• Tidak ada hasil yang ditemukan

FENOMENA KEBERADAAN WARIA DI TENGAH LINGKUNGAN MASYARAKAT (Studi: Di Nagari Lubuk Basung Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam) ARTIKEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FENOMENA KEBERADAAN WARIA DI TENGAH LINGKUNGAN MASYARAKAT (Studi: Di Nagari Lubuk Basung Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam) ARTIKEL"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

FENOMENA KEBERADAAN WARIA DI TENGAH LINGKUNGAN

MASYARAKAT

(Studi: Di Nagari Lubuk Basung Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten

Agam)

ARTIKEL

NOVA YULIANIS

NPM: 12070191

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

STKIP PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2016

(2)
(3)

PHENOMENON OF THE EXISTENCE OF COMMUNITY ENVIRONMENTAL CENTRAL Transgender (STUDY: Nagari Lubuk Cone Lubuk Cone DISTRICT DISTRICT

AGAM)

Nova Yulianis1 Rio Tutri, M.Si2 Yenita Yatim, M.Pd3

Sociology of education courses STKIP PGRI West Sumatra

ABSTRACT

Nova Yulianis (12070191), The phenomenon of existence in the Middle Transgender Community Environment (Study: In Nagari Lubuk cone Agam District of Lubuk cone). Thesis, Department of Educational Sociology, STKIP PGRI West Sumatra, Padang. 2016.

We can see how each difference in the role of men and women, where men resolute, spirited leader, strong competitive and aggressive. Whereas women were more tender loving care, feminine, delicate, emotional and tends to like children. But the fact is, not everyone can accept and carry out the role of the character that corresponds to their gender, such as transgender are considered a deviant behavior in society at large presence in the midst of the public has not been fully accepted as seen from insults, ridicule, expulsion accepted by the transvestites.

Analysis in this study using symbolic interactionism theory Herbert Blumer. The approach used is qualitative and descriptive. Informants in this study is a transvestite using individual analysis unit. Data collection techniques are in-depth interviews, non-participant observation and document research. Analysis of the data used in this study is an analysis of the data by Miles and Huberman is the data reduction, data presentation and verification (draw conclusions).

From the results of this study concluded, bahwasannya transgender life is always synonymous with nightlife and prostitution which has become a tradition for generations. This transvestite started there and eksisnya in Lubuk cone in 2004, which has received state transvestites themselves are dressed like a woman and they feel more comfortable with his performance. Interaction transgender communities around the neighborhood pretty well that their names mingle and establish cooperation in the field of fashion and entertainment events. The interaction between them is very good fellow transvestites because they need each other and have the same life. However, transgender interaction with their families there still are good, and there were not communicating at all because the family considers that his son became transsexual parents feel ashamed of the people with his appearanc.

Key word: phenomenon, transgender, society

1

Student of sociology education STKIP PGRI West Sumatra force in 2012

2

Supervisor I and lecturers STKIP PGRI Sumbar

3

(4)

Fenomena Keberadaan Waria Di Tengah Lingkungan Masyarakat (Studi: Di Nagari Lubuk Basung Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam)

Nova Yulianis1 Rio Tutri, M.Si2 Yenita Yatim, M.Pd3

Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRAK

Nova Yulianis (12070191), Fenomena Keberadaan Waria Di Tengah Lingkungan Masyarakat (Studi: Di Nagari Lubuk Basung Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam). Skripsi, Program Studi Pendidikan Sosiologi, STKIP PGRI Sumatera Barat, Padang. 2016.

Dari latar belakang dapat kita lihat bagaimana perbadaan peran pria dan wanita, yang mana pria tegas, berjiwa pemimpin, kompetitif kuat dan agresif. Sebaliknya wanita lebih lembut penuh kasih sayang, feminim, halus, emosional dan cendrung menyukai anak-anak. Namun pada kenyataanya tidak semua orang bisa menerima dan menjalankan peran serta sifatnya yang sesuai dengan jenis kelaminnya tersebut, seperti waria yang dianggap sebagai perilaku menyimpang dalam kehidupan masyarakat pada umumnya kehadirannya ditengah-tengah masyarakat belum sepenuhnya diterima hal ini terlihat dari cacian, ejekan, pengusiran yang diterima oleh waria tersebut.

Analisa pada penelitian ini menggunakan teori interaksionisme simbolik Herbert Blumer. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan tipe deskriptif. Informan pada penelitian ini adalah waria dengan menggunakan unit analisis individu. Teknik pengumpulan data adalah wawancara mendalam, observasi non partisipan dan studi dokumen. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis data menurut Miles dan Huberman yaitu dengan reduksi data, penyajian data dan verifikasi (mengambil kesimpulan).

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwasannya kehidupan waria selalu diidentikan dengan kehidupan malam dan pelacuran yang sudah menjadi tradisi turun temurun. Waria ini mulai eksisnya dan menunjukan penampilannya kepada masyarakat dan juga keluarganya di Lubuk Basung pada tahun 2013, yang mana waria ini telah menerima keadaan dirinya tersebut berpenampilan seperti seorang perempuan dan mereka lebih merasa nyaman dengan penampilannya tersebut. Interaksi waria dengan masyarakat sekitar lingkungan cukup baik yang nama mereka berbaur dan menjalin kerjasama di bidang fashion dan acara hiburan. Interaksi antara mereka sesama waria sangat baik karena mereka saling membutuhkan dan mempunyai kehidupan yang sama. Namun interaksi waria dengan keluarganya masing-masing ada yang masih terjalin dengan baik, dan ada yang tidak menjalin komunikasi sama sekali karena keluarga mengganggap kalau anaknya menjadi waria orang tua merasa malu sama masyarakat dengan penampilannya anaknya tersebut. 4

Kata kunci: fenomena, waria, masyarakat.

1

mahasiswa program studi pendidikan sosiologi stkip pgri sumatera barat angkatan 2012 2 pembimbing I dan dosen stkip pgri sumatera barat

(5)

PENDAHULUAN

Manusia diciptakan sebagai pria dan wanita dengan melihat fisiknya manusia dapat mengetahui dengan jelas identitas seseorang sebagai pria dan wanita. Bedasarkan perbedaan identitas itu, maka berbeda pula tingkah laku dari masing-masing gender tersebut. Sekalipun ada beberapa perbedaan antara pria dan wanita namun perbedaan ini bukan dari sifat dasar mereka yang hakiki, yang terpenting adalah penerimaan nilai-nilai yang disandangkan kepada masing-masing gender (Wadud, 2001:42).

Pria dan wanita ini menjalankan perannya yang berbeda sesuai dengan jenis kelamin yang telah disandangnya. (Synnot,

2003:129) menyatakan bahwa ada

pertentangan gender antara pria dan wanita seperti menggambarkan bahwa pria itu tegas, berjiwa pemimpin, kompetitif kuat dan agresif. Sebaliknya kaum wanita lebih lembut, penuh kasih sayang, feminim halus, emosional dan cendrung menyukai anak-anak.

Menurut (Kartono, 1997:16) mengatakan memang pada hakikatnya wanita mampu untuk bekerja yang sama baiknya dengan kaum laki-laki, namun cara bekerjanya kaum wanita ternyata berbeda dengan cara kerjanya kaum laki-laki, yaitu khas dengan kewanitaannya. Perbedaan ini akan tetap ada, walaupun struktur sosial di dunia dan norma-norma tradisional berubah. Penyimpangan dalam kehidupan sehari-hari banyak kita lihat terjadi adanya perbedaan gender dan perubahan perilaku seseorang yang tidak sesuai dengan jenis kelaminya seperti kehidupan waria yang ada dalam lingkungan sekitar kita.

Menurut (Koeswinarno, 2005:1) Waria dalam konteks psikologis termasuk sebagai penderita transeksual, yakni seseorang yang secara jasmani jenis kelaminnya jelas dan sempurna. Namun secara psikis cenderung untuk menampilkan diri sebagai lawan jenis. Defenisi waria mengacu pada pengertian bahwa secara fisik mereka adalah laki-laki normal, memiliki kelamin yang normal, secara psikis mereka merasa dirinya perempuan. Akibatnya perilaku mereka menjadi tampak kaku. Fisik mereka laki-laki, namun cara berjalan, berbicara dan dandan mereka mirip

perempuan, dengan cara yang sama dapat dikatakan bahwa jiwa mereka terperangkap dalam tubuh yang salah. Hal yang sama juga dikemukakan oleh (Junaidi 2012:31-33)Transeksualisme merupakan suatu kelainan identitas jenis kelamin yang nyata, penderita merasa terpenjara di dalam tubuh yang salah dan jenis kelamin yang tidak sesuai dengan identitas jenis kelamin mereka yang sebenarnya. Umumnya seorang teranseksual adalah laki-laki yang mengenali dirinya sebagai wanita, yang biasanya timbul pada awal masa anak-anak melihat kelaminnya (penisnya) dengan perasaan geli atau jijik, ia menolak dan tidak menghendakinya. Gejala transeksual adalah perilaku seorang pria yang lebih suka menganakan pakaian wanita atau seorang wanita yang lebih suka menggunakan pakaian pria.

Sedangkan menurut (Ibrahim, 2005:47-48) dijelaskan bahwa waria adalah seseorang yang memiliki ketidak sesuaian antara fisik dengan indentitas gendernya, mereka merasa bahwa jauh dalam dirinya biasanya sejak masa kanak-kanak mereka adalah orang yang berjenis kelamin yang berbeda dengan dirinya saat ini. Adanya ketidak sesuaian ini mengakibatkan waria tidak senang dengan alat kelaminnya dan ingin mengubahnya. Untuk mendukung perubahan tersebut maka para waria akan bertingkah laku seperti perempuan dan mengidentifikasikan dirinya sebagai perempuan dengan cara berdandan seperti perempuan. Bahwa ketika gangguan pada dirinya tersebut mulai terjadi pada masa kanak-kanak hal ini akan dihubungkan dengan banyaknya prilaku lintas gender, seperti berpakaian layaknya perempuan, lebih suka bermain dengan teman-teman perempuan dan melakukan permainan yang

secara umum dianggap permainan

perempuan.

Dari hasil observasi waria di Nagari Lubuk Basung kehidupan waria ini berbeda dari orang-orang yang memiliki identitas dan jenis kelamin yang jelas. Orang banyak

memandang sebelah mata terhadap

kehidupan waria yang mana masyarakat memandang kehadiran waria ini banyak mengganggu, karena dirinya berbeda dari lelaki yang biasanya. Seperti yang kita ketahui manusia tidak ada yang sempurna seorang pria yang menjalani atau lebih

(6)

memilih hidup sebagai waria itu merupakan pilihannya dan terjadinya seperti ini siapa yang mau disalahkan, kerena ini terjadi sudah bawaan sifat dari sejak lahirnya dan ada juga seseorang manjadi waria karena pola asuh dari orang tua yang salah. Kehidupan waria ternyata sangat tertekan karena banyaknya yang harus mereka hadapi terutama tanggapan dari keluarga, karena pasti tidak ada dari keluarganya jelas tidak suka bahwa anak atau saudaranya menjadi seorang waria. Begitu juga tanggapan dari masyarakat sekitar lingkungannya tinggal. Waria juga butuh kebebasan untuk mengungkapkan atau mengekspresikan dirinya. untuk menghadapi pandangan negatif orang–orang disekitarnya biasanya waria ini memilih jalan untuk menghindari keberadaannya yang kontra di tengah-tengah masyarakat untuk memilih jalan damai dan dia akan menghindari orang-orang yang tidak menerimanya.

Masyarakat setempat melihat para waria dan komunitasnya sering dianggap sebagai sosok yang menyimpang dan

banyak menimbulkan masalah bagi

masyarakat karena penampilannya yang tidak sesuai dengan jenis kelaminya. Terutama dari segi permasalahan seksual yang dapat mempercepat penyebaran penyakit infeksi penularan seksual dan HIV/AIDS, karena kehidupan waria selalu diidentikan dengan pelacuran dan dunia malam. Karena penyakit HIV/AIDS yang diderita oleh waria yang menyebabkan kematian pada mereka, kasus ini pernah terjadi pada tiga orang waria yang meninggal karena penyakit HIV/AIDS tersebut.

Waria dikalangan masyarakat mulai menunjukan penampilannya secara terbuka baik itu dikalangan masyarakat dan juga keluarga semenjek tahun 2013 semenjak salon-salon mulai ada dan berkembang di Lubuk Basung tersebut, karena awalnya salon-salon yang ada hanya dikelola kebanyakan olah perempuan. Tapi semenjak waria ini mulai secara terbuka dengan penampilannya maka salon-salon yang ada di Lubuk Basung ini lebih dominan dikelola oleh waria Karena salon tersebut sekaligus sebagai tempat mereka berkumpul sesama waria.

Hubungan antara sesama waria terjalin dengan baik karena mereka merasa

terasingkan dari kehidupan masayarakat dan

keluarganya pada umumnya untuk

keberadaan mereka, mereka menunjukan kepeduliannya antara sesama waria. Mereka menjalin komunikasi yang baik dan terbuka antara mereka sesama waria tersebut. Karena waria ini saling membutuhkan antara sesama baik dalam segi sosial dan juga ekonomi apabila terjadi kekurangan diantara salah satu dari mereka maka para waria tersebut membantu.

Hubungan para waria ini dengan

keluarganya ada yang masih terjalin dengan baik dan ada keluarga yang tidak menerimanya sama sekali dan mengusirnya dari kampung.

Kehidupan waria di daerah Lubuk Basung ini dikhususkan atau diasingkan dari lingkungan karena lingkungan masyarakat dan keluarga tidak menerima keberadaan mereka. Waria yang ada di daerah Lubuk Basung ini berasal dari daerah yang berbeda-bada, jika mereka ingin untuk bergabung dan diterima dengan lingkungan masyarakat dan tempat tinggalnya maka mereka harus merubah gaya pakaiannya. Waria yang ada di daerah Lubuk Basung tersebut 20 orang dan ada diantaranya waria yang bernama Fany yang berasal dari keluarga broken home yang sudah sejak SMP menjadi waria karena rasa kecewanya terhadap orang tuanya. Ada juga Mulan janet manjadi waria karena faktor lingkungan dan ketidak pedulian orang tuanya terhadap dirinya dan Mulan janet ini anak satu-satunya laki-laki dalam keluarganya tersebut, dan mereka ini berkerja di salon untuk bertahan hidup dan memisahkan diri dari masyarakat untuk menghindari pandangan negatif pada diri mereka. Para waria ini sudah merasa dirinya seperti perempuan dan mereka senang dengan penampilan mereka seperti perempuan ini, walaupun banyak tekanan yang mereka dapat baik itu dari keluarga maupun masyarakat tapi mereka tetap mempertahankan penampilannya tersebut dan merasa senang dirinya seperti itu. Kehidupan waria yang ingin peneliti lihat disini merupakan waria yang bekerja di salon-salon atau tempat kecantikan. Maka untuk itu penulis tertarik melakukan penelitian ini dengan judul fenomena keberadaan waria di tengah lingkungan masyarakat.

(7)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan sejak bulan Mai s/d Juli 2016. Tempat di Nagari Lubuk

Basung Kecamatan Lubuk Basung

Kabupaten Agam. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe deskriptif. Karena permasalah yang dibahas peneliti ini tidak berhubungan

dengan angka-angka, akan tetapi

menyangkut pendeskripsian, penguraian dan penggambaran suatu masalah yang sedang terjadi. Jenis penelitian ini termasuk penelitian yang rinci mengenai suatu objek tertentu selama kurun waktu tertentu dan cukup waktu mendalam dan menyeluruh

termasuk lingkungan dan kondisi masa lalunya (Moleong, 2008:6). Yang mana penelitian ini memberikan gambaran lengkap tentang hubungan waria dengan masyarakat, hubungan waria dengan keluarga dan juga komunikasi antar mereka sesama waria.

Jenis data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah observasi, wawancara dan studi dokumen yang mencari data secara kompleks. Model analisis data penelitian ini adalah analisis data Miles dan Huberman.

HASIL PENELITIAN

Sejarah Keberadaan Waria Di Lubuk Basung

Di Lubuk Basung waria mulai eksis atau menunjukan penampilannya secara terbuka pada tahun 2013, semenjak orang-orang lebih mengenal Salon dan orgen tunggal. Para waria ini bekerja di salon, dan salon pertama yang ada di Lubuk Basung yaitu salon Vasea yang berdiri pada tahun 2004. Mereka mendirikan salon ini dikarenakan mereka hanya bisa bekerja kebanyakan dibidang kecantikan dan jarang mereka bisa bekerja di bidang profesional lainnya. Waria ini mendirikan salon karena mereka hanya bisa bekerja di salon-salon dan tempat kecantikan pada umumnya, dengan mendirikan salon mereka bisa untuk membuka usaha sendiri dan mendapat penghasilan. Karena pekerjaaan ini bagi mereka tidak meminta-minta dan pekerjaan salon ini tidaklah hina karena itu adalah hasil skill yang mereka miliki, tidak seperti yang difikirkan oleh orang-orang yang mana waria ini banyak mengganggu dan meresahkan masyarakat dengan penampilan waria bebeda dari laki-laki normal lainnya. Pandangan Waria Terhadap Dirinya Sendiri

Waria ini mereka lebih nyaman dengan pakaian perempuan dan aksesoris perempuan. Begitupun peneliti saat melakukan wawancara mereka lebih nyaman dengan menggunakan gaya perempuan, cara prilaku atau bicara merekapun seperti

perempuan untuk penampilan, mereka menggunakan pakaian perempuan bagi mereka tidak masalah dan merasa lebih nyaman dibandingkan berpakaian laki-laki. dari kebutuhan seksualnya waria ini memiliki rasa tertarik kepada laki-laki, bukan kepada lawan jenisnya sehingga para waria ini memiliki pasangan laki-laki. Ada juga waria yang peneliti temukan yang berprilaku bisexsual dia memiliki rasa tertarik pada laki-laki dan juga perempuan.

Tidak semua waria berpendidikan rendah dari hasil penelitian ada beberapa waria yang peneliti temukan yang tamatan sarjana yaitu Vasea dan Ys. Waria yang bernama Vasea dia tamatan S1 manajemen di Surabaya dan dia bekerja di salon miliknya sendiri. Waria yang bernama Ys dia tamatan ilmu komputer di salah satu perguruan tinggi yang ada di Sumatera Barat.

Masyarakat Melihat Kehidupan Waria Seperti yang kita ketahui waria bagi masyarakat merupakan suatu penyakit atau penyimpangan perilaku yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang telah ada. bahwa masyarakat dan warga setempat menggangap waria ini mengganggu. Pertama masyarakat melihat waria dari segi penampilan atau pakaian yang tidak sesuai dengan fisiknya. Seterusnya karena kemajuan zaman dan teknologi bertambah banyaknya penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dari segi gaya dan penampilan yang secara nyata dapat dilihat.

(8)

Disini peneliti melihat waria yang bekerja di salon-salon dengan waria yang hidup baik sendiri atau yang berkelompok dilingkungan sosial masyarakat tanpa keluarga. Penerimaan atau penolakan seorang waria dalam masyarakat akirrnya sangat tergantung dari proses keberadaan waria dilingkungan sosial yang muncul secara dialektis. Seorang waria diterima atau ditolak di dalam masyarakat sangat ditentukan oleh bagaimana ia membangun satu negosiasi dengan masyarakat untuk menjadi bagian dari lingkungan sosial itu sendiri. Sementara itu masyarakat menerima atau menolak kehadiran waria ditentukan oleh kemampuan waria, baik secara individual maupun kolektif di dalam mempresentasikan prilakunya sehari-sehari. Pada ahirnya hubungan sosial itu sendiri memiliki dua fungsi yang berjalan sejajar, yakni sebagai penekan sekaligus sebagai fasilitator. Ruang sosial menjadi penekan ketika seorang waria merasakan adanya hambatan-hambatan sosial, sehingga ia berusaha melakukan negosiasi dengan lingkungan sekitar. Ruang sosial sebagai fasilitator berada pada bentuk masyarakat yang lebih pesimis dengan dunia waria, seperti di wilayah-wilayah yang menjadi pusat pendatang dan tinggal para waria (koeswinarno, 2004:94)

Cara waria membangun negosiasi dengan masyarakat waria melakukan pendekatan dengan masyarakat, dengan cara berbaur sama masyarakat sekitar tempat mereka tinggal. Kalau ada masyarakat yang tidak suka dengan sikap dan kelakuannya waria yang terlalu berlebihan dimata masyarakat maka akan ada dilakukan semacam tindakan oleh masyarakat dengan cara mendatangi waria tersebut ketempat

kerjanya. Maka waria juga akan

menyampaikan pendapatnya dan akan memperbaiki sikap dan kelakuannya dan menghormati aturan yang ada ditempat mereka tinggal. Setelah itu waria melalukan pendekatan dengan masyarakat dengan berbaur dan bersikap baik sesuai dengan aturan yang ada di lingkungan mereka tinggal.

Pola Interaksi Waria Dengan Masyarakat Kerjasama

Waria dengan masyarakat menjalin

hubungan atau kerjasama dengan

masyarakat di bidang fashion dan acara hiburan. Seperti bidang fashion ketika ada acara perlombaan, maka waria inilah yang dicari masyarakat atau orang-orang yang ikut perlombaan tersebut untuk merias mereka. Ketika ada acara perkawinan maka para waria ini juga diundang oleh masyarakat untuk datang merias pengatin dan menata acara tempat perkawinan. Dari hasil yang peneliti dapatkan bentuk kerjasama antara waria dengan masyarakat hanya di bidang fashion dan acara hiburan.

Waria dengan masyarakat setempat mulai melakukan komunikasi dan interaksi dengan warga setempat semenjak mereka mulai bekerja di salon-salon. Karena mereka bekerja ditempat yang tidak dipandang buruk, maka mereka mulai berbaur dengan masyarakat secara perlahan.

Pertentangan Atau Konflik

Perkelahian atau pertentangan secara fisik tidak ada, hanya saja ketika ada acara orgen tunggal mereka para waria ini datang ketempat acara tersebut. Ada sebagian waria ini yang membuat resah seperti menggangu pemuda atau laki-laki yang mereka suka dan masyarakat merasa tidak senang dengan sifat mereka yang seperti itu. Karena kejadian seperti itu, ada mereka yang dilaporkan ke pihak yang dianggap pantas untuk menangani mereka untuk bisa dibina karena sikapnya tersebut. Pada tahun 2012 dan awal tahun 2016 ada kasus mengenai waria ini pernah waria ini dilaporkan oleh masyarakat ke pihak satpol pp karena, waria ini mengganggu dan meresahkan masyarakat baik dari segi pakaian dan kelakukannya yang terlalu berlebihan, jadi masyarakat melaporkan waria ini ke pihak satpol pp. Setelah dibawa ke kantor satpol pp dan ditindak lanjuti oleh pihak satpol pp maka waria ini disuruh untuk mengganti pakaian perempuan yang digunakannya tersebut dengan pakaian laki-laki. Lalu pihak satpol pp tersebut juga memotong rambut waria yang panjang seperti perempuan tersebut, kemudian mereka disuruh bersikap seperti laki-laki, bagi waria yang tertangkap oleh satpol pp

(9)

tersebut kemudian di pulangkan ketempatnya masing-masing.

Seperti yang terlihat dengan keberadaan waria dilingkungan masyarakat ada masyarakat sebagian kecil yang menerima. Dapat dilihat dari segi acara-acara seperti ketika adanya pesta-pesta maka ada waria diikut sertakan dalam merias mereka para waria ini juga ada diundang oleh masyarakat ketika ada acara, seperti acara perkawinan.

Bentuk Komunikasi Antar Sesama Waria Mulai Mereka Menjalin Komunikasi

para waria ini mulai menjalin komunikasi antar mereka sesama waria. setelah mereka mengalami penolakan dari keluarga mereka masing-masing karena penampilannya, dan sikap juga perilaku mereka yang seperti perempuan. Dari beberapa penelitian yang ditemukan keluarga yang tidak menerima dan mengusir anaknya yang menjadi waria ini karena mereka memiliki anak laki-laki satu-satunya, tetapi perilakunya tidak seperti laki-laki yang diinginkan oleh orang tuanya. Setelah dinasehati oleh orang tuanya mereka tidak juga berubah, namun setelah itu mereka ada yang diusir oleh orang tuanya dari rumah. Kasus seperti ini yang peneliti temukan sebanyak lima kasus yang mana waria yang pernah diusir oleh orang tunya yaitu, Amy, Cinta, Fany, Firda, Bidiak dan mereka pergi keluar dari lingkungan keluarganya untuk mencari kebebasan sesuai dengan keinginan mereka masing-masing dan juga mencari teman-teman yang sama dan mau menerima kondisi mereka masing sesama waria. Komunikasi mereka mulai terjalin ditempat mereka berkumpul-kumpul seperti di salon-salon dan saat acara orgen tunggal.

Perselisihan Antar Sesama Waria

Waria merupakan bagian dari masyarakat yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan kita. Mereka yang menjadi waria merupakan pilihan karena mereka merasa dirinya tidak nyaman dengan penampilan fisiknya yang berbeda. Waria yang peneliti temukan kebanyakan hanya bekerja disalon-salon dan sebagian ada juga yang bekerja sebagai artis orgen. Dari segi pekerjaan mereka sesama waria tidak memiliki sifat iri

atau tidak suka dengan teman mereka sesama waria.

Persaingan yang terjadi antara mereka sesama waria dari segi pekerjan tidak ada. Tapi yang namanya pekerjan dari bentuk apa pun pasti ada persaingan tetapi para waria ini mereka hanya fokus pada pekerjan dan usaha mereka masing-masing tidak ada keinginan mereka untuk menjatuhkan teman-teman mereka dari segi usaha. Mereka sama-sama berusaha dengan

skill dan kemampuan yang dimilikinya.

Interaksi Waria Dengan Keluarga sebagian kecil keluarga mereka yang bisa menerima keberadaan waria tersebut dengan penampilannya yang seperti itu. Alasan keluarga mereka yang tidak menerima keberadaan waria ini yaitu karena penampilan mereka yang tidak sesuai dengan fisiknya. Ada juga orang tuanya yang merasa malu anak laki-lakinya berpenampilan seperti perempuan. Bagi waria yang masih menjalin komunikasi dengan keluarganya, komunikasi mereka dengan orang tuanya berlangsung hanya di rumah saja ketika anaknya pulang ke rumah, tidak ada orang tua mereka yang pergi ke salon tempat mereka bekerja dan melihat keadaan anaknya.

Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang ditemukan padat disimpulkan bahwasannya kehidupan waria ini selalu diidentikan kehidupan dunia malam dan pelacuran yang sudah menjadi tradisi turun temurun. Waria ini telah menerima keadaan dirinya tersebut berpenampilan seperti perempuan ini yang mana mereka lebih merasa nyaman dengan penampilannya tersebut, dari pada mereka berpakaian seperti laki-laki. Tetapi setelah peneliti lakukan penelitian tidak semua waria tersebut malakukan pekerjaan yang dianggap negatif oleh masyarakat. Waria yang peneliti temukan disini bekerja di salon-salon dan tidak bekerja di dunia malam seluruhnya. Hanya terdapat beberapa waria yang menjajakan diri, dan interaksi mereka sesama waria terjalin sangat baik dan mereka saling terbuka antara mereka sesama waria. Hubungan komuniksi dan interaksi mereka para waria ini dengan

(10)

keluarganya ada yang masih menjalin komunikasi baik dengan keluarganya dan ada yang sama sekali tidak berkomunikasi keluarganya. Masyarakat pada umumnya memandang negatif para waria walaupun mereka tidak mengganggu tetapi dari segi penampilannya tersebut masyarakat tidak setuju.

Daftar pustaka

Ibrahim. 2015 Pembentukan Identitas Kum

Waria jurnal equilibrium

pendidikan Sosiologi vol III. FKIP Unismuh Makassar.

Junaidi, Iskandar. 2012. Anomali Jiwa, Jakarta : Andi Offset.

Kartono, K. 1989. Psikologi Abnormal Dan

Abnormalitas Seksual. Bandung:

Mandar Maju.

Koeswinarno, K. 2005. Hidupmu Sebagai

Waria. Yogyakarta: Kanisius.

Moleong, L.J 2008. Metodologi Penelitian

Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Synnot, Anthoni. 2003 Tubuh Sosial

Simbolisme Diri Dan Masyarakat.

Yogyakarta: Jalasutra.

Wadud, Aminah. 2001. Qur’an Menurut

Referensi

Dokumen terkait

+DVLO SHQHOLWLDQ LQL PHQXQMXNNDQ UHSUHVHQWDVL IDWKHUKRRG GDODP 0DMDODK $\DKEXQGD DGDODK D\DK \DQJ VXSSRUWLYH $\DK GLUHSUHVHQWDVLNDQ VHEDJDL SHQGXNXQJ LEX GDODP PHQJDVXK DQDN

- Bahwa perbuatan kedua terdakwa selain merubah hasil Rekapitulasi D-1 atas nama saksi HANAFI Bin SURAHMAN (Alm) dari partai Golkar, atas permintaan Tona

menyampaikan pesan (melalui pem- berian dodol atau makanan lain yang dibagikan kepada Dukun dan Tuo Tengganai) pada tradisi Ngerawi yang dilakukan oleh Dukun dan Tuo

Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Astri tahun 2008 tentang fitoplankton Nannochloropsis salina yang menjerap ion Pb pada konsentrasi 40 ppm, dan berdampak

Dengan pendekatan historis ini, penulis mengumpulkan dan menafsirkan gejala, peristiwa atau gagasan yang timbul pada karya sastra untuk menemukan generalisasi yang berguna

dalam proses belajar mengajar sehingga proses belajar mengajar semakin efektif dan efisien guna membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Seperti bagunan yang

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengamatan yang dilaksanakan pada 5 jalur jelajah dengan arah dan panjang yang bervariasi pada setiap jalurnya di lapangan,

!erbayan rbayang g adik adik misa misannya nnya terg tergopoh-go opoh-gopoh poh membu membuka ka pintu, pintu, lalu lalu menyer menyerbunya bunya dengan dengan