• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia (human resources), karena sumber daya manusia tersebut yang akan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. manusia (human resources), karena sumber daya manusia tersebut yang akan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dalam sebuah organisasi, faktor yang paling penting adalah sumber daya manusia (human resources), karena sumber daya manusia tersebut yang akan menjalankan roda organisasi. Dengan kemampuan yang dimiliki oleh sumber daya manusia tersebut maka organisasi dapat berjalan secara optimal dan mencapai tujuan organisasi. Kemampuan yang harus dimiliki meliputi kemampuan teknis, teoritis, konseptual dan moral dari setiap pelaku dalam organisasi tersebut

Salah satu bentuk organisasi yang menjadi obyek penelitian ini adalah organisasi koperasi, dimana organisasi ini merupakan organisasi yang bergerak dalam sektor ekonomi rakyat. Koperasi merupakan organisasi sebagai tempat sumber daya manusia bernaung. Bung Hatta sebagai Bapak Koperasi memandang bahwa organisasi koperasi adalah organisasi yang cocok sebagai unit usaha ekonomi rakyat karena sesuai dengan dengan struktur sosial ekonomi yang ada pada jaman kolonial Belanda, hal ini kemudian dituangkan dalam Dasar Negara Republik Indonesia yaitu pasal 33 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 (Mintaroem, 2002).

Sebagai sebuah organisasi, koperasi mempunyai ciri yang menekankan pada partisipasi sumberdaya manusia yang ada dalam organisasi tersebut. Organisasi ini dibentuk atas dasar kepentingan dan kesepakatan anggota

(2)

pendirinya dan mempunyai tujuan utama untuk lebih mensejahterakan anggotanya. Peran dan kontribusi setiap elemen yang ada di dalam organisasi tersebut dapat menjamin eksistensi dan merangsang para anggotanya untuk berpatisipasi secara aktif (Subandi, 2008). Organisasi koperasi ini sangat ditentukan oleh partisipasi sumberdaya manusia dalam mengoptimalkan gerak organisasi.

Pasal 1 UU No. 25 tahun 1992 dan disempurnakan menjadi UU No. 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian, dapat dilihat definisi tentang Koperasi, yaitu sebagai badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Dari definisi tersebut dapat digambarkan bahwa koperasi merupakan bentuk gerakan ekonomi rakyat. Sebagai gerakan ekonomi kerakyatan, koperasi mempunyai ciri khas sebuah kegiatan ekonomi yang berlandaskan azas kekeluargaan, dengan demikian koperasi yang ada di Indonesia mempunyai dua kata kunci yaitu ekonomi rakyat dan kekeluargaan (Mulawarman, 2007).

Pada dasarnya koperasi merupakan lembaga ekonomi, walaupun dalam pelaksanaannya mengemban tanggung jawab dan misi sosial, seperti dikatakan Buse dan Hembelger (Anoraga, 2002). Koperasi sebagai lembaga ekonomi harus menerapkan azas-azas bisnis dan manajemen yang baik dalam pengelolaannya (Rachbini, 1988). Koperasi dengan pengelolaan yang baik tetap harus menerapkan manajemen yang profesional seperti layaknya organisasi bisnis lainnya.

(3)

Dalam menjalankan roda kegiatannya koperasi dituntut untuk terus melakukan pengelolaan secara baik dan melakukan inovasi yang memadai agar mampu bersaing dalam dunia bisnis, namun demikian misi sosial yang diemban tidak boleh dilupakan. Sebagian besar koperasi banyak menghadapi masalah perkembangan teknologi, kegiatan pemasaran, kemampuan dalam permodalan dan kemampuan dalam bersaing dengan pelaku bisnis yang lain. Hal tersebut hendaknya menjadi perhatian bagi para pemangku kebijakan yang bergerak dalam bidang koperasi. Dengan demikian koperasi mampu bergerak secara optimal dan dapat mencapai kemajuan seperti yang diharapkan.

Bila kita amati, koperasi tidak semata-mata sebagai badan usaha ekonomi seperti badan usaha ekonomi lainnya, tetapi manifestasi ideologi ekonomi atas dasar nilai-nilai : swadaya, swa-tanggungjawab, persamaan, keadilan, dan kesetiakawanan. Koperasi yang baik, seluruh anggotanya akan percaya pada nilai-nilai etis dari kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab sosial dan kepedulian pada orang lain. (Puskowanjati, 2009).

Dengan menerapkan azas-azas tersebut diatas, koperasi diharapkan mampu menggerakkan roda ekonomi rakyat dengan perannya sebagai organisasi ekonomi yang mensejahterakan anggota dan masyarakat. Peningkatan kualitas anggota dan pengelola koperasi menjadi salah satu perhatian yang harus selalu dijalankan terus menerus.

Peran dan manfaat koperasi di Indonesia telah banyak dirasakan oleh masyarakat, ada tiga eksistensi koperasi yang bisa dirasakan oleh masyarakat. Pertama, koperasi dipandang sebagai lembaga ekonomi yang menjalankan

(4)

kegiatan usaha tertentu yang diperlukan oleh masyarakat. Bentuk kegiatan yang dapat dirasakan masyarakat seperti usaha simpan pinjam, unit usaha pemasaran, unit usaha produksi dan sebagainya. Kedua, lembaga yang mampu menjadi lembaga alternatif, dimana masyarakat telah merasakan bahwa koperasi telah menjadi lembaga yang lebih baik dibanding dengan lembaga lain. Ketiga, koperasi menjadi sebuah organisasi yang dimiliki oleh para anggotanya. Perasaan memiliki ini merupakan faktor utama sehingga koperasi mampu bertahan dalam berbagai kondisi yang sulit, yaitu dengan mengandalkan loyalitas anggota dan kesediaan anggota untuk bersama-sama koperasi menghadapi kesulitan tersebut. (Santosa, 2011). Dalam kondisi ekonomi negara yang sedang terpuruk, dimana angka pengangguran meningkat dan daya beli masyarakat menurun, koperasi mampu bertahan dan bahkan tampil sebagai juru selamat bagi masyarakat lapisan bawah. Bahkan saat ini koperasi telah menjadi sumber kehidupan bagi 91,25 juta orang, sebagian besar ada di pedesaan, sebaliknya usaha besar hanya mampu menyerap 2,52 juta orang tenaga kerja (Nasution, 2008, dalam Izzati, 2008).

Koperasi Karyawan di Kota Surabaya yang dipilih sebagai lokasi penelitian ini, karena Koperasi Karyawan yang ada di Surabaya mempunyai peran yang signifikan terhadap ekonomi di Kota Surabaya, dan partisipasi anggota dalam turut menggerakkan ekonomi lokal. Persepsi masyarakat tentang keberadaan koperasi selama ini hanya memandang koperasi sebagai usaha dengan skala ekonomi relatif kecil, dan mengandalkan bantuan pemerintah. Keberhasilan Koperasi Karyawan Telkomsel (KiSell) karena mampu menanamkan sikap mental

(5)

mental tersebut akan mendorong perilaku positif, ikut membentuk budaya organisasi yang baik, dan akhirnya akan meningkatkan kinerja organisasi (Hartopo,2006). Selanjutnya menurut Dartu (2007), eksistensi koperasi terwujud tergantung oleh sumber daya manusia pengelola koperasi. Banyak langkah yang dapat dilakukan untuk memperbaiki sumber daya manusia, sebagaimana dilakukan oleh manajemen Koperasi KiSell yaitu dengan beberapa kebijakan yang menyangkut sumber daya manusia (human resources management) melalui beberapa langkah : (1) meningkatkan kompetensi dan performansi SDM dengan cara penilaian performansi karyawan yang ditindaklanjuti dengan pemberian reward kepada karyawan yang dinilai baik performansinya secara berkala, (2) meningkatkan efektifitas organisasi dengan cara pembentukan struktur organisasi pada tahun 2009 dengan tindak lanjut berupa evaluasi struktur berkesinambungan dan evaluasi pengawasan berkala, (3) meningkatkan kesejahteraan karyawan dengan memperhatikan kemampuan perusahaan. Kompetensi dan performansi karyawan merupakan faktor utama yang menjadi pertimbangan perusahaan (koperasi) dalam meningkatkan remunerasi karyawan. (Rencana Kerja Anggaran Perusahaan Koperasi Telkomsel KiSell, 2010).

Perkembangan Koperasi Karyawan di Indonesia sangat pesat, di mana hampir semua kantor dan instansi pemerintah maupun swasta mempunyai koperasi kayawan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan anggota serta meningkatkan kesejahteraan karyawannya. Koperasi tersebut dikelola oleh para karyawan yang ada di kantor tersebut. Di Jawa Timur Koperasi Karyawan juga berkembang cukup pesat seiring dengan makin berkembangnya pertumbuhan

(6)

ekonomi di provinsi ini. Koperasi karyawan tersebut tersebar hampir semua kabupaten /kota yang ada di Provinsi Jawa Timur. Pada masing-masing kantor atau instansi telah berdiri koperasi karyawan yang memberikan fasiltas untuk memenuhi kebutuhan bagi karyawannya. Bahkan saat ini hampir di semua pabrik atau industri yang besar sudah mempunyai koperasi karyawan yang dikelola oleh para karyawan tersebut.

Koperasi Karyawan yang ada di kota Surabaya terdiri dari beberapa jenis koperasi karyawan, yaitu KPRI (Koperasi Pegawai Negeri Republik Indonesia), Kopkar BUMN (Koperasi Karyawan Badan Usaha Milik Negara) dan Kopkar BUMS (Koperasi Karyawan Badan Usaha Milik Swasta), di mana rincian Koperasi Karyawan disajikan Data Keragaan Koperasi Karyawan Kota Surabaya pada Tabel 1.1 berikut :

Tabel 1.1

Data Keragaan Koperasi Karyawan Kota Surabaya. No Jenis Koperasi Karyawan Jmh (unit) Jumlah Anggota (orang) Jmh Kary (orang) Jmh Ketua (orang) Volume Usaha (Rp. 000) Modal Usaha (Rp. 000) 1 KPRI 180 42,718 364 180 199,420,185 206,708,735 2 KOPKAR BUMN 101 29,379 1,023 101 612,222,538 515,926,512 3 KOPKAR BUMS 238 59,291 1,099 238 268,433,546 307,383,671 Jumlah 519 131,388 2,486 519 1,080,076,269 1,030,018,918 Sumber : Diolah dari data Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Kota Surabaya

(2012)

Data tersebut merupakan koperasi karyawan yang telah melakukan Rapat Anggota Tahunan (RAT) atau sudah beroperasi paling sedikit 1 tahun. Berangkat

(7)

dari suatu pemikiran bahwa semakin berkembangnya unit-unit koperasi karyawan yang ada di Indonesia, khususnya di Kota Surabaya, di mana semakin hari semakin banyak koperasi karyawan dibentuk dan berkembang sangat pesat, banyak kegiatan yang dilakukan oleh koperasi karyawan dalam menjalankan usahanya untuk menyejahterakan anggota sehingga perlu dikembangkan.

Kendala yang sangat mendasar dalam organisasi koperasi adalah masalah sumber daya manusia. Posisi dan peran sumber daya manusia koperasi sangat penting karena: (1) koperasi adalah organisasi ekonomi yang secara normatif memosisikan manusia sebagai faktor penting dibandingkan faktor-faktor lainnya, (2) fakta bahwa koperasi dihadapkan pada masalah rendahnya mutu manajemen sebagai akibat dari rendahnya mutu sumber daya manusia (Subiyakto,1996). Kondisi tidak kondusif dalam iklim usaha koperasi yang mempengaruhi produktifitas koperasi juga terkait dengan rendahnya kualitas sumberdaya manusia (Subandi, 2008). Menurut pengamatan Suhartoyo (2004) dalam Subandi (2008) pada beberapa koperasi di Tasikmalaya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan menyangkut kondisi sumberdaya manusia koperasi, usaha mikro, dan usaha kecil yaitu dari aspek pengalaman, pengetahuan dan pendidikan mereka, dimana memperlihatkan bahwa rata-rata pengalaman pengelola koperasi dibidang usaha yang ditekuninya relatif cukup baik, tetapi dari aspek pendidikan dan pengetahuan tentang inovasi di bidang produksi dan pengembangan teknologi, serta di bidang manajemen usaha dan pemasaran relatif rendah.

Dalam pengelolaan koperasi ada beberapa kriteria kunci dan praktek-praktek terbaik koperasi antara lain memiliki kepemimpinan yang visioner yang

(8)

bisa “membaca” kecenderungan perkembangan pasar, kemajuan teknologi,

perubahan pola persaingan (Loyd, 2001). Selanjutnya Cohen (1999)

mengemukakan bahwa untuk kemajuan organisasi diperlukan kehadiran seseorang yang memiliki kemampuan sebagai pimpinan organisasi, dimana dia mampu mendorong dan mendukung karyawan serta merubah seseorang agar bisa berkembang, termasuk memberi dorongan-dorongan yang saling terkait untuk memuaskan kebutuhan karyawan dan menghargai karyawan sebagai bagian dari keberhasilan organisasi.

Menyangkut rendahnya kualitas sumber daya manusia koperasi, maka peran pimpinan sangat diperlukan untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi dorongan individu untuk berperilaku guna mewujudkan keinginan dan kebutuhannya dalam mencapai tujuan dengan bergabung pada sebuah organisasi koperasi (social need), dorongan untuk mendapatkan rewards (psychological

need), keamanan diri dalam berorganisasi (safety need), dorongan untuk

mendapatkan pengakuan (esteem need), atau dorongan untuk menunjukkan prestasi (self actualization) pada diri karyawan (Maslow, 1954). Adanya kebutuhan tersebut diatas akan mendorong seseorang untuk bekerja dan berkarya, dan salah satu determinan dorongan atau motivasi adalah kepemimpinan (Mehta

et al., 2003). Karena koperasi merupakan organisasi atau badan usaha yang juga

mempunyai misi sosial, maka kepemimpinan yang diharapkan adalah kepemimpinan yang dapat melayani semua karyawan, anggota maupun masyarakat.

(9)

Keharmonisan kerja, ketenangan dan kesejukan dalam organisasi menggambarkan kepemimpinan yang ada dalam organisasi tersebut, juga menggambarkan budaya dalam organisasi dapat berjalan dengan baik, karena kepemimpinan dan budaya dalam organisasi seperti dua sisi mata uang yang memiliki nilai yang sama (Schein, 1997). Dalam organisasi koperasi, budaya yang ditanamkan secara kontinyu merupakan ciri khas yang ada pada organisasi koperasi, karena hal tersebut menjadi karakteristik umum budaya kerja di Indonesia.

Penelitian empiris tentang gaya kepemimpinan melayani masih langka, maka Bass (2000) menyatakan bahwa kepemimpinan melayani merupakan sebuah gerakan yang menyita perhatian dan pertimbangan para pimpinan organisasi saat ini. Frances dan Cohen (1999) menyatakan bahwa untuk kemajuan sebuah organisasi maka diperlukan kehadiran seseorang yang memiliki kemampuan sebagai pimpinan organisasi, seorang pemimpin yang mampu mendorong dan mendukung karyawan serta mampu merubah seseorang agar bisa berkembang, berubah untuk dipimpin, termasuk menilai dorongan-dorongan yang saling terkait, memuaskan kebutuhan karyawan dan menghargainya. Juga dikatakan oleh Njotoprajitno (2011), bahwa sebaiknya pengembangan koperasi dilakukan mulai dari sektor kepemimpinan dimana kepemimpinan perlu diseleksi, dilatih dan dikembangkan agar visioner, memiliki kepedulian dan kemampuan untuk merespon, juga mampu melakukan penyelarasan, memotivasi dan memberdayakan pengurus, karyawan dan anggota koperasi. Kepemimpinan yang

(10)

baik akan mampu mempengaruhi dan mendukung pengembangan kompetensi sumber daya manusia koperasi.

Karena organisasi koperasi merupakan organisasi yang mempunyai misi bisnis dan sekaligus berwatak sosial, maka diperlukan sebuah kepemimpinan yang dapat mengakomodasi kedua misi tersebut, yaitu kepemimpinan yang dapat mengembangkan bisnis sekaligus mampu melayani kepentingan anggota, karyawan dan sekaligus masyarakat. Gaya kepemimpinan Servant Leadership dipandang cocok dalam pengelolaan manajemen organisasi koperasi. Karena

Servant Leadership merupakan gerakan, di mana pimpinan harus memiliki

ketrampilan dan juga mempunyai tujuan moral yang lebih bersifat sosial (Bass, 2000).

Sampai saat ini masih sedikit yang meneliti Kepemimpinan Melayani, selanjutnya disebut Servant Leadership, dapat dilihat dari publikasi jurnal yang masih bisa dihitung dengan jari. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti gaya kepemimpinan Servant Leadership ini dalam organisasi di Indonesia, khususnya di organisasi koperasi.

Budaya merupakan sistem makna yang dianut oleh masyarakat pada suatu wilayah tertentu dan lebih jauh dari itu budaya dianggap sebagai way of life. Sedangkan budaya organisasi merupakan suatu sistem makna yang diyakini dan dianut sebagai pola perilaku maupun cara pandang terhadap suatu hal oleh seluruh komponen organisasi bersangkutan. Sehingga organisasi bersangkutan sangat dipengaruhi oleh keyakinan para anggotanya yang pada akhirnya membentuk nilai-nilai idealistik pada organisasi tersebut.

(11)

Pettigrew (1980) dalam Sobirin (1997) mengatakan budaya organisasi membawa perubahan paradigma dalam memandang organisasi tidak hanya dari aspek formalnya saja namun terdapat aspek informal yang mempunyai pengaruh terhadap kesuksesan kinerja organisasi. Budaya organisasi merupakan sistem kontrol sosial di dalam organisasi sehingga anggota organisasi tersebut mempunyai satu kebudayaan yang relatif sama. Dengan kebudayaan yang relatif sama tersebut diharapkan berdampak pada perilaku dan ways of thinking para anggota yang lain. Pada akhirnya tujuan organisasi akan dapat lebih efektif karena organisasi berhasil menciptakan pengendalian sistem sosial terhadap anggotanya melalui budaya organisasi. Seperti halnya organisasi koperasi yang mempunyai dasar organisasi yang bersifat kekeluargaan dan gotong royong, merupakan budaya organisasi yang sangat efektif dalam membentuk perilaku anggotanya untuk bersama-sama mencapai tujuan koperasi. Dengan demikian budaya organisasi sangat berpengaruh terhadap kinerja organisasi koperasi.

Kinerja organisasi koperasi juga akan dipengaruhi oleh kepuasan kerja karyawannya, seperti yang disampaikan oleh Robbins (2001), di mana kepuasan kerja sangat berpengaruh terhadap perkembangan perusahaan, sehingga pimpinan diharapkan mampu menumbuhkan budaya organisasi yang dapat meningkatkan kepuasan kerja. Organisasi koperasi merupakan organisasi yang bertujuan untuk kesejahteraan anggota, dimana setiap elemen yang ada dalam koperasi, yaitu anggota, pengurus dan karyawan mempunyai tugas yang sama untuk mencapai tujuan koperasi. Peranan anggota, karyawan dan pengurus sangat menentukan keberhasilan usaha koperasi. Karyawan koperasi merupakan salah satu tulang

(12)

punggung operasional koperasi, sehingga kepuasan kerja karyawan juga akan menentukan keberhasilan koperasi

Demikian juga terdapat celah penelitian yang berkaitan dengan hubungan budaya organisasi dengan kinerja yang diteliti oleh Rose et al., (2008) menemukan pengaruh yang tidak signifikan antara budaya organisasi dengan kinerja organisasi, padahal beberapa peneliti lainnya menemukan pengaruh yang signifikan, seperti penelitian Gordon dan Ditomaso (1992), Dyck et al., (2005), Jarad et al., (2010), Ogbonna dan Lloyd (2000), Liviu dan Gavrea (2008). Penelitian ini diharapkan dapat menemukan konsistensi dari hubungan antara budaya organisasi dengan kinerja organisasi.

Penelitian Khan et al., (2011) ditemukan pengaruh tidak signifikan antara kepuasan kerja dengan reward dan benefit, sehingga budaya organisasi berpengaruh tidak signifikan terhadap kepuasan kerja. Penelitian Khoshidi et al., (2012), Sabri et al., (2011), Tsai (2011), Kumar (2011), serta Adel dan Ibrahim (2012) menemukan adanya pengaruh yang signifikan antara budaya organisasi terhadap kepuasan kerja. Berdasar celah penelitian tersebut peneliti mencoba akan menguji konsistensi hubungan antara budaya organisasi dengan kepuasan kerja.

Berdasar pemikiran tersebut diatas, peneliti berpandangan bahwa organisasi koperasi sangat sesuai sebagai obyek penelitian, mengingat variabel Servant

Leadership, budaya organisasi dan kepuasan kerja serta kinerja organisasi terdapat

pada filosofi, karakter dan tujuan didirikannya sebuah koperasi, karena itu dipilih koperasi karyawan sebagai obyek penelitian pada penelitian ini, yaitu Pengaruh

(13)

Servant Leadership dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Organisasi Melalui

Kepuasan Kerja pada Koperasi Karyawan di Surabaya.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini, adalah:

1) Bagaimanakah pengaruh Servant Leadership terhadap Kepuasan Kerja? 2) Bagaimanakah pengaruh Budaya Oganisasi terhadap Kepuasan Kerja? 3) Bagaimanakah pengaruh Servant Leadership terhadap Kinerja Organisasi? 4) Bagaimanakah pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Organisasi? 5) Bagaimanakah pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Organisasi? 6) Bagaimanakah pengaruh Servant Leadership terhadap Kinerja Organisasi

melalui Kepuasan Kerja?

7) Bagaimanakah pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Organisasi melalui Kepuasan Kerja?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah menguji secara empirik teori manajemen sumber daya manusia yang tergambar dalam model penelitian dengan menganalisis :

1. Bagaimana pengaruh antara Servant Leadership terhadap Kepuasan Kerja. 2. Bagaimana pengaruh Budaya Oganisasi terhadap Kepuasan Kerja.

3. Bagaimana pengaruh Servant Leadership terhadap Kinerja Organisasi. 4. Bagaimana pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Organisasi. 5. Bagaimana pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Organisasi.

(14)

6. Bagaimana pengaruh Servant Leadership terhadap Kinerja Organisasi melalui Kepuasan Kerja.

7. Bagaimana pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Organisasi melalui Kepuasan Kerja.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini mempunyai manfaat yang lebih luas baik secara teoritis maupun praktis yang diharapkan dapat memberi sumbangan bagi ilmu pengetahuan dan pengelolaan manajemen koperasi yang meliputi:

1.4.1 Manfaat Teoritis:

Secara teoritis temuan penelitian diharapkan bermanfaat untuk memperkaya konsep pengaruh Servant Leadership dan budaya organisasi terhadap kinerja organisasi melalui kepuasan kerja. Selain itu, dari penelitian ini diharapkan bisa menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang manajemen sumber daya manusia, khususnya dalam ilmu perilaku organisasi.

1.4.2 Manfaat Praktis:

Ada pun manfaat penelitian ini bagi pengelola koperasi dan pengambil kebijakan di bidang sumber daya manusia dalam organisasi koperasi adalah :

1. Mendapat informasi tentang pengaruh Servant Leadership dan budaya organisasi terhadap kinerja organisasi melalui kepuasan kerja, sehingga dapat mengetahui upaya yang diperlukan agar bisa meningkatkan kinerja koperasi.

(15)

2. Memberikan pemahaman lebih kongkrit tentang pentingnya Servant

Leadership, Budaya Organisasi, dan Kepuasan Kerja untuk

meningkatkan Kinerja Koperasi.

3. Menjadi masukan bagi koperasi sebagai bahan kajian dan pertimbangan tentang perlunya menangani dengan baik faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja koperasi.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan referensi, Anda dapat menggunakan data yang terdapat dalam bagian-bagian berbeda dalam sebuah lembar kerja untuk sebuah formula atau menggunakan nilai dari sebuah sel dalam

Ditinjau dari besarnya nilai permeabilitas, permeabilitas cetakan dari bahan fly ash dengan beberapa komposisi masih sangat rendah bila dibandingkan dengan

Penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan media Computer Assisted Instructions model tutorial yang layak dan efektif untuk digunakan dalam proses pembelajran pada

Berbeda dengan aplikasi “Marketeers”, aplikasi Kalam merupakan aplikasi dengan konsep perpustakaan audio islami, yang mana materi yang ditampilkan berupa audio kajian

Tunjangan cacat diberikan kepada PNS dan CPNS, pegawai bulanan di samping pensiun, PNS yang diperbantukan oleh pejabat yang berwenang pada badan-badan swasta oleh tim

Keberhasilan dari penerapan program K3 dalam suatu perusahaan tergantung pada kinerja karyawan tersebut, namun dalam membentuk suatu Program Keselamatan dan Kesehatan kerja

Padahal kenyataannya Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan salah satu unsur penting yang berhak di dapat oleh setiap karyawan terhadap perusahaannya sesuai

Oleh karena itu kualitas sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam sebuah organisasi dengan adanya sumber daya manusia yang kompeten dan mempunyai skill