• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku Karangan Yudha

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Buku Karangan Yudha"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

ANATOMI DAN FISIOLOGI

( BUKU SAKU )

Rangkuman Sederhana Belajar Anatomi Fisiologi Keperawatan Untuk Mahasiswa Keperawatan

OLEH :

(2)

ANATOMI DAN FISIOLOGI

( BUKU SAKU )

Rangkuman Sederhana Belajar Anatomi Fisiologi Keperawatan Untuk Mahasiswa Keperawatan

OLEH :

Mohamad Judha

Penerbit :

(3)

Persembahan :

Kupersembahkan buku ini untuk orang orang

tercinta, orang tua, istri, anak-anakku (Irbah

Dzikri Ramadhan dan Ramezya Alya Yudha).

Serta aku tujukan pula untuk rekan rekan

seprofesiku perawat – perawat dan juga para

Dosen Keperawatan yang senantiasa berusaha

memajukan Profesi Keperawatan Indonesia

(4)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr Wb.

Puji syukur kepada Allah SWT, bahwa berkat Rahmat dan Hidayatnya maka penulis dapat menyelesaikan buku ini.

Dalam penyusunan buku ini penulis berusaha untuk menyajikan secara ringkas dan mudah mengenai sistem anatomi dan fisiologi untuk mahasiswa keperawatan. Buku ini terbagi menjadi beberapa bab yang masing-masing bab membahas secara singkat persistem dalam tubuh.

Latar belakang penyusunan buku ini adalah masih banyaknya mahasiswa bidang keperawatan yang kesulitan dalam mempelajari anatomi dan fisiologi sistem pada tubuh. Jadi diharapkan dengan terbitnya buku ini maka dapat membantu mahasiswa dalam mempelajari sitem anatomi dan fisiologi .

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima-kasih kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebukan namanya satu-persatu, yang turut membantu baik moril maupun material membantu dalam penulisan buku ini.

Akhir kata dalam kesempatan ini pula penulis berharap semoga buku ini dapat membantu mahasiswa dalam belajar mengenai anatomi dan fisiologi khususnya untuk mahasiswa perawat serta semoga dapat menyumbangkan sedikit ilmu untuk profesi keperawatan.

(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL

...

PERSEMBAHAN

...

KATA PENGANTAR

...

DAFTAR ISI

...

BAB I

PENGANTAR ANATOMI...

BAB II

CAIRAN TUBUH KITA ...

BAB III

MUSKULOSKELETAL...

BAB IV

SISTEM SYARAF...

BAB V

JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH...

BAB VI

(6)

BAB I

PENGANTAR ANATOMI

Anatomi atau lebih disebut sebagai ilmu urai tubuh manusia yang

mempelajari bentuk dan susunan tubuh manusia, sedangkan fisiologi adalah ilmu yang mempelajari fungsi atau kerja tubuh secara normal.

Tubuh manusia terbentuk atas sel, jaringan, organ. sel adalah bagian terkecil dari makhluk hidup yang hanya dapat dilihat dengan miscroskop. Jaringan adalah kumpulan dari beberapa sel yang mempunyai fungsi dan bentuk yang sama , bekerja sebagai suatu kesatuan, misal jaringan ikat, jaringan saraf. Organ adalah kumpulan dari beberapa jaringan yang menjadi satu dan mempunyai fungsi khusus misal jantung, hati, ginjal.

SEL

Bagian-bagian sel meliputi dinding sel sebagai pelindung, protoplasma cairan yang mengandung berbagai zat yang penting seperti, karbohidrat, protein lemak,vitamin dan mineral. Inti sel / nucleus merupakan pusat aktivitas kimiawi dan kehidupan, didalamnya terdapat gen kromosom yang merupakan pembawa sifat.

Pada inti sel manusia terdapat 23 pasang kromosom, berbeda dengan kromosom tubuh kromosom sel sperma dan sel telur terdapat 23 kromosom tanpa pasangan, yang terdiri 22 kromosom tunggal dan 1 pasang kromosom sex ( X atau Y ) Bagan sistem tubuh

Kumpulan sel jaringan Kumpulan jaringan / organ System organ

(7)

JARINGAN

Terdapat Empat kelompok jaringan dasar tubuh yaitu : • Jaringan epitel

• Jaringan otot • Jaringan saraf

• Jaringan ikat (konektif)

Jaringan epitel terbentuk dari sel yang khusus berfungsi sebagai alat pertukaran material antara tubuh dengan lingkungan, macam bentuk jaringan epitel seperti epitel gepeng, silinder, berlapis. Kumpulan sel ini terdapat pada kulit, saluran kelenjar, saluran cerna.

Jaringan otot merupakan bagian terbesar dalam tubuh kita, terdiri atas : otot lurik (otot pengerak rangka), otot polos (terdapat pada saluran cerna, pembuluh darah, saluran nafas), otot jantung.

Jaringan saraf berfungsi sebagai komunikator antar organ dan antara tubuh dengan lingkungan

Jaringan ikat berfungsi menghubungkan, menyanggah, serta mengikat bagian tubuh, jaringan ini meliputi : jaringan ikat longgar yang berfungsi

mengikat jaringan epitel dengan struktur dibawahnya, jaringan tendon berfungsi mengikat otot dengan tulang, tulang berfungsi memberi bentuk tubuh dan menyangga serta melindungi organ dalam tubuh, darah berfungsi alat transport dalam tubuh manusia. Pengecualian pada darah sel-sel jaringan ikat menghasilkan elastin, yang merupakan zat elastis yang dapat diregangkan dan mempuyai daya recoil seperti adanya pada jaringan paru.

(8)

BAB II

CAIRAN TUBUH KITA

Sel-sel mahluk hidup multak memerlukan air dalam mempertahankan kehidupan. Cairan tubuh berjumlah sekitar 60 % berat badan dan terlihat berhubungan juga dengan jumlah lemak dalam tubuh, umur dan jenis kelamin. Makin tua seseorang makin kurang kadar air tubuhnya. Kadar air laki-laki lebih besar dari pada perempuan. Tetapi pengaruh terbesar tampaknya berhubungan dengan jumlah lemak tubuh. Makin tua seseorang, biasanya jumlah lemaknya meningkat. Umumnya kadar lemak perempuan lebih banyak dari pada laki-laki. Cairan tubuh dibagi dalam :

- Cairan intraseluler, yaitu cairan yang terdapat dalam sel-sel seluruh tubuh. Sekitar 40% berat badan kita merupakan air yang terdapat di dalam sel.

- Cairan ekstraseluler, yaitu cairan yang terdapat di luar sel tubuh, jumlahnya sekitar 20% berat badan, yang terbagi pula dalam :

• Cairan intristisial atau cairan antar sel, yang berada diantara sel-sel.

• Cairan intra vaskuler, yang berada dalam pembuluh darah, berupa air dalam plasma darah.

• Cairan transeluler, yang berada dalam rongga-rongga khusus, seperti cairan otak (likuor serebrospinal), bola mata, sendi, dll

Pertukaran Cairan (Water Turnover)

Air yang masuk tubuh / diminum diserap di usus, teruatama di yeyunum, masuk ke pembuluh darah, terus ke ruang interstial dengan cara filtrasi di kapiler,

Keseimbangan Cairan Tubuh Input = Output + 700

(9)

selanjutnya masuk ke dalam sel dengan jalan difusi, semuanya ada hubungan bolak-balik.

Air yang kita butuhkan sangat dipengaruhi aktifitas dan suhu lingkungan serta suhu tubuh. Bila udara panasm keringat akan lebih banyak dihasilkan. Waktu berolah raga atau kerja berat, dimana suhu tubuh sangat meningkat, dihasilkan pula keringat yang lebih banyak, yang sangat penting dalam mengatur suhu tubuh.

Air berasal dari minuman, makanan dan hasil metabolisme. Metabolisme karbohidrat, protein dan lemak menghasilkan sejumlah air. Cairan tubuh mengandung elektrolit dengan komposisi dan kadar yang berbeda-beda. Perbedaan yang nyata antara cairan ekstraseluler dan intraseluler adalahpada cairan ekstraseluler sebagian besar kationnya berupa natrium dan anionnya adalah klorida. Sedangkan pada cairan intraseluler kationnya kalium dan anionnya fosfat dan protein.

Protein di dalam darah memberikan tekanan onkotik (tekanan osmotik koloid) yang menarik air ke dalam kapiler, melaawan tekanan hidrostatik. Filtrasi cairan di awal kapiler disebabkan tekanan filtrasi atau tekanan hidrostatik yang melebihi tekanan onkotik.

Walaupun sebagian besar cairan yang difiltrasi di awal kapiler kembali ke darah di akhir kapiler, ada sedikit cairan yang tertinggal, yang akan disalurkan melalui saluran limfe.

Cairan serebrospinal

Cairan serebrospinal adalah cairan yang terdapat di dalam ruang subarakhnoid rongga otak dan kanalis vertebralis. Cairan ini di buat di ventrikel I dan II (ventrikel lateral) disalurkan ke ventrikel III, terus ke ventrikel IV dan akhirnya ke luar ruang subarakhnoid. Di sini ada tempat-tempat tertentu yang berfungsi menyerap cairan serebrospinal ini, sehingga terdapat keseimbangan antara pembuatan dan penyerapan. Bila ada penyumbatan saluran antara ventrikel atau penyerapan berkurang maka akan terjadi penumpukan cairan dalam rongga tengkorak yang disebut hidrosefalus.

(10)

pH

Cairan ekstraseluler mempunyai pH dengan rentangan yang sempit yaitu 7,40 +/- 0,05 (7,35 – 7,45). Bila pH darah arteri lebih rendah dari 7,35 disebut keadaan asidosis sedangkan bila pH darah lebih tinggi dari pada 7,45 disebut keadaan alkalosis.

BUFFER

Dalam tubuh kadang-kadang terjadi peningkatan kadar asam atau basa yang berlebihan. Ada beberapa mekanisme untuk mempertahankan pH cairan tubuh yang hanya boleh berkisar dalam rentangan yang sempit itu, antara lain :

a. Bikarbonat b. Fosfat c. Sulfat d. Protein DIARE

Diare ditandai dengan sering buang air besar dan cair. Air tubuh akan banyak keluar. Air ini berasal dari sekresi liur pencernaan yang bersifat basa. Bila cairan ini tidak digantikan, akan menimbulkan dehidrasi (tubuh kekurangan cairan). Cairan yang terbaik untuk mengganti yaitu cairan oralit, dengan komposisi mirip dengan yang terbuang karena diare. Di pasaran garam oralit dijual dalam bentuk bubuk dalam sachet dengan komposisi :

- Glukosa anhidrat ……….. 4.0 g - Natrium klorida ……… 0.7 g - Natrium sitrat dihidrat ……….. 0.58 g - Kalium klorida ………. 0,3 g

Yang dilarutkan dalam 200 ml (1 gelas) air. Makin banyak cairan tubuh yang keluar makin banyak oralit yang harus diminum. Pendapat yang mengatakan

(11)

bahwa penderita diare harus berhenti minum dan bila banyak minum akan bertambah berat diarenya adalah sangat keliru dan berbahaya.

DEHIDRASI

Dehidrasi dapat disebabkan diare dan / atau muntah-muntah, kurang masukan cairan atau pengeluaran keringat sangat banyak, bila tidak diikuti masukan cairan yang seimbang. Dehidrasi sangat berbahaya dan harus segera ditanggulangi. Banyak jatuh korban tewas pada wabah diare atau muntaber (muntah berak) karena tidak tahu atau terlambat memberi pertolongan.

Pada pelari maraton dan olah raga lain yang berlangasung lama harus diberi minum secara berkala karena kerja berat banyak mengeluarkan keringat. Jamaah haji pada musim panas banyak terserang dehidrasi karena banyak keringat dan jamaah kurang pengetahuan tentang pentingnya minum.

Dehidrasi ringan ditandai rasa haus dan lemas. Bila makin berat tekanan darah menurun karena volume darah berkurang dan dapat jatuh pada syok. Penanggulangan penderita yang sudah tidak mampu minum sendiri harus dengan infus cairan fisiologis di rumah sakit atau dengan memberi cairan oralit dengan selang (tube) hidung-lambung (naso-gastric tube).

ASIDOSIS

Asidosis dapat disebabkan gangguan metabolisme seperti diabetes melitus berat (menghasilkan banyak keton), diare (cairan alkalis dari usus banyak keluar) dll. Keadaan ini disebut asidosis metabolik.

Bila terjadi gangguan ventilasi paru sehingga pengeluaran CO2 terhambat akan menimbulkan asidosis respiratorik.

ALKALOSIS

Bila pengeluaran asam tubuh berlebihan seperti pada muntah-muntah yang banyak mengelurankan HCl dari lambung, akan menimbulkan alkalosis metabolik. Bila pengeluaran CO2 berlebihan karena hiperventilasi paru akan timbul alkalosis respiratorik.

(12)

KONSEP HEMEOSTATIS

Sel-sel tubuh hanya dapat hidup dan berfungsi bila berada / terendam dalam cairan ekstraseluler yang sesuai. Cairan ekstraseluler ini biasa juga disebut lingkungan dalam tubuh (milieu interiuer). Lingkungan dalam tubuh ini boleh dikatakan selalu konstan dan hanya dapat berdeviasi (berubah) dalam kisaran yang sangat sempit. Contoh : pH darah 7,40, hanya boleh berdeviasi antara 7,38 – 7,42. Proses mempertahankan lingkungan dalam yang relatif stabil ini disebut homeostatis (homeo = sama, statis = berdiri atau berada).

Berbagai faktor lingkungan dalam yang harus dipertahankan dengan mekanisme tertentu meliputi :

1. Kadar molekul nutrient yang diperlukan untuk metabolisme, misalnya kadar glukosa darah.

2. Kadar O2 yang terus menerus dipakai dan harus selalu ditambah dan CO2

yang terus menerus dihasilkan dan harus terus menerus dikeluarkan dalam jumlah yang sesuai.

3. Kadar sisa metabolisme, jangan sampai menumbuhkan gangguan (toksis). 4. pH, gangguan akibat perubahan pH teruatama pada elektrofisiologi. 5. Kadar air, garam-garam, dan elektrolit lain.

6. Suhu tubuh yang umumnya berkisar sekitar 370c.

7. Volume dan tekanan, misalnya volume darah, tekanan darah. Ada 11 sistem utama dalam tubuh yang berperan dalam homeostatis :

1. Sistem sirkulasi, yaitu sistem trasnport yang membawa zat-zat seperti nutrient, O2, CO2, sisa metabolisme, elektrolit, hormon dsb, dari satu bagian tubuh ke

bagian tubuh yang lainnya.

2. Sistem percernaan, yang menghancurkan makanan menjadi molekul yang dapat diserap mukosa usus. Juga memasukkan air dari lingkungan luar ke dalam tubuh. Sisa yang tidak terserap dibuang sebagai feses.

(13)

3. Sistem pernafasan, mengambil O2 dari dan mengeluarkan co2 ke lingkungan

luar. Dengan mengatur jumlah CO2 (yang dikeluarkan).

4. Sistem perkemihan, membuang kelebihan air, garam, asam dari plasma dan membuangnya ke urine, bersama-sama sisa metabolisme lainnya, kecuali CO2.

5. Sistem skeletal, sebagai penyanggah dan pelindung jaringan lunak dan organ-organ. Juga sebagai resevoir ion Kalsium.

6. Sistem muskuler yang memungkingkan individu bergerak mencari makan dan menjauhi bahaya.

7. Sistem integumen (kulit), untuk proteksi luar terhadap benda asing dan mikroorganisme, mencegah cairan tubuh keluar tanpa kendali, ikut mengatur suhu tubuh.

8. Sistem imun, bertahan terhadap serangan benda asing, sel tubuh yang menjadi ganas.

9. Sistem saraf, salah satu dari dua sistem pengatur tubuh. Mengatur dan mengkoordinir aktifitas tubuh, deteksi rangsang dari luar dan dalam tubuh dan bereaksi terhadapnya.

10. Sistem endokrin, juga sebagai sistem pengontrol tubuh, terutama aktifitas yang berlangsung lama, kadar berbagai zat dalam darah.

11. Sistem reproduksi, tidak berperan penting dalam homeostatis, berarti tidak penting dalam mempertahankan hidup, tetapi penting untuk mempertahankan spesies.

(14)

BAB III

MUSKLOSKELETAL

Sistem muskuloskeletal meliputi tulang, persendian, otot, tendon dan bursa. Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25 % berat badan. Struktur tulang memberikan perlindungan terhadap organ – organ penting dalam tubuh seperti jantung, paru, otak. Tulang berfungsi juga memberikan bentuk serta tempat melekatnya otot sehingga tubuh kita dapat bergerak, disamping itu tulang berfungsi sebagai penghasil sel darah merah dan sel darah putih ( tepatnya di sumsum tulang ) dalam proses yang disebut hematopoesis.

Tubuh kita tersusun dari kurang lebih 206 macam tulang, dalam tubuh kita ada 4 katagori yaitu tulang panjang, tulang pipih, tulang pendek, dan tulang tidak beraturan.

Berikut ini istilah yang sering dalam musculoskeletal :

• Aponeurosis : pita jaringan ikat fibrus yang sering dihubungkan otot ke tulang, jaringan ikat, otot lain, jaringan lunak atau kulit

• Bursa : kantong berisi cairan yang ditemukan pada jaringan ikat terutama di daerah persendian

• Diafisis : batang tulang panjang • Efusi : kelebihan cairan

• Epifisis : ujung tulang panjang

• Endosteum : lapisan rongga sumsum tulang berongga

• Epimisium : jaringan fibrus yang menutup, menyokong dan memisahkan otot • Fasiklasi : kedutan otot secara ivolunter

• Fasikull : kelompok sel otot yang parallel ( myofibril ) • Flaksid : tidak ada tonus otot

(15)

• Kalus : jaringan ikat pada tempat patah tulang • Kartilago : jaringan khusus pada ujung tulang • Klonus : kontraksi otot yang berirama

• Kontraksi isometrik : tegangan otot meningkat, panjang otot tetap, tidak ada gerakan sendi

• Kontraksi isotonik : tegangan otot tidak berubah, otot memendek, ada gerakan sendi

• Kontraktur : pemendekan otot abnormal / fibrosis sendi

• Krepitus : suara berderik ( dapat terjadi krn gerakan patahan ujung tulang ) • Osifikasi : proses penulangan, penimbunan kalsium dalam matriks tulang • Osteoblast : sel pembentuk tulang

• Osteogenesis : pembentukan tulang • Osteoklast : sel yang mengabsorbsi tulang • Osteosit : sel tulang dewasa

• Periosteum : jaringan yang membungkus tulang • Resorpsi : penghilangan atau penghancuran tulang

• Sinovium : membrane pada sendi yang mensekresi cairan pelumas • Spastik / spasme : tonus otot meningkat melebihi normal

(16)

Masing-masing tulang dihubungkan oleh jaringan yang disebut sendi. Menurut pergerakan yang ditimbulkan sendi dapat dibagi 3 yaitu :

1. Sendi fibrous/ sinatrosis/ sendi tidak bergerak 2. Sendi tulang rawan / amfiartrose/ sedikit gerak 3. Sendi sinovial / diartrose

bentuk sendi diartrose ada beberapa macam : sendi putar, sendi engsel, sendi kondiloid, sendi berporos, sendi pelana.

(17)

Bentuk - bentuk sendi beserta contohnya ;

- Sendi putar : sendi bahu dan sendi panggul

- Sendi engsel : sendi siku, sendi antara ruas-ruas jari

- Sendi kondiloid : hampir sama dengan sendi engsel tapi dapat bergerak dalam 2 bidang seperti pada pergelangan tangan.

- Sendi berporos : sendi antara kepala dengan tulang leher pertama - Sendi pelana : sendi metacarpal pertama, yang memungkinkan ibu jari

(18)

LATIHAN RETANG PERGERAKAN SENDI • Bagian leher

- Fleksi dan ekstensi

- Fleksi lateral sinistra dan dextra - Rotasi lateral dextra dan sinistra • Bagian bahu

- Fleksi dan ekstensi - Abduksi dan adduksi

(19)

- Rotasi interna dan rotasi eksterna • Pergelangan tangan

- Fleksi dan ekstensi - Abduksi dan adduksi • Panggul dan lutut

- Fleksi dan ekstensi - Abduksi dan adduksi - Rotasi interna dan eksterna • Kaki

- Dorsofleksi : dorong telapak kaki kearah kaki - Plantar fleksi : dorong telapak kaki ke bawah - Eversi : putar kaki kearah luar

- Inversi : putar kaki kearah dalam

PROSES PENYEMBUHAN FRAKTUR / PROSES PENULANGAN Ada beberapa tahapan penyembuhan tulang :

1. Inflamasi 2. Proliferasi sel 3. Pembentukan kalus 4. Penulangan kalus

5. Remodeling menjadi tulang dewasa

Inflamasi, dengan adanya patah tulang tubuh mengalami respon yang sama dengan mengalami cedera yang ada di tempat lain, terjadi perdarahan dan hematom pada tempat patah tulang, tempat cedera akan diinvasi oleh makrofag yang berfungsi membersihkan area tersebut. Proses ini terjadi beberapa hari.

Proliferasi sel, sekitar 5 hari hematom akan mengalami organisasi terbentuk benang-benang fibrin dalam jendalan darah. Terbentuk jaringan untuk revaskulerisasi dan invasi fibroblast dan osteoblast. Fibroblast dan osteoblast terbentuk sebagai tulang rawan

(20)

Pembentukan kalus, terjadi penyambungan tulang oleh serat-serat fibrin, tulang rawan dan tulang serat imatur. Proses ini memerlukan waktu 3-4 minggu.

Osifikasi, pebentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam 2-3 minggu patah tulang mengalami proses secara endokordal, terjadi penumpukan mineral secara terus menerus sampai benar – benar tulang menyambung. Penulangan pada orang dewasa memerlukan waktu 3-4 bulan.

Remodeling, merupakan tahap akhir perbaikan tulang dimana terjadi proses penyerapan jaringan mati dan proses absorbsi jaringan sehingga kembali ke bentuk semula.

OTOT DALAM TUBUH KITA

Otot dalam tubuh kita terdapat 3 macam : otot lurik, otot polos dan otot jantung. Otot lurik sebagai otot rangka yang secara fisik bekerja dengan kesadaran kita dan melekat pada rangka sehingga memberi bentuk tubuh, otot sebagai penggerak utama anggota gerak ini dibagi menjadi 2 yaitu : otot – otot fleksor yang berfungsi membengkokkan sendi dan otot- otot ekstensor yang berfungsi meluruskan sendi. Umumnya kedua kelompok otot ini bekerja secara berlawanan. sedangkan otot polos bekerja diluar kesadaran kita mempunyai system kontaraktilitas sendiri, berbeda pula dengan otot jantung yang secara fisik menyerupai otot lurik namun sifat kerjanya seperti otot polos .

Jenis kontraksi otot dapat dibagi 3 yaitu kontraksi otot yang dapat menghasilkan kontraksi isometrik dan kontraksi isotonik serta gabungan keduannya.

Pada kontraksi isometrik panjang otot tetap konstan tetapi tenaga yang dihasilkan otot meningkat tetapi tidak ada gerakan sendi, contoh terjadi pada saat kita mendorong dinding yang tidak bergerak.

Kontraksi isotonik tegangan pada otot tidak meningkat, terjadi pemendekan otot, serta terjadi gerakan sendi.

Kombinasi kedua kontraksi isotonik dan isometrik, kombinasi gerakan ini tejadi pada saat kita sedang berjalan.

(21)

Otot harus dilatih untuk menjaga fungsi dan kekuatannya, apabila kita melatih otot secara teratur maka akan terjadi penambahan ukuran serat otot tanpa disertai penambahan jumlah otot. Penambahan ukuran otot ini disebut hipertrofi dan hanya bisa dipertahankan apabila melatih otot secara kontinyu.

Pertimbangan Gerontologi

- Masa puncak dari massa tulang / matriks tulang adalah berumur 35 tahun yang kemudian berangsur-angsur akan menurun seiring dengan terjadinya

perubahan penurunan esterogen pada saat menaphouse serta penurunan aktivitas tubuh. Pada lansia struktur kolagen kurang mampu menyerap energi, kartilago sendi mengalami degenerasi di daerah yang menyangga tubuh akibatnya proses penyembuhan lebih lama bila terdapat trauma. Hal tersebut menyebabkan terjadinnya osteoarthritis. Begitu pula teradi penurunan masa otot dan kekuatan otot.

- Pada orang tua juga terjadi pemendekan discus intervertebralis, hal ini menyebabkan mengapa orang tua kita terlihat lebih pendek setelah menjadi tua.

Pemeriksaan Penunjang Sistem Muskulo Skeletal 1. Pemeriksaan sinar rontgen

- Tujuannya untuk menentukan struktur, masa tulang tekstur serta perubahan tulang dan persendian untuk penegakkan diagnosa.

- Dilakukan tanpa prosedur khusus. 2. CT Scan

- Menunjukkan rincian bidang tertentu tulang yang terkena dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cedera ligament atau tendon. - Pemeriksaan yang dilakukan bisa menggunakan kontras ataupun tanpa

kontras.

- Prosedur yang dilakukan : puasa 4 jam sebelum procedure, tanggalan perhisan dan objek logam lain, penyunyikan kontras diikuti minum

(22)

minum. Setelah 1-3 jam dilakukan prosedur scan, jangan lupa penandatangan informconcent sebelum tindakan.

3. MRI / Magnetic Resonance Imaging

- Teknik pencitraan khusus dengan menggunakan medan magnet, gelombang radio dan komputer

- Memperlihatkan pendeteksian tumor, abnormalitasan atau penyempitan jalur jaringan lunak yang melalui tulang

- pada saat prosedur lepas semua jenis perhiasan. - Hati – hati pada pasien klostrofobia

4. Biopsy tulang atau biopsi otot

- Menentukan struktur dan komposisi tulang, otot, sendi untuk penegakan diagnosa medis

- Prosedur ini harus ada lembar persetujuan - Lakukan elevasi bagian tersebut selama 24 jam - Berikan ice pack untuk mencegah hematome. - Monitor vital sign dan perdarahan

- Jelaskan bahwa prosedur tersebut menimbulkan rasa kurang nyaman 5. Artrografi

- Penyuntikan bahan radiophage / udara ke dalam rongga sendi untuk melihat struktur jaringan lunak dan kontur sendi yang trauma

- Prosedur yang dilakukan dilakukan anastesi local, puasa 8 jam sebelum prosedur, tanda – tangan inform concent, minimalkan aktivitas 12 jam setelah tindakan, informasikan kemungkinan terjadi edema 1-2 hari, beri ice pack.

Pemeriksaan laboratorium

- Pemariksaan Hb, Ht, Tombo mengindikasikan perdarahan. - Pemeriksaan kimia darah kalsium serum dalam darah berubah

mengindikasikan oteomalasia, kelainan fungsi paratiroid, penyakit paget, tumor metastasis tulang, serta pada imobilisasi yang lama.

- Metabolisme tulang dapat dilihat melalui pemeriksaan tiroid dan

(23)

- Kadar CK / creatinin kinase dan SGOT meningkat pada kerusakan otot - Kadar kalsium urine meningkat pada distruksi tulang ( misal disfungsi

paratiroid, tumor tulang metastasis, mieloma multiple ) Pengkajian fisik difokuskan pada inspeksi dan palpasi

- Integritas tulang - Postur tubuh - Fungsi sendi - Kekuatan otot - Cara berjalan

- Kemampuan pemenuhan sehari –hari termasuk latar belakang pekerjaan KEMUNGKINAN MASALAH YANG TERJADI

- Kerusakan mobilitas fisik - Nyeri

- Resiko kerusakan integritas kulit - Resiko disfungsi neurovaskuler perifer - Gangguan perfusi jaringan perifer - Kurang perawatan diri

- Kurang pengetahuan tentang proses penakit dan pengobatan - Resiko terhadap cidera

- Keletihan

- Perubahan penampilan peran

BAB IV

SISTEM SARAF

BIOLISTRIK

Biolistrik adalah listrik yang terdapat pada makhluk hidup, tegangan listrik pada tubuh berbeda dengan listrik yang kita bayangkan seperti listrik di rumah

(24)

tangga, kelistrikan pada tubuh berkaitan dengan komposisi ion yang terdapat dapat dalam tubuh, komposisi ion ekstra sel berbeda dengan komposisi ion intra sel.

Pada ekstra sel lebih banyak ion Na dan Cl, sedangkan intra sel terdapat ion K dan anion protein.

Dinding sel mempunyai pintu – pintu ion yaitu celah – celah yang dapat terbuka atau tertutup oleh pengaruh rangsng tertentu. Dalam keadaan istirahat tegangan listrik didalam lebih rendah dari pada diluar sel sekitar 70 mVolt.

Bila terjadi rangsang nyeri, maka reseptor nyeri berupa ujung – ujung syaraf tidak bermielin terkena rangsang, pintu ion Na terbuka, ion Na masuk dengan cepat sehingga terjadi perbedaan muatan luar dan dalam sel sangat kecil bahkan bisa terbalik, artinya muatan dalam sel lebih positif yang selanjutnya terjadi potensial reseptor / tegangan reseptor.hal ini merangsang terjadinya potensial aksi di akson sel saraf. Potensial aksi ini menjalar sepanjang akson disebut impuls. Sesampai di sambungan saraf dengan saraf ( sinap ) atau sambungan saraf dengan otot ( neuromial junction ) terjadi proses terjadi proses penyeberangan impuls dan diteruskan ke saraf berikut atau ke sel otot.

Jadi jika nyeri yang merusak kulit akan diteruskan berupa impuls sampai ke otak hingga kita merasa nyeri dan terjadilah refleks berupa rekasi otot yang menghindari nyeri.

PEMBAGIAN SISTEM SARAF

Sistem Saraf

(25)

Otak Medula spinalis Saraf somatic saraf otonom

OTAK

Otak dibagi 2 yaitu otak besar (serebrum ) dan otak kecil ( serebelum ) . otak besar terdiri dari lobus frontalis, lobus parientalis, lobus oksipitalis dan lobus temporalis. Permukaan otak bergelumbang dan berlekuk-lekuk membentuk seperti sebuah lekukan yang disebut girus.

Otak besar merupakan pusat dari :

- Motorik : impuls yang diterima diteruskan oleh sel-sel saraf kemudian menuju ke pusat kontraksi otot

- Sensorik : setiap impuls sensorik dihantarkan melalui akson sel-sel saraf yang selanjutnya akan mencapai otak antara lain ke korteks serebri. - Refleks : berbagai kegiatan refleks berpusat di otak dan batang otak

sebagian lain di bagian medulla spinalis.

- Kesadaran : bagian batang otak yang disebut formasio retikularis bersama bagian lain dari korteks serebri menjadi pusat kesadaran utama.

- Fungsi luhur : pusat berfikir , berbicara berhitung dan lain – lain.

(26)

Gambar ini menunjukkan

pusat sensorik dan motorik korteks serebri

SEREBLUM

Otak kecil yang merupakan pusat keseimbangan dan kooardinasi gerakan.

Pada daerah serebelum terdapat sirkulus willisi, pada dasar otak disekitar kelenjar hipofisis, sebuah lingkaran arteri terbentuk diantara rangkaian arteri carotid interna dan vertebral, lingkaran inilah yang disebut sirkulus willisi yang dibentuk dari cabang-cabang arteri carotid interna, anterior dan arteri serebral bagian tengah dan arteri penghubung anterior dan posterior. Arteri pada sirkulus willisi memberi alternative pada aliran darah jika salah satu aliran darah ateri mayor tersumbat.

CAIRAN SEREBROSPINAL

Merupakan cairan yang bersih dan tidak berwarna dengan berat jenis 1,007. diproduksi didalam ventrikel dan bersirkulasi disekitar otak dan medulla spinalis melalui sistem ventrikular. Cairan CSS diproduksi di pleksus koroid pada

(27)

ventrikel lateral ketiga dan keempat, secara organik dan non organik cairan CSS sama dengan plasma tetapi mempunyai perbedaan konsenterasi. CSS mengandung protein, glukosa dan klorida, serta immunoglobulin. Secara normal CSS hanya mengandung sel darah putih yang sedikit dan tidak mengandung sel darah merah. Cairan CSS didalam tubuh diserap oleh villiarakhnoid.

MEDULA SPINALIS

- Merupakan pusat refleks - refleks yang ada disana

- Penerus sensorik ke otak sekaligus tempat masuknya saraf sensorik - Penerus impuls motorik dari otak ke saraf motorik

- Pusat pola geraka sederhana yang telah lama di pelajari contoh melangkah. SARAF SOMATIK :

Merupakan saraf tepi berupa saraf sensorik dari perifer ke pusat dan saaf motorik dari pusat ke perifer. Berdasarkan tempat keluarnya dibagi menjadi saraf otak dan saraf spinal.

SARAF SPINAL

Dari medulla spinalis keluar pasangan saraf kiri dan kanan vertebra : - Saraf servikal 8 pasang

- Saraf torakal 12 pasang - Saraf lumbal 5 pasang

- Sara sacrum / sacral 5 pasang - Saraf koksigeal 1 pasang

Saraf spinal mengandung saraf sensorik dan motorik, serat sensorik masuk medula spinalis melalui akar belakang dan serat motorik kaluar dari medula spinalis melalui akar depan kemudian bersatu membentuk saraf spinal

(28)

Saraf-saraf ini sebagian berkelompok membentuk pleksus ( anyaman ) dan terbentuklah berbagai saraf ( nervus ) seperti saraf iskiadikus untuk sensorik dan motorik daerah tungkai bawah. Daerah torakal tidak membentuk anyaman tetapi masing – masing lurus diantara tulang kosta( nervus inter kostalis ). Umumnya didalam nervus ini juga berisi serat autonom, terutama serat simpatis yang menuju ke pembuluh darah untuk daerah yang sesuai. Serat saraf dari pusat di korteks serebri sampai ke perifer terjadi penyebrangan ( kontra lateral ) yaitu yang berada di kiri menyebrang ke kanan begitu pula sebaliknya. Jadi apabila terjadi kerusakan di pusat motorik kiri maka yang mengalami gangguan anggota gerak yang sebelah kanan.

SARAF OTONOM

System saraf ini mempunyai kemampuan kerja otonom, seperti jantung, paru, serta alat pencernaan. Sistim otonom dipengaruhi saraf simpatis dan parasimpatis.

Peningkatan aktifitas simpatis memperlihatkan :

(29)

- Denyut jantung meningkat - Pernafasan meningkat - Tonus otot – otot meningkat - Gerakan saluran cerna menurun - Metabolisme tubuh meningkat.

Semua ini menyiapkan individu untuk bertempur atau lari, semua itu tampak pada manusia apabila menghadapi masalah, bekerja, olah raga, cemas dan lain – lain, pada keadaan ini terjadi peningkatan peggunaan energi / katabolisme.

Peningkatan aktifitas parasimpatis memperlihatkan :

- Kesiagaan menurun - Denyut jentung melambat - Pernafasan tenang

- Tonus otot-otot menurun

- Gerakan saluran cerna meningkat - Metabolisme tubuh menurun

Hal ini terjadi penyimpanan energi ( anabolisme ) dan terlihat apabila individu sedang istirahat.

Pusat saraf simpatis berada di medulla spinalis bagian torakal dan lumbal, sedang pusat parasimpatis berada dibagian medulla oblongata dan medulla spinalis bagian sacral. Pusat – pusat ini masih dipengaruhi oleh pusat yang lebih tinggi yaitu di hipotalamus sebagai pusat emosi.

(30)

Pemeriksaan Syaraf Kranial

Pemeriksaan saraf merupakan salah satu dari rangkaian pemeriksaan neurologis yang terdiri dari : status mental, tingkat kesadaran, fungsi saraf kranial, fungsi motorik, refleks, koordinasi dan gaya berjalan serta fungsi sensorik

Agar pemeriksaan saraf kranial dapat memberikan informasi yang diperlukan, diusahakan kerjasama yang baik antara pemeriksa dan penderita selama pemeriksaan. Penderita seringkali diminta kesediaannya untuk melakukan suatu tindakan yang mungkin oleh penderita dianggap tidak masuk akal atau menggelikan. Sebelum mulai diperiksa, kegelisahan penderita harus dihilangkan dan penderita harus diberi penjelasan mengenai pentingnya pemeriksaan untuk dapat menegakkan diagnosis.

Memberikan penjelasan mengenai lamanya pemeriksaan, cara yang dilakukan dan nyeri yang mungkin timbul dapat membantu memupuk kepercayaan penderita pada pemeriksa.

Suatu anamnesis lengkap dan teliti ditambah dengan pemeriksaan fisik akan dapat mendiagnosis sekitar 80% kasus. Walaupun terdapat beragam prosedur diagnostik modern tetapi tidak ada yang dapat menggantikan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Saraf-saraf kranial langsung berasal dari otak dan meninggalkan tengkorak melalui lubang-lubang pada tulang yang dinamakan foramina, terdapat 12 pasang saraf kranial yang dinyatakan dengan nama atau dengan angka romawi. Saraf-saraf tersebut adalah olfaktorius (I), optikus (II), Okulomotorius (III), troklearis (IV), trigeminus (V), abdusens (VI), fasialis (VII), vestibula koklearis (VIII), glossofaringeus (IX), vagus (X), asesorius (XI), hipoglosus (XII).

(31)

Sistem olfaktorius dimulai dengan sisi yang menerima rangsangan olfaktorius. Sistem ini terdiri dari bagian berikut: mukosa olfaktorius pada bagian atas kavum nasal, fila olfaktoria, bulbus subkalosal pada sisi medial lobus orbitalis. Saraf ini merupakan saraf sensorik murni yang serabut-serabutnya berasal dari membran mukosa hidung dan menembus area kribriformis dari tulang etmoidal untuk bersinaps di bulbus olfaktorius, dari sini, traktus olfaktorius berjalan dibawah lobus frontal dan berakhir di lobus temporal bagian medial sisi yang sama.

Sistem olfaktorius merupakan satu-satunya sistem sensorik yang impulsnya mencapai korteks tanpa dirilei di talamus. Bau-bauan yang dapat memprovokasi timbulnya nafsu makan dan induksi salivasi serta bau busuk yang dapat menimbulkan rasa mual dan muntah menunjukkan bahwa sistem ini ada kaitannya dengan emosi.

Serabut utama yang menghubungkan sistem penciuman dengan area otonom adalah medial forebrain bundle dan stria medularis talamus. Emosi yang menyertai rangsangan olfaktorius mungkin berkaitan ke serat yang berhubungan dengan talamus, hipotalamus dan sistem limbik.

2) SARAF OPTIKUS (N. II)

Saraf Optikus merupakan saraf sensorik murni yang dimulai di retina. Serabut-serabut saraf ini, ini melewati foramen optikum di dekat arteri optalmika dan bergabung dengan saraf dari sisi lainnya pada dasar otak untuk membentuk kiasma optikum. Orientasi spasial serabut-serabut dari berbagai bagian fundus masih utuh sehingga serabut-serabut dari bagian bawah retina ditemukan pada bagian inferior kiasma optikum dan sebaliknya.

Serabut-serabut dari lapangan visual temporal (separuh bagian nasal retina) menyilang kiasma, sedangkan yang berasal dari lapangan visual nasal tidak menyilang. Serabut-serabut untuk indeks cahaya yang berasal dari kiasma optikum berakhir di kolikulus superior, dimana terjadi hubungan dengan kedua nuklei saraf okulomotorius. Sisa serabut yang meninggalkan kiasma berhubungan

(32)

dengan penglihatan dan berjalan di dalam traktus optikus menuju korpus genikulatum lateralis.

Dari sini serabut-serabut yang berasal dari radiasio optika melewati bagian posterior kapsula interna dan berakhir di korteks visual lobus oksipital. Dalam perjalanannya serabut tersebut memisahkan diri sehingga serabut-serabut untuk kuadran bawah melalui lobus parietal sedangkan untuk kuadaran atas melalui lobus temporal. Akibat dari dekusasio serabut-serabut tersebut pada kiasma optikum serabut-serabut yang berasal dari lapangan penglihatan kiri berakhir di lobus oksipital kanan dan sebaliknya.

3) SARAF OKULOMOTORIUS (N. III)

Nukleus saraf okulomotorius terletak sebagian di depan substansia grisea periakuaduktal (Nukleus motorik) dan sebagian lagi di dalam substansia grisea (Nukleus otonom).Nukleus motorik bertanggung jawab untuk persarafan otot-otot rektus medialis, superior, dan inferior, otot oblikus inferior dan otot levator palpebra superior. Nukleus otonom atau nukleus Edinger-westhpal yang bermielin sangat sedikit mempersarafi otot-otot mata inferior yaitu spingter pupil dan otot siliaris.

4) SARAF TROKLEARIS (N. IV)

Nukleus saraf troklearis terletak setinggi kolikuli inferior di depan substansia grisea periakuaduktal dan berada di bawah Nukleus okulomotorius. Saraf ini merupakan satu-satunya saraf kranialis yang keluar dari sisi dorsal batang otak. Saraf troklearis mempersarafi otot oblikus superior untuk menggerakkan mata bawah, kedalam dan abduksi dalam derajat kecil.

5) SARAF TRIGEMINUS (N. V)

Saraf trigeminus bersifat campuran terdiri dari serabut-serabut motorik dan serabut-serabut sensorik. Serabut motorik mempersarafi otot masseter dan otot temporalis. Serabut-serabut sensorik saraf trigeminus dibagi menjadi tiga cabang utama yatu saraf oftalmikus, maksilaris, dan mandibularis. Daerah sensoriknya

(33)

mencakup daerah kulit, dahi, wajah, mukosa mulut, hidung, sinus. Gigi maksilar dan mandibula, dura dalam fosa kranii anterior dan tengah bagian anterior telinga luar dan kanalis auditorius serta bagian membran timpani.

6) SARAF ABDUSENS (N. VI)

Nukleus saraf abdusens terletak pada masing-masing sisi pons bagian bawah dekat medula oblongata dan terletak dibawah ventrikel ke empat saraf abdusens mempersarafi otot rektus lateralis.

7) SARAF FASIALIS (N. VII)

Saraf fasialis mempunyai fungsi motorik dan fungsi sensorik fungsi motorik berasal dari Nukleus motorik yang terletak pada bagian ventrolateral dari tegmentum pontin bawah dekat medula oblongata. Fungsi sensorik berasal dari Nukleus sensorik yang muncul bersama nukleus motorik dan saraf vestibulokoklearis yang berjalan ke lateral ke dalam kanalis akustikus interna.

Serabut motorik saraf fasialis mempersarafi otot-otot ekspresi wajah terdiri dari otot orbikularis okuli, otot buksinator, otot oksipital, otot frontal, otot stapedius, otot stilohioideus, otot digastriktus posterior serta otot platisma. Serabut sensorik menghantar persepsi pengecapan bagian anterior lidah.

8) SARAF VESTIBULOKOKLEARIS (N. VIII)

Saraf vestibulokoklearis terdiri dari dua komponen yaitu serabut-serabut aferen yang mengurusi pendengaran dan vestibuler yang mengandung serabut-serabut aferen yang mengurusi keseimbangan.

Serabut-serabut untuk pendengaran berasal dari organ corti dan berjalan menuju inti koklea di pons, dari sini terdapat transmisi bilateral ke korpus genikulatum medial dan kemudian menuju girus superior lobus temporalis.

(34)

Serabut-serabut untuk keseimbangan mulai dari utrikulus dan kanalis semisirkularis dan bergabung dengan serabut-serabut auditorik di dalam kanalis fasialis. Serabut-serabut ini kemudian memasuki pons, serabut vestibutor berjalan menyebar melewati batang dan serebelum.

9) SARAF GLOSOFARINGEUS (N. IX)

Saraf Glosofaringeus menerima gabungan dari saraf vagus dan asesorius pada waktu meninggalkan kranium melalui foramen tersebut, saraf glosofaringeus mempunyai dua ganglion, yaitu ganglion intrakranialis superior dan ekstrakranialis inferior. Setelah melewati foramen, saraf berlanjut antara arteri karotis interna dan vena jugularis interna ke otot stilofaringeus. Di antara otot ini dan otot stiloglosal, saraf berlanjut ke basis lidah dan mempersarafi mukosa faring, tonsil dan sepertiga posterior lidah.

10) SARAF VAGUS (N. X)

Saraf vagus juga mempunyai dua ganglion yaitu ganglion superior atau jugulare dan ganglion inferior atau nodosum, keduanya terletak pada daerah foramen ugularis, saraf vagus mempersarafi semua visera toraks dan abdomen dan menghantarkan impuls dari dinding usus, jantung dan paru-paru.

11) SARAF ASESORIUS (N. XI)

Saraf asesorius mempunyai radiks spinalis dan kranialis. Radiks kranial adalah akson dari neuron dalam nukleus ambigus yang terletak dekat neuron dari saraf vagus. Saraf aksesoris adalah saraf motorik yang mempersarafi otot sternokleidomastoideus dan bagian atas otot trapezius, otot sternokleidomastoideus berfungsi memutar kepala ke samping dan otot trapezius memutar skapula bila lengan diangkat ke atas.

12) SARAF HIPOGLOSUS (N. XII)

Nukleus saraf hipoglosus terletak pada medula oblongata pada setiap sisi garis tengah dan depan ventrikel ke empat dimana semua menghasilkan trigonum

(35)

hipoglosus. Saraf hipoglosus merupakan saraf motorik untuk lidah dan mempersarafi otot lidah yaitu otot stiloglosus, hipoglosus dan genioglosus.

PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS. A. Saraf Olfaktorius (N. I)

Saraf ini tidak diperiksa secara rutin, tetapi harus dikerjakan jika terdapat riwayat tentang hilangnya rasa pengecapan dan penciuman, kalau penderita mengalami cedera kepala sedang atau berat, dan atau dicurigai adanya penyakit-penyakit yang mengenai bagian basal lobus frontalis.

Untuk menguji saraf olfaktorius digunakan bahan yang tidak merangsang seperti kopi, tembakau, parfum atau rempah-rempah. Letakkan salah satu bahan-bahan tersebut di depan salah satu lubang hidung orang tersebut sementara lubang hidung yang lain kita tutup dan pasien menutup matanya. Kemudian pasien diminta untuk memberitahu saat mulai tercium baunya bahan tersebut dan kalau mungkin mengidentifikasikan bahan yang dicium baunya.

B. Saraf Optikus (N. II)

Pemeriksaan meliputi penglihatan sentral (Visual acuity), penglihatan perifer (visual field), refleks pupil, pemeriksaan fundus okuli serta tes warna.

Pemeriksaan penglihatan sentral (visual acuity)

Penglihatan sentral diperiksa dengan kartu snellen, jari tangan, dan gerakan tangan.

Kartu Snellen

Pada pemeriksaan kartu memerlukan jarak enam meter antara pasien dengan tabel, jika tidak terdapat ruangan yang cukup luas, pemeriksaan ini bisa dilakukan dengan cermin. Ketajaman penglihatan normal bila baris yang bertanda 6 dapat dibaca dengan tepat oleh setiap mata (visus 6/6)

(36)

Normal jari tangan bisa dilihat pada jarak 3 meter tetapi bisa melihat pada jarak 2 meter, maka perkiraan visusnya adalah kurang lebih 2/60.

Gerakan tangan

Normal gerakan tangan bisa dilihat pada jarak 2 meter tetapi bisa melihat pada jarak 1 meter berarti visusnya kurang lebih 1/310.

Pemeriksaan Penglihatan Perifer

Pemeriksaan penglihatan perifer dapat menghasilkan informasi tentang saraf optikus dan lintasan penglihatan mulai dair mata hingga korteks oksipitalis. Penglihatan perifer diperiksa dengan tes konfrontasi atau dengan perimetri / kompimetri.

Tes Konfrontasi

Jarak antara pemeriksa – pasien : 60 – 100 cm

Objek yang digerakkan harus berada tepat di tengah-tengah jarak tersebut. Objek yang digunakan (2 jari pemeriksa / ballpoint) di gerakan mulai dari lapang pandang kanan dan kiri (lateral dan medial), atas dan bawah dimana mata lain dalam keadaan tertutup dan mata yang diperiksa harus menatap lururs kedepan dan tidak boleh melirik kearah objek tersebut.Syarat pemeriksaan lapang pandang pemeriksa harus normal.

Perimetri / kompimetri

Lebih teliti dari tes konfrontasi. Hasil pemeriksaan di proyeksikan dalam bentuk gambar di sebuah kartu.

Refleks Pupil

Saraf aferen berasal dari saraf optikal sedangkan saraf aferennya dari saraf occulomotorius.

(37)

Terdapat dua macam refleks pupil.

Respon cahaya langsung

Pakailah senter kecil, arahkan sinar dari samping (sehingga pasien tidak memfokus pada cahaya dan tidak berakomodasi) ke arah salah satu pupil untuk melihat reaksinya terhadap cahaya. Inspeksi kedua pupil dan ulangi prosedur ini pada sisi lainnya. Pada keadaan normal pupil yang disinari akan mengecil.Respon cahaya konsensual, Jika pada pupil yang satu disinari maka secara serentak pupil lainnya mengecil dengan ukuran yang sama.

Pemeriksaan fundus occuli (fundus kopi)

Digunakan alat oftalmoskop. Putar lensa ke arah O dioptri maka fokus dapat diarahkan kepada fundus, kekeruhan lensa (katarak) dapat mengganggu pemeriksaan fundus. Bila retina sudah terfokus carilah terlebih dahulu diskus optikus. Caranya adalah dengan mengikuti perjalanan vena retinalis yang besar ke arah diskus. Semua vena-vena ini keluar dari diskus optikus.

Tes warna

Untuk mengetahui adanya polineuropati pada nervus optikus.

C. Saraf Okulomotoris (N. III)

Pemeriksaan meliputi ; Ptosis, Gerakan bola mata dan Pupil 1. Ptosis

Pada keadaan normal bila seseorang melihat ke depan maka batas kelopak mata atas akan memotong iris pada titik yang sama secara bilateral. Ptosis dicurigai bila salah satu kelopak mata memotong iris lebih rendah dari pada mata yang lain, atau bila pasien mendongakkan kepal ke belakang / ke

(38)

atas (untuk kompensasi) secara kronik atau mengangkat alis mata secara kronik pula.

2. Gerakan bola mata.

Pasien diminta untuk melihat dan mengikuti gerakan jari atau ballpoint ke arah medial, atas, dan bawah, sekligus ditanyakan adanya penglihatan ganda (diplopia) dan dilihat ada tidaknya nistagmus. Sebelum pemeriksaan gerakan bola mata (pada keadaan diam) sudah dilihat adanya strabismus (juling) dan deviasi conjugate ke satu sisi.

3. Pupil

Pemeriksaan pupil meliputi bentuk dan ukuran pupil, perbandingan pupil kanan dan kiri ( pupil sebesar diameter 1mm, perbedaan masih dianggap normal ), refleks pupil. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan : - Refleks cahaya langsung (bersama N. II)

- Refleks cahaya tidak alngsung (bersama N. II) - Refleks pupil akomodatif atau konvergensi

Bila seseorang melihat benda didekat mata (melihat hidungnya sendiri) kedua otot rektus medialis akan berkontraksi. Gerakan kedua bola mata ini disebut konvergensi. Bersamaan dengan gerakan bola mata tersebut maka kedua pupil akan mengecil (otot siliaris berkontraksi).

D. Saraf Troklearis (N. IV) Pemeriksaan meliputi :

1. Gerak mata ke lateral bawah 2. Strabismus konvergen 3. Diplopia

(39)

Pemeriksaan meliputi; sensibilitas, motorik dan refleks 1. Sensibilitas

Ada tiga cabang sensorik, yaitu oftalmik, maksila, mandibula. Pemeriksaan dilakukan pada ketiga cabang saraf tersebut dengan membandingkan sisi yang satu dengan sisi yang lain. Mula-mula tes dengan ujung yang tajam dari sebuah jarum yang baru. Pasien menutup kedua matanya dan jarum ditusukkan dengan lembut pada kulit, pasien ditanya apakah terasa tajam atau tumpul. Hilangnya sensasi nyeri akan menyebabkan tusukan terasa tumpul.

Daerah yang menunjukkan sensasi yang tumpul harus digambar dan pemeriksaan harus di lakukan dari daerah yang terasa tumpul menuju daerah yang terasa tajam. Juga dilakukan dari daerah yang terasa tumpul menuju daerah yang terasa tajam. Juga lakukan tes pada daerah di atas dahi menuju belakang melewati puncak kepala. Jika cabang oftalmikus terkena sensasi akan timbul kembali bila mencapai dermatom C2.

Temperatur tidak diperiksa secara rutin kecuali mencurigai siringobulbia, karena hilangnya sensasi temperatur terjadi pada keadaan hilangnya sensasi nyeri, pasien tetap menutup kedua matanya dan lakukan tes untuk raba halus dengan kapas yang baru dengan cara yang sama. Pasien disuruh mengatakan “ya” setiap kali dia merasakan sentuhan kapas pada kulitnya.

2. Motorik

Pemeriksaan dimulai dengan menginspeksi adanya atrofi otot-otot temporalis dan masseter. Kemudian pasien disuruh mengatupkan giginya dan lakukan palpasi adanya kontraksi masseter diatas mandibula. Kemudian pasien disuruh membuka mulutnya (otot-otot pterigoideus) dan pertahankan tetap terbuka sedangkan pemeriksa berusaha menutupnya. Lesi unilateral dari

(40)

cabang motorik menyebabkan rahang berdeviasi kearah sisi yang lemah (yang terkena).

3. Refleks

Pemeriksaan refleks meliputi refleks kornea langsung dan tidak langsung. Pada pemeriksaan langsung pasien diminta melirik ke arah laterosuperior, kemudian dari arah lain kapas disentuhkan pada kornea mata, misal pasien diminta melirik kearah kanan atas maka kapas disentuhkan pada kornea mata kiri dan lakukan sebaliknya pada mata yang lain. Kemudian bandingkan kekuatan dan kecepatan refleks tersebut kanan dan kiri saraf aferen berasal dari N. V tetapi eferannya (berkedip) berasal dari N.VII.

Pada pemeriksaan tidak langsung (konsensual), sentuhan kapas pada kornea atas akan menimbulkan refleks menutup mata pada mata kiri dan sebaliknya kegunaan pemeriksaan refleks kornea konsensual ini sama dengan refleks cahaya konsensual, yaitu untuk melihat lintasan mana yang rusak (aferen atau eferen).

Adapula untuk melihat adanya lesi UMN (certico bultar) penderita membuka mulut secukupnya (jangan terlalu lebar) kemudian dagu diberi alas jari tangan pemeriksa diketuk mendadak dengan palu refleks. Respon normal akan negatif yaitu tidak ada penutupan mulut atau positif lemah yaitu penutupan mulut ringan. Sebaliknya pada lesi UMN akan terlihat penutupan mulut yang kuat dan cepat.

F. Saraf abdusens (N. VI)

Pemeriksaan meliputi gerakan mata ke lateral, strabismus konvergen dan diplopia tanda-tanda tersebut maksimal bila memandang ke sisi yang terkena dan bayangan yang timbul letaknya horizonatal dan sejajar satu sama lain.

(41)

G. Saraf fasialis (N. VII)

Pemeriksaan saraf fasialis dilakukan saat pasien diam dan atas perintah (tes kekuatan otot) saat pasien diam diperhatikan asimetri wajah. Kelumpuhan nervus VIII dapat menyebabkan penurunan sudut mulut unilateral dan kerutan dahi menghilang serta lipatan nasolabial, tetapi pada kelumpuhan nervus fasialis bilateral wajah masih tampak simetrik. Gerakan-gerakan abnormal (tic facialis, grimacing, kejang tetanus/rhisus sardonicus tremor dan seterusnya ), Ekspresi muka (sedih, gembira, takut, seperti topeng)

Tes kekuatan otot wajah

1. Mengangkat alis, bandingkan kanan dan kiri.

2. Menutup mata sekuatnya (perhatikan asimetri) kemudioan pemeriksa mencoba membuka kedua mata tersebut bandingkan kekuatan kanan dan kiri.

3. Memperlihatkan gigi (asimetri)

4. Bersiul dan memoncongkan mulut (asimetri / deviasi ujung bibir)

5. Meniup sekuatnya, bandingkan kekuatan uadara dari pipi masing-masing. H. Saraf Vestibulo kokhlearis (N. VIII)

Ada dua macam pemeriksaan yaitu pemeriksaan pendengaran dan pemeriksaan fungsi vestibuler.

1) Pemeriksaan pendengaran.

Inspeksi meatus akustikus akternus dari pasien untuk mencari adanya serumen atau obstruksi lainnya dan membrana timpani untuk menentukan adanya inflamasi atau perforasi kemudian lakukan tes pendengaran dengan menggunakan gesekan jari, detik arloji, dan audiogram. Audiogram digunakan untuk membedakan tuli saraf dengan tuli konduksi dipakai tes Rinne dan tesWeber. PadaTesRinne, Garpu tala dengan frekuensi 256 Hz mula-mula dilakukan pada prosesus mastoideus, dibelakang telinga, dan bila bunyi tidak lagi terdengar letakkan garpu tala tersebut sejajar dengan meatus akustikus oksterna. Dalam keadaan normal masih terdengar pada meatus akustikus

(42)

eksternus. Pada tuli saraf anda masih mendengar pada meatus akustikus eksternus. Keadaan ini disebut Rinne negatif. Pada Webber Garpu tala 512 Hz diletakkan pada bagian tengah dahi dalam keadaan normal bunyi akan terdengar pada bagian tengah dahi pada tuli saraf bunyi dihantarkan ke telinga yang normal pada tuli konduktif bunyi tedengar lebih keras pada telinga yang abnormal.

2) PemeriksaanFungsiVestibuler.

Pemeriksaan fungsi vestibuler meliputi : nistagmus, tes romberg dan berjalan lurus dengan mata tertutup, head tilt test (Nylen – Baranny, dixxon – Hallpike) yaitu tes untuk postural nistagmus.

I. Saraf Glosofaringeus (N. IX) dan Saraf Vagus (N. X)

Pemeriksaan N. IX dan N X. karena secara klinis sulit dipisahkan maka biasanya dibicarakan bersama-sama, anamnesis meliputi kesedak / keselek (kelumpuhan palatom), kesulitan menelan dan disartria(khas bernoda hidung / bindeng). Pasien disuruh membuka mulut dan inspeksi palatum dengan senter perhatikan apakah terdapat pergeseran uvula, kemudian pasien disuruh menyebut “aaaa” jika uvula terletak ke satu sisi maka ini menunjukkan adanya kelumpuhan nervus X unilateral perhatikan bahwa uvula tertarik kearah sisi yang sehat.

Sekarang lakukan tes refleks muntah dengan lembut (nervus IX adalah komponen sensorik dan nervus X adalah komponen motorik). Sentuh bagian belakang faring pada setiap sisi dengan spacula, jangan lupa menanyakan kepada pasien apakah ia merasakan sentuhan spatula tersebut (N. IX) setiap kali dilakukan.

Dalam keadaaan normal, terjadi kontraksi palatum molle secara refleks. Jika konraksinya tidak ada dan sensasinya utuh maka ini menunjukkan kelumpuhan nervus X, kemudian pasien disuruh berbicara agar dapat menilai adanya suara serak (lesi nervus laringeus rekuren unilateral), kemudian disuruh batuk , tes juga rasa kecap secara rutin pada sepertinya posterior lidah (N. IX).

(43)

J. Saraf Asesorius (N. XI)

Pemeriksaan saraf asesorius dengan cara meminta pasien mengangkat bahunya dan kemudian rabalah massa otot trapezius dan usahakan untuk menekan bahunya ke bawah, kemudian pasien disuruh memutar kepalanya dengan melawan tahanan (tangan pemeriksa) dan juga raba massa otot sternokleido mastoideus.

K. Saraf Hipoglosus (N. XII)

Pemeriksaan saraf Hipoglosus dengan cara inspeksi lidah dalam keadaan diam didasar mulut, tentukan adanya atrofi dan fasikulasi (kontraksi otot yang halus iregular dan tidak ritmik). Fasikulasi dapat unilateral atau bilateral.

Pasien diminta menjulurkan lidahnya yang berdeviasi ke arah sisi yang lemah (terkena) jika terdapat lesi upper atau lower motorneuron unilateral. Lesi UMN dari N XII biasanya bilateral dan menyebabkan lidah imobil dan kecil. Kombinasi lesi UMN bilateral dari N. IX. X, XII disebut kelumpuhan pseudobulbar.

KELAINAN YANG DAPAT MENIMBULKAN GANGGUAN PADA NERVUS CRANIALIS :

1) Saraf Olfaktorius. (N.I)

Kelainan pada nervus olfaktovius dapat menyebabkan suatu keadaan berapa gangguan penciuman sering dan disebut anosmia, dan dapat bersifat unilatral maupun bilateral. Pada anosmia unilateral sering pasien tidak mengetahui adanya gangguan penciuman.

Proses penciuman dimulai dari sel-sel olfakrorius di hidung yang serabutnya menembus bagian kribiformis tulang ethmoid di dasar di dasar tengkorak dn mencapai pusat penciuman lesi atau kerusakan sepanjang perjalanan impuls penciuman akan mengakibatkan anosmia.

(44)

Penyakit mukosa olfaktorius brochitis dan tumor nasal Sembuhnya rhinitis berarti juga pulihnya penciuman, tetapi pada rhinitis kronik, dimana mukosa ruang hidung menjadi atrofik penciuman dapat hilang seterusnya.

Destruksi filum olfaktorius karena fraktur lamina feribrosa.

Destruksi bulbus olfaktorius dan traktus akibat kontusi “countre coup”, biasanya disebabkan karena jatuh pada belakang kepala. Anosmia unilateral atau bilalteral mungkin merupakan satu-satunya bukti neurologis dari trauma vegio orbital. Sinusitas etmoidalis, osteitis tulang etmoid, dan peradangan selaput otak didekatnya.

Tumor garis tengah dari fosa kranialis anterior, terutama meningioma sulkus olfaktorius (fossa etmoidalis), yang dapat menghasilkan trias berupa anosmia, sindrom Foster Kennedy, dan gangguan kepribadian jenis lobus orbitalis. Adenoma hipofise yang meluas ke rostral juga dapat merusak penciuman.

Penyakit yang mencakup lobus temporalis anterior dan basisnya (tumor intrinsik atau ekstrinsik).Pasien mungkin tidak menyadari bahwa indera penciuman hilang sebaliknya, dia mungkin mengeluh tentang rasa pengecapan yang hilang, karena kemampuannya untuk merasakan aroma, suatu sarana yang penting untuk pengecapan menjadi hilang.

2) Saraf Optikus (N.II)

Kelainan pada nervus optikus dapat menyebabkan gangguan penglihatan. Gangguan penglihatan dapat dibagi menjadi gangguan visus dan gangguan lapangan pandang. Kerusakan atau terputusnya jaras penglitan dapat mengakibatkan gangguan penglihatan kelainan dapat terjadi langsung pada nevrus optikus itu sendiri atau sepanjang jaras penglihatan yaitu kiasma optikum, traktus optikus, radiatio optika, kortek penglihatan. Bila terjadi kelainan berat makan dapat berakhir dengan kebutaan.

(45)

Orang yang buta kedua sisi tidak mempunyai lapang pandang, istilah untuk buta ialah anopia atau anopsia. Apabila lapang pandang kedua mata hilang sesisi, maka buta semacam itu dinamakan hemiopropia. Kelainan atau lesi pada nervus optikus dapat disebabkan oleh :

• Trauma Kepala

• Tumor serebri (kraniofaringioma, tumor hipfise, meningioma, astrositoma) • Kelainan pembuluh darah

• Infeksi.

3) Saraf Okulomotorius (N.III).

Kelainan berupa paralisis nervus okulomatorius menyebabkan bola mata tidak bisa bergerak ke medial, ke atas dan lateral, kebawah dan keluar. Juga mengakibatkan gangguan fungsi parasimpatis untuk kontriksi pupil dan akomodasi, sehingga reaksi pupil akan berubah. N. III juga menpersarafi otot kelopak mata untuk membuka mata, sehingga kalau lumpuh, kelopak mata akan jatuh ( ptosis).

Kelumpuhan okulomotorius lengkap memberikan sindrom di bawah ini: 1. Ptosis, disebabkan oleh paralisis otot levator palpebra dan tidak adanya perlawanan dari kerja otot orbikularis okuli yang dipersarafi oleh saraf fasialis.

2. Fiksasi posisi mata, dengan pupil ke arah bawah dan lateral, karena tak adanya perlawanan dari kerja otot rektus lateral dan oblikus superior. 3. Pupil yang melebar, tak bereaksi terhadap cahaya dan akomodasi.

Jika seluruh otot mengalami paralisis secara akut, kerusakan biasanya terjadi di perifer, paralisis otot tunggal menandakan bahwa kerusakan melibatkan nukleus okulomotorius.

Penyebab kerusakan diperifer meliputi; a). Lesi kompresif seperti tumor serebri, meningitis basalis, karsinoma nasofaring dan lesi orbital. b). Infark seperti pada arteritis dan diabetes.

(46)

4) Saraf Troklearis (N. IV)

Kelainan berupa paralisis nervus troklearis menyebabkan bola mata tidak bisa bergerak kebawah dan kemedial. Ketika pasien melihat lurus kedepan atas, sumbu dari mata yang sakit lebih tinggi daripada mata yang lain. Jika pasien melihat kebawah dan ke medial, mata berotasi dipopia terjadi pada setiap arah tatapan kecuali paralisis yang terbatas pada saraf troklearis jarang terjadi dan sering disebabkan oleh trauma, biasanya karena jatuh pada dahi atu verteks.

5) Saraf Abdusens (N. VI)

Kelainan pada paralisis nervus abdusens menyebabkan bola mata tidak bisa bergerak ke lateral, ketika pasien melihat lurus ke atas, mata yang sakit teradduksi dan tidak dapat digerakkan ke lateral, ketika pasien melihat ke arah nasal, mata yang paralisis bergerak ke medial dan ke atas karena predominannya otot oblikus inferior.

Jika ketiga saraf motorik dari satu mata semuanya terganggu, mata tampak melihat lurus keatas dan tidak dapat digerakkan kesegala arah dan pupil melebar serta tidak bereaksi terhadap cahaya (oftalmoplegia totalis). Paralisis bilateral dari otot-otot mata biasanya akibat kerusakan nuklear. Penyebab paling sering dari paralisis nukleus adalah ensefelaitis, neurosifilis, mutiple sklerosis, perdarahan dan tumor.

Penyebab yang paling sering dari kelumpuhan otot-otot mata perifer adalah meningitis, sinusistis, trombosis sinus kavernosus, anevrisma arteri karotis interva atau arteri komunikantes posterior, fraktur basis kranialis. 6) Saraf Trigeminus (N. V)

Kelainan yang dapat menimbulkan gangguan pada nerus trigeminus antara lain : Tumor pada bagian fosa posterior dapat menyebabkan kehilangan reflek kornea, dan rasa baal pada wajah sebagai tanda-tanda dini.

(47)

Gangguan nervus trigeminus yang paling nyata adalah neuralgia trigeminal atau tic douloureux yang menyebabkan nyeri singkat dan hebat sepanjang percabangan saraf maksilaris dan mandibularis dari nervus trigeminus. Janeta (1981) menemukan bahwa penyebab tersering dari neurolgia trigeminal dicetuskan oleh pembuluh darah. Paling sering oleh arteri serebelaris superior yang melingkari radiks saraf paling proksimal yang masih tak bermielin.

Kelainan berapa lesi ensefalitis akut di pons dapat menimbulkan gangguan berupa trismus, yaitu spasme tonik dari otot-otot pengunyah. Karena tegangan abnormal yang kuat pada otot ini mungkin pasien tidak bisa membuka mulutnya.

7) Saraf Fasialis (N. VII)

Kelainan yang dapat menyebabkan paralis nervus fasialis antara lain : - Penyebab pada pons, meliputi tumor, lesi vaskuler dan siringobulbia. - Pada fosa posterior, meliputi neuroma akustik, meningioma, dan

meningitis kronik.

- Pada pars petrosa os temporalis dapat terjadi Bell’s palsy, fraktur, sindroma Rumsay hunt, dan otitis media.

Penyebab kelumpuhan fasialis bilateral antara lain Sindrom Guillain Barre, mononeuritis multipleks, dan keganasan parotis bilateral. Penyebab hilangnya rasa kecap unilateral tanpa kelainan lain dapat terjadi pada lesi telinga tengah yang meliputi Korda timpani atau nervus lingualis, tetapi ini sangat jarang.

Gangguan nervus fasialis dapat mengakibatkan kelumpuhan otot-otot wajah, kelopak mata tidak bisa ditutup, gangguan air mata dan ludah, gangguan rasa pengecap di bagian belakang lidah serta gangguan pendengaran (hiperakusis).

Kelumpuhan fungsi motorik nervus fasialis mengakibatkan otot-otot wajah satu sisi tidak berfungsi, ditandai dengan hilangnya lipatan hidung bibir,

(48)

sudut mulut turun, bibir tertarik kesisi yang sehat. Pasien akan mengalami kesulitan mengunyah dan menelan. Air ludah akan keluar dari sudut mulut yang turun. Kelopak mata tidak bisa menutup pada sisi yang sakit, terdapat kumpulan air mata di kelopak mata bawah (epifora). Refleks kornea pada sisi sakit tidak ada.

8) Saraf Vestibulokoklearis

Kelainan pada nervus vestibulokoklearis dapat menyebabkan gangguan pendengaran dan keseimbangan (vertigo).

Kelainan yang dapat menimbulkan gangguan pada nervus VIII antara lain gangguan pendengaran, berupa :

1. Tuli saraf

Dapat disebabkan oleh tumor, misal neuroma akustik. Degenerasi misalnya pada presbiakusis atau disebabkan Trauma, misal pada fraktur pars petrosa os temporalis, toksisitas misalnya oleh aspirin, streptomisin atau alkohol, infeksi misal, sindrom rubella kongenital dan sifilis kongenital.

2. Tuli konduktif

Dapat disebabkan oleh serumen, otitis media, otoskleroris dan penyakit Paget.Gangguan Keseimbangan dengan penyebab kelainan vestibuler Pada labirin meliputi penyakit meniere, labirinitis akut, mabuk kendaraan, intoksikasi streptomisin.Pada vestibuler meliputi semua penyebab tuli saraf ditambah neuronitis vestibularis.Pada batang otak meliputi lesi vaskuler, tumor serebelum atau tumor ventrikel IV demielinisasi.Pada lobus temporalis meliputi epilepsi dan iskemia.

9) Saraf Glosofaringeus (N. IX) dan Saraf Vagus (N. X)

Gangguan pada komponen sensorik dan motorik dari N. IX dan N. X dapat mengakibatkan hilangnya refleks menelan yang berisiko terjadinya aspirasi paru.

(49)

Kehilangan refleks ini pada pasien akan menyebabkan pneumonia aspirasi, sepsis dan adult respiratory distress syndome (ARDS) kondisi demikian bisa berakibat pada kematian. Gangguan nervus IX dan N. X menyebabkan persarafan otot-otot menelan menjadi lemah dan lumpuh. Cairan atau makanan tidak dapat ditelan ke esofagus melainkan bisa masuk ke trachea langsung ke paru-paru.

Kelainan yang dapat menjadi penyebab antara lain : Lesi batang otak (Lesi N IX dan N. X), syringobulbig (cairan berkumpul di medulla oblongata), pasca operasi trepansi serebelum, pasca operasi di daerah kranioservikal. 10) Saraf Asesorius (N. XI)

Gangguan N. XI mengakibatkan kelemahan otot bahu (otot trapezius) dan otot leher (otot sterokleidomastoideus). Pasien akan menderita bahu yang turun sebelah serta kelemahan saat leher berputar ke sisi kontralateral.

Kelainan pada nervus asesorius dapat berupa robekan serabut saraf, tumor dan iskemia akibatnya persarafan ke otot trapezius dan otot stemokleidomastoideus terganggu.

11) Syaraf Hypoglosus ( N. XII )

Kelainan syaraf ini menyebabkan defisiasi miring kearah yang lemah dari bagian lidah, kelainan syaraf ini juga menunjukkan terjadinya disphagia atau kelainan menelan.

AKTIFITAS REFLEKS :

Pemeriksaan aktifitas refleks dengan ketukan pada tendon menggunakan refleks hammer. Skala untuk peringkat refleks yaitu :

0 = Tidak ada respon

1 = Hypoactive / penurunan respon, kelemahan ( + ) 2 = Normal ( ++ )

(50)

abnormal ( +++ )

4 = Hyperaktif, dengan klonus ( ++++) Refleks-refleks yang diperiksa adalah

:

1. Refleks patella

Pasien berbaring terlentang, lutut diangkat ke atas sampai fleksi kurang lebih 300. Tendon patella (ditengah-tengah patella dan tuberositas tibiae)

dipukul dengan refleks hammer. Respon berupa kontraksi otot quadriceps femoris yaitu ekstensi dari lutut.

2. Refleks biceps

Lengan difleksikan terhadap siku dengan sudut 900 , supinasi dan

lengan bawah ditopang pada alas tertentu (meja periksa). Jari pemeriksa ditempatkan pada tendon m. biceps (diatas lipatan siku), kemudian dipukul dengan refleks hammer.

Normal jika timbul kontraksi otot biceps, sedikit meningkat bila terjadi fleksi sebagian dan gerakan pronasi. Bila hyperaktif maka akan terjadi penyebaran gerakan fleksi pada lengan dan jari-jari atau sendi bahu.

3. Refleks triceps

Lengan ditopang dan difleksikan pada sudut 900 ,tendon triceps diketok dengan refleks hammer (tendon triceps berada pada jarak 1-2 cm diatas olekranon).

Respon yang normal adalah kontraksi otot triceps, sedikit meningkat bila ekstensi ringan dan hyperaktif bila ekstensi siku tersebut menyebar keatas sampai otot-otot bahu atau mungkin ada klonus yang sementara.

4. Refleks achilles

Posisi kaki adalah dorsofleksi, untuk memudahkan pemeriksaan refleks ini kaki yang diperiksa bisa diletakkan / disilangkan diatas tungkai bawah kontralateral.

(51)

Tendon achilles dipukul dengan refleks hammer, respon normal berupa gerakan plantar fleksi kaki.

5. Refleks abdominal

Dilakukan dengan menggores abdomen diatas dan dibawah umbilikus. Kalau digores seperti itu, umbilikus akan bergerak keatas dan kearah daerah yang digores.

6. Refleks Babinski

Merupakan refleks yang paling penting. Ia hanya dijumpai pada penyakit traktus kortikospinal. Untuk melakukan test ini, goreslah kuat-kuat bagian lateral telapak kaki dari tumit kearah jari kelingking dan kemudian melintasi bagian jantung kaki. Respon Babinski timbul jika ibu jari kaki melakukan dorsifleksi dan jari-jari lainnya tersebar. Respon yang normal adalah fleksi plantar semua jari kaki.

PEMERIKSAAN KHUSUS SISTEM PERSARAFAN

Untuk mengetahui rangsangan selaput otak (misalnya pada meningitis) dilakukan pemeriksaan :

1. Kaku kuduk

Bila leher ditekuk secara pasif terdapat tahanan, sehingga dagu tidak dapat menempel pada dada ---- kaku kuduk positif (+).

2. Tanda Brudzinski I

Letakkan satu tangan pemeriksa dibawah kepala klien dan tangan lain didada klien untuk mencegah badan tidak terangkat. Kemudian kepala klien difleksikan kedada secara pasif. Brudzinski I positif (+) bila kedua tungkai bawah akan fleksi pada sendi panggul dan sendi lutut.

Gambar

Gambar ini menunjukkan

Referensi

Dokumen terkait

POKJA KONSULTANSI DAN

Pada bayi yang didiagnosis dengan TOF  pada umur yang kecil, pulmonary stenosis masih sedikit dan  shunt pada VSD adalah dari kiri ke kanan, dengan saturasi oksigen aorta

Lansia terbanyak yang mengalami nyeri berusia 50 tahun dengan jumlah 5 responden (12,5%).Jenis kelamin terbanyak terdapat pada perempuan dengan jumlah 24

Strategi peningkatan daya saing industri manufaktur untuk dapat meningkatkan kandungan lokal pada pembangunan PLTN di Indonesia meliputi: 1) Komitmen dan

Latih tubi untuk soalan Bahagian A (soalan pilihan) dan soalan Bahagian B(statistik, pelan dan dongakan, graf fungsi) diberikan kepada pelajar secara kerap kerana soalan ini

Dampak kenaikan harga minyak tanah terhadap penggunaan gas elpiji untuk keperluan rumah tangga di Desa Su- ngai Alam mengalami perubahan ka- rena masyarakat banyak yang beralih

induk (pohon penghasil biji) menghasilkan biji yang memiliki sifat-sifat unggul yang berbeda seperti kandungan kimia dalam biji. Dilaporkan bila bahwa komposisi kimia dalam

Sehingga kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah pencapaian perilaku hidup bersih dan sehat memerlukan strategi pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat tatanan rumah