BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penduduk Indonesia yang sebagian besar tinggal di daerah pedesaan
umumnya bekerja di sektor pertanian. Pada hal kontribusi sektor pertanian
terhadap Produk Domestik Bruto dan penyerapan tenaga kerja semakin menurun;
kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto pada tahun 2010
mencapai 34% akan tetapi pada tahun 2011 turun menjadi 19%, akan tetapi sektor
pertanian masih dibebani lebih dari 0 tenaga kerja dan pada tahun 2012 Produk
Domestik Bruto (PDB) tumbuh sebesar 6,23 persen. Sebaliknya pada sektor
industri hanya menampung 20 tenaga kerja, padahal sumbangan terhadap Produk
Domestik Bruto meningkat dari 9,2% menjadi 21%.1
Sektor pertanian hingga kini masih menjadi sumber mata pencaharian
utama sebagian besar penduduk. Sampai dengan tahun 1990 sektor pertanian
masih merupakan penyumbang utama dalam membentuk Produk Domestik Bruto.
Namun sesudah itu posisi tersebut diambil alih oleh sektor industri. Hal ini
sesungguhnya memprihatinkan, bukan karena sektor pertanian tidak berkembang,
melainkan mengingat masih demikian besarnya proporsi tenaga kerja yang
bekerja disektor tersebut. Tambahan pula kualitas sehingga produktivitasnya
rendah. Pada gilirannya pendapatan mereka juga rendah.2
1
Boediono, Teori Pertumbuhan Ekonomi (Yogyakarta: BPFE, 1993), hal. 21.
2
Lahan pertanian merupakan faktor produksi utama dalam menyerapkan
tenaga kerja dan sumber pendapatan petani tersebut, ternyata kondisinya terus
menurun dengan cepat (terutama di pulau Jawa). Pada tahun 2001 bahwa luas
lahan yang dikuasai rumah tangga petani pengguna lahan berkurang dari 18,35
juta hektar sedangkan pada tahun 2002 menjadi 17,5 juta hektar. Pada tanun 2001
luas lahan yang dikuasai rumah tangga petani berkurang 0,48 juta hektar dari 5,72
hektar menjadi 5,24 juta hektar.3 Karena Indonesia merupakan daerah tropis maka
lahan pertanian sangat besar menyerap tenaga kerja disektor pertanian.
Berdasarkan uraian mengenai pentingnya lahan pertanian bagi penyerapan
tenaga kerja dan pendapatan petani serta kondisi menurunnya lahan pertanian
seperti yang telah dipaparkan dimuka, maka dengan demikian sempitnya
penguasa lahan pertanian oleh rumah tangga petani berarti semakin terbatasnya
kesempatan kerja dan pendapatan rumah tangga petani di pedesaan. Dan makin
meningkatnya jumlah rumah tangga gurem (luas lahan kurang dari 0,5 hektar)
berarti semakin bertambah pula jumlah rumah tangga petani yang terbatas dalam
memperoleh kesempatan kerja dan pendapatannya. Atau dengan kata lain terjadi
pengguna tenaga kerja tidak penuh yaitu tenaga kerja yang bekerja kurang dari
potensi kerjanya atau yang disebut dengan pengangguran kentara (Visible
Underemployment).
Pengertian miskin ditinjau dari aspek ekonomi dicirikan sebagai, 1. luas
lahan garapan sempit, 2. produktifitas tenaga kerja rendah, 3. modal relatif kecil
atau tidak memiliki sama sekali, 4. tingkat keterampilan rendah, dan 5.
3
pendapatan rumah tangga petani rendah.4 Menghadapi masalah kurangnya
kesempatan kerja di daerah pedesaan pada umumnya, upaya yang ditempuh oleh
petani antara lain, adalah meningkatkan desanya untuk mengadu nasib yaitu
melakukan migrasi ke kota baik secara bolak-balik, sirkuler maupun menetap.
Dimana migrasi ini bukannya tanpa masalah baik bagi daerah asal, daerah tujuan
maupun bagi migrant sendiri lebih-lebih yang tidak memiliki keterampilan.
Langkah-langkah untuk mengatasinya dimana salah satu cara adalah dengan
pengembangan industri kecil atau rumah tangga yang ada di pedesaan.
Peran industri rumah tangga akan semakin penting apabila di sektor
pertanian terjadi pergeseran dan mekanisme di bidang usaha tani, keadaan ini
akan memungkinkan sebagai alternatif yang dapat diambil adalah memasuki
industri kecil atau industri rumah tangga. Pilihan tersebut sesuai dengan kenyataan
yang ada bahwa industri kecil tidak membutuhkan pendidikan dan keterampilan
tinggi serta modal yang dibutuhkan relatif kecil5
Pembangunan nasional adalah kegiatan yang terencana, menyeluruh,
terarah dan terpaduh dalam upaya untuk mencapai masyarakat adil dan makmur
serta mensejajarkan dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Pembangunan ekonomi
di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ditunjukkan oleh kegiatan ekonomi
mayarakat yang semakin dinamis. Kemajuan diberbagai bidang dan kegiatan
saling berkaitan telah memberikan dampak terhadap peningkatan produksi,
pendapatan, serta perluasan kerja.6 Sampai saat ini, pembangunan pertanian di
4
Arsyad, Lincolin, Ekonomi Pembangunan (Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi, 2004), hal. 236.
5
Ibid., hal. 355
6
Indonesia tampaknya mengikuti pola pembangunan pertanian pada Negara-negara
berkembang pada umumnya. Peran sektor pertanian dalam proses transformasi
struktur dapat diamati dalam berbagai hal. Misalnya, sumbangannya terhadap
pendapatan. Latar belakang peneliti memilih judul Pertanggungjawaban Produsen
Industri Rumah Tangga Tanpa Izin Dinas Kesehatan (studi kasus di BPOM
Medan), karena banyaknya industri rumah tangga khususnya di Kota Medan
belum memiliki izin BPOM disebabkan karena pelaku usaha belum mengerti
tentang manfaat izin BPOM dan pengurusan yang berbelit-belit sehingga pelaku
usaha enggan mendaftarkan usahanya di BOOM Medan.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik menulis skripsi dengan
judul Pertanggungjawaban Produsen Industri Rumah Tangga Tanpa Izin
Dinas Kesehatan (Studi Kasus Di BPOM Medan).
B. Perumusan Masalah
1. Bagamanakah Perlindungan Konsumen terhadap Peredaran Produk pangan
Produksi Industri Rumah Tangga?
2. Bagaimana Ketentuan Izin Dinas Kesehatan Tentang Industri Rumah
Tangga Dalam Kaitannya Dengan Asas Perlindungan Konsumen?
3. Bagaimanakah bentuk pertanggungjawaban produsen yang tidak memiliki
izin dinas kesehatan?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Perlindungan Konsumen terhadap Peredaran Produk
2. Untuk mengetahui Ketentuan Izin Dinas Kesehatan Tentang Industri
Rumah Tangga Dalam Kaitannya Dengan Asas Perlindungan Konsumen
3. Untuk mengetahui bentuk pertanggungjawaban produsen yang tidak
memiliki izin dinas kesehatan
D. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis
a. Diharapkan dapat memberi pemahaman dan pengembangan wawasan
pengetahuan dibidang hukum perlindungan konsumen khususnya
tentang Izin BPOM
2. Secara praktis
a. Memberikan kontribusi bagi upaya-upaya dalam menata pengawasan
pemerintah terhadap peredaran produk pangan Industri Rumah Tangga
khususnya di Kota Medan
b. Memberikan informasi kepada konsumen mengenai produk pangan
Industri Rumah Tangga yang aman untuk dikonsumsi dan Diharapkan
dapat bermanfaat bagi produsen pangan Industri Rumah Tangga dalam
mengolah dan menyalurkan hasil produksinya.
c. Diharapkan dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi mereka
yang terlibat langsung dalam usaha perlindungan konsumen baik
Yayasan Lembaga Konsumen (YLKI), lembaga perlindungan
konsumen swadaya masyarakat, konsumen itu sendiri maupun pelaku
d. Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi Pemerintah
dalam membentuk peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan perlindungan konsumen yang lebih baik dan tidak memihak
sebelah.
E. Keaslian Penulisan
Penelitian ini dilakukan atas ide dan pemikiran sendiri atas masukan yang
berasal dari berbagai pihak guna membantu penelitian dimaksud. Sepanjang yang
telah ditelusuri dan diketahui di lingkungan Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara, penelitian tentang Pertanggungjawaban Produsen Industri Rumah
Tangga Tanpa Izin Dinas Kesehatan (Studi Kasus di BPOM Medan), belum
pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya. Dengan demikian, jika dilihat kepada
permasalahan yang ada dalam penelitian ini, maka dapat dikatakan bahwa
penelitian ini merupakan karya ilmiah yang asli, apabila ternyata dikemudian hari
ditemukan judul yang sama, maka dapat dipertanggungjawabkan sepenuhnya.
F. Metode Penelitian 1. Metode Pendekatan
Adapun dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode
pendekatan yuridis normatif yaitu penelitian dan pembahasan yang didasarkan
pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dikaitkan
dengan teori hukum serta dengan melihat realita di masyarakat mengenai
Pertanggungjawaban Produsen Industri Rumah Tangga Tanpa Izin Dinas
2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang akan diambil didalam penelitian ini adalah :
a. Data Primer
Data yang diperoleh secara langsung dari informan yang berhubungan
dengan permasalahan yang dikaji tentang Pertanggungjawaban Produsen
Industri Rumah Tangga Tanpa Izin Dinas Kesehatan
b. Data Sekunder
Data kepustakaan yang mendukung data primer yang merupakan pedoman
dalam melanjutkan penelitian terhadap data primer yang ada dilapangan.
Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan yaitu dengan melakukan
pengumpulan data dari berbagai sumber dan literatur selain itu juga
dokumen yang berkaitan Pertanggungjawaban Produsen Industri Rumah
Tangga Tanpa Izin Dinas Kesehatan
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Untuk data primer dilakukan dengan cara wawancara. Wawancara
merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh keterangan secara
lisan guna mencapai tujuan tertentu7. Wawancara ini dilakukan sebagai
upaya mendapatkan data yang lebih lengkap dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan secara lisan yang berhubungan dengan
permasalahan. Jenis wawncara yang dilakukan dalam rangka
mengumpulkan data adalah dengan cara wawancara bebas terpimpin yaitu
dengan mempersiapkan terlebih dahulu pertanyaan-pertanyaan sebagai
7
pedoman dan masih dimungkinkan didalamnya ada variasi pertanyaan
yang disesuaikan dengan situasi ketika wawancara.
b. Untuk data sekunder dilakukan dengan cara studi pustaka. Studi pustaka
adalah mencari data tersedia yang pernah ditulis peneliti sebelumnya
dimana ada hubungan dengan masalah yang akan dipecahkan dan
informasi lain yang bersifat umum8. Studi pustaka ini dilakukan dengan
mengumpulkan data melalui penelusuran bahan pustaka yang dipelajari
dan dikutip dari data sumber yang ada, berupa catatan literatur yang
berhubungan dengan Pertanggungjawaban Produsen Industri Rumah
Tangga Tanpa Izin Dinas Kesehatan
4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data ini menggunakan metode kualitatif deskriptif analisis
dengan memperlihatkan kualitas dari data yang diperoleh. Penulis melakukan
analisis dari semua data yang dianggap relevan diperoleh dilapangan, dan
kemudian data tersebut dipaparkan sesuai dengan realitasnya. Kemudian
berdasarkan data yang diperoleh akan dilakukan analisis untuk membuat suatu
kesimpulan dan dapat memberikan suatu pemecahan dari masalah yang dikaji.
8
G. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Pada bagian ini akan membahas Latar Belakang, Perumusan
Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Keaslian Penulisan,
Tinjauan Kepustakaan, Metode Penelitian dan Sistematika
Penulisan
BAB II HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN
Bab ini akan membahas mengenai Pengertian Produsen dan
Konsumen, Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen, Hak dan
Kewajiban Konsumen dan Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha
BAB III KETENTUAN IZIN DINAS KESEHATAN DAN INDUSTRI
RUMAH TANGGA
Bagian ini akan membahas tenang Izin Dinas Kesehatan
Pengertian Izin, Pengertian Izin Dinas Kesehatan, Jenis-Jenis Izin
Dinas Kesehatan, Syarat-Syarat Izin Dinas Kesehatan, Industri
Rumah Tangga, Pengertian Industri Rumah Tangga, Jenis
Makanan dan Minuman Rumah Tangga, dan Izin Badan Pengawas
Obat dan Makanan (BPOM)
BAB IV PERTANGGUNGJAWABAN PRODUSEN YANG TIDAK
MEMILIKI IZIN DINAS KESEHATAN
Bagian ini akan membahas mengenai Aspek Perdata, Pidana dan
Administrasi Dalam Perlindungan Hukum Konsumen, Tanggung
Jawab Perdata Produsen Industri Rumah Tangga Tanpa Izin Dinas
Tangga Tanpa Izin Dinas Kesehatan serta Tanggung Jawab
Administrasi Produsen Industri Rumah Tangga Tanpa Izin Dinas
Kesehatan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN