• Tidak ada hasil yang ditemukan

dan vitamin E untuk membantu penyerapan Zn, karena untuk meningkatkan penyerapan Zn membutuhkan bantuan senyawa lain seperti vitamin E.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "dan vitamin E untuk membantu penyerapan Zn, karena untuk meningkatkan penyerapan Zn membutuhkan bantuan senyawa lain seperti vitamin E."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBAHASAN UMUM

Pemenuhan kebutuhan protein hewani tidak mudah dicapai apabila hanya mengandalkan produksi dari ternak-ternak tertentu saja. Demikian halnya produksi susu, tidak harus bergantung pada sapi perah saja, tetapi dapat memaksimalkan potensi ternak penghasil susu lainnya. Kambing peranakan etawah (PE) adalah salah satu jenis ternak yang memiliki prospek cukup baik sebagai ternak perah. Namun sampai saat ini, produksi susunya relatif masih rendah. Rendahnya produksi susu ini berkaitan erat dengan penyediaan pakan. Perbaikan mutu pakan melalui suplementasi atau fortifikasi, sangat mendukung optimalisasi produksi. Dari berbagai sumber, diketahui bahwa daun bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour), dapat membantu

menstimulir produksi susu. Lawrence et al. (2005) menyatakan bahwa dalam

tanaman daun bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour) ditemukan komponen utama

yang bersifat lactagogue. Hal ini telah dibuktikan melalui beberapa penelitian, di antaranya Santosa (2001), yang mendapatkan peningkatan produksi air susu ibu (ASI) sampai 47.4 % pada ibu menyusui dan pertambahan bobot badan bayi lebih tinggi. Penelitian lain yang dilakukan Damanik et al. (2001), menunjukkan bahwa

pada ibu melahirkan, konsumsi daun bangun-bangun membantu mengontrol

postpartum bleeding dan berperan sebagai uterine cleansing agent, sedangkan pada

ibu menyusui, konsumsi daun bangun-bangun dapat menstimulir produksi susu, tanpa efek merugikan.

Produksi susu pada ternak perah tidak hanya dipengaruhi oleh faktor pakan, tetapi juga oleh proses metabolisme yang berlangsung dalam rumen, penyerapan zat gizi dan ketersediaan zat gizi dalam darah untuk proses pembentukan air susu. Proses ini melibatkan banyak faktor seperti enzim dan hormon. Aktivitas kedua faktor tersebut bergantung pada senyawa mikro seperti mineral dan vitamin. Zn adalah mineral yang terlibat dalam berbagai aktivitas enzim metabolisme, tetapi ketersediaan Zn pada ternak ruminansia rendah. Hal ini disebabkan karena pakan ternak ruminansia khususnya hijauan, rendah kandungan Zn dan penyerapannya dalam tubuh rendah. Kondisi ini dapat diperbaiki dengan suplementasi Zn dalam ransum

(2)

dan vitamin E untuk membantu penyerapan Zn, karena untuk meningkatkan penyerapan Zn membutuhkan bantuan senyawa lain seperti vitamin E.

Dalam mengatasi masalah produksi susu, perlu dipahami terlebih dahulu bagaimana karakteristik dan kandungan gizi tanaman daun bangun-bangun, apakah suplementasi tanaman tersebut dapat memperbaiki produksi susu, adakah pengaruh terhadap metabolisme rumen dan apakah ada efek sinergis di antara suplementasi daun bangun-bangun dan Zn-vitamin E terhadap metabolisme rumen dan produksi susu kambing PE. Untuk menjawab permasalahan ini, dilakukan percobaan pendahuluan yaitu percobaan penanaman daun bangun-bangun untuk mengetahui karakteristik dan kandungan gizi tanaman dan dilanjutkan dengan dua percobaan utama yaitu percobaan in vitro untuk menguji efek suplementasi daun

bangun-bangun dan Zn-vitamin E terhadap metabolisme rumen in vitro dan percobaan in vivo

untuk mengaplikasikan suplementasi daun bangun-bangun dan Zn-vitamin E dalam ransum kambing PE dan mengkaji efeknya terhadap produksi susu.

Melalui penanaman daun bangun-bangun, diketahui beberapa karakter tanaman yaitu mudah dibiakkan dengan stek ; berbatang bulat, sedikit berbulu dan lunak ; daunnya berbentuk bulat lonjong seperti bed pingpong dan bergerigi. Tanaman dapat mencapai tinggi 50 – 80 cm dan memiliki warna bunga ungu muda. Tanaman mulai tumbuh akar 4 – 7 hari setelah tanam dan pada umur dua bulan, mulai muncul anakan pada ketiak daun, dengan jumlah anakan 2 – 10. Pada umur tiga bulan, batang tanaman mulai berubah warna dari hijau menjadi merah, sedangkan mulai bulan keempat sampai keenam, tanaman mencapai tinggi dan lebar daun maksimal, batang tanaman berwarna merah, bertambah keras dan mulai berbunga. Tanaman yang terlalu tinggi, mudah rebah ke tanah dan cenderung mengalami pembusukan. Selama penanaman diketahui hama tanaman seperti belalang, bekicot, semut, kepik dan ulat. Tanaman daun bangun-bangun tidak tahan terhadap curah hujan dan penyinaran yang berlebihan (mudah busuk atau layu), dapat tumbuh lebih baik apabila terdapat tanaman pelindung dan dapat dipanen paling cepat umur 2 bulan. Hasil analisis memperlihatkan bahwa zat gizi yang terkandung dalam daun bangun-bangun cukup baik. Kandungan gizi yang cukup tinggi dalam daun bangun-bangun, mempengaruhi

(3)

kandungan gizi ransum secara keseluruhan. Hal ini menjelaskan bahwa apabila ternak mengkonsumsi ransum basal dan daun bangun-bangun, maka konsumsi zat gizi juga mengalami peningkatan dibandingkan dengan ternak yang hanya mengkonsumsi ransum basal. Demikian, pula, semakin tinggi konsumsi daun bangun-bangun, semakin bertambah pula asupan gizi. Berdasarkan hasil pengamatan selama percobaan penanaman, dapat diprediksi produksi tanaman sebesar 7 500 kg/ha.

Pada percobaan in vitro, didapatkan bahwa akibat suplementasi daun

bangun-bangun ada perubahan terhadap metabolisme rumen in vitro, melalui perubahan

beberapa peubah yaitu KCBK meningkat sebesar 11.00 – 24.14 % dan KCBO meningkat sebesar 9.82 – 23.12 %. Besarnya peningkatan KCBK dan KCBO berkorelasi positif dengan suplementasi daun bangun-bangun (r= 0.65 ; r = 0.66), tetapi di antara KCBK dan KCBO dengan suplementasi Zn-vitamin E, keeratan hubungannya tidak nyata (r = 0.12; r = 0.15). Suplementasi daun bangun-bangun dalam ransum meningkatkan KCBK dan KCBO berturut-turut sebesar 11.00 – 24.14 % dan 9.82 – 23.11 %. Adanya peningkatan kecernaan sangat mungkin terjadi karena carvacrol merupakan senyawa yang dapat mereduksi kecepatan deaminasi asam amino dan degradasi protein (Castillejos et al. 2005), juga dapat mengurangi

kecepatan peptidolisis (Calsamiglia et al. 2007b). Penghambatan atau pengurangan

kecepatan deaminasi asam amino, degradasi protein dan peptidolisis tersebut, praktis berimplikasi terhadap lepasnya perombakan protein (Busquet et al. 2006). Dengan

demikian, jumlah protein yang dicerna dan diserap akan meningkat, sehingga secara langsung juga berpengaruh terhadap meningkatnya kecernaan bahan kering dan bahan organik. Peningkatan kecernaan juga dipengaruhi oleh suplementasi Zn-vitamin E. Hal ini disebabkan selain karena senyawa carvacrol dalam daun bangun-bangun, juga karena fungsi katalitik Zn dan fungsi vitamin E dalam melindungi oksidasi lemak dan kerusakan sel. Namun melihat keeratan hubungan di antara kecernaan dan suplementasi Zn-vitamin E yang tidak nyata, maka diduga pada kondisi tertentu, suplementasi Zn-vitamin E tidak akan memberikan pengaruh terhadap kecernaan.

(4)

Produksi VFA merupakan hasil metabolisme pakan dalam rumen. Dalam penelitian ini diperoleh rataan nilai VFA total in vitro berkisar antara 111.16 - 167.12

mM, dan cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya level daun bangun-bangun dan adanya suplementasi Zn-vitamin E. Menurut Sutardi (1981), produksi VFA total yang layak bagi kelangsungan hidup normal ternak ruminansia adalah 80 – 160 mM. Itu berarti produksi VFA hasil penelitian ini masih termasuk normal, bahkan cenderung lebih tinggi. Produksi VFA mengalami peningkatan yang sangat nyata (P<0.01) dengan adanya suplementasi daun bangun-bangun dan Zn-vitamin E. Produksi VFA total berkorelasi positif dengan suplementasi daun bangun-bangun (r = 0.66), sedangkan antara produksi VFA total dan suplementasi Zn-Vitamin E keeratan hubungannya tidak nyata (r = 0.09). Suplementasi daun bangun-bangun dalam ransum meningkatkan produksi VFA total sebesar 17.14 – 41.25 %. Hasil penelitian ini masih lebih tinggi dibandingkan hasil penelitian Benchaar et al. (2007),

dengan menggunakan ekstrak tanaman oregano, yang menghasilkan VFA sebesar 101.3 mM, atau meningkat sebesar 7.77 % dibandingkan dengan kontrol (94.0 mM). Produksi VFA total yang meningkat cukup tinggi, juga diduga karena meningkatnya KCBK dan KCBO, sehingga ketersediaan substrat lebih banyak, untuk bakteri dalam memproduksi VFA. Hal ini terlihat dari adanya keeratan hubungan yang positif di antara produksi VFA dengan KCBK dan KCBO (r = 0.98 ; r = 0.98). Menurut Hobson and Stewart (1997), ketersediaan substrat sangat penting baik bagi kehidupan mikroba rumen, maupun dalam proses fermentatif dan metabolisme untuk menyediakan energi bagi induk semang (ternak). Peningkatan produksi VFA total in

vitro juga disebabkan oleh adanya suplementasi Zn-vitamin E, yang meningkatkan

produksi VFA total sebesar 9.13 %. Hasil penelitian ini relevan dengan hasil penelitian Berzaghi et al. (1996) yang mendapatkan bahwa penggunaan vitamin E

(550 IU/kg) dan Zn (1325 ppm) sebagai suatu suplemen campuran vitamin-mineral (5%) dalam pakan, menghasilkan VFA total 150 mM/L, lebih tinggi dari pakan tanpa suplemen vitamin-mineral yang menghasilkan VFA total 148 mM/L.

Produksi N-NH3 merupakan produk utama dari proses deaminasi asam amino. Produksi N-NH3 in vitro pada penelitian ini menurun sangat nyata (P<0.01), dengan

(5)

adanya suplementasi daun bangun-bangun, tetapi di antara level suplementasi daun bangun-bangun, penurunan N-NH3 tidak nyata (P>0.01), sedangkan suplementasi Zn-vitamin E tidak nyata (P>0.01) mempengaruhi produksi N-NH3. Produksi N-NH3 berkorelasi negatif dengan suplementasi daun bangun-bangun ( r = - 0.50), sedangkan di antara produksi N-NH3 dengan suplementasi Zn- vitamin E tidak ada hubungan (r = - 0.01). Penurunan kadar NH3 yang disebabkan suplementasi daun bangun-bangun dalam ransum berkisar antara 9.04 – 16.52 %. Namun demikian, kadar N-NH3 hasil penelitian ini, yang berkisar antara 8.57 – 10.29 mM, masih berada dalam kisaran normal, sesuai rekomendasi Preston and Leng (1987), yaitu kadar NH3 yang mendukung pertumbuhan mikroba dalam rumen adalah 4 - 14 mM. Kadar N-NH3 kurang dari batas minimum kisaran normal dapat mengganggu proses fermentasi. Terjadinya penurunan kadar NH3 yang signifikan, diduga karena adanya reaksi senyawa aktif dalam daun bangun-bangun. Menurut Calsamiglia et al.

(2007b), senyawa phytophenol seperti carvacrol, thymol dan eugenol dalam tanaman dapat mereduksi kecepatan proteolisis, peptidolisis dan deaminasi protein oleh mikroba, sehingga lebih banyak protein yang lolos degradasi atau menjadi protein bypass. Dengan demikian, produksi NH3 sebagai bagian dari metabolisme nitrogen (degradasi dan deaminasi) mengalami penurunan. Kondisi ini juga menggambarkan bahwa ketersediaan substrat protein untuk mikroba semakin menurun, sehingga jumlah populasi mikroba proteolitik juga mengalami penurunan. Hal ini berbanding terbalik dengan produksi VFA, yang terlihat dari adanya korelasi negatif di antara kedua variabel tersebut (r = 0.94). Clarke and Bauchop (1977), menyatakan bahwa bakteri proteolitik membutuhkan substrat protein untuk membentuk protein mikroba dan memproduksi NH3, yang juga dapat digunakan sebagai sumber energi bagi ternak ruminansia. Selanjutnya, Leng (1990) mengemukakan bahwa apabila ketersediaan substrat berkurang, maka jumlah populasi mikroba yang memanfaatkan substrat tersebut akan berkurang, sehingga produk akhir jenis mikroba ini juga akan menurun. Suplementasi Zn-vitamin E tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap produksi N-NH3. Hal ini diduga karena adanya penurunan aktivitas enzim untuk proses pencernaan protein (degradasi dan deaminasi), yang dapat menghasilkan

(6)

N-NH3, sehingga peran Zn-vitamin E untuk meningkatkan kerja enzim tersebut dalam metabolisme menjadi berkurang. Menurut Cousins (1996), zn berperan sebagai komponen maupun kofaktor enzim, sehingga aktivitas enzim dapat ditingkatkan dengan adanya Zn, yang ketersediaannya ditingkatkan dengan adanya vitamin E. Dengan demikian, apabila ketersediaan enzim berkurang, maka peran Zn juga akan berkurang. Hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian Bargo dan Muller (2005) yang mendapatkan bahwa penggunaan 58,59 mg/kg Zn dan 1363 mg/kg vitamin E, yang merupakan jumlah penggunaan di atas batas optimum, dalam campuran konsentrat sapi laktasi, tidak berpengaruh terhadap produksi N-NH3.

Nilai pH cairan rumen penting untuk mendukung pertumbuhan mikroba rumen dan mengatur proses fermentasi dalam rumen. Dari hasil percobaan in vitro diperoleh

pH cairan rumen in vitro berkisar antara 6.14 sampai 6.26. Nilai pH ini masih

termasuk nilai pH normal untuk kehidupan mikroba dan berlangsungnya proses fermentasi dalam rumen, yaitu pada kisaran 5.5 sampai 7 (Leng 1990). Nilai pH yang tetap dipertahankan berada dalam kisaran normal, tidak terlepas dari fungsi Zn dan vitamin E yaitu berperan dalam homeostasis asam basa (Piliang 2001) dan menjaga integritas membran sel (Hughes 2003). Selain itu, dalam daun bangun-bangun juga terdapat senyawa yang bersifat buffer. Menurut Lawrence et al. (2005), senyawa

yang bersifat buffer dalam daun bangun-bangun tergolong dalam kelompok senyawa farmakoseutika, yang jumlahnya berkisar 10 – 30 %. Senyawa tersebut dapat berperan dalam menjaga keseimbangan asam-basa.

Kadar pH cairan rumen berkorelasi negatif dengan suplementasi daun bangun-bangun (r = - 0.51), sedangkan kadar pH cairan rumen dan suplementasi Zn-vitamin E tidak memiliki keeratan hubungan. Penurunan pH yang disebabkan oleh suplementasi daun bangun-bangun berkisar antara 0.08 – 0.10 poin, diduga berkaitan erat dengan meningkatnya produksi VFA. Semakin meningkat produksi VFA, semakin meningkat pula kadar keasaman cairan rumen. Hasil pengujian menunjukkan adanya korelasi negatif di antara pH rumen dengan VFA (r = -0.67). Dengan kata lain, semakin meningkat produksi VFA, semakin meningkat pula keasaman cairan rumen. Penelitian yang dilaporkan Benchaar et al. (2007), juga mendapatkan hasil

(7)

yang sama yaitu penggunaan ekstrak tanaman oregano dapat meningkatkan produksi VFA dari 94.0 mM menjadi 101.3 mM dan pH rumen mengalami penurunan 0.08 poin. Penurunan pH diduga akan mempengaruhi jumlah dan jenis populasi mikroba. Clarke and Bauchop (1977), menyatakan bahwa perubahan pH ke arah basa akan menghambat pertumbuhan mikroba dari jenis ciliata, sebaliknya perubahan pH yang menjadi semakin asam akan merubah pola pencernaan ke arah pemanfaatan substrat dari golongan karbohidrat.

Suplementasi daun bangun-bangun sangat nyata (P<0.01) menurunkan jumlah mikroba, sedangkan suplementasi Zn-vitamin E tidak nyata mempengaruhi (P>0.01) jumlah mikroba cairan rumen. Demikian halnya di antara level suplementasi daun bangun-bangun, penurunan jumlah mikroba tidak nyata (P>0.01). Jumlah mikroba rumen berkorelasi negatif dengan suplementasi daun bangun-bangun (r = - 0.59), sedangkan jumlah mikroba cairan rumen dengan suplementasi Zn-vitamin E, korelasinya tidak nyata (r = 0.11). Meskipun mengalami penurunan 1 – 6 (x 105) cfu/ml, jumlah mikroba hasil penelitian ini, yang berkisar antara 46 x 105 sampai 54 x 105 cfu/ml, masih termasuk dalam jumlah normal untuk berlangsungnya proses fermentasi dalam rumen, berdasarkan rekomendasi Leng (1990), yaitu pada kisaran 46 x 105 sampai 52 x 105. Hal ini diduga karena level penggunaan daun bangun-bangun yang mengandung senyawa antimikrobial, masih dalam batas toleransi kondisi rumen dan adanya senyawa-senyawa yang bersifat penstabil dalam daun bangun-bangun. Menurut Clarke and Bauchop (1977), kondisi rumen sangat mempengaruhi populasi dan aktivitas mikroba. Apabila kondisi stabil, maka populasi dan aktivitas mikroba tetap dipertahankan pada keadaan normal. Salah satu faktor yang menentukan kondisi rumen adalah pH. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa suplementasi daun bangun-bangun nyata menurunkan kadar pH rumen, meskipun nilai tersebut masih berada pada kisaran normal yaitu 6.15 sampai 6.25. Jumlah mikroba juga memperlihatkan korelasi positif dengan kadar pH (r = 0.54). Dengan kata lain, semakin menurun kadar pH, maka jumlah mikroba juga semakin menurun, tetapi senyawa yang bersifat buffer atau penstabil, seperti yang ditemukan dalam daun bangun-bangun (Lawrence et al. 2005), membantu menjaga kestabilan kondisi

(8)

rumen, sehingga populasi dan aktivitas mikroba dapat dipertahankan (Chavez et al.

2007). Namun demikian,diduga terjadi perubahan jenis mikroba dan pola pencernaan dalam rumen, karena penurunan pH yang terjadi berkorelasi dengan peningkatan produksi VFA (r = -0.67) dan N-NH3 (r = 0.72). Penurunan kadar N-NH3 menunjukkan adanya penurunan pencernaan protein, sedangkan peningkatan kadar VFA menggambarkan adanya peningkatan pencernaan karbohidrat. Mekanisme ini memperlihatkan adanya perubahan jenis mikroba yaitu berkurangnya jenis mikroba proteolitik dan meningkatnya jenis mikroba selulolitik. Menurut Clarke and Bauchop (1977), jenis mikroba akan sangat tergantung dari ketersediaan substrat. Dalam hal ini, substrat protein lebih banyak lolos degradasi, sehingga ketersediaan substrat protein menurun. Dengan demikian jenis mikroba proteolitik juga berkurang. Hal ini tentunya memerlukan pengujian lebih lanjut, karena dalam penelitian ini, hanya mengukur jumlah mikroba total.

Tendensi penurunan jumlah mikroba cairan rumen, dengan adanya suplementasi daun bangun-bangun diduga karena adanya senyawa aktif golongan farmakoseutika dalam daun bangun-bangun, di antaranya thymol yang bersifat antimikrobial (Lawrence et al. 2005). Penurunan jumlah mikroba untuk ternak ruminansia tentunya

perlu dikuatirkan. Namun beberapa hasil penelitian mengungkapkan bahwa jenis mikroba yang dipengaruhi oleh senyawa aktif daun bangun-bangun adalah jenis mikroba patogen. Hasil penelitian lain yang dilaporkan oleh Evans and Martin (2000), mendapatkan bahwa penggunaan thymol dengan dosis 45 g/ml dan 90.7 g/ml dapat menghambat pertumbuhan bakteri, khususnya bakteri dari jenis streptococcus, sehingga dapat mempengaruhi jumlah mikroba keseluruhan. Demikian halnya beberapa peneliti lain telah menemukan bahwa thymol dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen dalam saluran pencernaan, seperti jenis Basillus (Delgado et al. 2004, Periago et al. 2004) dan Eschericia (Kisko and Roller 2005).

Pada percobaan in vivo, diperoleh bahwa suplementasi daun bangun-bangun

meningkatkan kandungan gizi ransum dan konsumsi ransum, yang secara langsung mempengaruhi jumlah konsumsi bahan kering dan zat gizi ransum. Konsumsi zat gizi makro meningkat sekitar 2.33 – 23.12 % dan zat gizi mikro meningkat

(9)

sekitar 1.11 – 224.43 %. Jumlah konsumsi dipengaruhi banyak faktor yang saling berinteraksi, di antaranya aspek anatomi, status fisiologi, bobot badan, tingkat produksi, kandungan nutrisi dan palatabilitas. Fisher (2002) menyatakan bahwa pada ruminansia sistem pencernaan dan tingkah laku makan dapat menjadi faktor penentu jumlah konsumsi pakan. Dalam beberapa kasus variasi pakan, kandungan gizi terutama protein dan energi, serta palatabilitas pakan, dapat meningkatkan jumlah konsumsi pada ruminansia. Hal ini terlihat juga selama penelitian, dengan penggunaan daun bangun-bangun, konsumsi pakan ini tidak pernah tersisa. Menurut Haenlein (2002), pada ternak kambing pakan yang disukai atau palatabel, akan dikonsumsi lebih banyak dan faktor palatabilitas ini saling berkaitan dengan kandungan gizi, kecernaan dan konsumsi.

Hasil pengujian menunjukkan adanya korelasi positif di antara suplementasi daun bangun-bangun dengan konsumsi bahan kering (r = 0.90), protein (r = 0.96), lemak (r = 0.93), serat kasar (r = 0.80), TDN (r = 0.92), Ca (r = 0.90) dan P (r = 0.99), tetapi dengan suplementasi Zn-vitamin E, korelasi tersebut tidak nyata. Sebaliknya suplementasi Zn-vitamin E berkorelasi positif dengan konsumsi Zn (r = 0.98) dan vitamin E (r = 0.99), tetapi dengan suplementasi daun bangun-bangun, korelasinya tidak nyata. Hal ini diduga karena kandungan nutrient yang cukup tinggi dalam daun bangun-bangun, meningkatkan kandungan gizi ransum secara keseluruhan. Mertens (1987) mengemukakan bahwa konsumsi adalah faktor esensial yang perlu diperhatikan, sebagai dasar untuk hidup dan berproduksi. Konsumsi berhubungan erat dengan karakteristik ternak, seperti bobot badan, level produksi dan karakteristik pakan, seperti kandungan nutrisi. Dengan demikian, semakin meningkat bobot badan dan produksi ternak serta nilai nutrisi dari pakan yang diberikan pada ternak, relatif akan meningkatkan konsumsi. Demikian halnya menurut Min et al. (2005),

meningkatnya kualitas ransum dengan penambahan bahan lain yang dapat meningkatkan jumlah zat gizi mudah dicerna, secara linier akan meningkatkan konsumsi ransum. Selain kandungan nutrisi, diduga ada senyawa lain dalam daun bangun-bangun yang berperan dalam meningkatkan selera makan ternak. Hal ini terlihat juga selama penelitian, dengan penggunaan daun bangun-bangun,

(10)

konsumsi hijauan meningkat dan konsumsi daun bangun-bangun serta konsentrat tidak pernah tersisa. Secara pasti faktor tersebut belum diketahui, namun menurut Sahelian (2006), dalam beberapa tanaman herba terdapat senyawa yang diduga dapat mempengaruhi sistem saraf pusat dalam hal pengaturan rasa lapar. Senyawa tersebut dapat meningkatkan atau menurunkan selera makan. Namun jenis senyawa tersebut belum teridentifikasi. Lawrence et al. (2002) menambahkan bahwa dalam daun

bangun-bangun terdapat golongan senyawa farmakoseutika yang perannya bervariasi di antaranya berhubungan dengan palatabilitas. Tidak adanya perbedaan konsumsi bahan kering, protein, lemak, serta kasar, TDN dan vitamin E, di antara level suplementasi daun bangun-bangun diduga karena kandungan gizi ransum dan konsumsi hijauan, di antara level suplementasi daun bangun-bangun tersebut tidak jauh berbeda. Hal ini terlihat dari perubahan kadar zat gizi yang hanya sebesar 0.01 – 3.82 % dan peningkatan jumlah konsumsi hijauan sebesar 7.67 – 13.42 %, di antara level suplementasi daun bangun-bangun, apabila dibandingkan dengan tanpa suplementasi daun bangun-bangun.

Suplementasi Zn-vitamin E tidak memperlihatkan pengaruh yang berarti terhadap konsumsi bahan kering dan zat gizi ransum dari kambing PE, kecuali terhadap konsumsi Zn dan vitamin E. Namun demikian, ada kecenderungan penggunaan zinc-vitamin E, menghasilkan konsumsi bahan kering dan zat gizi lebih tinggi dibanding tanpa penggunaan zinc-vitamin E. Menurut Lonnerdal (1988), mekanisme interaksi Zn-vitamin E tidak terlihat pada perubahan konsumsi ternak, namun berada pada level membran. Dengan kata lain, ada tidaknya pengaruh dari suplementasi Zn-vitamin E, akan terlihat setelah proses metabolisme berlangsung.

Pengukuran kadar komponen kimia dalam darah sangat penting dalam menentukan status gizi ternak dan metabolisme yang berlangsung dalam tubuh ternak. Suplementasi daun bangun-bangun dan Zn-vitamin E dalam ransum dapat meningkatkan kadar komponen dalam darah. Kedua suplemen berinteraksi secara signifikan (P<0.01) dalam meningkatkan ketersediaan lemak, glukosa, Ca dan Zn dalam darah, sedangkan terhadap kadar protein, P dan vitamin E, hanya dipengaruhi oleh masing-masing faktor tunggal suplemen yang diberikan dan

(11)

pengaruhnya signifikan (P<0.01). Hasil penelitian memperlihatkan adanya korelasi positif di antara kadar protein (r = 0.93), glukosa (r = 0.61), Ca (r = 0.59) dan P (r = 0.70) dalam darah dengan suplementasi daun bangun-bangun, tetapi terhadap komponen lainnya, korelasinya tidak nyata, sedangkan komponen lemak (r = 0.81), glukosa (r = 0.64), Ca (r = 0.66), Zn (r = 0.84) dan Vitamin E (r = 0.70) dalam darah berkorelasi positif dengan suplementasi Zn-vitamin E. Hasil ini menunjukkan bahwa suplementasi daun bangun-bangun berperan dalam meningkatkan kadar protein, glukosa, Ca dan P dalam darah, yang diduga karena meningkatnya jumlah konsumsi protein, lemak, Ca dan P. Bio-Tech Research (2008), mengemukakan bahwa pada ruminansia kadar protein, lemak dan glukosa dalam darah, tergantung dari asupan, metabolisme dalam rumen, penyerapan dalam usus dan transport komponen tersebut ke dalam darah. Apabila konsumsi protein, lemak dan glukosa tinggi dan metabolisme dalam rumen berlangsung optimal, maka absorpsi komponen tersebut akan lebih baik, sehingga transport komponen tersebut ke dalam darah menjadi lebih banyak. Demikian halnya, suplementasi Zn-vitamin E dapat meningkatkan kadar lemak, Zn dan vitamin E, serta bersama suplementasi daun bangun-bangun, dapat lebih meningkatkan kadar glukosa dan Ca dalam darah. Hal ini diduga erat kaitannya dengan konsumsi dan peran Zn dalam metabolisme serta vitamin E untuk mempertahankan integritas membran dan proteksi sel darah.

Interaksi pengaruh di antara daun bangun-bangun dan Zn-vitamin E, mampu meningkatkan lemak darah sebesar 14.24 % - 44.62 % dan glukosa darah sebesar 25.65% - 32.98%, sedangkan pengaruh masing-masing faktor tunggal daun bangun-bangun dan Zn-vitamin E dapat meningkatkan kadar protein darah berturut-turut sebesar 2.83 % dan 3.32 – 8.38 %. Menurut Lazzaro (2005), kadar total protein dalam darah untuk kambing dewasa berkisar antara 6.4 – 7.8 g/dL dan glukosa berkisar antara 60 – 100 g/dL. Total protein darah hasil penelitian ini berkisar 6.72 – 7.48 g/dL dan glukosa 63.67 - 84.67 g/dL, dan masih berada dalam kisaran normal. Kadar lemak darah normal belum dikemukakan secara pasti, karena status lemak umumnya ditentukan atas dasar beberapa komponen lemak, di antaranya kolesterol. Meskipun demikian, menurut Linder (1992), lemak memasuki aliran darah secara

(12)

perlahan sebagai kilomikron melalui ductus thoracicus. Hal ini untuk mencegah perubahan besar kadar lemak darah. Dengan demikian, lemak tetap dipertahankan agar stabil atau akan segera digunakan untuk energi dan diinkorporasikan kembali menjadi trigliserida untuk digunakan kemudian.

Senyawa lain yang ada dalam daun bangun-bangun dan memberikan dampak positif terhadap metabolisme adalah forskolin. Menurut Litosch et al. (1982),

senyawa forskolin dapat mempengaruhi ketersediaan dan mengaktifkan cAMP dalam tubuh. Lebih lanjut Lehninger (1994) menjelaskan bahwa mekanisme kerja cAMP adalah mengaktifkan beberapa enzim metabolisme seperti protein kinase dan fosforilase, yang berperan dalam proses metabolisme. Selain itu, menurut Collier (1985), cAMP juga berperan sebagai pembawa pesan intraseluler untuk sekresi banyak hormon seperti thyroxine, triidothyronine, yang berperan dalam metabolisme protein, yaitu menstimulasi lipoprotein lipase untuk metabolisme lemak, glutamil transpeptidase untuk metabolisme protein dan mengurangi insulin untuk perombakan glukosa, yang dibutuhkan untuk sintesis laktosa selama produksi susu (laktasi). Mekanisme ini menjelaskan bahwa terjadi optimalisasi metabolisme karena pengaruh senyawa aktif dalam daun bangun-bangun, melalui aktivasi enzim dan penghambatan degradasi, sehingga zat gizi menjadi lebih tersedia.

Peningkatan kadar protein, lemak dan glukosa juga terjadi akibat pengaruh suplementasi Zn-vitamin E. Secara biologis, Zn mempunyai fungsi structural, regulasi dan katalitik (Cousins 1996). Fungsi katalitik ini terlihat dari banyaknya enzim yang mengandung Zn atau sekresinya distimulir oleh adanya Zn, di antaranya protease (Linder 1992), fosfolipase (Piliang 2000), dan amilase (NRC 2001), yang berperan dalam metabolisme protein, lemak dan glukosa. Meningkatnya jumlah zat gizi makro dalam darah menggambarkan bahwa optimalisasi kerja enzim terjadi dengan adanya suplementasi Zn. Selanjutnya menurut Hughes (2003), vitamin E sebagai antioksidan intraseluler yang kuat, berperan menjaga integritas membrane sel, dan melindungi limfosit dan monosit dari gangguan radikal bebas yang dapat mengganggu proses metabolisme, termasuk penyerapan mineral Zn, yang

(13)

sangat dibutuhkan untuk berfungsinya banyak enzim yang berperan dalam metabolisme.

Kadar Ca, dan P darah hasil penelitian ini berkisar 8.91 – 10.10 % dan 3.77 – 5.00 % dan masih berada dalam kisaran normal berdasarkan rekomendasi Lazzaro (2005) yaitu kadar normal Ca dan P darah untuk kambing dewasa masing-masing berkisar 8.9 – 10.6 % dan 3.2 – 9.8 %, sedangkan kadar Zn berkisar 2.28 – 3.08 ppm, sedikit lebih tinggi dari standar yaitu 0.6 – 2.7 ppm. Kadar vitamin E sampai saat ini belum ada rekomendasi yang pasti, tetapi menurut Hennekens et al. (2005), kadar

vitamin E dalam darah selalu dipertahankan pada kondisi normal, karena peran vitamin E terbesar adalah menjaga integritas membran sel dan melindungi sel dari pengaruh radikal bebas, terutama melindungi sel darah dari hemolisis.

Kadar zat gizi mikro khususnya Ca dan P dalam darah yang meningkat disebabkan adanya penggunaan daun bangun-bangun, dengan adanya senyawa aktif dalam daun bangun-bangun yang dapat menurunkan kadar pH rumen. Menurut Piliang (2000), penyerapan Ca dan P dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya derajat keasaman (pH) saluran pencernaan. Meningkatnya derajat keasaman atau menurunnya nilai pH dalam saluran pencernaan dapat meningkatkan penyerapan Ca dan P, sehingga ketersediaan Ca dan P dalam darah meningkat. Ketersediaan mineral Zn banyak dipengaruhi oleh asam amino dan monosakarida (Piliang 2000). Itu berarti, meningkatnya jumlah Zn dalam darah pada penelitian ini disebabkan adanya peningkatan jumlah protein dan glukosa yang diserap, yang merupakan dampak positif dari adanya senyawa aktif dalam daun bangun-bangun terhadap metabolisme. Demikian halnya dengan vitamin E, menurut Linder (1992), penyerapannya dipengaruhi oleh adanya asam lemak dan gliserida, sehingga meningkatnya penyerapan lemak, cenderung akan meningkatkan penyerapan vitamin E.

Bertambahnya kadar Ca, P, Zn dan vitamin E dalam darah juga terjadi akibat pengaruh suplementasi Zn dan vitamin E. Hal ini terjadi karena suplementasi Zn dan vitamin E menambah ketersediaan kedua zat gizi tersebut. Menurut Linder (1992), kondisi ini akan membantu optimalisasi kerja enzim yang terlibat dalam metabolisme zat gizi makro, yaitu protein, lemak dan glukosa. Dengan meningkatnya jumlah zat

(14)

gizi makro yang dapat diserap, menurut Patel (2007) dapat meningkatkan jumlah mineral dan vitamin yang dapat diserap, karena penyerapan mineral dan vitamin sangat tergantung dari ketersediaan protein (asam amino), lemak (asam lemak dan gliserida) dan glukosa (monosakarida).

Sifat fisiko-kimia dan hematologis darah, sangat penting diketahui karena fungsi darah sebagai alat transport antar sel dan jaringan baik untuk mengedarkan zat gizi yang telah diserap ke seluruh tubuh, maupun untuk pengeluaran bahan buangan ke luar melalui alat ekskresi. Suplementasi daun bangun-bangun dan Zn-vitamin E dalam ransum menghasilkan kisaran pH, Hb, dan RBC darah masing-masing 7.37 - 7.45 , 8.48 – 12.00 (g/dL), dan 9.06 – 11.87 (x105ml). Kisaran nilai ini termasuk dalam kisaran normal seperti yang dikemukakan oleh Lazzaro (2005) yaitu kisaran normal pH, Hb dan RBC darah kambing dewasa adalah pH 7.35 – 7.40, Hb 8.0 – 12.00 (g/dL), dan RBC 8.0 - 18.0 (x105ml). Suplementasi daun bangun-bangun sangat nyata (P<0.01) meningkatkan kadar Hb dan RBC darah, tetapi tidak mempengaruhi kadar pH darah. Suplementasi Zn-vitamin E sangat nyata (P<0.01) meningkatkan kadar Hb darah, tetapi tidak mempengaruhi kadar RBC dan pH darah serta tidak saling berinteraksi (P>0.01) (Lampiran 25 sampai 27). Hasil pengujian memperlihatkan bahwa suplementasi daun bangun-bangun berkorelasi positif dengan peningkatan kadar Hb (r = 0.86) dan RBC (r = 0.85) darah, sedangkan suplementasi daun bangun-bangun dengan kadar pH dan suplementasi Zn-vitamin E dengan kadar Hb, keeratan hubungannya tidak nyata. Demikian halnya di antara kadar Hb dan RBC, terdapat korelasi positif (r = 0.88), sedangkan di antara kadar Hb dan pH maupun kadar RBC dan pH, tidak ada hubungan.

Dalam kondisi apapun pada penelitian ini, kadar pH tetap dipertahankan dalam kondisi normal. Hal ini diduga karena pengaruh komponen senyawa dalam daun bangun-bangun yang bersifat buffer. Hal ini juga dikemukakan Lawrence et al.

(2005) bahwa dalam daun bangun-bangun terdapat senyawa yang bersifat buffer dan dikelompokkan ke dalam kelompok senyawa farmakoseutika. Selain itu, menurut Sadikin (2001), nilai pH dan sifat fisikokimia darah lainnya tidak mudah berubah meskipun ada senyawa lain yang masuk ke dalam darah, kecuali jika individu dalam

(15)

keadaan sakit. Menurut Khaled et al. (1999), nilai pH darah dapat menjadi indikator

berlangsungnya proses metabolisme dalam tubuh ternak perah dan berdampak pada produksi dan kualitas susu. Pada kambing perah yang diberikan ransum yang terdiri dari hijauan dan konsentrat dengan kadar protein 15.25 % dan TDN 75.01 %, kadar pH darah rata-rata 7.39 6 0.01. Kadar pH ini memberikan korelasi positif terhadap kadar protein susu.

Meningkatnya kadar Hb darah diduga karena ketersediaan Fe dalam daun bangun-bangun yang cukup baik yaitu 9.03 ppm, serta adanya suplementasi Zn-vitamin E dan ketersediaan mineral lain dalam darah yang mengalami peningkatan, sehingga proses sintesis Hb menjadi lebih baik. Menurut Sadikin (2001), sintesis haemoglobin berlangsung bersamaan dengan sintesis sel darah merah baru, untuk menggantikan sel yang tua dan mati. Haemoglobin berperan untuk mengangkut oksigen yang dibutuhkan tubuh, sedangkan oksigen ini harus diikat oleh Fe. Kadar haemoglobin sangat ditentukan oleh ketersediaan Fe dan mineral lain seperti Zn dan Mg, juga ketersediaan vitamin C dan vitamin E sebagai antioksidan intraseluler. Khaled et al. (1999) menyatakan bahwa selain pH, kadar Hb darah juga menjadi

indikator berlangsungnya proses metabolisme dalam tubuh ternak perah, yang selanjutnya dapat mempengaruhi produksi dan kualitas susu yang dihasilkan. Kadar RBC darah erat kaitannya dengan kadar Hb darah. Sadikin (2001), menyatakan bahwa Hb terkurung di dalam RBC, meningkatnya kadar RBC cenderung akan diikuti dengan peningkatan kadar Hb, sehingga pasokan oksigen keberbagai tempat diseluruh tubuh akan terjamin. Suplementasi Zn-vitamin E juga mempengaruhi kadar Hb darah. Keterkaitan Zn-vitamin E dengan kadar Hb adalah melalui metabolisme secara keseluruhan, karena Fe yang membantu pembentukan Hb, terlibat dalam sistem enzim yang berperan dalam metabolisme (Underwood and Suttle 1999).

Pengukuran produksi dan komposisi zat gizi susu dilakukan untuk melihat sejauh mana pemanfaatan zat gizi oleh tubuh ternak. Tinggi rendahnya produksi dan komposisi zat gizi susu ini dapat menggambarkan jumlah zat gizi yang tersedia dalam tubuh, yang tidak terlepas dari banyaknya zat gizi yang dikonsumsi. Terdapat interaksi pengaruh yang sangat nyata (P<0.01) di antara suplementasi daun

(16)

bangun-bangun dan Zn-vitamin E terhadap produksi susu. Semakin tinggi level penggunaan daun bangun-bangun, semakin meningkat produksi susu. Peningkatan ini sangat tinggi, yaitu berturut-turut sebesar 67.22 %, 88.46 % dan 98.65 %, untuk setiap level penggunaan daun bangun- bangun 3, 6 dan 9 g/kg BB dan Zn-vitamin E. Apabila efek Zn-vitamin E dihilangkan maka pengaruh tunggal suplementasi daun bangun-bangun dapat meningkatkan produksi susu sebesar 43.04 %, 78.68% dan 90.14 %, sedangkan pengaruh tunggal suplementasi Zn-vitamin hanya meningkatkan produksi susu sebesar 5.09 %. Hasil penelitian ini jauh lebih baik dibanding hasil penelitian yang dilakukan pada tikus putih (Silitonga 1993) dan ibu menyusui (Santosa 2001, Damanik et al. 2006), yang hanya mendapatkan peningkatan produksi

susu berturut-turut sebesar 30 %, 47.4 % dan 65 %. Peningkatan produksi susu berkorelasi positif dengan suplementasi daun bangun-bangun (r = 0.94), sedangkan terhadap suplementasi Zn-vitamin E, tidak ada hubungan (r = 0.16). Berdasarkan hasil ini, diduga bahwa peran Zn-vitamin E hanyalah memacu aktivitas enzim yang berfungsi dalam metabolisme dan sintesis air susu, sehingga pada kondisi tertentu suplementasi Zn-vitamin E ini, kemungkinan tidak memberikan pengaruh terhadap produksi susu.

Peningkatan produksi susu yang sangat tinggi karena adanya suplementasi daun bangun-bangun, diduga karena komponen senyawa aktif dalam daun bangun-bangun. Daun bangun-bangun dengan kandungan senyawa aktif yang bersifat laktagogue, menjadi faktor utama yang mempengaruhi produksi susu. Lawrence et al. (2005)

melalui penelitiannya telah menemukan bahwa dalam daun bangun-bangun ada komponen yang bersifat lactagogue, yaitu komponen yang dapat menstimulir produksi kelenjar air susu pada induk laktasi. Kadar komponen ini cukup besar yaitu berkisar antara 10 - 50%. Adanya senyawa aktif yang bersifat laktagogue ini diduga dapat menstimulasi kelenjar susu dan metabolisme tubuh, sehingga proses sintesis susu dapat berlangsung optimal. Menurut Damanik et al. (2006), meningkatnya

produksi susu diduga karena pengaruh senyawa laktagogue dalam daun bangun-bangun yang berperan dalam proliferasi sel sekresi mamari. Hal ini didukung pula

(17)

dengan hasil penelitian Silitonga (1993) yaitu meningkatnya kadar DNA dan RNA kelenjar mamari tikus dengan pemberian daun bangun-bangun.

Faktor lain yang diduga mempengaruhi peningkatan produksi susu adalah sifat oksitoksik dari daun bangun-bangun. Hasil penelitian Subanu et al. (1982)

memperlihatkan bahwa senyawa yang terkandung dalam daun bangun-bangun secara

in vitro menunjukkan daya oksitoksik, yang setara dengan oxytocin, yaitu hormone

yang berfungsi dalam pelepasan air susu. Menurut Neville (2007), pada induk menyusui, oxytocin berfungsi dalam ekskresi air susu. Hormon ini disekresikan karena adanya rangsangan melalui pemerahan atau anak yang menyusu, yang mengaktivasi neurohormonal secara refleks, sehingga hypothalamus (posterior pituitary) akan melepas oxytocin. Menurut Delaval (2008), organ target hormon oxytocin adalah otot uterus dan kelenjar susu. Dengan demikian, pada induk menyusui, pelepasan oxytocin akan membantu sekresi air susu, sedangkan pada induk bunting, dapat menyebabkan abortus.

Produksi susu juga dipengaruhi oleh ketersediaan zat gizi untuk metabolisme dan sintesis susu. Akers (2002) menyatakan bahwa kuantitas dan kualitas susu yang dihasilkan seekor ternak, sangat tergantung dari berbagai aspek yang terlibat dalam proses laktasi. Aspek tersebut adalah aspek nutrisi, fisiologi dan biokimiawi, yang meliputi kandungan gizi makanan yang diberikan, proses metabolisme zat gizi, ketersediaan prekursor dalam darah dan mekanisme sintesis susu. Collier (1985), mendukung pendapat tersebut dengan menyatakan bahwa tinggi rendahnya produksi susu sangat tergantung dari ketersediaan zat gizi, yang bersama aliran darah memasuki kelenjar susu untuk sintesis air susu. Kondisi ini terjadi apabila metabolisme zat gizi berjalan baik atau jumlah zat gizi yang diserap masuk dalam darah dapat memenuhi kebutuhan untuk produksi susu. Khaled et al. (1999)

menyatakan bahwa, terdapat interaksi positif antara metabolisme zat gizi dengan metabolit darah sebagai precursor untuk produksi susu. Pengaruh lain dari peningkatan produksi susu adalah efek senyawa aktif dalam daun bangun-bangun yaitu forskolin, yang bersifat membakar lemak menjadi energi. Senyawa ini tergolong kelompok senyawa farmakoseutika (Lawrence et al. 2005). Dengan

(18)

efektivitas senyawa ini, energi menjadi lebih tersedia untuk produksi susu. Menurut Sahelian (2006), energi sangat penting untuk individu yang berada dalam status fisiologi tertentu seperti menyusui. Demikian halnya menurut Haenlein (2002), untuk memproduksi susu, kambing perah membutuhkan sejumlah besar energi. Semakin tinggi produksi, semakin tinggi pula energi yang dibutuhkan.

Adanya interaksi dengan Zn-vitamin E, juga meningkatkan proses metabolisme rumen, sehingga ketersediaan precursor dalam darah semakin meningkat. Menjelaskan hal ini Bell et al. (2006) berpendapat bahwa vitamin E bersama mineral

seperti Zn dan Se, berperan aktif dalam metabolisme dan dapat melindungi sel darah dari hemolisis, sebab sel darah penting sebagai alat transportasi zat gizi, sehingga ketersediaan zat gizi dalam darah tidak terganggu. Interaksi ini menunjukkan bahwa suplementasi Zn-vitamin E membantu mengoptimalkan metabolisme tubuh, sehingga ketersediaan precursor untuk sintesis air susu lebih optimal dan bersama daun bangun-bangun dengan senyawa laktagoguenya, produksi susu dapat ditingkatkan.

Tinggi rendahnya kadar zat gizi dalam susu, menggambarkan tinggi rendahnya kualitas susu yang dihasilkan. Interaksi pengaruh di antara daun bangun- bangun dan Zn-vitamin E meningkatkan kandungan protein sebesar 2.12 - 52.51 %, lemak 4.08 – 43.88 %, laktosa 6.00 – 11.60 %, Ca 52.94 – 176.47 %, P 6.06 – 21.21 %, Zn 2.50 – 11.60 % dan vitamin E 11.54 – 42.31 %. Kandungan zat gizi dalam susu ini, erat kaitannya dengan ketersediaan komponen dalam darah untuk sintesis susu. Terdapat korelasi positif di antara komponen makro dalam darah (protein, lemak dan glukosa) dengan kadar zat gizi makro dalam susu (protein, lemak dan laktosa), dengan nilai korelasi berturut-turut r = 0.75, r = 0.95 dan r = 0.92. Demikian halnya dengan komponen mikro dalam darah (Ca, P, Zn dan vitamin E) dengan kadar zat gizi mikro dalam susu (Ca, P, Zn dan vitamin E), dengan nilai korelasi berturut-turut r = 0.76, r = 0.69, r = 0.64 dan r = 0.82. Hasil ini memperkuat argumen Khaled et al. (1999) yang menyatakan bahwa terdapat korelasi positif antara

metabolit darah dengan komposisi susu. Semakin meningkat kadar metabolit darah, semakin meningkat komposisi zat gizi susu. Hal ini juga menjadi indikator tingkat metabolisme dalam sistem pencernaan.

(19)

Kuantitas dan kualitas susu induk, dapat tergambar dari bobot anak selama menyusu. Hasil pengukuran memperlihatkan bahwa bobot badan pra sapih anak yang menyusu pada induk yang diberi ransum dengan suplementasi daun bangun-bangun dan Zn-vitamin E, lebih tinggi dibandingkan bobot badan anak yang menyusu pada induk yang diberi ransum kontrol. Bobot badan ini juga mengalami peningkatan sejalan dengan meningkatnya level suplementasi daun bangun-bangun dalam ransum. Itu berarti, susu dari induk yang mendapatkan ransum dengan suplementasi daun bangun-bangun, memiliki komposisi zat gizi lebih baik dibandingkan induk yang mendapat ransum control, sehingga asupan gizi anaknya lebih baik dan bobot badan yang dihasilkan lebih tinggi. Kuantitas dan kualitas nutrisi dalam susu yang dikonsumsi anak, menentukan tinggi-rendahnya pertambahan bobot badan yang dicapai. The Goat Dairy Library (2006), menjelaskan bahwa melalui proses menyusu, anak kambing akan mendapatkan immunoglobulin untuk kekebalan tubuh dan nutrisi untuk pertumbuhan. Kualitas susu yang baik, dapat memacu pertumbuhan anak lebih cepat. Hal ini dapat diperoleh dari induk yang mendapatkan asupan nutrisi yang baik pula.

Referensi

Dokumen terkait

Hukum Pidana sebagai Hukum yang mengatur perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Undang-Undang dan berakibat diterapkannya hukuman bagi siapa yang melakukannya dan memenuhi

Berdasarkan Tabel 4 dapat diuraikan bahwa guru biologi di SMA/SMK Kecamatan Tambusai pada indikator menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang

Instrumen tes hasil belajar untuk melihat penerapan pendekatan pembelajaran Sains Teknologi dan Masyarakat pada kelas eksperimen dan pendekatan pembelajaran saintifik

Dapat disimpulkan bahwa lingkungan dapat dibagi menjadi tiga bagian, pertama lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah sebagai penyedia sarana dan prasarana yang memadai bagi anak

Alat Musik Tradisional : BONANG (sumber bunyi : Ideofon , DIPUKUL DENGAN Alat Musik Tradisional : BONANG (sumber bunyi : Ideofon , DIPUKUL DENGAN MENGGUNAKAN PEMUKUL KHUSUS),

Pelanggaran maksim ini pun terjadi karena penutur memang tidak bisa berbicara dengan jelas sehingga informasi yang disampaikan tidak dapat diterima dengan baik

didominasi oleh peternak etnis Non Papua dan tergolong usia produktif. Sumber matapencahariaan utama adalah sebagai Petani dengan jumlah anggota keluarga cukup kecil

Model pembelajaran kuantum tipe TANDUR ini dapat menumbuhkan motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran dan dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa. Hal ini bisa