BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Perbankan
Menurut Undang-undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998
tentang perbankan, yang dimaksud dengan Bank adalah “ Badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentukbentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.
Bank harus terus menjaga kinerjanya dan memelihara kepercayaan masyarakat mengingat tugasnya bahwa bank bekerja dengan dana masyarakat yang disimpan pada bank atas dasar kepercayaan. Untuk dapat meningkatkan taraf hidup rakyat tentu diperlukan modal kepercayaan masyarakat dan kepercayaan ini akan diberikan hanya kepada bank yang sehat, oleh karena pihak manajemen bank harus berupaya untuk dapat menjaga dan meningkatkan kinerja.
yang kelebihan dana mempercayakan sepenuhnya kepada bank untuk mengelola dananya termasuk menyalurkannya kepada pihak yang kekurangan atau memerlukan dana berupa kredit.
Ada beberapa cara dalam pengklasifikasian bank-bank di Indonesia, yaitu dilihat dari segi fungsi atau status operasi; kepemilikan; dan penyediaan jasa.
1. Dari Segi Fungsi atau Status Operasi a. Bank Sentral
Bank sentral adalah bank yang didirikan berdasarkan Undang-undang nomor 13 tahun 1968 yang memiliki tugas untuk mengatur peredaran uang, mengatur pengerahan dana-dana, mengatur perbankan, mengatur perkreditan, menjaga stabilitas mata uang, mengajukan pencetakan / penambahan mata uang rupiah dan lain sebagainya.
b. Bank Umum atau Bank Komersial
Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
2. Dari Segi Kepemilikan a. Bank Milik Negara
Bank Milik Negara dalah bank yang seluruh sahamnya dimiliki oleh
negara.Tahun 1999 lalu lahir bank pemerintah yang baru yaitu Bank Mandiri,
yangmerupakan hasil merger atau penggabungan bank-bank pemerintah yang
b. Bank Pemerintah Daerah
Bank Pemerintah Daerah adalah bank-bank yang sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Daerah.Bank milik Pemerintah Daerah yang umum dikenal adalah Bank Pembangunan Daerah (BPD), yang didirikan berdasarkan UU Nomor 13 Tahun 1962.Masing-masing Pemerintah Daerah telah memiliki BPD sendiri.Di samping itu beberapa Pemerintah Daerah memiliki Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
c. Bank Swasta Nasional
Setelah pemerintah mengeluarkan paket kebijakan deregulasi pada bulan Oktober 1988, muncul ratusan bank-bank umum swasta nasional yang baru.Namun demikian, bank-bank baru tersebut pada akhirnya banyak yang dilikuidasi oleh pemerintah.Bentuk hukum bank umum swasta nasional adalah Perseroan Terbatas (PT), termasuk di dalamnya Bank Umum Koperasi Indonesia (BUKOPIN), yang telah merubah bentuk hukumnya menjadi PT tahun 1993. d. Bank Swasta Asing
Bank Swasta Asing adalah bank-bank umum swasta yang merupakan perwakilan (kantor cabang) bank-bank induknya di negara asalnya. Pada awalnya, bank-bank swasta asing hanya boleh beroperasi di DKI Jakarta saja. Namun setelah dikeluarkan Pakto 27, 1988, bank-bank swasta asing ini diperkenankan untuk membuka kantor cabang pembantu di delapan kota, yaitu Jakarta, Surabaya, Semarang, Bandung, Denpasar, Ujung Pandang (Makasar), Medan, dan
bank-bank umum swasta nasional, dan mereka tunduk pula pada
ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
e. Bank Umum Campuran
Bank campuran (joint venture bank) adalah bank umum yang didirikan
bersama oleh satu atau lebih bank umum yang berkedudukan di Indonesia dan
didirikan oleh warga negara dan atau badan hukum Indonesia yang dimiliki
sepenuhnya oleh warga negara Indonesia, dengan satu atau lebih bank yang
berkedudukan di luar negeri.
2. Dari Segi Penyediaan jasa
a. Bank Devisa
Bank devisa (foreign exchange bank) adalah bank yang dalam kegiatan
usahanya dapat melakukan transaksi dalam valuta asing, baik dalam hal
penghimpunan dan penyaluran dana, serta dalam pemberian jasa-jasa
keuangan. Dengan demikian, bank devisa dapat melayani secara langsung
transaksi-transaksi dalam skala internasional.
b. Bank Non Devisa
Bank umum yang masih berstatus non devisa hanya dapat melayani
transaki-transaksi di dalam negeri (domestik). Bank umum non devisa dapat
meningkatkan statusnya menjadi bank devisa setelah memenuhi
ketentuan-ketentuan antara lain: volume usaha minimal mencapaijumlah tertentu, tingkat
Sifat khusus industri perbankan ada dua, yaitu:
1. Sebagai salah satu sub-sistem industri jasa keuangan Bank bisa disebut juga
sebagai jantung jasa keuangan. Disebut sebagai jantung, karena bank sebagai
motor penggerak roda perekonomian suatu negara, salah satu leading
indicator kestabilan tingkat perekonomian suatu negara .Jika perekonomian
suatu negara.Jika perbankan mengalami suatu masalah keterpurukan, hal ini
adalah indikator perekonomian negara yang sedang sakit.
2. Industri perbankan adalah industri yang sangat bertumpu kepada kepercayaan
masyarakat (fiduciary financial institution). Kepercayaan masyarakat
(fiduciary financial institution) adalah segala-galanya bagi bank. Begitu
masyarakat tidak percaya pada bank, bank akan menghadapi “rush” dan
akhirnya koleps.
2.1.2 Profitabilitas
Menurut Hasibuan (2009) profitabilitas adalah suatu kemampuan bank untuk
memperoleh laba yang dinyatakan dalam persentase.Athanasoglou et al. (2006), menyatakan bahwa profitabiltas bank merupakan fungsi dari faktor internal dan
eksternal. Para peneliti sepakat bahwa faktor internal mempengaruhi profitabilitas
bank seperti ukuran, modal, manajemen risiko dan manajemen biaya, sedangkan
menekankan pada faktor eksternal seperti inflasi, suku bunga, dan nilai tukar mata
uang.
Rasio Profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
didalam usahanya memperoleh keuntungan dengan menggunakan aktiva yang
dimiliki.Profitabilitas menjadi begitu penting untuk mengetahui apakah perusahaan
telah menjalankan usahanya secara efisien atau tidak.Efisiensi sebuah usaha baru
dapat diketahui setelah membandingkan laba yang diperoleh dengan aktiva atau
modal yang menghasilkan laba tersebut.
Menurut Riyadi (2006) rasio profitabilitas dapat diukur melalui: 1) Return on Asset (ROA) adalah rasio profitabilitas yang menunjukan perbandingan antara laba (sebelumpajak) dengan total aset bank, rasio ini menunjukan tingkat efisiensi
pengelolaan aset yangdilakukan oleh bank yang bersangkutan; 2) Return on Equity (ROE) adalah rasio profitabilitasyang menunjukkan perbandingan antara laba (setelah
pajak) dengan Modal (Modal inti) bank,rasio ini menunjukan tingkat persentase yang
dapat dihasilkan; 3) Net Interest Margin (NIM)merupakan perbandingan antara interest income (pendapatan bungabank yang diperoleh) dikurangi interest expense (biaya bunga bank yang menjadi beban) dibagi dengan average interest earning assets (rata-rata aktiva produktif yang digunakan).
2.1.3Return on Assets (ROA)
yang dihasilkan dari total aset bank yang bersangkutan. (Riyadi, 2006). Semakin
besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga
kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Laba sebelum
pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional sebelum pajak. Sedangkan rata-rata
total asset adalah rata-rata volume usaha atau aktiva. ROA dirumuskan sebagai
berikut:
ROA =
x 100%
.
2.1.4 Nilai Tukar Mata Uang (Kurs Tukar)
Menurut Triyono (2008) kurs (exchange rate) adalah pertukaran antara dua
mata uang yang berbeda, yaitu merupakan perbandingan nilai atau harga antara kedua
mata uang tersebut. Sedangkan menurut Sukirno (2008:397) kurs valuta asing atau
kurs mata uang asing menunjukkan harga atau nilai mata uang suatu negara yang
dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain.
Nilai tukar satu mata uang mempengaruhi perekonomian apabila nilai tukar
mata uang tersebut terapresiasi atau terdepresiasi. Fluktuasi atas perubahan nilai tukar
merupakan pusat perhatian pasar mata uang luar negeri (foreign exchange market)
(Manurung dan Manurung, 2009). Perdagangan antar negara dimana masing-masing
negara mempunyai alat tukarnya sendiri mengharuskan adanya angka perbandingan
Sistem nilai tukar dapat diklasifikasikan menurut seberapa jauh nilai tukar
dikendalikan oleh pemerintah, kategori-kategori sistem nilai tukar menurut Madura
(2006:165)adalah sebagai berikut :
1. Sistem nilai kurs tetap
Sistem nilai tukar tetap adalah suatu sistem moneter dimana nilai tukar dibuat
konstan atau hanya dibiarkan berfluktuasi dalam batas-batas yang sangat
sempit.Jika nilai tukar mulai bergerak terlalu tajam, pemerintah dapat melakukan
intervensi untuk mempertahankannya dalam batas-batas yang dimaksud.
2. Sistem nilai kursmengambang bebas
Sistem nilai tukar mengambang bebas merupakan suatu sistem moneter dimana
nilai tukar dibiarkan bergerak mengikuti kekuatan-kakuatan pasar tanpa intervensi
dari pemerintah.Dalam system ini perusahaan-perusahaan multinasional perlu
menyerahkan sumber daya yang substansial untuk mengukur dan mengelola resiko
valuta asing.
3. Sistem nilai kursmengambang terkendali
Sistem mengambang terkendali adalah suatu sistem moneter dimana nilai tukar
dibiarkan berfluktuasi tanpa batas-batas yang eksplisit, tetapi bank sentral bisa
4. Sistem nilai kurs terpatok
Sistem nilai tukar terpatok yang merupakan sistem moneter dimana valuta-valuta
dipatokan ke suatu valuta lain atau ke suatu unit perhitungan dalam batas-batas
tertentu.
Naik turunnya nilai tukar mata uang atau kurs valuta asing bisa terjadi dengan
berbagai cara, yakni bisa dengan cara dilakukan secara resmi oleh pemerintah suatu
negara yang menganut sistem managed floating exchange rate atau bisa juga karena tarik menariknya kekuatan-kekuatan permintaan dan penawaran di dalam pasar
(ma rket mechanism) dan lazimnya perubahan nilai tukar mata uang tersebut bisa terjadi karena 4 (empat) hal, yaitu:
1. Depresiasi (depreciation), yaitu penurunan harga mata uang nasional terhadap berbagai mata uang asing lainnya, yang terjadi karena tarik menariknya
kekuatan-kekuatan supply dan demand di dalam pasar (market mechanism)
2. Apresiasi (appreciation), yaitu peningkatan harga mata uang nasional terhadap berbagai mata uang asing lainnya, yang terjadi karena tarik menariknya
kekuatan-kekuatan supply dan demand di dalam pasar (market mechanism)
3. Devaluasi (devaluation), yaitu penurunan harga mata uang nasional terhadap berbagai mata uang asing lainnya yang dilakukan secara resmi oleh pemerintah
suatu negara.
4. Revaluasi (revaluation), yaitu peningkatan harga mata uang nasional terhadap berbagai mata uang asing lainnya yang dilakukan secara resmi oleh pemerintah
2.1.5 Tingkat Suku Bunga BI
Suku bunga adalah harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu atau harga dari penggunaan uang (pinjaman) yang dipergunakan pada saat ini dan akan dikembalikan pada saat mendatang (Madura, 2006). Jumlah pinjaman tersebut disebut pokok utang (principal).Persentase dari pokok utang yang dibayarkan sebagai imbal jasa (bunga) dalam suatu periode tertentu disebut suku bunga.Bunga bagi bank bisa
menjadi biaya yang harus dibayarkan kepada penabung, tetapi dilai pihak, bunga
dapat juga merupakan pendapatan bank yang diterima oleh debitor karena kredit yang
diberikan.
Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate) adalah kebijakan suku bunga
yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yangditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik (Bank Indonesia).Secara teoretis terdapat
dua jalur utama mekanisme transmisi kebijakan moneter, yaitu melalui jalur jumlah
uang yang beredar dan jalur harga melalui suku bunga.Jalur suku bunga ini
merupakan hal penting untuk perekonomian Indonesia.
Perkembangan tingkat suku bunga yang tidak wajar secara langsung dapat
mengganggu perkembangan perbankan.Tingkat suku bunga menjadi ukuran berapa
biaya atau pendapatan sehubungan dengan penggunaan uang untuk periode jangka
2.1.6 Inflasi
Menurut Tandelilin (2010), inflasi adalah kecenderungan terjadinya peningkatan harga produk-produk secara keseluruhan sehingga terjadi penurunan daya beli uang. Inflasi merupakan meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus
(kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai
faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di
pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat
adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dapat diartikan sebagai proses menurunnya
nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan
tinggi-rendahnya tingkat harga. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat
perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara
terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk
mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab
meningkatnya harga.
Tingkat inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang
terlalu panas (overheated). Artinya, kondisi ekonomi mengalami permintaan atas
produk yang melebihi kapasitas penawaran produknya, sehingga harga-harga
cenderung mengalami kenaikan.
Ditinjau dari sudut bobotnya, dapat dibedakan menjadi empat, yaitu:
1) Inflasi ringan adalah inflasi dengan laju pertumbuhan yang berlangsung
perlahan dan berada pada posisi satu digit atau di bawah 10% per tahun.
10-30% per tahun atau melebihi dua digit.
3) Inflasi berat merupakan inflasi dengan laju pertumbuhan berada di antara
30-100% per tahun.
4) Inflasi sangat berat adalah inflasi dengan laju pertumbuhan melampaui 100%
per tahun.
2.2 Hubungan Antar Variabel
Konsep hubungan antar variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
2.2.1 Hubungan Nilai Tukar dengan Profitabilitas
Gejolak nilai tukar yang disebabkan karena kondisi makroekoomi yang terus
berubah menyebabkan pengelolaan perbankan menjadi kurang efisien (Abdullah dan
Tantri, 2012 : 280). Menurut Pohan (2008 : 55) pengelolaan nilai tukar yang realistis
dan perubahan yang cukup rendah akan mendorong meningkatnya permintaan kredit
untuk usaha yang produktif sehingga dapat meningkatkan profitabilitas bank dan
mendorong perkembangan perbankan yang sehat.
Menguatnya nilai mata uang suatu negara terhadap negara lain dapat
menandakan bahwa keadaan ekonomi negara tersebut sedang baik. Ketika nilai tukar
rupiah mengalami apresiasi, menunjukkan penguatan nilai rupiah terhadap dollar dan
mengindikasikan adanya peningkatan perekonomian nasional. Penguatan nilai tukar
rupiah terhadap dollar juga akan meningkatkan profitabilitas bank, dimana
ekspor akan mengajukan kredit kepada bank. Pendapatan dari bunga kredit tersebut
akan meningkatkan profitabilitas bank. (Indahsari, 2015).
2.2.2 Hubungan Suku Bunga dengan Profitabilitas
Meningkatnya suku bunga BI akan mengakibatkan nasabah dan investor
menyimpan uangnya di bank dengan harapan memperoleh pengembalian yang lebih
tinggi. Teori ini diungkapkan oleh Pohan (2008 : 53) yang menyatakan bahwa tingkat
suku bunga yang tinggi di satu sisi akan meningkatkan minat masyarakat untuk
menabung, sehingga jumlah dana yang dihimpun bank dari masyarakat(funding) akan
meningkat, dan dengan demikian profitabilitas bank akan meningkat.
Bagi para investor yang menanamkan sahamnya di bank, kenaikan suku
bunga tersebut akan membuat investor memilih alternatif deposito yang akan
memberikan bunga lebih tinggi. Berdasarkan teori di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa semakin tinggi suku bunga maka pendapatan bank akan semakin meningkat
karena akan meningkatkan hasrat masyarakat untuk menabung, tetapi hal ini akan
terjadi jika pendapatan tersebut lebih besar dari beban operasional yang ditanggung
pihak perbankan sendiri. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Indahsari
(2015) yang menunjukkan bahwa tingginya suku bunga berpengaruh positif dan
2.2.3 Hubungan Inflasi dengan Profitabilitas
Secara teori inflasi berpengaruh terhadap dunia perbankan sebagai salah satu
institusi keuangan. Sebagai lembaga yang fungsi utamanya sebagai mediasi, bank
sangat rentan dengan resiko inflasi terkait dengan mobilitas dananya. Di bidang
moneter, laju inflasi yang tinggi dan tidak terkendali dapat mengganggu upaya
perbankan dalam mengerahkan dana masyarakat. Hal ini disebabkan, karena tingkat
inflasi yang tinggi menyebabkan tingkat suku bunga riil menjadi menurun. Fakta
demikian akan mengurangi hasrat masyarakat untuk menabung, sehingga
pertumbuhan dana indutri perbankan yang bersumber dari masyarakat akan menurun
(Pohan, 2008). Penurunan sumber dana perbankan dari masyarakat berakibat terhadap
potensi profitabilitas indutri perbankan semakin menurun.
Sukirno (2008) menyatakan bahwa inflasi akan menimbulkan efek buruk
kepada individu dan masyarakat salah satunya yaitu, inflasi akan mengurangi nilai
kekayaan yang berbentuk uang, simpanan di Bank, simpanan tunai, dan simpanan
dalam institusi-institusi keuangan lain merupakan simpanan keuangan. Nilai riilnya
akan menurun apabila inflasi berlaku. Pemilik modal biasanya lebih suka
menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi, antara lain dengan membeli
harta-harta tetap seperti, tanah, rumah dan bangunan. Ketika terjadi inflasi maka nilai riil
tabungan merosot karena masyarakat akan mempergunakan hartanya untuk
mencukupi biaya pengeluaran akibat naiknya harga-harga barang, sehingga akan
2.3 Penelitian Terdahulu
Hasil dari beberapa penelitian sebelumnya akan digunakan sebagai bahan
referensi dan perbandingan dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut :
1. Simiyu (2015) dalam penelitiannya berjudul “Effect Of Macroeconomic
Variables On Profitability Of Commercial Banks Listed In The Nairobi
Securities Exchange” , hasil penelitiannya menunjukkan GDP tidak
berpengaruh terhadap profitabilitas, suku Bunga berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap profitabilitas dan nilai Tukar berpengaruh positif
terhadap profitabilitas.
2. Indahsari (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Faktor
Makroekonomi Yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank (Studi Pada PT.
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.)” Hasil penelitianya menunjukkan
bahwa variabel BI Rate berpengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Variabel nilai
tukar berpengaruh signifikan negatif terhadap profitabilitas PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Variabel jumlah uang beredar
berpengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk.
3. Kiganda (2014) dalam penelitiannya berjudul “Effect of Macroeconomic
Factors on Commercial Banks Profitability in Kenya: Case of Equity Bank
Limited”, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa faktor ekonomi makro
berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas dan nilai Tukar
berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas.
4. Otuori (2013) dalam penelitiannya berjudul “Influence Of Exchange Rate
Determinants On The Performance Of Commercial Banks In Kenya”,
hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tingkat suku bunga memiliki efek
positif pada kinerja perbankan, tingkat inflasi memiliki dampak negative
terhadap kinerja, utang luar memiliki efek negatif pada profitabilitas bank,
dan ekspor dan impor memilikiefek positif pada profitabilitas bank di
Kenya.
5. Sahara (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh
Inflasi, Suku Bunga BI, dan Produk Domestik Bruto Terhadap ROA Bank
Syariah di Indonesia” Hasil penelitiannya menyatakan bahwa inflasi
berpengaruh terhadap ROA, suku bunga berpengaruh negatif terhadap
ROA, dan produk domestik bruto berpengaruh positif terhadap ROA
6. Utomo (2013) dengan penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh
Tingkat Inflasi dan Suku Bunga BI terhadap Kinerja Keuangan PT.Bank
Muamalat,Tbk. Berdasarkan Rasio Keuangan”, Hasil penelitiannya
menyatakan bahwa Inflasi tidak memberikan pengaruh secara signifikan
terhadap kinerja perbankan yaitu ROA, ROE,dan NIM, sedangkan suku
bunga memberikan pengaruh yang signifikan terhadap ROA dan ROE
namun lebih dominan memberikan pengaruh terhadap NIM. Inflasi lebih
mempengaruhi terhadap NIM.
7. Wibowo (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “ Analisis Pengaruh
Suku Bunga, Inflasi, Car, Bopo, Npf Terhadap Profitabilitas Bank
Syariah” Hasil penelitiannya menyatakan bahwa Suku bunga tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA, Inflasi memiliki arah
yang negatif namun tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
ROA, CAR tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA,
BOPO memiliki pengaruh negatif terhadap ROA, dan NPF tidak memiliki
pengaruh langsung yang signifikan terhadap ROA.
8. Dwijayanthy dan Naomi (2009) dalam penelitiannya yang berjudul
“Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar Mata Uang Terhadap
Profitabilitas Bank Periode 2003-2007” Hasil penelitiannya menyatakan
bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap profitabilitas, BI Rate tidak
berpengaruh terhadap profitabilitas dan nilai tukar berpengaruh negatif
terhadap profitabilitas.
9. Abreu and Mendes (2001) dalam penelitiannya berjudul “Commercial
Bank Interest Margins and Profitability: Evidence for Some EU
Countries”, hasil peneliotiannya menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh
negatif terhadap profitabilitas, nilai tukar tidak perpengaruh terhadap
profitabilitas dan interest margin, dan kapitalisasi berpengaruh negatif
Tabel 2.1
memiliki 2. nilai tukar tidak
1.2 Kerangka Konseptual
Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar atau yang disebut apresiasi akan
meningkatkan profitabilitas bank, dimana perusahaan-perusahaaan yang melakukan
pengembangan usaha dan peningkatan ekspor akan mengajukan kredit kepada bank.
Pendapatan dari bunga kredit tersebut akan meningkatkan profitabilitas bank.
(Indahsari, 2015), sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Pohan (2008 : 55)
yang menyatakan bahwa pengelolaan nilai tukar yang realistis dan perubahan yang
cukup rendah akan mendorong meningkatnya permintaan kredit untuk usaha yang
produktif sehingga dapat meningkatkan profitabilitas bank dan mendorong
perkembangan perbankan yang sehat.
Penelitian Utomo (2013) menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara
suku bunga dengan profitabilitas, hal ini sesuai dengan pendapat Pohan (2008) yang
menyatakan bahwa tingkat suku bunga yang tinggi di satu sisi akan meningkatkan
minat masyarakat untuk menabung, sehingga jumlah dana yang dihimpun bank dari
masyarakat(funding) akan meningkat, dan dengan demikian profitabilitas bank akan
meningkat
Inflasi berpengaruh negatif terhadap profitabilitas (Dwijayanty dan Naomi,
2009). Ketika terjadinya inflasi maka minat masyarakat untuk menabung akan
berkurang, seperti yang dinyatakan Sukirno (2008:339) bahwa inflasi akan
menununkan nilai riil uang masyarakat yang disimpan dalam bentuk tabungan
sehingga masyarakat lebih memilih menginvestasikannya dalam bentuk asset tetap.
Berdasarkan landasan teori, hubungan antar variabel dan hasil penelitian
terdahulu, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut :
Gambar 2.1
2.5 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan landasan teori, maka hipotesis dari
penelitian ini adalah, “Nilai tukar, tingkat suku bunga, dan inflasi berpengaruh
terhadap profitabilitas perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia. Nilai Tukar
Tingkat Suku Bunga
Inflasi