45 Rendah PCO2 55 mmHg 35,00-45,00 Tinggi PO2 89 mmHg 80,00-100,00 Normal
BEecf 3,9 mmol/L -2-2 Tinggi
HCO3- 29,7 mmol/L 22,00-26,00 Tinggi SO2c 96 % 95,00-100,00 Normal TCO2 31,4 mmol/L 24,00-30,00 Tinggi AGD (23 Maret 2015)
LAPORAN KASUS
PEMERIKSAAN
PENUNJANG Urine Lengkap (23 Maret
2015)
Parameter Hasil Unit Nilai Rujukan
Keteranga n
SG 1020
pH 6 7,35-7,45 Rendah
Leukosit Negatif Leuco/uL Negatif
Nitrite Negatif Negatif
Protein(Urine) Negatif mg/dL Negatif
Glukosa(Urine )
Normal mg/dL Normal
KET Negatif Negatif
Urobilinogen Normal mg/dL Normal
Bilirubin(Urine )
Negatif mg/dL Negatif
ERY Negatif Ery/uL Negatif
Colour P.Yellow P.Yellow-Yellow
LAPORAN KASUS
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Parameter Hasil Unit Nilai Rujukan Keterangan RIVALTA Positif Units Negatif
PH 9,00 7,35-7,45 Tinggi Makroskopis Warna Merah Bekuan Positif Darah Positif Mikroskopis
Jumlah sel 844 Leukosit/mm3 <= 10 Tinggi
Mono 25 %
Poly 75 %
Eritrosit Penuh /lp < 3
Bentuk Utuh & Dismorfik
Kimia Klinik
Total protein 6,71 g/dL 6,40-8,30 Normal
Albumin 3,80 g/dL 3,40-4,80 Normal Glukosa Cairan Tubuh 144 mg/dL LDH 1254 U/L 240,00-480,00 Tinggi Cairan Pleura (19 Maret 2015)
LAPORAN KASUS
PEMERIKSAAN
PENUNJANG • Cor : batas kanan jantung
tertutup perselubungan, besar sulit ditentukan.
• Pulmo : tampak pemadatan batas tegas, tepi ireguler di paracardial kanan. Tampak perselubungan di supra hiler kanan dan parahiler kanan kiri dan paracardial kiri. • Sinus pleura kanan kiri tertutup
perselubungan
• Diaphragma kanan kiri tertutup perselubungan
• Tulang-tulang : tidak tampak kelainan
Kesan :
Suspect massa paru kanan
Suspect pleuropneumonia bilateral
Foto Thorax PA (24 Maret 2015)
LAPORAN KASUS
PEMERIKSAAN PENUNJANGSinus normal
HR : 100
Axis normal
Tidak ada ST
Elevasi
LAPORAN KASUS
DIAGNOSIS KERJA
•
Efusi Pleura Bilateral et causa
malignansi pulmo dd parapneumonia
•
Ca Paru Dekstra Post Kemoterapi seri
ke-6
LAPORAN KASUS
TERAPI
•
Hospitalized
•
IVFD NS 20 tpm
•
O
24 lpm facemask
•
Nebulizer Salbutamol 1 amp kerja panjang
•
N acetyl cysteine 3 x 20 mg
•
Cefoperazone 3 x 1 g IV
LAPORAN KASUS
USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
•
Kultur bakteri cairan pleura
•
Pengecatan gram bakteri
•
USG
•
PA Bronchoscopy
•
Biopsi efusi pleura
LAPORAN KASUS
MONITORING
•
Keluhan
•
Vital sign
LAPORAN KASUS
PROGNOSIS
Vitally
: dubius ad malam
Functionally
: dubius ad malam
LAPORAN KASUS
PEMBAHASAN
LANDASAN TEORI KASUS
Gejala klinis dapat berupa keluhan sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri bisa timbul akibat efusi yang banyak berupa nyeri pleuritik atau nyeri tumpul yang terlokalisir, pada beberapa penderita dapat timbul batuk. Keluhan
berat badan menurun dapat dikaitkan dengan neoplasma dan tuberkulosis,
batuk berdarah dikaitkan dengan
neoplasma, emboli paru dan
tuberkulosa yang berat. Demam subfebris pada tuberkulosis, demam menggigil pada empiema, ascites pada sirosis hepatis
Pasien pria berusia 41 tahun ini datang dengan keluhan sesak napas. Sesak dirasakan saat pasien beraktivitas dan dikeluhkan semakin lama semakin memberat sehingga pasien tidak dapat beraktivitas. Pasien juga mengeluhkan sangat sulit untuk tidur dikarenakan sangat sesak serta terjadi penurunan nafsu makan, batuk, dan penurunan berat badan.
Keluhan sesak dapat timbul akibat terjadinya timbunan cairan dalam rongga pleura yang akan memberikan kompresi
patologis pada paru sehingga
ekspansinya terganggu dan sesak tidak disertai bunyi tambahan karena bronkus tetap normal.
Pasien menyatakan bahwa sesak yang terasa tidak berkurang dalam posisi duduk ataupun dengan berbaring.
LAPORAN KASUS
PEMBAHASAN
LANDASAN TEORI KASUS
Batuk pada efusi pleura kemungkinan disebabkan oleh rangsangan pada pleura oleh karena cairan pleura yang berlebihan, proses inflamasi, ataupun
masa pada paru-paru.
Pasien juga mengeluh batuk yang berlangsung sesekali sejak munculnya keluhan sesak nafas. Batuk pasien disertai dengan dahak berwarna putih jernih
dan tidak disertai dengan panas badan
maupun berkeringat malam hari. Batuk darah ataupun berwarna kuning kental disangkal oleh pasien.
Keluhan penurunan berat badan tanpa disertai demam biasanya ditemukan pada efusi pleura karena keganasan. Dugaan ini semakin kuat terkait hasil anamnesis dengan pasien yang mempunyai riwayat kanker paru sejak 3 tahun yang lalu.
Pasien juga mengeluh adanya penurunan nafsu makan dan berat badan tanpa alasan semenjak muncul keluhan batuk. Pasien mengaku tidak mengalami panas badan baik sebelum maupun selama munculnya keluhan-keluhan diatas.
LAPORAN KASUS
PEMBAHASAN
LANDASAN TEORI KASUS
Sesuai kepustakaan, sesak pada kelainan paru dan jantung memiliki pola cepat dan dangkal, berbeda dengan sesak akibat penyakit metabolik dimana pola nafas cenderung cepat dan dalam.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan laju respirasi meningkat hingga 28x/menit dan nadi meningkat hingga 120x/menit. Nafas yang terlihat pada pasien ini adalah pola
cepat dan dangkal. Pada pemeriksaan fisik leher, harus dicari
tanda pendorongan pada organ
mediastinum pada pasien yang datang dengan keluhan sesak. Pasien dengan efusi pleura masif dapat menunjukkan tanda-tanda desakan organ mediastinum yang salah satunya ditandai dengan trakea yang terdorong kearah paru yang sehat serta adanya distensi vena jugularis
Pada pasien ini tanda pendorongan mediastinum tidak didapatkan yang kemungkinan dikarenakan efusi pleura terdapat pada kedua bagian paru. Hal ini didukung pula dengan hasil foto rontgen Thoraks AP pada kedua sisi paru sebelumnya.
LAPORAN KASUS
PEMBAHASAN
LANDASAN TEORI KASUS
Sesuai kepustakaan, hal yang dapat menimbulkan hambatan dalam pengembangan paru saat inspirasi sehingga bagian paru yang mengalami gangguan akan tertinggal terdapat pada
pneumothoraks dan efusi pleura.
Pada pemeriksaan fisik paru didapatkan tidak adanya paru yang tertinggal pada paru kiri ataupun kanan pada kondisi statis namun terlihat sedikit paru kanan tertinggal pada saat dinamis. Pada saat dinamis ketika pasien bernapas, paru kanan tertinggal dibanding paru kiri. Hasil ini juga didapatkan saat palpasi paru untuk memastikan adanya bagian paru yang tertinggal saat inspirasi.
Pada pneumothoraks akan menimbulkan bunyi hipersonor pada lapang paru yang terkena pneumothoraks. pada efusi pleura
terdapat hambatan hantaran resonansi udara dari alveoli menuju dinding dada sehingga suara perkusi akan menimbulkan
bunyi redup.
Pemeriksaan perkusi pada pasien ini didapatkan suara yang lebih redup pada dua pertiga bawah lapang paru kanan dan kiri.
LAPORAN KASUS
PEMBAHASAN
LANDASAN TEORI KASUS
Secara teori, melemahnya suara nafas
dapat disebabkan oleh atelektasis
ataupun efusi pleura paru.
Pada hasil auskultasi didapatkan suara vesikuler yang melemah pada 2/3 bagian bawah lapang paru kiri dan 1/3 bawah lapang paru kanan
Perselubungan dapat juga ditemukan pada pneumonia, adanya massa, dan efusi pleura. Pada efusi pleura, foto thoraks yang dihasilkan umumnya akan membentuk suatu meniskus karena
rongga pleura terisi cairan.
Pada foto thoraks didapatkan perselubungan luas di paru bagian kanan dan kiri. Tidak terdapat tanda tanda pendorongan organ pada foto thoraks pasien ini.
LAPORAN KASUS
PEMBAHASAN
LANDASAN TEORI KASUS
Kriteria Light antara lain: 1) Rasio antara LDH cairan pleura dan LDH serum lebih dari 0.6; 2) Kadar LDH pleura lebih dari 2/3 dari batas atas referensi dari LDH serum; 3)
Rasio kadar protein pleura dan protein serum lebih dari 0.5. Jika memenuhi kriteria tersebut maka dipastikan cairan pleura tersebut bersifat eksudat.
Pada pasien ini ditemukan kadar protein pleura 6,71, LDH pleura 1.254, protein serum 6,72, dan kadar LDH serum 908. Dari angka tersebut didapatkan rasio LDH pleura/LDH serum 1,38 sedangkan rasio protein pleura/protein serum adalah 0,99.
Oksigen untuk meningkatkan oksigenasi jaringan, NaCl untuk menggantikan/ menjaga kebutuhan cairan, N-acetycysteine sebagai mukolitik untuk mengurangi batuk yang timbul, sedangkan antibiotika untuk mengeradikasi bakteri.
Pada pasien ini diberikan oksigen 4 lpm via nasal kanul, IVFD NaCl 20 tetes per menit, N-acetylcysteine, dan Cefoperazone 3 x 1 mg secara intravena.
Evakuasi cairan pleura adalah hal yang diutamakan dalam mengurangi rasa sesak pasien. Diambil 1000 -1500 ml untuk menghindari terjadinya pleural shock akibat alveoli yang terlalu cepat mengembang.
Pengambilan cairan pleura dengan torakosintesis
SIMPULAN
Efusi pleura merupakan adanya penumpukan cairan pada rongga pleura. Adanya penumpukan cairan ini
menimbulkan berbagai keluhan dan tanda seperti misalnya sesak, nyeri dada, tertinggalnya bagian paru yang
mengalami efusi, serta redupnya taktil fremitus dan suara nafas pasien. Pemeriksaan penunjang umum yang
disarankan antara lain pemeriksaan foto thoraks, lab darah lengkap serta laboratorik pungsi cairan pleura. Pada
pasien laki-laki berusia 41 tahun ini didapatkan tanda tanda yang serupa dengan manifestasi klinis efusi pleura dengan pemeriksaan fisik dan penunjang yang mendukung. Namun pada pasien ini etiologi terjadinya efusi masih belum dapat ditemukan secara pasti meskipun ditemukan adanya masa tumor pada riwayat penyakit sebelumnya. Pasien mendapat terapi simptomatik dan antibiotik sembari menunggu hasil kultur. Cairan efusi pleura dievakuasi lewat torakosintesis di awal. Prognosis pasien ini dikhawatirkan buruk akibat kausa yang belum jelas, usia lanjut, dan efusi yang terus beranjut meskipun cairan sudah dievakuasi berulang kali.