• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "VI ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

67

VI ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN

Analisis lingkungan merupakan salah satu proses yang harus dilakukan dalam manajemen strategis yang bertujuan untuk mengidentifikasi lingkungan perusahaan. Lingkungan perusahaan terdiri dari lingkungan internal dan lingkungan eksternal.

6.1. Analisis Lingkungan Internal 6.1.1. Manajemen

Untuk menganalisis fungsi manajemen usaha EBB, terdapat beberapa aspek yang perlu dikaji, antara lain aspek perencanaan, pengorganisasian, pemberian motivasi, pengelolaan motivasi, pengelolaan staf dan aspek pengendalian.

1) Perencanaan

Saat ini usaha EBB belum memiliki perencanaan tertulis, baik untuk jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. Hal ini terlihat dari belum adanya pernyataan visi, misi dan tujuan secara tertulis, jelas, dan spesifik. Dalam menentukan target produksi sering kali perusahaan hanya mengandalkan pesanan dari tiap-tiap agen dan counter serta menyisihkan sebagian untuk persediaan perusahaan. Pengorganisasian dari setiap aktivitas operasional perusahaan juga belum berjalan sesuai dengan positioning produk yang diinginkan perusahaan. Misalnya ketika perusahaan mencoba untuk meningkatkan jumlah produksi sering kali tidak diikuti dengan peningkatan aktivitas pemasaran seperti promosi dan perluasan wilayah pemasaran. Hal ini menyebabkan terjadinya kelebihan jumlah produk yang diproduksi karena tidak terjual seluruhnya, sehingga untuk menutup biaya produksi perusahaan tidak dapat menjual dengan harga yang lebih murah. Kondisi-kondisi tersebut menunjukkan bahwa perusahaan belum memiliki perencanaan yang jelas dalam menjalankan usahanya sehingga dapat menjadi kelemahan bagi perusahaan untuk mengembangkan usahanya.

2) Pengorganisasian

Struktur organisasi EBB seperti yang terlihat pada Gambar 6 menunjukkan bahwa posisi manajemen puncak dipegang langsung oleh pemilik, dimana

(2)

68 pada posisi ini pemilik bertanggung jawab terhadap pengambilan keputusan strategis yang terkait dengan kelancaran usaha. Struktur organisasi yang diterapkan perusahaan pada saat ini belum mampu memenuhi kebutuhan operasional perusahaan seutuhnya karena masih terjadi tumpang tindih pekerjaan antar bagiannya. Misalnya, dengan hilangnya bagian pemasaran perusahaan maka bagian delivery harus bertanggung jawab terhadap tugas bagian pemasaran untuk mencari wilayah pemasaran baru. Selain itu, bagian administrasi keuangan juga harus menggantikan tugas bagian pemasaran untuk mengurus masalah pembayaran dari setiap agen dan counter yang ada. Bahkan bagian administrasi keuangan terkadang harus membantu kerja bagian delivery maupun produksi apabila diperlukan. Hal ini dapat menjadi kelemahan perusahaan ketika ingin meningkatkan pemasarannya.

3) Pemberian Motivasi

Di dalam EBB, budaya atau iklim kerja yang terjadi lebih cenderung ke arah kekeluargaan. Oleh karena itu, komunikasi yang terjalin antara pemilik dengan karyawannya cukup baik. Pemilik cukup dekat dengan karyawannya walaupun tidak terlalu akrab seperti hubungan antar karyawan. Hal ini merupakan kekuatan bagi perusahaan karena dapat mempermudah pemilik ketika memberikan tugas kepada karyawannya. Selain itu, karyawan juga akan lebih mudah ketika ingin menyampaikan sesuatu kepada pemilik terkait dengan masalah pekerjaan. Dengan iklim kekeluargaan tersebut, pemilik mencoba untuk menanamkan kepada setiap karyawannya untuk saling mengawasi dan saling memberi semangat satu sama lain sehingga tercipta budaya perusahaan yang baik. Dengan mengawasi dan memberi semangat rekan kerjanya, secara otomatis setiap karyawan tersebut akan mengawasi dan memotivasi dirinya sendiri terlebih dahulu sebelum menasehati orang lain. Dengan demilian karyawan akan lebih rajin untuk bekerja dan produktivitas karyawan pun akan meningkat.

Setiap seminggu sekali, yaitu tepatnya pada hari Senin, perusahaan selalu mengadakan kegiatan pengajian yang disertai ceramah dan pemberian motivasi selama kurang lebih satu jam yang dihadiri oleh pemilik dan seluruh karyawan. Selain itu, pemilik juga secara rutin melakukan diskusi secara

(3)

69 personal dengan setiap karyawan pada awal semester atau setiap enam bulan sekali. Di dalam diskusi tersebut, satu per satu karyawan bertatap muka langsung dengan pemilik untuk membicarakan mengenai kinerja mereka selama enam bulan ke belakang dan menceritakan tentang permasalahan yang dihadapi di dalam pekerjaan serta permasalahan pribadi karyawan yang mungkin dapat mempengaruhi kinerja mereka. Dengan demikian pemilik dapat mengetahui permasalahan karyawan dan memberikan masukan untuk menyelesaikannya sehingga tidak mengganggu kinerja perusahaan.

4) Penempatan Staf

Sebelumnya perusahaan memiliki bagian personalia yang mengatur sumberdaya manusia di dalam perusahaan. Namun, sejak akhir tahun 2009 perusahaan tidak memiliki lagi bagian personalia maupun bagian pemasaran karena semua karyawan di bagian ini tidak lagi bekerja di perusahaan. Sebagian dari karyawan yang keluar tersebut diberhentikan karena melakukan kesalahan dalam pekerjaannya dan sebagian lagi mengundurkan diri. Akibatnya, pemilik harus mengatur sendiri tugas bagian personalia, seperti perekrutan, pemberhentian, pemberian motivasi dan pelatihan.

Pemilik menegaskan adanya beberapa tenaga kerja yang menjadi orang kepercayaan dan dapat dianggap sebagai personil kunci bagi perusahaan. Personil kunci tersebut adalah Lidia Sabariah sebagai kepala bagian administrasi keuangan, Nurhaenil sebagi staf bagian administrasi keuangan dan M. Tomi Rahman sebagai koordinator kepala bagian. Lidia Sabariah dipercaya untuk menentukan kebijakan keuangan perusahaan, seperti dalam menentukan anggaran belanja harian perusahaan maupun dalam hal pembukuan. Nurhaenil bertanggung jawab untuk mengatur perihal pengiriman kepada pelanggan, agen dan counter termasuk pencatatan nota penjualan. Sedangkan M. Tomi Rahman, yang juga merupakan putra dari pemilik EBB, bertanggung jawab terhadap penentuan pasar dan sistem pembayaran bagi agen dan counter yang ada. Adanya personil kunci seharusnya dapat membuat EBB lebih baik dalam melakukan perencanaan pengembangan usaha karena personil kunci dapat ikut merumuskan tujuan perusahaan. Namun pada kenyataannya, perencanaan perusahaan hanya

(4)

70 berdasarkan keputusan sepihak dari pemilik dan personel kunci hanya melanjutkan sesuai wewenangnya saja.

Karyawan yang dipekerjakan oleh EBB saat ini berjumlah 16 orang di luar sumberdaya dari keluarga pemilik sebanyak tiga orang (pemilik, istri, dan anak). Pemilik dan keluarganya bekerja sebagai manajemen tertinggi di dalam perusahaan dan mereka tidak ikut bekerja sesuai jam kerja yang diterapkan di dalam perusahaan. Pemilik, penanggung jawab dan koordinator kepala bagian bertugas hanya untuk menentukan keputusan-keputusan strategis perusahaan, sedangkan keputusan-keputusan fungsional dilakukan oleh masing-masing kepala bagian.

Perusahaan tidak terlalu sulit untuk mengakses tenaga kerja karena sebagian besar karyawan berasal dari lingkungan di sekitar pabrik. Hal ini merupakan keuntungan bagi perusahaan ketika ingin mengembangkan usahanya. Karyawan yang berkerja di perusahaan rata-rata merupakan lulusan pendidikan setara dengan SMA dan SLTP. Namun ada sebagian karyawan yang hanya lulusan SD. Hal ini dapat menjadi kelemahan perusahaan ketika hendak melakukan pengembangan usaha, karena karyawan dengan pendidikan yang rendah akan lebih sulit untuk belajar menggunakan teknologi baru (modern) dibandingkan dengan karyawan dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Selain itu, karyawan dengan tingkat pendidikan yang rendah kurang memiliki keberanian untuk bertindak inisiatif terhadap pekerjaan yang ditanganinya karena mereka hanya mengerti pekerjaan yang telah diajarkan dahulu kepada mereka. Karyawan bagian produksi dan

delivery didominasi oleh karyawan laki-laki karena pekerjaan yang ditangani

cukup berat dan banyak menggunakan tenaga otot, sedangkan bagian administrasi keuangan didominasi oleh karyawan perempuan karena dianggap lebih ringan dan lebih banyak menggunakan kepintaran dan ketelitian. Komposisi karyawan berdasarkan jenis kelamin, usia dan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 15.

(5)

71 Tabel 15. Komposisi Karyawan Elsari Brownies & Bakery Berdasarkan Jenis

Kelamin, Usia dan Tingkat Pendidikan Tahun 2010

No. Divisi Jenis Kelamin Usia

(tahun)

Pendidikan terakhir 1 Bagian Produksi Brownies

a. Rahmat b. Yana c. Sofyan d. Ubuy e. Enan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki 22 23 40 28 23 STM STM SMP SD SMA 2 Bagian Produksi Bakery

a. Yusep G. b. Ahmad A. c. Neneng Laki-laki Laki-laki Perempuan 25 26 27 SMEA SD SD 3 Bagian Administrasi Keuangan a. Lidia Sabariah b. Erfi S. c. Nurhaenil d. Angga Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki 48 25 23 23 SMEA SMEA SMA SMA 4 Bagian Delivery a. Richi I. b. Lukman F. c. Yusuf Laki-laki Laki-laki Laki-laki 25 28 22 SMP SMP SMP Sumber: Elsari Brownies & Bakery (2010)

Semua karyawan yang bekerja di perusahaan merupakan karyawan tetap. Apabila ada karyawan yang mangkir maka akan diberi peringatan dan apabila peringatan tersebut diacuhkan maka akan diberikan skorsing. Ketikapemberlakukan skorsing tidak merubah kebiasaan karyawan maka proses selanjutnya adalah pemberhentian karyawan. Apabila semua tugas karyawan telah selesai namun jam kerja belum berakhir, sering kali pemilik memberikan kebijakan untuk memperbolehkannya pulang terlebih dahulu.

Sistem perekrutan karyawan adalah melalui wawancara dengan pemilik bagi setiap orang yang melamar pekerjaan ke EBB. Setelah wawancara, pemilik akan memberikan masa percobaan selama tiga bulan bagi pekerja yang baru. Pada masa percobaan tersebut karyawan baru diajarkan untuk bekerja dan dipantau hasil kerjanya. Apabila hasil kerjanya baik maka akan diangkat sebagai karyawan tetap dan dinaikkan gajinya,

(6)

72 namun apabila hasil kerjanya tidak memuaskan maka perusahaan akan memberhentikannya. Sistem pengupahan tenaga kerja adalah dengan memberikan gaji kepada karyawan setiap bulan. Besarnya gaji tergantung dari posisi dan kedudukan karyawan. Karyawan di bagian administrasi keuangan memiliki gaji sebesar Rp 900 ribu per bulan. Karyawan di bidang

delivery memiliki gaji sebesar Rp 800 ribu . Gaji tertinggi dimiliki oleh

kepala bagian produksi, yaitu sebesar Rp 1 juta per bulan, sedangkan staf bagian produksi memperoleh Rp 700 ribu per bulan. Untuk karyawan dalam masa percobaan perusahaan memberikan gaji sebesar Rp 300 ribu per bulan. Gaji diberikan perusahaan kepada karyawan setiap tanggal 1 secara tunai kepada karyawan. Apabila tanggal 1 pada bulan tertentu terdapat pada hari libur, maka perusahaan akan memberikannya pada hari pertama masuk setelah tanggal 1.

Selain dengan memberikan gaji terhadap karyawan, perusahaan juga memberikan sejumlah insentif yang besarnya tergantung dari kinerja karyawan masing-masing. Insentif tersebut diberikan kepada karyawan secara

cash setiap tanggal 3. Setiap hari raya Idul Fitri perusahaan juga memberikan

tunjangan hari raya (THR) berupa uang tunai sebesar gaji selama 1 bulan serta brownies kepada setiap karyawan. Pemilik juga memberikan fasilitas-fasilitas kepada karyawan berupa makan sebanyak tiga kali sehari dan tunjangan kesehatan karyawan apabila ada karyawan yang sakit. Insentif tersebut diberikan kepada karyawan dua hari setelah pembagian gaji. Pemberian insentif tersebut dirasa cukup efektif oleh pemilik, karena dengan adanya insentif yang diberikan sesuai dengan kinerja karyawan maka masing-masing karyawan dapat bekerja dengan lebih giat agar mendapat insentif yang lebih besar sehingga produktivitas karyawan pun meningkat.

5) Pengendalian

Pada dasarnya EBB hanya melakukan pengendalian pada bidang sumberdaya manusia dan bidang produksi, khususnya pada pengadaan bahan baku dan pengolahan. Pengendalian karyawan selain didukung oleh kegiatan-kegiatan yang telah disebutkan sebelumnya, pemilik juga akan menindak tegas bagi karyawan yang berbuat kecurangan maupun bagi karyawan yang

(7)

73 malas untuk bekerja. Pada tahap awal, karyawan tersebut akan diberikan peringatan, apabila peringatan tersebut dilanggar maka perusahaan akan memberikan skorsing sebagai langkah kedua. Namun, apabila karyawan tersebut tetap tidak berubah maka perusahaan akan menindaklanjutinya dengan jalan pemecatan maupun memberikan penawaran pengunduran diri. 6.1.2. Pemasaran

Pemasaran merupakan proses mendefinisikan, mengantisipasi, menciptakan, serta memenuhi keinginan dan kebutuhan pelanggan atas barang dan jasa. Aspek pemasaran terkait dengan komponen-komponen strategi pemasaran seperti segmenting, targeting, dan positioning.

1) Analisa Segmenting, Targeting, dan Positioning a) Segmentasi Pasar (Segmenting)

Dalam memasarkan produknya, perusahaan membagi pasar ke dalam empat segmen pasar berdasarkan aspek geografis, aspek demografis, aspek psikografis dan aspek perilaku. Segmentasi pasar EBB berdasarkan aspek geografis terkait dengan wilayah pemasaran. Segmentasi berdasarkan aspek demografis meliputi usia dan penghasilan. Aspek psikografis yang menjadi segmen perusahaan adalah kelas sosial, sedangkan aspek perilaku terkait dengan peristiwa dan manfaat.

b) Targeting

Setelah menetapkan segmentasi pasar perusahaan maka dilakukan identifikasi dan seleksi pasar sasaran. Target pasar EBB adalah masyarakat di wilayah Jabodetabek, Bandung dan sekitarnya, dengan konsumen lebih banyak dari daerah luar Kota Bogor, usia 17-55 tahun dengan penghasilan antara Rp 1.000.000,00 sampai Rp 5.000.000,00 per bulan yaitu kelas menengah ke atas yang mengutamakan kualitas serta kecepatan serta masyarakat yang membutuhkan makanan pada peristiwa-peristiwa khusus, seperti pada acara pertemuan ataupun makanan sebagai oleh-oleh bagi wisatawan yang berkunjung ke Bogor.

c) Positioning

Positioning bertujuan untuk menempatkan posisi produk di mata

(8)

74 produk-produk lainnya. Perusahaan memposisikan produk browniesnya sebagai produk yang enak, berkualitas serta terjangkau bagi setiap konsumennya.

2) Analisa Bauran Pemasaran

Selain itu pemasaran terkait erat dengan bauran pemasaran, yaitu aspek produk, harga, distribusi dan promosi. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai masing-masing bauran pemasaran pada perusahaan EBB.

a) Produk (Product)

Produk utama yang dihasilkan EBB adalah berbagai macam

brownies, seperti brownies panggang, brownies kukus dan brownies kering

(broker). Di samping itu perusahaan juga memproduksi bermacam-macam kue lain seperti bolu keju susu (borju) panggang, bolu keju susu (borju) kukus, lapis legit, lapis surabaya, pastri, pisang bollen, pepe panggang,

cake tape, cake pisang dan marmer cake. Ciri khas yang dimiliki oleh brownies EBB adalah lukisan bunga-bunga yang terbuat dari cokelat cair

di bagian atas brownies.

Apabila produk telah kadaluarsa atau telah mendekati masa kadaluarsa maka perusahaan akan menarik produknya dari setiap counter perusahaan. Penarikan tersebut dilakukan setiap seminggu sekali ataupun setiap dua minggu sekali tergantung lokasi counter. Sedangkan untuk agen perusahaan tidak menarik produknya karena menggunakan sistem jual lepas. Untuk memberikan pilihan kepada pelanggan ketika hendak membeli produknya, perusahaan membuat variasi pada produknya. Variasi tersebut berupa variasi topping yang diberikan di bagian permukaan

brownies panggang maupun kukus. Terdapat bermacam-macam variasi topping brownies panggang antara lain maises, chocochips, kismis, kacang

mede, keju panggang, kombinasi, keju basah/parut dan pisang keju. Sedangkan untuk produk brownies kukus memiliki variasi topping

chocochips, kismis, kacang mede, keju basah/parut, pisang keju, maises

kombinasi, ketan hitam, pandan dan keju/cokelat parut. Apabila dibandingkan dengan pesaingnya seperti Brownies Kukus Amanda dan

(9)

75 Brownies Bogor, penampilan dan variasi topping produk EBB kurang memiliki daya saing dibanding produk pesaing.

EBB menggunakan kemasan berbahan dasar karton 0,5 mm dengan kelengkapan meliputi nama produk, logo EBB, komposisi bahan, berat bersih (netto), nomor Dinkes P-IRT, nomor Halal MUI dan tanggal kadaluarsa. Selain itu perusahaan memberikan lapisan plastik transparan untuk memberikan kemudahan konsumen untuk melihat produk sebelum membelinya. Ukuran dan desain dari kemasan tersebut disesuaikan dengan jenis dan ukuran dari setiap produk. EBB telah memiliki sertifikat pangan industri rumah tangga dari Dinkes Kota Bogor dengan nomor 3063271010512 dan sertifikat halal MUI-JB Nomor 01101007990805. Kedua sertifikasi ini digunakan perusahaan untuk menambah kepercayaan konsumen ketika mengkonsumsi produk. Kelengkapan ini merupakan kekuatan bagi perusahaan sehingga dapat menjadi pertimbangan konsumen dalam memilih produk yang akan dibelinya.

Perusahaan juga memberikan layanan purna jual bagi para konsumennya. Layanan tersebut meliputi layanan komplain dan pengembalian produk serta layanan kritik dan saran konsumen yang dimaksudkan untuk memfasilitasi konsumen apabila produk yang dibelinya rusak atau telah kadaluarsa akibat kesalahan perusahaan sehingga konsumen dapat menukarnya dengan yang baru. Selain itu, perusahaan juga memberikan penggantian produk-produk di

counter-counter apabila telah mendekati masa kadaluarsa. Sedangkan layanan

kritik dan saran adalah sebuah layanan untuk memfasilitasi komentar konsumen terkait dengan perbaikan maupun pengembangan produk sehingga sesuai dengan keinginan konsumen. Hal ini dapat menjadi kekuatan bagi perusahaan dalam memperoleh kepercayaan konsumen. b) Harga (Price)

Harga merupakan satu-satunya unsur dalam bauran pemasaran yang menghasilkan penerimaan bagi perusahaan. Harga untuk masing-masing produk yang dijual oleh EBB dapat dilihat pada Tabel 16.

(10)

76 Tabel 16. Daftar Harga Produk Elsari Brownies & Bakery Tahun 2010

Jenis Harga

(Rp) Jenis

Harga (Rp)

Brownies Panggang Brownies Kukus

1 Maises 27.000 1 Chocochips 29.000

2 Chocochips 27.000 2 Kismis 29.000

3 Kismis 27.000 3 Kacang Mede 29.000

4 Kacang Mede 27.000 4 Keju Basah/Parut 30.000 5 Keju Panggang 28.000 5 Pisang Keju 30.000 6 Keju Basah/Parut 29.000 6 Maises Kombinasi 29.000

7 Kombinasi 28.000 7 Ketan Hitam 29.000

8 Pisang Keju 29.000 8 Pandan 29.000

9 Keju/Cokelat Parut 31.000

Bolu Keju Susu (Borju) Panggang Bolu Keju Susu (Borju) Kukus 1 Kacang Mede 27.000 1 Kacang Mede 29.000 2 Keju Panggang 28.000 2 Keju Basah/Parut 30.000 3 Keju Basah/Parut 29.000 3 Pisang Keju 30.000 Lain-Lain

1 Lapis Legit 32.000 6 Pepe Panggang 29.000 2 Lapis Surabaya 31.000 7 Cake Tape 27.000 3 Pisang Bollen 33.000 8 Cake Pisang 27.000

4 Pastri 30.000 9 Marmer Cake 27.000

5 Brownies Kering 17.000

Sumber: Elsari Brownies & Bakery (2010)

Perusahaan juga memberikan potongan harga kepada para konsumennya. Berdasarkan peraturan perusahaan, bagi konsumen yang melakukan pembelian dengan jumlah pembelian langsung di outlet perusahaan minimal 20 kotak brownies, perusahaan akan memberikan potongan harga sebesar Rp 2.000,00 hingga Rp 4.000,00 untuk setiap produknya, meskipun sering kali peraturan tersebut lebih bersifat fleksibel karena perusahaan sering kali memberikan potongan meskipun konsumen berbelanja di bawah 10 kotak. Perusahaan juga memberikan potongan harga sebesar Rp 4.000,00 kepada agen, tetangga, dan pelanggan. Sedangkan untuk setiap counter perusahaan diberikan potongan harga sebesar Rp 3.000,00. Hal ini berlaku apabila pelanggan membelinya langsung di outlet perusahaan. Kemudian perusahaan memberikan kebebasan bagi agen dan counter untuk menetapkan harga bagi konsumen akhir asalkan harga tersebut tidak lebih rendah dari harga yang diberikan

(11)

77 perusahaan pada konsumen akhir. Namun, sistem pembayaran untuk agen dan counter pun berbeda. Agen diberikan periode pembayaran bulanan, sedangkan counter diberikan periode pembayaran mingguan.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap pihak perusahaan, EBB menetapkan harga produknya berdasarkan hasil survei terhadap harga produk pesaing-pesaing terdekatnya yang sedang berlaku (going rate pricing) yaitu menetapkan harga produk EBB di bawah pesaingnya. Hal tersebut dapat menjadi kekuatan bagi perusahaan. Penetapan harga yang di bawah pesaing tersebut dilakukan perusahaan agar sesuai dengan positioning produk yang diinginkan perusahaan, yaitu terjangkau oleh para konsumennya. Perbandingan harga produk EBB dengan para pesaing utamanya setelah dikonversi pada ukuran kemasan yang sama dapat dilihat pada Tabel 17. Meskipun selisihnya tidak terlalu banyak, namun produk EBB untuk jenis brownies panggang dan brownies kering lebih murah dibanding kedua pesaingnya. Namun, untuk jenis

brownies kukus, EBB sedikit lebih mahal dibanding Brownies Kukus

Amanda. Maskipun demikian, EBB menerapkan sistem potongan harga hingga sebesar Rp 4.000,00 kepada konsumen, suatu keunggulan yang tidak dimiliki oleh para pesaingnya. Selain itu, sebesar 21 persen responden menyatakan bahwa alasan membeli produk EBB adalah karena memiliki harga yang relatif murah.

Tabel 17. Perbandingan Harga Produk Elsari Brownies & Bakery Dibanding Pesaing tahun 201010

Jenis Produk Harga (rupiah) Elsari Brownies & Bakery Brownies Kukus Amanda Brownies Bogor Brownies panggang 28.000 28.695 45.000 Brownies kukus 29.000 26.000 - Brownies kering 13.600 15.000 - c) Distribusi (Place)

Saat ini perusahaan telah mampu secara kontinu memasarkan produknya ke berbagai wilayah di sekitar Bogor, Jakarta, Depok,

10

(12)

78 Karawang, Cianjur, Sukabumi dan Bandung. Setiap harinya perusahaan mendistribusikan produknya ke agen-agen dan counter-counter yang tersebar di berbagai wilayah tersebut dengan menggunakan mobil dan motor. Daya tahan yang berbeda-beda dari masing-masing produk yang ditawarkan menyebabkan perbedaan metode pemasaran dari masing-masing produk tersebut. Untuk produk yang memiliki daya tahan yang lama seperti brownies panggang dan borju panggang yaitu 14 hari dan

brownies kering yang lebih lama lagi yaitu 30 hari dipasarkan ke agen dan counter perusahaan ke berbagai daerah dengan sistem konsinyasi maupun

penjualan langsung di outlet perusahaan. Sedangkan untuk produk bakery, seperti brownies kukus, borju kukus, lapis legit, lapis surabaya, pastri, pisang bollen, pepe panggang, cake tape, cake pisang dan marmer cake, perusahaan hanya memasarkannya di outlet perusahaan atau berdasarkan pesanan yang ada karena daya tahannya hanya selama 4 hari.

Secara umum, pendistribusian yang dilakukan oleh EBB melalui dua pola saluran. Saluran pertama, produk dari produsen melalui retailer yang ada diteruskan ke konsumen akhir. Sedangkan saluran ke dua adalah aliran produk langsung dari produsen kepada konsumen akhir. Saluran ini lebih pendek dibandingkan saluran distribusi yang pertama. Hal ini merupakan kekuatan bagi perusahaan yang masih berbentuk UMKM, karena rantai pemasaran yang lebih pendek menyebabkan perusahaan dapat memperoleh margin keuntungan yang lebih besar. Kedua saluran distribusi tersebut dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Saluran Distribusi Elsari Brownies & Bakery Tahun 201011 Perusahaan membagi retailer menjadi dua yang biasa disebut dengan agen dan counter. Terdapat perbedaan antara agen dan counter

11

Berdasarkan hasil pengamatan pada tanggal 1 Juni 2010 PRODUSEN

KONSUMEN AKHIR RETAILER

(13)

79 yaitu pada sistem penjualan yang digunakan. Sistem penjualan yang dilakukan kepada agen sama sekali berbeda dengan sistem yang digunakan kepada counter. Perusahaan menjual barangnya ke counter dengan sistem konsinyasi, dimana perusahaan hanya menitipkan produknya ke counter untuk dijual bersama produk-produk lainnya dan perusahaan bertanggung jawab penuh terhadap produk apabila tidak laku terjual. Sedangkan sistem penjualan yang diberlakukan kepada agen adalah dengan sistem jual lepas dimana perusahaan tidak bertanggung jawab kembali terhadap barang apabila tidak terjual secara keseluruhan. Dalam mendukung proses distribusinya EBB memiliki 18 agen yang tersebar di Jakarta, Bogor, Karawang dan Sukabumi (Lampiran 1). Selain itu, pemasaran EBB juga melalui counter-counter yang tersebar di berbagai wilayah (Lampiran 1). Kesemua agen dan counter tersebut terdiri dari toko kue, toko oleh-oleh, ibu rumah tangga, instansi, maupun karyawan perusahaan. Hal ini dimaksudkan agar produk EBB dapat dijangkau oleh setiap masyarakat, baik dari Bogor maupun di luar Bogor yang terdiri dari keluarga, karyawan, instansi, maupun pelajar dan mahasiswa.

Di satu sisi, counter ini dapat dianggap penuh risiko karena sistem penjualan produknya melalui konsinyasi dimana perusahaan bertanggung jawab penuh atas produknya apabila terjadi kerusakan ataupun ketika tidak laku. Namun, di sisi lain sistem ini membuat perusahaan lebih mudah memperoleh counter. Dengan semakin banyak counter yang memasarkan produknya maka produk perusahaan akan lebih cepat tersebar luas dan dikenal oleh konsumen. Oleh karena itu, perusahaan berusaha untuk selalu menjaga hubungan yang baik dengan para retailernya. Namun, lokasi outlet penjualan langsung perusahaan yang berada di dalam kompleks perumahan membuat konsumen sulit untuk menjangkaunya. Selain itu, lokasi tersebut juga jarang dilewati oleh calon konsumen karena bukan merupakan jalan raya dalam kota sehingga menjadi kelemahan bagi EBB untuk memperkenalkan produknya.

(14)

80 d) Promosi (Promotion)

Dahulu perusahaan pernah melakukan promosi melalui radio dan surat kabar lokal Bogor. Namun, karena dinilai kurang efektif oleh pemilik maka saat ini perusahaan tidak lagi mengalokasikan anggarannya untuk kegiatan promosi baik di media cetak maupun elektronik. Satu-satunya promosi yang dilakukan perusahaan adalah melalui cerita dari orang ke orang (word of mouth). Lewat jenis promosi inilah profil perusahaan pernah muncul di artikel surat kabar maupun situs internet sebagai pengisi rublik wirausaha maupun pariwisata khususnya oleh-oleh dari Bogor.

Perusahaan tidak melakukan promosi melalui brosur dan pamflet melainkan hanya melalui liflet. Liflet yang diproduksi oleh perusahaan pun saat ini hanya berupa daftar harga produk yang dijual oleh EBB beserta alamat perusahaan. Liflet tersebut diberikan kepada pengunjung counter yang berada di pabrik atau ketika ada kunjungan ke perusahaan saja. Selain itu, untuk menarik minat konsumen perusahaan memiliki papan nama besar di depan bangunan perusahaan dan memajang beberapa macam produknya di etalase. Sayangnya hal ini tidak diterapkan di setiap agen dan counter sehingga produk EBB kurang dikenal oleh masyarakat bahkan di Kota Bogor sendiri.

Perusahaan melakukan aktivitas penjualan pribadi hanya kepada konsumen yang datang ke outlet yang berada di pabrik, sedangkan untuk penjualan melalui counter dan agen proses komunikasi dengan konsumen diserahkan pada wiraniaga yang bertugas di tempat tersebut sehingga tidak dapat dikelola langsung oleh perusahaan.

Untuk mempromosikan produknya, perusahaan memberikan free

sample kepada calon pembeli ketika ada kunjungan atau seminar yang

biasanya disajikan sebagai jamuan bagi tamu kunjungan. Free sample juga diberikan kepada tetangga maupun instansi-instansi sebagai sarana promosi penjualan kepada calon konsumen. Untuk menarik konsumen agar membeli dalam jumlah banyak, perusahaan memberikan potongan harga bagi konsumen maupun retailer yang melakukan pembelian dengan jumlah banyak.

(15)

81 6.1.3. Keuangan/Akuntansi

Untuk mendirikan sebuah perusahaan, diperlukan sejumlah modal. Modal tersebut dapat berupa uang ataupun aset seperti lahan, bangunan, kendaraan maupun peralatan produksi. Modal yang digunakan tersebut dapat berasal dari modal pribadi maupun dari pinjaman. Modal awal yang digunakan oleh pemilik pada saat mendirikan EBB sepenuhnya merupakan modal sendiri. Pada saat berdiri, kapasitas produksi EBB belumlah terlalu besar sehingga tidak membutuhkan banyak modal ketika mendirikannya. Besar biaya variabel yang dikeluarkan perusahaan setiap harinya sekitar Rp 2.500.000,00 yang digunakan untuk kegiatan produksi dan delivery. Sedangkan pengalokasian anggaran bulanan digunakan untuk pembayaran tagihan air bersih, telepon, listrik, pembayaran pinjaman bank, pembayaran kredit motor dan mobil serta untuk kegiatan litbang perusahaan seperti pengembangan resep baru. Perusahaan juga setiap tahunnya mengalokasikan anggarannya untuk kegiatan pengembangan dan perawatan teknologi perusahaan seperti kendaraan dan peralatan produksi.

Salah satu kelemahan usaha kecil dan menengah adalah keterbatasan dalam pengelolaan keuangan secara rapi dan baik. Hal ini tidak berlaku bagi EBB yang pada dasarnya tidak memiliki sumberdaya manusia yang ahli dalam hal pembukuan keuangan. Meskipun belum berpedoman pada prinsip-prinsip akuntansi yang ada, EBB telah memiliki pembukuan yang cukup rapi mengenai transaksi harian perusahaan sehingga dapat menjadi kekuatan bagi perusahaan untuk dapat berkembang menjadi lebih besar. Sayangnya, perusahaan memiliki keterbatasan modal untuk mewujudkan hal tersebut sehingga menjadi kelemahan bagi perusahaan ketika ingin membuka cabang baru di tempat yang lebih strategis. 6.1.4. Produksi/Operasi

Setiap harinya, perusahaan melakukan produksi brownies panggang dan

brownies kering secara rutin. Sedangkan brownies kukus dan produk lainnya

diproduksi berdasarkan pesanan. Perusahaan tidak menetapkan target produksi di setiap awal bulan atau awal tahun sebagai sebuah rencana strategis namun menetapkannya dengan cara melakukan penambahan sebanyak 20 persen dari total pesanan yang ada setiap harinya. Perusahaan belum berani untuk

(16)

82 memproduksi langsung dalam jumlah banyak untuk memperoleh skala ekonomis yang menyebabkan biaya produksi dapat lebih murah nantinya.

Bahan baku yang digunakan oleh EBB adalah bahan baku berkualitas. Hal tersebut dapat dilihat dari penggunaan bahan-bahan pilihan. Tepung terigu yang digunakan adalah tepung terigu cap Cakra Kembar. Tepung terigu tersebut memiliki kadar protein yang tepat untuk digunakan sebagai bahan dasar pembuatan brownies. Minyak goreng yang digunakan adalah minyak goreng merek Tropical dengan dua kali penyaringan, bukan minyak goreng curah yang kurang sehat. Cokelat yang digunakan pun merupakan cokelat dengan kualitas baik dalam bentuk bubuk, cair maupun batangan. Bahan baku yang berkualitas menjadi salah satu kekuatan yang dimiliki oleh EBB.

Akses terhadap bahan baku juga merupakan faktor yang sangat penting pada industri manufaktur seperti EBB. Bahan baku diperoleh perusahaan dari pemasok maupun dari pembelian langsung di pasar. Untuk bahan baku seperti tepung terigu, telur dan gula diperoleh dari pemasok, sedangkan bahan-bahan lainnya dibeli langsung oleh bagian produksi di pasar. Hal ini sering kali menghambat kegiatan produksi karena harus menunggu proses belanja selesai sehingga kegiatan produksi kurang berjalan optimal. Kondisi ini merupakan kelemahan bagi perusahaan karena dapat menghambat kegiatan produksi.

Dalam menunjang kegiatan produksi, pihak EBB telah memiliki peralatan modern seperti mixer listrik besar. Selain itu peralatan yang digunakan oleh bagian produksi antara lain oven, loyang, timbangan, pisau, baskom, dan sebagainya. Perawatan terhadap mesin-mesin dan peralatan pabrik dilakukan satu minggu sekali yaitu pada hari Jumat. Perawatan tersebut meliputi pembersihan dan pemeriksaan rutin peralatan sehingga peralatan yang rusak dapat segera diperbaiki atau diganti dengan yang baru. Penggunaan teknologi modern merupakan salah satu kekuatan bagi perusahaan karena sangat membantu dalam kegiatan produksi perusahaan karena dapat membuat pekerjaan lebih cepat dan produktivitas meningkat. Sayangnya jumlah peralatan yang terbatas juga dapat menjadi kelemahan perusahaan dalam meningkatkan kapasitas produksinya.

Selain menggunakan bahan baku yang berkualitas, perusahaan juga menerapkan pengendalian terhadap mutu produk agar citra produk yang baik di

(17)

83 mata konsumen tetap terjaga. Prosedur pengendalian mutu yang diterapkan di perusahaan adalah dengan melakukan sortasi produk dan konsisten terhadap resep yang ada. Hal ini dimaksudkan agar produk EBB tidak berubah kualitasnya dari waktu ke waktu karena terus menggunakan bahan baku dengan kualitas yang baik. Selain itu, proses sortasi dilakukan untuk menjaga citra produk di mata konsumen. 6.1.5. Penelitian dan Pengembangan

Bidang penelitian dan pengembangan (litbang) merupakan salah satu bagian dari suatu perusahaan yang memiliki fungsi terkait dengan pengembangan produk baru atau riset pasar. Biasanya perusahaan harus memiliki alokasi pembiayaan tersendiri untuk membiayai kegiatan litbangnya sehingga tidak semua perusahaan memiliki bagian litbang.

Seperti halnya UMKM pada umumnya, EBB belum memiliki bagian atau divisi khusus yang bertanggung jawab atas penelitian dan pengembangan perusahaan. Meskipun demikian, perusahaan tetap melakukan aktivitas penelitian dan pengembangan dalam hal pengadaan resep produk baru, teknologi, maupun kemasan produk. Penelitian dalam pengadaan resep baru yang sesuai dengan keinginan masyarakat dengan bahan baku yang efisien ditangani langsung oleh istri pemilik yang juga menjabat sebagai penanggung jawab perusahaan. Sedangkan pengembangan teknologi seperti peralatan dan kemasan produk ditangani oleh anak yang juga menjabat sebagai koordinator kepala bagian.

Aktivitas penelitian dan pengembangan ini tidak dilakukan secara rutin setiap harinya sebagaimana sebuah divisi riset di suatu perusahaan besar. Aktivitas ini dilakukan berdasarkan kebutuhan perusahaan. Pemilik menugaskan istri dan anaknya apabila beliau merasa bahwa perusahaan membutuhkan sebuah inovasi baru di dalam perusahaan. Misalnya ketika masyarakat mulai menyukai lapis surabaya, maka perusahaan mencoba untuk membuat resep lapis surabaya dengan komposisi yang tepat sehingga akan disukai oleh masyarakat. Dalam hal kemasan, perusahaan melakukan pengembangan dan perubahan agar kemasan lebih menarik perhatian calon konsumen dan berbeda dengan pesaing-pesaingnya. Dalam hal teknologi, perusahaan melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan berdasarkan kebutuhan perusahaan dalam mencapai efisiensi pekerjaan. Hasil dari penelitian dan pengembangan ini dapat dilihat dari

(18)

84 penggunaan mixer, oven dan meja serta rak kue di bagian produksi. Baik oven, rak dan meja dibuat dari bahan stainless steel yang lebih cepat panas, lebih cepat dingin dan lebih mudah untuk dibersihkan dibandingkan dengan bahan aluminium atau yang lainnya. Selain itu, oven yang digunakan oleh perusahaan memiliki pintu yang terbuka ke bawah sehingga lebih memudahkan karyawan ketika membuka oven dan membuat suhu tetap terjaga. Pada oven brownies kering, perusahaan sengaja menciptakan oven dengan sumber panas berada langsung di dalam oven, bukan berasal dari kompor di luar oven sebagaimana jenis oven lainnya. Pemanas tersebut ditempatkan di bagian atas dan bawah oven sehingga temperatur akan lebih merata ketika digunakan untuk memanggang. Selain itu, perusahaan juga memiliki mixer yang merupakan rancangan asli dari pemilik. Mixer ini diciptakan untuk mempercepat proses pengocokan adonan pada tahap awal produksi. Pembuatan mixer ini disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan perusahaan. Mixer ini dinilai lebih ekonomis karena memiliki dua tangkai pengocok dalam satu mesin dengan kecepatan yang cukup tinggi sehingga dapat mempercepat proses pengocokan. Selain itu, mixer tersebut disesuaikan dengan beban daya listrik yang digunakan oleh pabrik sehingga tidak menyebabkan pabrik kelebihan muatan listrik. Selain itu, dengan membuat peralatan secara pribadi, perusahaan dapat menghemat sebagian anggarannya karena akan lebih murah apabila dibandingkan dengan membelinya di pasaran.

Setiap harinya perusahaan menyisihkan sebagian keuntungannya untuk ditabung yaitu sebesar Rp 50.000,00 hingga Rp 100.000,00. Dari tabungan tersebut sebagian dialokasikan untuk kegiatan penelitian dan pengembangan. Besarnya disesuaikan dengan kebutuhan kegiatan penelitian dan pengembangan. Melalui kegiatan penelitian dan pengembangan ini, suatu produk yang diciptakan akan memiliki daya saing apabila dibandingkan dengan produk lainnya. Produk yang dihasilkan dengan proses penelitian dan pengembangan terlebih dahulu akan disesuaikan dengan keinginan konsumen.

6.1.6. Sistem Informasi Manajemen

Dalam melakukan kegiatan operasionalnya, sistem informasi manajemen EBB dilaksanakan secara sederhana. Data-data penting yang dimiliki perusahaan belum tersimpan baik di dalam sistem database sehingga masih sulit untuk

(19)

85 diakses oleh setiap divisi. Selama ini data yang tersimpan di dalam komputer perusahaan hanya berupa data penjualan dan keuangan perusahaan. Perusahaan tidak memiliki data mengenai informasi internal maupun eksternal perusahaan secara lengkap. Perangkat lunak yang digunakan pun hanyalah Microsoft Office Word dan Excel tanpa adanya sistem pengelola basis data yang saling terintegrasi. Hal ini menyebabkan pemilik harus melakukan komunikasi langsung dengan kepala cabang atau karyawan untuk membuat sebuah keputusan, yang seharusnya sebagai manajer pemilik dapat mengambil keputusan berdasarkan informasi yang terkumpul di database perusahaan dan setiap divisi dapat menyesuaikan aktivitasnya berdasarkan informasi dari divisi lain yang berhubungan.

Sistem keamanan dari database pun masih mudah untuk dibobol oleh orang-orang yang tidak berkepentingan sehingga perusahaan pernah mengalami kerugian yang cukup besar. Sistem absensi yang digunakan perusahaan masih secara absensi manual dan belum terkomputerisasi. Sistem informasi manajemen yang efektif memanfaatkan hardware, software, model analisis dan database komputer untuk memperbaiki pemahaman fungsi bisnis, memperbaiki komunikasi, pengambilan keputusan yang lebih informatif, analisis masalah yang lebih baik, dan kontrol yang lebih baik. Namun, dengan kondisi perusahaan saat ini, penerapan sistem informasi manajemen belum terlalu penting untuk dilakukan karena memerlukan waktu dan modal yang cukup besar untuk mempersiapkan fasilitas hardware, software, dan tenaga ahli yang dapat mengoperasikannya. 6.2. Analisis Lingkungan Eksternal

Lingkungan eksternal merupakan situasi dan kondisi yang berada di luar perusahaan yang secara langsung mempengaruhi kinerja perusahaan. Analisis lingkungan eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor kunci yang menjadi peluang dan ancaman perusahaan EBB.

6.2.1. Kekuatan Ekonomi

Pada umumnya kondisi ekonomi secara tidak langsung memiliki pengaruh terhadap perkembangan suatu pelaku usaha yang terdapat pada suatu daerah tertentu. Jika kondisi ekonomi cenderung stabil bahkan menunjukkan pertumbuhan ke arah positif maka kondisi tersebut dapat mendukung kelancaran usaha yang berkembang di suatu daerah tertentu dan dapat pula mendorong

(20)

86 tumbuhnya kelompok-kelompok usaha yang baru. Akan tetapi jika perekonomian cenderung menunjukkan ke arah negatif maka akan terjadi sebaliknya, dimana kondisi ini dapat menghambat kelancaran suatu usaha bahkan dapat melumpuhkan kelompok usaha tertentu. Adapun beberapa faktor yang berkaitan dengan kondisi ekonomi suatu daerah antara lain:

a) Pengeluaran rumah tangga

Pengeluaran rumah tangga adalah rata-rata biaya yang dikeluarkan rumah tangga untuk konsumsi rumah tangga. Berdasarkan Tabel 18 terlihat bahwa sebagian besar konsumsi makanan penduduk Kota Bogor digunakan untuk makanan dan minuman jadi, dimana nilainya mencapai 29,60 persen dari total pengeluaran penduduk Kota Bogor untuk kelompok makanan. Oleh karena itu, kondisi ini dapat menjadi peluang bagi kelompok usaha makanan dan minuman jadi untuk mengembangkan usahanya.

Tabel 18. Pola Konsumsi Makanan Penduduk Kota Bogor pada Tahun 2009 Jenis Pengeluaran Rata-Rata Per Kapita

Sebulan (rupiah) Persentase (persen) Padi-padian 37.371 12,61 Umbi-umbian 1.762 0,59 Ikan 17.376 5,87 Daging 18.630 6,29

Telur dan Susu 26.876 9,07

Sayur-sayuran 15.777 5,33

Kacang-kacangan 11.185 3,78

Buah-buahan 12.905 4,36

Minyak dan Lemak 9.143 3,09

Bahan Minuman 8.842 2,98

Bumbu-bumbuan 5.020 1,69

Makanan dan Minuman Jadi 87.685 29,60

Minuman Alkohol 18 0,01

Rokok, Tembakau dan Sirih 33.380 11,27

Konsumsi Lainnya 10.280 3,47

Total Makanan 296.250 100,00

Sumber: BPS Kota Bogor (2010) b) Laju inflasi

Laju inflasi adalah meningkatnya tingkat harga barang atau jasa kebutuhan masyarakat secara rata-rata. Secara sederhana inflasi dapat diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus.

(21)

87 Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas atau mengakibatkan kenaikan harga pada barang lainnya. Perkembangan laju inflasi Indonesia pada Tahun 2004-2009 dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Perkembangan Tingkat Inflasi Indonesia Tahun 2004-200912

Tahun Tingkat Inflasi (persen)

2004 6,40 2005 17,11 2006 6,60 2007 6,59 2008 11,06 2009 2,78 2010 1,15

Sumber : www.bps.go.id [Diakses tanggal 25 Maret 2010]

Pada tahun 2005, inflasi di Indonesia mencapai 17,11 persen. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan yang sangat tajam dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yang hanya mencapai 6,40 persen. Laju inflasi yang sangat tinggi ini diakibatkan karena naiknya harga BBM pada Maret dan Oktober 2005. Kenaikan harga BBM secara langsung akan mempengaruhi kenaikan harga barang lainnya karena BBM merupakan input bagi sebagian besar industri. Pada tahun 2006 kondisi perekonomian Indonesia mulai membaik. Hal ini terlihat dari penurunan nilai inflasi yang cukup signifikan menjadi 6,60 persen, sedangkan pada tahun 2007 hanya sebesar 6,59 persen. Sejak awal tahun 2008, nilai inflasi terus meningkat dan mengalami peningkatan yang cukup tajam pada Mei 2008, dimana inflasinya sebesar 10,38 persen. Hal ini seiring dengan kenaikan harga BBM pada saat itu, dimana harga premium mencapai harga tertinggi yaitu Rp 6.000,00, solar Rp 5.500,00, dan minyak tanah Rp 2.500,00. Pada akhir tahun 2008 inflasi Indonesia mencapai 11,06 persen, namun pada tahun 2009 inflasi Indonesia turun menjadi 2,78 persen. Hal ini sejalan dengan dikeluarkannya peraturan menteri ESDM Nomor 1 Tahun 2009 yang menurunkan harga eceran BBM, yaitu premium menjadi Rp 4.500,00, solar menjadi Rp 4.500,00, dan minyak

12

BPS. 2010. Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Bulanan Indonesia. http://www.bps.go. id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=03&notab=4

(22)

88 tanah menjadi Rp 2.500,00. Penurunan nilai inflasi tahun 2009 dibandingkan dengan tahun 2008 menyebabkan penurunan harga barang atau jasa. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan biaya produksi suatu usaha dan peningkatan daya beli masyarakat.

c) Perkembangan harga-harga

Terdapat beberapa hal yang akan dianalisis terkait dengan harga yang memiliki pengaruh besar terhadap biaya produksi pembuatan brownies yaitu harga tepung terigu, gula, telur dan harga bahan bakar.

a) Harga tepung terigu

Industri brownies merupakan salah satu bagian dari industri makanan jadi dimana menggunakan tepung terigu sebagai bahan baku utama dalam proses produksinya. Saat ini harga tepung terigu di dalam negeri cenderung turun karena adanya tren penurunan harga gandum di pasar internasional.

Gambar 11. Tren Perkembangan Harga Rata-Rata Tepung Terigu Kota Bogor pada Tahun 2010

Sumber: Disperindagkop Kota Bogor (2010)

Gambar 11 menunjukkan adanya tren atau kecenderungan penurunan harga rata-rata tepung terigu di dalam negeri. Kondisi ini tentunya dapat menguntungkan bagi pelaku usaha yang bergerak di bidang industri makanan jadi khususnya yang menggunakan bahan baku tepung terigu. Hal ini karena dengan adanya penurunan harga tepung

6700 6750 6800 6850 6900 6950 7000 7050 7100 7150

(23)

89 terigu maka dapat mengurangi biaya produksi sehingga dapat menjadi peluang bagi perusahaan.

b) Harga gula

Selain tepung terigu bahan baku lain yang juga digunakan dalam jumlah cukup besar untuk pembuatan roti adalah gula. Berbeda dengan harga tepung terigu yang cenderung turun, harga gula terjadi sebaliknya dimana harga gula menunjukkan tren kenaikan. Berikut ini merupakan perkembangan harga gula dalam negeri.

Gambar 12. Tren Perkembangan Harga Rata-Rata Gula Terigu Kota Bogor pada Tahun 2010

Sumber: Disperindagkop Kota Bogor (2010) c) Harga telur

Selain tepung terigu dan gula, bahan baku lain yang memiliki proporsi besar dalam pembuatan brownies adalah telur. Berbeda dengan tepung terigu maupun gula, harga telur cenderung fluktuatif seperti yang terlihat pada gambar 13. Pada bulan Juni tahun 2009 harga telur mengalami kenaikan dan turun kembali pada bulan Agustus 2009. Sayangnya, sejak bulan Maret 2010 harga telur mulai bergerak naik kembali sehingga ada kemungkinan dalam beberapa bulan kemudian akan berada pada posisi harga yang tinggi. Kondisi ini dapat menjadi

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000

(24)

90 ancaman bagi perusahaan. . Berikut ini merupakan perkembangan harga telur dalam negeri.

Gambar 13. Tren Perkembangan Harga Rata-Rata Telur Terigu Kota Bogor pada Tahun 2010

Sumber: Disperindagkop Kota Bogor (2010) d) Harga bahan bakar

Bahan bakar juga memiliki fungsi yang sama besarnya dalam proses produksi pembuatan roti. Dalam menjalankan aktivitasnya, perusahaan juga menggunakan bahan bakar minyak, gas dan listrik. Jenis bahan bakar minyak (BBM) yang digunakan oleh perusahaan adalah jenis Premium. Premium digunakan perusahaan sebagai bahan bakar armada perusahaan baik sepeda motor maupun mobil pada kegiatan

delivery maupun penyediaan input produksi. Harga BBM yang turun

dapat menjadi peluang dan stimulus tumbuhnya usaha-usaha lainnya. Tabel 20 menunjukkan bahwa perkembangan harga bahan bakar minyak cenderung mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari perubahan harga BBM yang mulai turun pada tanggal 15 Januari 2010 dan terus stabil hingga sekarang. Kondisi ini dapat menjadi peluang bagi kelangsungan suatu usaha karena dengan adanya penurunan harga BBM maka dapat menekan biaya transportasi.

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000

(25)

91 Tabel 20. Perkembangan Harga BBM di Indonesia Tahun 2009-201013

Tahun Tanggal Harga BBM premium (rupiah/liter)

2009 1 September 6.000 15 September 6.000 1 Oktober 6.000 15 Oktober 6.000 1 November 6.000 15 November 6.000 1 Desember 5.500 15 Desember 5.000 2010 1 Januari 5.000 15 Januari 4.500 1 Pebruari 4.500 15 Pebruari 4.500

Sumber: www.pertamina.com [Diakses tanggal 9 April 2010]

Selain menggunakan BBM, saat ini sebagian besar industri menggunakan gas elpiji sebagai bahan bakarnya. Beralihnya pelaku industri atau rumah tangga dari minyak tanah ke gas elpiji karena kelangkaan minyak tanah yang menyebabkan harga minyak tanah terkadang menjadi tinggi di tangan pengecer. Selain itu kondisi tersebut juga didukung oleh adanya himbauan pemerintah untuk melakukan konversi dari kompor minyak ke kompor gas.

Tabel 21. Perkembangan Harga Jual Gas Elpiji Ukuran 12 kg di Indonesia Tahun 2005-200814

Periode Harga (rupiah)

Tahun 2005 51.000 Tahun 2006 51.000 Tahun 2007 51.000 Januari 2008 51.000 April 2008 51.000 Juli 2008 63.000 Agustus 2008 69.000

Sumber: www.pertamina.com[Diakses tanggal 9 April 2010]

13 Pertamina. 2010. Perkembangan Harga Bahan Bakar Minyak. http://

www.pertamina.com/index.php?option=com_content&task=view&id=4285&Itemid=846 14

Pertamina. 2010. Perkembangan Harga Elpiji. http://www.pertamina.com/ index.php?option=com_content&task=view&id=3969&Itemid=1218

(26)

92 Dari Tabel 21 terlihat bahwa harga gas elpiji cenderung mengalami kenaikan. Kondisi ini tentunya dapat mengancam pelaku usaha yang menggunakan gas elpiji ukuran 12 kg untuk kelangsungan proses produksinya.

d) Tarif Dasar Listrik

Tarif Dasar Listrik (TDL) adalah tarif yang boleh dikenakan oleh pemerintah untuk para pelanggan PLN. Penurunan TDL perlu dilakukan sebagai stimulus fiskal bagi sektor riil di tengah dampak krisis ekonomi global. Akan tetapi dengan keluarnya Peraturan Menteri ESDM No.07 Tahun 2010, pemerintah justru berencana untuk menaikkan TDL. Besar kenaikan TDL tersebut adalah sebagai berikut:

i) Pelanggan 6600 VA ke atas golongan rumah tangga, bisnis, dan pemerintah, dengan batas hemat 30% tidak naik karena tarifnya telah mencapai keekonomian.

ii) Pelanggan Sosial dinaikkan sebesar 10 persen

iii) Pelanggan Rumah Tangga lainnya dinaikkan sebesar 18 persen iv) Pelanggan Bisnis naik sebesar 12-16 persen

v) Pelanggan Industri lainnya sebesar 6-15 persen vi) Pelanggan Pemerintah lainnya sebesar 15-18 persen

vii) Pelanggan Traksi (untuk keperluan KRL) naik sebesar 9 persen viii) Pelanggan Curah (untuk apartemen) naik 15 persen

ix) Pelanggan Multiguna (untuk pesta, layanan khusus) naik 20 persen Hal ini dapat menjadi ancaman bagi pelaku usaha seperti EBB yang menggunakan listrik dalam proses produksinya dengan daya di atas 900 VA, karena hanya pelanggan 450 VA – 900 VA yang tidak mengalami kenaikan.

6.2.2. Kekuatan Sosial, Budaya, Demografis dan Lingkungan

Perubahan sosial, budaya, demografis dan lingkungan mempunyai dampak besar terhadap produk, jasa, pasar dan pelanggan. Faktor sosial terpusat pada nilai dan sikap orang, pelanggan dan karyawan yang mempengaruhi strategi perusahaan. Nilai-nilai ini terwujud ke dalam perubahan gaya gidup yang mempengaruhi permintaan terhadap produk ataupun cara perusahaan berhubungan

(27)

93 dengan karyawan. Nilai sosial budaya memiliki kecenderungan untuk mempengaruhi gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat akan suatu produk. 1) Pola konsumsi produk siap saji

Kemajuan teknologi dan globalisasi informasi membawa segala sesuatunya ke arah yang lebih praktis dan efisien. Seiring dengan kepadatan aktivitas masyarakat, khususnya masyarakat di kota besar, selera masyarakat juga berubah kepada produk-produk yang dapat dikonsumsi secara praktis. Preferensi masyarakat pun berubah termasuk dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan. Perubahan pola konsumsi masyarakat ditunjukkan kecenderungan masyarakat yang mulai menyukai makanan siap saji. Hal tersebut berlaku untuk makanan pokok maupun makanan selingan seperti roti dan kue. Hal ini dapat menjadi peluang bagi industri brownies untuk mengembangkan usahanya karena masyarakat sering kali menggunakan

brownies sebagai jamuan pada acara-acara pertemuan ataupun hanya sekedar

camilan karena menyukai rasanya. Berdasarkan kuesioner konsumen, sebanyak 35,29 persen responden membeli brownies karena suka dengan rasanya dan 20,59 persen membelinya sebagai makanan selingan. Selain itu, sebanyak 5,88 persen menggunakan brownies untuk acara-acara tertentu serta 2,94 persen responden menggunakan brownies untuk menjamu tamu.

2) Budaya oleh-oleh

Banyaknya objek wisata yang terdapat di Bogor dapat menarik masyarakat Bogor sendiri maupun masyarakat di luar kota Bogor untuk berkunjung. Salah satu budaya masyarakat ketika berkunjung ke tempat wisata adalah membeli oleh-oleh khas daerah tersebut untuk keluarga, tetangga maupun kerabat dekat. Kebiasaan tersebut dapat menjadi peluang bagi pemasaran produk yang memiliki citra sebagai makanan khas daerah tersebut, misalnya

brownies yang sering kali dijadikan masyarakat sebagai oleh-oleh karena

praktis dan mudah didapat. Dari 30 orang responden, 29,41 persen orang membeli brownies EBB sebagai oleh-oleh dari Kota Bogor.

3) Trend gaya hidup sehat dan syariah

Faktor sosial budaya mempengaruhi suatu usaha karena selalu terjadi perubahan sebagai akibat dari upaya individu ataupun sekelompok orang

(28)

94 untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan melalui pengendalian dan penyesuaian diri terhadap lingkungan. Dewasa ini meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan produk halal memberikan kesempatan pada produk-produk yang memiliki sertifikasi Dinkes dan MUI untuk masuk ke dalam persaingan sebagai makanan halal, bersih dan aman untuk dikonsumsi. Selain itu, semakin tingginya tingkat pendidikan masyarakat juga berpengaruh terhadap tingkat konsumsi masyarakat akan makanan jadi. Hal ini terkait dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi bagi kesehatan dan bahaya zat pengawet dan pewarna yang tidak diperbolehkan oleh Dinkes. Kondisi ini merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan perusahaan untuk memperoleh pasar karena produknya yang telah dilengkapi dengan sertifikasi-sertifikasi tersebut.

Selain itu, salah satu faktor demografis yang berpontensi terhadap penciptaan pangsa pasar bagi setiap bidang usaha di suatu wilayah adalah jumlah penduduk. Potensi penduduk Indonesia yang besar ini sering menjadi pusat perhatian dan pasar sasaran bagi negara lain untuk memasarkan produknya. Peningkatan jumlah penduduk Indonesia selama periode 2005-2008 dapat dilihat pada Tabel 1 yang telah dikemukakan sebelumnya.

Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan penduduk setiap tahunnya selama periode 2005-2010 rata-rata sebesar 1,27 persen. Pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia disebabkan oleh bertambahnya jumlah populasi penduduk yang terjadi di hampir seluruh wilayah di Indonesia, salah satunya di Kota Bogor. Tabel 22 menunjukkan laju pertumbuhan penduduk Kota Bogor setiap tahunnya selama periode 2005-2008 rata-rata sebesar 3,17 persen. Jumlah penduduk Kota Bogor yang semakin meningkat merupakan pangsa pasar yang potensial dan peluang bagi perusahaan untuk memasarkan produknya.

Tabel 22. Pertumbuhan Penduduk Kota Bogor Tahun 2004-2008

Tahun Jumlah Penduduk

2004 831.571

2005 855.085

2006 879.138

2007 905.132

2008 942.208

(29)

95 6.2.3. Kekuatan Politik, Pemerintah dan Hukum

Stabilitas politik dan hukum merupakan aspek penting yang mempengaruhi iklim usaha di suatu negara. Politik dan hukum berhubungan langsung dengan keamanan dan stabilitas pemerintahan suatu negara. Keadaan politik dan keamanan yang tidak stabil akan memberikan dampak negatif terhadap keberlangsungan suatu usaha. Pelaku usaha akan merasa khawatir terhadap keberlangsungan usahanya. Kondisi ini juga berlaku sebaliknya. Beberapa kebijakan dan peraturan pemerintah yang memiliki pengaruh terhadap perkembangan usaha EBB antara lain sebagai berikut.

1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Pembinaan dan pengembangan adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah, dunia usaha dan masyarakat melalui pemberian bimbingan dan bantuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan UMKM agar dapat berkembang serta mampu menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. Sedangkan pemberdayaan yang dimaksudkan disini adalah usaha yang dilakukan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat dalam bentuk penumbuhan iklim usaha, pembinaan dan pengembangan. Tujuan dari pemberdayaan ini adalah untuk mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang dan berkeadilan serta untuk menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan UMKM menjadi usaha yang tangguh dan mandiri serta juga meningkatkan peranannya dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.

Pemerintah pusat dan daerah serta BUMN wajib untuk menyediakan pembiayaan kepada UMKM dalam bentuk pemberian pinjaman, penjaminan, hibah, dan pembiayaan lainnya. Selain itu juga dituntut untuk memfasilitasi dan mendorong peningkatan pembiayaan modal kerja dan investasi melalui perluasan sumber dan pola pembiayaan, akses terhadap pasar modal, dan lembaga pembiayaan lainnya serta mengembangkan lembaga penjamin kredit, dan meningkatkan fungsi lembaga penjamin ekspor. Hal ini menjadi

(30)

96 peluang bagi perusahaan dalam rangka memperoleh pinjaman untuk mengembangkan usahanya.

2) Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2007 tentang Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan UMKM serta Nota Kesepahaman Bersama antara Pemerintah, Perbankan dan Perusahaan Penjamin

Sesuai dengan kebijakan tersebut, maka pemerintah telah meluncurkan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan fasilitas penjaminan kredit dari pemerintah melalui PT Asuransi Kredit Indonesia (PT Askrindo) dan Perum Sarana Pengembangan Usaha. Adapun bank pelaksana yang menyalurkan KUR ini adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Tabungan Negara (BTN), Bank Mandiri, Bank Syariah Mandiri dan Bank Bukopin. KUR merupakan fasilitas pembiayaan yang dapat diakses oleh UMKM dan koperasi terutama yang memiliki usaha yang layak namun mempunyai kendala dalam hal agunan. Oleh karena itu, dengan adanya program KUR dapat menjadi peluang bagi pelaku UMKM untuk mendapatkan tambahan modal dengan persyaratan yang cukup mudah guna mengembangkan usahanya.

6.2.4. Kekuatan Teknologi

Perkembangan teknologi yang sangat cepat dapat memberikan kemudahan bagi siapa saja termasuk para pelaku usaha yang hendak mengembangkan usahanya. Kemudahan-kemudahan tersebut dapat dilihat dari dua aspek, yaitu aspek produksi dan aspek pemasaran.

1) Perkembangan teknologi pada aspek produksi

Dalam industri brownies, perkembangan pada aspek produksi dapat dilihat dari mesin-mesin dan peralatan yang digunakan selama proses produksi

brownies. Misalnya pada penggunaan mixer listrik yang membantu

mengerjakan kegiatan pengocokan adonan secara otomatis sehingga memudahkan produsen. Dengan pemanfaatan teknologi secara optimal, maka proses produksi akan semakin cepat dan dapat menghasilkan produk dengan jumlah yang lebih banyak daripada jika dikerjakan secara manual dengan tangan. Selain itu penggunaan teknologi dalam jumlah yang tepat dapat mengurangi besarnya biaya produksi perusahaan, sehingga dapat menjual

(31)

97 produk dengan harga yang lebih terjangkau. Hal ini menjadi peluang bagi EBB ketika hendak menambah kapasitas produksinya.

2) Perkembangan teknologi pada aspek pemasaran

Perkembangan teknologi tidak hanya terjadi pada aspek produksi saja melainkan juga pada aspek pemasaran. Hal ini karena adanya perkembangan teknologi di bidang telekomunikasi, informasi dan transportasi. Degan adanya perkembangan teknologi dalam bidang telekomunikasi seperti telepon maupun hand phone maka akan mempermudah komunikasi antar bagian di dalam perusahaan, antara pelaku usaha dengan pemasok bahan baku maupun antara pelaku usaha dengan pelanggan ketika melakukan pemesanan produk. Sedangkan perkembangan teknologi informasi sangat terlihat dari berkembangnya berbagai macam media yang dapat digunakan sebagai sarana promosi penjualan produk. Media-media tersebut meliputi surat kabar, majalah, tabloid, brosur, pamflet, spanduk, baliho, sticker, radio, televisi, pesan singkat serta internet yang sudah mulai menjadi kebutuhan pokok sebagian masyarakat di kota-kota besar.

Selama beberapa tahun cukup banyak perkembangan yang terjadi di bidang teknologi transportasi misalnya perkembangan teknologi kendaraan bermotor yang ramah lingkungan dan hemat bahan bakar yang dapat menghemat biaya perusahaan. Selain itu, hadirnya jasa pengiriman barang via darat, laut dan udara akan mempermudah dan mempercepat pendistribusian produk dari produsen kepada konsumen di berbagai wilayah di Indonesia maupun mancanegara sehingga dapat membantu proses pemasaran perusahaan. Kesemua hal ini juga menjadi peluang bagi EBB ketika hendak menambah kapasitas produksinya.

6.2.5. Kekuatan Kompetitif

1) Persaingan Sesama Perusahaan dalam Industri

Dalam sebagian besar industri, perusahaan saling tergantung. Persaingan yang digerakkan oleh satu perusahaan dapat dipastikan mempengaruhi para pesaingnya, dan mungkin menyebabkan pembalasan dan usaha-usaha perlawanan. Hal ini juga berlaku di industri brownies. Seiring dengan meningkatnya jumlah produsen brownies, meningkat pula persaingan

(32)

98 dari perusahaan-perusahaan yang ada. Hal ini disebabkan karena produsen baru sering kali mencoba masuk industri dengan variasi produk yang unik maupun harga yang relatif murah. Strategi ini diikuti oleh seluruh produsen

brownies yang menyebabkan munculnya berbagai macam variasi produk brownies dengan harga yang beragam. Kondisi ini merupakan ancaman bagi

perusahaan karena harus memperebutkan pasar yang sama.

Berdasarkan wilayah pemasaran dan skala usahanya, terdapat dua perusahaan yang menjadi pesaing potensial EBB di Kota Bogor yaitu Brownies Kukus Amanda dan Brownies Bogor. Brownies Kukus Amanda merupakan perusahaan asal Kota Bandung yang mencoba untuk memperluas wilayah pemasarannya, sedangkan Brownies Bogor sendiri merupakan pendatang baru industri brownies di Kota Bogor cukup berkembang dalam dua tahun terakhir. Kedua produsen tersebut telah dikenal oleh masyarakat dan telah memiliki pangsa pasar yang cukup besar.

Persaingan yang terjadi di industri brownies cukup kompetitif. Kondisi ini dapat dilihat dari data Dinas Kesehatan Kota Bogor yang menunjukkan bahwa pelaku usaha yang bergerak pada bidang pembuatan

brownies semakin meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2005 hanya

terdapat dua perusahaan yang terdaftar sebagai produsen brownies di Kota Bogor. Namun pada awal tahun 2010 terdapat sepuluh perusahaan brownies yang terdaftar, belum termasuk produsen-produsen brownies skala mikro yang belum mendaftarkan perusahaannya ke Dinas Kesehatan Kota Bogor serta produsen yang berasal dari kota lain yang mencoba memasarkan produknya di Kota Bogor. Bertambahnya jumlah produsen brownies berarti semakin tinggi pula persaingan yang terjadi di antara produsen brownies. Selain itu skala usaha yang dijalankan oleh masing-masing perusahaan pun semakin beragam, yaitu mulai dari skala rumah tangga, kecil hingga menengah.

Secara umum persaingan yang terjadi dalam industri brownies adalah persaingan pangsa pasar, produk dan harga. Persaingan pangsa pasar terjadi jika jumlah pelaku usaha brownies yang beroperasi semakin banyak sehingga para pelaku usaha harus jeli dan berhati-hati dalam menentukan target pasar

(33)

99 serta wilayah pemasarannya. Persaingan produk terjadi karena setiap produsen berlomba-lomba untuk membuat produk yang dapat diterima dengan baik oleh konsumen baik melalui kualitas bahan baku, cita rasa, variasi topping, ukuran dan kemasan. Oleh karenanya, produsen harus mampu melihat selera dan perilaku konsumen tentang produk brownies seperti apa yang diminati oleh konsumen saat ini. Disamping itu terjadi pula persaingan harga produk dimana setiap perusahaan mencoba memberikan harga yang dapat dijangkau oleh konsumen. Biasanya dalam persaingan harga ini produsen menyesuaikan dengan mutu produk dan target pasar yang dituju. Berikut ini adalah keragaan dari para pesaing utama EBB.

a) Brownies Kukus Amanda

Brownies Kukus Amanda didirikan pada tahun 2000 oleh Ibu Sumiwiludjeng di Kota Bandung. Perusahaan ini lebih banyak menjual produk jenis brownies kukus dibanding brownies panggang dan brownies kering. Pengembangan produk yang dilakukan oleh Brownies Kukus Amanda dilakukan dengan teknik line extention, yaitu teknik pengembangan produk dengan cara penambahan varian lain untuk kategori produk yang sama pada merek yang sudah ada. Saat ini, perusahaan ini mampu memproduksi lebih dari 4.000 loyang per hari.

Sebagai pemimpin pasar di bisnis brownies, Brownies Kukus Amanda memilih masyarakat kelas menengah ke atas sebagai target pasarnya, dimana mereka bersedia membayar lebih untuk membeli produk yang berkualitas baik. Saat ini perusahaan ini telah memiliki 14 cabang sebagai outlet penjualan di berbagai kota. Selain itu, Brownies Kukus Amanda tidak lagi hanya menjual brownies kukus sebagai menu andalannya, saat ini terdapat 23 menu yang ditawarkan kepada konsumen baik brownies maupun produk bakery lainnya. Brownies Kukus Amanda menerapkan kebijakan harga secara geografis dimana untuk setiap produk Brownies Kukus Amanda baik yang dijual di Kota Bandung, Bogor, Cirebon, Surabaya, Sidoarjo, Malang, Yogyakarta dan Medan adalah sama (uniform delivered pricing). Harga yang ditetapkan oleh Brownies Kukus Amanda saat ini dapat dilihat pada Tabel 23.

(34)

100 Tabel 23. Daftar Harga Produk Brownies Kukus Amanda Tahun 2010

No. Nama Produk Harga (Rp)

1 Brownies Kukus Original 22.000

2 Brownies Kukus Cheese Cream 45.000

3 Brownies Kukus Tiramisu 28.000

4 Brownies Kukus Tiramisu Marble 28.000

5 Brownies Kukus Choco Marble 26.000

6 Brownies Kukus Pink Marble 26.000

7 Brownies Kukus Green Marble 26.000

8 Brownies Kukus Blueberry 26.000

9 Brownies Kukus Sarikaya Pandan 26.000

10 Brownies Kukus Banana Biz 26.000

11 Brownies Bakar 22.000

12 Brownies Kering 15.000

Sumber: Brownies Kukus Amanda (2010) b) Brownies Bogor

Brownies Bogor didirikan secara resmi oleh Ibu Ani Chalid pada tahun 2008 di Kota Bogor. Perusahaan ini merupakan pengembangan dari bisnis bakery Ibu Ani Chalid dengan merek “3 Roses”. Saat ini Brownies Bogor telah mampu berproduksi hingga 1.500 loyang per bulan dengan wilayah pemasaran di sekitar Bogor dan Jakarta. Dibandingkan dengan EBB maupun Brownies Kukus Amanda, Brownies Bogor lebih sering melakukan aktivitas promosi seperti memasang iklan di media massa maupun media elektronik, mengikuti pameran dan pemberian tester kepada calon konsumen.

Jenis produk yang ditawarkan seluruhnya merupakan produk

brownies panggang dengan dua ukuran kemasan, kotak kecil dan kotak

besar. Saat ini Brownies Bogor memiliki enam variasi rasa yang ditawarkan kepada konsumen. Kualitas produknya pun baik karena menggunakan bahan baku yang berkualitas dan harganya mahal. Brownies Bogor juga memiliki beraneka variasi rasa untuk menarik para konsumennya. Segmen pasar yang menjadi sasaran Brownies Bogor adalah golongan menengah ke atas. Harga setiap produk Brownies Bogor dapat dilihat pada Tabel 24.

Gambar

Tabel 18. Pola Konsumsi Makanan Penduduk Kota Bogor pada Tahun 2009  Jenis Pengeluaran  Rata-Rata Per Kapita
Tabel 19. Perkembangan Tingkat Inflasi Indonesia Tahun 2004-2009 12
Gambar  11.  Tren Perkembangan Harga Rata-Rata Tepung Terigu  Kota  Bogor pada Tahun 2010
Gambar  13.  Tren  Perkembangan  Harga  Rata-Rata  Telur  Terigu  Kota  Bogor pada Tahun 2010
+2

Referensi

Dokumen terkait

Stanton (2007:20) berpendapat bahwa untuk membaca dan mendiskusikan fiksi serius diperlukan tiga unsur pembangun yaitu fakta-fakta cerita, tema, dan sarana-sarana sastra.

javanicus di talun Cipaganti menyukai beragam jenis pohon bambu sebagai pohon tidur, karena memiliki tajuk rimbun untuk perlindungan dari predator, yang umumnya

Anda perlu pandai-pandai beralih dari satu peran ke peran lain: fasilitator, yang menahan diri jika memungkinkan, dan pemimpin, yang membentuk aktivitas agar remaja

Asuransi Sinarmas Syariah, hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong semakin berkembangnya bisnis asuransi syariah di perusahaan, terutama yang terkait dengan

Definisi resmi asuransi konvensional d isebutkan dalam pasal 246 KUHD (Kitab Undang-Undang Hukum Dagang): Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dimana

Bunga cengkeh kering dan minyak cengkeh dihasilkan oleh petani cengkeh dengan menggunakan berbagai varietas tanaman cengkeh di seluruh pulau-pulau di wilayah Maluku

(1) Selain diberikan pembebasan bea masuk dan tidak dipungut pajak dalam rangka impor sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang perpajakan yang berlaku terhadap

Tingginya partisipasi ibu yang memiliki balita dikarenakan ibu yang menganggap bahwa kegiatan Posyandu yang dilaksanakan tidak hanya untuk melakukan penimbangan