• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberdayaan Komite Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SMA Negeri 1 Sengah Temila

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pemberdayaan Komite Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SMA Negeri 1 Sengah Temila"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERDAYAAN KOMITE SEKOLAH DALAM

MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN

DI SMA NEGERI 1 SENGAH TEMILA

Eli Yokta, Gusti Budjang dan Bambang GS

Pendidikan Sosiologi, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak

email: eliyoktaviola@yahoo.co.id

Abstract: The purpose of research is to find out how to empower the school committee in improving the quality of education at SMAN 1 Sengah Temila. Forms of qualitative research is descriptive. Researchers using data external external primary and secondary. Primary data are: the head of SMAN 1 Sengah Temila, chairman, secretary and treasurer of the school committee in SMAN 1 Sengah Temila. Secondary data in the form of documents or other written sources such as internet, magazines, and books relating to the empowerment of the school committee in improving the quality of education. Techniques of data collection using interviews, observation and documentation. The results showed that the School Committee SMAN 1 Sengah Temila not empowered as they should, because of the lack of awareness of the school to empower them. In addition the School Committee also not been able to carry out its role as a conduit to the fullest consideration, support, control and mediator in improving the quality of education at SMAN 1 Sengah Temila.

Keyword:Empowerment of the School Commite, Quality of Education

Abstrak: Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana pemberdayaan komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMAN 1 Sengah Temila. Bentuk penelitian adalah kualitatif deskriptif. Peneliti menggunakan data ekstern primer dan data ekstern sekunder. Data primer dalam yaitu: kepala SMAN 1 Sengah Temila, ketua, sekretaris, dan bendahara komite sekolah di SMAN 1 Sengah Temila. Data sekunder berupa dokumen-dokumen atau sumber tertulis lainnya seperti internet, majalah, dan buku-buku yang berkaitan dengan pemberdayaan komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan. Teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa Komite Sekolah SMAN 1 Sengah Temila belum diberdayakan sebagaimana mestinya, karena kurangnya kepedulian dari pihak sekolah untuk memberdayakannya. Selain itu Komite Sekolah juga belum mampu melaksanakan perannya secara maksimal sebagai pemberi pertimbangan, pendukung, pengontrol dan mediator dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMAN 1 Sengah Temila. Kata kunci: Pemberdayaan Komite Sekolah, Mutu Pendidikan

alah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah masih rendahnya mutu pendidikan. Berbagai usaha telah dilakukan untuk

(2)

meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan lain-lain.

Peningkatan mutu pendidikan perlu diperhatikan oleh pengelola organisasi pendidikan agar tujuan pendidikan bisa tercapai. Kontribusi dari masyarakat juga sangat penting dalam meningkatkan mutu pendidikan. Dalam hal ini perlu ada lembaga atau struktur organisasi dalam lembaga pendidikan dimana masyarakat ikut berpartisipasi.

Untuk menampung peran serta masyarakat dalam dunia pendidikan, maka dibentuklah komite sekolah. Pada awalnya komite sekolah dikenal dengan nama Badan Pembina Pembangunan Pelajar (BP3) atau sebagian sekolah lainnya menyebut BMOG (Badan Musyawarah Orang Tua Murid dan Guru). Kemudian sejak bergulirnya era reformasi, organisasi tersebut mengalami perubahan tugas dan fungsinya sebagaimana yang diatur dalam SK Menteri Departemen Pendidikan Nasional No. 044/ U/ 2002 tentang pembentukan Dewan Pendidikan ditingkat kabupaten/ kota dan Komite Sekolah ditingkat sekolah. (Zainuddin, 2008: 46).

Keberadaan komite sekolah ini telah mengacu kepada Undang-undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) 2000-2004, dalam rangka pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat perlu dibentuk komite sekolah di tingkat satuan pendidikan. Amanat rakyat ini sejalan dengan konsepsi desentralisasi pendidikan, baik di tingkat kabupaten/kota maupun di tingkat sekolah. Amanat rakyat dalam Undang-undang tersebut telah ditindaklanjuti dengan keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 tanggal 2 April 2002 tentang dewan pendidikan dan komite sekolah. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 044/U/2002 tanggal 2 April 2002 tentang Acuan Pembentukan Komite Sekolah, dinyatakan bahwa keberadaan komite sekolah berperan sebagai berikut: (a). Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan; (b). Pendukung (supporting agency) baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan; (c). Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan; dan (d). Mediator antara pemerintah (executive) dengan masyarakat di satuan pendidikan.

Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa pelaksanaan komite sekolah di SMA Negeri 1 Sengah Temila Kabupaten Landak sedang berjalan, namun pengurus dan anggota komite sekolah relatif belum optimal dalam melaksanakan tugas dan fungsinya yakni masih kurang dalam memberikan pertimbangan, mendukung, mengontrol serta masih kurang dalam menjadi mediator antara pemerintah dengan masyarakat. Selain itu, ada juga beberapa hal yang masih belum terlaksana. Pertama, proses pembentukan Komite Sekolah belum sepenuhnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kedua, Komite Sekolah belum memiliki AD/ART.

Adapun masalah umun dalam penelitian adalah: “bagaimana pemberdayaan komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMA Negeri 1 Sengah

(3)

Temila Kabupaten Landak?”. Sedangkan sub masalah dalam penelitian ini yaitu: (a). Bagaimana peran komite sekolah sebagai pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMA Negeri 1 Sengah Temila Kabupaten Landak? (b). Bagaimana peran komite sekolah pendukung (supporting agency) dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMA Negeri 1 Sengah Temila Kabupaten Landak? (c). Bagaimana peran komite sekolah sebagai pengontrol (controlling agency) dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMA Negeri 1 Sengah Temila Kabupaten Landak? dan (d). Bagaiman peran komite sekolah sebagai mediator antara pemerintah (executive) dengan masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMA Negeri 1 Sengah Temila Kabupaten Landak?

Tujuan dari penelitian ini adalah: (a). untuk mengetahui apakah pemberdayaan komite sekolah dapat meningkatkan mutu pendidikan di SMA Negeri 1 Sengah Temila Kabupaten Landak; (b). untuk mengetahui apakah peran Komite sekolah sebagai pemberi pertimbangan (advisory agency) dapat meningkatkan mutu pendidikan di SMA Negeri 1 Sengah Temila Kabupaten Landak; (c). untuk mengetahui apakah peran Komite sekolah sebagai pendukung (supporting agency) dapat meningkatkan mutu pendidikan di SMA Negeri 1 Sengah Temila Kabupaten Landak; (d). untuk mengetahui apakah peran Komite sekolah sebagai pengontrol (controlling agency) dapat meningkatkan mutu pendidikan di SMA Negeri 1 Sengah Temila Kabupaten Landak; dan (e). untuk mengetahui apakah peran Komite sekolah sebagai mediator dapat meningkatkan mutu pendidikan di SMA Negeri 1 Sengah Temila Kabupaten Landak.

Adapun yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah: pemberdayaan komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMA Negeri 1 Sengah Temila Kabupaten Landak, dengan aspek-aspek yang akan diteliti adalah peran komite sekolah sekolah sebagai pemberi pertimbangan (advisory agency), sebagai pendukung (supporting agency), sebagai pengontrol (controlling agency), dan sebagai mediator di SMA Negeri 1 Sengah Temila.

Pemberdayaan Komite Sekolah adalah membuat orang-orang yang duduk sebagai pengurus komite menjalankan perannya untuk membantu meningkatkan mutu pendidikan. Misalnya meningkatkan mobilisasi dana masyarakat ataupun dalam bentuk sumbangan lainnya seperti memberikan pertimbangan dan pemikiran.

Dalam UU RI No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 54 ayat 3 dinyatakan bahwa: Komite sekolah adalah lembaga mandiri, dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.

Komite sekolah dapat juga diartikan sebagai suatu badan atau lembaga non profit dan non politis, dibentuk berdasarkan musyawarah yang demokratis oleh para

stakeholder pendidikan pada tingkat satuan pendidikan sebagai representasi dari berbagai unsur yang bertanggungjawab terhadap peningkatan kualitas proses dan hasil pendidikan.

(4)

Tujuan dibentuknya komite sekolah dimaksudkan agar adanya suatu organisasi masyarakat sekolah yang mempunyai komitmen dan loyalitas serta peduli terhadap peningkatan kualitas sekolah. Komite sekolah yang dibentuk dapat dikembangkan secara khas dan berakar dari budaya, demografis, ekologis, nilai kesepakatan, serta kepercayaan yang dibangun sesuai potensi masyarakat setempat.

Berdasarkan Keputusan Mendiknas No. 044/U/2000, keberadaan komite sekolah berperan sebagai berikut: (a). Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan; (b). Pendukung (supporting agency) baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan; (c). Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan; dan (e). Mediator antara pemerintah (executive) dengan masyarakat di satuan pendidikan.

Mutu pendidikan secara multidimensi meliputi aspek mutu input, proses dan

output. Oleh karenanya, pengembangan pencapaian mutu harus secara holistik dimulai dari input, proses, dan output. Dengan demikian, mutu pendidikan adalah kebermutuan dari berbagai layanan institusi pendidikan kepada siswa maupun staff pengajar untuk terjadinya proses pendidikan yang bermutu sehingga akan menghasilkan lulusan yang mempunyai kemampuan, keterampilan, dan pengetahuan yang sesuai dengan kebutuhan untuk terjun ke lingkungan masyarakat.

Jika dilihat dari proses tersebut, tampak bahwa untuk menjadikan pendidikan itu bermutu, maka sekolah harus memiliki kemampuan untuk berubah. Kondisi tersebut ditunjukan dengan kondisi bahwa sekolah yang baik merupakan sekolah yang mampu menghantar siswa sesuai dengan yang dicanangkan dalam visi sekolah. METODE

Deddy Mulyana (2008:145) menjelaskan: ‘metodologi adalah proses, prinsip, dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban. Dengan ungkapan lain, metodologi adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian’.

Sesuai dengan judul yang dikemukakan yakni “Pemberdayaan komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMA Negeri 1 Sengah Temila”, maka metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif.

Peneliti menggunakan metode kualitatif karena ada beberapa pertimbangan antara lain: pertama, peneliti dalam pengolahan datanya nanti hanya akan menjabarkan atau mendeskripsikan dengan kata-kata (bukan dengan angka) apa yang sudah didapat pada saat penelitian. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dengan responden.

Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bersifat menggambarkan, menguraikan suatu hal menurut apa adanya. Maksudnya adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata atau penalaran, gambar, dan bukan angka-angka.

(5)

Punaji Setyosari (2012:39) menyatakan bahwa “penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan suatu keadaan, peristiwa, objek apakah orang atau segala sesuatu yang terkait dengan variabel-variabel yang bisa dijelaskan dengan baik dengan angka-angka maupun kata-kata”.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data ekstern primer dan data ekstern sekunder. Adapun yang menjadi data primer dalam penelitian ini, yaitu: kepala SMA Negeri 1 Sengah Temila, Pengurus komite sekolah di SMA Negeri 1 Sengah Temila yang terdiri dari: ketua, sekretaris, dan bendahara. Sedangkan yang dijadikan data sekunder adalah dokumen-dokumen atau sumber tertulis lainnya yang berkaitan dengan kebutuhan penelitian, seperti internet, majalah, dan buku-buku yang bersangkutan dengan pemberdayaan komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode, yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi. Nasution dalam bukunya Metode Research menjelaskan seperti berikut:

Wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi. Dalam wawancara pertanyaan dan jawaban diberikan secara verbal. Biasanya komunikasi ini dilakukan dalam keadaan saling berhadapan, namun komunikasi dapat juga dilaksanakan melalui telfon. (Nasution, 2004:113).

Teknik wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara langsung dan bentuk pertanyaan yang digunakan adalah bentuk pertanyaan tak berstruktur dan bentuk pertanyaan campuran. Metode wawancara peneliti gunakan untuk mencari informasi tentang pemberdayaan komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMA Negeri 1 Sengah Temila.

Menurut Margono, dokumentasi merupakan cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori dalil atau hukum-hukum, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian. Metode dokumentasi digunakan peneliti untuk memperoleh data yang terkait dengan: terbentuknya komite sekolah di SMA Negeri 1 Sengah Temila, struktur organisasi komite sekolah SMA Negeri 1 Sengah Temila, hubungan komite sekolah dengan pihak sekolah, dan lain-lain.

Suharsimi Arikunto mengemukakan bahwa: “observasi atau disebut juga pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan segala indera”. Adapun dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode observasi agar dapat melihat secara langsung kondisi SMA Negeri 1 Sengah Temila Kabupaten Landak. Yaitu melihat-lihat lokasi penelitian dengan mengamati apa saja yang sudah dilaksanakan oleh komite sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan, mendengarkan pendapat informan, serta hal-hal lain yang berkaitan dengan pemberdayaan komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMA Negeri 1 Sengah Temila Kabupaten Landak.

(6)

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau fenomena yang ada di lapangan yaitu hasil penelitian dengan dipilah-pilah secara sistematis menurut kategorinya dengan menggunakan bahasa yang mudah dicerna oleh semua orang. Deskriptif kualitatif adalah menentukan dan menafsirkan data yang ada. Misalnya tentang situasi yang dialami, satu hubungan, kegiatan, pandangan, sikap yang nampak atau tentang suatu proses yang sedang muncul, kecenderungan yang menampak, pertentangan yang meruncing dan sebagainya.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberdayaan Komite Sekolah di SMA Negeri 1 Sengah Temila sampai saat ini belum sepenuhnya terlaksana dengan baik, seperti halnya yang disampaikan oleh Bapak F. Sion selaku sekretaris Komite Sekolah di SMA Negeri 1 Sengah Temila menyatakan bahwa masih kurangnya pemberdayaan komite sekolah baik yang dilaksanakan oleh pihak sekolah maupun yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Landak dan Dewan Pendidikan Kabupaten Landak. Pihak sekolah tidak pernah memberikan pemberdayaan ataupun pelatihan-pelatihan untuk menjadikan komite lebih berdaya dapat mengurus dirinya sendiri, dapat membiayai dirinya sendiri.

Selanjutnya Bendahara Komite Sekolah Bapak V. Sopian mengatakan bahwa Komite Sekolah di SMA Negeri 1 Sengah Temila juga belum pernah mendapatkan subsidi dana dari pemerintah, dan hanya mengandalkan bantuan dari orang tua siswa melalui iuran komite sekolah, sedangkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dalam pengelolaanya Komite Sekolah tidak dilibatkan dan hanya menerima laporan secara lisan saja dari pihak sekolah kepada komite.

Pembahasan

Perubahan paradigma pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi membuka peluang masyarakat untuk dapat meningkatkan peran serta dalam peningkatan mutu pendidikan. Salah satu upaya untuk mewujudkan peluang tersebut adalah melalui Komite Sekolah, yang mengacu kepada Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 tanggal 2 April 2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.

Bank Dunia (2007) memberikan defenisi pemberdayaan sebagai proses peningkatan kapasitas individual atau kelompok untuk membuat pilihan-pilihan dan untuk melaksanakan pilihan-pilihan tersebut ke dalam kegiatan-kegiatan dan hasil yang diharapkan. Dalam konteks kelembagan Komite Sekolah, peningkatan kapasitas yang dimaksud adalah kapasitas para pengurus Komite Sekolah, agar dapat melaksanakan peran dan fungsinya secara optimal untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Pembentukan Komite Sekolah diharapkan dapat memacu usaha pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan, selaras dengan

(7)

konsepsi partisipasi berbasis masyarakat dan manajemen berbasis sekolah yang kini tidak hanya menjadi wacana, tetapi telah mulai dilaksanakan di Indonesia.

Pemberdayaan Komite Sekolah setiap tingkat satuan pendidikan dapat membantu dalam proses peningkatan mutu pendidikan. Komite Sekolah adalah mitra kerja kepala sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan khususnya, penggalian dana, kerjasama dunia usaha dan industri.

Komite Sekolah dibentuk untuk mewadahi dan meningkatkan peran masyarakat dalam pendidikan. Karena sekolah dalam menentukan kebijakan tidak bisa berdiri sendiri, terutama dalam anggaran pendidikan, tetapi harus bekerjasama dengan Komite Sekolah. Sebenarnya peran Komite Sekolah sudah diatur dalam Kepmendinas No. 044/U/2002, Komite Sekolah hendaknya merepresentasikan keragaman yang ada agar benar-benar dapat mewakili masyarakat. Interaksi antara sekolah dan masyarakat dapat diwujudkan melalui mekanisme pengambilan keputusan antara sekolah dengan Komite Sekolah, termasuk biaya pendidikan.

Dengan demikian, Komite Sekolah merupakan badan yang mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka memberi pertimbangan (advisory agency); pendukung (supporting agency); pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas; dan mediator antara pemerintah dengan masyarakat.

Komite Sekolah sebagai organisasi mitra sekolah memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya turut serta mengembangkan pendidikan di sekolah, kehadirannya tidak hanya sebagai stempel sekolah semata, khususnya dalam upaya memungut biaya dari orang tua siswa, namun lebih jauh Komite Sekolah harus dapat menjadi sebuah organisasi yang benar-benar dapat mewadahi dan menyalurkan aspirasi serta prakarsa dari masyarakat dalam melahirkan kebijakan organisasi dan program sekolah serta dapat menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di sekolah.

Dalam hal pemberdayaan Komite Sekolah di SMA Negeri 1 Sengah Temila tidak terlepas dari peran Dewan Pendidikan Kabupaten Landak yang telah dibentuk pada Tahun 2003, seperti yang disampaikan oleh Sekretaris Dewan Pendidikan Kabupaten Landak Bapak Drs. Suharman yang kebetulan beliau sebagai guru mata pelajaran kimia di SMA Negeri 1 Sengah temila. Beliau menjelaskan bahwa Dewan Pendidikan Kabupaten Landak telah melaksanakan sosialisasi tentang pembentukan Komite Sekolah dari SD, SMP, dan SMA. Pada Tahun 2005 Dewan Pendidikan Kabupaten Landak telah melaksanakan kegiatan pelatihan dengan menghadirkan pengurus Komite Sekolah se-Kabupaten Landak.

Pembentukan Komite Sekolah di SMA Negeri 1 Sengah Temila diawali dengan mengundang orang tua siswa dengan mengadakan rapat pembentukan Komite Sekolah, kemudian diadakan pemilihan ketua dan pengurus yang melibatkan semua unsur seperti yang diamanatkan SK Mendiknas Nomor 044/U/2002 tentang pembentukan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Setelah itu diajukan kepada

(8)

Kepala Sekolah untuk disahkan dengan membuat Surat Keputusan Kepala Sekolah tentang Pembentukan Komite Sekolah.

Dari hasil penelitian setelah melakukan wawancara dengan Ketua Komite Sekolah yang ada di SMA Negeri 1 Sengah Temila, Komite Sekolah belum memiliki Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) dan bahkan pemerintah Kabupaten Landak sendiri belum menyusun Peraturan Daerah (PERDA) yang mengatur tentang Komite Sekolah, dan mungkin inilah yang menjadi alasan pengurus belum menyusun AD/ART.

Sedangkan pertemuan atau rapat yang dilakukan Komite Sekolah juga belum terjadwal, artinya tidak ada pertemuan rutin yang dilaksanakan setiap bulan maupun per semester. Seperti yang dituturkan oleh ketua Komite Sekolah SMA Negeri 1 Sengah Temila Bapak Anton Kustman menyatakan bahwa “sebenarnya idealnya pertemuan pengurus dilaksanakan setiap bulan atau minimal sekali dua bulan, namun karena banyaknya kesibukan pengurus mengakibatkan pertemuan tidak terlaksana, akhirnya pertemuan dilaksanakan tergantung kebutuhan sekolah, misalnya pada saat penerimaan siswa baru dan adanya permasalahan siswa. Namun saya selaku ketua setiap bulan tetap ke sekolah melihat perkembangan kemajuan sekolah. Pertemuan atau agenda rapat komite dengan orang tua siswa dan pihak sekolah hanya dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, dengan kata lain hanya dilakukan saat diperlukan seperti pada saat tahun ajaran baru sekolah, pada saat adanya permasalahan ataupun keluhan orang tua siswa”.

Pemberdayaan Komite Sekolah di SMA Negeri 1 Sengah Temila sampai saat ini belum sepenuhnya terlaksana dengan baik, seperti halnya yang disampaikan oleh Bapak F. Sion selaku sekretaris Komite Sekolah di SMA Negeri 1 Sengah Temila menyatakan bahwa masih kurangnya pemberdayaan komite sekolah baik yang dilaksanakan oleh pihak sekolah maupun yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Landak dan Dewan Pendidikan Kabupaten Landak. Pihak sekolah tidak pernah memberikan pemberdayaan ataupun pelatihan-pelatihan untuk menjadikan komite lebih berdaya dapat mengurus dirinya sendiri, dapat membiayai dirinya sendiri. Padahal sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa masyarakat berhak untuk menyelenggarakan pendidikan berbasis masyarakat pada pendidikan formal dan nonformal sesuai dengan lingkungan sosial dan budaya untuk kepentingan masyarakat. Kemudian dana penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat dapat bersumber dari penyelenggara, masyarakat, pemerintah/pemerintah daerah, serta lembaga pendidikan berbasis masyarakat dapat memperoleh bantuan teknis, subsidi dana, dan sumber daya lain dari pemerintah.

Selanjutnya Bendahara Komite Sekolah Bapak V. Sopian mengatakan bahwa Komite Sekolah di SMA Negeri 1 Sengah Temila juga belum pernah mendapatkan subsidi dana dari pemerintah, dan hanya mengandalkan bantuan dari orang tua siswa melalui iuran komite sekolah, sedangkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dalam pengelolaanya Komite Sekolah tidak dilibatkan dan hanya menerima laporan secara lisan saja dari pihak sekolah kepada komite.

(9)

Dalam hal peningkatan mutu pendidikan Komite Sekolah telah banyak memberikan masukan dan saran sesuai dengan hasil rapat Komite Sekolah kepada pihak sekolah untuk dijadikan program sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran disekolah, namun hal tersebut kembali kepada stakeholder apakah masukan tersebut dapat diterima untuk dilaksanakan.

Peran komite sekolah sebagai pemberi pertimbangan antara lain berupa: pemberian pertimbangan untuk iuran komite yang jumlahnya berdeda antara siswa baru dengan siswa yang lanjutan, dimana siswa baru dibebankan Rp. 50.000,- kelas II sebesar Rp. 40.000,- dan kelas III sebesar Rp. 30.000, pemberian pertimbangan tentang kenaikan iuran komite, memberikan pertimbangan tentang pengelolan sumber daya pendidikan, jumlah jam mengajar per minggu, tentang besarnya jumlah honor per jam, dan memberikan pertimbangan tentang tenaga kependidikan yang dapat diperbantukan di sekolah, dimana komite disini harus mengetahui dan menyetujui tenaga honorer yang akan diperbantukan disekolah apakah sesuai dengan disiplin ilmu yang dimilikinya, hal ini dipertegas oleh Kepala Sekolah Bapak Drs. Fransiskus Sius, bahwa “pihak sekolah selalu menerima berbagai masukan dan saran dari Ketua Komite Sekolah dan pada umumnya masukan dan saran ataupun pertimbangan yang diberikan komite masih dapat kami terima untuk ditetapkan menjadi suatu kesepakatan atau keputusan sekolah”.

Peran komite sekolah sebagai pendukung di SMA Negeri 1 Sengah antara lain: memberikan dukungan bantuan sarana dan prasarana sekolah dengan menggalang bantuan dari masyarakat untuk perbaikan dan penambahan meja, kursi, perbaikan pagar sekolah, pengerasan jalan menuju sekolah, membuat WC, dan menata kebersihan serta kenyamanan di lingkungan sekolah.

Peran komite sekolah yang ketiga yaitu sebagai pengontrol, adapun peran yang sudah dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sengah Temila berupa: memantu keadaan siswa yang patut dibantu, dan memantau kegiatan ekstrakulir siswa (OSIS, pramuka dan palang merah remaja).

Peran komite sekolah sebagai penghubung di SMA Negeri 1 Sengah Temila yaitu: menyampaikan hasil rapat antar orang tua siswa kepada pihak sekolah untuk ditindak lanjuti, dan mengkomunikasikan pengaduan dan keluhan masyarakat (orang tua siswa) kepada pihak sekolah.

Dalam hal peningkatan mutu pendidikan Komite Sekolah telah banyak memberikan masukan dan saran sesuai dengan hasil rapat Komite Sekolah kepada pihak sekolah untuk dijadikan program sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran disekolah, namun hal tersebut kembali kepada stakeholder apakah masukan tersebut dapat diterima untuk dilaksanakan.

Dari beberapa hal hasil temuan lapangan dari empat peran Komite Sekolah di atas menunjukkan tidak berjalannya peran yang dilakukan pengurus Komite Sekolah, ini menunjukkan bahwa pengurus Komite Sekolah belum memahami sepenuhnya peran dan fungsinya. Salah satu fungsi Komite Sekolah adalah memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada sekolah tentang kebijakan dan program

(10)

pendidikan, Rencana Anggaran Pendidikan dan Belanja Sekolah (RAPBS), kriteria kinerja satuan pendidikan, kriteria tenaga kependidikan, kriteria fasilitas pendidikan.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Dari pemaparan-pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan Komite Sekolah di SMA Negeri 1 Sengah Temila Kabupaten Landak belum diberdayakan sebagaimana mestinya karena kurangnya kepedulian dari pihak sekolah untuk memberdayakan komite yang ada. Pihak sekolah tidak pernah memberikan pemberdayaan (berupa pelatihan-pelatihan) untuk menjadikan komite lebih berdaya dalam membiayai dirinya sendiri (tidak hanya mengandalkan iuran bulanan dari siswa).

Demikian juga halnya dengan peran komite sekolah sebagai pemberi pertimbangan (Advisory Agency) dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMA Negeri 1 Sengah Temila Kabupaten Landak belum sepenuhnya berjalan efektif sesuai dengan peran dan fungsi komite sekolah. Hal ini disebabkan pihak sekolah belum sepenuhnya memberikan kepercayaan kepada komite sekolah dalam mengelola anggaran sekolah.

Peran komite sekolah sebagai pendukung (Supporting Agency) dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMA Negeri 1 Sengah Temila Kabupaten Landak sudah berjalan tetapi belum optimal. Hal ini terlihat dari dukungan berupa dana yang komite sekolah dapatkan hanya dari iuran bulanan siswa.

Peran komite sekolah sebagai pengontrol (Controlling Agency) dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMA Negeri 1 Sengah Temila Kabupaten Landak telah melaksanakan perannya, namun belum menunjukan adanya keseragaman. Hal ini disebabkan adanya perbedaan persepsi tentang peran dan fungsi komite sekolah itu sendiri.

Peran komite sekolah sebagai penghubung (Mediator Agency) dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMA Negeri 1 Sengah Temila Kabupaten Landak sudah berjalan namun belum maksimal. Komite sekolah berperan sebagai penghubung hanya berupa penyampaian keluhan-keluhan orang tua siswa kepada pihak sekolah.

Saran

Melihat simpulan-simpulan diatas, maka disarankan agar pihak sekolah juga ikut terlibat didalam memberdayakan komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMA Negeri 1 Sengah Temila Kabupaten Landak agar komite sekolah dapat melaksanakan peran dan fungsinya secara optimal. Sebagai contoh: pihak sekolah mengadakan pelatihan-pelatihan ataupun mengirim pengurus-pengurus komite sekolah untuk mengikuti pelatihan-pelatihan/seminar dalam rangka pengoptimalan peran dan fungsi komite sekolah. Dengan adanya pelatihan-pelatihan tersebut, maka wawasan dan pengetahuan pengurus komite sekolah akan bertambah.

(11)

Sehingga tidak menutup kemungkinan komite sekolah akan mempunyai ide-ide kreatif untuk dapat membiayai dirinya sendiri (selain uang komite dari siswa).

Selain dari pada itu agar ke empat peran komite sekolah yaitu sebagai pemberi pertimbangan (Advisory Agency), sebagai pendukung (Supporting Agency), sebagai pengontrol (Controlling Agency), dan sebagai penghubung (Mediator Agency) dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMA Negeri 1 Sengah Temila Kabupaten Landak dapat berjalan optimal, maka harus ada kerja sama yang baik antara sekolah dengan komite sekolah. Pihak sekolah harus memberikan kepercayaan penuh kepada komite sekolah dalam melaksanakan peran dan fungsinya. Selain itu pengurus komite sekolah harus mengetahui peran dan fungsinya yang harus dijalankan dalam peningkatan mutu pendidikan di SMA Negeri 1 Sengah Temila Kabupaten Landak.

Sedangkan untuk Pengurus komite sekolah yang terpilih diharapkan agar mempunyai waktu untuk menjadi pengurus, sehingga pemberdayaan komite sekolah dapat berjalan sesuai program dan rencana yang sudah ditetapkan, yaitu ikut serta dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMA Negeri 1 Sengah Temila.

DAFTAR RUJUKAN

Deddy Mulyana. (2008). Metode Penelitian Kualitatif. (Cetakan ke-6). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Hasbullah. (2006). Otonomi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Lexy J. Moleong. (1990). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosda Karya.

Margono. (2000). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Mulyasa. (2006). Manajemen Berbasis Sekolah Konsep Strategi dan Implementasi.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nasution. (2004). Metode Research. (Cetakan ke-7). Jakarta: Bumi Aksara.

Punaji Setyosari. (2012). Metode Penelitian Pendidikan.(Cetakan ke-2). Jakarta: Predana Media Group

Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Referensi

Dokumen terkait

Pada umur tebu 6 mst, pemberian air kelapa muda 25, 50, dan 75 % secara nyata mampu menghasilkan diameter tunas bibit tebu yang lebih besar dibandingkan kontrol (tanpa bahan organik)

Dalam kajian jaringan distribusi air bersih pada Kampus B (Gedung Politeknik Kesehatan Negeri Jember) menggunakan metode geometrik untuk merencanakan pertumbuhan mahasiswa

Dalam bagian yang membicarakan pemikiran Marx tentang India, berseberangan dengan gosip yang beredar dari tafsir atas kutipan Manifesto Komunis 1848 bahwa Marx seorang

Ada pula protozoa yang tidak bersifat parasit yang hidup di dalam usus Ada pula protozoa yang tidak bersifat parasit yang hidup di dalam usus termit atau di dalam.. termit atau

Orangtua akan marah pada saya apabila pekerjaan yang saya lakukan tidak bagus.. Orangtua selalu menjelaskan alasannya, ketika saya dilarang

Pemanfaatan Tepung Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Klon BB00105.10 sebagai Bahan Dasar Produk Olahan Goreng Serta Evaluasi Mutu Gizi dan Indeks Glikemiknya

Dari hasil pengujian pentanahan tersebut dapat diketahui bahwa tahanan tanah pada gantry GITET 500kV Kesugihan dalam kondisi memenuhi persyaratan standar PLN yaitu dibawah 1

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir dengan judul “Analisa