• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Hidrogeomorfologi Mata Air Di Kawasan Karst Kecamatan Kayen Kabupaten Pati Jawa Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kajian Hidrogeomorfologi Mata Air Di Kawasan Karst Kecamatan Kayen Kabupaten Pati Jawa Tengah"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN HIDROGEOMORFOLOGI MATA AIR DI

KAWASAN KARST KECAMATAN KAYEN KABUPATEN

PATI JAWA TENGAH

PUBLIKASI ILMIAH

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Geografi Fakultas Geografi

Oleh:

TRYA DESIANA DEWI E100142004

PROGRAM STUDI GEOGRAFI FAKULTAS GEOGRAFI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

(2)
(3)
(4)
(5)

KAJIAN HIDROGEOMORFOLOGI MATA AIR DI KAWASAN KARST KECAMATAN KAYEN KABUPATEN PATI JAWA

TENGAH

Abstrak

Karst merupakan suatu medan dengan kondisi hidrologi yang khas sebagai akibat dari batuan yang mudah larut dan memiliki porositas sekunder yang berkembang baik (Ford dan Williams, 2007). Batuan yang mudah larut tersebut mengakibatkan wilayah karst banyak ditemukan mata air. Kecamatan Kayen memiliki sebanyak 17 desa, dan 4 diantaranya memanfaatkan mata air sebagai sumber air bersih dan air minum. Topografi dengan lereng terjal menyebabkan 4 desa tersebut tidak memungkinkan memanfaatkan air tanah. Mata air muncul ke permukaan bumi merupakan suatu indikasi adanya air tanah yang keluarnya dipengaruhi oleh faktor geomorfologi. Tujuan dari penelitian ini yaitu 1.) Menentukan pola persebaran dan karakteristik mata air di Kecamatan Kayen berdasarkan pendekatan hidrogeomorfologi, 2.) Mengkaji faktor hidrogeomorfologi yang mempengaruhi pemunculan mata air. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif dengan jenis penelitian berupa metode survei. Dilakukan survei dengan metode pengambilan sampel yaitu stratified purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1.) Pola persebaran mata air bergerombol berdasarkan analisis tetangga terdekat. Tersebar di bagian wilayah dengan satuan unit bentukan asal yaitu bagian selatan di Lereng dan Perbukitan Tererosi (K3) dan di bagian timur Dataran Aluvial Karst (K7) 2.) Menurut tenaga pemunculannya, mata air di Kecamatan Kayen merupakan mata air gravitasi dengan jenis mata air depresi dan rekahan, 3.) Pemunculan dan karakteristik mata air di Kecamatan Kayen dipengaruhi oleh batuan penyusun yaitu batu pasir dan batu gamping. Debit mata air yang besar dipengaruhi oleh batuan gamping yang berumur Miosen. Pemunculan air di bagian selatan dipengaruhi oleh adanya lipatan antiklinal. Sedangkan bagian timur dipengaruhi oleh adanya kekar batuan.

Kata Kunci : Mata Air, Karst, Mata Air Karst, Geomorfologi

Abstract

Karst is a field with typical hydrologic conditions as a result of soluble rocks and has a second porosity that develop well (Ford and Williams, 1989). Soluble rocks that result in karst areas found many springs. Kayen District has a total of 17 villages, and 4 of them utilize the spring as a source of clean water and drinking water. Topography with steep slopes causes the 4 villages to not make use of ground water. The springs appearing on the surface of the earth is an indication of the presence of groundwater that comes out influenced by geomorphological factors. The purpose of this research is 1.) Determine the pattern of distribution and characteristics of springs in Kayen sub-district based on hydrogeomorphological approach, 2.) Assessing the factors of

(6)

hydrogeomorphology that affect the appearance of springs. The research method is descriptive method with the type of research is the survey method. The survey was conducted with sampling method that is stratified purposive sampling. The results showed that 1.) The spreading pattern of clustered springs based on nearest neighbor analysis. Spread over in the area with land form that is the southern part of the Karstic/ Denudational Hills and Mountains (K3), and the eastern part of the Karst Aluvium Plains (K7) 2.) According to its energy emerging, the springs in Kayen sub-district are gravity springs with depressant and fracture springs, 3.) The appearance and characteristics of the springs in Kayen sub-district are influenced by sandstone and limestone. A large springs discharge is influenced by Miocene limestone. The appearance of water in the south is influenced by the presence of anticlinal folds. While the eastern part is influenced by the existence of a rocky rock.

Keywords: Springs, Karst, Karst Springs, Geomorphology

1. PENDAHULUAN

Air merupakan kebutuhan mutlak bagi seluruh makhluk hidup. Sumber air di bumi yang bisa dimanfaatkan antara lain berasal dari air hujan, air permukaan dan air tanah. Air yang paling aman untuk dikonsumsi adalah air tanah. Air tanah banyak dimanfaatkan untuk kebutuhan domestik, irigasi dan industri.

Mata air (spring) adalah air tanah yang muncul ke permukaan tanah secara terkonsentrasi sebagai suatu aliran air yang mengalir (Todd dan Mays, 2005). Munculnya air tanah ke permukaan bumi merupakan suatu indikasi adanya air tanah yang keluarnya dipengaruhi oleh faktor geomorfologi. Ilmu yang sering digunakan untuk mengkaji mata air yaitu Ilmu Hidrogeomorfologi. Hidrogeomorfologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari keberadaan air tanah yang dipengaruhi oleh faktor geomorfologi (Brown, 1995 dalam Rahmandya 2016). Faktor geomorfologi tersebut seperti contohnya litologi, struktur batuan, pelapisan batuan dan topografi wilayah. Perbedaan karakter air tanah pada setiap satuan unit morfologi akan berpengaruh terhadap sistem penyediaan air bersih (Priyana dan Sigit, 2002). Salah satu bentuklahan yang banyak ditemukan mata air yaitu bentuklahan asal solusional.

Wilayah bentukan asal karst salah satu contohnya adalah di Kecamatan Kayen Kabupaten Pati Jawa Tengah. Interpretasi peta bentuklahan Kecamatan Kayen 1: 25.000 terdapat dua jenis bentukan asal di daerah penelitian yaitu

(7)

bentukan asal karst dan fluvial. Menurut data statistik potensi desa dari BPS (2014) menunjukkan terdapat 4 desa menggunakan mata air untuk memenuhi kebutuhan air bersihnya. Akuifer di Kecamatan Kayen memiliki aliran berupa celahan, rekahan dan saluran air tanah melalui zona celahan, rekahan, dan saluran pelarutan dengan debit sumur beragam dan beberapa sumber mata air dengan debit yang cukup besar (Anonim, 2012). Mata air merupakan salah satu dari beberapa potensi karst. Untuk mempertahankan potensi ini maka perlu dilakukan pengkajian mata air. Pengkajian tersebut untuk mengetahui potensi mata air, dan karakteristik dengan menggunakan pendeketan hidrogeomorfologi.

2. TUJUAN PENELITIAN

a. Menentukan pola persebaran dan karakteristik mata air di Kecamatan Kayen berdasarkan pendekatan hidrogeomorfologi

b. Mengkaji faktor hidrogeomorfologi yang mempengaruhi pemunculan mata air

3.METODEPENELITIAN

Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode deskriptif dengan jenis penelitian melalui metode survei.

3.1 Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel mata air yang dipakai dalam penelitian ini yaitu stratified purposive sampling. Metode stratified purposive sampling yaitu metode pengambilan sampel dengan memperhatikan strata dan pertimbangan tertentu. Strata yang digunakan adalah bentuklahan dan topografi dengan pertimbangan tertentu.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan metode observasi langsung atau pengamatan langsung di lapangan. Pengamatan langsung di lapangan didukung dengan olah data sekunder berupa data geomorfologi daerah penelitian menggunakan peta tematik dan hasil penelitian terdahulu.

(8)

3.3 Metode Pengolahan Data

Teknik pengolahan data dilakukan melalui data sekunder dari instansi atau penelitian terdahulu dan data primer dari observasi serta pengukuran di lapangan. Setelah data semua dapat selanjutnya diolah melalui aplikasi software yaitu ArcGIS dan Microsoft Excel. Teknik pengolahan data meliputi olah data geomorfologi dan mengukur kualitas fisik mata air.

1. Pola Persebaran, Karakteristik Mata Air

Pola persebaran mata air diolah menggunakan aplikasi software yaitu Arc GIS dengan cara ploting koordinat setelah itu selanjutnya dilakukan analisa tetangga terdekat (Nearest Neighbour Analysis). Berikut ini adalah rumus perhitungan indeks tetangga terdekat :

Keterangan :

Rn : Nearest neighbour index D : Rata- rata jarak antar titik terdekat

d : Jarak antar titik terdekat n : Jumlah titik

A :Luas wilayah

Karakteristik mata air yang diteliti berupa karakteristik fisik, karakteristik kimia, sifat pengaliran, dan kelas debit. Pengolahan data tentang karakteristik fisik dan kimia mata air yaitu dengan melakukan uji fisik mata air dan uji kimia pH di lapangan, sedangkan kesadahan dan nitrat melalui uji laboratorium.

2. Faktor hidrogeomorfologi pemunculan mata air

Data geomorfologi dikumpulkan dari data sekunder dengan melakukan interpretasi peta geologi dan geomorfologi 1:25.000. Setelah itu data diolah menjadi suatu peta tematik. Peta tematik tersebut berupa peta bentuklahan dan peta geologi yang kemudian diolah menjadi peta satuan unit lahan. Data sampel mata air berupa karakteristik mata air ditumpang susun dengan data geomorfologi

Rn = 2D

𝑛 𝐴 D = ∑ 𝑑𝑛

(9)

wilayah penelitian. Sehingga akan terbentuk menjadi peta hidrogeomorfologi mata air.

3.4 Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan cara analisis berupa analisis deskriptif, asosiatif dan komparasi spasial. Analisis deskriptif dan komparasi spasial digunakan untuk mengetahui tujuan penelitian yang berkaitan dengan karakteristik mata air.

Analisis kualitas air secara fisik dan kimia yang digunakan mengacu pada PERMENKES RI No. 416/ MENKES/ PER/ IX/ 1990 tentang standar baku kualitas air bersih di Indonesia. Pola persebaran mata air menggunakan analisa tetangga terdekat (Nearest Neighbour Analysis) dan anlisis deskriptif, sedangkan analisis asosiatif digunakan untuk menganalisis faktor hidrogeomorfologi yang mempengaruhi pemunculan mata air.

4.HASILDANPEMBAHASAN

4.1 Pola Persebaran Mata Air

Perhitungan dengan menggunakan rumus tetangga terdekat didapatkan hasil indeks tetangga terdekat yaitu 0,01. Angka tersebut termasuk dalam klasifikasi pola bergerombol. Tabel 1 berikut ini menampilkan jarak titik terdekat antar mata air.

Tabel 1 Jarak Titik Terdekat Antar Sampel Mata Air

Titik ke Titik Terdekat Jarak/d (km)

1 3 0,08 2 4 0,09 3 4 0,03 4 3 0,03 5 6 0,10 6 5 0,10 7 13 0,35 8 9 0,02 9 8 0,02 10 12 0,26

(10)

11 12 0,62 12 10 0,26 13 14 0,06 14 13 0,06 ∑ d 2,08 Sumber : Penulis, 2018

Mata air ditemukan tersebar berdekatan dalam 2 tempat yang berjauhan. Persebaran secara bergerombol di bagian selatan dan timur Kecamatan Kayen. Bagian selatan meliputi Desa Beketel dan Desa Purwokerto, sedangkan bagian barat meliputi Desa Brati.

Persebaran mata air meliputi 2 jenis bentuk lahan dan 2 morfologi yang berbeda. Mata air di bagian selatan berada pada morfologi berbukit dengan kemiringan lereng agak terjal hingga sangat terjal. Sedangkan mata air di bagian barat berada pada morfologi dataran bergelombang dengan kemiringan lereng agak landai hingga sangat landai. Pemunculan mata air tersebar melalui 2 jenis bentuk lahan yaitu Lereng dan Perbukitan Tererosi (K3) dan Dataran Aluvial Karst (K7) yang termasuk dalam satu bentuk lahan mayor yaitu bentuk lahan solusional. Dua jenis bentuk lahan tersusun atas batuan gamping dan berada di atas napal. Persebaran mata air cenderung berada pada daerah dengan dominasi batuan napal.

Pemunculan mata air tersebar dalam 4 formasi yaitu Formasi Ledok, Formasi Mundu, Formasi Ngrayong dan Formasi Formasi tersebut diperkirakan terbentuk pada zaman miosen tengah hingga miosen akhir. Keempat formasi tersebut tersusun atas batu pasir, batu gamping, batu lempung dan batuan napal. Berikut ini gambar 1 menunjukkan peta persebaran mata air.

(11)
(12)

4.2 Karakteristik Mata Air

Karakteristik mata air yang diteliti berupa klasifikasi mata air berdasarkan sifat pengaliran dan struktur geologi, karakteristik fisik dan kimia mata air.

4.2.1 Karakteristik Fisik dan Kimia Mata Air

Tabel 2 berikut ini menunjukkan karakteristik kimia dari mata air. Tabel 2 Karakteristik Kimia Mata Air

No Nama Mata Air pH NO3- (mg/L) Kesadahan (mg/L)

1 Genengmulyo 6 2,5 305 2 Jaten Kidul 7 2,5 355 3 Sendang 7 2,7 290 4 Banyuracah 1 6 2,7 315 5 Sumber Buran 7 2,5 350 6 Beketel 1 7 2,3 385 7 Kali Cilik 7 2,3 340 8 Kali Gede 7 2,5 305 9 Ronggoboyo 6 2,3 250 Sumber : Penulis, 2018

Tabel karakteristik kimia diatas dapat dilihat bahwa untuk pH dan NO3- menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda, sedangkan untuk

kesadahan menunjukkan hasil yang fluktuatif. Mata air yang memiliki kesadahan tertinggi yaitu Mata Air Beketel 1, dan mata air yang memiliki kesadahan terendah yaitu Mata Air Ronggoboyo.

Dapat dilihat bahwa pada tabel 3 untuk karakteristik fisik meliputi debit, DHL, suhu, TDS, rasa, dan warna. Karakteristik mata air secara fisik dan kimia menurut baku mutu kualitas air bersih PERMENKES/Per IX/ 1990 dinyatakan bahwa mata air layak untuk digunakan sebagai air bersih. Perbedaan karakteristik baik fisik maupun kimia tidak menunjukkan angka perbedaan yang begitu besar. Adanya perbedaan karakteristik kimia dan fisik mata air dikarenakan terdapat perbedaan geomorfologi, topografi dan batuan penyusunnya. Tabel 3 berikut ini menunjukkan karakteristik fisik dan pemanfaatan mat air.

(13)

Tabel 3 Karakteristik Fisik dan Pemanfaatan Mata Air

No Nama Mata Air X Y Debit

(L/s)

DHL (µmhos

/cm)

Suhu

(0C) TDS (ppm) Rasa Warna Pemanfaatan

1. Genengmulyo 502205 9230281 9,761719 533 25 262 Tidak

Berasa Bening

MCK dan Air minum

2. Jaten Kidul 502731 9230620 3,497247 492 25 242 Tidak

Berasa Bening MCK dan Air minum 3. Sendang 502242 9230019 16,2182 506 27 255 Tidak Berasa Agak Kuning MCK dan Air minum 4. Banyuracah 1 501777 9230115 2,672956 504 25 246 Tidak Berasa Bening MCK dan Air minum 5. Sumber Buran 501223 9230503 24,09517 605 26 303 Tidak

Berasa Bening Mandi dan Pencucian 6. Beketel 1 501406 9230806 3,206363 602 26 300 Tidak Berasa Agak Kuning MCK dan Air minum

7. Kali Cilik 503140 9235414 38,93787 513 28 261 Tidak

Berasa Bening

MCK, Air minum dan

Perikanan 8. Kali Gede 503239 9235375 303,8265 509 27 249 Tidak

Berasa Bening Mandi dan Pencucian 9. Ronggoboyo 503464 9235566 158,9078 525 27 269 Tidak Berasa Agak Kuning Mandi, Pencucian, dan Wisata Sumber : Penulis, 2018

(14)

4.2.2 Klasifikasi Mata Air

Klasifikasi yang digunakan yaitu klasifikasi mata air berdasarkan periode atau sifat pengaliran dan berdasarkan struktur geologinya. Sampel mata air yang sejumlah 9 apabila dilihat dari sifat pengalirannya maka semuanya memiliki tipe mata air parennial atau mata air yang mengalir setiap tahunnya. Berdasarkan tenaga pemunculannya, 6 mata air jenis depresi dan rekahan berada di Desa Beketel dan Desa Purwokerto serta 3 mata air tipe rekahan berada di Desa Brati, karena struktur geologinya berbeda beda maka tipe mata air berdasarkan tenaga pemunculannya juga berbeda. Sampel mata air diatas semuanya memiliki sifat pengaliran yaitu mengalir sepanjang tahun, jadi semua sumber airnya tidak pernah kering walaupun musim kemarau tiba hanya ada perbedaan debit saja. Tabel 4 berikut ini menunjukkan hasil klasifikasi mata air :

Tabel 4 Klasifikasi Sampel Mata Air Berdasarkan Sifat Pengaliran Dan Struktur Geologi

No

Nama Mata Air

Klasifikasi Mata Air Berdasarkan Bentuklahan Sifat Pengaliran Tenaga Pemunculannya 1 Genengmulyo Parennial Depresi dan Rekahan

Lereng dan Perbukitan Karstik Tererosi (K3)

2 Jaten Kidul Parennial

Depresi dan Rekahan

Lereng dan Perbukitan Karstik Tererosi (K3)

3 Sendang Parennial

Depresi dan Rekahan

Lereng dan Perbukitan Karstik Tererosi (K3)

4 Banyuracah 1 Parennial

Depresi dan Rekahan

Lereng dan Perbukitan Karstik Tererosi (K3)

5 Sumber Buran Parennial

Depresi dan Rekahan

Lereng dan Perbukitan Karstik Tererosi (K3) 6 Beketel 1 Parennial Depresi dan Lereng dan Perbukitan

(15)

Rekahan Karstik Tererosi (K3)

7 Kali Cilik Parennial Rekahan

Dataran Aluvial Karst (K7)

8 Kali Gede Parennial Rekahan

Dataran Aluvial Karst (K7)

9 Ronggoboyo Parennial Rekahan

Dataran Aluvial Karst (K7)

Sumber: Penulis, 2018

4. 3 Faktor Hidrogeomorfologi Pemunculan Mata Air

Persebaran mata air berada di wilayah bagian selatan dan barat Kecamatan Kayen. Bagian barat meliputi Desa Brati sedangkan bagian selatan meliputi Desa Purwokerto dan Desa Beketel. Secara umum mata air di Kecamatan Kayen banyak muncul pada formasi gamping yang berada pada tekuk lereng yang curam. Mata air akibat morfologi tekuk lereng yang mengakibatkan terpotongnya muka air tanah oleh permukaan tanah banyak ditemukan di selatan Kecamatan Kayen. Perubahan lereng yang cukup signifikan tersebar di bagian selatan karena memang wilayah pegunungan kendeng utara yang termasuk dalam kawasan karst Sukolilo dengan bentuk lahan asal proses solusional atau pelarutan. Faktor pendukung pemunculan mata air di wilayah ini selain karena morfologi juga karena batuan penyusun formasi geologinya yaitu batu gamping dan batu pasir. Karakteristik batu pasir memiliki porositas yang tinggi sedangkan batu gamping juga sama. Batu gamping mudah sekali mengalami pelarutan sehingga dapat menimbulkan alur rekahan di dalam batuan dan air di dalam tanah keluar menjadi mata air. Lipatan antiklinorium menyebabkan banyak ditemukannya lereng terjal di wilayah ini.

Mata air di bagian timur yang berada di Desa Brati tidak terlalu banyak daripada di Desa Beketel. Penyebab munculnya mata air di Desa Brati yaitu formasi geologi dari batuan penyusunnya. Debit mata air di Desa Brati lebih besar daripada di Desa Beketel, karena keterdapatan mata air juga tidak banyak, sehingga distribusi air tanah untuk setiap mata air juga banyak. Dilihat dari struktur geologinya, pemunculan mata air di Desa Brati juga

(16)

dipengaruhi oleh adanya kekar. Kekar merupakan suatu rekahan yang akan membantu batuan memiliki permeabilitas total yang besar. Keberadaan mata air sangat dekat pada wilayah peralihan formasi antara Formasi Ledok dan Formasi Mundu. Faktor dari umur batuan juga mempengaruhi tingkat permeabilitas batu gamping. Batu gamping yang menyusun formasi pada Kecamatan Kayen berumur Miosen. Hal ini membuktikan pernyataan dari Santosa (2006) bahwa mata air pada batuan yang berumur miosen memiliki debit yang lebih besar dibanding mata air pada batuan yang berumur Pliosen. Perkembangan batu gamping Miosen mengalami proses pelarutan yang lebih intensif, sehingga berakibat pada nilai kelulusan yang lebih besar dengan bertambahnya umur batu gamping, akibatnya debit mata air yang muncul melalui zona pelarutan tersebut juga akan bertambah besar pula.

(17)

Tabel 5 Hubungan Geomorfologi dengan Pemunculan Mata Air

Geomorfologi Mata Air

Satuan Bentuk Lahan

Struktur Geologi

Morfologi Proses Batuan Genesis (Tipe)

Kelas Debit Sifat Aliran DHL (µmhos/cm) TDS (mg/L) Lereng dan Perbukitan Karstik Terkikis (K2) Kekar Berbukit dengan lereng yang terjal Pelarutan Batu Gamping dan Batu Pasir Depresi dan Rekahan IV – V (2,67-24,09 L/detik) Parennial 492 hingga 605 242 hingga 303 Dataran Aluvial Karst (K5) Kekar Dataran bergelombang Pelarutan Batu gamping lempung, Batu pasir, Batu gamping Rekahan III – IV (38,93 - 303,82 L/detik) Parennial 509 hingga 525 249 hingga 270 Sumber : Penulis, 2018

(18)
(19)

5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan

1. Pola persebaran mata air berdasarkan analisis tetangga terdekat menunjukkan indeks angka sebesar 0,01 yang termasuk dalam klasifikasi pola bergerombol. Persebaran mata air di 2 wilayah tersebut bergerombol di bagian wilayah dengan satuan unit bentuk lahan yaitu Lereng dan Perbukitan Karst Tererosi (K3), dan Dataran Aluvial Karst (K7), dan hanya pada formasi geologi yang memiliki batuan penyusun berupa batu gamping.

2. Karakteristik mata air di Kecamatan Kayen menurut debit termasuk dalam mata air kelas III hingga kelas V (2,67 – 303,82 liter/detik). Menurut sifat pengalirannya, mata air di Kecamatan Kayen semuanya berjenis parennial atau mata air yang mengalir sepanjang tahun. Sedangkan menurut tenaga pemunculannya, mata air di Kecamatan Kayen merupakan mata air gravitasi dengan jenis mata air depresi dan rekahan.

3. Karakteristik mata air menurut kualitas baik fisik maupun kimia, berdasarkan baku mutu kualitas air bersih PERMENKES/Per IX/ 1990 dinyatakan bahwa semua mata air di Kecamatan Kayen layak untuk digunakan sebagai air bersih.

4. Pemunculan dan karakteristik mata air di Kecamatan Kayen, baik pola maupun tenaga pemunculannya dipengaruhi oleh batuan penyusun formasi geologi yaitu batu pasir dan batu gamping. Debit mata air yang besar dipengaruhi oleh batuan gamping yang berumur Miosen. Pemunculan air di bagian selatan dipengaruhi oleh adanya lipatan antiklinal sehingga mengakibatkan banyak ditemukan perubahan lereng yang sangat besar, sedangkan bagian timur dipengaruhi oleh adanya kekar.

5. 2 Saran

1. Saran akademis, yaitu perlu adanya penelitian lebih banyak lagi untuk mengetahui semua potensi mata air di daerah penelitian. Selain itu

(20)

juga digunakan sebagai sarana tambahan informasi untuk penelitian selanjutnya. Karena sangat jarang dilakukan penelitian di wilayah karst Kecamatan Kayen.

2. Saran pragmatis, yaitu upaya konservasi dan pengelolaan mata air harus dilakukan dengan cara kerjasama antara masyarakat dan pemerintah setempat. Agar potensi mata air dapat digunakan secara merata terutama menyuplai air di wilayah utara Kecamatan Kayen yang sering mengalami kekeringan. Pemerintah juga harus melarang keras pembangunan pabrik semen di wilayah ini dengan cara tidak memberikan ijin secara sembarangan untuk membangun pabrik. Karena akan berdampak pada hilangnya potensi mata air.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2012). Buku Putih Sanitasi Pati. [online], dari ppsp.nawasis.info [04 Juli 2018]

BPS. (2014). Statistik Potensi Desa Kecamatan Kayen Tahun 2014. [online], dari Patikab.bps.go.id [15 Maret 2018]

Ford, D. dan William, P. (2007). Karst Hydrogeology and Geomorphology.

Sussex : John Wiley and Sons

Priyana, Yuli dan Sigit, Agus Anggoro. (2002). Karakteristik Air Tanah dan Sistem Penyediaan Air Bersih di Lereng Timur Gunung Merapi. Forum Geografi Vol. 16 No.1. Hal: 80-91

Rahmandya, Annisa M. I. (2016). Kajian Hidrogeomorfologi Mata Air Di Sub-Daerah Aliran Sungai Ngrancah Kabupaten Kulon Progo. Skripsi S1.

Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM

Santosa, Langgeng Wahyu. (2006). Kajian Hidrogeomorfologi Mata Air Di Sebagian Lereng Barat Gunung Api Lawu. Forum Geografi Vol. 20, No. 1,

Juli 2006 Hal 68-85

Todd, D. K., Mays, L.W. (2005). Groundwater Hydrology 3rd Edition. New York: John Willey and Sons

Gambar

Tabel 1 Jarak Titik Terdekat Antar Sampel Mata Air
Gambar 1 Peta Persebaran Mata Air di Kecamatan Kayen
Tabel 2 Karakteristik Kimia Mata Air  No  Nama Mata Air  pH  NO 3 -
Tabel 3 Karakteristik Fisik dan Pemanfaatan Mata Air
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pada dasarnya efek kognitif adalah efek yang yang paling mendasar dari adanya komunikasi. Dalam hal ini mufassir yang berlaku sebagai komunikator menyampaikan pesan-pesannya

Hasil kajian menunjukkan bahwa dengan data hidrograf banjir dengan tinggi hujan 44,75 mm memiliki debit puncak sebesar 4,95 m 3 /det, efektifitas bangunan sabo dalam

(3) Rumah Sakit yang didirikan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus berbentuk Unit Pelaksana Teknis dari Instansi yang

Isi ren'ana harian perawat pelaksana adalah tindakan keperawatan untuk  sejumlah pasien +an) dirawat pada shift dinasn+a dan merupakan hasil dari  post dan operan +an)

Hal ini diduga LCPKS dosis 5 liter yang diaplikasikan kedalam lubang biopori tidak mengurangi jumlah udara dalam tanah sehingga tidak menghambat akar dalam

: Mata Kuliah Ini Membahas Tentang Falsafah,Perspektif dan Paradigmakeperawatan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan anak, fokus utama pada

Dari grafik yang ditunjukkan pada Gambar 4-15 dapat diketahui perbandingan antara nilai koefisien debit mercu Ogee dengan dengan puncak tipe deret. sinusoida 1 dan

 Pertumbuhan ekonomi selama tahun 2015 tertinggi dicapai oleh pertambagan biji logam, jika tanpa sub kategori pertambangan bijih logam, ekonomi Provinsi NTB selama