• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa ini sering disebut juga masa peralihan atau masa pencari jati diri. Remaja akan dihadapkan berbagai masalah yang mungkin belum pernah di alami masa anak-anak. Pada masa ini remaja mengalami rasa ingin tahu yang sangat kuat yang cenderung melakukan segala hal yang dianggapnya terbaik. Dalam hal ini orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam mengawasi tumbuh kembang remaja. Namun selain itu, banyak faktor lain yang mempengaruhi remaja, seperti lingkungan teman sebaya yang harus dihadapi pada fase anak dalam mengikuti pendidikan formal di sekolah.

John W. Santrock (alih bahasa Mila Racmawati dan Anna Kuswanti 2007: 205) menjelaskan bahwa “kelompok teman sebaya memiliki peran penting dalam perkembangan remaja, berbagai sumber informasi dan pengalaman-pengalaman yang penting didapatkan remaja di luar keluarganya”. Untuk itu remaja dituntut memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri di dalam hubungan sosial yang lebih luas. Kemampuan untuk dapat menyesuaikan diri tersebut salah satunya memiliki kepercayaan diri. Hal tersebut senada dengan

pendapat Hurlock (1975: 180)mengemukakan bahwa,

one of the most difficult developmental tasks of adolescence relates to social adjustments. These adjustments must be made to members of the opposite sex in a relationship thet never existed before and to adults outside the family and school environments. The most important and in many respects, the most difficult of which are those he must make to the increased influence of the peer group.

Dari pendapa t ahli di atas dapat dimengerti bahwa salah satu tugas perkembangan masa remaja yang paling sulit ialah berhubungan dengan penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan orang lain baik lawan jenis dan menyesuaikan diri dengan orang dewasa diluar lingkungan keluarga dan sekolah. Das Salirawati (2012:218) mengemukakan bahwa “percaya

(2)

diri merupakan sikap yakin akan kemampuan yang dimiliki diri sendiri untuk memenuhi keinginan dan harapan yang akan dicapai”. Pendapat tersebut dapat dimengerti bahwa percaya diri pada remaja di perlukan dalam perkembangannya untuk menjadi dewasa. Individu yang percaya diri akan bisa menerima dirinya sendiri baik kelebihan maupun kekurangan yang dimiliki, siap menerima tantangan meski sadar ada kemungkinan salah. Rasa percaya diri tersebut dapat membantu remaja menghadapi situasi dalam pergaulan dan menangani tugas lebih mudah.

Sedangkan individu yang tidak percaya diri terhadap kemampuan yang dimilikinya, akan membuat individu tersebut di hadapkan masalah bagi dirinya sendiri. Sebagai contoh di salah satu SMA Negeri di Jakarta Timur terdapat siswa yang nyaris tidak lulus dengan mendapat nilai matematika 3,00, karena menyalin kunci jawaban Ujian Negara yang dibeli dari pihak yang tidak bertanggung jawab tanpa menyeleksinya dahulu. Selain itu di Kediri ditemukan oknum yang tidak bertanggung jawab menjual kunci jawaban seharga 30 jutaan rupiah. Jual beli kunci jawaban tersebut melibatkan oknum penyelenggara UN dalam bentuk paket. "Kita punya bukti tentang itu semua, dan ini harus diusut," ungkap Anggota Komisi C. DPRD Kota Kediri, Yudi Ayubkhan kepada merdeka.com, Selasa (23/4), (merdeka, 2013).

Peristiwa tersebut membuktikan bahwa masih terdapat siswa yang masih kurang percaya diri akan kemampuan yang dimilikinya. percaya diri yang rendah akan membuat remaja merasa cemas dengan aktifitas yang diperbuatnya akan berbeda dengan yang lainya, padahal setiap individu memiliki keunikan masing-masing. Keunikan tersebut adalah karakter dan perbedaan kemampuan setiap individu untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Kepercayaan diri dipengaruhi faktor eksternal yang timbul dari lingkungan siswa tersebut, diantaranya faktor teman sebaya. Monk, Knoers dan Siti (2001:276) menjelaskan bahwa “terdapat dua macam gerak dalam perkembangan sosial masa remaja”. Remaja berusaha melepaskan diri dari orang tua dan menuju kearah teman-teman sebayanya. Hal tersebut terlihat jelas bahwasanya remaja ingin melepaskan

(3)

hubungan dengan orang tua atau berusaha untuk dapat berdiri sendiri untuk mencapai identitas diri.

Remaja akan cenderung banyak menghabiskan waktunya bersama-sama teman sebayanya dari pada dengan orang tuanya. Hal tersebut terjadi karena remaja memperoleh banyak informasi dan nilai-nilai melalui sekolah dan juga melaui kontak dengan teman-teman sebayanya. Remaja menemukan nilai-nilai baru yang menarik yang ingin dimilikinya. Papalia, Olds & Feldman (alih bahasa Brian Marwensdy 2009 : 95) menjelaskan bahwa “kelompok teman sebaya merupakan sumber dukungan emosional yang penting selama masa remaja”. Dukungan emoisonal tersebut muncul karena adanya perasaan yang senasib diantara para remaja yang mengalami perubahan fisik yang serupa. Untuk itu dalam kelompok teman sebaya terdapat jalinan ikatan perasaan yang sangat kuat. Jalinan yang sangat kuat tersebut akan membentuk norma, nilai dan simbol tersendiri yang lain dibandingkan apa yang ada dirumah mereka masing-masing. Setiap remaja dalam kelompok tersebut memiliki kewajiban-kewajiban terhadap kelompok untuk menaati dan mematuhi norma, nilai, maupun simbol yang sudah disepakati, untuk itu mau tidak mau remaja harus bisa menyesuaikan diri.

Keberadaan teman sebaya membuat remaja menganggap bahwa penilaian teman sebaya sangat penting sehingga remaja berada dalam tekanan untuk dapat berperilaku sesuai dengan norma yang diakui dalam kelompok. Tekanan tersebut mengakibatkan remaja melakukan konformitas terhadap teman sebaya agar mendapatkan dukungan dari teman sebayanya mendapatkan kepercayaan diri diantara kelompoknya. “Konformitas terbentuk bila sejumlah orang dalam kelompok mengatakan dan melakukan sesuatu, ada kecenderungan para anggota untuk mengatakan dan melakukan hal yang sama” (Jalaludin Rakhmat 2001:151). Dengan demikian, konformitas pada teman sebaya akan berpengaruh terhadap kepercayaan diri yang dimiliki oleh remaja, sehingga remaja akan menentukan keberhasilan remaja dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dan menemukan jati diri. Tingkat konformitas yang tinggi akan mengakibatkan meningkatkan kepercayaan diri siswa, begitu juga jika tingkat konformitas rendah

(4)

maka kepercayaan diri individu akan ikut menurun, karena individu merasa nyaman jika diterima di kelompok dan merasa tambah percaya diri.

Berdasarkan wawancara pada tanggal 16 Februari 2013 dengan guru Bimbingan dan konseling (BK) di SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali, masih terdapat siswa yang kurang percaya diri. Menurut informasi yang diberikan guru BK bahwa masih banyak dijumpai siswa yang ikut-ikutan bergaya seperti teman sebayanya. Sebagai contoh, hasil swiping yang dilakukan oleh guru BK dengan kolaborasi OSISmasih ditemukan siswa yang membawa handphone ke sekolah, masih banyak ditemui siswa laki-laki yang berambut panjang. Serta masih ada pelanggaran-pelanggaran kecil yang dilakukan, seperti menggunakan gelang, cincin, kalung berpakaian kurang rapi baju tidak dimasukan dan tidak memakai atribut sekolah secara lengkap. Pada saat guru pembimbing memberikan layanan sering dijumpai siswa yang tidak mau mengutarakan pendapatnya padahal sudah ditunjuk, tidak yakin dan merasa malu-malu untuk maju di depan kelas takut ditertawakan oleh teman-temannya.

Selain itu masih ditemukan siswa yang mengerjakan PR di sekolah pada saat jam-jam pelajaran dan mencontek pada saat ujian harian. Padahal pihak sekolah memiliki layanan bimbingan dan konseling yang telah berlangsung sejak lama dengan materi yang memadai yang seharusnya dapat membantu siswa-siswi dalam membentuk percaya diri yang tinggi. Hal tersebut menunjukkan adanya suatu kesenjangan yang jelas dari keadaan yang seharusnya dengan senyatanya. Berdasarkan kesenjangan tersebut diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang kontribusi konformitas pada teman sebaya terhadap kepercayaan diri siswa kelas XI SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali Tahun Pelajaran 2013/2014”.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka masalah yang dirumuskan penelitian ini sebagai berikut :

(5)

2. Bagaimana konformitas pada teman sebaya siswa tersebut ?

3. Apakah konformitas pada teman sebaya berkontribusi terhadap

kepercayaan diri siswa tersebut ?

C.Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah diatas makan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Kepercayaan diri siswa kelas XI SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali

2. Konformitas pada teman sebaya siswa tersebut

3. Kontribusi konformitas pada teman sebaya terhadap kepercayaan diri

siswa tersebut.

D.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat bermanfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis, yaitu sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat memperkaya teori yang sudah ada yang berhubungan dengan kontribusi konformitas pada teman sebaya terhadap kepercayaan diri siswa Sekolah Menengah Atas (SMA).

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada guru Bimbingan dan Konseling bahwa konformitas teman pada sebaya memberikan kontribusi terhadap kepercayaan diri siswa

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada siswa mengenai konformitas pada teman sebaya serta pentingnya kepercayaan diri.

Referensi

Dokumen terkait

“I said, eeh… in the first time… eeh… we need money but the most important -- money is… ee h… not… not everything for our life… we can combine actually if… eeh… God

underwear rules ini memiliki aturan sederhana dimana anak tidak boleh disentuh oleh orang lain pada bagian tubuhnya yang ditutupi pakaian dalam (underwear ) anak dan anak

dan Perceived Quality dari notebook Zyrex dan Advan pada peta persepsi konsumen dan untuk mengetahui efek dari Brand Image dan Perceived Quality pada minat beli dari Zyrex

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 20 Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 11/D/BP/2017 Tahun 2017 tentang Petunjuk

Sehingga dapat dilihat hasil penilaian rata – rata yang dicapai nilai dari kegiatan kondisi awal 64,77 dan pada silkus pertama nilai rata – rata yang dicapai 65,45

 Biaya produksi menjadi lebih efisien jika hanya ada satu produsen tunggal yang membuat produk itu dari pada banyak perusahaan.. Barrier

Pada tahap pertama ini kajian difokuskan pada kajian yang sifatnya linguistis antropologis untuk mengetahui : bentuk teks atau naskah yang memuat bentuk

Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Fatimah Zahrah, menyatakan bahwa skripsi dengan judul : Pengaruh Diversifikasi Perusahaan dan Praktik Manajemen Laba terhadap