• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH RELAKSASI AUTOGENIK TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI UNIT PELAYANAN SOSIAL WENING WARDOYO UNGARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH RELAKSASI AUTOGENIK TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI UNIT PELAYANAN SOSIAL WENING WARDOYO UNGARAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Relaksasi Autogenik Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran

PENGARUH RELAKSASI AUTOGENIK TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI UNIT PELAYANAN SOSIAL WENING WARDOYO UNGARAN

*Muhrosin **Eko Susilo ***Dwi Novitasari

Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran moohrosi@yahoo.co.id

ABSTRAK

Proses penuaan menimbulkan berbagai penurunan organ dan sistem tubuh salah satu sistem yang terganggu yaitu endokrin. Menurunnya hormon serotonin dan melatonin dapat menyebabkan stres pada lansia yang mampu menjadikan faktor penyebab gangguan tekanan darah. Upaya untuk mengatasi gangguan tekanan darah adalah dengan relaksasi autogenik. Relaksasi autogenik adalah relaksasi yang bersumber dari diri sendiri berupa kata kata atau kalimat pendek atau pikiran yang bisa membuat pikiran tentram. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian relaksasi autogenik terhadap tekanan darah pada lansia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran.

Rancangan penelitian menggunakan Quasy eksperimental Design dengan rancangan penelitian non equivalent control group pretest-posttest design. Dengan populasi 98 orang dan sampel sebanyak 36 orang. Sampel diambil dari lansia yang tinggal di Rehabilitasi SosialWening Wardoyo Ungaran dengan teknik Purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan sphygmomanometer digital bermerk AND Medical dengan model UA-651. Uji analisis statistik menggunakan uji t-test independent (paried test).

Hasil penelitian menunjukan ada perbedaan yang signifikan tekanan darah sistolik maupun diastolik kelompok intervensi (p-value 0,000 dan p-value 0,000). Tidak ada perbedaan yang signifikan tekanan darah sistolik maupun diastolik kelompok kontrol ( p-value 0,185 dan p-value 0,058). Ada pengaruh relaksasi autogenik terhadap tekanan darah pada lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran (p-value 0,000) tekanan darah sistolik dan diastolik.

Bagi lansia di unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran diharapkan dapat menerapkan relaksasi autogenik sebagai salah satu intervensi untuk mengatasi tekanan darah tinggi.

ABSTRACT

Aging process cause the decrease of various organs and body systems such as the endocrine system. Decreased serotonin and melatonin can cause stress in the elderly people which cause blood pressure disorders Anefforts to address disorders of blood pressure is by doing autogenic relaxation. Autogenic relaxation is the relaxation that comes fromself in the form of words or short sentences or thoughts that can make the mind at ease. The aim of this study was to determine the effect of autogenic relaxation of the blood pressure in the elderly people in the Social Service Unit Wening Wardoyo Ungaran.

Quasy experiment as the research design was used by using study design ofnon equivalent control group pretest-posttest design,withthe population of 98 people and the samples of 36 people. The samples were taken from elderly people in the Social Rehabilitation unit Wening Wardoyo Ungaran by using purposive sampling technique. Data collecting tool used digital sphygmomanometer with the brand of AND medical with the UA-651 model. The statistical analysis used the independent t-test (paried test).

The results showed a significant difference in systolic and diastolic blood pressure in the intervention group (p-Value 0.000 and p-value 0.000). There was no significant difference

(2)

Pengaruh Relaksasi Autogenik Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran

in systolic and diastolic blood pressure in the control group (p-value 0.185 and p-value 0.058). There was an effect of autogenic relaxation on the blood pressure in the elderly people in the Social Rehabilitation Unit Wening Wardoyo Ungaran (p-value 0.000) in systolic and diastolic blood pressure.

For the elderly in social Service Unit Wening Wardoyo Ungaran expected to apply autogenic relaxation as one intervention to treat high blood pressure .

PENDAHULUAN

Tekanan darah merupakan kekuatan lateral pada dinding arteri oleh darah yang di dorong dengan tekanan dari jantung. Tekanan sistemik atau arteri darah, tekanan darah dalam sistem arteri tubuh, adalah indikator yang baik tentang kesehatan kardiovaskuler. Aliran darah mengalir pada sistem sirkulasi karena perubahan tekanan. Darah mengalir dari daerah yang tekanannya tinggi ke daerah yang tekanannya rendah. Kontraksi jantung mendorong darah dengan tekanan tinggi ke aorta. Puncak dari tekanan maksimum saat ejeksi terjadi adalah tekanan (sistolik). Pada saat ventrikel rileks, darah yang tetap dalam arteri menimbulkan tekanan (diastolik) atau minimum. bila volume meningkat dalam spasium tertutup seperti pembuluh darah, maka tekanan dalam spasium tersebut meningkat. Jadi, jika Curah jantung meningkat darah yang dipompakan terhadap dinding arteri lebih banyak, menyebabkan tekanan darah naik (Potter & Perry, 2005).

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah, yaitu usia, stres, Ras, medikasi, variasi diurnal dan jenis kelamin (Potter & Perry, 2005). Menurut Potter & Perry (2005), tekanan darah menggambarkan interelasi dari curah jantung, tahanan vaskular perifer,

volume darah, viskositas darah dan elastisitas arteri.

Tekanan darah yang tinggi atau meningkat disebut hipertensi, Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg (Price & Wilson, 2006). Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) tekanan darah normal bagi setiap orang adalah 120/80 mmHg.

Hipertensi dihubungkan dengan pengerasan dan hilangnya elastisitas dinding arteri.Tahanan vaskuler perifer meningkat dalam pembuluh yang keras dan tidak elastis menyebabkan jantung harus memompa melawan tahanan yang lebih besar secara kontinu sehingga aliran darah ke organ vital seperti jantung, otak dan ginjal menurun.Peningkatan tekanan perifer yang dikontrol pada tingkat arteriola adalah dasar penyebab tingginya tekanan darah.Penyebab tingginya tahanan perifer untuk menurunkan tekanan darah dan mengurangi stres pada vaskuler.Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medula di otak. Pusat vasomotor ini bermula pada jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpati di torak dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis, pada titik

(3)

Pengaruh Relaksasi Autogenik Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran

ini, neuron preganglion melepaskan asetikolin yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan melepaskan noreprinefrin mengakibatkan kontriksi pembuluh darah (Brunner&Suddarth, 2004).

Berkenaan dengan hal diatas, penatalaksanaan terhadap hipertensi sangat di perlukan. Upaya selama ini dilakukan untuk mengatasi hipertensi ialah dengan cara farmakologi. Pengobatan farmakologi tentunya memiliki dampak yang buruk apabila digunakan terus menerus, salah satunya akan memicu yang namanya ketergantungan. Tubuh pun tidak akan bisa melakukan koping yang baik jika tubuh sudah mengalami ketergantungan obat farmakologi. Pengobatan non farmakologi juga perlu diberikan misalnya terapi yoga, terapi meditasi, pemberian jus mentimun, dan salah salah satunya terapi relaksasi autogenik.Relaksasi merupakan suatu keadaan dimana seseorang merasakan bebas mental dan fisik dari ketegangan dan stres.Teknik relaksasi bertujuan agar individu dapat mengontrol diri ketika terjadi rasa ketegangan dan stres yang membuat individu meras dalam kondisi yang tidak nyaman (Potter & Perry, 2005).Relaksasi yang dilakukan dengan beberapa cara terapi relaksasi salah satunya dengan menggunakan relaksasi autogenik, nama autogenik berasal dari bahasa yunani yaitu auto atau diri, dan gen atau menghasilkan. Pengobatan ini sama untuk semua orang dan efeknya sangat individual (Bird, 2006).

Latihan relaksasi autogenik merupakan intervensi perilaku untuk mengatasi tekanan, kecemasan, stres dan nyeri. Relaksasi ini dapat mengurangi tekanan dan berpengaruh terhadap proses fisiologi seperti menurunkan tekanan

darah, nadi dan respirasi dan meningkatkan suhu tubuh. Hal ini karena relaksasi dapat mengaktivasi sistem parasimpatis.Tujuan dari relaksasi autogenik adalah mengalihkan perhatian dari stimulus tekanan atau kecemasan kepada hal hal yang menyenangkan dan relaksasi.Selama latihan seseorang dipandu untuk rileks dengan situasi yang tenang dan sunyi (Micah, 2011).

Sensasi tenang, ringan dan hangat yang menyebar ke seluruh tubuh merupakan efek yang bisa dirasakan dari relaksasi autogenik.Tubuh merasa kehangatan, merupakan akibat dari arteri perifer yang mengalami vasodilatasi yang mengakibatkan darah mengalir secara teratur dan membuat tekanan darah menjadi menurun, sedangkan ketegangan otot tubuh yang menurun mengakibatkan munculnya sensasi ringan.Perubahan yang terjadi selama maupun setelah relaksasi mempengaruhi kerja saraf otonom.Respon emosi dan efek menenangkan yang ditimbulkan oleh relaksasi ini mengubah fisiologi dominan simpatis menjadi dominan sistem parasimpatis (Oberg, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh farada (2010) tentang relaksasi autogenik terhadap kecemasan di dapatkan hasil mampu menunjukan bahwa relaksasi autogenik dapat mempengaruhi tingkat kecemasan.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasy

Eksperimental Design yaitu suatu desain

penelitian yang tidak mempunyai pembatasan yang ketat terhadap randomisasi, pada saat yang sama dapat mengontrol ancaman-ancaman validitas dan tidak memiliki ciri-ciri rancangan yang

(4)

Pengaruh Relaksasi Autogenik Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran

sebenarnya karena variabel-variabel yang seharusnya di kontrol (Notoatmodjo, 2010). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah intervensi atau perlakuan yang berupa pemberian relaksasi autogenik berpengaruh terhadap tekanan darah pada lansia aau tidak dengan pendekatan rancangan penelitian Non Equivalent controll group pretesr-postest design. Rancangan penelitian ini dibuat dalam dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

HASIL

A. Analisis Univariat

Tekanan Darah pada Lansia Sebelum Diberikan Relaksasi Autogenik pada Kelompok Intervensi

Tabel 4.1 Analisis Deskriptif Berdasarkan Tekanan Darah pada Lansia Sebelum Diberikan Relaksasi Autogenik pada Kelompok Intervensi di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Werdoyo Ungaran, 2015

Tekanan Darah pada Lansia Sebelum Diberikan Relaksasi Autogenik pada Kelompok Kontrol

Tabel 4.2 Analisis Deskriptif Berdasarkan Tekanan Darah pada

Lansia Sebelum Diberikan Relaksasi Autogenik pada Kelompok Kontrol di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Werdoyo Ungaran, 2015

Kelompok Variabel n Mean( mmHg) SD (mmHg ) Min (mm Hg) Max (mm Hg) Kontrol Sistolik Diastolik 18 18 165,72 97,17 10,093 7,213 147 79 185 107

Tekanan Darah pada Lansia Sesudah Diberikan Relaksasi Autogenik pada Kelompok Intervensi

Tabel 4.3 Analisis Deskriptif Berdasarkan Tekanan Darah pada Lansia Sesudah Diberikan Relaksasi Autogenik pada Kelompok Intervensi di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Werdoyo Ungaran, 2015 Kelompok Variabel n Mean (mmH g) SD (mmH g) Min (mm Hg) Max (mm Hg) Intervensi TD Sistolik TD Diastolik 18 18 151,33 84,06 7,881 3,948 138 78 165 93

Tekanan Darah pada Lansia Sesudah Diberikan Relaksasi Autogenik pada Kelompok Kontrol

Tabel 4.4 Analisis Deskriptif Berdasarkan Tekanan Darah pada Lansia Sesudah Diberikan Relaksasi Autogenik pada Kelompok Kontrol di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Werdoyo Ungaran, 2015 Kelompok Variabel n Mean (mmH g) SD (mm Hg) Min (mm Hg) Max (mm Hg) Intervensi TD Sistolik TD Diastolik 18 18 162.78 95.56 8.922 5.327 150 85 185 105

(5)

Pengaruh Relaksasi Autogenik Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran

Kelompok Variabel n Mean (mmHg ) SD (mm Hg) Min (mm Hg) Max (mm Hg) Kontrol TD Sistolik TD Diastolik 18 18 164,06 95,17 8,875 6,767 142 80 177 107

Perbedaan Tekanan Darah Lansia Sebelum dan Sesudah Diberikan Relaksasi Autogenik pada Kelompok Intervensi

Tabel 4.7 Perbedaan Tekanan Darah Lansia Sebelum dan Sesudah Diberikan Relaksasi Autogenik pada Kelompok Intervensi di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Werdoyo Ungaran, 2015 Variabel Intevensi n Mean diffre nce SD (mm Hg) t p-valu e TD Sistolik Sebelum Setelah 18 18 11,444 8,922 7,881 6,9 64 0,00 0 TD Diastolik Sebelum Setelah 18 18 11,500 5,327 3,948 9,8 34 0,00 0

Perbedaan Tekanan Darah Lansia Sebelum dan Sesudah Diberikan Relaksasi Autogenik pada Kelompok Kontrol

Tabel 4.8 Perbedaan Tekanan Darah Lansia Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada Kelompok Kontrol di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Werdoyo Ungaran, 2015 Variab el Inteven si n Mea n diffr ence SD (mmH g) t p-value TD Sistolik Sebelum Setelah 18 18 1,66 7 10,093 8,875 1,381 0,185 TD Diastoli k Sebelum Setelah 18 18 2,00 0 7,213 6,767 2,034 0,058

Tabel 4.9 Perbedaan Tekanan Darah Setelah Relaksasi Autogenik antara Kelompok Intervensi dan Kontrol pada Lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Werdoyo Ungaran, 2015 Variabel Kelompok n Mean diffren ce SD (mm Hg) t p-value TD Sistole Intervensi Kontrol 18 18 -2,944 -1,611 7,881 8,875 -4,548 0,000 TD Diastole Intervensi Kontrol 18 18 -12,114 -11,111 3,948 6,767 -6,017 0,000 PEMBAHASAN

A. Gambaran tekanan darah pada lansia sebelum diberikan relaksasi autogenik pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran, 2015.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap tekanan darah pada lansia sebelum diberikan relaksasi autogenik,

(6)

Pengaruh Relaksasi Autogenik Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran

sebelum diberikan relaksasi autogenik pada kelompok intervensi sejumlah 18 responden rata - rata tekanan darah sistolik repsonden 162,78 mmHg, dengan tekanan darah minimum 150 mmHg dan maksimum 185 mmHg, sedangkan tekanan darah diastolik responden rata – rata 95,56 mmHg dengan tekanan darah minimum 85 mmHg dan maksimum 105 mmHg. Rata – rata hasil tekanan darah pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol didapatkan rata – rata data yang homogen atau tidak ada perbedaan yang bermakna atau berada pada tekanan darah tinggi, dilihat dari rata – rata tekanan darah sebelum diberikan relaksasi autogenik pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol menghasilkan rata – rata tekanan darah sistolik dan diastolik yang cukup tinggi, dapat di artikan bahwa pada kelompok intervensi lansia yang tinggal di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran mengalami tekanan darah tinggi,

faktor yang mempengaruhi terjadinya tekanan darah tinggi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol disebabkan karena bertambahnya usia, dimana pada orang yang lanjut usia besar jantung akan sedikit mengecil yang banyak mengalami penurunan adalah rongga bilik kiri, akibat semakin berkurangnya aktivitas, juga mengalami penurunan adalah besarnya sel – sel otot jantung hingga menyebabkan menurunnya kekuatan otot jantung, semakin bertambahnya umur seseorang, denyut jantung maksimum dan fungsi lain dari jantung berangsur – angsur menurun, pada lanjut usia tekanan darah akan naik secara bertahap sehingga dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi pada lansia (Azizah, 2011).

Tekanan darah tinggi pada lansia terjadi karena adanya perubahan pada sistem pembuluh perifer yang bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya aorta dan arteri besar kurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung, mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer & Bare, 2013).

Berdasarkan hasil penelitian terhadap tekanan darah pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol yaitu kelompok intervensi yang diberikan perlakuan, dimana sudah melakukan relaksasi autogenik didapatkan rata – rata tekanan darah sistolik lansia menjadi sebesar 151,33 dengan tekanan darah minimum 138 mmHg dan maksimum 165 mmHg, Sedangkan untuk tekanan darah diastolik memiliki rata – rata 84,06 mmHg dengan tekanan diastolik minimum 78 mmHg dan maksimum 93 mmHg yang sebelumnya didapatkan hasil rata – rata tekanan sistolik 162,78 mmHg dan tekanan diastolik 95,56 mmHg.

Sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak diberikan teknik relaksasi autogenik tidak memiliki perbedaan yang signifikan yaitu pada awal penelitian didapatkan tekanan darah sistolik rata – rata 165,72 mmHg dan diastolik dengan rata – rata 97,17 mmHg dan pada akhir penelitian dengan hasil rata – rata tekanan darah sistolik sebesar 164,06 mmHg dengan tekanan darah minimum 142 mmHg dan maksimum 177 mmHg.

(7)

Pengaruh Relaksasi Autogenik Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran

Sedangkan tekanan darah diastolik memiliki rata – rata 95,17 mmHg dengan tekanan darah siastolik minimum 80 mmHg dan maksimum 107 mmHg.

Lansia yang mengalami tekanan darah tinggi pada kelompok intervensi diberikan perlakuan yaitu pemberian teknik relaksasi autogenik selama 15 – 20 menit sehari. Dilihat dari tekanan darah pada kelompok intervensi menunjukan adanya penurunan tekanan darah rata – rata pada tekanan darah sistolik dan diastolik. Terjadi penurunan tekanan darah sistolik maupun diastolik pada lansia pada kelompok intervensi, disebabkan karena relaksasi autogenik bekerja melalui interaksi respon fisiologis dan psikologis. Selain menurunkan tekanan darah dengan menurunkan ketegangan otot, relaksasi autogenik juga menurunkan tekanan darah dengan cara menurunkan level hormon kortisol (Kiean et al, 2005).

Penelitian yang dilakukan Yulistiana (2014) tentang relaksasi autogenik terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi didapatkan hasil mampu menunjukan bahwa relaksasi autogenik dapat mempengaruhi tidak hanya stabilitas nadi, pernafasan dan kadar imunoglobulin dengan hasil uji analisis statistik untuk kategori tingkat kecemasan pada pasien operasi sebelum dan sesudah diberikan teknik relaksasi autogenik ada pengaruh terhadap skor tingkat kecemasan pasien pre operasi sebelum dilakukan relaksasi autogenik sebesar 23,40 kemudian setelah melakukan relaksasi autogenik berkurang menjadi 19,67. Berdasarkan hasil uji t-test dependent didapatkan bahwa p-value 0,001 < α=0,05) yang berarti bahwa ada perbedaan yang signifikan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi

sebelum dan sesudah melakukan relaksasi autogenik.

B. Perbedaan tekanan darah lansia sebelum dan sesudah diberikan relaksasi autogenik pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran, 2015

Hasil penelitian menunjukan bahwa pada kelompok kontrol, sebelum perlakuan, sejumlah 18 lansia sebelum dilakukan rata – rata tekanan darah sistolik responden 165,72 mmHg, dan rata – rata tekanan darah diastolik responden 97,17 mmHg, Sesudah dilakukan pada kelompok kontrol rata – rata tekanan darah sistolik responden 164,06 mmHg dan rata – rata tekanan darah diastolik 95,17 mmHg. Berdasarkan uji t dependen, didapatkan t hitung untuk tekanan darah sistolik 1,381 dengan p-value sebesar 0,185 dan untuk tekanan darah diastolik t hitung sebesar 2,034 dengan p-value 0,058. Terlihat bahwa kedua p-value tersebut lebih besar dari α(0,05) yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna baik tekanan darah sistolik maupun diastolik lansia sebelum dan setelah perlakuan pada kelompok kontrol di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran. Kelompok kontrol yaitu kelompok yang dilakukan pengukuran tekanan darah namun tidak dibeikan teknik relaksasi autogenik.

Hasil penelitian pada kelompok intervensi menunjukan bahwa rata rata tekanan darah setelah dilakukan relaksasi autogenik tekanan darah berkurang menjadi tekanan darah sistolik sebesar 151,33 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 84,06 mmHg. Berdasarkan hasil

(8)

Pengaruh Relaksasi Autogenik Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran

uji t-test dependent didapatkan bahwa t hitung untuk tekanan darah sistolik 6,964 dengan p-value 0,000 dan untuk tekanan darah diastolik t hitung sebesar 9,834 dengan p-value 0,000. Terlihat bahwa kedua p-value kurang dari α (0,05) yang berarti bahwa ada perbedaan secara bermakna baik tekanan darah sistolik dan diastolik lansia pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah diberikan relaksasi autogenik di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran.

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan cara melakukan pengukuran tekanan darah menggunakan spigmomanometer digital sebelum diberikan relaksasi autogenik, setelah pengukuran tekanan darah sesuai dengan kriteria inklusi pada kelompok intervensi peneliti memberikan penjelasan kepada responden tentang tujuan manfaat dari teknik relaksasi autogenik dan peneliti menerapkan langsung kepada responden. Teknik relaksasi dilakukan selama 15 – 20 menit dalam sehari sekali selama tiga hari. Relaksasi autogenik dapat menstimulus respon relaksasi baik fisik maupun psikologis. Selain itu juga bisa menjadi puncak relaksasi tubuh dari seluruh ketegangan fisik dan mental, pikiran tenang, dan segala keresahan menjadi hilang, pada saat melakukan relaksasi autogenik seluruh saraf menjadi satu titik pada pengendaliannya di otak dan pikiran dikendalikan oleh kesadaran akal untuk sehat dan bugar (Shigeo, 2011).

C. Pengaruh pemberian relaksasi autogenik terhadap tekanan darah pada lansia kelompok intervensi dan kelompok kontrol di Unit Pelayanan

Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran

Rata – rata hasil tekanan darah pada lansia kelompok intervensi di Unit Rehabilitasi Wening Wardoyo Ungaran setelah diberikan teknik relaksasi autogenik rata – rata hasil tekanan darah kelompok intervensi baik sistolik maupun diastolik lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol yang tidak diberikan relaksasi autogenik.

Berdasarkan uji t independen didapatkan nilai t hitung untuk tekanan darah sistolik = -4,548 dengan p-value sebesar 0,000, sedangkan t hitung untuk tekanan darah diastolik = - 6,017 dengan p-value 0,000 kedua p-value tersebut lebih kecil dari α (0,05), maka disimpulkan bahwa ada perbedaaan secara bermakna tekanan darah sistolik dan diastolik sesudah diberikan relaksasi autogenik antara kelompok intervensi dan kontrol pada lansia di unit Rehabilitasi Wening Wardoyo Ungaran, hal ini juga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh secara bermakna relaksasi autogenik terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik pada lansia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran.

Klien yang melakukan relaksasi autogenik selama 15 menit, diketahui dengan elektrensefalogram bahwa gelombang otak yang semula merupakan glombang beta berubah menjadi gelombang alfa disertai dengan penurunan RR, HR da TD. Gelombang otak beta berfungsi adekuat dalam kehidupan sehari – hari, tetapi untuk kemampuan pengambilan keputusan dalam menghadapi masalah,gelombang otak alfa jauh lebih adekuat dari gelombang otak

(9)

Pengaruh Relaksasi Autogenik Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran

beta, sehingga relaksasi autogenik ini sangat berguna untuk mengubah pikiran dari gelombang otak beta menjadi gelombang otak alfa sehingga dapat menurunkan stres (Saunders, 2006). KESIMPULAN

Hasil penelitian tentang pengaruh relaksasi autogenik terhadap tekanan darah pada lansia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Sebagian besar tekanan darah lansia pada keompok intervensi maupun kelompok kontrol mengalami tekanan darah tinggi (p-value 0,000) (α=0,05), dimana gambaran tekanan darah pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah diberikan relaksasi autogenik rata rata tekanan darah sistolik 162,78 mmHg menjadi 151,33 mmHg dan diastolik dari 95,56 mmHg menjadi 84,06 mmHg. Terlihat penurunan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik yaitu 11,45 mmHg sistolik dan 11,5 mmHg untuk tekanan darah diastolik.

2. Ada perbedaan tekanan darah lansia sebelum dan sesudah diberikan relaksasi autogenik pada kelompok intervensi tekanan darah sistolik nilai p-value 0,000 dan tekanan darah diastolik value 0,000 terlihat bahwa hasil p-value kurang dari α (0,05).

3. Tidak ada perbedaan yang signifikan pada tekanan sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol dengan tekanan darah sistolik p-value 0,185 dan diastolik p-value 0,058 telihat bahwa kedua p-value lebih besar dari α (0,05).

4. Ada pengaruh relaksasi autogenik terhadap tekanan darah lansia dengan nilai p-value 0,000 < α (0,05).

SARAN

Bagi lansia Diharapkan agar menggunakan relaksasi autogenik sebagai sarana untuk mengatasi tekanan darah tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, M. Lilik (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Yogyakarta: Graha

Ilmu

Berman, Snyder, Kozier, Erb, (2009). Buku Ajar Keperawatan Klinis Kozier & Erb. Edisi 5. Jakarta: EGC.

Bird, J. (2006). Autogenic therapy. International therapist Issue.

Black, J.M., & Hawks, J.H. (2005). Medical surgical nursing : Clinical management for positive outcome (vols. 1-2. 7 ed). Missouri : elsevier saunders. BPS,2010. Jumlah lansia meningkat, 19

Maret 2008, From :

http://www.bps.go.id. (diakses 23 April 2012)

Brunner & Suddarth (2004). Medical surgical nursing. (8th Ed.). Philadelphia: J.B.Lippincott Company.

Brunner & Suddarth. (2005). Keperawatan Medikal Bedah.(edisi 8). Jakarta : EGC.

(10)

Pengaruh Relaksasi Autogenik Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran

Bustan, M.N., 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Cetakan 2 Rineka Cipta, Jakarta.

Farada, A. (2011) Pengaruh Teknik Relaksasi Autogenik Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Ibu Primigravida Trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Kotakulon Kabupaten Bondowoso. Jurnal Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember.

Hidayat, A. (2009). Metode penelitian keperawatan dan analisis data.

Jakarta: Salemba Medika.

Junaidi, I. (2010). Hipertensi pengenalan, pencegahan, dan pengobatan. Jakarta: PT.

Bhuana Ilmu Populer.

Micah R, Sadigh. (2011). A Mind-Body Approach to the Treatment of Chronic Pain Syndrome and Stress-Related Disorders (Mcfarland Health Topics). Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta

Nursalam. 2008. Konsep dan penerapan

metodologi penelitian

keperawatan.Jakarta.

Oberg, E. (2009). Mind-body techniques to reduce hypertension's chronic effects.integrative medicine.

Padila (2013) Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Nuha Medika

Potter, P.A. dan Perry, A.G. (2005) Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, Dan Praktik.Edisi 4.Volume

1.Alih Bahasa : Yasmin Asih, dkk. Jakarta : EGC

Potter. P. A. & Perry, A. G. (2006). fundamentals of nursing: concept, process, and practice. 4/E (Terj. Yasmin Asih, et al). Jakarta: EGC

Reny Yuli Aspiani(2014) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik, jilid 1. Jakarta : buku Mahasiswa Kesehatan.

Rosita, 2012. Stressor Sosial Biologi Lansia Panti Werdha Usia Dan Lansia Tinggal Bersama Keluarga. Jurnal Biokultur. Vol.1/No.1, Hal. 51.

Saryono. (2011). Metodologi penelitian keperawatan. Purwokerto: UPT. Percetakan dan Penerbitan Unsoed.

Saunders, S. (2006). Autogenic therapy : short term therapy for long term

gain.Positive Health.

Shigeo haruyama, (2011). The Miracle of endorphin: sehat dan praktis denganhormon kebahagiaan (terj. Muhamad Imamsyah,Ridwan

Saleh).Bandung : Qanita

Smeltzer, S, & Bare. (2008). Brunner & Suddarth’s Textbook of medical surgical nursing. Philadelpia: Lippincott

Smeltzer & Bare. (2013). Keperawatan Medikal Bedah: Buku ajar.Edisi 8.

Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran:EGC

Sugiyono. (2008). Metode Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

(11)

Pengaruh Relaksasi Autogenik Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran

Gambar

Tabel  4.7  Perbedaan  Tekanan  Darah  Lansia  Sebelum  dan  Sesudah  Diberikan  Relaksasi  Autogenik  pada  Kelompok  Intervensi  di  Unit  Rehabilitasi  Sosial  Wening  Werdoyo  Ungaran, 2015  Variabel  Intevensi  n  Mean diffre nce  SD  (mm Hg)  t   p-v

Referensi

Dokumen terkait

• Dengan mengacu pada jav,raban siswa, melalui kegiatan tanya jawab • Guru menanyakan kepada siswa mengenai pelajaran yang telah dipelajari, hal-hal yang dirasakan, serta materi

[r]

Di bidang politik, karena otonomi daerah adalah buah dari kebijakan desentralisasi dan demokratisasi, ia harus dipahami sebagai proses untuk membuka ruang bagi lahirnya

1.. Berikut ini merupakan perhitungan rata-rata dan persentase ketuntasan belajar.. Nilai rata-rata siswa kelas I-D terkait materi menulis kalimat sederhana menggunakan huruf

KATA ULAMA : " Kun Ma’Allah fain lam takun ma’Allah, fakun Ma’a man ma’Allah fainnahu yusiluka illallaah " Maksudnya : " Hendaklah jadikan diri kamu bersama Allah, maka jika

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan keterampilan proses sains siswa kelas X MIA SMAN 1 Margahayu setelah diterapkan

Berdasarkan hasil uji validasi isi atau substansi bahan ajar, diketahui bahwa secara keseluruhan substansi atau isi bahan ajar telah sesuai dan berada pada kategori sangat

8.1.7 Tuliskan ketersediaan ruang-ruang penunjang yang meliputi tempat beribadah, ruang kesehatan, ruang organisasi kemahasiswaan, jamban, gudang, bengkel pemeliharaan, dan