KEDUDUKAN UANG JEMPUTAN DALAM PERKAWINAN
BAJAPUIK
PADA MASYARAKAT MINANGKABAU PARIAMAN
DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974
TENTANG PERKAWINAN
TESIS
Oleh
HIJRATUL MUSLIM
137011043/M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KEDUDUKAN UANG JEMPUTAN DALAM PERKAWINAN
BAJAPUIK
PADA MASYARAKAT MINANGKABAU PARIAMAN
DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974
TENTANG PERKAWINAN
TESIS
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Oleh
HIJRATUL MUSLIM
137011043/M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Tesis : KEDUDUKAN UANG JEMPUTAN DALAM
PERKAWINAN BAJAPUIK PADA
MASYARAKAT MINANGKABAU PARIAMAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN
Nama Mahasiswa : HIJRATUL MUSLIM
Nomor Pokok : 137011043
Program Studi : Kenotariatan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)
Pembimbing Pembimbing
(Dr.Idha Aprilyana Sembiring,SH,MHum) (Prof.Dr.Muhammad Yamin,SH,MS,CN)
Ketua Program Studi, Dekan,
(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)
Telah diuji pada
Tanggal : 27 Oktober 2015
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Runtung, SH, MHum
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : HIJRATUL MUSLIM
Nim : 137011043
Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU
Judul Tesis : KEDUDUKAN UANG JEMPUTAN DALAM
PERKAWINAN BAJAPUIK PADA MASYARAKAT
MINANGKABAU PARIAMAN DITINJAU DARI
UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974
TENTANG PERKAWINAN
Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri
bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena
kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi
Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas
perbuatan saya tersebut.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan
sehat.
Medan,
Yang membuat Pernyataan
Nama :HIJRATUL MUSLIM
i ABSTRAK
Hukum Adat perkawinan merupakan bagian yang tak dapat terpisahkan dalam hukum adat Indonesia. Di dalam perkawinan adat Indonesia khusunya di daerah Minagkabau Paraiaman ada salah satu bentuk perkawinan yang dikenal dengan istilah perkawinan bajapuik, perkawinanbajapuikyaitu menjemput marapulai (calon suami) untuk mengadakan pernikahan di rumah pengantin perempuan dengan membawa persyratan-persyaratan tertentu dalam hal ini uang jemputan. Saat ini perkembangan perkawinan bajapuik telah berubah kepada untung dan rugi dalam pelaksananya sehingga menimbulkan kasus-kasus penuntutan dan pengembalian uang jemputan yang terjadi saat ini baik itu melalui Pengadilan Agama dan Pengadilan Negeri. Adanya kasus tersebut maka perlu dikaji tentang uang jemputan sebagai harta benda perkawinan sebagaimana diektahui bahwa didalam pasal 35 ayat 1 dan 2 undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan ada pengolongan harta benda perkawinan yakni harta bersama dan harta bawaan.
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Padang Pariaman yang merupakan bagian dari wilayah Pariaman yang masih melaksanakan perkawinan bajapuik, berdasarkan random sampling maka yang dijadikan sampel penelitian yakni 3 (tiga) kecamatan dari beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Padang Pariaman. Tiap-tiap kecamatan diwakili satu nagari yaitu kecamatan Batang Anai diwakili Nagari Buayan, Kecamatan V Koto Timur Nagari Limau Puruik dan Kecamatan V Koto Kampung Dalam diwakii Nagari Campago. Responden dalam penelitian adalah masyarakat yang melaksanakan perkawinan bajapuik di masing-masing wilayah penelitian diambil sebanyak 8 pasangan suami-istri dengan jumlah total sebanyak 24 pasangan suami-istri, terhadap respoden diberikan daftar kouisoner terbuka yang telah disusun. Untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap dilakukan wanacara dangan KAN, LKAAM dan Hakim Pengadilan Agama terhadap permasalahan mengenai perkawinan adat bajapuik saat ini.Data dianalisis secara sistematif dengan memakai metode induktif-deduktif, untuk menganalisis data ini dilakukan studi kepustaakaan.
Hasil penelitian berdasarkan pemahaman respoden di wilayah penelitian dan wawanacara LKAAM Padang Pariaman diketahui bahwa uang jemputan itu hakekatnya awalnya sebagai modal awal bagi pasangan suami-istri dalam menjalankan mahligai rumah tangga. Apabila dilihat dari segi prosesnya menurut undang-undang perkawinan nomor 1 tahun 1974 berdasarkan pengertian harta bersama dan harta bawaan di dalam undang tersebut diketahui bahwa uang jemputan merupakan harta bawaan tapi dari segi fungsi harta itu sebagai harta bersama untuk kedua belah pasangan. Perkembangan perkawinanbajapuik saat ini mempengaruhi makna dan hakekat dari pemberian uang jemputan sehingga ada saja pihak laki-laki yang hanya mengharapkan uang jemputan, karena menilai uang jemputan merupakan harta bawaannya. Padahal pemberian itu menurut adat dan makna serta hakekat pemberian uang jemputan sebenarnya jika dikaitkan dengan tujuan undang tersebut merupakan harta bersama, kedepanaya perlunya peranan pemuka adat danniniak mamakdan kedua belah pihak keluarga pengantin untuk merasionalkan pemberian uang jemputan yang sebenarnya sehingga kasus penutuntan uang jemputan tidak terjadi dan kemurnian dari sebuah perkawinan adat dapat terlaksana.
ii ABSTRACT
Adat Marriage Law is an inseparable part of the Indonesian Customary Law. In Marriage Customary Law, that of Minangkabau Pariaman in particular, is a form of marriage known as bajapuik marriage, which is taking marapulai (the prospective son in law) to the wedding held in the bride’s house by bringing certain condition namely proposal money. Nowadays, the development of bajapuik marriage has changed into consideration for the advantages and disadvantages in its implementation causing prosecution and proposal money repayment to either Religious Court or District Court. By the occurrence of these lawsuits, a study is required on proposal money as the marriage property as stipulated in Article 35 Section 1 and 2 the Law No. 1/ 1974 on Marriage that there is a classification of marital property namely joint property and pre-marriage property.
This research was conducted at District of Padang Pariaman which is included into the Region of Pariaman that still implements bajapuik marriage. The samples were taken from 3 (three) sub-districts in District of Padang Pariaman, using random sampling method. Each sub-district was represented by one Nagari (independent village that is traditionally managed in Padang), they were Nagari Buayan representing Sub-district Batang Anai, Nagari Limau Puruik representing Sub-Sub-district V Koto Timur, Nagari Campago representing Sub-district V Koto Kampung Dalam. The respondents were the communities who implemented the bajapuik marriage in each Nagari. There were 24 couples as the respondents in total from the three Nagari with 8 couples each. A list of open-ended questions was distributed to the respondents. In order to gain more thorough information, some interviews were carried out with KAN (Office of Nagari Traditional Meeting), LKAAM (Institution of Traditional organization in Minangkabau), and the Judge of Religious Court upon the problems regarding bajapuik traditional marriage nowadays. The data were analyzed systematically by inductive-deductive reasoning method and library study.
The results based on the respondents comprehension and the interviews with LKAAM Padang Pariaman showed that the proposal money is essentially the initial capital for the couples in undergoing their marriage. Viewed from the process as stipulated in the Marriage Law No. 1/ 1974 defining pre-marriage property and joint property, the proposal money is classified into the pre-marriage property, yet viewed from the function, the proposal money belongs to joint property that is used for the sake of the couples. Over the time, bajapuik marriage nowadays influences the meaning and essence of the proposal money so that some grooms were found to only expect the proposal money from the marriage, as they thought considered the money their pre-marriage property. In fact, viewed from the adat (tradition), meaning and essence of the giving of the proposal money, it was given with aim to be their joint property. It was recommended that the traditional leaders as well as niniak mamak (relatives) and families of the couples rationalize the essence of giving the money so that the lawsuits of claiming the proposal money would not occur in the future and the genuineness of traditional marriage could be implemented.
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahhim syukur alhamdulillah, Puji syukur atas kehadirat
Allah S.W.T. Atas segala kenikmatan yang diberikan kepada Nya berupa Iman,
Islam, serta karunia yang tak terhingga, hingga pada akhirnya penulisan tesis ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya dengan judul“Kedudukan Uang Jemputan
Dalam Perkawinan Bajapuik Pada Masyrakat Miangkabau Pariaman Ditinjau
Dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan”.
Adapun penulisan tesis ini adalah dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Pascasarjana, Bidang Studi Ilmu
Hukum, Jurusan Magister Kenotariatan pada Universitas Sumatera Utara.
Dalam rangka penulisan tesis ini telah banyak memperoleh bimbingan serta
bantuan petunjuk yang sangat berarti sekali dalam penulisan tesis ini, sehingga pada
tempatnyalah diucapkan terima kasih yang sebesar besarnya dan rasa hormat yang
setinggi tingginya khususnya kepada para Pembimbing, yaitu yang amat terpelajar
Prof. Dr. Runtung SH, M.Hum., dan Dr. Idha Aprilyana Sembiring SH,
M.Hum. serta Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN.
Berkaitan dengan penyelesaian penulisan tesis ini, telah banyak memperoleh
bantuan dari berbagai pihak, baik bantuan moril maupun bahan bahan yang
diperlukan, sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.
Selanjutnya ucapan terima kasih yang sebesar besarnya disampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Subhilhar, PhD, selaku Pejabat Rektor Universitas sumatera Utara
yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk mengikuti pendidikan
iv
2. Bapak Dekan Fakultas Hukum Prof. Dr. Runtung, SH, MHum., atas kesempatan
menjadi Mahasiswa Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Univesitas
Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, selaku Ketua Program Studi
Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, M.Hum, selaku Sekretaris Program Studi
Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan sebagai
penguji penulis, yang telah meluangkan waktunya, dan dengan penuh perhatian
memberikan dorongan, bimbingan serta saran kepada penulis.
5. Bapak Notaris Syafnil Gani, SH., MHum sebagai penguji penulis, yang telah
meluangkan waktunya, dan dengan penuh perhatian memberikan dorongan,
bimbingan serta saran kepada penulis.
6. Seluruh Guru Besar beserta Dosen dan Staf Pengajar pada Program Studi
Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah
memberikan ilmunya dan membuka cakrawala berpikir penulis yang sangat
bermanfaat dikemudian hari.
7. Para pegawai pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara, yang selalu memberikan kemudahan dalam hal
administrasi Kenotariatan.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga juga disampaikan kepada yang Mulia
Ayahanda Ali Nuzar dan Ibunda Mardini yang tercinta yang telah mendidik,
v
dalam bentuk moril maupun materil serta saudara saudara ku yang sangat aku
sayangi kepada Abangku Aidil Pradana, adik-adiku Muhammad Sepri, , Ahmad
Hidayat, dan Annisa Salsabila yang senantiasa memberikan motivasi dan doa.
Besar harapan penulis adalah semoga atas kebaikan dan kesabaran yang telah
diberikan kepada penulis akan mendapatkan Pahala di SisiNya serta kesehatan,
rezeki yang melimpah, Amin.
Di dalam penulisan tesis ini penulis menyadari bahwa tidak luput dari segala
kekurangan baik dari substansinya maupun dari cara penyajiannya, oleh kareena
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Segala kritik dan saran yang
bersifat membangun akan penulis terima. Akhir kata penulis berharap tesis ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak dan penulis berdoa semoga ilmu yang telah diperoleh
dapat dipergunakan untuk kepentingan bangsa dan agama.
Medan, Oktober 2015 Penulis
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Hijratul Muslim
Tempat/Tanggal Lahir : Pariaman,13-07-1991
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Status : Belum Kawin
Alamat : Kp. Tangah Nagari Buayan Lubuk Alung Kec. Batang Anai, Kab. Padang Pariaman
II. IDENTITAS KELUARGA
Nama Ayah : Ali Nuzar, SP.d
Nama Ibu : Mardini, SP.d
III. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SDN 15 Buayan : Tamat 2003
2. MTsN Sintuk Toboh Gadang : Tamat 2006
3. SMA Negeri 1 Lubuk Alung : Tamat 2009
4. S-1 Fakultas Hukum Universitas Bung-Hatta Padang : Tamat 2013
vii DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR ISTILAH MINANG ... ix
DAFTAR TABEL ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian... 8
D. Manfaat Penelitian... 9
E. Keaslian Penelitian ... 10
F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 11
1. Kerangka Teori ... 11
2. Kerangka Konsepsi ... 15
G. Metode Penelitian ... 17
BAB II PERKEMBANGAN PEMBERIAN UANG JEMPUTAN DALAM PERKAWINAN BAJAPUIK PADA MASYARAKAT HUKUM ADAT PARIAMAN ... 25
A. Gambaran Lokasi Penelitian ... 25
B. Tinjauan Masyarakat Adat Minangkabau ... 33
C. Perkawinan Dalam Menurut Adat ... 44
viii
BAB III KEDUDUKAN UANG JEMPUTAN YANG DIPEROLEH MELALUI PERKAWINAN BAJAPUIK ADAT PARIAMAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR : 1 TAHUN 1974
TENTANG PERKAWINAN ... 78
A. Konsep Harta Perkawinan Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan ... 78
B. Kedudukan Uang Jemputan Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, Putusan Pengadilan dan Pemahaman Masyarakat Minangkabau Pariaman ... 94
C. Analisis Tentang Kedudukan Uang Jemputan Di Kabupaten Padang Pariaman ... 116
BAB IV AKIBAT HUKUM APABILA UANG JEMPUTAN TIDAK DIBERIKAN DALAM PELAKSANAAN PERKAWINAN BAJAPUIKADAT PARIAMAN ... 121
A. Pentingnya Uang Jemputan Diadakan Pada Pelaksanaan Perkawinan AdatBajapuik ... 121
B. Pemahaman Masyarakat Adat Pariaman Tentang Penolakan Pemberian Uang Jemputan Oleh Pihak Wanita ... 124
C. Akibat Hukum Tidak Diberikan Uang Jemputan Dalam PerkawinanBajapuik ... 126
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 131
A. Kesimpulan ... 131
B. Saran ... 132
DAFTAR PUSTAKA ... 134
ix
DAFTAR ISTILAH MINANG
Anak daro : Pengantin Perempuan
Apak : Paman dari Pihak keluarga Ayah
Bajapuik : Dijemput
Berhelat : Berpesta
Batimbang Tando : Pertunangan
Basandiang : Mendudukan kedua mempelai pengantin di Pelaminan
Barundiang : Bermusyawarah
Candiak Pandai : Orang yang dihormati atas ilmunya karena Cerdik
Pandai
Kemanakan : Anak dari adik Perempuan dari seorang Paman
Ka Bako : Perkawinan anak dengan Kemanakan
Korong : Cakupan kecil dari wilayah nagari
Marapulai : Pengantin laki-laki
Mintuo : Mertua
Mandagogkan : Melamar
Malam Bainai : Malam dimana pasangan penganten di beri inai (pemerah kuku) oleh pihak keluarga
Manjalang : Mengantar makanan kerumah sanak keluarga laki-laki terutama ketempat mertua
Niniak Mamak : Kesemua paman dari pihak ibu termasuk datuak dalam suku ibu
Sumando : Pihak Laki-laki yang datang sebagai anggota keluarga di lingkungan keluarga perempuan
Samande : Keturunanberdasarkan dari satu ibu
Sajurai : Keturunanberdasarkan dari satu nenek
Saparuik : Keturunan berdasarkan dari satu niniak
Sekampung : Satu Kampung
Sasuku : Satu Suku
x
DAFTAR TABEL
Tabel I : Jumlah Responden Menurut Masing-Masing Nagari
Tabel II : Kelompok Umur Para Responden
Tabel III : Waktu Pemberian Uang Jemputan
Tabel IV : Perbandingan Mengenai Motivasi Dan Tujuan Pemberian Jemputan Sekarang Dan Dulu
Tabel V : Apa Alasan Responden Melakukan PerkawinanBajapuik
Tabel VI : Kemanfaatan Uang Jemputan Yang Diberikan Dalam PerkawinanBajapuikOleh Responden
Tabel VII : Dasar Perkerjaan, Jabatan, Serta Status Social Menjadi Pertimbangan Besarnya Jumlah Pemberian Uang Jemputan Dalam Perkawinan Responden
Tabel VIII : Alasan Respoden Menjadikan Perkerjaan, Jabatan, Serta Status Sosial Menjadi Pertimbangan Besarnya Jumlah Pemberian Uang Jemputan Dalam Perkawinan Responden
Tabel IX : Pemahaman Responden Mengenai Uang Jemputan Di lihat Dari Segi Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
Tabel X : Pemahaman Responden Menganai Kedudukan Uang Jemputan Apabila Terjadi Kematian
Tabel XI : Pemahaman Respoden Mengenai Kedudukan Uang Jemputan Apabila Terjadi Perceraian
Tabel XII : Pentingnya Uang Jemputan Dalam Perkawianan Adat BajapuikBagi Responden
Tabel XIII : Dampak Akibat Penolakan Wanita Untuk Memberi Uang Jemputan Bagi Responden