5 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Hasil Belajar IPA
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil dari proses belajar disebut sebagai hasil belajar yang dapatdilihat dan diukur. Keberhasilan seseorang di dalam mengikuti satuan program pengajaran pada satu jenjang pendidikan tertentu dapat dilihat dari hasil belajarnya dalam program tersebut. Untuk dapat belajar sesuatu diperlukannya kondisi yang mempengaruhi belajar, meliputi kondisi internal yang ada pada diri orang yang belajar dan kondisi eksternal saat siswa belajar.
Kondisi internal ini sebagai karakteristik siswa yangmerupakan diskripsi umum dari sifat-sifat siswa yang akan menerimapelajaran misalnya, usia, kelas, minat, profesi, kesehatan, motivasi, tingkat prestasi, kemampuan, status sosial ekonomi, atau kemampuan berbahasa asing. Kondisi eksternal adalah rangsangan yang bersumber dari luar yang dapat menyebabkan terjadinya proses belajar mengajar. Kondisi eksternal ini dalam proses belajar mengajar dipengaruhi antara lain oleh guru. Dalam hal ini bagaimana guru merancang dan menyediakan kondisi yang khusus agar siswa berhasil dalam belajarnya. Kegagalan seseorang dalam belajar tidak semata-mata disebabkan oleh kemampuannya tetapi antara lain adanya gangguan dari informasi lain yang menghambat untuk mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya.
Tujuan pembelajaran yang tertuang dalam hasil belajar merupakan diskripsi tentang perubahan perilaku yang diinginkan atau diskripsi produk yang menunjukkan bahwa belajar telah terjadi. Perumusan tujuan pembelajaran itu adalah hasil belajar yang diinginkan pada diri pembelajar, agak lebih rumit untuk diamati dibandingkan dengan tujuan yang lainnya, karena tujuan pembelajaran tidak dapat diukur secara langsung. Jadi yang dimaksud hasil belajar adalah sesuatu yang telah dicapai oleh siswa setelah mengikuti pembelajaran IPA yang
berarti nilai ulangan, khususnya dalam penelitian ini adalah nilai tes siklus 1 dan siklus 2.
b. IPA SD
Kata IPA merupakan singkatan kata “Ilmu Pengetahuan Alam”. Kata-kata “Ilmu Pengetahuan Alam”merupakan terjemahan dari Kata-kata-Kata-kata Bahasa Inggris “Natural Science” secara singkat sering disebut “Science”.
Natural artinya alamiah berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi ilmu pengetahuan alam (IPA) atau science itu secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Untuk selanjutnya IPA juga sering disebut sebagai suatu istilah Webte’s : New collegiate Dictionary (1981) menyatakan “natural science is knowledge concerned with the physical world and its phenomena” yang artinya ilmu pengetahuan Alam adalah pengetahuan tentang alam dan gejala-gejalanya sedangkan di dalam Purnell’s “ Concise dictionary of Human knowledge acquired bu systematic, observation and experiment and explained bu means of rules, laws, prinsiples, theories and hyphotheses” artinya ilmu pengetahuan Alam adalah pengetahuan manusia yang luas yang didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang sistematik serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori dan hipotesis-hipotesis. Ilmu pengetahuan alam merupakan disiplin ilmu sangat penting. Oleh karena itu anak-anak perlu diberi kesempatan untuk berlatih keterampilan-keterampilan proses IPA sebab diharapkan mereka dapat berpikir dan memiliki sikap ilmiah. Tetapi untuk pengajaran IPA dan keterampilan proses IPA dan keterampilan proses IPA untuk anak-anak hendaknya disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitifnya. IPA untuk anak-anak didefinisikan sebagai berikut :
1) Mengamati apa yang terjadi
2) Mencoba memahami apa yang diamati
4) Menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk melihat apakah ramalan tersebut benar.
Dalam IPA anak-anak dan kita harus tetap bersikap skeptis sehingga kita selalu siap memodifikasi model-model yang kita punyai tentang alam ini sejalan dengan penemuan-penemuan yang kita dapatkan. Oleh karena itu materi IPA harus dimodifikasi dan juga ketrampilan-ketrampilan proses IPA yang akan dilatihkan ke anak harus disesuaikan dengan perkembangan anak. Sekarang ini pelajaran IPA tidak hanya mengajarkan fakta-fakta dan jenis-jenis hewan atau tmbuhan, hukum-hukum ini dan itu, tetapi juga mengajarkan model-model memecahkan masalah yang baik, menganjurkan sikap yang baik, melatih kemampuan, mengambil kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan, melatih bersifat objektif dan tidak terburu-buru mengambil kesimpulan, melatih bekerjasama dalam kelompok, melatih menghargai pendapat orang lain. IPA sekarang bukan lagi disebut “ pelajaran IPA “ tetapi “ mendidik anak melalui pelajaran IPA “. IPA ternyata banyak mengandung nilai-nilai pendidikan, apabila diajarkan menurut cara yang tepat. Tetapi bila diajarkan menurut cara yang kurang tepat, maka IPA hanya kakn merupakan pelajaran fakta-fakta yang merupakan pengetahuan jenis-jenis hewan dan tumbuhan, hukum-hukum ini dan itu, yang sebagian besar bersifat hafalan.
2.1.2 Model Pembelajaran Quantum Learning
Pembelajaran kuantum ( Quantum Teaching ) diciptakan berdasarkan teori - teori pendidikan seperti Accelerated Learning dari Lozanov, Multiple Intelegences dari Garder, Neuro-Linguistic Programming dari Grinder dan Bandler, Experiental Learning dari Hahn, Socratic Inquiry, Cooperative Learning dari Johnson dan Johnson, dan Element of Effective Instruction dari Hanter (Porter, 2013:14). Pembelajaran quantum adalah pengubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya. Kata quantum berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya, dengan demikian quantum learning adalah pengubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar.
Komponen-komponen Pembelajaran Kuantum ( Quantum Learning ) a. Sintaks
Kerangka rancangan pembelajaran kuantum dikenal dengan istilah TANDUR, yang di dalamnya memiliki 6 tahap atau fase yaitu Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan (Porter, 2013).
a) Tumbuhkan berarti menumbuhkan minat belajar siswa dengan cara memberitahukan manfaat materi yang a kan dipelajari. b) Alami berarti guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memperoleh pengalaman -pengalaman umum yang dapat dimengerti oleh mereka.
c) Namai berarti guru menyediakan kata - kata kunci, konsep, rumus yang merupakan materi utama yang menjadi pesa n pembelajaran. d ) Demonstrasikan berarti guru menyediakan kesempatan bagi siswa
untuk dapat menunjukkan kemampuannya.
e ) Ulangi berarti guru menunjukkan kepada siswa cara -cara mengulang materi dan menegaskan bahwa mereka benar -benar tahu akan apa yang dipelajari.
f ) Rayakan berarti guru memberikan pengakuan atas upaya yang telah dilakukan siswa dalam menampilkan penyelesaian, partisipasi, pemerolehan keterampilan, dan ilmu pengetahuannya.
b. Prinsip Reaksi
Dalam pembelajaran kuantum ada lima prinsip dasar yang mempen garuhi terciptanya lingkungan belajar yang kondusif (Porter, 2013). Adapun kelima prinsip dasar tersebut adalah:
(1) Prinsip segalanya berbicara berarti seluruh lingkungan kelas membawa pesan ke pembelajar.
(2) Prinsip segalanya bertujuan berarti semua pembelajaran haruslah mempunyai tujuan -tujuan yang jelas.
(3) Prinsip pengalaman sebelum pemberian nama berarti sebelum mendefinisikan, membedakan, siswa terlebih dahulu telah memiliki atau telah
diberikan pengalaman informasi yang terkait dengan upaya pemberian nama tersebut.
(4) Prinsip akui setiap usaha berarti apapun usaha yang telah dilakukan siswa haruslah mendapat pengakuan dari guru maupun siswa lainnya.
(5) Prinsip jika layak dipelajari maka layak dirayakan berarti setiap usaha belajar yang dilakukan layak untuk dirayakan untuk memberi umpan balik dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar.
c. Sistem Sosial
Pembelajaran quantum learning dibangun berdasarkan asas “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka” (Porter,2013), memberikan pengertian bahwa hubungan antara guru dengan siswa harus saling mendukung. Guru memasuki dunia siswa sebagai upaya memperoleh ijin untuk memimpin, menuntun, dan memudahkan siswa untuk memahami ilmu pengetahuan. Upaya ini dilakukan antara lain dengan mengaitkan secara langsung konsep-konsep yang akan dikaji dengan peristiwa sehari -hari atau dari pengalaman sehari -hari mereka. Dengan pengertian yang lebih luas dan mendalam berdasarkan interaksi tersebut, siswa akan dapat membawa apa yang mereka pelajari ke dalam dunia mereka dan menerapkannya dalam situasi baru.
Untuk mendukung terciptanya komunitas belajar yang efektif dan menyenangkan, maka dalam penerapan model pembelajaran quantum learning diperlukan beberapa alat atau media seperti kartu penghargaan, dan Lembar Keja Siswa (LKS).
Melalui penerapan pembelajaran kuantum, dampak instruksional yang diperoleh adalah siswa -siswa diharapkan memiliki pemahaman konseptual yang memadai terkait dengan konsep -konsep IPA yang dipelajari. Dampak pengiring yang diperoleh adalah nilai-nilai positif dalam membangkitkan kesadaran akan pengetahuan yang relevan dan sikap kritis siswa dalam belajar.
d. Penerapan Quantum Learning Dalam Pembelajaran
Langkah-langkah yang diterapkan dalam pembelajaran melalui konsep Quantum Learning dengan cara ( Bobbi DePotter, 2013 )
1. Kekuatan Ambak(Apa Manfaatnya Bagi AKu)
Ambak adalah motivasi yang didapat dari pemilihan secara mental antara manfaat dan akibat-akibat suatu keputusan. Motivasi sangat diperlukan dalam belajar karena dengan adanya motivasi maka keinginan untuk belajar akan selalu ada. Pada langkah ini siswa akan diberi motivasi oleh guru agar siswa dapat mengidentifikasi dan mengetahui manfaat atau makna dari setiap pengalaman atau peristiwa yang dilaluinya dalam hal ini adalah proses belajar.
Contoh: Pada saat awal pelajaran siswa diajak untuk mengetahui manfaatnya mempelajari sitem pencernaan pada tubuh kita. Agar kita tidak makan makanan yang sembarangan agar organ pencernaan kita tidak mengalami gangguan.
2. Penataan Lingkungan Belajar
Dalam proses belajar dan mengajar diperlukan penataan lingkungan yang dapat membuat siswa merasa aman dan nyaman, dengan perasaan aman dan nyaman ini akan menumbuhlkan konsentrasi belajar siswa yang baik. Dengan penataan lingkungan belajar yang tepat juga dapat mencegah kebosanan dalam diri siswa.
Contoh ; Memutarkan video dan music latar saat pembelajaran berlangsung guna memberikan rasa santai siswa ketika mengikuti pelajaran. Music yang digunakan adalah jenis musik klasik. Memasang gambar-gambar sesuai dengan materi yang akan dipelajari. Membersikan dan merapikan tempat belajar, yaitu ruang kelas.
3. Memupuk Sikap Juara
Memupuk sikap juara perlu dilakukan untuk lebih memacu dalam belajar siswa, seorang guru hendaknya jangan segan-segan untuk memberikan pujian atau hadiah pada siswa yang telah berhasil dalam belajarnya, tetapi jangan pula mencemooh siswa yang belum mampu menguasai
materi. Dengan memupuk sikap juara ini siswa akan merasa lebih dihargai
Contoh: Siswa dibagi dalam beberapa kelompok dan berlomba untuk memasang puzzle. Kelompok yang juara dalam menyelesaikan puzzle akan memperoleh bintang.
Memberikan penghargaan baik berupa tepuk tangan atau pujian atau hadiah kepada siswa yang menjawab pertanyaan dari guru dan siswa memperoleh nilai tertinggi dalam mengerjakan soal.
4. Bebaskan Gaya Belajarnya
Ada berbagai macam gaya belajar yang dipunyai oleh siswa, gaya belajar tersebut yaitu: visual, auditorial dan kinestetik. Dalam quantum learning guru hendaknya memberikan kebebasan dalam belajar pada siswanya dan janganlah terpaku pada satu gaya belajar saja.
Contoh : guru menggunakan beberapa metode pembelajaran agar siswanya lebih bebas mengekspresikan caranya memperoleh ilmu yang di dapat.
5. Membiasakan Mencatat
Belajar akan benar-benar dipahami sebagai aktivitas kreasi ketika siswa tidak hanya bisa menerima, melainkan bisa mengungkapkan kembali apa yang didapatkan menggunakan bahasa hidup dengan cara dan ungkapan sesuai gaya belajar siswa itu sendiri. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan simbol-simbol atau gambar yang mudah dimengerti oleh siswa itu sendiri, simbol-simbol tersebut dapat berupa tulisan.
Contoh : Pada saat guru memberikan materi baik lewat ucapan maupun lewat power poin siswa mencatat hal-hal yang penting.
6. Membiasakan Membaca
Salah satu aktivitas yang cukup penting adalah membaca. Karena dengan membaca akan menambah perbendaharaan kata, pemahaman, menambah wawasan dan daya ingat akan bertambah. Seorang guru hendaknya membiasakan siswa untuk membaca, baik buku pelajaran
maupun buku-buku yang lain.
Contoh : Siswa membaca informasi yang ada di buku paket atau membaca informasi yang ada di power poin.
7. Jadikan Anak Lebih Kreatif
Siswa yang kreatif adalah siswa yang ingin tahu, suka mencoba dan senang bermain. Dengan adanya sikap kreatif yang baik siswa akan mampu menghasilkan ide-ide yang segar dalam belajarnya.
Contoh : Siswa diajak menyimpulkan materi dalam bentuk lagu agar mudah dipahami. Siswa diberi waktu untuk berkreasi membuat puzzle dari kardus bekas
8. Melatih Kekuatan Memori
Kekuatan memori sangat diperlukan dalam belajar anak, sehingga siswa perlu dilatih untuk mendapatkan kekuatan memori yang baik.
Contoh : Siswa mengerjakan soal-soal dari media pembelajaran yang dilaksanakan serempak tanpa melihat buku.
2.1.3 Media Gambar
a. Pengertian Media
Kata jamak dari medium (dari bahasa latin) yang artinya perantara (between). Makna umumnya adalah “apa saja yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi ke penerima informasi”.
Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi, yang mampu membuat siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media dalam proses belajar-mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Medium sebagai perantara yang mengantar informasi antar sumber dan penerima. Jadi film, televisi, foto, radio, cetakan, dan sejenisnya adalah media komunikasi. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang
bertujuan instruksional atau maksud pengajaran, media itu disebut media pengajaran.
Media adalah alat-alat atau sarana-sarana yang dapat dipergunakan untuk menunjang kelancaran proses belajar mengajar, sehingga siswa dapat memahami dan menyerap materi pelajaran yang disampaikan guru sesuai dengan tujuan khusus pembelajaran yang diharapkan.
Media adalah alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi dari pengirim kepada penerima pesan. Media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar dalam diri siswa tersebut.
Jadi berdasarkan pengertian di atas, yang dimaksud media adalah alat yang digunakan untuk mempermudah siswa menerima proses pembelajaran/transfer pengetahuan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan siswa sehingga terjadi proses dalam diri siswa tersebut.
b. Fungsi Media Pembelajaran
Secara umum manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Tetapi secara lebih khusus ada beberapa manfaat mesia yang lebih rinci. Kemp dan Dayton (1985) misalnya, mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam pembelajaran, yaitu :
1) Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan 2) Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik 3) Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif
4) Efisiensi dalam waktu dan tenaga 5) Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
6) Memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja 7) Dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar 8) Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif
Selain beberapa manfaat media tersebut di atas, kita masih dapat menemukan banyak manfaat praktis yang lain. Manfaat praktis media pembelajaran, antara lain :
1) Konkritisasi konsep yang abstrak
2) Membawa pesan dari obyek yang berbahaya dan sukar, 3) Menampilkan obyek yang terlalu besar
4) Menampilkan obyek yang tidak dapat diamati oleh mata telanjang 5) Mengamati gerakan yang terlalu cepat
6) Memungkinkan siswa berinteraksi langsung dengan lingkungan
7) Memungkinkan pengamatan dan persepsi yang seragam bagi pengalaman belajar siswa
8) Membangkitkan motivasi siswa
9) Memberi kesan perhatian individual bagi kelompok belajar
10) Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut kebutuhan
c. Gambar
Menurut Oemar Hamalik (2006:3) berpendapat bahwa gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual dalam bentuk dua dimensi sebagai curahan perasaan atau pikiran.
Menurut Kamus Besar Bhasa Indonesia (2001:329) gambar adalah tiruan barang, binatang dan sebagainya.
Menurut pendapat saya gambar adalah pelampiasan bentuk pelampiasan hasrat yang bersumber dalam diri kita atau dengan kata lain ekspresi.
Media yang berupa gambar yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Puzzle
2.1. Media Gambar puzzle
2. Gambar pada power poin
2.2. Media Gambar pada power point
3. Gambar pada video
4. Gambar pada kartu
2.4. Media gambar pada kartu
2.1.4 Langkah – Langkah Penerapan Quantum Learning degan Media Gambar Langkah-langkah penerapan quantum learning dapat terlihat pada kegiatan pembelajaran yang tercantum dalam rencana pelaksanaan pembelajaran berikut ini :
Siklus I
1. Siswa diberi kartu “ Megastar” disertai gambar yang akan di pasang.
2. Siswa berdiskusi dan berlomba memasang gambar dengan kartu “Megastar” 3. Siswa menempelkan gambar organ pencernaan manusia
4. Secara bergiliran setiap kelompok mewakilkan salah satu anggota kelompoknya untuk maju menempelkan nama organ pada gambar.
5. Setiap siswa memegang satu gambar, dan setip kelompak maju ke depan memperlihatkan urutan jalannya makanan dalam gambar organ tersebut
6. Siswa menyaksikan pemutaran video proses pencernaan makanan manusia
7. Siswa berdiskusi urutan perjalanan makanan dalam tubuh sesuai video yang telah dilihat
Siklus II
1. Siswa yang maju dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok I diberi kartu gambar alat pencernaan manusia dan kelompok II diberi kartu fungsi alat pencernaan manusia.
2. Guru meminta 12 siswa untuk maju dan membagikan gambar alat-alat pencernaan manusia
3. Kegiatan bermain peran dilakukan dengan guru memberikan pertanyaan tentang fungsi alat pencernaan manusia, kemudian siswa yang memegang gambar yang sesuai dengan fungsi yang ditanyakan guru mengangkat gambarnya tinggi-tinggi sambil menyebutkan nama alat pencernaan tersebut.
4. Setiap kelompok diberi gambar, karton, lem dan spidol untuk membuat puzzle organ system pencernaan
5. Siswa mencocokkan gambar organ dengan gangguannya secara kelompok dalam lembar kerja siswa.
2.1.5 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
1. Oktamarini, Dwi Rai (2009) Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching dengan Teknik Mind Maping untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika pada Siswa Kelas V SD Bongan Tabanan Bali
Penelitian ini dilaksanakan untuk meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas V SD No. 2 Bongan tahun pelajaran 2008/2009. Melalui penerapan model pembelajaran quantum teacing dengan teknik mind mapping dalam pembelajaran bangun datar.
Hasil belajar IPA dengan menggunakan model quantum teaching dapat meningkat. Daya serap meningkat 15,03% dan ketuntasan belajar juga meningkat 65,38 % pada siklus I dan 88, 46 % pada siklus II.
2. Aida, Hanik (2011) Penerapan Model Quantum Learning untuk Meningkatkan Pembelajran IPA Siswa Kelas V SDN Turus Kecamatan Gempengrejo Kabupaten Kediri
Penerapan model Quantum Learning dapat meningkatkan pembelajaran IPA materi "Sifat-sifat cahaya" siswa kelas VA SDN Turus. Penerapan model berturut-turut dari siklus I pertemuan ke-1 sampai siklus II pertemuan ke-2 memperoleh skor 65 atau 86%, 68 atau 91%, 64 atau 85%, 70 atau 94% dari skor maksimal keberhasilan model.
3. Kurniawati, Fitri Linda (2010) Penerapan Model Pembelajaran Quantum Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA di Kelas IV SD Negeri Bajang 02 Kecamatan Talun Kabupaten Blitar
Penelitian ini dilakukan terhadap 20 siswa kelas IV SD N Bajang 02 pada semester II tahun pelajaran 2009/2010. Penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model Quantum Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan rata-rata persentase ketuntasan belajar siswa pada pra tindakan dari 55% menjadi 75% pada siklus I, sehingga terjadi peningkatan sebesar 20%. Sedangkan pada siklus II ketuntasan belajar mencapai 85%. Hal ini menunjukkan kenaikan prestasi belajar siswa.
2.2 Kerangka Pikir
Dengan menggunakan model Quantum Learning pada pembelajaran IPA di SD N Klidang Lor 01 diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Melalui model Quantum Learning siswa akan diajak belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan, sehingga siswa akan lebih bebas menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya. Untuk itu seorang guru harus mampu dan menguasai cara penyampaian materi pembelajaran dengan model Quantum Learning. Apabila seorang guru dalam melakukan persiapan pembelajaran kontekstual sudah optimal, maka dalam proses pembelajaran diharapkan hasilnya juga memuaskan.
Gambar 2.5. Kerangka Pikir
2.3 Hipotesis Tindakan
Dari uraian pada kajian teori yang telah dipaparkan, maka dapat disusun hipotesis tindakan sebagai berikut :
Diduga penggunaan model Quantum Learning dengan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar IPA kelas 5-A semester 1 tahun pelajaran 2013/2014.
Penerapan model quantum learning
Siswa menjadi lebih aktif, kreatif, saling bekerjasama, dan dapat menemukan konsep
Pembelajaran menjadi lebih intensif dan bermakna
Daya serap peserta didik meningkat