• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN GENERASI KETIGA HASIL PERSILANGAN AYAM LOKAL DENGAN AYAM RAS PEDAGING SAMPAI UMUR 12 MINGGU SAMSU AZA NURHUDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERTUMBUHAN GENERASI KETIGA HASIL PERSILANGAN AYAM LOKAL DENGAN AYAM RAS PEDAGING SAMPAI UMUR 12 MINGGU SAMSU AZA NURHUDA"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN GENERASI KETIGA HASIL PERSILANGAN

AYAM LOKAL DENGAN AYAM RAS PEDAGING

SAMPAI UMUR 12 MINGGU

SAMSU AZA NURHUDA

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pertumbuhan Generasi Ketiga Hasil Persilangan Ayam Lokal dengan Ayam Ras Pedaging sampai Umur 12 Minggu adalah benar karya saya dengan bimbingan dan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2017

Samsu Aza Nurhuda

(4)
(5)

ABSTRAK

SAMSU AZA NURHUDA. Pertumbuhan Generasi Ketiga Hasil Persilangan Ayam Lokal dengan Ayam Ras Pedaging sampai Umur 12 Minggu. Dibimbing oleh SRI DARWATI dan RUDI AFNAN.

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji performa pertumbuhan G3 (generasi ketiga) hasil persilangan sesama antar ayam PSKB G2 (generasi kedua) pada umur 1 sampai 12 minggu. Peubah yang diamati adalah konsumsi pakan, konversi pakan, bobot badan, pertambahan bobot badan, dan mortalitas. Semua peubah diukur setiap 1 minggu sekali. Data dianalisis secara deskriptif dengan menyajikan rataan (X), simpangan baku (sb), dan koefisien keragaman (KK). Hasil penelitian menunjukkan ayam PSKB generasi ketiga umur 12 minggu mampu mencapai bobot potong 1.0-1.2 kg. Kebutuhan total konsumsi pakan selama 12 minggu pada jantan 2 652.85 g ekor-1 danbetina 2 576.47 g ekor-1, dan memiliki nilai konversi pakan pada jantan 2.71 sedangkan pada betina 2.96. Ayam PSKB G3 mencapai bobot potong dan siap dipanen pada umur 12 minggu dengan bobot badan 1 048.37-1 186.10 g.

Kata kunci: ayam PSKB, persilangan interse, pertumbuhan

ABSTRACT

SAMSU AZA NURHUDA. Growth of Third Generation of Crossed of Local Chicken with Meat Type Chicken until 12 Weeks of Age. Supervised by SRI DARWATI and RUDI AFNAN.

This research was carried out to evaluate the interse crossing of G3 (third generation) of PSKB (pelung, sentul, kampung and broiler chickens) on their growth performance from 1-12 weeks of age. Feed intake, feed conversion, body weight, weight growth and mortality was recorded. Data was descriptively analyzed for means (X), standard deviation (stdev) and coefficient of variation (CV). The results showed chickens PSKB third generation reached slaughter weights of 1.0-1.2 kg at 12 weeks of. Total feed intake of males was 2 652.85 g tail-1 and of females was 2 576.47 g tail-1, and feed conversion ratio of males was 2.71 and of females was 2.96. G3 of PSKB chicken has reached slaughter weight and ready to be harvested at 12 weeks of age with weight of 1 048.37-1 186.10 g. Key words: growth, interse crossing, PSKB chickens

(6)
(7)

PERTUMBUHAN GENERASI KETIGA HASIL PERSILANGAN

AYAM LOKAL DENGAN AYAM RAS PEDAGING

SAMPAI UMUR 12 MINGGU

SAMSU AZA NURHUDA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Pertumbuhan Generasi Ketiga Hasil Persilangan Ayam Lokal dengan Ayam Ras Pedaging sampai Umur 12 Minggu

Nama : Samsu Aza Nurhuda

NIM : D14130050

Disetujui

Dr Ir Sri Darwati, MSi Dr Rudi Afnan, SPt MSc Agr

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui Oleh

Dr Irma Isnafia Arief, SPt MSi Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-NYA sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Karya ilmiah ini berjudul Pertumbuhan Generasi Ketiga Hasil Persilangan Ayam Lokal dengan Ayam Ras Pedaging sampai Umur 12 Minggu.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Sri Darwati, MSi dan Bapak Dr Rudi Afnan, SPt MSc Agr selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, nasehat, dan motivasi dalam proses penyusunan skripsi ini. Terima kasih kepada Bapak Sigid Prabowo, SPt MSc selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan selama penulis menjalankan studi. Terima kasih kepada Ibu Ir Rini Herlina Mulyono, MSi selaku dosen pembahas seminar pada seminar proposal penelitian ini. Terima kasih juga kepada Bapak Dr agr Asep Gunawan, SPt MSc dan Bapak Dr Ir Didid Diapari, MS sebagai dosen penguji yang telah memberikan banyak saran.

Ucapan terima kasih yang tidak terhingga juga penulis sampaikan kepada Ibu tercinta (Asmiati), kakak (Usila Driatwati), adik (Satrio Pagi), dan seluruh keluarga besar atas segala do’a, dukungan, dan kasih sayangnya. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Dadang sekeluarga, teman kelompok penelitian (Erwin, Syaiful, Vallen, Anicka, Deuis, dan Umi), dan teman-teman yang magang di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika Ternak (Arianda, Lucky, dan Lukman), serta teman-teman IPTP 50 Devonica, juga sahabat seperjuangan (Ayu, Ike, Yudi, dan Diki) atas motivasi, bantuan, dan dukungannya selama berjuang menyelesaikan tugas akhir dan menempuh pendidikan di Fakultas Peternakan IPB.

Penulis sangat berterima kasih atas kritik dan saran-saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bemanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Bogor, Juni 2017

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Ruang Lingkup Penelitian 1

METODE 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 2

Alat 2 Bahan 2 Prosedur 4 Persilangan 4 Penetasan 5 Pemeliharaan 5

Pemberian Pakan dan Air Minum 5

Analisis Data 6

Peubah 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Konsumsi Pakan 7

Pertambahan Bobot Badan 8

Konversi Pakan 10

Bobot Badan 11

Laju Pertumbuhan 12

Mortalitas 13

SIMPULAN DAN SARAN 14

DAFTAR PUSTAKA 15

(14)

viii

DAFTAR TABEL

1 Jenis ayam persilangan yang digunakan dalam penelitian 2

2 Kandungan nutrisi pakan 4

3 Konsumsi pakan dan total konsumsi pakan ayam PSKB G3 7 4 Pertambahan bobot badan dan total pertambahan bobot badan

ayam PSKB G3 9

5 Konversi pakan ayam PSKB G3 sampai umur 12 minggu 10 6 Bobot badan ayam PSKB G3 sampai umur 12 minggu 11

7 Persentase mortalitas ayam PSKB G3 13 12

DAFTAR GAMBAR

1 Ayam PSKB G2 yang dipakai sebagai tetua 3

2 Ayam jantan PSKB G3 saat DOC - umur 12 minggu yang dikaji,

(A) DOC, (B) 3 minggu, (C) 6 minggu, (D) 9 minggu, (E) 12 minggu 3 3 Ayam betina PSKB G3 saat DOC - umur 12 minggu yang dikaji,

(A) DOC, (B) 3 minggu, (C) 6 minggu, (D) 9 minggu, (E) 12 minggu 3 4 Ilustrasi persilangan ayam yang dikaji 4 5 Kurva laju pertumbuhan dan penduga pertumbuhan ayam PSKB G3 12

(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ayam lokal bersifat dwiguna dan berperanan sebagai sumber produksi daging dan telur. Ayam kampung memiliki keunggulan seperti tekstur dan cita rasa daging yang lebih baik dan khas dibandingkan dengan ayam ras pedaging (Pramudyati 2009). Keunggulan tersebut membuat permintaan daging ayam kampung cukup tinggi. Di sisi lain ayam lokal memiliki produktivitas yang masih rendah, sehingga diperlukan upaya-upaya peningkatan produktivitas seperti pengadaan bibit unggul, persilangan, pakan yang berkualitas, dan manajemen yang baik.

Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas ayam lokal dilakukan melalui persilangan. Menurut Darwati et al. (2017), peningkatan persediaan daging unggas di masyarakat dapat dilakukan dengan perbaikan laju pertumbuhannya. Laju pertumbuhan tersebut dapat ditingkatkan dengan cara melakukan persilangan antara ayam lokal dengan ayam ras pedaging. Persilangan antar rumpun ayam tersebut diharapkan menghasilkan ayam dengan produktivitas yang lebih tinggi karena adanya kombinasi dari keunggulan masing-masing ayam. Ayam PSKB merupakan ayam yang dihasilkan dari persilangan ayam lokal (ayam pelung, sentul, dan kampung) dengan ayam ras pedaging. Ayam PSKB memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan sebagai ayam lokal penghasil daging dan mampu meningkatkan kualitas genetik ayam lokal. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian sebelumnya yang telah mengkaji performa dari hasil penyilangan ayam PS jantan dengan ayam KB betina yaitu ayam PSKB generasi pertama (G1) dan hasil penyilangan antara sesama ayam PSKB G1 menghasilkan ayam PSKB generasi kedua (G2). Ayam PSKB generasi ketiga (G3) merupakan keturunan dari hasil persilangan sesama ayam PSKB G2.

Peneliti sebelumnya menyatakan ayam PSKB G1 dan G2 telah mampu mencapai bobot potong pada umur 10 minggu. Ayam PSKB G1 umur 10 minggu mampu mencapai bobot badan 1 084 g pada jantan dan 905 g pada betina (Darwati et al. 2016). Ayam PSKB G2 pada umur yang sama memiliki bobot badan yang lebih berat yaitu 1 256 g pada jantan dan 1 042 g pada betina (Darwati

et al. 2017). Penelitian ini mengkaji pertumbuhan ayam PSKB G3.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji performa pertumbuhan G3 sampai umur 12 minggu hasil persilangan antara ayam lokal (ayam pelung, sentul, dan kampung) dengan ayam ras pedaging yaitu ayam PSKB G2 dengan sesamanya.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengkaji performa pertumbuhan meliputi bobot badan, pertambahan bobot badan, konsumsi pakan, konversi pakan, dan mortalitas G3

(16)

2

sampai umur 12 minggu hasil interse G2 ayam PSKB atau persilangan sesama G2. Penelitian ini merupakan usaha untuk mendapatkan informasi pertumbuhan keturunan hasil persilangan sesama ayam PSKB G2.

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Nopember 2016 sampai Februari 2017. Lokasi penelitian yaitu Laboratorium Lapangan Pemuliaan dan Genetika Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Alat

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah 3 kandang koloni berukuran 2 m x 1.5 m dan 5 kandang DOC berukuran 1.5 m x 1.5 m untuk 5 periode, kandang yang disekat untuk ayam berumur 0-5 minggu sedangkan kandang bambu untuk ayam berumur 6-12 minggu. Peralatan lain yang digunakan untuk pemeliharaan ayam adalah tempat pakan, tempat minum, brooder, egg tray,

dan mesin tetas. Timbangan digital OSUKA dengan ketelitian 0.05 g digunakan untuk menimbang ayam dan pakan.

Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam jantan dan betina hasil persilangan pelung-sentul-kampung-ras pedaging (PSKB) dengan sesamanya (G2) untuk memperoleh keturunannya yaitu DOC (Day Old Chick) G3 hasil persilangan tersebut. Ayam PSKB G2 yang digunakan sebagai tetua sebanyak 15 ekor terdiri atas 3 ekor jantan dan 12 ekor betina, disilangkan dalam setiap kandang dengan rasio 1 ekor pejantan dengan 4 ekor betina. Jenis ayam yang digunakan pada penelitian ini disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Jenis ayam persilangan yang digunakan dalam penelitian Jenis Ayam Jenis Kelamin Jumlah (ekor)

PSKB G2 (tetua) Jantan 3 Betina 12 PSKB G3 (anak) Jantan 40 Betina 65

(17)

3

Performa jenis ayam persilangan yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 1, 2, dan 3. Gambar 1 menunjukkan tetua untuk persilangan. Gambar 2 dan 3 adalah dokumentasi anak ayam G3.

(A) Jantan (B) Betina

Gambar 1 Ayam PSKB G2 yang dipakai sebagai tetua (A) Jantan, (B) Betina.

(A) DOC (B) 3 minggu (C) 6 minggu (D) 9 minggu (E) 12 minggu Gambar 2 Ayam jantan PSKB G3 saat DOC sampai umur 12 minggu yang dikaji

(A) DOC, (B) 3 minggu, (C) 6 minggu, (D) 9 minggu, (E) 12 minggu.

(A) DOC (B) 3 minggu (C) 6 minggu (D) 9 minggu (E) 12 minggu Gambar 3 Ayam betina PSKB G3 saat DOC sampa umur 12 minggu yang dikaji

(A) DOC, (B) 3 minggu, (C) 6 minggu, (D) 9 minggu, (E) 12 minggu. Bahan lain yang digunakan pada penelitian ini adalah pakan campuran terdiri atas campuran pakan komersil ayam pedaging fase starter berbentuk

crumble dengan dedak padi, air, vaksin ND, vitachick, sekam, formalin, dan kalium permanganat. Kandungan nutrisi pakan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.

(18)

4

Tabel 2 Kandungan nutrisi pakan Nutrisi Pakan Umur 0-3 Minggu (100K) Pakan Umur 4 Minggu (80K:20D)* Pakan Umur 5 Minggu (70K:30D)* Pakan Umur 6-12 Minggu (60K:40D)* Bahan Kering - 88.23 87.76 87.96 Abu 8 5.06 5.51 5.33 Protein Kasar 20-22 19.03 18.77 17.42 Serat Kasar 4 5.19 6.52 6.61 Lemak Kasar 4-8 5.98 2.66 6.46 Beta-N - 52.97 54.57 52.14 Calcium 0.9-1.2 1.39 1.34 1.13 Phospor 0.7-1.0 0.89 0.75 0.79 Energi Bruto (Kkal kg-1) - 4 080.00 3 989.00 4 002.00

K: pakan komersil, D: dedak padi, (*): berdasarkan analisis pakan Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Bagian Teknologi dan Industri Pakan Fapet, IPB (2015).

Prosedur Persilangan

Langkah pertama adalah melakukan persilangan ayam jantan pelung dengan ayam betina sentul menghasilkan DOC PS dan persilangan ayam jantan kampung dengan ayam betina ras pedaging strain Cobb (parent stock) menghasilkan DOC KB. Selanjutnya ayam jantan PS disilangkan dengan ayam betina KB menghasilkan DOC PSKB. Tahap persilangan tersebut telah dilakukan pada penelitian sebelumnya.

Ayam PSKB disilangkan dengan sesamanya menghasilkan PSKB G2. Ayam PSKB G2 tersebut dijadikan tetua untuk disilangkan pada penelitian ini sehingga diperoleh PSKB keturunan G3. Ilustrasi persilangan ayam ditampilkan pada Gambar 4.

Gambar 4 Ilustrasi persilangan ayam yang dikaji dan (- - - -) persilangan ayam yang dilakukan pada penelitian ini.

(19)

5

Penetasan

Telur tetas hasil perkawinan sesama ayam PSKB G2 dikoleksi pada pagi dan sore hari. Telur dimasukkan ke dalam mesin tetas setiap 1 minggu sekali. Mesin tetas difumigasi terlebih dahulu menggunakan KMnO4 dan formalin 40% sebelum telur dimasukkan ke dalam mesin tetas. Telur yang dimasukkan harus dibersihkan dahulu menggunakan cairan disinfektan dan diberi keterangan untuk identifikasi.

Telur menetas setelah 21 hari pengeraman. DOC yang telah menetas ditimbang menggunakan timbangan digital dan diberi wing band untuk mempermudah identifikasi.

Pemeliharaan

Setelah DOC hasil persilangan menetas, kandang disiapkan untuk pemeliharaan. Kandang dibersihkan dahulu dan dilakukan pengapuran lalu diberi alas sekam. Pemeliharaan DOC dilakukan di dalam kandang koloni. Kandang tersebut dilengkapi lampu, tempat pakan, dan tempat air minum.

Pemeliharaan dilakukan dari DOC yang telah menetas mulai dari periode pertama penetasan. Setiap kandang diisi dengan ayam sesuai dengan umur, periode, dan jenis kelaminnya. Ayam berumur 1 hari sampai 2 minggu diberi air minum dengan tambahan vita chick. Vaksinasi ND dilakukan ketika ayam berumur 3 hari dan 3 minggu melalui tetes mata, setelah itu vaksinasi dilakukan pada umur 3 bulan dengan cara suntikan intramuskuler di bagian daging dada.

Ayam yang sudah berumur 5-12 minggu dipisahkan berdasarkan jenis kelamin dan dipindahkan ke kandang individu. Ayam umur 5-12 minggu yang digunakan sebanyak 60 ekor terdiri dari 30 ekor jantan dan 30 ekor betina. Pengambilan data konsumsi dilakukan setiap hari dengan cara menimbang pakan yang diberikan dan sisa pakan. Pertambahan bobot badan ayam diukur setiap 1 minggu sekali dan diamati juga mortalitasnya.

Pemberian Pakan dan Air Minum

Pakan dan air minum diberikan ad libitum. Pemberian pakan dilakukan sebanyak 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Pakan diberikan pada ayam sampai mencapai bobot potong.

Pakan komersial untuk ras pedaging fase starter produksi PT. Charoen Pokphand Indonesia (511-BRAVO) berbentuk crumble diberikan pada anak ayam berumur sehari (DOC) hingga berumur 3 minggu. Ayam umur 4 minggu diberi pakan campuran 80% pakan komersial dengan 20% dedak padi. Ayam umur 5 minggu diberi pakan campuran 70% pakan komersial dengan 30% dedak padi. Ayam umur 6-12 minggu diberi pakan campuran 60% pakan komersial dengan 40% dedak padi. Analisis proksimat pakan campuran ditampilkan pada Tabel 2.

(20)

6

Analisis Data

Data dianalisis secara deskriptif dengan menyajikan rataan (X), simpangan baku (sb), dan koefisien keragaman (KK). Laju pertumbuhan untuk menduga pertumbuhan optimal menurut Brody (1945) sebagai berikut :

Wt = Wo x ekt

Keterangan :

Wt = bobot badan umur t (g);

Wo = bobot badan umur DOC (awal) (g);

t = umur (Minggu);

k = koefisien laju pertumbuhan; dan e = konstanta (bilangannatural = 2.7183).

Rumus dari laju pertumbuhan relatif (k) menurut Brody (1945) sebagai berikut :

l l t t

Keterangan :

W1 = bobot badan pada umur t1;

W2= bobot badan pada umur t2;

t1 = umur sebelum penimbangan; dan

t2 = umur saat penimbangan.

Peubah

Peubah yang diamati adalah bobot badan, pertambahan bobot badan, konsumsi pakan, konversi pakan, dan mortalitas.

1. Bobot badan (g ekor-1 minggu-1) diukur dari hasil penimbangan setiap minggu. 2. Pertambahan bobot badan (g ekor-1 minggu-1) diperoleh dari bobot badan saat

penimbangan dikurangi bobot badan pada minggu sebelumnya.

3. Konsumsi pakan (g ekor-1 minggu-1) diperoleh dari jumlah pemberian pakan dikurangi sisa pakan.

4. Konversi pakan atau Feed Conversion (FC) merupakan hasil perbandingan konsumsi pakan terhadap pertambahan bobot badan.

5. Mortalitas (%) diperoleh dengan membandingkan jumlah ayam mati dengan total ayam yang dipelihara.

(21)

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsumsi Pakan

Pakan yang dikonsumsi ternak digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi. Jumlah pakan yang dikonsumsi ayam PSKB G3 dari saat DOC sampai umur 12 minggu ditampilkan pada Tabel 3.

Tabel 3 Konsumsi pakan dan total konsumsi pakan ayam PSKB G3 Umur

(minggu)

Rataan ± sb (KK) Konsumsi Pakan

Jantan Unsexed Betina

g ekor-1 minggu-1 1 43.74 ± 3.69 (8.43) 2 92.55 ± 4.33 (4.68) 3 142.59 ± 4.17 (2.93) 4 191.43 ± 3.06 (1.60) 5 185.83 ± 2.32 (1.25) 181.93 ± 1.77 (0.98) 6 236.46 ± 1.36 (0.57) 217.94 ± 14.3 (6.55) 7 278.08 ± 1.74 (0.63) 273.75 ± 3.73 (1.36) 8 318.80 ± 1.77 (0.56) 316.17 ± 0.75 (0.24) 9 363.56 ± 1.45 (0.40) 354.13 ± 5.97 (1.69) 10 406.72 ± 1.48 (0.36) 404.54 ± 1.05 (0.26) 11 411.72 ± 7.02 (1.71) 400.26 ± 6.21 (1.55) 12 451.67 ± 14.5 (3.22) 427.75 ± 12.2 (2.85) Jumlah 2 652.82 469.26 2 576.47

P: pelung, S: sentul, K: kampung, B: ras pedaging, sb: simpangan baku, KK: koefisien keragaman.

Ayam PSKB G3 sampai umur 4 minggu belum dipisahkan berdasarkan jenis kelamin dengan konsumsi pakan sebanyak 469.26 g. Hasil penelitian Darwati et al. (2016) menunjukkan jumlah konsumsi pakan ayam PSKB G1 sampai umur 4 minggu 518 g. Jumlah konsumsi pakan ayam PSKB G2 sampai umur 4 minggu 440.89 g (Darwati et al. 2017). Jika dibandingkan dengan konsumsi ayam PSKB G3 sampai umur 4 minggu, jumlah konsumsi pakan ayam PSKB G3 lebih rendah dari pada PSKB G1 namun lebih tinggi dari PSKB G2.

Pemisahan ayam berdasarkan jenis kelamin (seksing) dilakukan pada umur 5 minggu. Jumlah konsumsi pakan ayam PSKB G3 umur 5-12 minggu pada jantan mencapai 2 652.85 g ekor-1 danbetina mencapai 2 576.47 g ekor-1. Darwati

et al. (2016) melaporkan jumlah konsumsi pakan ayam PSKB G1 umur 5-10 minggu 3 371 g pada jantan dan 3 242 g pada betina. Jumlah konsumsi pakan ayam PSKB G2 umur 5-10 minggu 2 092.95 pada jantan dan 2 508.05 g pada betina. Jika dibandingkan dengan jumlah konsumsi pakan ayam PSKB G3 pada rentang umur yang sama, jumlah konsumsi pakan ayam PSKB G3 lebih sedikit yaitu 1 789.43 g pada jantan dan 1 748.46 g pada betina.

(22)

8

Konsumsi pakan ayam PSKB G3 lebih sedikit dari ayam G1 dan G2 diduga karena ayam G3 memiliki bobot tetas yang lebih ringan sehingga membutuhkan konsumsi pakan lebih sedikit untuk mendukung pertumbuhannya. Sesuai pernyataan Tillman et al. (1989), konsumsi pakan dipengaruhi oleh lingkungan, imbangan zat-zat makanan, kualitas ransum, bangsa ternak, kecepatan pertumbuhan, bobot badan, tingkat produksi, dan palatabilitas ransum.

Kholid (2011) melaporkan konsumsi pakan per minggu ayam lokal umur 8 minggu hanya mencapai 390 g. Jika dibandingkan dengan konsumsi pakan per minggu ayam PSKB G3 dengan umur yang sama, konsumsi ayam PSKB G3 lebih rendah yaitu pada jantan mencapai 318.80 g dan betina 316.17 g. Meskipun konsumsi pakan ayam PSKB G3 lebih rendah tetapi memiliki pertambahan bobot badan lebih tinggi.

Tabel 3 menunjukkan jumlah konsumsi ayam jantan lebih banyak dibandingkan dengan ayam betina. Ayam jantan memiliki kemampuan mengkonsumsi pakan yang lebih tinggi untuk dapat menyokong pertumbuhan yang lebih cepat dengan pertambahan bobot badan lebih besar (Yaman et al. 2008 dan Kita et al. 2000).

Faktor jenis kelamin yang mempengaruhi pertumbuhan harus didukung kandungan nutrisi di dalam pakan dan keseimbangan protein dan energi yang baik, sehingga pertumbuhan dan perkembangan ternak akan meningkat (Berri et al. 2001). Pakan campuran (60% pakan komersil : 40% dedak) yang diberikan masih dapat mendukung pertumbuhan ayam PSKB G3 dengan baik. Darwati dan Martojo (2001) melaporkan pemberian pakan campuran (60% pakan komersial : 40% dedak) mampu mendukung pertumbuhan ayam persilangan pelung-kampung umur 4-10 minggu dengan baik.

Pertambahan Bobot Badan

Salah satu kriteria untuk mengukur pertumbuhan adalah dengan mengukur pertambahan bobot badan (PBB). Pertambahan bobot badan ayam berlangsung sesuai dengan kondisi fisiologis ayam, yaitu bobot badan ayam akan berubah ke arah bobot badan dewasa. Pertambahan bobot badan ayam PSKB G3 dari umur DOC sampai 12 minggu disajikan pada Tabel 4.

Pertambahan bobot badan merupakan kenaikan bobot badan hasil dari perubahan sel berupa pertambahan jumlah sel dan pembesaran ukuran sel yang dicapai oleh ternak selama periode tertentu. PBB ayam PSKB G3 sampa umur 12 minggu pada jantan mencapai 1 155.44 g dan 1 037.57 g pada betina. Tabel 4 menunjukkan adanya PBB yang turun pada umur 4-5 minggu dan 10-11 minggu. PBB yang turun pada umur 4-5 minggu diduga karena ayam persilangan masih beradaptasi dengan pakan campuran yang diberikan. PBB yang turun pada umur 10-11 minggu diakibatkan ayam penelitian sakit. PBB ayam yang sakit lebih rendah karena pakan yang dikonsumsi lebih sedikit untuk mendukung pertumbuhan.

Darwati et al. (2016) melaporkan PBB ayam PSKB G1 sampai umur 10 minggu mencapai 1 048.64 g pada jantan dan 869.64 g pada betina. Darwati et al. (2017) melaporkan ayam PSKB G2 sampai umur 10 minggu memiliki PBB sebesar 1 220.89 g pada jantan dan 1 008.95 g pada betina. Pada umur yang sama,

(23)

9

ayam PSKB G3 mencapai PBB yang lebih rendah yaitu pada jantan 888.97 g dan 798.31 g pada betina.

PBB ayam PSKB G3 lebih rendah dari ayam G1 dan G2 diduga karena ayam G3 berasal dari telur tetas dengan bobot yang lebih ringan. Bobot telur tetas yang ringan akan menghasilkan anak ayam dengan bobot tetas yang ringan sehingga memiliki PBB yang lebih rendah pula. Kartasudjana dan Edjeng (2006) menyatakan salah satu faktor yang mempengaruhi keadaan DOC dalam mencapai pertumbuhan yang optimum adalah kualitas DOC tersebut dan bobot tetas termasuk di dalamnya.

Tabel 4 Pertambahan bobot badan dan total pertambahan bobot badan ayam PSKB G3

Umur (minggu)

Rataan ± sb (KK) Pertambahan Bobot Badan

Jantan Unsexed Betina

g ekor-1 minggu-1 DOC-1 18.81 ± 3.140 (16.68) 1-2 44.59 ± 8.160 (18.29) 2-3 64.93 ± 10.73 (16.52) 3-4 79.15 ± 11.26 (14.22) 4-5 70.03 ± 12.39 (17.69) 63.23 ± 12.59 (19.91) 5-6 86.13 ± 9.150 (10.62) 68.27 ± 11.98 (16.18) 6-7 104.70 ± 13.97 (13.34) 80.60 ± 15.03 (16.22) 7-8 135.00 ± 15.79 (11.69) 126.03 ± 16.42 (13.04) 8-9 138.93 ± 17.61 (12.68) 124.57 ± 17.82 (14.31) 9-10 146.70 ± 19.44 (13.25) 128.13 ± 19.23 (15.00) 10-11 118.90 ± 21.26 (17.88) 112.93 ± 20.63 (18.26) 11-12 147.57 ± 23.09 (15.64) 126.33 ± 22.03 (17.44) Jumlah 947.96 207.48 830.09

P: pelung, S: sentul, K: kampung, B: ras pedaging, sb: simpangan baku, KK: koefisien keragaman, DOC: Day Old Chick.

Iskandar et al. (1997) melaporkan rataan pertambahan bobot badan ayam kampung umur 1-12 minggu adalah 704 g ekor-1 dan ayam silangan-pelung adalah 844 g ekor-1. PBB ayam PSKB lebih tinggi sedangkan rendahnya performa ayam kampung dan ayam silangan-pelung mengindikasikan adanya perbedaan potensi genetik. Persilangan ayam PSKB dapat meningkatkan performa pertumbuhan ayam lokal. Sesuai pernyataan North dan Bell (1990), persilangan ayam berbobot badan besar dengan ayam berbobot badan ringan akan menghasilkan keturunan dengan rataan bobot diantara kedua tetuanya.

Tabel 4 menunjukkan PPB ayam jantan lebih besar dibandingkan betina, hal ini berarti jenis kelamin mempengaruhi laju pertumbuhan. Perbedaan jenis kelamin dapat mempengaruhi perbedaan laju pertumbuhan yaitu ayam jantan biasanya tumbuh lebih cepat dengan bobot badan lebih berat dibandingkan ayam betina pada umur yang sama (Soeparno 1994). Menurut Kholik et al. (2016), tingginya rataan pertambahan bobot badan ayam jantan dibandingkan ayam betina

(24)

10

erat kaitannya dengan perbedaan status fisiologis bahwa ayam jantan memiliki hormon androgen yang sangat berperan dalam memacu percepatan pertumbuhan.

Konversi Pakan

Konversi pakan ayam PSKB G3 disajikan pada Tabel 5. Pada Tabel 5 ayam jantan memiliki nilai konversi pakan yang lebih rendah dibandingkan dengan betina. Nilai konversi pakan ayam PSKB G3 sampai umur 4 minggu yaitu 2.57 dan umur 5-12 minggu pada jantan 2.92 sedangkan pada betina 3.18.

Tabel 5 Konversi pakan ayam PSKB G3 sampai umur 12 minggu Umur

(minggu)

Rataan ± sb (KK) Konversi Pakan

Jantan Unsexed Betina

1 3.40 ± 0.50 (20.80) 2 2.14 ± 0.40 (18.47) 3 2.26 ± 0.43 (2.930) 4 2.46 ± 0.34 (13.93) 5 3.05 ± 1.31 (42.90) 2.63 ± 0.46 (17.65) 6 2.83 ± 0.52 (18.53) 3.94 ± 0.67 (17.01) 7 2.68 ± 0.28 (10.51) 3.11 ± 0.41 (13.08) 8 2.38 ± 0.20 (8.438) 2.48 ± 0.31 (12.28) 9 2.71 ± 0.56 (20.72) 3.14 ± 0.79 (25.33) 10 2.94 ± 0.70 (24.04) 3.20 ± 0.34 (10.88) 11 3.66 ± 0.94 (25.76) 3.65 ± 0.36 (9.871) 12 3.13 ± 0.55 (17.45) 3.32 ± 0.53 (15.95) Rataan 2.69 2.57 2.88

P: pelung, S: sentul, K: kampung, B: ras pedaging, sb: simpangan baku, KK: koefisien keragaman.

Darwati et al. (2016) melaporkan ayam PSKB G1 hingga umur 10 minggu memiliki nilai konversi pakan 3.78 pada jantan dan 5.07 pada betina. Hasil penelitian Darwati et al. (2017), nilai konversi pakan ayam PSKB G2 sampai umur 10 minggu pada jantan 3.21 dan betina 3.03. Jika dibandingkan, ayam PSKB G3 pada umur yang sama memiliki nilai konversi pakan yang lebih rendah yaitu pada jantan 2.69 dan 2.88 ada betina.

Konversi pakan ayam PSKB G3 lebih rendah diduga karena ayam PSKB G3 memiliki bobot tetas, bobot badan, dan pertambahan bobot badan yang lebih rendah sehingga konsumsi pakannya lebih sedikit namun lebih efisien. Berri et al. (2005) menyatakan konversi pakan ayam tergantung pada kecepatan pertumbuhan, konsumsi pakan, ukuran tubuh, temperatur lingkungan, dan kesehatan ayam.

Ayam PSKB G3 lebih efisien dalam mengonversi pakan menjadi daging dibandingkan ayam PSKB G1 dan G2. Sesuai pernyataan Amrullah (2003) semakin rendah nilai konversi pakan maka semakin efisien dan ekonomis pakan yang diberikan karena untuk meningkatkan bobot badan per satuan bobot diperlukan pakan yang lebih sedikit.

(25)

11

Bobot Badan

Bobot badan bertambah selaras dengan bertambahnya umur ternak mencapai dewasa. Bobot badan adalah respon dari pertumbuhan. Bell dan Weaver (2002) menyatakan pertumbuhan merupakan suatu proses peningkatan ukuran tulang, otot, organ dalam dan bagian tubuh yang terjadi sebelum lahir (prenatal) dan setelah lahir (postnatal) sampai mencapai dewasa. Bobot badan ayam PSKB G3 saat DOC sampai umur 12 minggu disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Bobot badan ayam PSKB G3 sampai umur 12 minggu Umur

(minggu)

Rataan ± sb (KK) Konsumsi Pakan

Jantan Unsexed Betina

g ekor-1 DOC 26.11 ± 3.38 (12.9) 1 47.11 ± 7.86 (4.68) 2 93.80 ± 20.1 (2.93) 3 158.27 ± 29.5 (18.6) 4 232.59 ± 37.4 (16.1) 5 308.17 ± 48.9 (15.87) 281.50 ± 41.3 (14.60) 6 394.30 ± 63.1 (16.01) 349.77 ± 50.6 (14.57) 7 499.00 ± 71.3 (14.28) 430.37 ± 62.7 (14.57) 8 634.00 ± 89.1 (14.06) 556.40 ± 77.9 (14.01) 9 772.93 ± 95.9 (12.41) 680.97 ± 89.3 (13.11) 10 919.63 ± 112 (12.16) 809.10 ± 103 (12.71) 11 1 038.53 ± 129 (12.51) 922.03 ± 113 (12.33) 12 1 186.10 ± 123 (10.35) 1 048.37 ± 102 (9.780)

P: pelung, S: sentul, K: kampung, B: ras pedaging, sb: simpangan baku, n: jumlah ayam, KK: koefisien keragaman, DOC: Day Old Chick.

Bobot badan ayam PSKB G3 pada umur 12 minggu sudah mencapai bobot potong 1-1.2 kg. Ayam PSKB G3 pada jantan mencapai rataan bobot badan sebesar 1 186.10 ± 122.80 g dan 1 048.37 ± 102.50 g pada betina. Bobot badan ayam PSKB G3 lebih rendah dibandingkan dengan bobot badan ayam PSKB G1 dan G2. Ayam PSKB G1 umur 10 minggu sudah mencapai bobot badan 1 084 g pada jantan dan 905 g pada betina (Darwati et al. 2016). Ayam PSKB G2 pada umur 10 minggu memiliki bobot badan yang lebih berat dari generasi pertama dan ketiga yaitu 1 256.30 g pada jantan dan 1 042 g pada betina (Darwati et al. 2017).

Bobot badan ayam PSKB G3 lebih ringan dari ayam G1 dan G2 disebabkan ayam G3 berasal dari telur tetas dengan bobot lebih ringan sehingga menghasilkan ayam dengan bobot tetas yang ringan pula. Bobot telur tetas merupakan faktor utama yang mempengaruhi bobot tetas (Sudaryani dan Santoso 1999). Menurut Sklan et al. (2003) anak ayam dengan bobot tetas yang lebih berat akan mencapai bobot akhir yang lebih tinggi dibandingkan anak ayam dengan bobot tetas yang lebih ringan.

Berat hidup ayam kampung umur 12 minggu yang dipelihara intensif adalah 900 g ekor-1 dengan konsumsi pakan 3 275 g ekor-1, konversi pakannya adalah

(26)

12

3.22 (Iskandar 2005). Mariandayani et al. (2013) melaporkan bobot badan ayam-ayam lokal umur 8 minggu yaitu ayam-ayam pelung (jantan 458.23 g dan betina 420.11 g), ayam sentul (jantan 406.36 g dan betina 355.98 g), kampung (jantan 411.56 g dan betina 358.74 g). Hal ini berarti ayam PSKB memiliki bobot badan yang lebih berat dibandingkan dengan ayam lokal murni. Perbedaan bobot badan tersebut disebabkan oleh pengaruh kombinasi komponen genetik ayam PSKB dengan rasio genetik 25% ayam pelung, 25% ayam sentul, 25% ayam kampung, dan 25% ayam ras pedaging. Noor (2008) menyatakan crossbreding menghasilkan keturunan dengan performa yang lebih baik dibandingkan performa tetuanya pada sifat tertentu.

Mariandayani et al. (2013) menyatakan ayam ras pedaging memiliki ukuran tubuh lebih besar dibandingkan ayam lokal seperti ayam pelung, sentul, kedu, dan kampung. Sugiarto (2008) melaporkan ayam ras pedaging umur 5 minggu mampu mencapai bobot badan pada kisaran 1 447.50 - 1 531.50 g ekor-1 dengan rata-rata bobot badan 1 500.19 g ekor-1. Ayam persilangan PSKB memiliki bobot badan lebih rendah karena hanya memiliki 25% komponen genetik ayam ras pedaging.

Laju Pertumbuhan

Kurva laju pertumbuhan optimal ayam PSKB G3 jantan dan betina terdapat pada Gambar 5. Gambar 5 menampilkan laju pertumbuhan PSKB jantan dan betina sampai umur 12 minggu lebih cepat dibandingkan pendugaan pertumbuhan optimal jantan (Wt = Wo × e0.316t) dan betina (Wt = Wo × e0.309t).

Gambar 5 Kurva laju pertumbuhan dan penduga pertumbuhan ayam PSKB G3. Jantan, Betina, Jantan optimal, Betina optimal,

1-4 minggu unsexed,5-12 minggu sexed.

Laju pertumbuhan ayam PSKB sampai umur 12 minggu lebih cepat dibandingkan pendugaan pertumbuhan optimal. Hal ini disebabkan adanya peningkatan mutu genetik ayam lokal melalui persilangan dan faktor lainnya

0,00 200,00 400,00 600,00 800,00 1000,00 1200,00 DOC 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 B obot bada n (g ) Umur (minggu)

(27)

13

(lingkungan dan manajemen) yang mempengaruhi pertumbuhan. Pendugaan pertumbuhan tersebut merujuk pada Brody (1945) bahwa pendugaan pertumbuhan dapat diketahui melalui laju pertumbuhan relatif.

Gambar 5 menunjukkan laju pertumbuhan ayam PSKB G3 sampai umur 12 minggu belum mencapai titik infleksi. Titik infleksi merupakan titik maksimum pertumbuhan bobot badan, pada titik tersebut terjadi peralihan perubahan yang asalnya percepatan pertumbuhan menjadi perlambatan (Syawal et al. 2013). Pada titik tersebut menurut Brody (1945), saat ternak mengalami pubertas. Ayam PSKB G3 masih dapat terus tumbuh dan bertambah bobot badannya pada minggu selanjutnya karena belum mengalami dewasa kelamin.

Mortalitas

Angka mortalitas diperoleh dari perbandingan jumlah ayam yang mati dengan jumlah ayam yang dipelihara. Angka mortalitas ayam PSKB G3 yang dipelihara selama penelitian ditampilkan pada Tabel 7.

Tabel 7 Persentase mortalitas ayam PSKB G3

Umur (minggu) Jenis Kelamin n (ekor) Mortalitas %

DOC-4 Unsexed 105 6.67

5-12 Jantan 30 0

Betina 30 0

P: pelung, S: sentul, K: kampung, B: ras pedaging, n: jumlah ayam, DOC: Day Old Chick.

Pada ayam PSKB G3 yang belum dibedakan berdasarkan jenis kelamin (unsexed) umur DOC-4 minggu terdapat kematian sebanyak 6.67% dari 105 ekor. Mortalitas ayam persilangan saat DOC sampai umur 4 minggu disebabkan ayam masih belum beradaptasi dengan baik, rentan terhadap penyakit, dan brooder

tidak menghasilkan panas yang sesuai karena lampu brooder yang mati dan menyebabkan stres dingin pada ayam. Anak ayam sampai umur 4 minggu rentan terhadap suhu lingkungan yang ekstrim karena sistem termoregulasi di dalam tubuhnya belum bekerja dengan baik dan belum memiliki banyak bulu. Oleh sebab itu anak ayam bergantung pada brooder untuk mempertahankan suhu tubuhnya. Tabara (2012) menyatakan panas atau dingin yang ekstrim akan mempengaruhi penampilan unggas dengan mengurangi pertambahan bobot badan dan menurunkan produktivitas, juga meningkatkan kematian dan peka terhadap penyakit.

Pada ayam PSKB G3 umur 5-12 minggu yang dipelihara tidak ada kematian meskipun pernah mengalami sakit. Hal tersebut diduga karena ayam PSKB memiliki 75% komposisi genetik ayam lokal sehingga memiliki daya tahan dan adaptasi yang baik seperti ayam lokal. Meskipun produktivitasnya rendah, ayam buras mempunyai keunggulan yaitu pemeliharaannya sangat mudah karena tahan pada kondisi lingkungan tropis, pengelolaan yang buruk, tidak memerlukan lahan yang luas, tidak mudah stress dan daya tahan tubuhnya lebih kuat dibandingkan dengan ayam pedaging lainnya (Nuroso 2010). Selain itu Diwyanto dan Prijono

(28)

14

(2007) menyatakan 63% ayam lokal Indonesia tahan terhadap virus highly pathogenic H5N1 avian influenza (HPAI virus) atau flu burung karena memiliki frekuensi gen antivirus Mx+ yang lebih tinggi.

Beberapa ayam PSKB G3 umur 5-12 minggu pernah mengalami sakit namun tidak sampai mengalami kematian karena penanganan yang baik. Ayam yang sakit diisolasi di tempat khusus dan diobati sampai sembuh. Ayam yang sakit pada penelitian ini memiliki ciri-ciri lesu, anoreksia, mengeluarkan lendir dari mulut dan lubang hidung, sulit bernafas, dan sebagian wajah bengkak. Ayam sakit dengan ciri tersebut diduga menderita penyakit Infeksius coryza (snot).

Poernomo et al. (1997) menyatakan snot merupakan penyakit pernafasan bagian atas pada unggas yang bersifat akut. Snot disebabkan oleh bakteri gram negatif dengan ukuran ± 0.3 µm, bersifat mikroaerofilik dan tidak bergerak/tidak motil yaitu bakteri Haemophilusparagallinarum. Penyebaran penyakit ini hampir ditemukan di seluruh dunia, terutama di daerah yang beriklim tropis. Wabah penyakit sering terjadi pada musim peralihan dari penghujan ke musim kemarau atau sebaliknya. Blackall et al. (1997) melaporkan angka kematian yang disebabkan penyakit snot umumnya rendah yaitu antara 1%-5%. Penularan penyakit dapat terjadi melalui kontak langsung dengan ayam sakit dan secara tidak langsung melalui air minum, pakan, dan peralatan yang terkontaminasi.

Pengobatan diberikan antibiotika melalui suntikan atau air minum selama 3-7 hari berturut-turut tergantung ringan beratnya serangan penyakit. Menurut Kusumaningsih dan Poernomo (2000) jalan terbaik untuk mengurangi kejadian penyakit snot yaitu melakukan pencegahan dengan vaksinasi yang teratur, sehingga dapat mengurangi pemakaian antibiotika yang terus menerus dan berlebihan yang mengakibatkan terjadinya resistensi kuman dan akumulasi residu antibiotika pada bahan pangan asal ternak.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ayam PSKB G3 umur 12 minggu mencapai bobot potong 1.0-1.2 kg. Ayam PSKB G3 efisien dalam mengkonversi pakan menjadi daging.

Saran

Ayam PSKB berpotensi untuk dikembangkan dibandingkan ayam lokal karena memiliki pertumbuhan yang lebih baik. Perlu penelitian lanjutan pada fase remaja hingga dewasa tubuh untuk mengetahui produksi telur, reproduksi, dan kestabilan genetik dari hasil persilangan ini pada generasi berikutnya (G4) yang diperkirakan performanya lebih baik.

(29)

15

DAFTAR PUSTAKA

Amrullah IK. 2003. Nutrisi Ransum Ayam Broiler. Bogor (ID): Kanisius.

Bell DD, Weaver WD. 2002. Commercial Chicken Meat and Egg Production. Ed ke-5. New York (US): Springer Science and Business Media Inc.

Berri C, Debut M, Santé-Lhoutellier C, Arnould B, Boutten B, Sellier N, Baéza E, Jehl N, Jégo Y, Duclos MJ, Le Bihan-Duval E. 2005. Variations in chicken breast meat quality: A strong implication of struggle and muscle glycogen level at death. Br. Poult. Sci. 46: 572-579.

Blackall PJ, Matsumoto M, Yamamoto R. 1997. Infectious coryza. In: Diseases of Poultry. Ed ke-10. Lowa (US): The Iowa State University Press.

Brody S. 1945. Bioenergetics and Growth: with Special Reference to Efficiency Complex in Domestic Animal. London (UK): Hafner Pr.

Darwati S, Martojo H. 2001. Pertumbuhan persilangan pelung x kampung pada pemeliharaan intensif. Med Pet. 24: 9-11.

Darwati S, Hasyim AR, Rukmiasih, Prabowo S. 2016. Growth performance of pelung sentul kampung meat type chicken crossing on age 0-10 weeks.

Proceeding 3rd Animal Production International Seminar (3rd APIS) & 3rd ASEAN Regional Conference on Animal Production (3rd ARCAP). Malang (ID): Universitas Brawijaya.

Darwati S, Sumantri C, Said Z, Mustopa A, Afnan R, Prabowo S. 2017. Pertumbuhan generasi kedua hasil persilangan ayam lokal dengan ayam ras pedaging (PSKR dan PSRK) umur 1-10 minggu. Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Agribisnis Peternakan (Seri IV). Purwokerto (ID): Universitas Jenderal Soedirman dan Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia. Diwyanto K, Prijono SN. 2007. Keanekaragaman Sumber Daya Hayati Ayam

Lokal Indonesia: Manfaat dan Potensi. Bogor (ID): Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Iskandar S, Desmayati Z, Sastrodihardjo S, Sartika T, Setiadi P, Susanti T. 1997. Respon pertumbuhan ayam kampung dan ayam silangan pelung terhadap ransum berbeda kandungan protein. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner Vol. 3: No. 1.

Iskandar S. 2005. Pertumbuhan ayam-ayam lokal sampai dengan umur 12 minggu pada pemeliharaan intensif [laporan penelitian]. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan.

Kartasudjana R, Edjeng S. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Kholid A. 2011. Panduan Sukses Beternak dan Bisnis Ayam Kampung. Yogyakarta (ID): Penerbit Pinang Merah.

Kholik A, Sujana E, Setiawan I. 2016. Performa ayam hasil persilangan pejantan bangkok dengan betina ras petelur strain lohman. Jurnal Universitas Padjajaran Vol. 5: No. 2.

Kita K, Nagao K, Taneda N, Inagaki Y, Hirano K, Shibata T, Yaman MA, Conlon MA, Okumura J. 2002. Insulin-like growth factor binding protein-2 gene expression can be regulated by diet manipulation in several tissues of young chickens. Journal of Nutrition 132.

(30)

16

Kusumaningsih A, Poernomo S. 2000. Infeksius coryza (snot) pada ayam di Indonesia. WARTAZOA. 10(2): 72-76.

Lima FS, Santin E, Paulillo AC, Junior LD, de Moraes VMB, Gama NMQ, Iturino RPS. 2004. Evaluation of different programs of Newcastle disease vaccination in japanese quail (Coturnix coturnix japonica). Int J Poult Sci. 3(5): 354-356.

Mariandayani HN, Solihin DD, Sulandari S, Sumantri C. 2013. Keragaman fenotipik dan pendugaan jarak genetik pada ayam lokal dan ayam broiler menggunakan analisis morfologi. Jurnal Veteriner 14(4): 475-484.

Noor RR. 2008. Genetika Ternak. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

North MO, Bell DD. 1990. Commercial Chicken Production Manual. Ed ke-4. New York (US): Avi Book, Nostrand Reinhold.

Nuroso. 2010. Ayam Kampung Pedaging Hari per Hari. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Poernomo S, Sutarma, Silawatri SAKD. 1997. Uji sensitifitas Haemophilus paragallinarum dari ayam penderita snot terhadap obat anti mikroba. Ilmu Ternak Veteriner 2(4): 267-269.

Pramudyati SY. 2009. Petunjuk Teknis Berternak Ayam Buras. Palembang (ID): GTZ Merang Reed Pilot Project.

Sklan D, Heifets S, Halevy O. 2003. Heavier chicks a hatch improves marketing body weight by enhancing skeletal muscle growth. Poult Sci. 82: 1778-1786.

Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta (ID): UGM Pr.

Sudaryani T, Santosa H. 1999. Pembibitan Ayam Ras. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Sugiarto B. 2008. Performa ayam broiler dengan pakan komersial yang mengandung tepung kemangi (Ocimum basilicum) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Syawal S, Purwanto PB, Permana IG. 2013. Studi hubungan respon ukuran tubuh dan pemberian pakan terhadap pertumbuhan sapi pedet dan dara pada lokasi yang berbeda. JITP. Vol. 2 (3): 175-188.

Tabara JH. 2012. Respon ayam ras pedaging pada lokasi pemeliharaan daerah pantai dan pegunungan [skripsi]. Makassar (ID): Universitas Hasanuddin. Tillman AD, Hari H, Soedomo R, Soeharto P, Sukato L. 1989. Ilmu Makanan

Ternak Dasar. Yogyakarta (ID): UGM Pr.

Yaman MA, Zulfan, Dasrul. 2008. Pengembangan metode seleksi potensi genetik dan pendekatan nutrisi untuk menghasilkan induk ayam buras pedaging unggul [laporan penelitian]. Jakarta (ID): Dikti.

(31)

17

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Probolinggo, Jawa Timur pada tanggal 15 Nopember 1993 sebagai anak ketiga dari pasangan Bapak Santoso dan Ibu Asmiati. Penulis memiliki 2 orang kakak bernama Handa (alm) dan Usila Driatwati serta 1 orang adik bernama Samporno Satrio Pagi. Pendidikan formal penulis dimulai dari sekolah dasar di SDN 17 Pemecutan, Denpasar sejak tahun 2000. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Dringu, Probolinggo pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2010. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Dringu, Probolinggo pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 dan pada tahun 2013. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan (SNMPTN) jurusan Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB.

Penulis aktif dalam beberapa organisasi antara lain HIMPROTER 2015-2016 sebagai sekretaris divisi informasi dan komunikasi, OMDA FMP (2014-2015), dan berkontribusi di kepanitiaan Festival Ayam Pelung Nasional (2014). Penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Metodologi Penelitian dan Rancangan Percobaan pada tahun akademik 2016-2017.

Gambar

Tabel 1  Jenis ayam persilangan yang digunakan dalam penelitian  Jenis Ayam  Jenis Kelamin  Jumlah (ekor)
Gambar 1  Ayam PSKB G2 yang dipakai sebagai tetua (A) Jantan, (B) Betina.
Tabel 2  Kandungan nutrisi pakan   Nutrisi  Pakan Umur 0-3 Minggu  (100K)  Pakan Umur 4 Minggu (80K:20D)*  Pakan Umur 5 Minggu (70K:30D)*  Pakan Umur  6-12 Minggu (60K:40D)*  Bahan Kering  -        88.23        87.76         87.96  Abu  8          5.06
Tabel 4  Pertambahan  bobot  badan  dan  total  pertambahan  bobot  badan  ayam  PSKB G3
+2

Referensi

Dokumen terkait

Ayam jantan dari hasil persilangan ayam lokal dengan ayam ras pedaging memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan hasil persilangan sesama ayam lokal..

Performa reproduksi telur hasil ayam persilangan ayam lokal dengan ayam ras pedaging yang diamati saat penelitian adalah fertilitas telur, daya tetas telur, mortalitas

Penelitian dilakukan untuk mengkaji pertumbuhan hasil persilangan antara ayam merawang jantan dengan ayam arab betina dan ayam arab jantan dengan ayam merawang betina pada

Ayam jantan dari hasil persilangan ayam lokal dengan ayam ras pedaging memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan hasil persilangan sesama ayam lokal..

Pada sekuen gen IGF2, frekuensi genotipe TC pada 4 populasi yaitu ayam kampung, pelung, persilangan kampung dengan ras pedaging dan persilangan pelung dengan sentul lebih

Adanya kombinasi dari persilangan ayam kampung dengan ayam ras pedaging yang memiliki ukuran tubuh lebih besar dan resiprokalnya pada penelitian ini diperoleh F1

Persilangan antara betina parent stock broiler cobb 500 dan jantan ayam pelung dari Cianjur, Jawa Barat menghasilkan F 1 dengan rataan bobot 1450 g pada umur tujuh minggu

Terjadi peningkatan pertumbuhan yang signifikan pada ayam hasil persilangan pejantan ayam Kampung dengan indukan ayam Bangkok, mulai pada umur 5 minggu sampai pada umur 8 minggu yaitu