• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis-Jenis Gangguan Kesulitan Belajar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jenis-Jenis Gangguan Kesulitan Belajar"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Setiap anak didik datang ke sekolah tidak lain kecuali untuk belajar di kelas agar menjadi orang yang berilmu pengetahuan di kemudian hari. Sebagian besar waktu yang tersedia harus digunakan oleh anak didik untuk belajar, tidak mesti di sekolah, di rumah pun harus ada waktu yang disediakan untuk kepentingan belajar.

Di setiap sekolah dalm berbagai jenis dan tingkatan pasti memiliki anak didik yang mengalami kesulitan belajar. Masalah yang satu ini tidak hanya dirasakan oleh sekolah modern di perkotaan saja, tetapi juga dimilki oleh sekolah tradisional di pedesaan dengan segala keminiman dan kesederhanaannya.

Setiap kali kesulitan belajar anak didik yang satu dapat diatasi, tetapi pada waktu yang lain muncul lagi kasus kesulitan belajar anak didik yang lain. Bahkan, dalam setiap bulan atau bahkan dalam setiap minggu, tidak jarang ditemukan anak didik yang berkesulitan belajar. Hal ini dikarenakan banyaknya jenis-jenis kesulitan belajar yang ada.

Oleh karena itu, penyusun menyusun makalah dengan judul “Jenis-Jenis Kesulitan Belajar “ ini.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang penulis paparkan adalah sebagai berikut : a. Apa yang dimaksud dengan kesulitan belajar ?

b. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar ? c. Apa saja jenis-jenis kesulitan belajar ?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dari makalah iniadalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui pengertian kesulitan belajar.

b. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kesulitan belajar. c. Untuk mengetahui jenis-jenis kesulitan belajar.

d. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Diagnosis Belajar dan Pengajaran Remedial yang diberikan oleh Ibu Nina Permatasari, S. Psi, M. Pd.

(2)

Dalam pembuatan makalah ini metode yang digunakan penulis adalah metode

kepustakaan, yaitu membaca buku demi buku yang relevan dengan masalah yang dibahas.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana anak didik tidak dapat belajar secara wajar, yang disebabkan adanya hambatan ataupun gangguan dalam belajar.

(3)

Sehingga, anak berkesulitan belajar adalah anak yang mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademiknya, yang disebabkan oleh adanya disfungsi minimal otak, atau dalam psikologis dasar, sehingga prestasi belajarnya tidak sesuai dengan potensi yang sebenarnya, dan untuk mengembangkan potensinya secara optimal mereka memerlukan pelayanan pendidikan secara khusus.

2.2 Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar

Adapun factor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan belajar adalah sebagai berikut :

1. Faktor Internal, yaitu faktor yang terdapat dalam diri siswa, diantaranya: a. Kelemahan secara fisik

b. Kelemahan-kelemahan secara mental c. Kelemahan emosional

d. Kelemahan yang disebabkan karena kebiasaan dan sikap-sikap yang salah e. Tidak memiliki keterampilan dan pengetahuan dasar yang diperlukan

2. Faktor Eksternal, yaitu faktor-faktor yang terdapat diluar diri siswa, diantaranya: a. Adanya kurikulum yang seragam, bahan dan buku-buku sumber yang tidak sesuai

dengan tingkat kematangan siswa dan perbedaan individual. b. Adanya ketidaksesuaian standar administrative.

c. Adanya beban belajar siswa yang terlalu berat, atau populasi siswa yang ada di dalam kelas terlalu besar.

d. Terlalu sering pindah sekolah, tinggal kelas, dan sebagainya.

e. Adanya kelemahan dari sistem pembelajaran pada tingkat pendidikan dasar sebelumnya.

f. Kelemahan yang terdapat dalam kondisi rumah tangga (pendidikan, status sosial ekonomi, keutuhan keluarga, ketentraman, dan keamanan).

g. Terlalu banyak kegiatan diluar jam pelajaran sekolah atau terlalu banyak terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler.

h. Kekurangan gizi, dan sebagainya.

(4)

Kesulitan belajar merupakan kelompok kesulitan yang heterogen, sehingga sulit untuk diklasifikasikan secara spesifik. Namun demikian, kesulitan belajar dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu :

1. Kesulitan Belajar Umum

Anak berkesulitan belajar umum secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik khusus maupun umum, baik disebabkan oleh adanya disfungsi neurologis, proses psikologi dasar maupun sebab-sebab lain sehingga prestasi belajarnya rendah dan anak tersebut berisiko tinggi tinggal kelas.

Anak berkesulitan belajar umum biasanya ditandai dengan prestasi belajar yang rendah untuk hampir semua mata pelajaran atau nilai rata-rata jauh di bawah rata-rata kelas sehingga mempunyai risiko cukup tinggi untuk tinggal kelas. Kesulitan belajar tersebut salah satunya disebabkan karena IQ yang rendah.

Selain itu, anak berkesulitan belajar umum kemungkinan juga mengalami gangguan fisik, sosial dan mental yang ringan sehingga cukup mengganggu mereka dalam menangkap pelajaran.

2. Kesulitan Belajar Khusus

Kesulitan belajar khusus dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu kesulitan belajar praakademik dan kesulitan belajar akademik.

a. Kesulitan Belajar Praakademik

Kesulitan belajar praakademik terbagi lagi menjadi : 1) Gangguan Motorik dan Persepsi

Gangguan perkembangan motorik disebut dispraksia, mencakup gangguan pada motorik kasar, penghayatan tubuh, dan motorik halus. Gangguan persepsi mencakup persepsi penglihatan atau persepsi visual,persepsi pendengaran atau aoditoris, persepsi heptik (raba dan gerak atau tatkil dan kinestik), dan inteligensi sistem persepsual.

Dispraksia atau sering disebut clumsy adalah keadaan sebagai akibat adanya gangguan dalam inteligensi auditori-motor. Anak tidak mampu menggerakkan anggota tubuh dengan benar walaupun tidak ada kelumpuhan anggota tubuh. Ada beberapa jenis dispraksia, antara lain ;

(5)

b. Dispraksia ideosional c. Dispraksia konstruksional 2) Kesulitan Belajar Kognitif

Pengertian kognitif mencakup berbagai aspek struktur intelektual yang digunakan untuk mengetahui sesuatu. Kognitif merupakan fungsi mental yang mencakup persepsi, pikiran, simbolisasi, penalaran, dan pemecahan masalah. Perwujudan fungsi kognitif dapat dilihat dari kemampuan anak menggunakan bahasa dan menyelesaikan soal-soal berhitung.

3) Gangguan Perkembangan Bahasa (Disfasia)

Disfasia adalah ketidakmampuan anak menggunakan simbol linguistik dalam berkomunikasi secara verbal. Gangguan pada anak yang terjadi pada fase perkembangan ketika anak belajar berbicara disebut disfasia perkembangan (developmental dysphasia).

Disfasia ada dua jenis, yaitu disfasia reseptif dan disfasia ekspresif. 4) Kesulitan dalam Penyelesaian Perilaku Sosial

Ada anak yang perilakunya tidak dapat diterima oleh lingkungan sosialnya, baik oleh sesama anak, guru, maupun orang tua. Ia ditolak oleh lingkungan sosialnya karena sering mengganggu, tidak sopan, tidak tahu aturan, atau berbagai perilaku lainnya. Jika kesulitan penyesuaian perilaku sosial ini tidak secepatnya ditangani maka tidak hanya menimbulakan kerugian bagi anak itu sendiri, tetapi juga bagi lingkungannya.

b. Kesulitan Belajar Akademik

Meskipun sekolah mengajarkan berbagai mata pelajaran atau bidang studi, namun klasifikasi kesulitan belajar akademik tidak dikaitkan dengan semua mata pelajaran atau bidang studi tersebut. Ada tiga jenis kesulitan belajar akademik sebagai berikut:

1. Kesulitan Belajar Membaca

Anak-anak yang mengalami kesulitan ini biasanya mengalami kesulitan dalam hal mengeja, mengenali symbol huruf, mengenali kata, karena ia sulit mengode symbol di otak untuk diterjemahkan. Disamping itu, anak SD juga mengalami kesulitan membaca yang disebabkan factor-faktor psikologis seperti gagap. Anak merasa malu ditertawakan teman-temannya, sehingga terjadi kesulitan pada saat membaca.

(6)

Gangguan dalam membaca karena anak kehilangan kemampuan membaca disebut aphasia. Sedangkan ketidakmampuannya untuk membaca karena gangguan fungsi saraf disebut dengan dyslexsia.

2. Kesulitan Belajar Menulis

Kesulitan belajar menulis dapat disebabkan karena kemampuan psikomotor yang kurang terlatih. Ketidakmampuan motorik menyandikan lambang atau bentuk huruf-huruf tertentu, menyebabkan anak mengalami ketidakmampuan untuk menulis. Seoranga anak yang tulisannya buruk, ssulit untuk dibaca dan kurang rapi akibat gangguan ssyaraf disebut juga dengan disgrafia.

Oleh karena itu, kesulitan belajar menulis hendaknya didekteksi dan ditangani sejak dini agar tidak menimbulkan kesulitan bagi anak dalam mempelajari berbagai mata pelajaran yang diajarakan di sekolah.

3. Kesulitan Belajar Berhitung

Anak-anak yang mengalami kesulitan berhitung biasanya sering sulit membedakan tanda-tanda dalam hitungan, sering sulit mengoperasikan hitungan/bilangan meskipun sederhana, sering salah membilang dengan urut, sulit membedakan angka yang mirip, misalnya angka 6 dan 9, 17 dengan 71, sulit membedakan bangun-bangun geometri.

Kesulitan belajar berhitung disebut juga diskalkulia. Kesulitan belajar berhitung yang berat disebut akalkulia.

Selain itu, menurut buku Kiat Mengatasi Gangguan Belajar karangan Derek Wood, dkk halaman 24, kesulitan belajar dapat dibagi menjadi tiga kategori besar, yaitu:

1. Kesulitan dalam hal berbicara dan berbahasa

Kesulitan dalam berbicara dan berbahasa sering menjadi indikasi awal bagi kesulitan belajar yang dialami seorang anak. Orang yang mengalami kesulitan jenis ini menemui kesulitan dalam menghasilkan bunyi-bunyi bahasa yang tepat, berkomunikasi dengan orang lain melalui penggunaan bahasa yang benar, atau memahami apa yang orang lain katakan.

Berdasarkan definisi gangguan ini, maka kita dapat meringkaskan ciri-ciri spesifiknya sebagai berikut:

a. Keterlambatan dalam hal pengucapan bunyi bahasa

b. Keterlambatan dalam hal mengekspresikan pikiran atau gagasannya melalui bahasa yang baik dan benar

(7)

c. Keterlambatan dalam hal pemahaman bahasa

2. Kesulitan dalam hal kemampuan akademik

Siswa-siswa yang mengalami gangguan kemampuan akademik berbaur bersama teman-teman sekelasnya demi meningkatkan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung mereka. Seseorang dapat didiagnosis mengalami gangguan ini, bila mengalami:

a. Kesulitan dalam hal membaca b. Keterlambatan dalam hal menulis c. Keterlambatan dalam hal berhitung

3. Kesulitan lainnya, yang mencakup kesulitan dalam mengoordinasi gerakan anggota tubuh serta permasalahan belajar yang belum dicakup oleh kedua kategori di atas, yaitu ADHD (Attention Deficit Hiperactivity Disorder = Gangguan Hiperaktif Memusatkan Perhatian) .

Sedangkan menurut Warkitri dkk. Dalam Sugihartono dkk ( 2007 : 151), terdapat beberapa jenis permasalahan belajar yang sering dialami siswa, yaitu :

1. Kekacauan Belajar atau Learning Disorder ( LD)

Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan dengan tujuan pembelajaran . Pada dasarnya siswa ini memiliki porensi dasar yang baik, tetapi dalam proses belajar terganggu oleh reaksi-reaksi belajar yang bertentangan sehingga siswa tidak dapat menguasai materi pelajaran dengan baik dan juga mengalami kebingungan untuk memahami materi pelajaran.

2. Ketidakmampuan belajar atau Learning Disabilities

Ketidakmampuan belajar merupakan jenis permasalahan belajar saat siswa menunjukkan gejala tidak mampu belajar atau selalu menghindari kegiatan belajar dengan berbagai sebab dan alasannya, sehingga hasil belajar yang dicapai berada di bawah potensi intelektualnya.

3. Learning Disfunctions

Learning Disfunctions merupakan jenis permasalahan belajar yang mengacu pada adanya gejala-gejala dalam bentuk siswa tidak dapat mengikuti dan melaksanakan proses belajar dan pembelajaran dengan baik ( Sugihartono dkk, 2007 : 151). Pada dasarnya, siswa ini tidak menunjukkan adanya gangguan subnormal secara mental, gangguan alat

(8)

indra, ataupun gangguan psikologis lainnya. Namun demikian, siswa tersebut tetap tidak mampu menguasai materi pelajaran meskipun sudah belajar dengan tekun.

4. Under Achiever

Under Achiever merupakan jenis permasalahan belajar yang terjadi dan dialami oleh siswa dengan potensi intelektual tinggi dan atau tingkat kecerdasan diatas rata-rata normal, tetapi prestasi belajar yang ia capai tergolong rendah ( Sugihartono, dkk. 2007 : 151). Siswa ini mengalami kesulitan yang dapat dilihat dari gejalanya, yaitu mengalami ketidaksesuaian tingkat kecerdasan dengan prestasi ang diperoleh.

5. Lambat Belajar atau Slow Learner

Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama. Misalnya untuk memahami sebuah materti perkalian pada mata pelajaran matematika ia membbutuhkan waktu dua minggu untuk memahaminya. Sementara siswa lainnya cukup hanya satu minggu. Hal in berdampak pada bentuk-bentuk keterlambatan lainnya, yaitu pengerjaan tugas-tugas, keterlambatan mengejar materi, dan sebagainya.

Selain itu, menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, terdapat beberapa macam kesulitan belajar pada siswa sebagai berikut:

1. Dilihat dari jenis kesulitannya  kesulitan belajar ringan,  kesulitan belajar sedang,  kesulitan belajar yang berat.

2. Dilihat dari jenis bidang studi yang dipelajarinya  kesulitan belajar pada sebagian bidang studi

 kesulitan belajar pada sebagian besar bidang studi. 3. Dilihat dari sifat kesulitan belajarnya

 kesulitan belajar yan sifatnya menetap atau permanen,  kesulitan belajar yang sifatnya hanya sementara. 4. Dilihat dari factor penyebabnya

 kesulitan belajar karena factor inteligensia,  kesulitan belajar karena factor non-inteligensi.

(9)

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukkan tidak adanya pertumbuhan yang signifikan dan berarti dari segi jumlah mahasiswa, padahal industri perhotelan dan pariwisata di Bali khususnya,

Pokja Pengadaan Barang dan Jasa Kabupaten Cianjur melaksanakan Pemilihan Langsung dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan konstruksi sebagai berikut :..

Bagian tipis lengkung henle yang merupakan lanjutan tubulus kontortus proksimal tersusun atas sel gepeng dan inti menonjol ke dalam lumen.. Cairan urin ketika berada dalam loop

Kami yakin dengan tekad dan konsistensi akselerasi di 3 (tiga) area fokus bisnis tersebut, akan menghasilkan pertumbuhan bisnis dan peningkatan profitabilitas yang lebih baik

Dosen1 memiliki nilai tertinggi pada kriteria Unsur Penunjang, maka Kinerja paling baik dan menempati peringkat pertama adalah dosen1 dengan total bobot prioritas 0.355

Umumnya ketiga narasumber memiliki pemahaman yang sama akan makna dari tanaman jeruk pada saat hari raya Imlek, mereka menghubungkan pelafalan dari tanaman

Melihat uraian diatas, bisa dikatakan bahwa legenda urban hantu Yuki-Onna termasuk produk budaya negara Jepang yang menjadi keunikan tersendiri apabila membahasnya, Namun dibalik

Permainan edukasi simulasi astronomi yang dikembangkan pada penelitian ini berhasil menjadi permainan yang edukatif berdasarkan hasil focus testing yang telah dilakukan,